pengaruh external jugular venous …thesis.umy.ac.id/datapublik/t61297.pdf · 22 respondents by the...

16
Naskah Publikasi PENGARUH EXTERNAL JUGULAR VENOUS PRESSURE TERHADAP CENTRAL VENOUS PRESSURE PADA PASIEN KRITIS DI INSTALASI RAWAT INTENSIF RSUP DR SARDJITO Publication Manuscript THE EFFECT OF EXTERNAL JUGULAR VENOUS PRESSURE TOWARD CENTRAL VENOUS PRESSURE FOR CRITICAL CARE PATIENT IN INTENSIVE CARE UNIT DR. SARDJITO HOSPITAL TESIS Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SUDIMAN 20111050009 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

Upload: vuque

Post on 18-Jun-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Naskah Publikasi

PENGARUH EXTERNAL JUGULAR VENOUS PRESSURE TERHADAP

CENTRAL VENOUS PRESSURE PADA PASIEN KRITIS DI INSTALASI

RAWAT INTENSIF RSUP DR SARDJITO

Publication Manuscript

THE EFFECT OF EXTERNAL JUGULAR VENOUS PRESSURE

TOWARD CENTRAL VENOUS PRESSURE FOR CRITICAL CARE

PATIENT IN INTENSIVE CARE UNIT DR. SARDJITO HOSPITAL

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat

Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

SUDIMAN

20111050009

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

HALAMAN PENGESAHAN

Naskah Publikasi

PENGARUH EXTERNAL JUGULAR VENOUS PRESSURE

TERHADAP CENTRAL VENOUS PRESSURE PADA PASIEN KRITIS

DI INSTALASI RAWAT INTENSIF RSUP DR SARDJITO

Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal :

8 September 2015

Oleh :

SUDIMAN

NIM 20111050009

Penguji

Dr. Elsye Maria Rosa,M.Kep. (………………………….…)

FitriArofiati, Ns., MAN. (………………………….…)

Azizah Khoiriyati,Ns.,M.Kep. (………………………….…)

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Keperawatan

UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta

(Yuni Permatasari Istanti, Ns., M.Kep.,Sp.KMB.)

1

PENGARUH EXTERNAL JUGULAR VENOUS PRESSURE TERHADAP

CENTRAL VENOUS PRESSURE PADA PASIEN KRITIS DI INSTALASI

RAWAT INTENSIF RSUP DR SARDJITO

THE EFFECT OF EXTERNAL JUGULAR VENOUS PRESSURE

TOWARD CENTRAL VENOUS PRESSURE FOR CRITICAL CARE

PATIENT IN INTENSIVE CARE UNIT DR. SARDJITO HOSPITAL

Sudiman1, Rosa E.M2., Arofiati F.3, Khoiriyati A4.

Instalasi Rawat Intensif RSUp Dr. Sardjito1

Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta234

ABSTRAK

Latar Belakang Penelitian : CVP dan JVP merupakan indikator hemodinamik

pasien. Pemeriksaan CVP mempunyai keterbatasan-keterbatasan, seperti

pemasangan CVC bukan kompetensi perawat, resiko infeksi karena merupakan

tindakan invasif, dan memerlukan biaya yang besar. Pemeriksaan JVP mempunyai

beberapa kelebihan seperti : merupakan kompetensi perawat, biaya yang lebih

terjangkau, tidak memerlukan keahlian khusus, tersedia dengan mudah,

pemeriksaan lebih sederhana, merupakan tindakan non invasif, hasil pemeriksaan

lebih cepat dan dapat memprediksi nilai CVP. Penelitian ini bertujuan

memprediksi seberapa besar pengaruh nilai JVP terhadap nilai CVP, mengetahui

arah dan kekuatan hubungan JVP dengan CVP dan mendapatkan persamaan

sederhana pengaruh nilai JVP terhadap nilai CVP.

Metode Penelitian : Merupakan penelitian observasi prospektif dengan

pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien IRI RSUP Dr

Sardjito yang terpasang CVC, dengan kriteria inklusi pasien dengan monitor CVP

menggunakan manometer air, dan kriteria eksklusi: pasien terpasang CVC dengan

invasif monitor, dan pasien terpasang CVC dengan vena jugularis yang tidak

terlihat. Sampel diambil melalui convenience sampling. JVP dan CVP diukur satu

kali dalam satu shift jaga perawat selama maksimal lima hari pada 22 responden,

oleh peneliti dan tiga perawat ruang intensif, didapatkan 135 pengukuran selama

rentang waktu 8 Juli – 8 Agustus 2015. Analisa data dilakukan dengan uji regresi

linier sederhana.

Hasil :Terdapat hubungan positif yang kuat antara nilai JVP dan Nilai CVP

dengan koefisien korelasi 0.798. Nilai JVP mempengaruhi nilai CVP sebesar 63.7

%. Nilai CVP dapat diperkirakan menggunakan nilai JVP dengan menggunakan

persamaan sederhana CVP = - 13.587 + 3.572 JVP. Setiap peningkatan satu nilai

JVP akan meningkatkan nilai CVP sebesar 3.572 Kesimpulan : Nilai JVP berkorelasi kuat dengan nilai CVP dan dapat digunakan

untuk memprediksi nilai CVP

Kata Kunci : CVP, JVP. Pasien Kritis

2

THE EFFECT OF EXTERNAL JUGULAR VENOUS PRESSURE

TOWARD CENTRAL VENOUS PRESSURE FOR CRITICAL CARE

PATIENT IN INTENSIVE CARE UNIT DR. SARDJITO HOSPITAL

PENGARUH EXTERNAL JUGULAR VENOUS PRESSURETERHADAP

CENTRAL VENOUS PRESSURE PADA PASIEN KRITIS DI INSTALASI

RAWAT INTENSIF RSUP DR SARDJITO

Sudiman1, Rosa E.M.2, Arofiati.F 3, Khoiriyati A.4

Intensive Care Unit Dr. Sardjito Hospital1

Master of Nursing Program Muhammadiyah University Yogyakarta234

ABSTRACT

Background: CVP and JVP are some of haemodynamic measurement for critical

patient. Meanwhile JVP measurement has more advantages for patient and easy

to do due to non-invasive procedure and does not need special skills. Both

measurements can be used to predict CVP value. The aim of this study is to

predict the effect of JVP toward CVP.

Methods: This study was prospective observation with cross sectional approach.

Using convenience sampling with some inclusion criterias, all of patients who

hosptalized in ICU between July to August were selected in this study.

22respondents were measured with both CVP and JVP in every shift time for

maximum 5 days. Along the process there were 135 measurements that were

analysed by simple linier regressin test.

JVP and CVP was measured once in a nursing shift with maximum five days on

22 respondents by the researcher and three intensive care unit nurses. There were

135 measurements from 8th of July to 8th of August 2015. Data was analysed used

simple linear regression test.

Results: There were strong positive correlation between JVP and CVP value with

correlation coefficient by 0.798. It was showed that JVP value influenced CVP

value For about 63.7%. CVP value can be predicted with JVP value with this

simple equation CVP = -13.587+3.572JVP. Every one increasing value of JVP

will move-up CVP value about 3.572

Conclusion: CVP value has strong correlation with CVP value and can be used to

predict CVP value.

Keywords : CVP, JVP, Critical Care Patient

3

PENDAHULUAN

Pasien kritis adalah adalah pasien yang terancam jiwanya sewaktu-waktu

karena kegagalan atau disfungsi satu atau lebih organ dan masih mempunyai

kemungkinan untuk dapat disembuhkan, melalui perawatan, pemantauan dan

pengobatan intensif.Permasalahan utama pasien – pasien kritis adalah masalah

respirasi dan hemodinamik.Permasalahan hemodinamik berkaitan erat dengan

permasalahan cairan tubuh, baik cairan intravaskuler, interstitial maupun intrasel

(Kemenkes RI, 2011).

Permasalahan keperawatan pasien kritis yang berkaitan dengan cairan di

NANDA (North American Nursing Diagnosis) tahun 2015 semisal kelebihan

volume cairan, Nursing OutcomeClasification (NOC) yang ingin dicapai adalah

keseimbangan cairan dan keseimbangan asam basa, sedangkan Nursing

InterventionClasification (NIC) adalah manajemen cairan dan monitor cairan. Di

dalam monitor cairan aktifitas yang dilakukan adalah monitor indikasi retensi /

kelebihan cairan (cracles, CVP, edema, distensi vena leher, danasites).

CVP (Central Venous Pressure) merupakan salah satu parameter

hemodinamik pasien yang harus dimanitor oleh perawat di unit perawatan

intensif. CVP merupakan parameter penting dalam kardiologi klinis karena

merupakan penentu utama tekanan pengisian atau preload ventrikel kanan yang

berpengaruh pada SV (Stroke Volum)melalui mekanismeFrank-

Starling.KegunaanCVPadalah

untukmemperkirakantekananventrikelkanandiakhirdiastolic(Right Ventricular End

Diastolic Pressure /RVEDP).RVEDPini menilaifungsi ventrikelkanan danstatus

cairanumum.NilaiCVPrendah biasanyamencerminkanhipovolemiaatau

penurunanaliran balik vena.Nilai tinggiCVPmencerminkannilaioverhydration,

aliran balikvenameningkat ataugagaljantungkanan(Klabunde, R.,2010).

Masalah akan muncul disaat pasien karena kondisinya membutuhkan data

status volume vascular atau venous return, sementara pasien tidak terpasang

kateter vena sentral sehingga CVP tidak dapat diukur. Perawat harus bisa

menggunakan sumber lain yang bisa digunakan untuk mengevaluasi hemodinamik

pasien. Alternatif parameter hemodinamik selain CVP yang bisa menggambarkan

status volume vascular pasien kritis dan tindakan tersebut merupakan kompetensi

perawat adalah EJVP (External Jugular Vein Pressure). EJVP ketika External

Jugular Vein (EJV) tervisualisasi, adalah akurat untuk menilai CVP (Sankoff

2008).

Di Instalasi Rawat Intensif (IRI) RSUP Dr. Sardjito evaluasi status

volume vascular dipadukan antara cairan masuk, cairan keluar, kondisi klinis

hemodinamik pasien dan nilai CVP. Pengukuran dengan menggunakan EJVP

tidak pernah digunakan oleh perawat untuk mengevaluasi status volume vascular,

baik untuk pasien terpasang CVC maupun tidak terpasang CVC. Sepuluh rekam

medik pasien yang tidak terpasang CVC dan mempunyai masalah keperawatan

baik cairan tubuh kurang maupun berlebih evaluasi cairan tubuh menggunakan

balance cairan masuk dan keluar, denyut nadi dan tekanan darah sebagai dasar

pengukuran klinis. Empat perawat IRI menyatakan mengetahui EJVP dapat

digunakan untuk mengevaluasi status volume vascular namun tidak pernah diukur

4

karena sebagian besar pasien IRI terpasang CVC dan merasa sudah cukup dengan

parameter-parameter klinis yang ada.

Penggunaan CVP sebagai parameter hemodinamik memiliki beberapa

keterbatasan diantaranya : pemasangan CVC ( Central Venous Catheter) bukan

merupakan kompetensi perawat sehingga untuk pemantauan CVP perawat

tergantung pada profesi lain. Pemasangan CVC merupakan tindakan invasif

sehingga mempunyai resiko untuk terjadinya infeksi, juga dibutuhkan biaya yang

besar untuk pemasangan CVC. Pemeriksaan EJVP sebagai alternatif parameter

hemodinamik mempunyai beberapa kelebihan seperti : merupakan kompetensi

perawat, biaya yang terjangkau, tidak memerlukan keahlian khusus, tersedia

dengan mudah, pemeriksaan lebih sederhana, lebih tidak beresiko karena

merupakan tindakan non invasif, hasil pemeriksaan lebih cepat dan dapat untuk

memprediksi nilai CVP.

Angka kejadian infeksi dilaporkan oleh Widhiastuti (2014) di RS.

Soetomo dalam journal anesthesia, bahwa tingkat central venous catheter-related

bloodstream infection (CR – BSI) adalah 8.57 kasus per 1000 hari penggunaan

CVC. Durasi CVC digunakan, penggunaan nutrisi parenteral , dan skor APACHE

II sebagai faktor paling dominan yang mempengaruhi kejadian infeksi tersebut.

Di tahun 2014 dari 783 pasien atau rata-rata 65 pasien/bulan yang di rawat

di IRI RSUP Dr Sardjito, 453 atau setara 54 % terpasang CVC (Medical Record,

2014). Menurut staff medik di IRI tujuan utama pemasangan CVC adalah untuk

monitor status volume vascular, pemberian obat inotropic, parentral nutrisi,

transfusi, dan koreksi elektrolit. Hampir 100 % pasien yang terpasang CVC saat

pindah ke ruang perawatan biasa, CVC masih terpasang. Sebagai alat invasif CVC

meningkatkan kemungkinan terjadinya CR-BSI, namun demikian belum ada

laporan tentang kejadian CR-BSI di ruang perawatan biasa di RSUP Dr Sardjito.

Namun dari beberapa pernyataan perawat di Ruang Bougenvil (ruang perawatan

penyakit dalam) ditemukan bahwa sering pasien alih rawat dari IRI yang masih

terpasang CVC, di hari ke-5 perawatan terjadi kenaikan suhu tubuh dan lokasi

insersi CVC terlihat kemerahan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasi prospektif dengan

pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien

yang terpasang CVCdan dirawat di IRI RSUP Dr Sardjito. convinience sampling

digunakan untuk mengambil sampel, dengan kriteria inklusi pasien dengan

monitor CVP menggunakan manometer air (cm H2O), dan dengan kriteria

eksklusi : pasien terpasang CVC dengan invasif monitor, dan pasien terpasang

CVC dengan vena jugularis yang tidak dapat dilihat. Dua puluh delapan pasien

yang terpasang CVC, tiga pasien di ukur CVP menggunakan monitor invasif, dan

tiga pasien wanita dengan status nutrisi obese vena jugularis eksternalnya tidak

terlihat, sehingga didapatkan 22 pasien sebagai sampel.

Dua puluh dua pasien sebagai responden dilakukan pengukuran JVP dan

CVP sebanyak tiga kali per hari atau satu kali dalam satu shift jaga perawat

selama lima hari perawatan di IRI. Di hari ke enam pengukuran dihentikan. Jika

sebelum hari ke enam pasien pindah dari ruang IRI hasil pengukuran tetap diambil

5

sebagai data penelitian. Selama kurun waktu 8 Juli sampai dengan 8 Agustus

didapatkan 135 kali pengukuran JVP dan CVP.

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden

Tabel 1.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Variable Jumlah Persentase Rerata Standar

Deviasi

Minimal

Maksimal

Jenis Kelamin

Wanita 10 45 % 15.02

Laki-laki 12 55 % 20.55

Usia

Usia Wanita 40.33 20.55 16 -77

Usia Laki-laki 43.57 18.26 16 -77

Berdasarkan tabel diatas, jumlah responden adalah 22 pasien,

sebanyak 10 (45 %) responden berjenis kelamin wanita, dan 12 (55 %)

responden berjenis kelamin laki-laki. Rerata usia responden wanita adalah

47.88 tahun, dengan standar deviasi 15.02, usia paling muda adalah 19 tahun

dan usia paling tua adalah 73 tahun. Rerata usia responden laki-laki 40.33,

dengan standar deviasi 20.55, usia paling paling muda 16 tahun dan usia

paling tua 77 tahun. Secara keseluruhan baik wanita maupun laki-laki rerata

usia adalah 43.57 tahun, dengan standar deviasi 18.26, usia paling muda 16

tahun pada responden laki-laki serta usia paling tua 77 tahun juga pada

responden laki-laki.

2. Analisa Univariat

Tabel 2. Analisis Univariat Variabel Responden

Variable Jumlah Persentase

Jenis Kasus

Bedah 13 59 %

Non Bedah 9 41 %

Jumlah Pengukuran JVP dan CVP

Responden Bedah 61 45 %

Responden Non Bedah 74 55 %

Proyeksi Ujung CVC Dalam Vertebra Thorakal (V.Th.)

V. Th. 7 4 9 %

V. Th. 7 – 8 2 18 %

V. Th. 8 16 73 %

Pemakaian Ventilator

Memakai Ventilator 15 68 %

Tidak memakai

ventilator

7 32 %

6

Jumlah Pengukuran JVP dan CVP pada Responden yang Terpasang

Ventilator

Memakai Ventilator 102 76 %

Tidak memakai

ventilator

33 24 %

Jumlah Pengukuran JVP dan CVP pada Responden yang Terpasang

Ventilator dan Memakai PEEP

Memakai PEEP 4 9 9 %

Memakai PEEP 5 93 91 %

Lakosi Pemasangan CVC pada Responden

V. Jugular Kanan 7 32 %

V. Subclavia Kanan 10 45 %

V. Subclavia Kiri 5 23 %

a. Jenis Kasus Responden dan Jumlah Pengukuran JVP dan CVP

Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden adalah 22

pasien.Sebanyak 13 (59 %) responden merupakan kasus bedah dan

sebanyak 9 (41 %) responden merupakan kasus non bedah.Jumlah

pengukuran JVP dan CVP adalah 135 pengukuran. Sebanyak 61 (45 %)

pengukuran pada kasus bedah dan sebanyak 74 (55 %) pengukuran pada

kasus non bedah.

b. Proyeksi Ujung CVC Dalam Vertebra Thorakal (V.Th.)

Setelah dipasang CVC evaluasi letak ujung CVC dilakukan

dengan menggunakan foto thoraks. Berdasarkan tabel di atas, jumlah

responden adalah 22 pasien. letak ujung CVC berada di vertebra thorakal 7

sebanyak 4 (9 %) responden, vertebra thorakal 7 - 8 sebanyak 2 (18 %)

responden, dan vertebra thorakal 8 sebanyak 16 (73 %) responde.

c. Jumlah Pengukuran JVP dan CVP pada Responden yang Terpasang

Ventilator

Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden adalah 22 pasien.

Sebanyak 15 (68 %) responden terpasang ventilator dan sebanyak 7 (32 %)

responden tidak terpasang ventilator. Jumlah pengkuran JVP dan CVP

sebanyak 135 penukuran, 102 (76 %) pengukuran dilakukan pada

responden yang terpasang ventilator, dan 33 (24 %) pengukuran pada

responden yang tidak terpasang ventilator.

d. Jumlah Pengukuran JVP dan CVP pada Pasien yang TerpasangVentilator

dan Memakai PEEP.

Berdasarkan tabel diatas, jumlah pengukuran JVP dan CVP pada

responden yang terpasang ventilator sebanyak 102 pengukuran. Sebanyak

9 (9 %) pengukuran dilakukan pada responden yang memakai PEEP 4

mmHg, dan 93 (91 %) pengukuran pada responden yang memakai PEEP 5

mmHg.

e. Lakosi Pemasangan CVC pada Responden

Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden sebanyak 22 pasien.

Sebanyak tujuh (32 %) responden lokasi pemasangan CVC di vena

jugularis kanan, sebanyak 10 (45 %) responden lokasi pemasangan CVC

7

di vena subclavia kanan, dan sebanyak 5 (23 %) responden di vena

subclavia kiri.

Tabel 3 Rerata Jumlah Pengukuran, MAP, Systole, dan Dyastole

Responden

Variable Rerata Standar Deviasi Minimal – Maksimal

Rerata Jumlah Pengukuran JVP dan CVP pada Responden

Rerata Per

Responden

6.13 4.62 1 – 17

Rerata MAP, Systole, dan Dyastole Responden

MAP 82.6 14.2 43.3 – 120

Systole 120.2 22.064 51 – 172

Dyastole 64.71 12.46 28 – 95

a. Rerata Jumlah Pengukuran JVP dan CVP pada Responden

Berdasarkan tabel di atas rata-rata satu responden diukur JVP dan

CVP sebanyak 6.13 kali dengan standar deviasi 4.62, jumlah pengukuran

paling sedikit adalah 1 kali dan jumlah pengukuran paling banyak 17 kali.

b. Rerata MAP, Systole, dan Dyastole Responden

Berdasarkan tabel di atas, jumlah pengukuran MAP, systole dan

dyastole sebanyak 135 pengukuran. Rerata MAP adalah 82,6 mmHg

dengan standar deviasi 14,2, nilai minimal MAP 43,3 mmHg dan nilai

maksimal MAP 120. Rerata systole 120,2 mmHg dengan standar deviasi

22.064, nilai minimal systole 51 mmHg dan nilai maksimal systole 172

mmHg. Rerata Dyastole 64.71 mmHg dengan standar deviasi 12,46, nilai

minimal dyastole 28 mmHg dan nilai maksimal dyastole 95 mmHg.

3. Analisa Bivariat

Tabel 4 Rerata Nilai Hasil Pengukuran JVP dan CVP pada Responden

Variabel Rerata SD N Minimal – Maksimal

JVP 6.55 0.65 135 5.3 – 8

CVP 9.83 2.94 135 4 – 18

Berdasarkan tabel di atas jumlah pengukuran JVP dan CVP sebanyak

135 pengukuran. Rerata nilai JVP adalah 6.55 cmH2O dengan standar deviasi

0.65, nilai minimal JVP 5.3 cmH2O dan nilai maksimal JVP delapan cmH2O.

Rerata nilai CVP adalah 9.83 cmH2O dengan standar deviasi 2.94, nilai

minimal CVP empat cmH2O dan nilai maksimal CVP adalah 18 cmH2O

Tabel 5 Hasil Uji Regresi Nilai Pengukuran JVP dan CVP

Variable Nilai

R 0.798

R Square 0.637

Sig. regresi 0.000

Koefisien Konstanta -13.587

Koefisien Variabel 3.572

8

Hasil uji regresi dengan JVP sebagai variable bebas dan CVP sebagai

variabel terikat di dapatkan R = 0.798. R adalah koefisien korelasi yang

bernilai positif sehingga dapat diinterpretasikan hubungan antara JVP dengan

CVP adalah positif. Jika nilai JVP meningkat maka akan diikuti nilai CVP

juga meningkat. Besar koefisien korelasi adalah 0.798 sehingga kekuatan

hubungan antara JVP dan CVP adalah kuat.

R square = 0.637, sehingga koefisien determinasi dapat ditentukan

sebesar 0.637 X 100 % = 63.7 %. Koefisien determinasi 63,7 % dapat

diinterpretasikan nilai JVP mempengaruhi nilai CVP sebesar 63.7 %,

sedangkan 36.3 % nilai CVP dipengaruhi oleh factor-faktor lain selain nilai

JVP.

Nilai signifikasi dari uji regresi didapatkan sig. = 0.000, yang berarti

lebih kecil dari kriteria signifikan (< 0.05), dengan demikian model persamaan

regresi berdasarkan data penelitian adalah signifikan. Model regresi linier

memenuhi kriteria linieritas.

Model persamaan regresi diperoleh dengan koefisien konstanta

sebesar – 13.587 dan koefisien variabel sebesar 3.572 yang berada di kolom

Unstandardized Coefficients B. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh model

persamaan regresi :

CVP = - 13.587 + 3.572 JVP

Setiap peningkatan satu nilai JVP akan meningkatkan nilai CVP sebesar

3.572.

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Tiga Responden dengan EJV tidak tampak secara jelas berjenis

kelamin wanita dengan status nutrisi obese.Obese menyebabkan EJV tidak

terlihat secara jelas dan leher tampak lebih pendek sehingga JVP tidak dapat

diukur.Keadaan ini sejalan dengan pendapat Oetoro S.,(2012), berdasarkan

jenis kelamin, prevalensi obesitas pada wanita lebih tinggi (26,9%)

dibandingkan dengan laki-laki (16,3%).

2. Analisis Univariat

Sebanyak 13 (59 %) responden merupakan kasus bedah dan sebanyak

9 (41 %) responden merupakan kasus non bedah. Jumlah pengukuran JVP dan

CVP adalah 135 pengukuran. Sebanyak 61 (45 %) pengukuran pada kasus

bedah dan sebanyak 74 (55 %) pengukuran pada kasus non bedah. Jumlah

responden dengan kasus non bedah lebih sedikit dibandingkan dengan

responden kasus bedah. Jumlah pengukuran JVP dan CVP responden non

bedah lebih banyak dibandingkan responden bedah. Data yang ada sejalan

dengan data LOS pasien di IRI dari Medical Record (2014). LOS untuk pasien

bedah 3.67 hari dan untuk pasien non bedah 7.46 hari. LOS pasien non bedah

hampir dua kali LOS pasien bedah. Hal tersebut mempengaruhi jumlah

pengukuran JVP dan CVP responden. Semakin tinggi LOS responden semakin

banyak jumlah pengukuran JVP dan CVP.

9

Responden paling sedikit satu kali dilakukan pengukuran JVP dan

CVP pada kasus bedah ( post thoracotomy karena tumor mediastinum).

Pemantauan CVP pasien tersebut diubah dari menggunakan manometer ke

pemantauan invasif, dengan alasan karena kondisi membutuhkan data secara

terus-menerus yang dapat dilihat di bed side monitor. Konsep pelayanan

critical care adalah bagaimana secepat mungkin mendapatkan data pasien dan

secepat dan seakurat mungkin menganalisa data sehingga masalah pasien

dengan cepat dapat diketahui. Masalah yang segera diketahui diharapkan

pemecahan masalah pasien segera dapat dilakukan. Responden paling banyak

17 kali dilakukan pengukuran JVP dan CVP pada kasus pneumonia dengan

cardiomegali. Kasus tersebut merupakan kasus non bedah. LOS kasus non

bedah hampir dua kali LOS pasien bedah. Semakin tinggi LOS responden

semakin banyak jumlah pengukuran JVP dan CVP.

Setelah dipasang CVC evaluasi letak ujung CVC dilakukan dengan

menggunakan foto thoraks. Responden dengan letak ujung CVC berada di

vertebra thorakal 7 sebanyak 4 (9 %) responden, vertebra thorakal 7 - 8

sebanyak 2 (18 %) responden, dan vertebra thorakal 8 sebanyak 16 (73 %)

responden. Menurut Song Y.G. (2015) letak ujung CVC dapat dievaluasi

menggunakan foto thoraks dengan berpatokan pada tulang belakang. Letak

ujung CVC berada di cavaarterial junction (CAJ) yang diperkirakan 2.4 ruas

tulang belakang di bawah carina. Carina berada di vertebra thorakal ke lima,

sehingga di perkirakan letak ujung CVC berada di vertebra thorakal 7 sampai

8. Semakin dalam letak ujung CVC semakin jauh dari vena cava masuk ke

ruang atrium kanan atau bahkan masuk ke ruang ventrikel kanan. Letak ujung

CVC dari 22 pasien yang merupakan responden, kesemuanya masuk dalam

kriteria rentang menurut Song Y.G.

Seratus tiga puluh lima pengukuran JVP dan CVP, sebanyak 102

(76 %) pengukuran dilakukan pada responden yang terpasang ventilator, dan

33 (24 %) pengukuran pada responden yang tidak terpasang ventilator. Seratus

dua pengukuran pada pasien yang terpasang ventilator, 9 (9 %) pengukuran

dilakukan pada responden yang memakai PEEP 4 mmHg, dan 93 (91 %) yang

memakai PEEP 5 mmHg. Penelitian yang dilakukan Mulyati, T. (2011)

menyimpulkan bahwa penggunaan ventilator dengan PEEP 10 mmHg akan

meningkatkan nilai CVP sebesar 2 mmHg dan jika PEEP ditingkatkan

menjadi 15 mmHg maka nilai CVP akan meningkat sebesar 4.15 mmHg.

Penelitian yang dilakukan Cao F (2008) CVP akan meningkat jika

PEEP diberikan ≥ 10 cmH2O walaupun tidak ditemukan perubahan klinis

kondisi hemodinamik. Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan

intervensi terhadap responden yang terpasang ventilator baik dengan PEEP 4

mmHg maupun dengan PEEP 5 mmHg.

Sejalan dengan hukum Pascal yang menyatakan bahwa : tekanan

yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dengan

sama besar. (Bloomfield, L, 2006), peneliti berasumsi bahwa peningkatan

CVP di muara vena cava akan diteruskan ke EJV sehubungan dengan vena

jugularis internal maupun eksternal terhubung ke atrium kanan tanpa katup

10

intervensi sehingga bertindak sebagai saluran untuk darah di atrium kanan

(Hannah G, 2011).

Dua puluh dua responden yang terpasang CVC, sebanyak tujuh (32

%) responden lokasi pemasangan CVC di vena jugularis kanan, 10 (45 %)

responden di vena subclavia kanan, dan 5 (23 %) responden di vena subclavia

kiri. Lokasi pemasangan CVC dari 22 responden sesuai dengan pendapat

Young M (2011). Menurut Young M. (2011), lokasi pemasangan CVC adalah

vena jugularis internal atau eksternal, vena subclavia, vena femoral atau vena

brachial. Lokasi pemasangan CVC tidak berpengaruh terhadap nilai CVP.

Nilai CVP ditentukan oleh venous return dan letak ujung CVC. Semakin

dalam letak ujung CVC semakin jauh dari vena cava. Ujung CVC dapat

masuk ke ruang atrium kanan atau bahkan masuk ke ruang ventrikel kanan,

semakin tinggi nilai CVP (Song Y.G, 2015).

3. Pengaruh JVP Terhadap CVP

Di dalam monitor volume vascular pasien kritis aktifitas

keperawatan yang dilakukan adalah monitor indikasi retensi / kelebihan cairan

(cracles, CVP, edema, distensi vena leher / JVP, asites). Penelitian ini ingin

membuat persamaan sederhana pengaruh JVP terhadap CVP, sehingga ke

depannya monitor status volume vascular dengan indikator JVP lebih banyak

dilakukan, karena nilai JVP dapat digunakan dalam memprediksi nilai CVP.

Untuk pasien-pasien yang hanya membutuhkan monitor status volume

vascular tanpa membutuhkan jalur pemberian obat dengan osmolaritas yang

tinggi bisa menggunakan JVP sebagai indikator tanpa pasien harus dipasang

CVC. Hal tersebut bisa dilakukan untuk pasien-pasien yang dirawat diluar

ruang intensif.

Penelitian ini telah membuktikan bahwa JVP mempunyai hubungan

dengan CVP. Nilai koefisien korelasi hasil uji regresi sebesar 0.798. Koefisien

korelasi bernilai positif sehingga dapat diinterpretasikan hubungan antara JVP

dengan CVP adalah positif. Jika nilai JVP meningkat maka akan diikuti nilai

CVP juga meningkat. Besar koefisien korelasi adalah 0.798 sehingga kekuatan

hubungan antara JVP dan CVP adalah kuat. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Ajeet (2006), dimana dalam kesimpulannya pemeriksaan

EJV berkorelasi baik dengan nilai CVP dan merupakan sarana yang dapat

diandalkan untuk mengidentifikasi rendah atau tinggi nilai CVP. Penelitian ini

juga sejalan dengan penelitian Sankoff tahun 2008, yang bertujuan untuk

menjelaskan cara menilai JVP sebagai indikator normal atau meningkatnya

nilai CVP. Penilaian EJV ketika tervisualisasi adalah akurat untuk menilai

CVP.

Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan koefisien determinasi

sebesar 63.7 %, sehingga nilai JVP mempengaruhi nilai CVP sebesar 63.7 %,

sedangkan 36.3 % nilai CVP dipengaruhi oleh faktor selain nilai JVP. Faktor–

faktor lain yang mempengaruhi nilai CVP seperti yang diungkapkan Jevon P

(2007) adalah : Volume darah vena sentral (venous return/cardiac output,

volume darah total, dan tonus vaskuler regional), pemenuhan kompartemen

sentral (tonus vaskuler dan pemenuhan ventrikel kanan), penyakit myokard,

11

penyakit perikard, tamponade, penyakit katup tricuspid (stenosisdan

regurgitasi), ritme jantung (ritme junctional, fibrilasi atrium, dan disosiasi

atrioventrikular), tekanan intrathorakal (respirasi, intermittent positive ‐ pressure ventilation, positive end expiratory pressure, dan tension

pneumothorax).

Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan sebuah persamaan

CVP = - 13.587 + 3.572 JVP. Setiap peningkatan satu nilai JVP akan

meningkatkan nilai CVP sebesar 3.572. Vena jugularis internal maupun

eksternal terhubung ke atrium kanan tanpa katup intervensi sehingga bertindak

sebagai saluran untuk darah di atrium kanan ( Hannah G, 2011). Hasil

penelitian ini sejalan dengan hukum Pascal yang menyatakan bahwa tekanan

yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dengan

sama besar. (Bloomfield, L, 2006).

Hasil tersebut juga sejalan dengan pendapat Waechter J., (2007)JVP

dan CVP adalah dua metode pengukuran tekanan pengisian ventrikel

kanan.Tekanan pengisian mencerminkan preload dari ventrikel kanan. JVP

dapat diukur dengan pemeriksaan fisik, CVP diukur dengan memasukkan

kateter sampai ke atrium kanan melalui vena jugularis internal atau vena

subclavia. Kedua cara tersebut mengukur sesuatu yang sama tetapi dengan

cara yang berbeda.

KETERBATASAN PENELITIAN

1. Homogenitas pasien.

Sampel diambil berdasarkan waktu, bukan berdasarkan diagnosa medik

pasien. Diagnosa medik pasien yang sama akan lebih bisa menggambarkan

kondisi hemodinamik yang relatif sama.

2. Penggunaan jarak atrium kanan dengan angulus sternalis sejauh 5 cm,

penelitian ini tidak melihat indek masa tubuh yang memang berpengaruh

terhadap jarak atrium kanan dengan angulus sternalis.

3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hemodinamik pasien seperti

pemasangan ventilator, penggunaan PEEP dalam ventilator tidak dikendalikan

oleh peneliti.

4. Variasi jumlah pengukuran JVP dan CVP pada masing-masing pasien. Kasus

pasien non bedah memiliki jumlah pengukuran yang lebih banyak dibanding

dengan kasus bedah karena adanya perbedaan LOS pasien.

SIMPULAN

Terdapat hubungan positif yang kuat antara nilai JVP dan Nilai CVP dengan

koefisien korelasi 0.798. Nilai JVP mempengaruhi nilai CVP sebesar 63.7 %.

Nilai CVP dapat diperkirakan menggunakan nilai JVP dengan menggunakan

persamaan sederhana CVP = - 13.587 + 3.572 JVP, Setiap peningkatan satu nilai

JVP akan meningkatkan nilai CVP sebesar 3.572

SARAN

1. Jika tidak terpasang CVC perawat dapat menggunakan nilai JVP untuk

mengevaluasi volume vascular pada pasien yang tidak mengalami peningkatan

12

tekanan intra thoraks, penyakit katub jantung, tamponade jantung dan

gangguan irama jantung yang menyebabkan penurunan venous return.

2. Jika EJV terlihat dengan baik dan pasien tidak memerlukan terapi intravena

dengan cairan yang mempunyai osmolaritas tinggi, maka pasien tidak perlu

dipasang CVC.

3. Sosialisasi kembali tentang monitoring haemodinamik, terutama untuk

menentukan volume vascular, dan standar prosedur operasional pengukuran

JVP.

4. Untuk penelitian berikutnya bisa dilakukan terhadap pasien yang homogen

dan memperhitungkan indeks masa tubuh yang menentukan jarak atrium

kanan ke angulus sternalis serta jumlah penguruan JVP dan CVP yang sama

untuk masing-masing pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah MH, at.all, 2011, External jugular venous pressure as an alternative to

conventional central venous pressure in right lobe donor hepatectomies,

diakses 26 Desember 2011 dari http://www.docguide.com/external-

jugular-venous-pressure-alternative-conventional-central-venous-

pressure-right-lobe-donor-h?tsid=5,

Ajeet Vinayak, at all, 2006, Usefulness of the External Jugular Vein

Examinationin Detecting Abnormal Central Venous Pressure in

Critically Ill Patients, ARCH INTERN MED/VOL 166:2132-2137

Al-Khafaji A , 2004, Fluid resuscitation, Webb A R Contin Educ Anaesth Crit

Care Pain 2004;4:127-131, the British Journal of Anaesthesia, diakses

20 Desember 2011 dari

http://ceaccp.oxfordjournals.org/content/4/4/127/F1.expansion.html,

Bloomfield, Louis (2006). How Things Work: The Physics of Everyday Life

(Third Edition). John Wiley & Sons.p. 153. Diakses 24 Agustus 2015

dari https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Pascal

Cao F, Liu XF, Chen RL, Wang XC, 2008, Effect of positive end-expiratory

pressure on central venous pressure and common iliac venous pressure

in mechanically ventilated patients, Zhongguo Wei Zhong Bing Ji Jiu Yi

Xue. Diakses 24 Agustus 2015 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18549712

Denny Demeria, at all, 2004, Comparison of Clinical Measurement of Jugular

Venous Pressure Versus Measured Central Venous Pressure,

University of Saskatchewan, Saskatoon, SK, Canada

13

Gronow H., 2011, Jugular Venous Pressure,diakses4 Desember 2011 dari

http://www.patient.co.uk/doctor/Jugular-Venous-Pressure.htm,

Izakovic, M., 2010, Review Central Venous Pressure – Evaluation Interpretation

Monitoring Clinical Implications, diakses 25 Desember 2011 dari

http://www.bmj.sk/2008/10904-10.pdf

Jevon P., Ewens B., 2007, Monitoring the Critically Ill Patient, Second edition,

Blackwell Science, Oxford.

Kent K. Hu, at all, 2004, Use of Maximal Sterile Barriers during Central Venous

Catheter Insertion: Clinical and Economic Outcomes, Infectious

Diseases Society of America; 39:1441–5, diakses 25 Desember 2011 dari

http://cid.oxfordjournals.org/content/39/10/1441.full.pdf,

Kichu N. ed., 2010, Adult Physical Examination - The jugular venous pressure,

diakses 4 Desember 2011 dari

http://physicalexamination.org/?q=node/35

Klabunde, R.,2010, Cardiovascular Physiology Concepts, diakses 11 Desember

2011 dari

http://www.cvphysiology.com/Cardiac%20Function/CF001.htm,

Manuela Bonizzoli, at all, 2010, Peripherally inserted central venous catheters

and central venous catheters related thrombosis in post-critical

patientsdiakses 25 Desember 2011 dari

http://www.springerlink.com/content/35hg74460u755l88/

Martini, dkk, 2008, Anatomi and Physiology For Emergency Care, second

edition, P.459. New Jersey.

Michael Young,2011, Indications for and complications of central venous

catheters,diakses 24 Desember 2011 dari

http://www.uptodate.com/contents/indications-for-and-complications-

of-central-venous-catheters#H2

Miller RR, Ely EW., 2006, Radiographic measures of intravascular volume

status: the role of vascular pedicle width, diakses 20 Desember 2011

dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16672786

Mulyati T., 2011, Pengaruh Peep (Positive End Expiratory Pressure)Terhadap

Nilai Cvp (Central Venous Pressure) Pada Pasien Dengan Penggunaan

Ventilator Di Ruang Gicu Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung, Unpad,

Bandung, diakses 24 Agustus 2015

darihttp://pustaka.unpad.ac.id/archives/118809/

14

Oetoro S., 2012, Obesitas Sering Dialami Perempuan, Tribunnews.com, diakses 24 Agustus 2015 dari http://www.tribunnews.com/kesehatan/2012/05/07/

Ramana RK, 2006, A new angle on the Angle of Louis, Congest Heart Fail. 2006

Jul-Aug;12(4):196-9, diakses 25 Desember 2011 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16894277,

Rokhaeni, H., 2001, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Bidang Diklat

Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.

Sankoff Jeffrey & Zidulka Arnold, 2008, Non-Invasive Method for the Rapid

Assessment of Central Venous Pressure: Description and Validation by

a Single Examiner, Western Journal of Emergency Medicine,

Department of Emergency Medicine, UC Irvine

Seth R, at all, 2002, How far is the sternalangle from the mid-right atrium?,J Gen

Intern Med. 2002 Nov;17(11):852-6, diakses 25 Desember 2011 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12406357,

Song YG.,2015, Use of vertebral body units to locate the cavoatrial junction for

optimum central venous catheter tip positioning, Br J Anaesth. 2015

Aug;115(2):252-7. doi: 10.1093/bja/aev218. Diakses 24 Agustus 2015

dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26170349

Tarigan RH., 2011, Hubungan Tekanan Vena Sentral Dengan Tekanan Intraokuli

Menggunakan Tonometer Schiotz Pada Pasien Di Ruang Rawat

Intensif,diakses 4 Desember 2011 dari

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22996/6/Abstract.pdf

Widiastuti, 2014, Angka Kejadian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infeksi

Paska Pemasangan Kateter Vena Sentral di Rumah Sakit Dr. Soetomo,

Jurnal Anestesiologi Indonesia, Vol 6, No 1, diakses 1 September 2015

dari http://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/6572