pengaruh brand image, service...

28
1 PENGARUH BRAND IMAGE, SERVICE QUALITY, DAN PERCEIVED VALUE TERHADAP BRAND LOYALTY KARTU PRABAYAR GSM PT. INDOSAT DI SEMARANG Ferdi Angriawan Drs. H. Mudiantono, M.sc. ABSTRACT Current condition of business competition becomes more intense, every company should be able to survive, and continue to grow. One important thing that has to be done and considered by every company is to maintain existing customers and continue to work on new potential customers, so they won’t move to another company. The objectives in this study are as follows: analyzing the influence of brand image on brand loyalty PT. Indosat GSM prepaid card, analyzing the influence of service quality on brand royalty PT. Indosat GSM prepaid card, analyzing the influence of perceived value on brand loyalty PT. Indosat GSM prepaid card. This study uses explanatory research type. Target in this study is the 17 th year’s old customer who lives in Semarang and has used PT. Indosat product for more than 2 years. Then, 100 people taken as sample and non-random sampling technique is used. Analysis tools used are validity test, reliability test, classic assumptions test, multiple regression analysis, hypothesis test, coefficient determination. Based on the research conducted, the following conclusions can be made: brand image significantly influences on brand loyalty by customers, it means that if the brand image is more strategic, the brand loyalty will increase; service quality significantly influences on brand loyalty by customers, it means that if service quality is better, the brand loyalty will increase. Perceived value significantly influences on brand loyalty by customers, it means that if the perceived value is increasing, the brand loyalty will increase. Value of coefficient determination (Adjusted R Square) is equal to 0.702 or 70.2%, means contribution of the brand image variables (X1), service quality (X2) and perceived value (X3) on Brand loyalty (Y) and the remaining 29.8% is influenced by other factors. Keywords: Brand image, Service Quality, Perceived value, Brand loyalty

Upload: dinhduong

Post on 06-Apr-2018

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

PENGARUH BRAND IMAGE, SERVICE QUALITY,DAN PERCEIVED VALUE TERHADAP BRAND

LOYALTY KARTU PRABAYAR GSM PT. INDOSATDI SEMARANG

Ferdi Angriawan

Drs. H. Mudiantono, M.sc.

ABSTRACT

Current condition of business competition becomes more intense, every companyshould be able to survive, and continue to grow. One important thing that has tobe done and considered by every company is to maintain existing customers andcontinue to work on new potential customers, so they won’t move to anothercompany.

The objectives in this study are as follows: analyzing the influence ofbrand image on brand loyalty PT. Indosat GSM prepaid card, analyzing theinfluence of service quality on brand royalty PT. Indosat GSM prepaid card,analyzing the influence of perceived value on brand loyalty PT. Indosat GSMprepaid card.

This study uses explanatory research type. Target in this study is the 17th

year’s old customer who lives in Semarang and has used PT. Indosat product formore than 2 years. Then, 100 people taken as sample and non-random samplingtechnique is used. Analysis tools used are validity test, reliability test, classicassumptions test, multiple regression analysis, hypothesis test, coefficientdetermination.

Based on the research conducted, the following conclusions can be made:brand image significantly influences on brand loyalty by customers, it means thatif the brand image is more strategic, the brand loyalty will increase; servicequality significantly influences on brand loyalty by customers, it means that ifservice quality is better, the brand loyalty will increase. Perceived valuesignificantly influences on brand loyalty by customers, it means that if theperceived value is increasing, the brand loyalty will increase. Value of coefficientdetermination (Adjusted R Square) is equal to 0.702 or 70.2%, means contributionof the brand image variables (X1), service quality (X2) and perceived value (X3)on Brand loyalty (Y) and the remaining 29.8% is influenced by other factors.

Keywords: Brand image, Service Quality, Perceived value, Brand loyalty

2

1. PENDAHULUAN

Kondisi persaingan usaha saat ini semakin ketat, setiap perusahaan harus

mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal

penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

mempertahankan pelanggan yang telah ada, terus menggarap pelanggan-

pelanggan potensial baru agar jangan sampai pelanggan meninggalkan perusahaan

menjadi pelanggan perusahaan lain. Dengan kata lain perusahaan harus mampu

mempertahankan (brand loyalty) loyalitas merek. Loyalitas terhadap merek

produk merupakan konsep yang sangat penting khususnya pada kondisi tingkat

persaingan yang sangat ketat dengan pertumbuhan yang rendah. Di samping itu,

upaya mempertahankan loyalitas merek ini merupakan upaya strategis yang lebih

efektif dibandingkan dengan upaya menarik pelanggan baru (Gede Riana, 2008).

Menurut Kotler (2008: 282-283), para pemasar harus menempatkan merek

dengan jelas dalam pikiran pelanggan. Pemasar dapat memposisikan merek pada

satu dari tiga tingkat posisi merek. Pada tingkat yang terendah, pemasar dapat

memposisikan merek pada atribut produk yaitu memfokuskan pada bahan-bahan

produknya. Satu tingkat diatasnya yaitu para pemasar dapat memposisikan merek

mereka secara lebih baik dengan menonjolkan manfaat yang terkandung di dalam

produk. Sedangkan merek terkuat diposisikan melampaui atribut atau manfaatnya.

Merek ini diposisikan pada kepercayaan dan nilai yang kuat yang melibatkan

emosi di dalamnya.

Sukses tidaknya sebuah merek dapat terjawab jika sebuah produk dengan

merek yang melekat padanya telah mampu memberikan keuntungan fungsional

untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan segenap persaingan di dalamnya. Ada

tiga hal yang melatarbelakangi pertumbuhan minat pada pengelolaan merek

menurut Aaker (1991) yakni:

1. Beberapa perusahaan besar kelas dunia tidak segan-segan membayar

mahal untuk mempertahankan merek produknya. Hal ini disebabkan

karena untuk menciptakan merek baru dengan ekuitas yang kuat dipasar

memerlukan investasi lebih besar dibandingkan dengan mempertahankan

merek yang sudah ada.

3

2. Tenaga pemasar professional sadar bahwa promosi harga adalah alat

pemasaran dalam meningkatkan pemasaran dan memperlihatkan produk

sebagai komoditas. Maka dari itu diterapkan strategi pemasaran dengan

membangun brand value dan diferensiasi produk guna menciptakan

keunggulan bersaing

3. Optimalisasi asset perusahaan untuk memaksimalkan kinerja pemasaran

adalah eksploitasi merek.

Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis atau kegiatan

usahanya, umumnya mempunyai visi untuk menjadi perusahaan yang terbaik atau

terkenal. Hal ini dituangkan dalam perumusan apa yang menjadi tujuan dan

sasaran perusahaan tersebut. Dalam hal ini maka yang pertama-tama harus

diperhatikan perusahaan adalah orientasi pelanggan atau customer, yaitu apa yang

harus dipuaskan perusahaan bagi pelanggannya. Dengan penekanan perhatian

perusahaan pada pelanggan, maka tentunya yang harus dipuaskan perusahaan

tersebut adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan atau customer needs and want

(Sofjan Assauri, 2003).

Dengan demikian nampak peran penting merek baik dalam hal brand

image (citra merek), service quality (kualitas pelayanan) dan perceived value

(nilai yang diterima) dalam membangun sebuah Brand Loyalty (loyalitas merek).

Dimana konsumen kerap kali memberi produk lebih didasarkan pada mereknya

baru kemudian kualitas yang ditawarkan oleh produk ataupun jasa (Aaker, 1996)

Lebih lanjut, diperlukan suatu upaya dari kita untuk melakukan penelitian yang

diharapkan memberikan suatu gambaran akan penerapan dalam hal pengelolaan

brand image (citra merek), service quality (kualitas pelayanan) dan perceived

value (nilai yang diterima) dalam membangun sebuah Brand Loyalty (loyalitas

merek).

Loyalitas merek tidak terlepas dari persaingan antar perusahaan. Dalam

era kecanggihan teknologi dan sistem informasi saat ini, persaingan di industri

telekomunikasi khususnya bisnis seluler (nirkabel) semakin ketat. Setiap operator

seluler berusaha memberikan layanan optimal untuk merebut hati pelanggan.

Sebagai akibat adanya persaingan meningkatkan posisi tawar (bargaining power)

4

dalam memilih telepon seluler yang dianggap baik dan menguntungkan (Amir

Hamzah, 2007).

Saat ini Indonesia memiliki 8 operator yang siap bertarung

memperebutkan pasar 230 juta penduduk. Delapan operator seluler tersebut

adalah Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Hutchison CP Telecom, Natrindo Telepon

Seluler, Mobile-8 Telecom, Smart Telecom, dan Sampoerna Telekomunikasi

Indonesia berdasarkan kutipan pada www.detikinet.com Selasa, 12/11/2011 12:29

WIB. Persaingan antar operator berjalan ketat, hal ini mengakibatkan terjadinya

perang tarif baik itu operator lama maupun operator kecil yang masih baru untuk

mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya. Perang tarif yang terjadi yaitu

dengan menurunkan tarif untuk mempertahankan konsumen yang sudah ada atau

bahkan menarik konsumen baru (Mulyanto, 2008, dalam Sasongko Jati, 2010).

Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan tetap

harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu

hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

mempertahankan pelanggan yang telah ada dan terus bersaing dalam menggarap

pelanggan-pelanggan potensial baru. Dengan kata lain perusahaan harus mampu

mempertahankan loyalitas pelanggan (Gede Riana, 2008).

Salah satu operator seluler yang ikut bersaing dipasaran yaitu indosat

dengan merek dagang IM3 (Indosat MultiMedia Mobile). Merek dagang ini

diluncurkan pertama kali pada akhir Agustus 2001 dan merupakan operator

seluler pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi GSM 1800 dengan

cakupan nasional. Sejak November 2003, IM3 melakukan merger dengan

Satelindo yang masih satu group dibawah indosat. Merger dilakukan untuk

menambah jaringan IM3 yang memungkinkan pelanggan menggunakan jaringan

Satelindo yang dikenal dengan Sistem AutoSwitch ISAT-M3 & SAT C. Sampai

saat ini IM3 masih mempertahankan image sebagai kartu prabayar yang ditujukan

bagi young heart and dynamic people yaitu kawula muda dan orang-orang yang

dinamis (Sasongko Jati, 2010).

5

Kartu prabayar IM3 adalah produk yang sudah sangat dikenal oleh

masyarakat Indonesia, mempunyai pelanggan yang banyak dan cukup

diperhitungkan oleh para pesaingnya. Salah satu upaya yang dilakukan PT Indosat

Tbk dalam menghadapi persaingan adalah memberikan kualitas pelayanan yang

terbaik kepada konsumen. Kualitas produk yang ditawarkan dari kartu prabayar

IM3 diantaranya dengan memberikan fitur dan layanan yang tersedia di dalam

kartu yaitu mulai dari sms, i-ring, transfer pulsa, IM3-access, GPRS, MMS,

Confirence Call dan beberapa inovasi lain yaitu MU24H itu IM3 dan IM3 Micro

SIM Card.

Bahkan pada tahun 2011 ini, Indosat melaunching program baru yang

diberi nama IM3 CeeS-an dan Mentari Obral Obrol Poool. Program ini

dikhususkan membidik pelanggan profesional muda yang saat ini lebih nyaman

berkomunikasi dengan keluarga, teman, dan sahabat melalui social network yang

telah menjadi tren di masyarakat sekarang ini. Paket layanan terbaru ini sengaja

dihadirkan oleh Indosat, dengan harapan jumlah pelanggan kartu IM3 bertambah

30% dan pelanggan kartu Mentari meningkat 20% berdasarkan kutipan Gunung

Hari Widodo, Head of Area East Java PT Indosat pada http://warta-indonesia.com

Sabtu, 12/11/2011.

Saat ini indosat merupakan perusahaan operator telekomunikasi terbesar

kedua di Indonesia dengan produknya antara lain IM3, Mentari, StarOne, dan

Matrix. Data dari Dirjen Postel dan informasi web yang telah diolah menunjukan

total konsumen seluler di Indonesia hingga kuartal ketiga tahun 2010 mencapai

175.899 juta pelanggan. Dari data dibawah ini terlihat bahwa Telkomsel masih

unggul dalam jumlah pelanggan yang mencapai 93.136 juta. Diikuti di posisi

kedua yaitu Indosat dengan 44,3 juta pelanggan. Sedangkan XL menguntit di

posisi ketiga dengan jumlah pelanggan sebesar 38.463 juta. Tabel berikut adalah

jumlah pelanggan dari ketiga perusahaan operator terbesar di Indonesia dari tahun

2008 sampai kuartal keempat tahun 2010.

Untuk menyusun strategi yang lebih akurat, maka para provider operator

seluler harus mengetahui posisi pesaingnya dan tak kalah pentingnya yaitu

6

perkiraan besar pangsa pasar perusahaan saat ini maupun dimasa mendatang

untuk mendapatkan konsumen yang loyal (Pramono & Rusdiansyah, 2008).

Giddens (2002) menyatakan bahwa loyalitas merek adalah pilihan yang

dilakukan konsumen untuk membeli merek tertentu dibandingkan merek yang lain

dalam satu kategori produk. Schiffman dan Kanuk (dikutip oleh Dinarty SH

Manurung, 2009) juga mendefinisikan loyalitas merek sebagai preferensi

konsumen secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama

pada produk yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu.

Walaupun demikian, loyalitas konsumen terhadap merek berbeda dengan

perilaku pembelian berulang (repeat purchasing behavior). Perilaku pembelian

berulang adalah tindakan pembelian berulang pada suatu produk atau merek yang

lebih dipengaruhi oleh faktor kebiasaan. Dalam loyalitas konsumen, tindakan

berulang terhadap merek tersebut dipengaruhi oleh kesetiaan terhadap merek

(Kumar, 2002). Sumarwan (dikutip oleh Dinarty SH Manurung, 2009)

menambahkan bahwa loyalitas akan menyebabkan munculnya komitmen terhadap

merek, yaitu kedekatan emosional dan psikologis dari seorang konsumen terhadap

merek suatu produk.

Giddens (2002) menyatakan bahwa konsumen yang loyal terhadap suatu

merek memiliki ciri-ciri, yaitu memiliki komitmen pada merek tersebut, yakni

kedekatan emosional dan psikologis seseorang konsumen terhadap suatu produk;

berani membayar lebih pada merek tersebut bila dibandingkan dengan merek yang

lain, akan merekomendasikan merek tersebut pada orang lain, dalam melakukan

pembelian kembali produk tersebut tidak melakukan pertimbangan, selalu

mengikuti informasi yang berkaitan merek tersebut serta mereka dapat menjadi

semacam juru bicara dari merek tersebut dan mereka selalu mengembangkan

hubungan dengan merek tersebut. Konsumen dengan loyalitas merek akan selalu

mencari merek favoritnya dan kurang sensitif pada promosi yang kompetitif.

Sumarwan (dikutip oleh Dinarty SH Manurung, 2009) juga menambahkan bahwa

konsumen yang loyal akan menunda pembelian apabila merek produk yang ingin

dibeli tidak tersedia atau habis.

7

Penelitian ini merupakan replikasi dari jurnal–jurnal antara lain Managing

Service Quality Vol. 17 No. 1, 2007 dan Tesis Undip, 2009 (Ruchan Kayaman

dan Emy Yatul Hasana) hasil dari penelitian adalah terdapat pngaruh yang

signifikan antara variabel Brand Image, Service Quality, dan Perceived Value

Terhadap Brand Loyalty.

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut dalam rangka penyusunan skripsi

analistis mengadakan penelitian dengan judul ”Pengaruh Brand Image, Service

Quality, dan Perceived Value Terhadap Brand Loyalty kartu prabayar GSM

PT.Indosat di Semarang”

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Brand

Brand atau merek menjadi hal dominan pada era globalisasi saat ini.

Brand adalah salah satu faktor penting dalam kompetisi dan merupakan aset

perusahaan yang bernilai. Merek atau brand adalah bagian dari consideration set

yang mempengaruhi preferensi pelanggan dalam memilih merek dan melakukan

keputusan pembelian. Brand juga sangat berpengaruh dalam menciptakan

keunggulan bersaing melalui kapabilitasnya dibenak konsumen. Brand digunakan

untuk memberikan diferensiasi produk dari pesaingnya. Dari brand inilah tercipta

symbol atau atribut yang merupakan identitas dari merek itu sendiri dan bagi

konsumennya. Menurut Peter dan Olson (1996) merek adalah sesuatu yang

dibentuk dalam pikiran pelanggan dan mempunyai kekuatan membentuk

kepercayaan pelanggan.

Menurut American Marketing Association (Kotler, 2007) merek adalah

nama, istilah, tanda, simbol rancangan, atau kombinasi yang dapat

mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual agar

dapat membedakan produk tersebut dari produk pesaing. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan Aaker (dikutip oleh Dinarty SH Manurung, 2009) bahwa

merek merupakan nama atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah

logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari

seorang penjual atau sekelompok penjual tertentu, dengan demikian

8

membedakannya dari barang-barang atau jasa yang dihasilkan para kompetitor.

Pada dasarnya merek bukan hanya nama, tanda, logo ataupun simbol yang

membedakan suatu produk dengan produk lainnya, tetapi merek adalah ”janji”

seorang penjual kepada para konsumen. Hal ini ditegaskan oleh Durianto,

Sugiarto , dan Budiman (2004) bahwa merek mengandung janji perusahan untuk

secara konsisten memberikan ciri, manfaat dan jasa tertentu pada konsumen.

Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena didalamnya tercakup

paling tidak enam pengertian, yaitu: atribut produk, manfaat, nilai, budaya,

kepribadian dan pemakai. Selain sebagai nama, logo dan simbol, merek juga

mempunyai makna yang berbeda-beda bagi para produsen. Menurut Hermawan

Kertajaya (2002), perusahaan memiliki cara yang berbeda-beda dalam

memandang merek. Hal itu tergantung pada tipe pemasaran yang digunakan oleh

perusahaan tersebut. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa merek

merupakan sebuah nama, istilah, simbol, desain maupun kombinasinya yang

dimaksudkan untuk membedakan suatu produk dari produk yang dihasilkan

kompetitor-kompetitor yang ada dan lebih mengarah kepada identitas produk serta

janji berupa bentuk, pelayanan dan keuntungan kepada para konsumen

Merek biasanya digunakan untuk mendiferensiasikan produk satu produsen

dengan produsen sejenis kompetitor. Kotler (2007) menyebutkan fungsi merek

(brand) adalah untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau

sekelompok penyaji dan membedakan dengan produk sejenis dari penyaji lainnya.

2.2 Brand loyalty (Loyalitas Merek)

Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu konsep yang sangat

penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek

sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Loyalitas dapat diartikan

sebagai suatu komitmen yang mendalam untuk melakukan pembelian ulang

produk atau jasa yang menjadi preferensinya secara konsisten pada masa yang

akan datang dengan cara membeli ulang merek yang sama meskipun ada pengaruh

situasional dan usaha pemasaran yang dapat menimbulkan perilaku peralihan.

9

Aaker (1996) mendefinisikan brand loyalty sebagai “A measure of the attachment

that a costumer has a brand“.

Loyalitas merek menunjukkan adanya suatu ikatan antara pelanggan dengan

merek tertentu dan ini sering kali ditandai dengan adanya pembelian ulang dari

pelanggan. Mowen (2001) mengemukakan bahwa loyalitas dapat didasarkan pada

perilaku pembelian aktual produk yang dikaitkan dengan proporsi pembelian.

Perusahaan yang mempunyai basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek

yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan karena biaya untuk

mempertahankan pelanggan jauh lebih murah dibandingkan dengan mendapatkan

pelanggan baru. Loyalitas merek yang tinggi dapat meningkatkan perdagangan

dan dapat menarik minat pelanggan baru karena mereka memiliki keyakinan

bahwa membeli produk bermerek minimal dapat mengurangi risiko. Keuntungan

lain yang didapat dari loyalitas merek adalah perusahaan dapat lebih cepat untuk

merespons gerakan pesaing. Istilah loyalitas sudah sering kita dengar. Seperti

emosi dan kepuasan, loyalitas merupakan konsep lain yang nampaknya mudah

dibicarakan dalam konteks sehari-hari tetapi menjadi lebih sulit ketika dianalisis

maknanya.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.4Model Penelitian

ServiceQuality

BrandLoyalty

PerceivedValue

BrandImage

H1

H2

H3

10

Sumber : Di kembangkan dari Low and Lamb (2000), Kumar et. al., (2006) , Pappu et. al

(2005), Voss dan Voss (2002)

Berdasarkan berbagai teori dan hipotesis yang telah diajukan maka dapat

digambarkan kerangka berpikir teoritis yang menempatkan brand image, Kualitas

Layanan dan perceived value sebagai variabel bebas yang memberikan pengaruh

positif terhadap brand loyalty. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.4

diatas.

2.3 Brand image (Citra Merek)

Brand image adalah persepsi rasional dan emosional terhadap suatu merek

tertentu (Dobni and Zinkhan, 1999). Brand image atau citra merek berasal dari

keyakinan konsumen terhadap suatu brand tertentu secara fungsional dan

simbolis. Menurut Park dan Sinivasan (1994) berpendapat bahwa untuk

memahami brand image dengan baik harus memperhatikan keunikan karakteristik

produk. Low and Lamb (2000) mengemukakan indikator dari brand image antara

lain :

1. friendly / unfriendly : kemudahan dikenali oleh konsumen

2. modern / outdated : memiliki model yang up to date / tidak ketinggalan jaman

3. useful / not : dapat digunakan dengan baik/ bermanfaat

4. popular / unpopular : akrab di benak konsumen

5. gentle / harsh : mempunyai tekstur produk halus / tidak kasar

6. artificial / natural : keaslian komponen pendukung atau bentuk

Persepsi pelanggan terhadap brand didapat melalui proses pembelajaran

dan proses pemikiran yang cukup matang melalui keputusan pembeliannya

terhadap suatu produk. Haubl (1996) mengatakan bahwa brand image

berpengaruh langsung terhadap tingkat minat beli terhadap suatu produk.

Menurut Urde (1994) perusahaan dimasa yang akan datang tidak cukup

dengan orientasi pada produk saja tetapi semakin bergantung pada brand.

Perusahaan yang orientasi strategiknya pada brand akan mempunyai faktor

pendukung untuk keunggulan bersaing berkelanjutan (sustainable competitive

11

advantage). Dalam hal ini brand equity memiliki potensi yang kuat. Meenagan

and Shipley (1999) mengemukakan pentingnya komunikasi pemasaran dalam

meningkatkan brand image. Didukung oleh Graeff (1996) tentang pentingnya

promosi dalam membangun suatu brand.

Adapun image yang dibangun Indosat saat ini adalah memiliki sinyal kuat.

Upaya-upaya yang dilakukan Indosat untuk tetap mendapat julukan sebagai

seluler yang memiliki sinyal kuat, pada Juli 2007 Indosat kembali

mengkampanyekan Sinyal Kuat Indosat, ‘Kemana-mana Sinyal Kuat Indosat

Dimana-mana’ yang dilaksanakan di Yogyakarta (Ramli, 2007). Berdasarkan

pada uraian yang telah disebutkan di atas, maka hipotesis pertama yang diajukan

adalah sebagai berikut:

H1: brand image berpengaruh positif terhadap brand loyalty

2.4 Brand loyalty

Pengertian kualitas layanan dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara

pelayanan yang diharapkan konsumen dengan pelayanan yang diterimanya

(Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1985). Pelanggan (customers) berbeda

dengan konsumen (consumers). Seseorang dikatakan sebagai pelanggan jika orang

tersebut mulai membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan

oleh perusahaan. Kebiasaan tersebut terbentuk melalui pembelian berulang dalam

jangka waktu tertentu. Jika orang tersebut tidak melakukan pembelian berulang

dalam jangka waktu tertentu maka ia dikatakan konsumen. Dewasa ini konsep dan

pengukuran kualitas pelayanan telah berkembang dengan pesat. Menurut

Parasuraman, Zeithaml dan Berry 1985, kontributor utama dalam

mengembangkan pengukuran kualitas pelayanan, dikemukakan dalam lima

dimensi, yaitu:

1. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

2. Daya Tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu

para konsumen dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

12

3. Jaminan (assurance), yaitu mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan

dan sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya,

resiko atau keragu-raguan.

4. Empaty (empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para

konsumen.

5. Bukti langsung (tangibles), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,

pegawai dan sarana komunikasi.

Berdasarkan pada uraian yang telah disebutkan di atas, maka hipotesis kedua

yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2: kualitas layanan (service quality) berpengaruh positif terhadap brand

loyalty

2.5 Perceived value

Perceived Value atau disebut dengan manfaat dari nilai produk yang dirasakan

oleh konsumen. Parasuraman dan Grewal, (2000) mendefinisikan perceived value

sebagai konstruk dinamis yang terdiri empat jenis nilai:

a. fair price: kesesuaian harga & kualitas

b. brand reputation : reputasi merek yang selama ini ada dibenak pelanggan

c. value for money: manfaat & nilai uang yang dibayar

Perceived value juga merupakan salah satu strategi pemasaran terpenting

dalam mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan melalui loyalitas

merek (Treacy & Wiersema, 1993; Heskett et al, 1994; Ravald & Gronroos,

1996). Slater (1997) dan Parasuraman (1997) menyatakan bahwa perceived value

adalah hal penting dalam pemahaman perilaku konsumen, karena persepsi

konsumen tentang value berpengaruh terhadap keputusan pembelian mereka yang

pada akhirnya mampu menciptakan loyalita merek (Teas & Agarwal, 1997;

Dodds, 1991). Menurut Zeithaml (1988) perceived value dipengaruhi perceived

quality berhubungan positif dengan brand loyalty.

Melihat dari produk inovatif yang dihadirkan Indosat untuk melayani

komunikasi seluler di Indonesia, tarif murah, jangkauan (coverage) dan didukung

13

sinyal kuat, layak jika Indosat menjadi jaringan seluler terkemuka di Indonesia.

Mengenai produk Indosat lain, seperti untuk pelanggan Mentari, Indosat juga

melayani pelanggan dengan tarif yang lebih hemat dan berkualitas. Dengan

beragam kemudahan dan manfaat yang ditawarkan, Indosat berharap pelanggan

Indosat, khususnya pelanggan Mentari dapat memperoleh lebih banyak

kemudahan dan keleluasaan dalam berkomunikasi. Dengan semakin ketatnya

jaringan operator seluler, ada kompetitor lama dan kompetitor baru, Indosat tetap

mampu sebagai jaringan terkemuka di Indonesia. Memiliki pelanggan semua

kalangan dan mampu memberikan layanan komunikasi yang lebih baik

merupakan perceived value yang dimiliki Indosat yang akan berpengaruh terhadap

loyalitas merek (Ramli, 2007). Sebagai satu strategi untuk memiliki perceived

value dimata pelanggan, Indosat meluncurkan program poin plus-plus yang

tujuannya membangun loyalitas pelanggan terhadap merek dari PT. Indosat .

Berdasarkan pada uraian yang telah disebutkan di atas, maka hipotesis ketiga yang

diajukan adalah sebagai berikut:

H3: perceived value berpengaruh positif terhadap brand loyalty

3. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah unutuk menguji hipotesis dengan

maksud membenarkan atau memperkuat teori yang menjadikan sebagai landasan

teori. Disamping itu, untuk menyoroti hubungan antar variabel dalam penelitian

ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian explanatory,

menurut Masri Singarimbun (2005), penelitian explanatory adalah penelitian yang

menjelaskan hubungan kausal antara variael-variabel melalui hubungan hipotesis

yaitu pengaruh brand image, service quality dan perceived value terhadap brand

loyalty.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi yaitu keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian

ini adalah konsumen yang menggunakan produk PT. Indosat lebih dari 2 tahun

dan tinggal di Kota Semarang yang berusia minimal 17 tahun.

14

Sampel adalah sebagain atau wakil populasi yang diteliti. Pada penelitian

ini alam menentukan sampel digunakan rumus-rumus sebagai berikut :

(Djarwanto, 2004:1540)

Z1/2 2 1,96 2

N = = = 96 dibulatkan 100E 0,20

Maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 100 orang,

sedangkan teknik sampel yang digunakan adalah non random sampling. Metode

pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability

sampling. Tidak menggunakan probability sampling karena tidak ada sampling

frame yang lengkap. Jenis sampling yang digunakan adalah purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan

pertimbangan tertentu, dimana sampel dipilih dengan syarat-syarat yang

dipandang memiliki ciri-ciri esensial yang relevan dengan penelitian (Soeratno

dan Arsyad L, 1999). Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu konsumen

yang menggunakan produk PT. Indosat lebih dari 2 tahun dan tinggal di Kota

Semarang yang berusia minimal 17 tahun.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Analisis Data4.1.1 Uji Validitas dan Reliabiltas4.1.1.1 Uji Validitas

15

Hasil Perhitungan Validitas Indikator

Variabel dengan Indikatornya r hitung > r Tabel KeteranganBrand image (X1)- X1-1- X1-2- X1-3Service quality (X2)- X2-1- X2-2- X2-3- X2-4- X2-5Perceived value (X3)- X3-1- X3-2- X3-3Brand loyalty (Y)- Y1- Y2- Y3

0,8580,8550,858

0,8040,8860,8440,7850,854

0,8750,9020,880

0,8300,8910,897

>>>

>>>>>

>>>

>>>

0,1950,1950,195

0,1950,1950,1950,1950,195

0,1950,1950,195

0,1950,1950,195

ValidValidValid

ValidValidValidValidValid

ValidValidValid

ValidValidValid

Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa keseluruhan indikator

mempunyai r hitung yang lebih besar daripada r Tabel (0,195) sehingga dapat

dikatakan keseluruhan indikator valid.

4.1.1.2 Uji ReliabilitasHasil Uji Reliabilitas

Variabel dengan Indikatornya Koefisien Keterangan

1

2

3

4

Brand image (X1)

Service quality (X2)

Perceived value (X3)

Brand loyalty (Y)

0,8482

0,8137

0,8582

0,8535

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Dari Tabel dapat diketahui bahwa keseluruhan variabel yaitu brand

image (X1), service quality (X2), perceived value (X3) dan brand loyalty (Y)

16

diatas 0,60 (Imam Ghozali, 2005) sehingga keseluruhan variabel benar-benar

reliabel.

4.1.2 Uji Asumsi Klasik4.1.2.1 Uji Multikolonearitas

Uji Multikolinearitas (VIF-Tolerance)

Variabel Tolerance VIF

Brand image 0,383 2,609

Service quality 0,249 4,013

Perceived value 0,314 3,692

Dari Tabel diatas menunjukkan tidak ada variabel bebas yang

memiliki nilai tolerance kurang dari 10%. Hasil perhitungan nilai VIF juga

menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas

dalam model regresi.

4.1.2.2 Uji HeteroskedastisitasUji Heteroskedastisitas

Undefined error #61641 - Cannot open text file "C:\PROGRA~1\SPSS\en\wind

1.51.0.50.0-.5-1.0-1.5-2.0-2.5

4

2

0

-2

-4

-6

Berdasarkan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan

residualnya diperoleh hasil tidak adanya pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi

17

heteroskedastisitas. Sehingga model regresi layak dipakai untuk

memprediksi kepusan konsumen berdasarkan variebel bebas yaitu brand

image (X1), service quality (X2) dan perceived value (X3).

4.1.2.3 Uji Normalitas

Pengujian Normalitas

Undefined error #61634 - Cannot open text file "C:\PROGRA~1\SPSS\en\wind

1.00.75.50.250.00

Unde

fined

erro

r #61

635

- Can

not o

pen

text

file

"C:\P

ROG

RA~1

\SPS

S\en

\win

d

1.00

.75

.50

.25

0.00

Dengan melihat tampilan grafik normal plot terlihat titik-titik

menyebar disekitar diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal.

Kedua grafik menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena

memenuhi asumsi normalitas.

4.1.3 Uji Hipotesis4.1.3.1 Uji t

Hasil Uji t

18

Coefficients a

2.081 .738 2.820 .006.272 .080 .314 3.415 .001.201 .066 .349 3.058 .003.247 .109 .249 2.277 .025

(Constant)Brand ImageService QualityPerceived Value

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Brand Loyaltya.

Dari persamaan regresi berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai koefisien regresi brand image (b1) sebesar 0,314 hal ini

menunjukkan brand image berpengaruh positif terhadap brand loyalty

artinya jika brand image semakin strategis maka brand loyalty akan semakin

meningkat.

2. Nilai koefisien regresi service quality (b2) sebesar 0,349 hal ini

menunjukkan service quality berpengaruh positif terhadap brand loyalty

artinya jika service quality semakin baik maka brand loyalty akan semakin

meningkat.

3. Nilai koefisien regresi perceived value (b3) sebesar 0,249 hal ini

menunjukkan perceived value berpengaruh positif terhadap brand loyalty

artinya jika perceived value semakin meningkat maka brand loyalty akan

semakin meningkat.

4.1.3.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji

secara parsial (Uji t). Uji t digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi brand

image (X1), service quality (X2) dan perceived value (X3) secara parsial terhadap

brand loyalty (Y). Taraf Uji Signifikansi () = 0,05, Degree of Freedom = n – 2

maka Nilai t tabel = 1,986. uji t digunakan untuk menguji H1-H4. Berikut

pengujian hipotesis

1. Pengujian H1 ; Brand image (X1) Terhadap Brand loyalty (Y)

Ho1 : = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara brand image

terhadap Brand loyalty .

19

Ha1 : > 0, artinya ada pengaruh yang positif brand image terhadap Brand

loyalty

Kriteria pengujian

1. Taraf uji signifikansi (α) = 0,05

2. Degree of Freedom = n – 2 maka df = 93 - 2 = 95

Nilai t tabel = 1,986

3. t hitung = 3,415

Hasil penelitian menunjukkan t hitung = 3,415 dari hasil perhitungan t-hitung

lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 3,415 > 1,986 atau sign (0,001) < =0,05

dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan ada

pengaruh yang positif brand image terhadap Brand loyalty pada taraf uji

signifikansi 0,05.

2. Pengujian H2 ; Service quality (X2) Terhadap Brand loyalty (Y)

Ho2 : = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara service

quality terhadap Brand loyalty .

Ha2 : > 0, artinya ada pengaruh yang positif service quality terhadap

Brand loyalty

Kriteria pengujian

1. Taraf uji signifikansi (α) = 0,05

2. Degree of Freedom = n – 2 maka df = 93 - 2 = 91

Nilai t tabel = 1,986

3. t hitung = 3,058

Hasil perhitungan menunjukkan t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar

3,058> 1,986 atau sign (0,003) < =0,05 dengan demikian Ho ditolak dan Ha

diterima. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang positif service quality

terhadap Brand loyalty pada taraf uji signifikansi 0,05.

3. Pengujian H3 ; Perceived value (X3) Terhadap Brand loyalty (Y)

Ho3 : = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara perceived

value terhadap Brand loyalty .

20

Ha3 : > 0, artinya ada pengaruh yang positif perceived value terhadap

Brand loyalty

Kriteria pengujian

1. Taraf uji signifikansi (α) = 0,05

2. Degree of Freedom = n – 2 maka df = 93 - 2 = 91

Nilai t tabel = 1,986

3. t hitung = 2,277

Hasil perhitungan menunjukkan t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar

2,277 > 1,986 atau sign (0,025) < =0,05 dengan demikian Ho ditolak dan Ha

diterima. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang positif perceived value

terhadap Brand loyalty pada taraf uji signifikansi 0,05.

4.1.4 Koefisien Determinasi Brand loyalty (Y)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui perubahan variabel

brand loyalty (Y) yang disebabkan oleh variabel brand image (X1), service

quality (X2) dan perceived value (X3). Berikut ini disajikan tabel nilai koefisien

determinasi dapat dilihat pada tabel 4.23 di bawah ini :

Tabel 4.23Nilai Koefisien Determinasi

Model Summary

.844a .712 .702 1.34822Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Perceived Value, Brand Image,Service Quality

a.

Sumber : Data yang diolah, 2011

Nilai Koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,702

atau 70,2% berarti konstribusi variabel brand image (X1), service quality (X2)

dan perceived value (X3) terhadap Brand loyalty (Y) dan sisanya 29,8%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

21

4.1.4.1 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui secara partial maupun secara

simultan terdapat pengaruh brand image (X1), service quality (X2), perceived

value (X3) dan keragaman barang (X4) terhadap brand loyalty (Y) hal ini dapat

diketahui dari masing-masing hasil nilai t-hitung.

4.1.4.2 Pengaruh Brand image terhadap Brand loyalty

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis

yang pertama berbunyi “brand image berpengaruh positif terhadap brand

loyalty” dapat diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dibangun

dalam penelitian ini memiliki kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian

terdahulu, seperti riset Ruchan Kayaman dan Huseyin Arasli (2007); Norjaya

Mohd Yasin, Mohd Nasser Noor dan Osman Mohamad (2007); Franz-Rudolf

Esch; Tobias Langner, Bernd H. Schmitt dan Patrick Geus (2006) dan Keller

(1993;1998). Indikator-indikator dari brand image terdiri dari friendly (mudah

dalam hal mempelajari fitur sebuah produk), useful (produk memiliki nilai guna),

inovatif (produk memiliki inovasi dalam layanannya) accurate (pengukuran yang

dimilikinya tepat), modern (modern, sesuai zaman), satisfactory (kepuasan yang

dirasakan konsumen terhadap produk) , attractive (tawaran menarik dari produk).

Sedangkan brand loyalty dibentuk oleh main choice, word of mouth dan join

program.

4.1.4.4 Pengaruh Service quality terhadap Brand loyalty

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis

yang kedua berbunyi “service quality berpengaruh positif terhadap brand loyalty”

dapat diterima. Hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini menunjukan hasil

yang relatif sama dan sejalan dengan apa yang telah dirumuskan oleh beberapa

penelitian terdahulu seperti R. Bravo Gil, E. Fraj Andre´s and E. Martı´nez

Salinas (2007); Sofjan Assauri (2003); Erma Setiawati & Sri Murwanti (2006);

Trisno Musanto (2006); dan Ni Gusti Agung Ayu Ariastuti dan Made Antara

(2008). Service quality dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara pelayanan

22

yang diharapkan konsumen dengan pelayanan yang diterimanya (Parasuraman,

Zeithaml, dan Berry, 1985). Seseorang dikatakan pelanggan jika orang tersebut

mulai membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh

perusahaan. Jika orang tersebut tidak melakukan pembelian berulang dalam

jangka waktu tertentu maka ia dikatakan konsumen. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui dalam pengukuran brand loyalty.

4.1.4.3Pengaruh Perceived value terhadap Brand loyalty

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis

yang ketiga berbunyi “perceived value berpengaruh positif terhadap brand

loyalty” dapat diterima. Hal tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang dibangun

dalam penelitian ini sepenuhnya sejalan dan sesuai dengan apa yang telah

digariskan oleh para peneliti terdahulu yang telah berhasil merumuskan dan

membangun hipotesis atas perceived value terhadap brand loyalty, seperti R.

Bravo Gil, E. Fraj Andre´s and E. Martı´nez Salinas (2007), Sofjan Assauri

(2003), Treacy & Wiersema, (1993), Heskett et al, (1994), Ravald & Gronroos,

1996), Slater (1997) dan Parasuraman (1997). Dengan manfaat dari nilai produk

yang dirasakan oleh konsumen. Perceived value juga merupakan salah satu

strategi pemasaran terpenting dalam mempertahankan keunggulan kompetitif

perusahaan melalui brand loyalty. Sehingga dalam hal ini perceived loyalty

berpengaruh positif terhadap brand loyalty.

5. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat dibuat kesimpulan

sebagai berikut :

1. Brand image berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty oleh konsumen,

hal ini dibuktikan dari hasil penelitian menunjukkan t hitung = 3,415 dari hasil

perhitungan t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 3,415 > 1,986 atau

sign (0,001) < =0,05 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima artinya

jika brand image semakin baik maka brand loyalty akan semakin meningkat.

23

2. Service quality berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty oleh konsumen,

hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan menunjukkan t-hitung lebih besar dari

t-tabel yaitu sebesar 3,058 > 1,986 atau sign (0,003) < =0,05 dengan

demikian Ho ditolak dan Ha diterima artinya jika service quality semakin baik

maka brand loyalty akan semakin meningkat.

3. Perceived value berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty oleh konsumen

hal ini dibuktikan dari Hasil perhitungan menunjukkan t-hitung lebih besar

dari t-tabel yaitu sebesar 2,277 > 1,986 atau sign (0,025) < =0,05 dengan

demikian Ho ditolak dan Ha diterima, artinya jika perceived value semakin

meningkat maka brand loyalty akan semakin meningkat.

4. Nilai Koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,702 atau

70,2% berarti konstribusi variabel brand image (X1), service quality (X2) dan

perceived value (X3) terhadap Brand loyalty (Y) dan sisanya 29,8%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

5.2. Saran

No Saran Rencana Aksi

1. PT. Indosat mengembangkan layanan

yang mudah dipahami pelanggan

Mempermudah akses pengecekan pulsa

Akses pengecekan perolehan poin dan

program lain menggunakan satu nomor

panduan. Contoh : 7887 saja atau 6060

Program tarif diperjelas contoh :

mentari hebat, mentari sakti, im3 ce

esan dll melalui media massa atau

buletin khusus pelanggan Indosat

2. PT. Indosat hendaknya terus

mengembangkan dan memperluas

jaringan hingga kepelosok nusantara

agar pelanggan lebih mudah

mengirim pesan/ melakukan

panggilan

Membangun pemancar didaerah

pelosok yang merata diseluruh

nusantara

24

3. Menggunakan media massa tidak

hanya untuk memasang iklan

program melainkan petunjuk

mengenai cara mengikuti program

secara jelas

Memasang iklan diberbagai media

massa mengenai program PT. Indosat

disertai aturan yang jelas mengenai

syarat dan ketentuan

Menghindari iklan yang menjebak

4. PT. Indosat selalu melakukan

maintenance terhadap kualitas

jaringan dan perluasan coverage area

agar komunikasi pelanggan semakin

lancer

Melakukan perawatan diseluruh

menara, pemancar dan jaringan PT.

Indosat secara berkala

5. PT. Indosat hendaknya lebih

meningkatkan persaingan harga

dengan produk lainnya.

Mempermurah tarif dalam semua

waktu

Mempermurah tarif sesama maupun

berbeda operator

Mepermurah tarif berlangganan paket

BlackBerry

25

DAFTAR PUSTAKA

Aaker David A, 1991, “Managing Brand Equity, Capitalizing on the Value of aBrand Name”, The Free Press,New York.

--------, 1996, “Building Strong Brands” 1st ed,, The Free Press: New York.

Amir Hamzah, 2007, “Analisis Experiental Marketing, Emotional Branding , danBrand Trust terhadap Loyalitas Merek Mentari”, Usahawan No 06 ThXXXVI Juni 2007.

A Pramono, dan A Rusdiansyah, 2008, Analisa Pola Penggunaan kartu PrabayarTelepon Seluler untuk Konsumen Mahasiswa dengan Metoda MarkovChain. [on-line] http://mmt.its.ac.id/library/wpcontent/uploads/2008/12/28-aris-pramono.pdf diakses tanggal 24 Maret 2010

Burhan Nurgiantoro, 2000, Statistik Terapan, Erlangga, Jakarta

Cuccia, Nanette, 2001, Mutual Fund Branding and the Total CustomerExperience.[online]http://www.pyramidupdate.co./article/default.asp?articl e.id=49 diakses tanggal 25 Maret 2010

Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo, 2004, Statistik Induktif, Edisi keempat,BPFE, Yogyakarta

D. Durianto, Sugiarto, dan L. J. Budiman, 2004, Brand Equity Trend: StrategiMemimpin Pasar, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Dinarty SH Manurung, 2009, “Pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap LoyalitasMerek pada Pengguna Kartu Prabayar Simpati”, Fakultas PsikologiUniversitas Sumatera Utara

Dobni, Betsi. And Zinkhan, George M. Competitive Intelligence : Insights FromExecutive

Gede Riana, “Pengaruh Trust in a Brand terhadap Brand Loyalty pada KonsumenAir Minum AQUA di Kota Denpasar”, BULETIN STUDI EKONOMIVolume 13 Nomor 2 Tahun 2008.

Giddens, Nancy & Hofmann, Amanda. 2002. Brand Loyalty, [on-line] http://www.extension.iastate.edu/agdm/wholefarm diakses tanggal 25 Maret2010

26

Haubl, G,, “A cross-national investigation of the effects of country of origin andbrand name on the evaluation of a new car,” International MarketingReview, Vol, 13 No, 5, pp, 76-97

Hermawan Kertajaya, 2002, Marketing in Venus, Jakarta : Gramedia PustakaUtama

Franz-Rudolf Esch; Tobias Langner, Bernd H,Schmitt dan Patrick Geus , “Arebrands forever? How brand knowledge and relationships affect 2006,current and future purchases” Journal of Product & BrandManagement15/2 (2006) 98–105

Imam Ghozali, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kumar, S. Ramesh. 2002. Brand loyalty as a strategy. [on-line]http://www.hinduonnet.com/the hindu/thscrip diakses tanggal 25 Maret2010

Low and Lamb , 2000, “The measurement and dimensionality of brandassociations”, The Journal of Product and Brand Management, SantaBarbara: 2000, Vol, 9, Iss, 6; pg, 350

Majalah SWA No. 16/XXV/27 Juli-5 Agustus 2009

Majalah SWA No. 15/XXVI/15-28 Juli 2010

Mowen, John C, 2001, “Consumers Behavior”, Prentice Hall, Inc, EnglewoodCliffs, New Jersey, International Edition

Norjaya Mohd Yasin, Mohd Nasser Noor dan Osman Mohamad,2007, “Doesimage of country-of-origin matter to brand equity?” Journal of Product &Brand Management 16/1 (2007) 38–48

Parasuraman, A, Valarie, A, Zeithaml, & L, Berry, (1985), “Communication andControl Processes in the Delivery of Service Quality” Journal ofMarketing, Vol, 52,pp,35-48,

Parasuraman. A, Zeithalm.V.A, Malhotra A, 2000, “ESQUAL A multiple ItemScale for Accessing Service Quality”. Journal of Service Research Vol 7

Park, W.C. and Srinivasan, V. (1994), “A survey-based method for measuring andunderstanding brand equity and its extendibility”, Journal of MarketingResearch, Vol. 31 No. 2, pp. 271-88.

Peter, J Paul & Jerry C, Olson, 1996, “Consumer Behavior Perilaku Konsumendan Strategi Pemasaran”, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

27

Philip Kotler, 2007, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasidan Kontrol, Jilid 2 (Edisi Revisi), Jakarta : PT. Prehallindo.

---------------, 2008, “Marketing Management: Analysis, Planning, Implementationand Control”, Prentice Hall Int, Inc,, Millenium Edition, EnglewoodCliffs, New Jersey.

R, Bravo Gil, E, Fraj Andre´s and E, Martı´nez Salinas, 2007, “Family as a sourceof consumer-basedbrand equity”, Journal of Product & BrandManagement 16/3 (2007) 188–19

Ramli. 2007. “Tambah Pelanggan di Saat Ketatnya Persaingan”. Sijori Mandiri

Ribhan, 2007, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Brand Switching padapengguna SIM card di Fakultas Ekonomi Lampung Jurnal Bisnis &Manajemen Vol.3.No.1. September, 2006

Ruchan Kayaman and Huseyin Arasli, 2007, “Customer based brandequity:evidence from the hotel industry”, Managing Service Quality Vol,17 No, 1, 2007 pp, 92-109

Sasongko Jati, 2010, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas MerekTerhadap produk Indosat M3 (STudi Pada Mahasiswa Fakultas EkonomiReguler II Universitas Diponegoro Semarang). Skripsi. UniversitasDiponegoro Semarang.

Slater, S.F., 1997, “Developing A Customer Value Based Theory of The Firm”,Journal of The Academy of Marketing Science Vol 25 pp 139-153

Soeratno Arsyad.1999. Metodoplogi Penelitian. Erlangga. Jakarta.

Sofjan Assauri, 2003, “Customer Service yang Baik Landasan PencapaianCustomer Satisfaction”, Usahawan No , 01 Tahun XXXII Januari 2003

Singarimbun dan Sofyan, 2005, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta

Teas, R. Kenneth (1993), “Expectations, Performance Evaluation, andConsumers’Perceptions of Quality,” Journal of Marketing, 57 (October),18-34.

Treacy, Michael and Wiersema Fred, 1993, “Customer Intimacy and Other ValueDisciplines” Harvard Business Review Vol 72 Mar Apr 94

Urde, M.,1994, “ Brand Orientation A Mindset into Strategic Resources: Journalof Consumer Research Vol 16 March pp

http://warta-indonesia.com

28

http://www.answers.com/topic/list-of-mobile-network-operators-of-the-asiapacific-region.

www.detikinet.com