penerapan model learning cycle 7-e pada materi pokok larutan penyangga untuk melatih sikap tanggung...

8
Unesa Journal of Chemic Vol 3, No 2, pp. 308-315, PENERAPAN M LARUTAN PE JAWA IMPLEMENTAT SOLUTION M IN Jurusan K Penelitian ini bertu aktivitas siswa, ta digunakan adalah SMAN 2 Sidoarjo learning cycle 7-E Ketiganya termasu berupa waktu yang cycle 7-E pada per 2x45 menit. Dat peningkatan nilai kenaikan nilai kara tetap. Data hasil b kognitif berupa ke dan III 76,3%, 78 siswa yang memil 23,8%, dan pertem Kata Kunci: lea bela The purpose of th model, student act are one shoot ase Sidoarjo school ye cycle 7-E at 1st, 2 include in very go learning cycle 7-E period 2x45 minut of responsibility w cognitive and psik 84,3% students de as percentage of st 23,8%; dan 53,6% Keywords: learni outcom PENDAHULUAN Peraturan Pemerin 2005 tentang standar n pada pasal 1 ayat 4 m cal Education ISSN: May 2014 308 MODEL LEARNING CYCLE 7-E PADA MATE ENYANGGA UNTUK MELATIH SIKAP TAN AB SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 SIDOARJ TION OF LEARNING CYCLE 7-E MODEL ON MATTER TO TRAIN RESPONSIBILITY OF ST N CLASS XI SCIENCE SMAN 2 SIDOARJO Findiyani Ernawati Asih dan Muchlis Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Al Universitas Negeri Surabaya e-mail: [email protected] Abstrak ujuan untuk mengetahui keterlaksanaan model learnin tanggung jawab siswa, dan hasil belajar siswa. M one shoot case study. Penelitian dilaksanakan di kel o tahun ajaran 2013-2014. Hasil pengamatan keterlaks E pada pertemuan I, II, dan III sebesar 85,48%, 81,68 uk dalam kategori sangat baik. Data pengamatan ak g digunakan untuk melakukan aktivitas yang menduk rtemuan I, II, and III sebesar 75,6%, 79,6%, 76% dar ta pengamatan karakter tanggung jawab siswa m karakter berdasarkan persentase jumlah siswa yang akter sebesar 86,8% dan 13,2% siswa memiliki nilai k belajar berupa ranah kognitif dan ranah psikomotor. H etuntasan belajar klasikal yang telah tercapai pada per 8,2%, 84,3%. Hasil belajar psikomotor berupa persen liki kategori sangat baik pada pertemuan I 13,2%, p muan III 53,6%. arning cycle 7-E, aktivitas siswa, tanggung jawab ajar Abstract his research were to know implementation of learnin tivity, student responsibility, and learning outcomes. M e study. This Research was done in class XI Scien ear 2013-2014. Observation result of implementation 2nd, 3rd meeting is 85,48%; 81,68%; 88,93% and ood category. Data of student activity shows time tha E of 1st, 2nd, and 3rd meeting is 75,6%; 79,6%; 7 tes. Data of student responsibility is 86,8% students go while 13,2% students got stable. Learning outcom komotorics. Cognitive outcomes as classically, for 76 eclared complete in 1st, 2nd,3rd meeting. Psikomotori tudents have very good category in 1st, 2nd,3rd meeti %. ing cycle 7-E, students activity, students responsibil mes ntah nomor 19 tahun nasional pendidikan menyatakan standar kompetensi lulusan ada lulusan selain pengetahua berupa sikap (afektif) d (psikomotor) [1]. Stan lulusan untuk ranah kogn 2252-9454 ERI POKOK NGGUNG JO N BUFFER TUDENTS lam ng cycle 7-E, Metode yang las XI IPA 6 sanaan model 8%, 88,93%. ktivitas siswa kung learning ri total waktu menunjukkan g mengalami karakter yang Hasil belajar rtemuan I, II, ntase jumlah pertemuan II siswa, hasil ng cycle 7-E Methods used nce SMAN 2 n of learning d all of them at use reflect 76% of total ot increasing mes divide of 6,3%; 78,2%; ics outcomes ing is 13,2%; lity, learning alah kemampuan an (kognitif) juga dan keterampilan ndar kompetensi nitif (pengetahuan)

Upload: alim-sumarno

Post on 23-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : FINDIYANI ERNAWATI ASIH

TRANSCRIPT

  • Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    308

    PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOKLARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIH SIKAP TANGGUNG

    JAWAB SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 SIDOARJOIMPLEMENTATION OF LEARNING CYCLE 7-E MODEL ON BUFFERSOLUTION MATTER TO TRAIN RESPONSIBILITY OF STUDENTS

    IN CLASS XI SCIENCE SMAN 2 SIDOARJO

    Findiyani Ernawati Asih dan MuchlisJurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Negeri Surabayae-mail: [email protected]

    AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan model learning cycle 7-E,aktivitas siswa, tanggung jawab siswa, dan hasil belajar siswa. Metode yangdigunakan adalah one shoot case study. Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA 6SMAN 2 Sidoarjo tahun ajaran 2013-2014. Hasil pengamatan keterlaksanaan modellearning cycle 7-E pada pertemuan I, II, dan III sebesar 85,48%, 81,68%, 88,93%.Ketiganya termasuk dalam kategori sangat baik. Data pengamatan aktivitas siswaberupa waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas yang mendukung learningcycle 7-E pada pertemuan I, II, and III sebesar 75,6%, 79,6%, 76% dari total waktu2x45 menit. Data pengamatan karakter tanggung jawab siswa menunjukkanpeningkatan nilai karakter berdasarkan persentase jumlah siswa yang mengalamikenaikan nilai karakter sebesar 86,8% dan 13,2% siswa memiliki nilai karakter yangtetap. Data hasil belajar berupa ranah kognitif dan ranah psikomotor. Hasil belajarkognitif berupa ketuntasan belajar klasikal yang telah tercapai pada pertemuan I, II,dan III 76,3%, 78,2%, 84,3%. Hasil belajar psikomotor berupa persentase jumlahsiswa yang memiliki kategori sangat baik pada pertemuan I 13,2%, pertemuan II23,8%, dan pertemuan III 53,6%.Kata Kunci: learning cycle 7-E, aktivitas siswa, tanggung jawab siswa, hasil

    belajarAbstract

    The purpose of this research were to know implementation of learning cycle 7-Emodel, student activity, student responsibility, and learning outcomes. Methods usedare one shoot ase study. This Research was done in class XI Science SMAN 2Sidoarjo school year 2013-2014. Observation result of implementation of learningcycle 7-E at 1st, 2nd, 3rd meeting is 85,48%; 81,68%; 88,93% and all of theminclude in very good category. Data of student activity shows time that use reflectlearning cycle 7-E of 1st, 2nd, and 3rd meeting is 75,6%; 79,6%; 76% of totalperiod 2x45 minutes. Data of student responsibility is 86,8% students got increasingof responsibility while 13,2% students got stable. Learning outcomes divide ofcognitive and psikomotorics. Cognitive outcomes as classically, for 76,3%; 78,2%;84,3% students declared complete in 1st, 2nd,3rd meeting. Psikomotorics outcomesas percentage of students have very good category in 1st, 2nd,3rd meeting is 13,2%;23,8%; dan 53,6%.Keywords: learning cycle 7-E, students activity, students responsibility, learning

    outcomes

    PENDAHULUANPeraturan Pemerintah nomor 19 tahun

    2005 tentang standar nasional pendidikanpada pasal 1 ayat 4 menyatakan standar

    kompetensi lulusan adalah kemampuanlulusan selain pengetahuan (kognitif) jugaberupa sikap (afektif) dan keterampilan(psikomotor) [1]. Standar kompetensilulusan untuk ranah kognitif (pengetahuan)

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    308

    PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOKLARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIH SIKAP TANGGUNG

    JAWAB SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 SIDOARJOIMPLEMENTATION OF LEARNING CYCLE 7-E MODEL ON BUFFERSOLUTION MATTER TO TRAIN RESPONSIBILITY OF STUDENTS

    IN CLASS XI SCIENCE SMAN 2 SIDOARJO

    Findiyani Ernawati Asih dan MuchlisJurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Negeri Surabayae-mail: [email protected]

    AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan model learning cycle 7-E,aktivitas siswa, tanggung jawab siswa, dan hasil belajar siswa. Metode yangdigunakan adalah one shoot case study. Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA 6SMAN 2 Sidoarjo tahun ajaran 2013-2014. Hasil pengamatan keterlaksanaan modellearning cycle 7-E pada pertemuan I, II, dan III sebesar 85,48%, 81,68%, 88,93%.Ketiganya termasuk dalam kategori sangat baik. Data pengamatan aktivitas siswaberupa waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas yang mendukung learningcycle 7-E pada pertemuan I, II, and III sebesar 75,6%, 79,6%, 76% dari total waktu2x45 menit. Data pengamatan karakter tanggung jawab siswa menunjukkanpeningkatan nilai karakter berdasarkan persentase jumlah siswa yang mengalamikenaikan nilai karakter sebesar 86,8% dan 13,2% siswa memiliki nilai karakter yangtetap. Data hasil belajar berupa ranah kognitif dan ranah psikomotor. Hasil belajarkognitif berupa ketuntasan belajar klasikal yang telah tercapai pada pertemuan I, II,dan III 76,3%, 78,2%, 84,3%. Hasil belajar psikomotor berupa persentase jumlahsiswa yang memiliki kategori sangat baik pada pertemuan I 13,2%, pertemuan II23,8%, dan pertemuan III 53,6%.Kata Kunci: learning cycle 7-E, aktivitas siswa, tanggung jawab siswa, hasil

    belajarAbstract

    The purpose of this research were to know implementation of learning cycle 7-Emodel, student activity, student responsibility, and learning outcomes. Methods usedare one shoot ase study. This Research was done in class XI Science SMAN 2Sidoarjo school year 2013-2014. Observation result of implementation of learningcycle 7-E at 1st, 2nd, 3rd meeting is 85,48%; 81,68%; 88,93% and all of theminclude in very good category. Data of student activity shows time that use reflectlearning cycle 7-E of 1st, 2nd, and 3rd meeting is 75,6%; 79,6%; 76% of totalperiod 2x45 minutes. Data of student responsibility is 86,8% students got increasingof responsibility while 13,2% students got stable. Learning outcomes divide ofcognitive and psikomotorics. Cognitive outcomes as classically, for 76,3%; 78,2%;84,3% students declared complete in 1st, 2nd,3rd meeting. Psikomotorics outcomesas percentage of students have very good category in 1st, 2nd,3rd meeting is 13,2%;23,8%; dan 53,6%.Keywords: learning cycle 7-E, students activity, students responsibility, learning

    outcomes

    PENDAHULUANPeraturan Pemerintah nomor 19 tahun

    2005 tentang standar nasional pendidikanpada pasal 1 ayat 4 menyatakan standar

    kompetensi lulusan adalah kemampuanlulusan selain pengetahuan (kognitif) jugaberupa sikap (afektif) dan keterampilan(psikomotor) [1]. Standar kompetensilulusan untuk ranah kognitif (pengetahuan)

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    308

    PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOKLARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIH SIKAP TANGGUNG

    JAWAB SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 SIDOARJOIMPLEMENTATION OF LEARNING CYCLE 7-E MODEL ON BUFFERSOLUTION MATTER TO TRAIN RESPONSIBILITY OF STUDENTS

    IN CLASS XI SCIENCE SMAN 2 SIDOARJO

    Findiyani Ernawati Asih dan MuchlisJurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Negeri Surabayae-mail: [email protected]

    AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan model learning cycle 7-E,aktivitas siswa, tanggung jawab siswa, dan hasil belajar siswa. Metode yangdigunakan adalah one shoot case study. Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA 6SMAN 2 Sidoarjo tahun ajaran 2013-2014. Hasil pengamatan keterlaksanaan modellearning cycle 7-E pada pertemuan I, II, dan III sebesar 85,48%, 81,68%, 88,93%.Ketiganya termasuk dalam kategori sangat baik. Data pengamatan aktivitas siswaberupa waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas yang mendukung learningcycle 7-E pada pertemuan I, II, and III sebesar 75,6%, 79,6%, 76% dari total waktu2x45 menit. Data pengamatan karakter tanggung jawab siswa menunjukkanpeningkatan nilai karakter berdasarkan persentase jumlah siswa yang mengalamikenaikan nilai karakter sebesar 86,8% dan 13,2% siswa memiliki nilai karakter yangtetap. Data hasil belajar berupa ranah kognitif dan ranah psikomotor. Hasil belajarkognitif berupa ketuntasan belajar klasikal yang telah tercapai pada pertemuan I, II,dan III 76,3%, 78,2%, 84,3%. Hasil belajar psikomotor berupa persentase jumlahsiswa yang memiliki kategori sangat baik pada pertemuan I 13,2%, pertemuan II23,8%, dan pertemuan III 53,6%.Kata Kunci: learning cycle 7-E, aktivitas siswa, tanggung jawab siswa, hasil

    belajarAbstract

    The purpose of this research were to know implementation of learning cycle 7-Emodel, student activity, student responsibility, and learning outcomes. Methods usedare one shoot ase study. This Research was done in class XI Science SMAN 2Sidoarjo school year 2013-2014. Observation result of implementation of learningcycle 7-E at 1st, 2nd, 3rd meeting is 85,48%; 81,68%; 88,93% and all of theminclude in very good category. Data of student activity shows time that use reflectlearning cycle 7-E of 1st, 2nd, and 3rd meeting is 75,6%; 79,6%; 76% of totalperiod 2x45 minutes. Data of student responsibility is 86,8% students got increasingof responsibility while 13,2% students got stable. Learning outcomes divide ofcognitive and psikomotorics. Cognitive outcomes as classically, for 76,3%; 78,2%;84,3% students declared complete in 1st, 2nd,3rd meeting. Psikomotorics outcomesas percentage of students have very good category in 1st, 2nd,3rd meeting is 13,2%;23,8%; dan 53,6%.Keywords: learning cycle 7-E, students activity, students responsibility, learning

    outcomes

    PENDAHULUANPeraturan Pemerintah nomor 19 tahun

    2005 tentang standar nasional pendidikanpada pasal 1 ayat 4 menyatakan standar

    kompetensi lulusan adalah kemampuanlulusan selain pengetahuan (kognitif) jugaberupa sikap (afektif) dan keterampilan(psikomotor) [1]. Standar kompetensilulusan untuk ranah kognitif (pengetahuan)

  • Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    309

    berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) untuk mata pelajaran kimia 78yang ditentukan sekolah SMA Negeri 2Sidoarjo dan ketuntasan klasikal 75%.

    Satuan Pendidikan KTSPdikembangkan berdasarkan prinsip yangberpusat pada potensi dan memperhatikankemampuan peserta didik [2].Pembelajaran yang dilakukan bervariasimeliputi metode ceramah, presentasi,diskusi, dan praktikum.

    Siswa di kelas XI IPA 6 tahun ajaran2012/2013 untuk materi pokok larutanpenyangga, didapatkan mayoritas siswamemiliki ketuntasan klasikal 18,21%.Hasil angket kelas XII IPA 5-7, sebanyak31,7% siswa menyatakan bahwa tidaksungguh-sungguh mengerjakan tugasrumah (PR) dan 25% siswa menyatakantidak mengerjakan lembar kerja siswa saatpembelajaran. Hal ini mencerminkankurangnya karakter tanggung jawab siswa,karena tanggung jawab memilikipengertian melakukan apa yang harusdilakukan [3]. Ketika praktikum dilaboratorium, terdapat siswa yang kurangterampil dalam menggunakan gelas ukur,yaitu tanpa memperhatikan batas miniskus.

    Karakteristik materi pokok larutanpenyangga yang abstrak dan hafalanmembutuhkan sikap tanggung jawab siswadalam mengikuti pembelajaran. Materipokok larutan penyangga yang kegiatanpembelajaran dengan praktikummemerlukan tanggung jawab siswa dalammenggunakan efisiensi waktu dan menjagakebersihan alat praktikum.

    Tanggung jawab adalah melakukanpekerjaan yang terbaik di sekolah [4].Tanggung jawab adalah sikap dan perilakuseseorang untuk melaksanakan tugas dankewajibannya sebagaimana yangseharusnya dia lakukan, terhadap dirisendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial dan budaya), negara dan TuhanYME [5]. Untuk mengukur tingkatkeberhasilan karakter, dilakukan penilaiandengan membandingkan kondisi awaldengan pencapaian pada waktu tertentu[6].

    Manusia memiliki karakter yang baiksehingga perlu dilatihkan karena menurutLickona (2012) bahwa karakter terbentuk

    dari kebiasaan yang dilakukan. Nur (2011)menjelaskan karakter juga diharapkanmenjadi salah satu hasil belajar ataukompetensi yang dicapai oleh siswa [7].

    Karakter dapat dilatihkan melaluimodel pembelajaran yang dapatmelibatkan siswa secara aktif [3]. Modellearning cycle menyarankan prosespembelajaran yang dapat melibatkan siswadalam kegiatan belajar yang aktif [8]. Halini senada dengan penelitian yangdilakukan oleh Hindarto dan Kulsum(2011).

    Yenimelz dan Ersoy (2008)menyatakan bahwa perkembangan modelmenjadi learning cycle 7-E, yaitu terdapatpenambahan fase memiliki tujuan yangbaik berkaitan dengan proses pengajarankonseptual. Tujuan yang dimaksud adalahmemperbesar fase engage dengan adanyafase elicit dan menambahkan fase extendsetelah fase elaborate dan evaluate.

    Model learning cycle 7-E berisikan 7fase pembelajaran yaitu: fase elicit, faseengage, fase explore, fase explain, faseelaborate, fase evaluate, dan fase extend[9]. Qarareh (2012) menyatakan bahwalearning cycle merupakan modelpembelajaran yang menghasilkanpemahaman konsep-konsep ilmiah,pemikiran, dan sikap siswa terhadappembelajaran sains. Materi larutanpenyangga memerlukan kegiatanpraktikum yang dapat dilaksanakan padamodel learning cycle dalam fase explore.

    Pembelajaran model learning cycledapat dilakukan dengan metode diskusikelompok sehingga siswa mengalamiperistiwa belajar [8]. Siswa belajar jikaberada dalam zona perkembangan terdekatyang mana membutuhkan teman sebayaselama melakukan tugas pengajaran [10].

    Pembelajaran pendidikan budaya dankarakter bangsa menggunakan pendekatanproses belajar aktif dilakukan melaluiberbagai kegiatan di kelas [3]. Di kelasdikembangkan melalui kegiatan belajaryang biasa dilakukan guru dengan caraberpusat pada siswa [11].

    Pembelajaran learning cycle dapatmemberikan kesempatan kepada pebelajaruntuk menyatakan pemahaman alternatifdan membuat argumentasi serta menguji

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    309

    berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) untuk mata pelajaran kimia 78yang ditentukan sekolah SMA Negeri 2Sidoarjo dan ketuntasan klasikal 75%.

    Satuan Pendidikan KTSPdikembangkan berdasarkan prinsip yangberpusat pada potensi dan memperhatikankemampuan peserta didik [2].Pembelajaran yang dilakukan bervariasimeliputi metode ceramah, presentasi,diskusi, dan praktikum.

    Siswa di kelas XI IPA 6 tahun ajaran2012/2013 untuk materi pokok larutanpenyangga, didapatkan mayoritas siswamemiliki ketuntasan klasikal 18,21%.Hasil angket kelas XII IPA 5-7, sebanyak31,7% siswa menyatakan bahwa tidaksungguh-sungguh mengerjakan tugasrumah (PR) dan 25% siswa menyatakantidak mengerjakan lembar kerja siswa saatpembelajaran. Hal ini mencerminkankurangnya karakter tanggung jawab siswa,karena tanggung jawab memilikipengertian melakukan apa yang harusdilakukan [3]. Ketika praktikum dilaboratorium, terdapat siswa yang kurangterampil dalam menggunakan gelas ukur,yaitu tanpa memperhatikan batas miniskus.

    Karakteristik materi pokok larutanpenyangga yang abstrak dan hafalanmembutuhkan sikap tanggung jawab siswadalam mengikuti pembelajaran. Materipokok larutan penyangga yang kegiatanpembelajaran dengan praktikummemerlukan tanggung jawab siswa dalammenggunakan efisiensi waktu dan menjagakebersihan alat praktikum.

    Tanggung jawab adalah melakukanpekerjaan yang terbaik di sekolah [4].Tanggung jawab adalah sikap dan perilakuseseorang untuk melaksanakan tugas dankewajibannya sebagaimana yangseharusnya dia lakukan, terhadap dirisendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial dan budaya), negara dan TuhanYME [5]. Untuk mengukur tingkatkeberhasilan karakter, dilakukan penilaiandengan membandingkan kondisi awaldengan pencapaian pada waktu tertentu[6].

    Manusia memiliki karakter yang baiksehingga perlu dilatihkan karena menurutLickona (2012) bahwa karakter terbentuk

    dari kebiasaan yang dilakukan. Nur (2011)menjelaskan karakter juga diharapkanmenjadi salah satu hasil belajar ataukompetensi yang dicapai oleh siswa [7].

    Karakter dapat dilatihkan melaluimodel pembelajaran yang dapatmelibatkan siswa secara aktif [3]. Modellearning cycle menyarankan prosespembelajaran yang dapat melibatkan siswadalam kegiatan belajar yang aktif [8]. Halini senada dengan penelitian yangdilakukan oleh Hindarto dan Kulsum(2011).

    Yenimelz dan Ersoy (2008)menyatakan bahwa perkembangan modelmenjadi learning cycle 7-E, yaitu terdapatpenambahan fase memiliki tujuan yangbaik berkaitan dengan proses pengajarankonseptual. Tujuan yang dimaksud adalahmemperbesar fase engage dengan adanyafase elicit dan menambahkan fase extendsetelah fase elaborate dan evaluate.

    Model learning cycle 7-E berisikan 7fase pembelajaran yaitu: fase elicit, faseengage, fase explore, fase explain, faseelaborate, fase evaluate, dan fase extend[9]. Qarareh (2012) menyatakan bahwalearning cycle merupakan modelpembelajaran yang menghasilkanpemahaman konsep-konsep ilmiah,pemikiran, dan sikap siswa terhadappembelajaran sains. Materi larutanpenyangga memerlukan kegiatanpraktikum yang dapat dilaksanakan padamodel learning cycle dalam fase explore.

    Pembelajaran model learning cycledapat dilakukan dengan metode diskusikelompok sehingga siswa mengalamiperistiwa belajar [8]. Siswa belajar jikaberada dalam zona perkembangan terdekatyang mana membutuhkan teman sebayaselama melakukan tugas pengajaran [10].

    Pembelajaran pendidikan budaya dankarakter bangsa menggunakan pendekatanproses belajar aktif dilakukan melaluiberbagai kegiatan di kelas [3]. Di kelasdikembangkan melalui kegiatan belajaryang biasa dilakukan guru dengan caraberpusat pada siswa [11].

    Pembelajaran learning cycle dapatmemberikan kesempatan kepada pebelajaruntuk menyatakan pemahaman alternatifdan membuat argumentasi serta menguji

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    309

    berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) untuk mata pelajaran kimia 78yang ditentukan sekolah SMA Negeri 2Sidoarjo dan ketuntasan klasikal 75%.

    Satuan Pendidikan KTSPdikembangkan berdasarkan prinsip yangberpusat pada potensi dan memperhatikankemampuan peserta didik [2].Pembelajaran yang dilakukan bervariasimeliputi metode ceramah, presentasi,diskusi, dan praktikum.

    Siswa di kelas XI IPA 6 tahun ajaran2012/2013 untuk materi pokok larutanpenyangga, didapatkan mayoritas siswamemiliki ketuntasan klasikal 18,21%.Hasil angket kelas XII IPA 5-7, sebanyak31,7% siswa menyatakan bahwa tidaksungguh-sungguh mengerjakan tugasrumah (PR) dan 25% siswa menyatakantidak mengerjakan lembar kerja siswa saatpembelajaran. Hal ini mencerminkankurangnya karakter tanggung jawab siswa,karena tanggung jawab memilikipengertian melakukan apa yang harusdilakukan [3]. Ketika praktikum dilaboratorium, terdapat siswa yang kurangterampil dalam menggunakan gelas ukur,yaitu tanpa memperhatikan batas miniskus.

    Karakteristik materi pokok larutanpenyangga yang abstrak dan hafalanmembutuhkan sikap tanggung jawab siswadalam mengikuti pembelajaran. Materipokok larutan penyangga yang kegiatanpembelajaran dengan praktikummemerlukan tanggung jawab siswa dalammenggunakan efisiensi waktu dan menjagakebersihan alat praktikum.

    Tanggung jawab adalah melakukanpekerjaan yang terbaik di sekolah [4].Tanggung jawab adalah sikap dan perilakuseseorang untuk melaksanakan tugas dankewajibannya sebagaimana yangseharusnya dia lakukan, terhadap dirisendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial dan budaya), negara dan TuhanYME [5]. Untuk mengukur tingkatkeberhasilan karakter, dilakukan penilaiandengan membandingkan kondisi awaldengan pencapaian pada waktu tertentu[6].

    Manusia memiliki karakter yang baiksehingga perlu dilatihkan karena menurutLickona (2012) bahwa karakter terbentuk

    dari kebiasaan yang dilakukan. Nur (2011)menjelaskan karakter juga diharapkanmenjadi salah satu hasil belajar ataukompetensi yang dicapai oleh siswa [7].

    Karakter dapat dilatihkan melaluimodel pembelajaran yang dapatmelibatkan siswa secara aktif [3]. Modellearning cycle menyarankan prosespembelajaran yang dapat melibatkan siswadalam kegiatan belajar yang aktif [8]. Halini senada dengan penelitian yangdilakukan oleh Hindarto dan Kulsum(2011).

    Yenimelz dan Ersoy (2008)menyatakan bahwa perkembangan modelmenjadi learning cycle 7-E, yaitu terdapatpenambahan fase memiliki tujuan yangbaik berkaitan dengan proses pengajarankonseptual. Tujuan yang dimaksud adalahmemperbesar fase engage dengan adanyafase elicit dan menambahkan fase extendsetelah fase elaborate dan evaluate.

    Model learning cycle 7-E berisikan 7fase pembelajaran yaitu: fase elicit, faseengage, fase explore, fase explain, faseelaborate, fase evaluate, dan fase extend[9]. Qarareh (2012) menyatakan bahwalearning cycle merupakan modelpembelajaran yang menghasilkanpemahaman konsep-konsep ilmiah,pemikiran, dan sikap siswa terhadappembelajaran sains. Materi larutanpenyangga memerlukan kegiatanpraktikum yang dapat dilaksanakan padamodel learning cycle dalam fase explore.

    Pembelajaran model learning cycledapat dilakukan dengan metode diskusikelompok sehingga siswa mengalamiperistiwa belajar [8]. Siswa belajar jikaberada dalam zona perkembangan terdekatyang mana membutuhkan teman sebayaselama melakukan tugas pengajaran [10].

    Pembelajaran pendidikan budaya dankarakter bangsa menggunakan pendekatanproses belajar aktif dilakukan melaluiberbagai kegiatan di kelas [3]. Di kelasdikembangkan melalui kegiatan belajaryang biasa dilakukan guru dengan caraberpusat pada siswa [11].

    Pembelajaran learning cycle dapatmemberikan kesempatan kepada pebelajaruntuk menyatakan pemahaman alternatifdan membuat argumentasi serta menguji

  • Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    310

    argumentasi tersebut, yaitu untuk lebihmengkonstruksi konsep-konsep yangsesuai [8]. Model learning cycle dapatmengkondisikan siswa berkelompok untukberdiskusi sehingga berkomitmenmelaksanakan tugas pengajaran dan secaraaktif terlibat sehingga dapat melatihtanggung jawab siswa.METODE PENELITIAN

    Pada penelitian model learning cycleuntuk melatihkan tanggung jawab siswadapat dijabarkan metodologi peelitian yangdigunakan adalah: (1) rancanganpenelitian berupa Pada penelitian inimenggunakan rancangan penelitian yaituone shot case study; (2) sasaran penelitianberupa siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri2 Sidoarjo tahun ajaran 2013/2014 padamateri pokok larutan penyangga.; (3)teknik pengumpulan data mencakupobservasi dan tes; (4) dan teknik analisisdata keterlaksanaan model learning cycleberupa persentase keterlaksanaan yangmemiliki kategori tertentu, analisis datapengamatan aktivitas siswa berupapersentase waktu aktivitas untukmelakukan aktivitas tertentu, analisiskarakter tanggung jawab siswa beruparata-rata nilai yang kemudian dilakukanintrepretasi kategori karakter, dan analisistes hasil belajar mencakup ranah kognitifberupa ketuntasan klasikal dan ranahpsikomotor berupa persentaseketerampilan siswa yang memiliki kategoritertentu.HASIL DAN PEMBAHASANKeterlaksanaan Model Learning Cycle 7-E

    Pada komponen pendahuluandidapatkan ketiga pertemuan memilikikategori sangat baik. Pendahuluan terdapatkegiatan pembagian kelompok ditetapkansecara heterogen agar terjadi pengalamanbelajar antar siswa. Satu kelompok terdiridari 4-5 siswa dari kelompok atas, sedang,dan bawah. Penentuan kelompok atas,sedang, dan bawah berdasarkandokumentasi nilai guru kimia SMA Negeri2 Sidoarjo.

    Pada komponen kegiatan intimenunjukan fase-fase learning cycle 7-E.Pada pertemuan I kategori baik sedangkanpertemuan II dan III kategori sangat baik.Aktivitas guru pada pertemuan I belummaksimal dalam mengarahkan siswa untukmencari tahu secara mandiri yang terlihatbergantung pada penjelasan guru tentangprosedur praktikum fase explore, karenasiswa belum beradaptasi dan terbiasadijelaskan oleh guru. Peraturan MenteriPendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006mengenai standar isi menjelaskan tentangtujuan IPA untuk mengarahkan pesertadidik mencari tahu [16].

    Pada bagian penutup pertemuan I danIII memiliki kategori sangat baik,sedangkan pertemuan II baik. Padapertemuan II terjadi penurunan persentase,karena aktivitas guru mengarahkan siswauntuk menyimpulkan materi terlalu cepatsehingga kurang memberikan waktuberpikir. Pada ketiga pertemuan, aktivitasguru saat siswa melakukan posttest yaitumelakukan disiplin waktu agar melatihsiswa bertanggungjawab dengan waktuyang diberikan. Guru memberikanperingatan terhadap siswa menyontekdengan memindah tempat duduknya kedepan. Aktivitas guru saat siswa melakukantes praktik yaitu memberikan kesempatankepada siswa untuk menunjukanketerampilan (psikomotor) dalammenggunakan gelas ukur. Mayoritas siswapada pertemuan I, belum memperhatikanbatas miniskus.

    Keterlaksanaan model pembelajaranlearning cycle secara keseluruhan padaketiga pertemuan dapat dilihat padaGambar 1.

    Gambar 1 Keterlaksanaan KeseluruhanModel Learning Cycle 7-E

    Berdasarkan Gambar 1, dapatdijabarkan bahwa pada pertemuan I, II, dan

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    310

    argumentasi tersebut, yaitu untuk lebihmengkonstruksi konsep-konsep yangsesuai [8]. Model learning cycle dapatmengkondisikan siswa berkelompok untukberdiskusi sehingga berkomitmenmelaksanakan tugas pengajaran dan secaraaktif terlibat sehingga dapat melatihtanggung jawab siswa.METODE PENELITIAN

    Pada penelitian model learning cycleuntuk melatihkan tanggung jawab siswadapat dijabarkan metodologi peelitian yangdigunakan adalah: (1) rancanganpenelitian berupa Pada penelitian inimenggunakan rancangan penelitian yaituone shot case study; (2) sasaran penelitianberupa siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri2 Sidoarjo tahun ajaran 2013/2014 padamateri pokok larutan penyangga.; (3)teknik pengumpulan data mencakupobservasi dan tes; (4) dan teknik analisisdata keterlaksanaan model learning cycleberupa persentase keterlaksanaan yangmemiliki kategori tertentu, analisis datapengamatan aktivitas siswa berupapersentase waktu aktivitas untukmelakukan aktivitas tertentu, analisiskarakter tanggung jawab siswa beruparata-rata nilai yang kemudian dilakukanintrepretasi kategori karakter, dan analisistes hasil belajar mencakup ranah kognitifberupa ketuntasan klasikal dan ranahpsikomotor berupa persentaseketerampilan siswa yang memiliki kategoritertentu.HASIL DAN PEMBAHASANKeterlaksanaan Model Learning Cycle 7-E

    Pada komponen pendahuluandidapatkan ketiga pertemuan memilikikategori sangat baik. Pendahuluan terdapatkegiatan pembagian kelompok ditetapkansecara heterogen agar terjadi pengalamanbelajar antar siswa. Satu kelompok terdiridari 4-5 siswa dari kelompok atas, sedang,dan bawah. Penentuan kelompok atas,sedang, dan bawah berdasarkandokumentasi nilai guru kimia SMA Negeri2 Sidoarjo.

    Pada komponen kegiatan intimenunjukan fase-fase learning cycle 7-E.Pada pertemuan I kategori baik sedangkanpertemuan II dan III kategori sangat baik.Aktivitas guru pada pertemuan I belummaksimal dalam mengarahkan siswa untukmencari tahu secara mandiri yang terlihatbergantung pada penjelasan guru tentangprosedur praktikum fase explore, karenasiswa belum beradaptasi dan terbiasadijelaskan oleh guru. Peraturan MenteriPendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006mengenai standar isi menjelaskan tentangtujuan IPA untuk mengarahkan pesertadidik mencari tahu [16].

    Pada bagian penutup pertemuan I danIII memiliki kategori sangat baik,sedangkan pertemuan II baik. Padapertemuan II terjadi penurunan persentase,karena aktivitas guru mengarahkan siswauntuk menyimpulkan materi terlalu cepatsehingga kurang memberikan waktuberpikir. Pada ketiga pertemuan, aktivitasguru saat siswa melakukan posttest yaitumelakukan disiplin waktu agar melatihsiswa bertanggungjawab dengan waktuyang diberikan. Guru memberikanperingatan terhadap siswa menyontekdengan memindah tempat duduknya kedepan. Aktivitas guru saat siswa melakukantes praktik yaitu memberikan kesempatankepada siswa untuk menunjukanketerampilan (psikomotor) dalammenggunakan gelas ukur. Mayoritas siswapada pertemuan I, belum memperhatikanbatas miniskus.

    Keterlaksanaan model pembelajaranlearning cycle secara keseluruhan padaketiga pertemuan dapat dilihat padaGambar 1.

    Gambar 1 Keterlaksanaan KeseluruhanModel Learning Cycle 7-E

    Berdasarkan Gambar 1, dapatdijabarkan bahwa pada pertemuan I, II, dan

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    310

    argumentasi tersebut, yaitu untuk lebihmengkonstruksi konsep-konsep yangsesuai [8]. Model learning cycle dapatmengkondisikan siswa berkelompok untukberdiskusi sehingga berkomitmenmelaksanakan tugas pengajaran dan secaraaktif terlibat sehingga dapat melatihtanggung jawab siswa.METODE PENELITIAN

    Pada penelitian model learning cycleuntuk melatihkan tanggung jawab siswadapat dijabarkan metodologi peelitian yangdigunakan adalah: (1) rancanganpenelitian berupa Pada penelitian inimenggunakan rancangan penelitian yaituone shot case study; (2) sasaran penelitianberupa siswa kelas XI IPA 6 SMA Negeri2 Sidoarjo tahun ajaran 2013/2014 padamateri pokok larutan penyangga.; (3)teknik pengumpulan data mencakupobservasi dan tes; (4) dan teknik analisisdata keterlaksanaan model learning cycleberupa persentase keterlaksanaan yangmemiliki kategori tertentu, analisis datapengamatan aktivitas siswa berupapersentase waktu aktivitas untukmelakukan aktivitas tertentu, analisiskarakter tanggung jawab siswa beruparata-rata nilai yang kemudian dilakukanintrepretasi kategori karakter, dan analisistes hasil belajar mencakup ranah kognitifberupa ketuntasan klasikal dan ranahpsikomotor berupa persentaseketerampilan siswa yang memiliki kategoritertentu.HASIL DAN PEMBAHASANKeterlaksanaan Model Learning Cycle 7-E

    Pada komponen pendahuluandidapatkan ketiga pertemuan memilikikategori sangat baik. Pendahuluan terdapatkegiatan pembagian kelompok ditetapkansecara heterogen agar terjadi pengalamanbelajar antar siswa. Satu kelompok terdiridari 4-5 siswa dari kelompok atas, sedang,dan bawah. Penentuan kelompok atas,sedang, dan bawah berdasarkandokumentasi nilai guru kimia SMA Negeri2 Sidoarjo.

    Pada komponen kegiatan intimenunjukan fase-fase learning cycle 7-E.Pada pertemuan I kategori baik sedangkanpertemuan II dan III kategori sangat baik.Aktivitas guru pada pertemuan I belummaksimal dalam mengarahkan siswa untukmencari tahu secara mandiri yang terlihatbergantung pada penjelasan guru tentangprosedur praktikum fase explore, karenasiswa belum beradaptasi dan terbiasadijelaskan oleh guru. Peraturan MenteriPendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006mengenai standar isi menjelaskan tentangtujuan IPA untuk mengarahkan pesertadidik mencari tahu [16].

    Pada bagian penutup pertemuan I danIII memiliki kategori sangat baik,sedangkan pertemuan II baik. Padapertemuan II terjadi penurunan persentase,karena aktivitas guru mengarahkan siswauntuk menyimpulkan materi terlalu cepatsehingga kurang memberikan waktuberpikir. Pada ketiga pertemuan, aktivitasguru saat siswa melakukan posttest yaitumelakukan disiplin waktu agar melatihsiswa bertanggungjawab dengan waktuyang diberikan. Guru memberikanperingatan terhadap siswa menyontekdengan memindah tempat duduknya kedepan. Aktivitas guru saat siswa melakukantes praktik yaitu memberikan kesempatankepada siswa untuk menunjukanketerampilan (psikomotor) dalammenggunakan gelas ukur. Mayoritas siswapada pertemuan I, belum memperhatikanbatas miniskus.

    Keterlaksanaan model pembelajaranlearning cycle secara keseluruhan padaketiga pertemuan dapat dilihat padaGambar 1.

    Gambar 1 Keterlaksanaan KeseluruhanModel Learning Cycle 7-E

    Berdasarkan Gambar 1, dapatdijabarkan bahwa pada pertemuan I, II, dan

  • Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    311

    III persentase keterlaksanaan secarakeseluruhan memiliki kategori sangat baik.Guru melaksanakan kegiatan pembelajaranmodel learning cycle pada ketigapertemuan sesuai dengan sintaks yangtertera dalam rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP). Penurunan persentasepada pertemuan II, karena berkurangnyaaktivitas guru untuk tanya jawab sertaklarifikasi konsep pada fase evaluate,karena dominan memberikan bimbinganpenjelasan pada fase extend.Aktivitas Siswa

    Model learning cycle menyarankanproses pembelajaran yang dapat melibatkansiswa dalam kegiatan belajar yang aktif [9].Aktivitas siswa didominasi oleh aktivitasyang mendukung fase-fase learning cycle7-E, karena masing-masing siswabertanggungjawab dengan LKS yangdibagikan secara individu. Pengerjaan LKSditekankan untuk diskusi secaraberkelompok dan tanggung jawab.Persentase waktu aktivitas pada pertemuanII paling tinggi dikarenakan mayoritassiswa melakukan aktivitas paling dominanyaitu mengerjakan soal perhitungan pHfase elaborate.

    Grafik persentase waktu aktivitas siswauntuk ketiga pertemuan seperti padaGambar 2.

    Gambar 2 Waktu Aktivitas SiswaAktivitas nomor 1 mendengarkan

    penjelasan guru, didapatkan penurunanpersentase waktu di pertemuan IIdisebabkan siswa sudah membaca secaramandiri materi di LKS. Namun padapertemuan III persentase waktu palingbesar, dikarenakan siswa membutuhkanpenjelasan lebih tentang materi perhitunganpH faktor pengenceran.

    Aktivitas 2a memiliki persentase waktuaktivitas siswa pada fase elicit pertemuan I

    paling besar dan terjadi penurunanpertemuan II dan III. Pada pertemuan Isiswa membutuhkan banyak waktu untukmengerjakan latihan soal apersepsi tentangteori asam basa Bronsted Lowry. Penururanpersentase waktu aktivitas pada pertemuanII dan III disebabkan oleh siswa mudahmengingat tentang materi pembelajaranyang telah dipelajari karena berhubungandengan kehidupan sehari-hari yaitu peranlarutan penyangga di dalam tubuh makhlukhidup (larutan penyangga karbonat danlarutan penyangga hemoglobin).

    Aktivitas 2b pada fase engagepertemuan I, II, dan III mengalamipeningkatan persentase waktu aktivitas.Pertemuan III persentase waktuaktivitasnya paling tinggi, karena siswasecara berkelompok diskusi danmengerjakan LKS tentang perubahanmolaritas setiap spesi komponen larutanpenyangga sehingga pH tetap padakisarannya meskipun dilakukanpengenceran.

    Aktivitas 2c melakukan percobaan padafase explore. Berdasarkan pengamatan padapertemuan I, II, dan III menunjukkanbahwa semakin banyak siswa yang terampilmenggunakan gelas ukur.

    Aktivitas 2d siswa diskusi antar anggotakelompok untuk menanggapi penjelasankonsep pada fase explain. Waktu aktivitaspertemuan I, II, dan III mengalamipeningkatan persentase menunjukkanbahwa diskusi antar anggota kelompokdapat melatih siswa dalammempertanggungjawabkan jawaban faseexplore.

    Aktivitas 2e yaitu menghitung pHlarutan penyangga pada fase elaborate.Waktu aktivitas siswa pada pertemuan Idan II mengalami penurunan, sedangkanpertemuan III paling tinggi. Pertemuan III,siswa antusias berdiskusi soal perhitunganfaktor pengenceran dan memprediksicampuran larutan termasuk penyangga.

    Aktivitas 2f pada fase evaluate. Waktuaktivitas pada pertemuan I, II, dan IIImengalami peningkatan persentase.Pertemuan II dan III perhitungan pH,membutuhkan waktu mengerjakan lamasehingga waktu untuk tanya jawab hanyaterbatas.

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    311

    III persentase keterlaksanaan secarakeseluruhan memiliki kategori sangat baik.Guru melaksanakan kegiatan pembelajaranmodel learning cycle pada ketigapertemuan sesuai dengan sintaks yangtertera dalam rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP). Penurunan persentasepada pertemuan II, karena berkurangnyaaktivitas guru untuk tanya jawab sertaklarifikasi konsep pada fase evaluate,karena dominan memberikan bimbinganpenjelasan pada fase extend.Aktivitas Siswa

    Model learning cycle menyarankanproses pembelajaran yang dapat melibatkansiswa dalam kegiatan belajar yang aktif [9].Aktivitas siswa didominasi oleh aktivitasyang mendukung fase-fase learning cycle7-E, karena masing-masing siswabertanggungjawab dengan LKS yangdibagikan secara individu. Pengerjaan LKSditekankan untuk diskusi secaraberkelompok dan tanggung jawab.Persentase waktu aktivitas pada pertemuanII paling tinggi dikarenakan mayoritassiswa melakukan aktivitas paling dominanyaitu mengerjakan soal perhitungan pHfase elaborate.

    Grafik persentase waktu aktivitas siswauntuk ketiga pertemuan seperti padaGambar 2.

    Gambar 2 Waktu Aktivitas SiswaAktivitas nomor 1 mendengarkan

    penjelasan guru, didapatkan penurunanpersentase waktu di pertemuan IIdisebabkan siswa sudah membaca secaramandiri materi di LKS. Namun padapertemuan III persentase waktu palingbesar, dikarenakan siswa membutuhkanpenjelasan lebih tentang materi perhitunganpH faktor pengenceran.

    Aktivitas 2a memiliki persentase waktuaktivitas siswa pada fase elicit pertemuan I

    paling besar dan terjadi penurunanpertemuan II dan III. Pada pertemuan Isiswa membutuhkan banyak waktu untukmengerjakan latihan soal apersepsi tentangteori asam basa Bronsted Lowry. Penururanpersentase waktu aktivitas pada pertemuanII dan III disebabkan oleh siswa mudahmengingat tentang materi pembelajaranyang telah dipelajari karena berhubungandengan kehidupan sehari-hari yaitu peranlarutan penyangga di dalam tubuh makhlukhidup (larutan penyangga karbonat danlarutan penyangga hemoglobin).

    Aktivitas 2b pada fase engagepertemuan I, II, dan III mengalamipeningkatan persentase waktu aktivitas.Pertemuan III persentase waktuaktivitasnya paling tinggi, karena siswasecara berkelompok diskusi danmengerjakan LKS tentang perubahanmolaritas setiap spesi komponen larutanpenyangga sehingga pH tetap padakisarannya meskipun dilakukanpengenceran.

    Aktivitas 2c melakukan percobaan padafase explore. Berdasarkan pengamatan padapertemuan I, II, dan III menunjukkanbahwa semakin banyak siswa yang terampilmenggunakan gelas ukur.

    Aktivitas 2d siswa diskusi antar anggotakelompok untuk menanggapi penjelasankonsep pada fase explain. Waktu aktivitaspertemuan I, II, dan III mengalamipeningkatan persentase menunjukkanbahwa diskusi antar anggota kelompokdapat melatih siswa dalammempertanggungjawabkan jawaban faseexplore.

    Aktivitas 2e yaitu menghitung pHlarutan penyangga pada fase elaborate.Waktu aktivitas siswa pada pertemuan Idan II mengalami penurunan, sedangkanpertemuan III paling tinggi. Pertemuan III,siswa antusias berdiskusi soal perhitunganfaktor pengenceran dan memprediksicampuran larutan termasuk penyangga.

    Aktivitas 2f pada fase evaluate. Waktuaktivitas pada pertemuan I, II, dan IIImengalami peningkatan persentase.Pertemuan II dan III perhitungan pH,membutuhkan waktu mengerjakan lamasehingga waktu untuk tanya jawab hanyaterbatas.

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    311

    III persentase keterlaksanaan secarakeseluruhan memiliki kategori sangat baik.Guru melaksanakan kegiatan pembelajaranmodel learning cycle pada ketigapertemuan sesuai dengan sintaks yangtertera dalam rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP). Penurunan persentasepada pertemuan II, karena berkurangnyaaktivitas guru untuk tanya jawab sertaklarifikasi konsep pada fase evaluate,karena dominan memberikan bimbinganpenjelasan pada fase extend.Aktivitas Siswa

    Model learning cycle menyarankanproses pembelajaran yang dapat melibatkansiswa dalam kegiatan belajar yang aktif [9].Aktivitas siswa didominasi oleh aktivitasyang mendukung fase-fase learning cycle7-E, karena masing-masing siswabertanggungjawab dengan LKS yangdibagikan secara individu. Pengerjaan LKSditekankan untuk diskusi secaraberkelompok dan tanggung jawab.Persentase waktu aktivitas pada pertemuanII paling tinggi dikarenakan mayoritassiswa melakukan aktivitas paling dominanyaitu mengerjakan soal perhitungan pHfase elaborate.

    Grafik persentase waktu aktivitas siswauntuk ketiga pertemuan seperti padaGambar 2.

    Gambar 2 Waktu Aktivitas SiswaAktivitas nomor 1 mendengarkan

    penjelasan guru, didapatkan penurunanpersentase waktu di pertemuan IIdisebabkan siswa sudah membaca secaramandiri materi di LKS. Namun padapertemuan III persentase waktu palingbesar, dikarenakan siswa membutuhkanpenjelasan lebih tentang materi perhitunganpH faktor pengenceran.

    Aktivitas 2a memiliki persentase waktuaktivitas siswa pada fase elicit pertemuan I

    paling besar dan terjadi penurunanpertemuan II dan III. Pada pertemuan Isiswa membutuhkan banyak waktu untukmengerjakan latihan soal apersepsi tentangteori asam basa Bronsted Lowry. Penururanpersentase waktu aktivitas pada pertemuanII dan III disebabkan oleh siswa mudahmengingat tentang materi pembelajaranyang telah dipelajari karena berhubungandengan kehidupan sehari-hari yaitu peranlarutan penyangga di dalam tubuh makhlukhidup (larutan penyangga karbonat danlarutan penyangga hemoglobin).

    Aktivitas 2b pada fase engagepertemuan I, II, dan III mengalamipeningkatan persentase waktu aktivitas.Pertemuan III persentase waktuaktivitasnya paling tinggi, karena siswasecara berkelompok diskusi danmengerjakan LKS tentang perubahanmolaritas setiap spesi komponen larutanpenyangga sehingga pH tetap padakisarannya meskipun dilakukanpengenceran.

    Aktivitas 2c melakukan percobaan padafase explore. Berdasarkan pengamatan padapertemuan I, II, dan III menunjukkanbahwa semakin banyak siswa yang terampilmenggunakan gelas ukur.

    Aktivitas 2d siswa diskusi antar anggotakelompok untuk menanggapi penjelasankonsep pada fase explain. Waktu aktivitaspertemuan I, II, dan III mengalamipeningkatan persentase menunjukkanbahwa diskusi antar anggota kelompokdapat melatih siswa dalammempertanggungjawabkan jawaban faseexplore.

    Aktivitas 2e yaitu menghitung pHlarutan penyangga pada fase elaborate.Waktu aktivitas siswa pada pertemuan Idan II mengalami penurunan, sedangkanpertemuan III paling tinggi. Pertemuan III,siswa antusias berdiskusi soal perhitunganfaktor pengenceran dan memprediksicampuran larutan termasuk penyangga.

    Aktivitas 2f pada fase evaluate. Waktuaktivitas pada pertemuan I, II, dan IIImengalami peningkatan persentase.Pertemuan II dan III perhitungan pH,membutuhkan waktu mengerjakan lamasehingga waktu untuk tanya jawab hanyaterbatas.

  • Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    312

    Aktivitas 2g pada fase extend.Pembelajaran dapat bermakna jikadihubungkan dengan penjelasan penerapankonsep dalam kehidupan sehari hari. Waktuaktivitas siswa pertemuan I dan IImengalami peningkatan, karenamembutuhkan waktu yang lumayan lamauntuk berdiskusi mengenai perankomponen larutan penyangga.

    Aktivitas 3 yaitu siswa memberikankesimpulan. Waktu aktivitas siswapertemuan I dan II mengalami penurunan,karena siswa secara spontan menyimpulkanmateri. Aktivitas menyimpulkan sangatpenting karena sebagai review materi danbekal mengerjakan posttest.

    Aktivitas 4 yaitu melakukan kegiatanyang tidak relevan. Waktu aktivitas siswapertemuan I, II, dan III mengalamipenurunan persentase. Hal ini dikarenakankesadaran siswa atas teguran dari guruterhadap perilaku yang tidak relevan. Padapertemuan I berdasarkan pengamatan,mayoritas kelompok siswa berkeliarankemana-mana dan bercanda gurau padafase explore.Pengamatan Karakter Tanggung JawabSiswa

    Karakter tanggung jawab memilikimakna yaitu sikap untuk mengetahui danmelaksanakan apa yang harus dilakukansebagaimana diharapkan oleh orang lain[12]. Grafik jumlah siswa yang memilikikategori karakter tanggung jawab tertentuseperti pada Gambar 3.

    Gambar 3 Jumlah Siswa pada KategoriTanggung Jawab

    Berdasarkan Gambar 3, dapatdijabarkan bahwa pertemuan I, II, dan IIImengalami peningkatan jumlah siswadengan kategori tanggung jawab

    membudaya (MK), sedangkan siswakategori mulai berkembang (MB)mengalami penurunan. Hal inimenggambarkan bahwa learning cycle 7-Edapat memfasilitasi siswa untuk berlatihbertanggung jawab. Qarareh (2012)menyatakan bahwa learning cycle sebagaistrategi mengajar memiliki efek modelpelaksanaannya pada sikap terhadappembelajaran sains.

    Pertemuan I, masih banyak siswamemiliki kategori mulai berkembang (MB),karena siswa nomor 2.3, 3.5, 4.4, 5.2, 6.3,6.4 contohnya mendapat nilai 1 padaindikator melakukan kesepakatan yangdisetujui yaitu melakukan praktikum tidaksesuai kesepakatan 8 menit pada faseexplore.

    Pertemuan II terdapat peningkatanjumlah siswa yang memiliki kategoritanggung jawab membudaya (MK). Contohsiswa nomor 1.3, 2.2, 3.4, 5.1, 6.5, 7.2, dan8.4 mengalami perubahan kategori mulaiberkembang (MB) menjadi kategorimembudaya (MK). Siswa nomor 5.1mengalami kenaikan nilai pada indikatormenjaga kebersihan kelas, karena faseexplore memfasilitasi siswa untuk menjagakebersihan alat praktikum dan membuangkertas indikator di tempat sampah. Siswanomor 8.4 mengalami peningkatan nilaipada indikator dapat diandalkanmengerjakan kesepakan dan membantuteman. Hal ini terlihat pada fase elaborate,siswa tersebut membantu teman yangbertanya tentang perhitungan pH.

    Pertemuan III terjadi penurunan secaradrastis jumlah siswa memiliki kategorimulai berkembang (MB). Hal ini terlihatpada siswa nomor 2.5, 3.2, 4.5, 5.5, 7.4,dan 8.2 memiliki kategori mulaiberkembang (MB). Siswa nomor 4.5 nilairendah pada indikator bertanggung jawabdengan apa yang dilakukan, hal ini terlihatpada sikap siswa ketika melaksanakan faseexplain belum bisa menjawab pertanyaankelompok lain sehingga mendapatkanbantuan jawaban.

    Berdasarkan pengamatan, terdapat86,8% siswa yang mengalami kenaikannilai karakter sedangkan 13,2% memilikinilai karakter yang tetap. Hal ini terjadipada siswa nomor 1.4, 4.3, 5.2, 5.4, dan 7.1

    916

    2922

    010203040

    1 2Membudaya (MK)Mulai Berkembang (MB)

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    312

    Aktivitas 2g pada fase extend.Pembelajaran dapat bermakna jikadihubungkan dengan penjelasan penerapankonsep dalam kehidupan sehari hari. Waktuaktivitas siswa pertemuan I dan IImengalami peningkatan, karenamembutuhkan waktu yang lumayan lamauntuk berdiskusi mengenai perankomponen larutan penyangga.

    Aktivitas 3 yaitu siswa memberikankesimpulan. Waktu aktivitas siswapertemuan I dan II mengalami penurunan,karena siswa secara spontan menyimpulkanmateri. Aktivitas menyimpulkan sangatpenting karena sebagai review materi danbekal mengerjakan posttest.

    Aktivitas 4 yaitu melakukan kegiatanyang tidak relevan. Waktu aktivitas siswapertemuan I, II, dan III mengalamipenurunan persentase. Hal ini dikarenakankesadaran siswa atas teguran dari guruterhadap perilaku yang tidak relevan. Padapertemuan I berdasarkan pengamatan,mayoritas kelompok siswa berkeliarankemana-mana dan bercanda gurau padafase explore.Pengamatan Karakter Tanggung JawabSiswa

    Karakter tanggung jawab memilikimakna yaitu sikap untuk mengetahui danmelaksanakan apa yang harus dilakukansebagaimana diharapkan oleh orang lain[12]. Grafik jumlah siswa yang memilikikategori karakter tanggung jawab tertentuseperti pada Gambar 3.

    Gambar 3 Jumlah Siswa pada KategoriTanggung Jawab

    Berdasarkan Gambar 3, dapatdijabarkan bahwa pertemuan I, II, dan IIImengalami peningkatan jumlah siswadengan kategori tanggung jawab

    membudaya (MK), sedangkan siswakategori mulai berkembang (MB)mengalami penurunan. Hal inimenggambarkan bahwa learning cycle 7-Edapat memfasilitasi siswa untuk berlatihbertanggung jawab. Qarareh (2012)menyatakan bahwa learning cycle sebagaistrategi mengajar memiliki efek modelpelaksanaannya pada sikap terhadappembelajaran sains.

    Pertemuan I, masih banyak siswamemiliki kategori mulai berkembang (MB),karena siswa nomor 2.3, 3.5, 4.4, 5.2, 6.3,6.4 contohnya mendapat nilai 1 padaindikator melakukan kesepakatan yangdisetujui yaitu melakukan praktikum tidaksesuai kesepakatan 8 menit pada faseexplore.

    Pertemuan II terdapat peningkatanjumlah siswa yang memiliki kategoritanggung jawab membudaya (MK). Contohsiswa nomor 1.3, 2.2, 3.4, 5.1, 6.5, 7.2, dan8.4 mengalami perubahan kategori mulaiberkembang (MB) menjadi kategorimembudaya (MK). Siswa nomor 5.1mengalami kenaikan nilai pada indikatormenjaga kebersihan kelas, karena faseexplore memfasilitasi siswa untuk menjagakebersihan alat praktikum dan membuangkertas indikator di tempat sampah. Siswanomor 8.4 mengalami peningkatan nilaipada indikator dapat diandalkanmengerjakan kesepakan dan membantuteman. Hal ini terlihat pada fase elaborate,siswa tersebut membantu teman yangbertanya tentang perhitungan pH.

    Pertemuan III terjadi penurunan secaradrastis jumlah siswa memiliki kategorimulai berkembang (MB). Hal ini terlihatpada siswa nomor 2.5, 3.2, 4.5, 5.5, 7.4,dan 8.2 memiliki kategori mulaiberkembang (MB). Siswa nomor 4.5 nilairendah pada indikator bertanggung jawabdengan apa yang dilakukan, hal ini terlihatpada sikap siswa ketika melaksanakan faseexplain belum bisa menjawab pertanyaankelompok lain sehingga mendapatkanbantuan jawaban.

    Berdasarkan pengamatan, terdapat86,8% siswa yang mengalami kenaikannilai karakter sedangkan 13,2% memilikinilai karakter yang tetap. Hal ini terjadipada siswa nomor 1.4, 4.3, 5.2, 5.4, dan 7.1

    16252213

    2 3Mulai Berkembang (MB)

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    312

    Aktivitas 2g pada fase extend.Pembelajaran dapat bermakna jikadihubungkan dengan penjelasan penerapankonsep dalam kehidupan sehari hari. Waktuaktivitas siswa pertemuan I dan IImengalami peningkatan, karenamembutuhkan waktu yang lumayan lamauntuk berdiskusi mengenai perankomponen larutan penyangga.

    Aktivitas 3 yaitu siswa memberikankesimpulan. Waktu aktivitas siswapertemuan I dan II mengalami penurunan,karena siswa secara spontan menyimpulkanmateri. Aktivitas menyimpulkan sangatpenting karena sebagai review materi danbekal mengerjakan posttest.

    Aktivitas 4 yaitu melakukan kegiatanyang tidak relevan. Waktu aktivitas siswapertemuan I, II, dan III mengalamipenurunan persentase. Hal ini dikarenakankesadaran siswa atas teguran dari guruterhadap perilaku yang tidak relevan. Padapertemuan I berdasarkan pengamatan,mayoritas kelompok siswa berkeliarankemana-mana dan bercanda gurau padafase explore.Pengamatan Karakter Tanggung JawabSiswa

    Karakter tanggung jawab memilikimakna yaitu sikap untuk mengetahui danmelaksanakan apa yang harus dilakukansebagaimana diharapkan oleh orang lain[12]. Grafik jumlah siswa yang memilikikategori karakter tanggung jawab tertentuseperti pada Gambar 3.

    Gambar 3 Jumlah Siswa pada KategoriTanggung Jawab

    Berdasarkan Gambar 3, dapatdijabarkan bahwa pertemuan I, II, dan IIImengalami peningkatan jumlah siswadengan kategori tanggung jawab

    membudaya (MK), sedangkan siswakategori mulai berkembang (MB)mengalami penurunan. Hal inimenggambarkan bahwa learning cycle 7-Edapat memfasilitasi siswa untuk berlatihbertanggung jawab. Qarareh (2012)menyatakan bahwa learning cycle sebagaistrategi mengajar memiliki efek modelpelaksanaannya pada sikap terhadappembelajaran sains.

    Pertemuan I, masih banyak siswamemiliki kategori mulai berkembang (MB),karena siswa nomor 2.3, 3.5, 4.4, 5.2, 6.3,6.4 contohnya mendapat nilai 1 padaindikator melakukan kesepakatan yangdisetujui yaitu melakukan praktikum tidaksesuai kesepakatan 8 menit pada faseexplore.

    Pertemuan II terdapat peningkatanjumlah siswa yang memiliki kategoritanggung jawab membudaya (MK). Contohsiswa nomor 1.3, 2.2, 3.4, 5.1, 6.5, 7.2, dan8.4 mengalami perubahan kategori mulaiberkembang (MB) menjadi kategorimembudaya (MK). Siswa nomor 5.1mengalami kenaikan nilai pada indikatormenjaga kebersihan kelas, karena faseexplore memfasilitasi siswa untuk menjagakebersihan alat praktikum dan membuangkertas indikator di tempat sampah. Siswanomor 8.4 mengalami peningkatan nilaipada indikator dapat diandalkanmengerjakan kesepakan dan membantuteman. Hal ini terlihat pada fase elaborate,siswa tersebut membantu teman yangbertanya tentang perhitungan pH.

    Pertemuan III terjadi penurunan secaradrastis jumlah siswa memiliki kategorimulai berkembang (MB). Hal ini terlihatpada siswa nomor 2.5, 3.2, 4.5, 5.5, 7.4,dan 8.2 memiliki kategori mulaiberkembang (MB). Siswa nomor 4.5 nilairendah pada indikator bertanggung jawabdengan apa yang dilakukan, hal ini terlihatpada sikap siswa ketika melaksanakan faseexplain belum bisa menjawab pertanyaankelompok lain sehingga mendapatkanbantuan jawaban.

    Berdasarkan pengamatan, terdapat86,8% siswa yang mengalami kenaikannilai karakter sedangkan 13,2% memilikinilai karakter yang tetap. Hal ini terjadipada siswa nomor 1.4, 4.3, 5.2, 5.4, dan 7.1

  • Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    313

    memiliki nilai karakter tetap, disebabkansiswa tersebut mendapatkan nilai yangrendah terutama pada indikatormengerjakan kesepakatan yang disetujuiberupa pengerjaan tugas rumah. Siswatersebut mengumpulkan tugas rumahterlambat. Kurangnya tanggung jawabsiswa ini disebabkan oleh guru kurangtegas pada siswa yang mengumpulkan PRterlambat.

    Karakter tanggung jawab siswa sudahterlatih selama ketiga pertemuanpembelajaran learning cycle 7-E, dapatterlihat dari peningkatan jumlah siswa yangmemiliki kategori membudaya (MK), halini karena siswa selama prosespembelajaran telah berlatih bersikaptanggung jawab. Nur (2011) menjelaskankarakter juga diharapkan menjadi salah satuhasil belajar atau kompetensi yang dicapaioleh siswa [7].Hasil Belajar Siswa

    Hasil belajar ranah kognitif(pengetahuan) didapatkan dari posttest danhasil belajar ranah psikomotor(keterampilan) didapatkan dari tes praktikmenggunakan gelas ukur.

    Hasil belajar kognitif berupa ketuntasanklasikal 75%. Berikut ini grafikketuntasan klasikal ranah kognitif siswauntuk ketiga pertemuan seperti padaGambar 4.

    Gambar 4 Ketuntasan Klasikal HasilBelajar Kognitif

    Berdasarkan Gambar 4, dapatdijabarkan bahwa ketuntasan klasikal padapertemuan I, II, dan III mengalamipeningkatan persentase dan telahmemenuhi 75% jumlah siswa yangtuntas. Qarareh (2012) menyatakan bahwalearning cycle memiliki efek modelpelaksanaannya seperti pemahaman

    konsep-konsep ilmiah siswa. Siswa nomor4.4 yang termasuk siswa bawah,mengalami ketuntasan pada ketigapertemuan, hal ini membuktikan bahwapembagian kelompok secara heterogendapat memotivasi siswa untuk belajar.

    Hasil belajar psikomotorik merupakanserangkaian keterampilan dalammenggunakan gelas ukur. persentasejumlah siswa dengan kategori psikomotortertentu setelah dilakukan kegiatanpembelajaran model learning cycle 7-Epada ketiga pertemuan seperti Gambar 5.

    Gambar 5 Persentase Jumlah Siswa padaKategori Psikomotor

    Berdasarkan Gambar 5, persentasejumlah siswa yang mendapatkan hasilbelajar psikomotor siswa dengan kategorisangat baik pada pertemuan I, II, dan IIImengalami peningkatan. Hal inimenunjukkan bahwa fase explore padalearning cycle dapat memfasilitasi siswauntuk berlatih menggunakan gelas ukursaat melakukan percobaan larutanpenyangga.

    Pada pertemuan I tes praktikpsikomotor, siswa nomor 6.4, 7.3, 7.4, dan8.1 masih belum terlatih dalam meletakkangelas ukur, karena mengangkat gelas ukursaat mengambil larutan. Hal ini berbahayakarena kemungkinan kulit terkena tetesanlarutan lebih besar. Untuk rincian tugaskinerja menentukan tepat batas miniskusketika mengukur volume larutan, hanyadilakukan oleh siswa nomor 2.3, 3.1, 5.1,dan 8.4.

    Pertemuan II, mayoritas siswa berlatihmencoba menggunakan gelas ukur padafase explore. Pada saat percobaandilakukan, guru memberikan arahan kepadasiswa untuk memperhatikan batas miniskusdan berhati-hati saat mengambil larutan.Hal ini berdampak pada keterampilan siswa

    76,3 78,9

    23,7 21,1

    020406080100

    1 2

    Jumlah Siswa (%)

    Pertemuan

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    313

    memiliki nilai karakter tetap, disebabkansiswa tersebut mendapatkan nilai yangrendah terutama pada indikatormengerjakan kesepakatan yang disetujuiberupa pengerjaan tugas rumah. Siswatersebut mengumpulkan tugas rumahterlambat. Kurangnya tanggung jawabsiswa ini disebabkan oleh guru kurangtegas pada siswa yang mengumpulkan PRterlambat.

    Karakter tanggung jawab siswa sudahterlatih selama ketiga pertemuanpembelajaran learning cycle 7-E, dapatterlihat dari peningkatan jumlah siswa yangmemiliki kategori membudaya (MK), halini karena siswa selama prosespembelajaran telah berlatih bersikaptanggung jawab. Nur (2011) menjelaskankarakter juga diharapkan menjadi salah satuhasil belajar atau kompetensi yang dicapaioleh siswa [7].Hasil Belajar Siswa

    Hasil belajar ranah kognitif(pengetahuan) didapatkan dari posttest danhasil belajar ranah psikomotor(keterampilan) didapatkan dari tes praktikmenggunakan gelas ukur.

    Hasil belajar kognitif berupa ketuntasanklasikal 75%. Berikut ini grafikketuntasan klasikal ranah kognitif siswauntuk ketiga pertemuan seperti padaGambar 4.

    Gambar 4 Ketuntasan Klasikal HasilBelajar Kognitif

    Berdasarkan Gambar 4, dapatdijabarkan bahwa ketuntasan klasikal padapertemuan I, II, dan III mengalamipeningkatan persentase dan telahmemenuhi 75% jumlah siswa yangtuntas. Qarareh (2012) menyatakan bahwalearning cycle memiliki efek modelpelaksanaannya seperti pemahaman

    konsep-konsep ilmiah siswa. Siswa nomor4.4 yang termasuk siswa bawah,mengalami ketuntasan pada ketigapertemuan, hal ini membuktikan bahwapembagian kelompok secara heterogendapat memotivasi siswa untuk belajar.

    Hasil belajar psikomotorik merupakanserangkaian keterampilan dalammenggunakan gelas ukur. persentasejumlah siswa dengan kategori psikomotortertentu setelah dilakukan kegiatanpembelajaran model learning cycle 7-Epada ketiga pertemuan seperti Gambar 5.

    Gambar 5 Persentase Jumlah Siswa padaKategori Psikomotor

    Berdasarkan Gambar 5, persentasejumlah siswa yang mendapatkan hasilbelajar psikomotor siswa dengan kategorisangat baik pada pertemuan I, II, dan IIImengalami peningkatan. Hal inimenunjukkan bahwa fase explore padalearning cycle dapat memfasilitasi siswauntuk berlatih menggunakan gelas ukursaat melakukan percobaan larutanpenyangga.

    Pada pertemuan I tes praktikpsikomotor, siswa nomor 6.4, 7.3, 7.4, dan8.1 masih belum terlatih dalam meletakkangelas ukur, karena mengangkat gelas ukursaat mengambil larutan. Hal ini berbahayakarena kemungkinan kulit terkena tetesanlarutan lebih besar. Untuk rincian tugaskinerja menentukan tepat batas miniskusketika mengukur volume larutan, hanyadilakukan oleh siswa nomor 2.3, 3.1, 5.1,dan 8.4.

    Pertemuan II, mayoritas siswa berlatihmencoba menggunakan gelas ukur padafase explore. Pada saat percobaandilakukan, guru memberikan arahan kepadasiswa untuk memperhatikan batas miniskusdan berhati-hati saat mengambil larutan.Hal ini berdampak pada keterampilan siswa

    78,9 84,3

    21,1 15,7

    2 3Pertemuan

    Tuntas

    TidakTuntas

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    313

    memiliki nilai karakter tetap, disebabkansiswa tersebut mendapatkan nilai yangrendah terutama pada indikatormengerjakan kesepakatan yang disetujuiberupa pengerjaan tugas rumah. Siswatersebut mengumpulkan tugas rumahterlambat. Kurangnya tanggung jawabsiswa ini disebabkan oleh guru kurangtegas pada siswa yang mengumpulkan PRterlambat.

    Karakter tanggung jawab siswa sudahterlatih selama ketiga pertemuanpembelajaran learning cycle 7-E, dapatterlihat dari peningkatan jumlah siswa yangmemiliki kategori membudaya (MK), halini karena siswa selama prosespembelajaran telah berlatih bersikaptanggung jawab. Nur (2011) menjelaskankarakter juga diharapkan menjadi salah satuhasil belajar atau kompetensi yang dicapaioleh siswa [7].Hasil Belajar Siswa

    Hasil belajar ranah kognitif(pengetahuan) didapatkan dari posttest danhasil belajar ranah psikomotor(keterampilan) didapatkan dari tes praktikmenggunakan gelas ukur.

    Hasil belajar kognitif berupa ketuntasanklasikal 75%. Berikut ini grafikketuntasan klasikal ranah kognitif siswauntuk ketiga pertemuan seperti padaGambar 4.

    Gambar 4 Ketuntasan Klasikal HasilBelajar Kognitif

    Berdasarkan Gambar 4, dapatdijabarkan bahwa ketuntasan klasikal padapertemuan I, II, dan III mengalamipeningkatan persentase dan telahmemenuhi 75% jumlah siswa yangtuntas. Qarareh (2012) menyatakan bahwalearning cycle memiliki efek modelpelaksanaannya seperti pemahaman

    konsep-konsep ilmiah siswa. Siswa nomor4.4 yang termasuk siswa bawah,mengalami ketuntasan pada ketigapertemuan, hal ini membuktikan bahwapembagian kelompok secara heterogendapat memotivasi siswa untuk belajar.

    Hasil belajar psikomotorik merupakanserangkaian keterampilan dalammenggunakan gelas ukur. persentasejumlah siswa dengan kategori psikomotortertentu setelah dilakukan kegiatanpembelajaran model learning cycle 7-Epada ketiga pertemuan seperti Gambar 5.

    Gambar 5 Persentase Jumlah Siswa padaKategori Psikomotor

    Berdasarkan Gambar 5, persentasejumlah siswa yang mendapatkan hasilbelajar psikomotor siswa dengan kategorisangat baik pada pertemuan I, II, dan IIImengalami peningkatan. Hal inimenunjukkan bahwa fase explore padalearning cycle dapat memfasilitasi siswauntuk berlatih menggunakan gelas ukursaat melakukan percobaan larutanpenyangga.

    Pada pertemuan I tes praktikpsikomotor, siswa nomor 6.4, 7.3, 7.4, dan8.1 masih belum terlatih dalam meletakkangelas ukur, karena mengangkat gelas ukursaat mengambil larutan. Hal ini berbahayakarena kemungkinan kulit terkena tetesanlarutan lebih besar. Untuk rincian tugaskinerja menentukan tepat batas miniskusketika mengukur volume larutan, hanyadilakukan oleh siswa nomor 2.3, 3.1, 5.1,dan 8.4.

    Pertemuan II, mayoritas siswa berlatihmencoba menggunakan gelas ukur padafase explore. Pada saat percobaandilakukan, guru memberikan arahan kepadasiswa untuk memperhatikan batas miniskusdan berhati-hati saat mengambil larutan.Hal ini berdampak pada keterampilan siswa

  • Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    314

    dalam menggunakan gelas ukur, sehinggasaat dilakukan tes praktik keterampilansiswa menunjukan peningkatan jumlahsiswa yang mendapatkan kategori baik dansangat baik. Siswa nomor 3.1 yangmendapat nilai sangat baik, siswa tersebutmemposisikan pandangan tegak lurusdengan volume yang akan diukur sehinggamaksimal dalam menentukan batasminiskus larutan.

    Pertemuan III, pada fase explore siswamelakukan percobaan dengan lancar. Gurumemberikan arahan dan penekanan dalammenggunakan gelas ukur yang benar.Ketika dilakukan tes praktik, hasilketerampilan siswaa menunjukan semakinbanyak siswa yang mendapat nilai baik danberkurangnya siswa mendapat nilai sangatbaik.

    Hasil tes praktik yang dilakukan padaketiga pertemuan terdapat siswa yangmengalami keterampilan psikomotordengan nilai naik ataupun nilai tetap.Persentase jumlah siswa yang mengalamikenaikan nilai tes praktik sebesar 97% dan3% siswa nilai tetap. Learning cycle 7-Epada fase explore mampu memfasilitasisiswa untuk melatih keterampilanmenggunakan gelas ukur.PENUTUPSimpulan

    Berdasarkan uraian analisis data hasilpenelitian, maka dapat dibuat simpulanberupa keterlaksanaan model learningcycle 7-E pada materi pokok larutanpenyangga kategori sangat baik, persentaseketerlaksanaan secara keseluruhanpertemuan I, II, dan III sebesar 85,48%,81,68%, 88,93%. Persentase total waktuaktivitas siswa terutama yang mendukungfase-fase learning cycle 7-E padapertemuan I, II, dan III sebesar 75,6%,79,6%,dan 76%. Sikap tanggung jawabsiswa pada ketegori membudaya (MK)pertemuan I, II, dan III dengan jumlahsiswa sebanyak terdapat 9, 16, dan 25sehingga dapat dikatakan model learningcyle 7-E dapat melatihkan tanggung jawabsiswa. Ketuntasan hasil belajar ranah

    kognitif mencakup ketuntasan klasikalterpenuhi yaitu pada pertemuan I, II, dan IIIsebesar 76,3, 78,2%, dan 84,3%. Hasilbelajar ranah psikomotor berupapersentase jumlah siswa dengan kategorisangat baik pada pertemuan I, II, dan IIIsebesar 13,2%, 23,8%, dan 53,6%.

    SaranSetelah dilakukan penerapan learning

    cycle 7-E untuk melatih sikap tanggungjawab siswa, maka perlu disusun saranpenelitian berikutnya:1. Alokasi untuk waktu fase elaborate lebihdiperpanjang agar siswa memahami secarasempurna tentang perhitungan pH larutanpenyangga2.Tempat duduk siswa harus dipindahposisinya agar aktivitas dan tanggungjawab siswa dapat dipantau oleh guruDAFTAR PUSTAKA1. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar NasionalPendidikan. Jakarta: Depdiknas.

    2. Muslich, Masnur. 2007. KTSP DasarPemahaman dan Pengembangan.Jakarta: Bumi Aksara

    3. Kementerian Pendidikan Nasional.2010a. Kerangka Acuan PendidikanKarakter Tahun Anggaran 2010.Jakarta: Depdiknas.

    4. Lickona, Thomas. 2012. CharacterMatters: Persoalan Karakter(Bagaimana Membantu AnakMengembangkan Penilaian yang Baik,Integritas, dan Kebajikan PentingLainnya. Jakarta: Bumi Aksara.

    5. Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012.Konsep dan Model PendidikanKarakter. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

    6. Kementerian Pendidikan Nasional.2011. Pedoman PelaksanaanPendidikan Karakter: Berdasarkan

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    314

    dalam menggunakan gelas ukur, sehinggasaat dilakukan tes praktik keterampilansiswa menunjukan peningkatan jumlahsiswa yang mendapatkan kategori baik dansangat baik. Siswa nomor 3.1 yangmendapat nilai sangat baik, siswa tersebutmemposisikan pandangan tegak lurusdengan volume yang akan diukur sehinggamaksimal dalam menentukan batasminiskus larutan.

    Pertemuan III, pada fase explore siswamelakukan percobaan dengan lancar. Gurumemberikan arahan dan penekanan dalammenggunakan gelas ukur yang benar.Ketika dilakukan tes praktik, hasilketerampilan siswaa menunjukan semakinbanyak siswa yang mendapat nilai baik danberkurangnya siswa mendapat nilai sangatbaik.

    Hasil tes praktik yang dilakukan padaketiga pertemuan terdapat siswa yangmengalami keterampilan psikomotordengan nilai naik ataupun nilai tetap.Persentase jumlah siswa yang mengalamikenaikan nilai tes praktik sebesar 97% dan3% siswa nilai tetap. Learning cycle 7-Epada fase explore mampu memfasilitasisiswa untuk melatih keterampilanmenggunakan gelas ukur.PENUTUPSimpulan

    Berdasarkan uraian analisis data hasilpenelitian, maka dapat dibuat simpulanberupa keterlaksanaan model learningcycle 7-E pada materi pokok larutanpenyangga kategori sangat baik, persentaseketerlaksanaan secara keseluruhanpertemuan I, II, dan III sebesar 85,48%,81,68%, 88,93%. Persentase total waktuaktivitas siswa terutama yang mendukungfase-fase learning cycle 7-E padapertemuan I, II, dan III sebesar 75,6%,79,6%,dan 76%. Sikap tanggung jawabsiswa pada ketegori membudaya (MK)pertemuan I, II, dan III dengan jumlahsiswa sebanyak terdapat 9, 16, dan 25sehingga dapat dikatakan model learningcyle 7-E dapat melatihkan tanggung jawabsiswa. Ketuntasan hasil belajar ranah

    kognitif mencakup ketuntasan klasikalterpenuhi yaitu pada pertemuan I, II, dan IIIsebesar 76,3, 78,2%, dan 84,3%. Hasilbelajar ranah psikomotor berupapersentase jumlah siswa dengan kategorisangat baik pada pertemuan I, II, dan IIIsebesar 13,2%, 23,8%, dan 53,6%.

    SaranSetelah dilakukan penerapan learning

    cycle 7-E untuk melatih sikap tanggungjawab siswa, maka perlu disusun saranpenelitian berikutnya:1. Alokasi untuk waktu fase elaborate lebihdiperpanjang agar siswa memahami secarasempurna tentang perhitungan pH larutanpenyangga2.Tempat duduk siswa harus dipindahposisinya agar aktivitas dan tanggungjawab siswa dapat dipantau oleh guruDAFTAR PUSTAKA1. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar NasionalPendidikan. Jakarta: Depdiknas.

    2. Muslich, Masnur. 2007. KTSP DasarPemahaman dan Pengembangan.Jakarta: Bumi Aksara

    3. Kementerian Pendidikan Nasional.2010a. Kerangka Acuan PendidikanKarakter Tahun Anggaran 2010.Jakarta: Depdiknas.

    4. Lickona, Thomas. 2012. CharacterMatters: Persoalan Karakter(Bagaimana Membantu AnakMengembangkan Penilaian yang Baik,Integritas, dan Kebajikan PentingLainnya. Jakarta: Bumi Aksara.

    5. Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012.Konsep dan Model PendidikanKarakter. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

    6. Kementerian Pendidikan Nasional.2011. Pedoman PelaksanaanPendidikan Karakter: Berdasarkan

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    314

    dalam menggunakan gelas ukur, sehinggasaat dilakukan tes praktik keterampilansiswa menunjukan peningkatan jumlahsiswa yang mendapatkan kategori baik dansangat baik. Siswa nomor 3.1 yangmendapat nilai sangat baik, siswa tersebutmemposisikan pandangan tegak lurusdengan volume yang akan diukur sehinggamaksimal dalam menentukan batasminiskus larutan.

    Pertemuan III, pada fase explore siswamelakukan percobaan dengan lancar. Gurumemberikan arahan dan penekanan dalammenggunakan gelas ukur yang benar.Ketika dilakukan tes praktik, hasilketerampilan siswaa menunjukan semakinbanyak siswa yang mendapat nilai baik danberkurangnya siswa mendapat nilai sangatbaik.

    Hasil tes praktik yang dilakukan padaketiga pertemuan terdapat siswa yangmengalami keterampilan psikomotordengan nilai naik ataupun nilai tetap.Persentase jumlah siswa yang mengalamikenaikan nilai tes praktik sebesar 97% dan3% siswa nilai tetap. Learning cycle 7-Epada fase explore mampu memfasilitasisiswa untuk melatih keterampilanmenggunakan gelas ukur.PENUTUPSimpulan

    Berdasarkan uraian analisis data hasilpenelitian, maka dapat dibuat simpulanberupa keterlaksanaan model learningcycle 7-E pada materi pokok larutanpenyangga kategori sangat baik, persentaseketerlaksanaan secara keseluruhanpertemuan I, II, dan III sebesar 85,48%,81,68%, 88,93%. Persentase total waktuaktivitas siswa terutama yang mendukungfase-fase learning cycle 7-E padapertemuan I, II, dan III sebesar 75,6%,79,6%,dan 76%. Sikap tanggung jawabsiswa pada ketegori membudaya (MK)pertemuan I, II, dan III dengan jumlahsiswa sebanyak terdapat 9, 16, dan 25sehingga dapat dikatakan model learningcyle 7-E dapat melatihkan tanggung jawabsiswa. Ketuntasan hasil belajar ranah

    kognitif mencakup ketuntasan klasikalterpenuhi yaitu pada pertemuan I, II, dan IIIsebesar 76,3, 78,2%, dan 84,3%. Hasilbelajar ranah psikomotor berupapersentase jumlah siswa dengan kategorisangat baik pada pertemuan I, II, dan IIIsebesar 13,2%, 23,8%, dan 53,6%.

    SaranSetelah dilakukan penerapan learning

    cycle 7-E untuk melatih sikap tanggungjawab siswa, maka perlu disusun saranpenelitian berikutnya:1. Alokasi untuk waktu fase elaborate lebihdiperpanjang agar siswa memahami secarasempurna tentang perhitungan pH larutanpenyangga2.Tempat duduk siswa harus dipindahposisinya agar aktivitas dan tanggungjawab siswa dapat dipantau oleh guruDAFTAR PUSTAKA1. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar NasionalPendidikan. Jakarta: Depdiknas.

    2. Muslich, Masnur. 2007. KTSP DasarPemahaman dan Pengembangan.Jakarta: Bumi Aksara

    3. Kementerian Pendidikan Nasional.2010a. Kerangka Acuan PendidikanKarakter Tahun Anggaran 2010.Jakarta: Depdiknas.

    4. Lickona, Thomas. 2012. CharacterMatters: Persoalan Karakter(Bagaimana Membantu AnakMengembangkan Penilaian yang Baik,Integritas, dan Kebajikan PentingLainnya. Jakarta: Bumi Aksara.

    5. Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012.Konsep dan Model PendidikanKarakter. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

    6. Kementerian Pendidikan Nasional.2011. Pedoman PelaksanaanPendidikan Karakter: Berdasarkan

  • Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    315

    Pengalaman di Satuan PendidikanRintisan). Jakarta: Depdiknas.

    7. Sutarto, Ayu dkk. 2011. Bunga RampaiPendidikan Karakter Strategi MendidikGenerasi Masa Depan. Surabaya :UNESA PRESS.

    8. Dasna, Wayan. 2005. Model-ModelPembelajaran Konstruktivis dalamPembelajaran Sains/Kimia. Malang :Universitas Negeri Malang.

    9. Eisenkraft, A. 2003. Expanding The 5EModel. The Science Teacher, 70(6), 56-59.

    10.Nur, Mohamad, Prima, dan Bambang .2004. Teori-Teori PembelajaranKognitif. Surabaya: UNESA PusatSains dan Matematika Sekolah.

    11.Kementerian Pendidikan Nasional.2010b. Pengembangan PendidikanBudaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:Depdiknas.

    12.Yenimez dan Ersoy. 2008. OppinionsOf Mathematics Teacher CandidatesTowards Applying 7E InstructionalModel on Computer Aided InstructionEnvironments. International Journal OfInstruction 1(1), 49-60, (Online)http://www.google.com/learningcyclemodel.pdf, diakses tanggal 2 Oktober2013.Suparno. 2000. Langkah-langkahPenulisan Artikel Ilmiah dalam Saukah,Ali dan Waseso, M.G. 2000. MenulisArtikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang:UM Press.

    13.Qarareh, Ahmed. 2012. The Effect ofUsing The Learning Cycle Method inScience on The EducationalAchievement of The Sixth Graders.International Journal Of EducationScience 4(2), 123-132.

    14.Kartimi dan Dzulkifar. 2010. PenerapanModel Siklus Belajar (Learning Cycle)untuk Meningkatkan Pemahaman SiswaMengenai Konsep Gaya Magnet diKelas V. Eduma 2(2): 157-164,(Online)http://www.google.com/learningcyclemodel.pdf, diakses tanggal 2 Oktober2013.

    15.Kulsum dan Hindarto. 2011. PenerapanModel Learning Cycle Pada Sub PokokBahasan Kalor untuk MeningkatkanKeaktifan dan Hasil Belajar SiswaKelas VII SMP. Jurnal PendidikanFisika Indonesia 7 (2011): 128-133,(Online) http://journal.unnes.ac.id,diakses tanggal 5 Oktober 2013.

    16.Nur, Mohamad. 2011. KumpulanInstrumen Hibah Kompetensi 2011.Surabaya: UNESA Pusat Sains danMatematika Sekolah.

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    315

    Pengalaman di Satuan PendidikanRintisan). Jakarta: Depdiknas.

    7. Sutarto, Ayu dkk. 2011. Bunga RampaiPendidikan Karakter Strategi MendidikGenerasi Masa Depan. Surabaya :UNESA PRESS.

    8. Dasna, Wayan. 2005. Model-ModelPembelajaran Konstruktivis dalamPembelajaran Sains/Kimia. Malang :Universitas Negeri Malang.

    9. Eisenkraft, A. 2003. Expanding The 5EModel. The Science Teacher, 70(6), 56-59.

    10.Nur, Mohamad, Prima, dan Bambang .2004. Teori-Teori PembelajaranKognitif. Surabaya: UNESA PusatSains dan Matematika Sekolah.

    11.Kementerian Pendidikan Nasional.2010b. Pengembangan PendidikanBudaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:Depdiknas.

    12.Yenimez dan Ersoy. 2008. OppinionsOf Mathematics Teacher CandidatesTowards Applying 7E InstructionalModel on Computer Aided InstructionEnvironments. International Journal OfInstruction 1(1), 49-60, (Online)http://www.google.com/learningcyclemodel.pdf, diakses tanggal 2 Oktober2013.Suparno. 2000. Langkah-langkahPenulisan Artikel Ilmiah dalam Saukah,Ali dan Waseso, M.G. 2000. MenulisArtikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang:UM Press.

    13.Qarareh, Ahmed. 2012. The Effect ofUsing The Learning Cycle Method inScience on The EducationalAchievement of The Sixth Graders.International Journal Of EducationScience 4(2), 123-132.

    14.Kartimi dan Dzulkifar. 2010. PenerapanModel Siklus Belajar (Learning Cycle)untuk Meningkatkan Pemahaman SiswaMengenai Konsep Gaya Magnet diKelas V. Eduma 2(2): 157-164,(Online)http://www.google.com/learningcyclemodel.pdf, diakses tanggal 2 Oktober2013.

    15.Kulsum dan Hindarto. 2011. PenerapanModel Learning Cycle Pada Sub PokokBahasan Kalor untuk MeningkatkanKeaktifan dan Hasil Belajar SiswaKelas VII SMP. Jurnal PendidikanFisika Indonesia 7 (2011): 128-133,(Online) http://journal.unnes.ac.id,diakses tanggal 5 Oktober 2013.

    16.Nur, Mohamad. 2011. KumpulanInstrumen Hibah Kompetensi 2011.Surabaya: UNESA Pusat Sains danMatematika Sekolah.

    Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454Vol 3, No 2, pp. 308-315, May 2014

    315

    Pengalaman di Satuan PendidikanRintisan). Jakarta: Depdiknas.

    7. Sutarto, Ayu dkk. 2011. Bunga RampaiPendidikan Karakter Strategi MendidikGenerasi Masa Depan. Surabaya :UNESA PRESS.

    8. Dasna, Wayan. 2005. Model-ModelPembelajaran Konstruktivis dalamPembelajaran Sains/Kimia. Malang :Universitas Negeri Malang.

    9. Eisenkraft, A. 2003. Expanding The 5EModel. The Science Teacher, 70(6), 56-59.

    10.Nur, Mohamad, Prima, dan Bambang .2004. Teori-Teori PembelajaranKognitif. Surabaya: UNESA PusatSains dan Matematika Sekolah.

    11.Kementerian Pendidikan Nasional.2010b. Pengembangan PendidikanBudaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:Depdiknas.

    12.Yenimez dan Ersoy. 2008. OppinionsOf Mathematics Teacher CandidatesTowards Applying 7E InstructionalModel on Computer Aided InstructionEnvironments. International Journal OfInstruction 1(1), 49-60, (Online)http://www.google.com/learningcyclemodel.pdf, diakses tanggal 2 Oktober2013.Suparno. 2000. Langkah-langkahPenulisan Artikel Ilmiah dalam Saukah,Ali dan Waseso, M.G. 2000. MenulisArtikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang:UM Press.

    13.Qarareh, Ahmed. 2012. The Effect ofUsing The Learning Cycle Method inScience on The EducationalAchievement of The Sixth Graders.International Journal Of EducationScience 4(2), 123-132.

    14.Kartimi dan Dzulkifar. 2010. PenerapanModel Siklus Belajar (Learning Cycle)untuk Meningkatkan Pemahaman SiswaMengenai Konsep Gaya Magnet diKelas V. Eduma 2(2): 157-164,(Online)http://www.google.com/learningcyclemodel.pdf, diakses tanggal 2 Oktober2013.

    15.Kulsum dan Hindarto. 2011. PenerapanModel Learning Cycle Pada Sub PokokBahasan Kalor untuk MeningkatkanKeaktifan dan Hasil Belajar SiswaKelas VII SMP. Jurnal PendidikanFisika Indonesia 7 (2011): 128-133,(Online) http://journal.unnes.ac.id,diakses tanggal 5 Oktober 2013.

    16.Nur, Mohamad. 2011. KumpulanInstrumen Hibah Kompetensi 2011.Surabaya: UNESA Pusat Sains danMatematika Sekolah.