pemilihan metode pengajaran bahasa arab yang efektif
TRANSCRIPT
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 62
PEMILIHAN METODE PENGAJARAN BAHASA ARAB YANG
EFEKTIF
Abdur Rosyad Syuhudi1
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Abstrak.
Terdapat berbagai metode pengajaran bahasa Sasaran (BS) dan setiap
metode mempunyai konsep siap pakai yang bersipat prescriptive dan harus
dipatuhi oleh setiap penggunanya, ia harus mengikuti langkah-langkah
yang telah digariskan dalam metode tersebut. Diantara metode pengaran
bahasa sasaran adalah : Grammar Translation Method, The Reading
Methode, Direct Method, The Aural-Oral Method, atauThe Audio-Lingual
Method, Audio Visual Method, Cognetive Code Learning, The Eclectics
Method dan sebagainya. Bagi guru yang telah milih salah satu metode
tersebut harus menerapkan secara utuh semua langkah yang telah
digariskan dalam metode,padahal tidak setiap metode itu sesuai dengan
situasi, kondisi lingkungan, tujuan pengajaran dan budaya setempat.Untuk
memilih metode yang cocok dan sesuai dalam mengajar bahasa Arab,
terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, seperti faktor tujuan
pengajaran bahasa Arab, faktor materi, faktor guru, faktor
siswa/mahasiswa, faktor sarana, prasana, media pembelajaran, faktor
situasi dan kondisi kelas. Untuk itu metode eklektik (eclectics method)
atau metode gado-gado, merupakan metode alternatif dengan mengambil
sisi terbaik dari metode yang sesuai dengan faktor-faktor di atas
(Syuhudi,2013:249). Belajar bahasa hidup seperti bahasa Arab, siswa
harus bisa menguasi skill atau ketrampilan bahasa yang empat, mendengar,
bertutur, membaca dan menulis. Tujuan pengajaran bahasa Arab, menurut
Kamil Al-Naqah, meliputi tujuan budaya, komunikasi, dan bahasa.(Al-
Naqah, 1984: 33/Syuhudi2004:56). Hal ini diperlukan sebuh metodologi
pengajaran bahasa Arab yang tepatdanefektif.
Kata kunci: metode pengajaran,bahasa Arab, Efektif
الملخص
هناك طرق كثيرة لتعليم اللغات الأجنبية ولكل طريقة مبادئه وإجراتها التي لابد أن يتبعها المدرس فعليه أن يتتبع
طريقة الفواعد : ومن بين هذه الطرق لتدريس اللغات الأجنبية . خطواتها عند تدريس اللغة بالطريقة االمتبعة
1 DosenBahasa Arab, PusatPengembanganBahasaUniversitas Islam Negeri (UIN)Walisongo,
Semarang.
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 63
القراءة والطريقة المباشرة والطريقة السمعية الشفوية والطريقة السمعية البصرية وطرقة حل والترجمة، وطريقة
.الرموز والطريقة الانتقائية أو الطريقة التوليفية وغيرها من الطرق
على المعلم الذي اختار طريقة معينة أن يتبع الخطوات التى خططتها الطريقة، وليس لكل طريقة تناسب تماما مع
ولاختيار طريقة مناسبة لتعليم اللغة العربية لغير الناطقين بها فلابد . قف والبيئة وأهداف التعليم وثقافة المجتمعالمو
من أن يأخذ في الإعتبارات العوامل التالية وهي المواد الدراسية والمدرس والطلاب والوسائل التعليمية وظروف
لة هي التى تعتبر من الطرق الملائمة التى تحقق ولذلك فإن الطريقة التوليفية أ. وأحوال الفصول و الطريقة المشكَّ
شهودي ، .)استجابة المتعلمين واهتماماتهم لأن المعلم يختار نطاق القوة من كل طريقة للتدريس تلائم النشاط اللغوي
3102 :342 )
وهي الاستماع والحديث والقراءة وتعلم اللغات الحية كالعربية فإن الطالب أن يسيطر على المهارات اللغوية الأربع
الناقة . )وأهداف تعلم اللغة العربية لطلاب المسلمين كما قال الناقة هي الأهداف الثقافية والاتصالية واللغوية. والكتابة
. وعليه فإن تعليم اللغة العربية يحتاج إلى الطريقة المناسبة والفعالة( 65: 3114وانظر شهودي 22: 0294،
Abstract:
There are various methods of teaching the Target language (BS) and each
method has a ready-to-use concept that is prescriptive and must be obeyed
by each user, he must follow the steps outlined in the method. Among the
target language teaching methods are: Grammar Translation Method, The
Reading Method, Direct Method, The Aural-Oral Method, or The Audio-
Lingual Method, Audio Visual Method, Cognetive Code Learning, The
Eclectics Method and so on. For teachers who have chosen one of these
methods, they must fully implement all the steps outlined in the method,
even though not every method is suitable for the situation, environmental
conditions, teaching objectives and local culture. To choose a suitable and
appropriate method in teaching Arabic , there are several factors that need
to be considered, such as the goal of teaching Arabic, material factors,
teacher factors, student factors, facilities factors, infrastructure, learning
media, situation factors and class conditions. For this reason, the eclectic
method or the hodgepodge method is an alternative method by taking the
best side of the method according to the factors above (Syuhudi, 2013:
249). Learning a living language such as Arabic, students must be able to
master the four language skills or skills, listening, speaking, reading and
writing. The objectives of teaching Arabic, according to Kamil Al-Naqah,
include the goals of culture, communication and language (Al-Naqah,
1984: 33 / Syuhudi 2004: 56). This requires an appropriate and effective
Arabic teaching methodology.
Key words: teaching methods, Arabic, Effective
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 64
A. Pendahuluan
Banyak mahasiswa saya, baik
ketika saya mengajar di UIN Kali Jaga,
Jogjakarta maupun di UIN Walisongo,
Semarang dan di UNISNU, Jepara,
yang mempunyai latar belakang sudah
pernah belajar bahasa Arab lebih dari
enam tahun, bahkan ada yang belajar
sejak duduk di Madrasah Diniyah,
namun pada umumnya mereka lemah
dalam ungkapan, baik berbicara
maupun menulis ( التعبير الشفوي
Hal inijuga terjadidi (والتحريري
kebanyakan negara-negara Islam yang
kebanyakan masih mengajarkan bahasa
Arab dengan metode traditional yang
lebih mengutamakan pengajaran
tatabahasa dan terjemahanatau yang
dikenal dengan Metode Tatabahasa-
Terjemahan (Grammar-Translation
Method) yang pada mulanya
digunakan untuk belajar mengajar
bahasa Yunani dan bahasa Latin pada
masa Rennaisance di abad 16.Metode
ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu
logika semesta (universal logic) yang
merupakan dasar semua bahasadi
dunia ini dan tata bahasa adalah
cabang dari logika. (Sri Utami-
Nababan, 1993:11). Tujuan belajar
bahasa sasaran(BS) dan selanjutnya
istilah bahasa sasaran disebut (BS),
menurut metode ini adalah agar siswa
mampu membaca sastra BS tersebut,
hal ini dimaksudkan agar siswa
memperoleh disiplin mental dan
pengembangan intelektual. Metode ini
juga memandang bahasa sebagai
aturan gramatikal, untuk itu mendalami
nahwu/tatabahasa B.S.dan
menghafalkannyamerupakan syarat
untuk dapat menggunakan bahasa
tersebut (Syuhudi, 2013:255). Metode
ini hanya cocok bagi pelajar yang
cerdas dan mahir saja, namun tidak
bagi mereka yang kurang cerdas.
Para siswa yang belajar bahasa
dengan metode Tatabahasa-
Terjemahan pada umumnya lemah
dalam ketrampilan berbicara dan
menulis. Hal ini terjadi karena metode
tersebut lebih mengutamakan dua
ketrampilan bahasa; membaca dan
memperdalam pemahaman tatabahasa
atau nahwu, pada umumnya memang
para siswa hafal tentang
tatabahasa/nahwu, namun
penerapannya secara lisan maupun
tulisan tidak seperti yang diharapkan.
Artinya para siswa tidak dapat
menggunakan bahasa yang
dipelajarinya dalam berkomunikasi
baik dengan gurunya maupun dengan
sesama kawan dalam berbagai situasi.
Metode ini sudah banyak yang
menentangnya sejak abad ke 17 ;
seperti Bloomfield, Sapir, Fries,
Rivers, Claude Marcel, Sauveur dan
banyak lagi. (Ibrahim Hammadah,
1987:50)
Di sisi lain muncullah Metode
langsung (Direct Method) sebagai
reaksi dari metode Tatabahasa-
Terjemahan dan semakin meluasnya
komunikasi di kalangan masyarakat
Eropa, pada waktu itu,maka munculah
desakan untuk menguasai suatu bahasa
sebagai lingua frangca secara aktif dan
produktif, yang dikumandangkan sejak
tahun 1850. Para ahli pendidikan
mencetuskan pendekatan-pendekatan
dan metode baru dalam belajar
mengajar BS, seperti pendekatan
dengar-ucap (aural-oral approach),
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 65
Pendekatan kognitif (Cognitive
Aproach),Pendekatan
Komunikasi(Communicative
Approach),Pendekatan
Pemahaman(Comprehension
Approach), Pendekatan Alami (
Natural Approach) dan sebagainya.
Dari pendekatan tersebut lahirlah
berbagai metodologi.
Di alam globalisasi dewasa ini
dan kemajuan teknologi elektronik,
menjadikan hubungan individuantara
negara semakin mudah, namun
hubungan ini sering terkendala oleh
masalah bahasa. Kebutuhan untuk
menguasai BS dirasa sangat perlu,
untuk itusiswa harus bisa menguasi
skill atau ketrampilan berbahasa yang
empat, mendengar, bertutur, membaca
dan menulis, keempat ketrampilan
tersebut oleh Carroll, 1983,
diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu ketrampilan menerima (reception
) (mendengar dan membaca) dan
ketrampilan produkif ( production )
(bertutur dan menulis) kemudian baik
itu menerima (reception ) maupun
produktif ( production ) mempunyai
tingkatan ( levelمستويات ) yaitu
tingkatan fonologi (phonology الأصوات
) perbendaharaan kata (
vocabularyالمفردات ), struktur
(structure النحو ) dan
kandungan/konteks (Contextالمحتوى )
Ada perbedaan istilah tentang level
menurut Carroldan komponen
(components) menurut Oller dan
Harris, namun maksudnya sama.
(Syuhudi 2004:52) Keempat
ketrampilan itu harus dikuasai oleh
siswa yang belajar bahasa Arab,
artinya setiap ketrampilan paling tidak
mencapai minimal tingkatan baik itu
bunyi, mufradat, struktur maupun
konteks. Menurut Kamil Al-Nãqah,
tujuan pengajaran bahasa Arab bagi
orang Islam adalah : tujuan budaya,
komunikasi, dan bahasa.(Al-Nãqah,
1984: 33/Syuhudi,2004:56). Maka
dibutuhkan sebuah metodologi yang
sesuai dan efektif, dengan memilih
suatu metode daribeberapa metodologi
pengajaran BS atau menggabungkan
antara beberapa metode. Karena tidak
setiap metode sesuai untuk diterapkan
di suatu tempat/institusi. Namun
memilih sebuah metode bukan sesuatu
yang mudah, karenabagi guru yang
telah milih salah satu metode tersebut,
harus menerapkan secara utuh semua
langkah yang telah digariskan dalam
metode, padahal tidak setiap metode
itu sesuai dengan situasi, kondisi
lingkungan, tujuan pengajaran dan
budaya setempat. Untuk itu perlu
adanya seleksi terhadap metode
dengan mengambil kekuatan/kelbihan
setiap metode dan sesuai dengan
tujuan, siswa, situasi dan kondisi
sekolah/madrasah/ universitas,
selanjutnya kekuatan-kekuatan dari
metode tersebut digabung untuk
dikombinasikan, dan ini yang disebut
dengan metode ekletik (eclectict
method)
B. PerkembanganMetodePengajaranB
ahasaSasaran
Di atas telah penulis katakan
bahwa metode Tatabahasa-Terjemahan
tidak membuahkan hasil yang
memuaskan, karena metode ini lebih
menfokuskan pada pengkajian
tatabahasa dn penerapannya dalam
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 66
penerjemahan suatu paragrap bacaan,
sedang kelancaran berbicara atau
memahami penutur asli kurang
mendapat perhatian (Aziz
Fachrurozi,& Erta 2010:50). Jadi
pembelajaran bahasa di Indonesia pada
umumnya sama dengan belajar mata
pelajaran lainnya. Konsekwensinya
para siswa/mahasiswa yang belajar
bahasa Arab dengan metode ini, paham
tentang tatabahasa (nahwu) tetapi tidak
bisa mengaplikasikannya, baik ketika
bercakap atau menulis, demikian pula
perolehan vokabulari, walaupun sudah
banyak mereka pelajari baik dari
modul bahasa Arab atau dari mata
pelajaran/kuliah yang berbasis bahasa
Arab, sepertinya tidak begitu berkesan,
sehingga ketika berbicara baru
beberapa kata saja, seakan sudah
kehabisan vokabulari. (pengalaman
penulis ketika mengajar)
Menyadari akan
kelemahanmetode Tatabahasa-
Terjemahan(Grammar-Translation
Method), dan meluasnya komunikasi di
kalangan masyarakat Eropa, pada
waktu itu,maka muncullah desakan
untuk menguasai suatu bahasa sebagai
lingua frangcasecara aktif dan
produktif, yang dikumandangkan sejak
tahun 1850.Para ahli pendidikan
mencetuskan pendekatan-pendekatan
dan metode baru dalam belajar
mengajar B.S. Di antara metode yang
muncul adalah metode alami (natural
method/ الطريقة الطبيعية), metode
psichologi (psychological method/
metode fonetik (phonetic ,(النفسيةالطريقة
method/ الطريقة الصوتية ) dan masih
banyak lagi, namun nama yang
tersebar dan terkenal adalah metode
langsung ( direct method). Di antara
para ahlinya ; Francois Gouin, William
Victor. Metode ini walaupun pada
mulanya di terapkan di Prancis, namun
akhirnya berkembang di beberapa
negara di Eropa, seperti Jerman,
Inggris dan beberapa negara lainya,
hingga akhirnya dikembangkan juga di
Amerika. Metode ini mengalami
modifikasi yang disesuaikan dengan
negara sasaran.
Keunggulan Metode ini secara
umum, para siswa dapat menggunakan
bahasa sasaran secara aktif, karena
banyak latihan selama belajar, di mana
hal ini kurang mendapat perhatian
dalam metode Tatabahasa-Terjemahan.
Namun demikian, terdapat beberapa
kelemahan, di antaranya; metode ini
cocok untuk kelas kecil, namun tidak
cocok untuk kekas besar, seperti yang
ada di sekolah-sekolah pada umumnya.
Tidak diperbolehkannya menggunakan
bahasa ibu, bisa mengakibatkan para
siswa berbicara dengan mencampur
aduk antara bahasa sasaran yang
dipelajarinya dan bahasa ibu. Metode
ini hanya cocok untuk tingkatan
pemula, dan tidak sesuai untuk tingkat
lanjutan.
Sebuah penelitian yang
diterbitkan pada tahun 1929, yang
dikenal dengan laporan Coleman (The
Coleman Report), mendapati para
siswa yang belajar selama dua
tahundengan metode langsung, kurang
memuaskan hasilnya.Profesor
Colemen dan kawan-kawannya
menganjurkan agar tujuan pengajaran
B.S. di Amerika Serikat yang lebih
realistis, yakni ketrampilan membaca
dengan tujuan agar siswa/mahasiswa
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 67
dapat memahami teks ilmiah yang
mereka perlukan dalam studi, sehingga
muncullah metode membaca (Reading
Method) dan pada tahun 1930an
Michael West seorang ahli pengajaran
bahasa berkebangsaan Inggris,
mencermati peran bahasa Inggris di
India dan akhirnya menulis sebuah
buku Bilingualism With Spesial
Reference To Bengal. Metode ini
berjalan hingga perang dunia II.
Metode Membaca ini ternyata kurang
memuaskan di kalangan masyarakat
Amerika khususnya ketika negara
tersebut terlibat dalam peperangan
dunia II, yang mengharuskan tentara
Amerika bisa berbicara B.S. dengan
lancar. Di waktu yang sama muncul
teori-teori pengajaran B.S. dengan
pendekatan lisan (oral approach) dan
pengajaran bahasa menurut situasi
(Situational Language Teaching)di
antara tokohnya adalah Palmer (1917
– 1968), Otto Jespersen, Daniel Jones
dan lainnya.
Dalam situasi perang,
pemerintah Amerika membutuhkan
tentara yang mampu dan lancar
berbahasa sasaran dalam waktu yang
singkat dan cepat, untuk ditempatkan
di negara-negara jajahannya. Untuk itu
dibentuklah sebuah badan yang
dinamakan Army Specialized Training
Program (ASTP) yang didirikan pada
tahun 1942 dan program tentara ini
dimulai pada awaltahun
1943(Subyakto – Nababan1993:25)
Program militer ini dikenal dengan
nama sandowich programdimana para
peserta mengikuti program ini sepuluh
jam seharai dan enam hari dalam
seminggu, lima jam di antaranya
disediakan untuk drill dengan penutur
asli (native speakers) dan dua puluh
hingga tiga puluh jam diperuntukkan
studi sendiri, selama dua atau tiga kali
dalam enam minggu (12 atau 18
pertemuan)
ASTP berjalan selama dua
tahun, namun demikian laporan yang
dimuat dalam surat kabar di Amerik,
menarik perhatian besar di kalangan
para akademisi. Selama sepuluh tahun
setelah itu para ahli linguistik
berpandapat bahwa pendekatan yang
digunakan dalam program ASTP dan
yang sekarang dikenal dengan nama
army method sangat sesuai untuk
diterapkan dalam pengajaran B.S.
untuk non militer, seperti di sekolah-
sekolah dan perguruan tinggi. Maka
pada tahun 1949, Universitas Michigan
di Ann Arbor yang pertama kali
mengembangkan Lembaga Bahasa
Inggris (Inglish Language Imstitute) di
Amerika.
Banyak faktor yang mendorong
lahirnya metode Audio-Lingual, di
samping pengaruh proram ASTP
dalam waktu yang bersamaan para ahli
linguistik di Amerika seperti
Bloomfield, Sapir dan kawan-kawan
mengadakan penelitian mengenai
bahasa-bahasa suku Indian di Amerika
yng tidak tertulis, untuk
mengembagkan program-program
latihan. Adanya slogan yang
dirumuskan oleh Moulton yang
merupakan dasar dari teori Army
Method. Slogan yang terdiri dari lima
poin itu dikenal sebagai slogan terkini
( slogan of the day) yaitu :
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 68
- Language is speech not writing
(bahasa adalah ucapan, bukan
tulisan)
- A language is a set of habits
(bahasa adalah kumpulan dari
kebiasaan/adat)
- Teach the language not about the
language( ajarkan bahasa bukan
tentang bahasa)
- Language is what its native
speakers say, not what some one
think they ought to say. (bahasa
adalah apa yang diucapkan oleh
penutur asli, bukan apa yng
seharusnya diucapkan)
- Languages are different (semua
bahasa adalah berbeda/tidak sama)
Jadi pendekatan metode ini
berdasarkan pendekatan struktural,
dengan melatih-tubi (drill) tentang
pola-pola kalimat pada B.S.
(Syuhudi,2013:188-189)
Metode ini mendapat sambutan
dari berbagai negara di dunia bahkan
hingga saat ini, masih banyak
digunakan, karena dirasakan hasilnya
yang menggembirakan terutama pada
ketrampilan bercakap dan mendengar
yang merupakan dasar untuk membaca
dan menulis. Namun demikian sejak
tahun 1960-an para ahli pendidikan
mulai mengritik terutama dasar yang
digunakan metode ini. Kritikan itu
datang dari berbagai kalangan pendidik
dan linguis, seperti Shere, Wertheimer,
Carroll, J.B. Rivers, W. Saporta
Chastain dan lainnya.
Berkurangnya popularitas
metode Audio-Lingual yang banyak
dipertanyakan asumsi-asumsi teoritis
yang mendasarinya di Inggris
khususnya, maka muncullah
pendekatan yang lebih melibatkan
pikiran yang dikenal dengan
pendekatan kognitif (Cognitive
Approach) dan banyak istlah lain dari
pendekatan ini di antaranya Cognitive
Code Learning Theorydan Cognitive
Habit Formation Approach.
Timbulnya pendekataan
kognitif (Cognitive Approach المدخل
ini, di samping hujatan (المعرفي
terhadap metode audio lingual, yang
dilontarkan oleh seorang linguis
Amerika terkemuka yang bernama
Noam Chomsky, ia menolak prinsip-
prinsip linguistik struktural dan juga
teori behaviorisme dalam pengajaran
bahasa. Chomsky juga mencetuskan
teoritatabahasa yang disebut
transformasi generatif
(Transformational-Generative
Grammar/ النحو التحويلي التوليدي) dan
studi tentang sikologi kognitif
(Cognitive psychology/ علم النفس
(المعرفي
Pada tahun 1965, Carroll
menulis makalahnya yang dimuat di
jurnal Modern Lnguage Journal (MLJ)
yang kemudian diterbitkan dalam buku
yang ditulis oleh Valdman, Albert,
Trends In Language Teaching)
mengenai hasil penelitian Carroll,
bahwa andil studi psikologi di bidang
pengajaran B.S. Carroll juga membuat
perbandigan antara metode audio-
lingual method dan teori kognitive
dengan mengatan bahwa : “Pengajaran
bahasa adalah proses kognitif secara
sadar untuk memperoleh kemampuan
dalam menguasai pola-pola bunyi,
tatabahasa dan leksikal pada B.S
(kedua), yaitu melalui studi analisis
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 69
pola tersebut sebagai kandungan
kognitif. (Carroll, J, p:59,p:102
melalui Syuhudi, 2013:230)
Dengan metode ini siswa
belajar bahasa sasaran secara sadar
mempelajari tatabahasa B.S. yang
dipelajari. Pandangan kognitif ini
menekankan aktivitas-aktivitas proses
belajar pada mental siswa yang disebut
aktivitas-aktivitas kognitif.
Kecaman Chomsky terhadap
teori behaviorisme mendorong
terjadinya revolusi dalam konsep-
konsep pengajaran bahasa di tahun
1960an.
Pendekatan kognitif ini
mengilhami sejumlah ahli
bahasa/linguistik, psikologi untuk
mencetuskan metode-metode berbasis
kognitif. Di antara metode yang lahir
pada waktu itu, menurut Stevick
(1969) adalah; metode guru diam (The
Silent Way ةالطريقة الصامت ), belajar
bahasa berkelompok (Community
Language Learning طريقة تعلم اللغة من
الطريقة dan Suggestopedia (خلال المجتمع
.الإيحائية
a. Metode Guru Diam, (The Silent
Way ةتالطريقة الصام )
Metode inidicetuskan oleh Caleb
Gattegno ( 1972 ) seorang ahli
pengajaran bahasayang menerapkan
prinsip-prinsip kognitif dan ilmu
fisafat dalam
pengajarannya.Gattegno yang
berdarah Spanyol itu dilahirkandi
Iskadariyah, Mesir pada 11-11-
1911 dan dibesarkkan disana,
kemmudian hidup di Ingris, Eropah.
Pada mulanya ia adalah seorang
guru matematika, dan bersama
George Cuisenaire menulis buku
Numbers in Colouryang
kandungannya tentang penggunaan
alat peraga yang berbentuk tongkat
berwarna warni yang diberi nama
cuisenaire dalam mengajar bahasa.
Walaupun metode ini, menerapkan
prinsip-prinsip kognitif, tetapi
antara Chomskey danGattegno
adalah terpisah dan Gattegno telah
dirintisnya sejak tahun 1957 tetapi
baru pada tahun 1963 buku tentag
metode sebut baru terbit dengan
nama Teaching Fogein Language in
School: The Silent Way
b. Metode Belajar Bahasa
Berkelompok (Community
Language Learning طريقة تعلم اللغة من
( خلال المجتمع
Metode ini diperkenalkan oleh
Charles A Curran dan rekan-
rekannya pada 1976, Curran sendiri
adalah seorang ahli psikologi
dengan spesialis penyuluhan
(Counseling) Penerapan teknik-
tenik penyuluhan pada pelajaran
dikenal dengan istilah pelajaran
penyuluhan (couseling learning).
Hubungan anatara siswa dengan
guru seperti istilah yang digunakan
antara pasien dan seorang psikiater
dengan menggunakan istilah
klien(client) untuk siswa dan
konselor (counselor) untuk guru.
Yang mendasari teori ini adalah
pemikiran bahwa apa yang
sebenarnya dipelajari oleh manusia
pada umumnya itu bersifat kognitif
dn afektif. Ini artinya siswa
menerima palajaran dengan
pikirannya dan perasaannya.
Menurut Curran, C. A. Proses
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 70
belajar mengajar terdiri dari lima
tahap yaitu :
1- TahapEmbryonic Stage
Tahap ini anak dipupuk untuk
memupuk rasa aman dan
perasaan sebagai anggota
masyarakat.
2- Tahap Self Assertion Stage
Dalam tahapini siswa makin
lama makin banyak belajar, dan
segala pengalamannya itu
menyebabkan peningkatan
kemampuannya, ia mulai
intervensi dan bantuan guru.
3- Tahap Birth Stage
4- Pada tahap ini siswa sudah mulai
menunjukkan identitas dirinya, ia
mulai menggunakan bahasa
sasaran dn mengurangi
penggunaan bahas ibu karna mulai
merasa nyaman dengan
mengggunakan bahasa sasaran.
5- Tahap Reversal
Pada tahap ini siswa meras cukup
mempunyai kepercayaan diri
orang lain untuk memperbaiki
kemampuan diri, sehingga ia siap
menerima kritik membangun.
6- Tahap Independent Stage
Pada tahap ini siswa mulai
meningkatkan sendiri gaya bahasa
yang kurang baik sehingga lebih
memuaskan dirinya, dan dapat
menyesuaikannya dengan situasi-
situasi tertentu.
c. Metode Suggestopedia.الطريقة الإيحائية
Metode suggestopedia
dikembangkan di Bolgaria pada tahun
1975,oleh Georgi Lozanov, seorang ahli
psikiatri dan pendidikan. Kata
Suggestopedia itu sendiri berasal dari
suggestologi suatu ilmu yang mempelajari
secara sistimatis pengaruh-pengaruh non-
rasional atau pengaruh-pengaruh yang
tidak disadari terhadap perilaku manusia.
(Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin,
2011:149)
Dalam Metode
Suggestopediaseperti yang diterangkan
oleh George Lozanov dalam artikelnya
yang berjudul Suggestology and
Suggestopedy intinya adalah sebagai
berikut:
a. Belajar itu melibatkan fungsi-fungsi
sadar dan di bawah sadar manusia.
b. Siswa mampu belajar dengan cepat
dari pada dengan metode-metode
lain.
c. Proses belajar-mengajar dapat
terhambat oleh beberapa faktor; yaitu
:
c.1. norma-norma umum dan
kendala-kendala yang lazim berlaku
dalam masyarakat.
c.2. suasana yang kurang serasi, dak
ada atau kurang dalam pengajaran
bahasa, dan
c.3. kekuatan-kekuatan atau potensi-
potensi dalam diri siswa yang
tidak/kurang dimanfaatkan guru.
(Subyakto – Nababan, 1993:50-51)
Oleh karena asumsi-asumsi dan
hambatan-hambatan di atas,suggestopedia
mencoba menghindari norma-norma
umum, umpamanya belajar itu
sukar,(prinsip bahwa belajar itu mudah)
dan kendala-kendala yang lazim berlaku ,
seperti siswa harus berbahasa dengan
bahasa sasaran yang dipelajarinya
(prinsip perpaduan antara faktor sadar dan
di bawah sadar) atau dia tidak boleh
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 71
membuat kesalahan, agar tidak terjadi
ketegangan-ketegangan dalam diri pelajar
(prinsip interaksi antar siswa). Untuk
mencapai tujuan tersebut, garu dianjurkan
menggali potensi yang ada pada diri
siswa.
Menurut Lazanov, guru yang tidak
memenuhi tiga kriteria tersebut, tidak
sampai hasil yang memuaskan.
Penekanan metodenya pada memorisasi
pasangan-pasangan kosa-kata, yaitu butir
B.S. dan terjemahannya dalam bahasa ibu,
mengisyaratkan adanya suatu pandangan
bahasa yang menyatakan bahwa kosakata
merupakan sentral dan terjemahannya
lebih banyak mendapatkan penekanan
daripada kontekstualisasi. Akan tetapi ada
kalanya Lozanov benar-benar mengacu
pada pentingnya penyajian materi bahasa
dalam keseluruhan teks yang bermakna
dan terencana, dimana siswa tidak
diarahkan untuk menghafal kosa-kata dan
pemerolehan kebiasaan-kebiasaan tuturan,
tetapi untuk melaksanakan komunikasi.
(Aziz dan Erta, 2010:151)
d. Metode Eklektik (Eclectic Method
(الططريقة الانتقائية
Setelah kita mengenal secara garis besar
tentang beberapa metodologi
pembelajaran bahasa dimana setiap
metode mempunyaikonsep siap pakai
yang bersipat prescriptive dan harus
dipatuhi oleh setiap penggunanya, ia
harus mengikuti langkah-langkah yang
telah digariskan dalam metode tersebut.
Namun tidak setiap konsep yang telah
digariskan oleh setiap metode cocok dan
sesuai untuk mengajar bahasa sasaran
(B.S), maka terjadilah silih berganti
metode dan setiap metode tidak saling
berhubngan, artinya berbeda antara satu
metode dengan yang lain. Tujuan belajar
bahasaasing pun berbeda antara satu
tempat dengan tempat lain.Dari situlah
muncul metode yang disebut eklektik
Pemilihan Metode Yang Tepat Dan
Efektif(eclectic method) istilah tersebut
diambil dari bahasa Inggris yang
mempunyai artipilihan dalam bahasa Arab
diterjemahkan sebagai intiqoiyyah yang
berarti pilihan ( المعجم العربي الأساسي
Aleccso,1989:1227) Jadi istilah
Pendekatan eklektik adalah metode
pendidikan bahasa yang menggabungkan
berbagai pendekatan dan metodologi
untuk mengajar bahasa tergantung pada
tujuan pelajaran dan kemampuan siswa
didik.
Eclectic approach is a method of language
education that combines various approaches
and methodologies to teach language
depending on the aims of the lesson and the
abilities of the learners. (http://en
wikipedia.org/wiki/eclectic_approach)
Jadi jelaslah bahwa metode ini meurupak
sebuat usaha untuk penggabungan dan
pemilihan unsur-unsur pengajaran dari
beberapa metode agar sesuai dengan
tujuan pengajaran dan kemampuan
siswas/mahasiswa. Metode ini bukan
dilahirkan oleh sebuah teori linguistik
tertentu atau teori psikologi, atau lebih
tepatnya teori ini adalah teori guru, kata
Bumperss, yang berusaha memilih
kebaikan dari beberapa metode yang
sejalan dengan tujuan pembelajaran
bahasa asing (Arab umpamanya) dan
sesuai dengan kemampuan siswa didik
serta faktor-faktor lain. (Bumperss dalam
syuhudi,1993: 101. Jadi asumsi-asumsi
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 72
yang ada lebih bersifat pragmatis daripada
teoritis. Asumsi-asumsi itu adalah :
a. Setiap metode mempunyai kelebihan
dan kelemahan tersendiri.
b. Tidak ada satu metode pun yang
sempurna.
c. Sebuah metode melengkapi metode
yang lain.
d. Tidak ada satu metode pun yang
relevan untuk semua tujuan, semua
siswa, gurudan semua program
pengajaran.
e. Prinsip utama dalam pengajaran
terpusat pada siswa dan
kebutuhannya, bukan pada metode
tertentu.
f. Seorang guru bebas untuk memilih
metode yang dianggap tepat dan
sesuai dengan kebutuhan siswa dan
situasi pembelajaran. (Aziz & Earta,
2010:164)
Di antara tokoh dalam metode ini
adalah: Henry Sweet HerrolPalmer. Sweet
menyatakan bahwa suatu metode yang
baik harus bersifat komprehensif dan
harus mempertimbangkan berbagai aspek.
Suatu metode harus didasarkan pada
suatu pengetahuan yang seksama, maka
Sweet menyarankan adanya suatu jalan
tengahantara berbagai aliran yang
bertentangan. (Sweet dalam Azizrta, 2010:
165)
Palmer menjelaskan dalam buku
Principles of Language Study, bahwa
kemungkinan untuk menerima dua atau
beberapa metode sekaligus lalu
menggabungkannya dalam satu
pembelajaran. Palmer mengistilahkan
metode ini dengan istilah Multiple Line of
Approach, Pendekatan Berbagai Jalur atau
Dengan metode ini, guru تعددية المداخل
menggunakan berbagai kegiatan, materi,
latihan/drill, atau media pembelajaran
yang bisa mengantarkan guru mencapai
tujuan. Dengan metode ini pula guru
dapatmengadopsi setiap gagasan dan
kegiatan yang baik dari berbagai metode
serta menjsuhksn kelemahan-kelemahan
yang ada. Pendekatan inilah yang disebut
metode eklektik. (palmer dalam River,
1981:54)
Prosedur dan teknik Metode Eklektik
adalalah metode yang tersusun dari segi-
segi positif berbagai metode pembelajaran
bahasa. Karena itu teknik pengajaran yang
digunakan dalam metode ini juga akan
beragam, tergantung pada pola pola
pemilihan dan penggabungan yang
digunakan oleh guru.Seperti penggunaan
bahasa Ibu, pengajaran tatabahasa,
menggunakan latihan pola, latihan (drill)
bunyi-bunyi bahasa dan sebagainya, sesuai
dengan metode yang sudah dipilih.(Erta &
Aziz, 2010:167)
Sebagai gambaran, menurut saya,
bahwa pada umumnya mahasiswa/siswa
kita yang belajar bahasa Arab lemah
dalam ungkapan baik lisan maupun
tulisan, ini dikarenakan mereka belajar
bahasa Arab terfokus pada pembelajaran
kaidahnya, yaitu nahwu dan sorof,
sehingga ketrampilan berbicara dan juga
menulis kurang mendapat tempat. Seperti
dikatakan di atas bahwa belajar bahasa
Abab adalah meliputi: tujuan budaya,
komunikasi, dan bahasa.seperti yang telah
dikatakan oleh Kamil Al-Nãqah di atas.
Jadi seharusnya orang yang belajar bahasa
Arab harus menguasai ketrampilan bahasa
yang empat (mendengar, berbicara,
membaca dan menulis) di samping itu
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 73
juga memahami kaidahnya (nahwu dan
sorof), tapi bukan berarti memahami
kaidah dalam arti tradisional, yaitu
menghafal kaidah-kaidah nahwu, tapi
lebih kepada kaidah praktis ( القواعد التطبيقية)
Menurut pengalaman penulis selama
mengajar bahasa Arab metode yang
menurut penulis lebih tepat dan efektif
adalah mengambil kekuatan dari metode-
metode : Metode Langssung (The Direct
Method), Metode Membaca (Reading
Method), Metode Metode Dengar-Ucap
(The Audio-Lingual Method), Metode
Kognitif (Cognitive Code Methode) dan
Metode Tatabahasa dan Terjemahan
(Grammer And Translation) . Jadi kalau
penulis gambarkan dari pilihan segi positif
darimetode-metode tersebut merupakan
bintang-bintang metode, maka letak
metode eklektik adalah di tengah-tengah
bintang yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
MTT : Metode Tatabahasa Dan
Terjemahan
M.L. : Metode Langsung
D.U : Dengar-Ucap
M.M. : Metode Membaca
M.K. : Netode Kognitif
M.E. : Metode Eklektik
Diagram di atas memberi gambaran,
bahwa metode eklektik terdiri dari
Metode Tatabahasa-Terjemahan, Metode
Langsung, Metode Dengar-Ucap, Metode
Membaca dan Metode Kognitif. Jadi
metode eklektik ini terdiri dari lima
metode pengajaran bahasa asing yang
telah dipilih dari sisi positifnya dengan
mengetepikan sisi negatif dari setiap
metode. Menurut penulis, kalau seperti
ini, pengajaran bahasa dimulai dengan
metode langsung (Direct Method), untuk
melatih siswa/mahasiswa cara mengucap
setiap bunyi dalam bahasa Arab dan
memperoleh vokabulari secara langsung
tanpa menggunakan bahasa
perantara.Metode ini mengajak
siswa/mahasiswa, untuk bertutur minimal
mendekati penutur aslinya, dan mampu
berkomunikasi dengan bahasa Arab, baik
secara lisan maupun tulisan. Setelah
dianggap cukup penguasaannya,
ditingkatkan dengan latih pola
(drill)dengan cara yang ada pada metode
Dengar-Ucap (Audio Lingual)karena baik
metode langsung ataupun metode audio
lingual keduanya memperhatikan empat
ketrampilan (mendengar, berucap,
membaca dan menulis) yang harus
dikuasai oleh semua siswa yang belajar
dengan metode tersebut.Dengan
menerangkan terlebih dahulu tujuan
latihan tersebut dengan menggunakan
bahasa perantara atau bahasa ibu, ini
berarti kita memasuki metode kognitif,
karena metode Dengar-Ucap tidak
memungkinkan untuk menggunakan
bahasa perantara atau menerangkan
tatabahasa, tentunya dengan cara yang
berbeda dengan metode Tatabahasa-
Terjemahan, karena tatabahasa hanya
akan diterangkan secara praktis saja, tidak
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 74
secara detail. Setelah itu dilatih membaca
dengan cara yang ada pada metode
membaca, dimana peran guru sebagai
pembimbing siswa untuk memahami
bacaan dengan berbagai pertanyaan yang
terrkait dengan isi bacaan terebut dan
membimbing siswa menyimpulkan kaidah
kebahasaan yang ada dalam bahan
bacaan. Untuk lebih jelasnya pembaca
bisa merujuk pada buku pengajaraan
bahasa.
C. Kesimpulan.
Dari kajian di atas, dapat kita
simpulkan bahwa :
a. Setiap metode mempunyai kelebihan-
kelebihan tersendiri, dan kelebihan-
kelebihan itu mungkin bisa
dimanfaatkanuntuk pengajaran
bahasa Arab.
b. Tidak ada satu metode pun yang ideal
atau sempurna seperti halnya tidak
ada satu metode pun yang gagal total.
Setiap metode mempunyai kelebihan
dan kelemahan.
c. Bahwa satu metode bisa melengkapi
metode yang lain, atau dengan kata
lain bahwa semua metode saling
melengkapi.
d. Tidak ada satu metode pun yang
relevan untuk semua tujuan, semua
siswa, semua guru dan semua progrm
pengajaran.
e. Prinsip utama dalam pengajaran
bahasa terpusat pada siswa dan
kebutuhannya, bukan pada
metodenya tanpa memperhatikan
kebutuhan siswa. Seorang guru
hendaklah bebas memilih metode
yang akan digunakannya, sesuai
dengan kondisi dan situasi
pembelajaran. (al-Khouly, 1986:11-
12)
Mengingat perihal di atas, metode
eklektik merupakan solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut.Jadi
metode ini dirancang oleh guru dalam
mengajarkan bahasa Arab, dengan
memilah-milah sisi positif dari beberapa
metode dan meramunya sesuai dengan
tujuan pengajaran dan pembelajaran
bahasa Arab serta kebutuhan
siswa/mahasiswa.Metode ini lahir dari
ketidak puasan terhap kelemahan-
kelemahan yang adapada tiap-tiap
metode. Sementara itu pengajaran bahasa
asingmenghadapi kondisi dan objektif
yang berbeda-beda antara satu negeri
dengan negeri yang lain, dan antara masa
ke masa. Akibatnya tidak ada satu pun
metode tunggal yang bisa digunakan oleh
seorang guru untuk segala kondisi dan
situasi.
Daftar Pustaka.
Abd. ‘Ăli, Abd.Mun’im ),Thuruq Tadrîs al-
Lughah al-Arabiyyah. Kairo.
Maktabah Gharîb.
Ahmad, Muhammad Abd.Qadir
(1984),Thuruq Ta’lim al-Lughah al-
Arabiyyah. Kairo. Maktabah al-
Nahdhah.
Ahmad, Muhammad Abd.Qadir
(1982),Thuruq Ta’lim al-Lughah al-
Arabiyyah li al-Mubtadiîn. Kairo.
Maktabah al-Nahdhah.
Ahmad, Muhammad Abd.Qadir
(1984),Thuruq Ta’lim al-Arabiyyah
al-Islamiyyah. Kairo. Maktabah al-
Nahdhah.
Al-Araby, Salah Abd.Majid (1981), Ta’allum
al-Lughaat all-Hayyah wa Ta’liimuha Baina
Jurnal Intelegensia – Vol. 04 No. 1 Januari-Juni 2016 | 75
al-Nadzariyyah wal al-Tathbiq.
Bairuth.Maktabah Lubnan.
Arbak Othman (1989), Mengajar Tatabahasa,
Kuala Lumpur. Dewan Bahasa Dan Pustaka.
Arsyad, Azhar (2010), Bahasa Arab dan
Metode Pengajarannya,Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Asmah Hj. Omar (1992), Aspek Bahasa Dan
Kajiannya, Kuala Lumpur. Dewan Bahasa
Dan
Pustaka.
Asmah Hj. Omar (1984), Kaedah Pengajaran
Bahasa. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa Dan
Pustaka.
Arsyad, Azhar (2010), Bahasa Arab dan
Metode Pengajarannya. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Azman Wan Chik (1982), Trend-Trend Baru
Dalam Bidang Pendidikan Bahasa. Kuala
Lumpur. Utusan Publication.
Badawi, al-Said Muhammad (1983/1403), al-
Kitab al-Asasi Fi Ta’lim al-Lughah al-
Arabiyyah Li Ghairi al-Nathiqina Biha.
Tunis, ALECSO.
Badawi, al-Said Muhammad (1992) al-
Takhthith al-Lughowi, Qahiyyah al-
Hafiz fi Ta’lim al-Lughah al-
Arabiyyah Li Ghairi al-Nathiqina
Biha.Proseding Seminar
Internasional Ta’lim al-Lughah al-
Arabiyyah Li Ghairi al-Nathiqina
Biha. Brunei Darussalam. Universiti
Brunei Darussalam.
Baraja, M.F. (1990), Kapita Selekta
Pengajaran Bahasa. IKIP. Malang.
Bambang, Kaswanti Purwo (1990), Pragmatik
Dan Pengajaran Bahasa.
Yogyakarta. Kanisius.