pelatihan senam nifas meningkatkan kadar...
TRANSCRIPT
1
PELATIHAN SENAM NIFAS MENINGKATKAN KADAR
HEMOGLOBIN, SATURASI OKSIGEN DARAH PERIFER
DAN MENURUNKAN DENYUT NADI ISTIRAHAT PADA IBU
POSTPARTUM
SUDARMI
NIP : 198012282001122001
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MATARAM 2013
2
ABSTRAK
PELATIHAN SENAM NIFAS MENINGKATKAN KADAR
HEMOGLOBIN, SATURASI OKSIGEN DARAH PERIFER DAN
MENURUNKAN DENYUT NADI ISTIRAHAT PADA IBU POSTPARTUM
Setelah proses persalinan berakhir, seorang ibu akan menjalani proses
pemulihan fisik dan mental. Selama proses persalinan pervaginam normal dan
sampai beberapa hari setelahnya ibu postpartum kehilangan darah sehingga
eritrosit berkurang di dalam sirkulasi. Pelatihan senam nifas diharapkan dapat
membantu memperbaiki kinerja sel otot rangka, jantung, paru, pembuluh darah
dan sistem pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelatihan senam
nifas meningkatkan kadar hemoglobin, saturasi oksigen darah perifer dan
menurunkan denyut nadi istirahat pada ibu postpartum.
Penelitian ini menggunakan rancangan pre test and post test
kontrol group design dengan menggunakan 28 orang ibu post partum normal
sebagai sampel. Subyek dibagi 2 kelompok secara random alokasi yang masing-
masing terdiri dari 14 orang yaitu kelompok kontrol tidak diberikan senam nifas
dan kelompok perlakuan diberikan senam nifas, selama 6 minggu 2 kali
seminggu. Kadar hemoglobin, saturasi oksigen darah perifer dan denyut nadi
istirahat diukur sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan paired sampel test
dan independent t test.
Didapatkan hasil penelitian bahwa rerata kadar hemoglobin pada
kelompok perlakuan sebelum melakukan senam nifas adalah 10,88 ± 157,85 gram
% dan setelah perlakuan adalah 11,35 ±147,322 gram % meningkat rerata 0,7143
± 0,82542 gram%. Rerata saturasi oksigen darah perifer pada kelompok perlakuan
sebelum senam nifas adalah 97,35±157,81% dan setelah senam nifas
98,35%±147,32 meningkat rerata 1,00 ±0,67937%. Rerata denyut nadi istirahat
sebelum melakukan senam nifas pada kelompok perlakuan adalah 87,4286
±10,005 dpm dan setelah senam nifas menurun 10,57±7,09 dpm. Hasil analisis
menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan kadar hemoglobin, peningkatan
saturasi oksigen darah perifer dan penurunan frekuensi denyut nadi istirahat pada
masing-masing kelompok kontrol dan perlakuan dengan nilai (p < 0,05).
Disimpulkan bahwa dengan pelatihan senam nifas dapat meningkatkan
kadar hemoglobin, meningkatkan saturasi oksigen darah perifer dan menurunkan
denyut nadi istirahat pada ibu postpartum. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kebugaran fisik dan mempercepat pemulihan ibu post partum.
Kata Kunci: Senam nifas, hemoglobin, saturasi oksigen, denyut nadi.
3
ABSTRACT
THE TRAINING OF POTNATAL GYMNASTICS INCREASE
HEMOGLOBIN LEVELS, PERIPHERAL BLOOD OXYGEN
SATURATION AND DECREASE REST PULSE RATE IN POSTPARTUM
After the birth process is over, a mother will undergo a process of physical
and mental recovery. During the process of vaginal delivery and up to several day
after maternal postpartum blood loss that is reduced in circulating erythrocytes.
Training exercise help postnatal physiological processes and affect the
performance of mucle cells, heart, lungs, blood vessels and respiratory sytem.
This study aims to determine the postnatal gymnastics training increases
hemoglobin levels, peripheral blood oxygen saturation and reduce the resting
pulse rate in postpartum.
This study used experimental research design of pre test and post test
control group design with 28 postpartum mother in the sample. The subjects were
allocation randomized divided into 2 groups, each consisting of 14 persons the
exercise control group given no treatment and 14 person the group given
treatment the training gymnastic postpartum exercise, for 6 weeks 2 time a week.
Hemoglobin level, peripheral blood oxygen saturatin and resting pulse rate were
measured before and after treatment were tested with paired samples t –test and
independent test.
Obtained results that the mean hemoglobin levels in the treated group
before doing gymnastics postnatal is 10.88±1,57815 gr% and after treatment was
11.35g±1,47322 gr% increased average 0,7143g±0,82542 gr%. The mean
peripheral blood oxygen saturation in the treatment group before parturition
gymnastics was 97,35±1,44 % and after postnatal gymnastics 98,35±1,15 %
increased the mean 1,000±0,67937 %. The mean resting pulse rate in the treated
group before postnatal gymnastics is 96,857±19,330 bpm and after exercise
decrease 81,500±9,120 bpm decrease the mean 10,57± 7,09 bpm. The analysis
showed there were differences content increase the hemoglobin, an increase in
peripheral blood oxygen saturatin and pulse rate decrease in the frequency of rest
pulse rate in each treatment group and the control value (p<0,05).
Concluded that the training exercises be consistent with hemoglobin
levels, increase peripheral blood oxygen saturation and reduce the resting pulse
rate in postpartum mothers. The results of this study is expected to improve
physical fitness and mother postpartum recovery.
Keywords: Gymnastics postnatal, hemoglobin, oxygen saturation, pulse rate.
4
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah proses persalinan berakhir, seorang ibu akan menjalani proses
pemulihan fisik dan mental supaya dapat merawat serta memberikan perhatian
penuh kepada bayinya. Kebugaran fisik dan kesehatan prima adalah modal bagi
setiap orang untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu aktivitas fisik
merupakan kebutuhan dan memiliki posisi dan peran strategis dalam pembentukan
keperibadian dan meningkatkan sumberdaya manusia. Manusia yang sehat, fisik
dan mental dapat dibentuk dan ditingkatkan melalui pembinaan dan kebugaran
fisik dan aktivitas lainnya yang bermanfaat untuk kebugaran tersebut.
Berdasarkan penelitian Robson dkk,(1987) dalam beberapa hari pertama
postpartum, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit berfluktuasi sedang. Bila
angkanya menurun jauh dibawah nilai sebelum persalinan, berarti telah terjadi
kehilangan darah dalam jumlah cukup banyak. Satu minggu setelah persalinan,
volume darah telah hampir kembali ke nilainya ketika tidak hamil (Cunningham,
2006).
Selama proses persalinan pervaginam normal dan sampai beberapa hari
setelahnya, hanya separuh dari eritrosit yang ditambahkan ke sirkulasi ibu selama
masa kehamilan yang akan hilang pada mayoritas wanita. Kehilangan ini terjadi
melalui tempat implantasi plasenta, plasenta itu sendiri, episiotomi atau laserasi,
dan dari lokia. Rata-rata jumlah eritrosit ibu yang setara dengan 500 sampai 600
5
ml darah prakelahiran akan hilang selama dan setelah kelahiran normal
pervaginam bayi tunggal (Cunningham, 2006).
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, yang
berlangsung selama kira-kira enam minggu. Selama masa ini, saluran reproduksi
mengalami perubahan yaitu perubahan struktur permanen pada serviks, vagina,
dan perineum sebagai akibat dari persalinan dan kelahiran (Prawirohardjo, 2006).
Setelah persalinan, tubuh seorang ibu akan memasuki masa pemulihannya
dan perlahan kembali ke kondisi semula. Tindakan tirah baring dan senam nifas
membantu proses fisiologis ini secara perlahan. Umumnya yang menjadi
perhatian ibu selama masa nifas adalah bagaimana memulihkan bentuk tubuh dan
dinding perut seperti sediakala (Brayshaw, 2008).
Dalam penelitian Larson dkk, (2002) yang melakukan survei secara acak
tentang efek senam nifas bagi ibu nifas pada 1003 wanita Amerika melaporkan
setelah mengikuti program senam nifas dengan latihan yang teratur mengalami
pengerutan pada rahim yang lebih kuat, selain itu juga mengalami penurunan
pada berat badan selama enam minggu setelah melahirkan. Dan dalam studi dari
1432 ibu nifas di Swedia yang melakukan senam nifas ditemukan bahwa
mayoritas wanita (71%) mengalami metabolisme tubuh yang lancar, dan
pemulihan fisik yang lebih cepat (Bobak dkk, 2005).
Manfaat senam nifas diantaranya adalah membantu penyembuhan rahim,
perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya
bagia-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu menormalkan sendi-sendi
6
yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan, serta mencegah
perlemahan dan peregangan lebih lanjut. Latihan senam nifas dapat segera dimulai
24 jam setelah melahirkan (Bobak dkk, 2005).
Manfaat lain dari senam nifas dapat mempercepat proses involusio uteri
pada ibu postpartum dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan
eritrosit sampel pada kelompok perlakuan mengecil 46,568. Tinggi fundus uteri
menurun lebih cepat 13,92 cm. Tonus otot miometrium memendek sesuai dengan
tinggi fundus uteri yaitu pada hari ke-10 postpartum tidak teraba lagi diatas
abdomen (Latifah, 2005).
Setiap bentuk aktivitas dalam kehidupan sehari-hari baik itu suatu
pekerjaan atau latihan olahraga memerlukan energi (tenaga). Energi yang
diperlukan tersebut dapat diperoleh dari dalam tubuh berupa hasil metabolisme
dari makanan. Apabila energi dari dalam tubuh mengalami kekurangan maka
diperlukan bantuan energi dari luar berupa oksigen yang diperoleh melalui
pernafasan. Demikian halnya dalam senam nifas juga membutuhkan energi, baik
itu dari dalam maupun dari luar tubuh berupa suplai oksigen yang di ambil oleh
paru-paru dan dipompakan oleh jantung ke seluruh jaringan tubuh. Ketika seorang
melakukan aktivitas olahraga harus disertai dengan persediaan energi yang
memadai. Energi yang dibutuhkan tubuh ketika melakukan aktivitas olahraga
diproduksi dalam mitokondria. Proses katabolisme, metabolisme serta reaksi
oksidasi sel terjadi dalam mitokondria. Reaksi dalam mitokondria ini akan
menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam melakukan aktivitasnya
(Cooper, 2000; Bhushan dkk, 2003; Boscaglla dkk, 2003).
7
Olahraga merupakan salah satu cara untuk menetralisir terbentuknya
radikal bebas karena dengan melakukan aktivitas fisik, oksigen yang berlebihan
dapat digunakan untuk menghasilkan energi (Plowman and Smith, 2003).
Olahraga memberikan pengaruh pada sistem kardiovaskuler khususnya
peredaran darah untuk memperbaiki kemampuannya. Lebih banyak pembuluh
darah (kapiler) dibentuk dalam jaringan yang aktif untuk memperbaiki penyediaan
makanan dan oksigen, dan gerak badan membakar habis lemak berlebihan dalam
sistem dan menghambat kandungan lemak di pembuluh, sehingga mengurangi
resiko trombosis (deBarros, 2010).
Latihan fisik sangat berpengaruh terhadap sistem pernapasan. Dengan
latihan fisik secara teratur dapat meningkatkan pemasukan oksigen ke dalam
paru. Kebiasaan berolahraga memberi manfaat dalam meningkatkan kerja dan
fungsi paru, jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan; denyut nadi
istirahat menurun, isi sekuncup bertambah, kapasitas vital paru bertambah,
penumpukan asam laktat berkurang, meningkatkan pembulu darah kolesterol,
meningkatkan HDL kolesterol dan mengurangi aterosklerosis (Bass, 2008;
McArdle dkk, 2009).
Asupan oksigen pada otot yang bekerja meningkat selama berolahraga
dengan meningkatnya ekstraksi oksigen jaringan. Hal ini digambarkan dengan
perbedaan kandungan oksigen arteri-vena. Pada saat istirahat, total ekstraksi tubuh
relatif rendah antara 25% sampai 30%. Selama berolahraga, ekstraksi oksigen
dapat meningkat sampai 80%-85%. Hal ini disebabkan karena redistribusi aliran
darah pada otot yang bekerja (Bemsteins, 2003).
8
Penurunan kapasitas vital paru pada saat kehamilan ini dapat
menyebabkan berkurangnya compliance paru. Compliance adalah ukuran tingkat
perubahan volume paru yang ditimbulkan oleh gradien tekanan transmural (gaya
yang meregangkan paru) tertentu. Peningkatan perbedaan tekanan tertentu pada
paru dengan compliance yang tinggi akan mengembang lebih besar daripada paru
yang compliance-nya rendah. Dengan kata lain semakin rendah compliance
paru,semakin besar gradien tekanan transmural yang harus dibentuk selama
inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal (Cunningham,
2006; Sherwood, 2001). Selain itu juga penurunan kapasitas difusi paru akan
mempengaruhi kecepatan difusi gas yang melalui membran respirasi sehingga
dapat mengakibatkan pertukaran gas yang lambat dan mengganggu proses
pengiriman oksigen ke jaringan (Guyton, 2007).
Saturasi oksigen darah perifer ini dapat diukur dengan menggunakan
oksimetri. Kondisi-kondisi diatas pada ibu nifas ini terlihat dengan adanya
penurunan konsentrasi oksigen darah diperifer yang berada dibawah normal (<
dari 95%) (Djojodibroto, 2009).
Penilaian fungsi pernafasan secara adekuat dapat dilihat dari nilai analisis
gas darah arteri. Pengukuran gas darah arteri dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan fungsi paru untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen, tekanan
parsial oksigen dan karbondioksida, dan saturasi oksihemoglobin. Walaupun
pengukuran gas darah arteri adalah cara terbaik untuk menilai perubahan
gas,terkadang terdapat keadaan yang tidak menguntungkan setelah pungsi darah
arteri ini. Akibatnya, dipilih oksimetri yaitu suatu alat noninvasif untuk menilai
9
oksigenasi mulai banyak digunakan. Oksimetri mengukur saturasi oksigen Hb
(SaO2) lebih dahulu dari pada PaO2 dengan menggunakan probe yang biasanya
menjepit sekeliling jari. Tujuan klinis yang biasanya ingin dicapai untuk Hb
dengan saturasi O2 adalah SaO2 paling sedikit 90% (sesuai dengan PaO2 yang
berkadar sekitar 60mmHg). Keuntungan pengukuran oksimetri meliputi mudah
dilakukan, tidak invasif, dan dengan mudah diperoleh. Oksimetri tidak
menimbulkan nyeri, dan tidak memerlukan biaya yang besar jika dibandingkan
dengan pungsi arteri. Keakuratan oksimetri nadi kurang dari 90 mm Hg. Tren saat
ini memberikan informasi terbaik tentang status oksigenasi klien (Potter dan
Perry, 2002).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi saturasi oksigen darah
perifer, antara lain adalah: 1) Faktor internal, yaitu, usia, jenis kelamin, penyakit
gangguan fungsi paru, tingkat keasaman (pH), dan tekanan parsial
Karbondioksida (CO2); dan 2) Faktor eksternal, yaitu asupan makanan untuk
meningkatkan kadar Hb, mobilisasi dini dan senam nifas (Brunner dan Suddarth,
2008). Faktor-faktor lain seperti tersebut diatas yang bisa mempengaruhi saturasi
oksigen dalam darah perifer, tidak diteliti karena keterbatasan waktu dan biaya
yang cukup besar. Dari beberapa faktor yang sudah disebutkan, akan dilakukan
penelitian terhadap salah satu faktor yaitu senam nifas hubungannya dengan
saturasi oksigen dalam darah perifer.
Dari data Laporan Tahunan Dikes Kota Mataram didapatkan data anemia
pada ibu nifas tahun 2009 ada 825 orang, tahun 2010 terdapat 567 orang dan pada
tahun 2011 ada 391 orang. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
10
pada ibu nifas, bahwa dari 10 orang ibu nifas 8 diantaranya tidak pernah
melakukan senam nifas. Ada tiga alasan mengapa ibu nifas tidak melakukannya.
Pertama, karena ibu tidak tahu bagaimana senam nifas. Kedua, karena bahagianya
melahirkan anak yang sehat, jadi yang terpikirkan hanya bagaimana cara
mengasuh anak yang baik. Ketiga, karena kondisi tubuh ibu masih lemah dan
untuk bangun masih terasa sakit, maka tidak terpikirkan oleh ibu untuk melakukan
senam nifas. Selain itu wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 5 orang
bidan sebagai penolong persalinan, didapatkan bahwa bidan kurang memberikan
informasi mengenai senam nifas kepada ibu nifas disebabkan karena masih
adanya pasien lain yang harus ditangani oleh bidan, sehingga bidan merasa
direpotkan jika harus mengajarkan senam nifas lagi.
Sampai saat ini belum banyak penelitian yang dilakukan tentang pengaruh
pelatihan senam nifas dengan kadar hemoglobin, saturasi oksigen darah perifer
dan denyut nadi istirahat pada ibu postpartum terutama di Kota Mataram Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimanakah pengaruh pelatihan senam nifas terhadap peningkatan kadar
hemoglobin, saturasi oksigen di dalam darah perifer dan penurunan denyut nadi
istirahat pada ibu postpartum.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1) Apakah pelatihan senam nifas dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada
ibu postpartum?
11
2) Apakah pelatihan senam nifas dapat meningkatkan saturasi oksigen darah
perifer pada ibu postpartum?
3) Apakah pelatihan senam nifas dapat menurunkan denyut nadi istirahat pada
ibu postpartum?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah pelatihan senam nifas dapat meningkatkan
kadar hemoglobin, saturasi oksigen di dalam darah perifer dan menurunkan
denyut nadi istirahat pada ibu postpartum.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.1.1 Mengetahui pelatihan senam nifas dapat meningkatkan kadar hemoglobin
pada ibu postpartum.
1.3.1.2 Mengetahui pelatihan senam nifas dapat meningkatkan saturasi oksigen
darah perifer pada ibu postpartum.
1.3.1.3 Mengetahui pelatihan senam nifas dapat menurunkan denyut nadi istirahat
pada ibu postpartum.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Bila penelitian ini terbukti, diharapkan menambah khasanah ilmu
pengetahuan tentang pengaruh senam nifas terhadap saturasi oksigen didalam
12
darah perifer pada ibu postpartum, sehingga mempercepat pemulihan ibu dan
dapat meningkatkan status kesehatan serta kebugaran pada ibu postpartum
1.4.2 Manfaat untuk kepentingan masyarakat
Diharapkan pada masyarakat untuk dapat memahami dan melakukan
pelatihan senam nifas untuk membantu pemulihan tubuhnya dan meningkatkan
kebugaran sehingga dapat meningkatkan status kesehatannya.
13
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir ini berkaitan pada teori bahwa keberhasilan sistem
respirasi meminimalkan perubahan komposisi darah yang dipicu oleh olahraga,
terlihat dari adanya stabilitas dari harga konsentrasi oksigen dan konsentrasi CO2
selama olah raga dengan intensitas sedang dan rendah.
Oksigen dan Karbondioksida tidak terlalu larut dalam darah, keduanya
terutama harus diangkut dengan mekanisme selain hanya larut secara fisik. Hanya
1,5% O2 yang larut secara fisik dalam darah, dengan 98,5% secara kimiawi
berikatan dengan hemoglobin (Hb). Faktor utama yang menentukan seberapa
banyak O2 berikatan dengan Hb (% saturasi Hb) adalah PO2 darah.
Kehamilan menyebabkan perubahan bagi seorang ibu sehingga
memberikan perubahan yang signifikan pada fisiologi pernapasan. Perubahan
fisiologi pernapasan ini dipengaruhi oleh perubahan anatomis, hormonal dan faal
paru selama kehamilan.
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu
selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan
14
sebelum hamil / tidak hamil sebagai akibat adanya perubahan fisiologi dan
psikologi karena proses persalinan.
Pada sistem pernapasan, fungsi pernapasan kembali pada rentang normal
dalam jam pertama pascapartum. Napas Pendek, cepat, atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi abnormal.
Pada awal post partum, penurunan jumlah hemoglobin, hematokrit dan
eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan
tingkat volume darah yang berubah-ubah akibat kehilangan darah 500 ml darah
pada saat proses persalinan normal dan minggu pertama post partum pengeluaran
darah dan lochea berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.
Hemoglobin memiliki peran penting dalam mengantar oksigen ke seluruh
bagian tubuh untuk konsumsi dan membawa kembali karbondioksida kembali ke
paru menghembuskan nafas keluar dari tubuh. Jika kadar hemoglobin terlalu
rendah, proses ini dapat terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen yang
rendah.
Pada umumnya tujuan dari latihan olahraga adalah memperbaiki berbagai
komponen khusus dari kebugaran sehingga jantung dan paru-paru berfungsi baik.
Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu
istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya menjadi lebih
bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen darah
arteri yaitu: 1) Faktor internal; meliputi usia, jenis kelamin, penyakit gangguan
15
fungsi paru, tingkat keasaman (pH darah) dan tekanan parsial karbondioksida
(Co2), dan 2) Faktor eksternal; meliputi gizi (kadar Hb) dan aktivitas fisik.
Pada masa nifas, tubuh seorang ibu akan memasuki masa pemulihannya
dan perlahan kembali ke kondisi semula sebelum hamil. Pelatihan senam nifas
salah satunya membantu proses fisiologis secara perlahan yang bertujuan
mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi pada ibu postpartum.
3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka konsep
Faktor eksternal:
Pendidikan, status
sosial, usia perkawinan.
Intensitas dan lamanya
olahraga
Faktor internal :
Keadaan fisik dan mental,
penyakit gangguan fungsi paru,
tingkat keasaman (PH darah)
dan tekanan parsial
karbondioksida (Co2).
IBU POSTPARTUM
- Kadar Hemoglobin - Saturasi oksigen - Denyut nadi istirahat
SENAM NIFAS
16
Keterangan = faktor-faktor yang mempengaruhi kadar
hemoglobin, saturasi oksigen darah perifer dan denyut nadi istirahat tetapi tidak
diukur dalam penelitian ini.
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
4) Pelatihan senam nifas dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu
postpartum.
5) Pelatihan senam nifas dapat meningkatkan saturasi oksigen darah perifer
pada ibu postpartum.
6) Pelatihan senam nifas dapat menurunkan denyut nadi istirahat pada ibu
postpartum.
17
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan desain
eksperimen pre-test and post–test kontrol group design yaitu kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol (Sastroasmoro,1995). Pada kelompok perlakuan adalah ibu
postpartum yang diberi pelatihan senam nifas dua kali setiap minggu selama 6
(enam) minggu. Sedangkan pada kelompok kontrol adalah ibu postpartum yang
tidak diberikan pelatihan senam nifas. Pengukuran kadar hemoglobin darah,
saturasi oksigen darah perifer dan denyut nadi istirahat dilakukan sebelum dan
sesudah intervensi.
Pola jenis penelitian adalah:
P0
O1 O2
P S RA P1
O3 O4
Keterangan:
P = Populasi
S = Sampel
RA= Random alokasi
P0 = Perlakuan kelompok yang tidak diberikan pelatihan senam nifas
P1 = Kelompok kontrol yang diberikan pelatihan senam nifas
O1 = Pretes kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan senam nifas
O2 = Postes kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan senam nifas
O3 = Pretes kelompok perlakuan senam nifas
O4 = Postes kelompok perlakuan senam nifas
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
P S RA
18
4.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Poskesdes Kekalik Jaya Puskesmas
Tanjung Karang Kota Mataram – Nusa Tenggara Barat. Alasan penelitian
dilakukan di lokasi ini adalah :
1. Pada survei pendahuluan, diperkirakan berdasarkan tabulasi persalinan bahwa
pada bulan Maret s.d April terdapat ibu hamil yang akan melahirkan.
2. Puskesmas di Kota Mataram memberikan izin penelitian dan sebelumnya
belum pernah dilakukan penelitian yang sama.
3. Terjangkau oleh peneliti
4.2.2 Waktu penelitian
Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan dari bulan Maret 2012 sampai
dengan Mei 2012.
4.3 Penentuan sumber data
4.3.1 Variabilitas Populasi
4.3.1.1 Populasi target: semua ibu postpartum yang melahirkan di Puskesmas
Kota Mataram.
4.3.1.2 Populasi terjangkau adalah ibu postpartum dalam waktu selama periode
nifas di Poskesdes Kekalik Jaya Puskesmas Tanjung karang Kota Mataram dalam
bulan Maret s.d April 2012
4.3.2 Sampling Frame adalah jumlah sampel yang diambil dari populasi
terjangkau, disesuaikan dengan kriteria inklusi dalam kriteria eligibilitas.
19
4.3.3 Kriteria Eligibilitas
Kriteria eligibilitas adalah kriteria pemilihan yang membatasi karakteristik
populasi terjangkau, yaitu:
4.3.3.1 Kriteria Inklusi
- Ibu nifas dalam waktu periode nifas.
- Ibu nifas yang berusia 20 – 35 tahun (Saifuddin, 2006)
- Subjek bersedia menjadi responden
- Ibu nifas normal
4.3.3.2 Kriteria Ekslusi
Adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi namun karena sesuatu hal
dikeluarkan dari sampel, seperti, ibu melahirkan bayi kembar, bayi prematur dan
pada saat melahirkan melahirkan dengan perdarahan post partum serta ibu
terinfeksi penyakit paru (TBC).
4.3.3.3 Kriteria Drop Out
Ibu nifas tidak patuh terhadap jadwal pelatihan
4.3.4 Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus Pocock (2008):
( )
( ) x f (α,β )
σ = standar deviasi
α = tingkat kesalahan I
20
β = tingkat kesalahan II
µ1= rerata skor pre test
µ2
= rerata skor post test
f(α,β)= nilai pada tabel (0,05,0,1)
N= ( )
( ) x 10,5
N= 14,3 dibulatkan menjadi 14 orang (1 lengan)
Jadi jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 28 orang. Hasil penelitian terdahulu
didapatkan nilai µ1= 5,3333, nilai µ2 = 7,8333 dan SD = 2,06559 (Wathaniah,
2008).
4.3.5 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu postpartum dari hari pertama
sampai dengan 6 minggu postpartum yang belum diberikan perlakuan senam nifas
dan memenuhi kriteria inklusi maka diambil secara acak sederhana untuk
mendapatkan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Pocock (2008). Sampel
diperoleh sebanyak 28 orang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan adalah kelompok ibu
postpartum yang diberikan perlakuan senam nifas (14 orang), sedangkan
kelompok kontrol adalah kelompok ibu postpartum yang tidak diberikan
perlakuan senam nifas (14 orang).
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Identifikasi Variabel
21
Variabel yang diukur adalah variabel kadar hemoglobin darah, saturasi
oksigen darah perifer, denyut nadi istirahat setelah intervensi/perlakuan.
4.4.2 Klasifikasi Variabel
4.4.2.1 Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel tergantung
(Notoatmodjo, 2008). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
pelatihan senam nifas berdasarkan pedoman Pusdiknakes 2009.
4.4.2.2 Variabel tergantung adalah variabel yang yang dipengaruhi oleh variabel
bebas (Notoatmodjo, 2008). Variabel tergantung penelitian ini adalah kadar
hemoglobin darah, saturasi oksigen darah perifer, frekuensi denyut nadi istirahat
setelah intervensi/perlakuan.
4.4.2.3 Variabel kontrol adalah variabel yang dapat berpengaruh terhadap variabel
tergantung dan variabel bebas (Notoatmodjo, 2008). Faktor fisik, psikis, tingkat
keasaman (pH darah), tekanan parsial karbondioksida (CO2) adalah variable
kontrol yang tidak diteliti.
Gambar 4.1. Skema Hubungan Variabel
4.4.3 Definisi Operasional Variabel
Ibu
Postpartum
Variabel Bebas
Pelatihan senam
nifas
Variabel tergantung
Kadar hemoglobin, saturasi
oksigen darah perifer, frekuensi
denyut nadi istirahat
Variabel Kontrol:
fisik, psikis, tingkat keasaman
(PH darah), tekanan parsial
karbondioksida (CO2).
22
4.4.3.1 Pelatihan senam nifas adalah paket pelatihan olahraga berdasarkan
pedoman pusdiknakes 2009 yang dilakukan oleh ibu postpartum selama masa
nifas yang dibimbing oleh instruktur senam. Senam nifas dilakukan selama 6
minggu dilakukan 2 kali seminggu dari hari pertama postpartum.
4.4.3.2 Kadar hemoglobin adalah Jumlah kadar hemoglobin ibu postpartum yang
diukur menggunakan metode cyanmethemoglobin dengan satuan gram % (gr%)
4.4.3.3 Saturasi oksigen adalah hasil pengukuran saturasi oksigen darah yang
berada di pembuluh darah perifer menggunakan alat oksimetri menggunakan
probe yang menjepit sekeliling jari dan ditampilkan pada layar dengan satuan
persen (%).
4.4.3.3 Denyut nadi istirahat adalah Jumlah denyut nadi per menit pada saat
istirahat dalam posisi duduk tenang selama 10 menit. Denyut nadi dihitung selama
1 menit penuh dengan satuan denyut per menit (dpm)
4.5 Bahan dan Alat Pengambilan Data
4.5.1 Bahan atau materi
a. Reagensia
1) larutan kalium ferrosianida (K3Fe(CN) 60,6 mmo 1/1
2) larutan kalium sianida (KCN) 1,0 mmo 1/1
b. Alat / Sarana
1) pipet darah
2) tabung cuvet
3) kalorimeter
23
c. Prosedur Pemeriksaan Hemoglobin menurut Gandasoebrata, (2008):
1) Dengan metode Cyanmethemoglobin dan menggunakan alat Spektofotometer.
2) Isaplah darah dari ujung jari yang sudah ditusuk lanset steril sebanyak 0,02 µl
dengan menggunakan pipet hemoglobin
3) Darah tersebut diteteskan ke kertas Whotman, lalu darah yang melekat pada
kertas whotman dibiarkan mongering kemudian dimasukkan kedalam plastik
putih.
4) Darah yang menempel pada kertas digunting sampai sekecil mungkin,
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah berisi 5 ml larutan drabkins
(NaHCO3, KCN, K
3Fe(CN)
6, Aquades) campur sampai homogen, biarkan
selama 24 jam lalu disaring.
5) Dituangkan ke dalam kuvet, dibaca dengan alat spektofotometer pada panjang
gelombang 540 nm kadar hemoglobin terlihat pada monitor spektofotometer.
6) Satuan Hemoglobin dinyatakan dalam gr % (Bakta, 2009). Pengambilan darah
dilakukan oleh peneliti dan untuk analisis dilakukan pada Laboratorium
Alumni Agung Mataram dan dilaksanakan oleh seorang analis.
4.6 Instrumen Penelitian
- Kuisioner Penelitian meliputi identitas responden
- Alat untuk mengukur kadar hemoglobin (Hb) yaitu spectrophotometry 4010
Mannheim Boehringer dengan ketelitian 0,01 mg/dl.
- Form untuk memantau kepatuhan latihan
- Form persetujuan kesediaan (informed consent)
24
- oksimeter
- Pencil / balpoint
- CD
- VCD
- TV
- Matras
- Bantal
- Stopwatch
4.7 Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini adalah ibu postpartum yang memenuhi
kriteria inklusi, dibagi dalam dua kelompok secara acak/random, yaitu kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan, ibu postpartum
diberikan perlakuan senam nifas mulai hari pertama postpartum sampai 6 minggu
postpartum.
4.7.1 Pre-Intervensi
a. Meminta kesediaan dan kerelaan seluruh populasi untuk dijadikan sampel
penelitian dimana terlebih dahulu diberitahu manfaat dan tujuan penelitian yang
akan dilaksanaakan.
b. Seluruh populasi disesuaikan dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan
c. Untuk memperoleh sampel sesuai kriteria inklusi maka dilakukan pemeriksaan
dan pengkajian riwayat kehamilan dan persalinan
25
d. Melakukan penghitungan kadar hemoglobin , saturasi oksigen dan denyut nadi
sesaat setelah persalinan pada hari pertama postpartum.
e. Data yang diukur adalah kadar hemoglobin, saturasi oksigen dan denyut nadi
istirahat meliputi ;
1) Kadar hemoglobin darah dengan metode Cyanmethemoglobin
2) Saturasi oksigen dalam darah menggunakan alat oksimetri
3) Penghitungan denyut nadi istirahat
c. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan bantuan tenaga bidan dan
kader yang ada di wilayah penelitian.
4.7.2 Intervensi
a. Ibu postpartum kelompok perlakuan yang diberikan senam nifas selama 6
minggu mulai hari pertama postpartum dengan frekuensi pelatihan 2 kali
seminggu.
b. Pelatihan senam nifas dilakukan oleh ibu postpartum dan peneliti sebagai
instruktur dengan bantuan tenaga bidan dan kader yang ada di wilayah penelitian.
4.7.3 Post-Intervensi
Setelah pelatihan senam nifas pada kelompok perlakuan selama 6 minggu
dilakukan tahap post-intervensi, Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan
bantuan tenaga bidan yang ada di wilayah penelitian.
Data yang diukur meliputi ;
1) Kadar hemoglobin darah dengan metode Cyanmethemoglobin
2) Saturasi oksigen dalam darah menggunakan alat oksimetri
26
3) Penghitungan denyut nadi istirahat
4.8 Alur penelitian
Skrining
Populasi : Ibu Post partum di Puskesmas
kota Mataram
Kriteria inklusi
Kriteria ekslusi
Sampel : Ibu Post partum
Random sampling
Kelompok kontrol tidak diberikan
pelatihan senam nifas.
Kelompok perlakuan diberikan
pelatihan senam nifas
- Kadar Hemoglobin
- Saturasi oksigen
- Denyut nadi istirahat
istirahat
- Kadar Hemoglobin
- Saturasi oksigen
- Denyut nadi istirahat
27
Data awal
Intervensi
Data akhir
Gambar 4.2 Alur penelitian
4.9 Pengolahan dan Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
(Pangkahila, 2005; Riwidikdo, 2008):
1. Uji Deskriptif untuk menganalisis varian umur dan paritas .
2. Uji Normalitas dengan tes Kolmogorof Smirnov. Variabel yang diuji
adalah kadar Hb, saturasi oksigen dan denyut nadi istirahat sebelum dan
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
3. Uji Komparabilitas menggunakan uji Uji Paired t-test dan Independent T-
Test. Uji Paired t-test untuk mengetahui perbedaan kedua kelompok yaitu
kelompok kontrol dan perlakuan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
senam nifas. Variabel yang diuji adalah kadar Hb, Saturasi O2 dan denyut
nadi istirahat. Uji Independent T-Test menggunakan uji Levene t untuk
- Kadar hemoglobin
- Saturasi oksigen
- Denyut nadi istirahat
- Kadar hemoglobin
- Saturasi oksigen
- Denyut nadi istirahat
Kelompok kontrol : Tidak
diberikan pelatihan senam
nifas
Kelompok perlakuan: Diberikan
Pelatihan senam nifas 2 kali
seminggu selama 6 minggu
Analisis Data
28
mengetahui perbedaan peningkatan kadar oksigen hemoglobin dan saturasi
oksigen dan untuk mengetahui perbedaan penurunan frekuensi denyut nadi
istirahat antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan
senam nifas.
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Subjek
Dari 28 orang sampel, dibagi menjadi dua kelompok yaitu 14 orang
kelompok perlakuan yang diberi perlakuan senam nifas dan 14 orang kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan senam nifas dengan karakteristik subjek
penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Karakteristik Subjek Penelitian Dari Kelompok Kontrol dan Kelompok
Perlakuan (Senam Nifas) pada Ibu Postpartum
29
Variabel
Kelompok
Kontrol Perlakuan
Umur (Tahun) 25,78 ±5,5 26,78 ±5,0
Paritas (Orang) 1,7±0,9 2,28±1,2
Pada Tabel 5.1 terlihat bahwa umur responden pada kelompok perlakuan
memiliki rerata umur 26,78 tahun sedangkan pada kelompok kontrol memiliki
rerata umur 25,78 tahun. Pada paritas dari kedua kelompok kontrol dan perlakuan
memiliki rerata paritas masing-masing paritas 2,28 orang dan 1,78 orang.
5.2 Uji Normalitas
Hasil penelitian mengenai pengaruh senam nifas terhadap peningkatan
kadar hemoglobin, saturasi oksigen darah perifer dan penurunan denyut nadi
istirahat pada ibu postpartum selama masa nifas, diuji klinis terlebih dahulu
menggunakan uji normalitas dengan uji one sampel Kolmogorof Smirnov.
Data yang diuji yaitu data kadar hemoglobin darah, saturasi oksigen
darah perifer dan denyut nadi istirahat. Hasil uji Kolmogorof Smirnov
menunjukkan bahwa data kadar hemoglobin, saturasi oksigen dalam darah perifer
dan frekuensi denyut nadi istirahat baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan pada masing-masing kelompok kontrol dan perlakuan berdistribusi
30
normal (P > 0,05). Hasil uji normalitas tiap kelompok masing-masing kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas Data Tiap Kelompok Kontrol Pretest -Postest dan
Kelompok Perlakuan (Senam Nifas) Pretest-Postest
Variabel
Kontrol
(N=14)
Perlakuan
(N=14)
Pre Post
Pre Post
(p)
Hb (gram %) 0,38 0,57 0,14 0,92
Saturasi O2 (%) 0,369 0,87 0,09 0,59
Nadi (dpm) 0,964 0,95 0,31 0,83
5.3 Uji Komparabilitas
Uji komparabilitas menggunakan uji Paired t-test untuk mengetahui
perbedaan kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan senam nifas. Hasil analisis di sajikan pada Tabel 5.3
berikut:
Tabel 5.3
Rerata Kadar Hemoglobin, Saturasi Oksigen darah perifer dan Denut Nadi
Istirahat Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan pada Kelompok
Kontrol dan Perlakuan (Senam Nifas)
Variabel
Kontrol Perlakuan
t p (N=14) (N=14)
31
Rerata SB Rerata SB
Hemoglobin
(Gram %)
Pre test 10,87 1,14 10,88 1,57 -3,26 0,099
Post test 10,72 1,19 11,35 1,47 1,77 0,005*
Saturasi O2
(%)
Pre test 98,14 0,94 97,35 1,44 -5,50 0,50
Post test 97,85 1,16 98,35 1,15 0,69 0,00*
Denyut nadi
(dpm)
Pre test 87,4286 10,005 96,857 19,330 -1,779 0,099
Post test 86,287 6,603 81,500 9,120 3,125 0,008*
Berdasarkan Tabel 5.3 hasil uji dengan paired t-test menunjukkan rerata
kadar hemoglobin untuk kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna
antara hasil pretest dan posttest dengan nilai p=0,099 (p>0,05). Sedang pada
kelompok perlakuan senam nifas menunjukkan ada perbedaan yang bermakna
antara kelompok pretest dan posttest dengan nilai p=0,005 (p<0,05) dan rerata
saturasi oksigen darah perifer menunjukkan untuk kelompok kontrol tidak ada
perbedaan yang bermakna antara hasil pretest dan posttest dengan nilai p=0,50
(p>0,05). Sedang pada kelompok perlakuan senam nifas menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna antara kelompok pretest dan posttest dengan nilai
p=0,00 (p<0,05). Sedangkan untuk rerata denyut nadi istirahat pada kelompok
kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara hasil pretest dan
posttest dengan nilai p=0,099 (p>0,05). Sedang pada kelompok perlakuan senam
32
nifas menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok pretest dan
posttest dengan nilai p=0,008 (p<0,05).
5.4 Uji Independent T-Test
Uji independent t-test bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan
kadar hemoglobin dan saturasi oksigen darah perifer dan untuk mengetahui
perbedaan penurunan frekuensi nadi istirahat antara kelompok kontrol yang tidak
diberikan perlakuan senam nifas dengan kelompok perlakuan yang diberikan
perlakuan senam nifas dengan menggunakan Uji Levene t masing-masing
disajikan pada Tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4
Perbedaan Peningkatan kadar hemoglobin, Saturasi Oksigen dan Penurunan
Denyut Nadi Istirahat Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
(Senam Nifas)
Variabel
Kontrol (N=14) Perlakuan (N=14) Uji Levene t
Rerata Rerata
Seli-
sih SB
Rerata Rerata Seli-
sih Pretest Posttest Pre test Post test SB F t p
Hb
(gr%) 10,87 10,72 0,21 0,57 10,88 11,35 0,71 0,82 1,71 -3,44 0,002*
Saturasi
O2 (%) 98,14 97,85 -0,28 1,54 97,35 98,35 1,00 0,67 4,33 -2,85 0,008*
Nadi
(dpm) 87,42 86,28 -5,92 2,22 96,85 81,50 -10,57 7,09 14,40 -0,74 0,001*
33
Dari hasil uji independent t test pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa ada
perbedaan peningkatan masing-masing kelompok yaitu kadar hemoglobin darah
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dimana nilai p=0,002 (p<0,05)
dan untuk saturasi oksigen nilai p=0,008(p<0,05), begitu juga dengan frekuensi
denyut nadi istirahat meunjukkan perbedaan penurunan denyut nadi istirahat pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan nilai p=0,001(p<0,05).
PEMBAHASAN
Senam nifas pada penelitian ini dilaksanakan pada ibu postpartum dari hari
pertama hingga enam minggu postpartum. Senam nifas ini dilaksanakan dua kali
seminggu dan dilakukan pengukuran kadar hemoglobin darah dan saturasi oksigen
darah perifer serta denyut nadi istirahat pre dan post pelatihan pada kelompok
perlakuan, serta kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan namun diukur
kadar hemoglobin darah dan saturasi oksigen darah perifer serta denyut nadi
34
istirahat pada pengukuran pertama dan kedua. Selanjutnya pada penelitian ini
terbukti ada peningkatan kadar hemoglobin darah , terdapat peningkatan saturasi
oksigen dalam darah perifer serta terjadi penurunan denyut nadi istirahat dapat
dijelaskan sebagai berikut:
6.1 Pengaruh Senam Nifas Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Darah
Berdasarkan Tabel 5.3 hasil uji dengan Paired t-test menunjukkan untuk
kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna antara hasil pretest dan
posttest dengan nilai p=0,099 (p>0,05). Sedang pada kelompok perlakuan senam
nifas menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok pretest dan
posttest dengan nilai p=0,005 (p<0,05)
Sedangkan dari hasil uji Independent t –test pada Tabel 5.4 menunjukkan
bahwa ada perbedaan selisih kandungan oksigen dalam hemoglobin darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dimana nilai p=0,002 (p<0,05).
Dengan demikian pelatihan senam nifas menunjukkan terjadi peningkatan kadar
hemoglobin darah pada ibu postpartum.
Pasca partum adalah masa kira-kira 6 (enam) minggu setelah kelahiran
bayi, Selama tubuh beradaptasi keadaan sebelum hamil, disebut dengan
puerperium. Setelah kelahiran bayi terjadi pengeluaran lochia, mula-mula
berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua dan coklat. Lochia ini
mengandung bekuan-bekuan darah yang mengandung eritrosit dan leukosit.
Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke-10 pascapartum menandakan adanya
35
perdarahan. Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam post partum
adalah lochia. Sumber umum lain ialah laserasi vagina atau serviks yang tidak
diperbaiki dan perdarahan bukan lochia (Bobak, 2004).
Dengan melakukan senam nifas maka dapat mencegah perdarahan
berlanjut melalui proses homeostasis yakni ; fase pertama yang menyebabkan
konstriksi pembuluh darah yang rusak untuk mengurangi aliran darah distal
terhadap luka sehingga tubuh ibu tidak banyak kehilangan eritrosit. Fase kedua
terdiri dari pembentukan sumbat trombosit yang longgar, atau trombus putih pada
tempat luka. Fase ketiga adalah pembentukan trombus merah (bekuan darah) dan
fase keempat adalah disolusi (pelarutan) sebagian atau seluruh bekuan (Mayes,
dkk 2009). Pelatihan senam nifas membantu sirkulasi darah yang menuju jalan
lahir yang mengalami perlukaan. Tubuh ibu tidak banyak kehilangan darah
mempercepat peningkatan hemoglobin darah. Dengan meningkatnya hemoglobin
maka secara otomatis oksigen pun didalam darah juga meningkat.
Hal tersebut di atas senada dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Latifah (2008), dengan pelatihan senam nifas dapat mempercepat penurunan
jumlah eritrosit yang terkandung dalam cairan lochia ibu postpartum, terlihat
bahwa rata-rata jumlah eritrosit pada kelompok perlakuan setelah diberikan
perlakuan senam nifas adalah 6,872 dan pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan senam nifas adalah 29,960. Ada perbedaan kelompok kontrol 23.09
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan.
36
Selain mempercepat penurunan jumlah eritrosit dalam cairan lochia,
senam nifas merupakan aktivitas fisik bentuk olahraga yang bertujuan untuk
mempersiapkan sistema organ tubuh supaya dapat bekerja dalam tingkat efisiensi
yang tinggi sewaktu berlatih. Menurut Nala (2001), dengan aktivitas fisik ini,
suhu tubuh terutama suhu otot skeletal akan meningkat dengan cepat, jumlah
darah dan oksigen yang mengalir menuju otot juga akan meningkat. Kondisi ini
akan mengaktifkan sumber energi di otot dan merangsang keluarnya hormon serta
meningkatkan pula kerja enzim otot. Lebih lanjut Nala (2001) mengemukakan
bahwa semua usaha tubuh ini amat bermanfaat bagi penunjang kinerja sel otot,
jantung, paru dan pembuluh darah. Selain itu akan merangsang aktivitas sistem
saraf yang akan mengkoordinasikan kerja sistem organ tubuh lainnya sehingga
menjadi lebih baik.
Pelatihan senam nifas mempercepat pemulihan otot polos pada dinding
vena, mempercepat pengurangan volume darah, viskositas darah kembali normal
dan curah jantung serta tekanan darah menurun sampai ke kadar sebelum hamil,
dengan demikian senam nifas dapat meningkatkan jumlah hemoglobin darah
(Brayshaw, 2007).
6.2 Pengaruh Pelatihan Senam Nifas Terhadap Peningkatan Saturasi
Oksigen Darah Perifer
37
Berdasarkan Tabel 5.3 hasil uji dengan paired t-test menunjukkan untuk
kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna antara hasil pretest dan
posttest dengan nilai p=0,50 (p > 0,05). Sedangkan pada kelompok perlakuan
senam nifas menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok pretest
dan posttest dengan nilai signifikansi p=0,00 (p < 0,05). Sedangkan dari hasil uji
independent t test pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa ada perbedaan selisih
saturasi oksigen dalam darah perifer pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dimana nilai p=0,008 (p<0,05). Dengan demikian pelatihan senam nifas
dapat meningkatkan oksigen darah perifer pada ibu postpartum.
Pelatihan senam nifas berpengaruh terhadap peningkatan saturasi oksigen
darah di perifer pada ibu nifas terjadi karena pada saat latihan nafas dalam terjadi
inspirasi yang lebih dalam (lebih banyak udara yang masuk) sebagai akibat
adanya kontraksi difragma dan otot antar iga eksternal secara lebih kuat. Otot-otot
inspirasi tambahan juga menjadi lebih aktif sehingga semakin memperbesar
rongga toraks. Pada saat rongga toraks semakin membesar volumenya
dibandingkan dengan keadaan istirahat paru juga semakin membesar sehingga
tekanan intra alveolus semakin turun. Akibatnya terjadi peningkatan aliran udara
masuk paru sebelum terjadi keseimbangan dengan tekanan atmosfer.
Menurut Sherwood (2002), bahwa saat dilakukan latihan napas dalam
akan menyebabkan terjadinya peregangan alveolus. Peregangan ini akan
meransang pengeluaran surfaktan yang disekresikan oleh sel-sel alveolus tipe II
sehingga tegangan permukaan alveolus dapat diturunkan. Dengan menurunkan
38
tegangan permukaan alveolus, memberikan keuntungan untuk meningkatkan
compliance paru.
Menurut Giriwijoyo (2006), respons respirasi terhadap olahraga adalah
meningkatnya ventilasi paru untuk menjamin oksigenasi darah arteri dan eliminasi
karbondioksida dengan meningkatnya udara nafas (tidal volume) dan frekuensi
pernapasan.
Olahraga memicu keberhasilan sistema respirasi, meminimalkan
perubahan komposisi darah, terlihat dari adanya stabilitas yang mantap dari harga
PO2, PCO
2, dan pH selama olahraga dengan intensitas rendah dan sedang. Respon
pernapasan terhadap olahraga meliputi timbal balik antara masukan-masukan
neural dan hormonal ke pusat pernapasan, meliputi kecepatan pembuangan CO2
dari darah oleh paru. Chemoreseptor akan merangsang pusat pernapasan secara
reflektoris bila terjadi kekurangan oksigen. Chemoreseptor berupa sel-sel syaraf
(seperti ganglion) yang penuh diliputi kapiler dan sangat sensitif terhadap
penurunan PO2 di dalam darah. Apabila PO
2 di dalam darah menurun maka
Chemoreseptor akan terangsang dan selanjutnya akan mengirimkan impuls ke
pusat pernapasan melalui syaraf glossopharyngeal dan syaraf vagus. Rangsangan
dari Chemoreseptor mengakibatkan menurunnya nilai ambang rangsang pusat
pernapasan terhadap CO2 dengan demikian pernapasan akan ditingkatkan
(Muchtamadji dan Cecep, 2000).
Dengan melakukan senam nifas pada masa postpartum, esensinya adalah
bagaimana cara mengatur pola napas, yaitu menghirup oksigen sebanyak-
39
banyaknya dan mengeluarkan CO2 secara perlahan-lahan. Dengan demikian
oksigen yang masuk akan berikatan dengan myoglobin pada sel-sel otot,
menyimpan oksigen yang terikat tersebut, membawanya ke mitokondria yang
mempergunakan oksigen tersebut selama oksidasi. Gugus heme yang sama
dengan hemoglobin, protein pengikat oksigen pada sel darah merah (eritrosit).
Kadar hemoglobin merupakan faktor penting dalam menentukan kuantitas
oksigen yang berikatan dengan hemoglobin. Semakin tinggi kadar hemoglobin
maka semakin banyak oksigen yang berikatan dengan hemoglobin. Apabila
hemoglobin yang tereduksi (reduced hemoglobin) ditukar sepenuhnya kepada
oxyhemoglobin, maka hemoglobin dikatakan sebagai tersaturasi penuh
(Djojodibroto, 2009).
Senam nifas selain memperbaiki system respirasi (paru) pada ibu nifas
juga sangat berpengaruh terhadap system kardiovaskuler yaitu jantung, pembuluh
darah perifer dan system endokrin serta otot yang aktif. Tujuan utama adaptasi
kardiovaskuler olahraga adalah pengangkutan oksigen adekuat dan zat
metabolisme pada otot yang bekerja, yaitu pembuangan karbondioksida dan
produk lain yang tidak berguna. Keberhasilan system kardiovaskuler dalam
mencapai adaptasinya dinilai dengan keseimbangan antara oksigenasi jaringan
dan konsumsi oksigen. Jadi pada saat olahraga konsumsi oksigen otot meningkat.
Peningkatan kebutuhan ini dipenuhi oleh meningkatnya saturasi oksigen dalam
darah perifer (Bemstein, 2003)
40
6.3 Pengaruh Pelatihan senam Nifas Terhadap Penurunan Nadi Istirahat
Berdasarkan Tabel 5.3 hasil uji dengan Paired t-test menunjukkan untuk
kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna antara hasil pretest dan
posttest dengan nilai p=0,099 (p>0,05). Sedang pada kelompok perlakuan senam
nifas menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok pretest dan
posttest dengan nilai signifikansi p=0,008 (p<0,05). Sedangkan dari hasil uji
Independent t test pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah
nadi istirahat pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dimana nilai
p=0,001 (p<0,05). Dengan demikian terbukti bahwa pelatihan senam nifas
menurunkan denyut nadi istirahat pada ibu postpartum.
Mengukur frekuensi denyut nadi merupakan salah satu tindakan yang
paling tidak invasive yang dapat dilakukan oleh bidan. Frekuensi denyut nadi ini
dapat digunakan sebagai indikasi kemampuan jantung dalam memompa darah ke
seluruh jaringan tubuh, sehingga dapat dikatakan pula bahwa dengan melihat
frekuensi denyut jantung dapat digunakan untuk mengetahui kebugaran jantung.
Semakin bugar jantung maka frekuensi denyut nadi istirahat permenit semakin
menurun dan sebaliknya kebugaran jantung menurun maka frekuensi denyut nadi
istirahat permenit mengalami peningkatan. Hal ini dapat disimpulkan pada ibu
postpartum yang melakukan senam nifas lebih bugar jantungnya dibandingkan
dengan ibu postpartum yang tidak melakukan senam nifas,
Menurut Waston (2002) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
frekuensi denyut jantung yaitu : (1) istirahat dapat menurunkan frekuensi denyut
41
jantung, sedangkan latihan fisik dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung; (2)
Peningkatan usia dapat menurunkan frekuensi denyut jantung, seperti pada bayi
frekuensi denyut jantung antara 120-140 per menit saat lahir dan frekuensi ini
akan menurun seiring peningkatan usia; (3) Seorang wanita memiliki frekuensi
denyut jantung sedikit lebih cepat dibanding pria, dan (4) Emosi dan eksitasi akan
mempercepat frekuensi denyut jantung. Jadi pada saat istirahat denyut jantung
akan mengalami penurunan, sedangkan pada saat latihan akan mengalami
peningkatan yang dapat melatih daya tahan jantung dalam berdenyut. Apabila
seseorang sering melakukan latihan fisik denyut jantung istirahat juga mengalami
penurunan.
Pelatihan senam nifas merupakan bentuk olahraga yang memberikan
respon terhadap respirasi yaitu meningkatnya ventilasi paru untuk menjamin
oksigenasi darah arteri dan eliminasi karbondioksida untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan sel-sel terhadap oksigen (Sherwood, 2008).
Pada saat melakukan senam nifas diperlukan tambahan oksigen dan
nutrisi yang ade kuat. Agar tambahan oksigen dan nutrisi dapat terpenuhi
diperlukan aliran darah yang cukup sebagai reaksi terhadap gerakan dan kerja
sehingga terjadi perubahan pengambilan oksigen oleh tubuh yang melibatkan
fungsi paru dan curah jantung serta peningkatan jumlah oksigen yang diambil oleh
jaringan (Guyton, 2007).
Otot jantung pada orang yang rutin berolahraga sangat kuat, maka otot
jantung pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung
42
individu yang jarang berolahraga, untuk memompakan volume darah yang sama
karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung istirahat (Mirkin,
2008).
Pada saat orang berolahraga jantung dan system peredaran darah harus
bekerja lebih banyak dengan detak nadi yang semakin cepat dan tekanan darah
akan meningkat, untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien yang semakin
meningkat di jaringan dengan sisa hasil metabolitan yang banyak seperti asam
laktat dan benda-benda keton. Perubahan ini terjadi ada yang bersifat sementara
dan ada yang bersifat tetap, dimulai dengan perubahan fisiologis dan dalam waktu
yang relative lama akan terjadi perubahan morfologis yang lebih konsisten.
Aktivitas senam nifas yang telah dilakukan selama masa nifas akan
meningkatkan efisiensi kerja dan perbaikan fungsi otot dari system kardiovaskuler
yang menyebabkan kerja jantung lebih efisien pada saat istirahat yang dapat
diukur dari penurunan frekuensi denyut jantung istirahat (Yunus, 2007).
U.S. Department of Health and Human Services (2008), menganjurkan
kepada wanita hamil melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang
(moderate-intensity physical activity) sangat bermanfaat karena melakukan
aktivitas fisik ini akan meningkatkan kesehatan kardiorespiratori dan
meningkatkan kebugaran fisik/jasmani. Dengan meningkatnya kebugaran fisik
maka proses pemulihan pada masa nifas lebih cepat sehingga ibu postpartum
dapat merawat diri dan bayinya.
43
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada ibu postpartum yang melakukan
pelatihan senam nifas didapatkan simpulan sebagai berikut:
44
1. Pelatihan senam nifas dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah ibu
post partum dari rerata 10,88 gram% menjadi rerata 11,35 gram% dengan
rerata peningkatan 0,71 gram% atau meningkat sebesar 6,35%.
2. Pelatihan senam nifas dapat meningkatkan saturasi oksigen di dalam darah
perifer ibu post partum dari rerata 97,35% menjadi rerata 98,35% dengan
peningkatan rerata 1,00% atau meningkat sebesar 1,03%.
3. Pelatihan senam nifas dapat menurunkan frekuensi denyut nadi istirahat pada
ibu post partum dari rerata 96,857 dpm setelah perlakuan menjadi 81,50 dpm
dengan penurunan rerata 10,57 dpm atau menurun sebesar 10,9%.
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
1. Perlu adanya sosialisasi mengenai manfaat senam nifas terhadap peningkatan
kadar hemoglobin dan saturasi oksigen darah perifer serta penurunan denyut
nadi istirhat untuk meningkatkan kebugaran tubuhnya kepada ibu post
partum di rumah sakit, klinik bersalin maupun di klinik bidan praktek swasta.
2. Senam nifas perlu dilakukan mulai hari pertama sampai dengan 6 minggu
post partum.
3. Perlu penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam untuk mengetahui
mekanisme kerja pelatihan senam nifas.
45
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. hlm: 86.
Ambarwati, E.R., Wulandari, D. 2009. Asuhan kebidanan Nifas. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku kesehatan EGC. Hal 1-108
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Edisi I.: Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 91-105
46
Bakta, I. M. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Edisi I. Jakarta: EGC. Hal 40-48
Bass, G., Pearce,G., Bradney, M. 2008. Exercise before puberty may confer
residual benefits in bone density in adulthood: studies in active
prepubertal and retired female gymnast. J Bone Miner Res; 13 (3): 500-7
Bemstein, D. 2003. Exercise assessment of transgenic models of human
cardiovascular disease. Physiol Genomics; 13: 217-26
Bhushan, S., Lefebvre, B., Ståhl, A., Wright, S. J., Bruce, B.D., Boutry, M and
Glaser, E. 2003. Dual targeting and function of a protease in mitochondria
and chloroplasts. Embo Rep 4, 11: p. 1073–1078.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D., Perry, S.E., 2002. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Edisi keempat. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC. Hal 491-503
Boscaglla, N., Skouterls, H and Wertheim, E.H. 2003. Changes in body image
satisfaction during pregnancy: A comparison of high exercising and low
exercising women. Aust NZ J Obstet Gynaecol. ; 43: p. 41–45
Brayshaw, E. 2008. Senam Hamil dan Nifas Pedoman Praktis Bidan. Edisi I:
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 105-121
Breunwald, E. 2005. Disorder of The Respiratory System. Dalam Harrison.
Brunner ., Suddarth. 2001. KeperawatanMedikal Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta:
EGC. Hal 491-503
Cooper, G. M. 2000. Mitochondria. .(cited 2012, February.12). Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ NBK9896/#A1629
Cunningham, 2006, Obstetri Williams, Edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.Hal : 196-201
Cunningham, F. Gary . 2001. Williams Obstetrics, 21 Ed, Andry Hartono, dr, dkk.
(Alih Bahasa), Jakarta: EGC.
Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom. 2005. Williams Obstetrics. 22nd
Edition. McGraw-Hill Comp, USA.
deBarros, M. C., Lopes, M.A.B., Francisco, R.P.V. Sapienza, A.D and Zugaib, M.
2010. Resistance exercise and glycemic control in women with gestational
diabetes mellitus. Am J Obstet Gynecol 203:556.p.e1-6.
47
Djojodibroto, R.D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Edisi I. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 5-51
Edwards N, Middleton PG, Blyton DM, Sullivan CE. 2002. Sleep disorder
breathing and pregnancy. Thorax 57:555-558.
Fraser, D.M., Cooper, M.A., Fletcher, G,.2009. Myles Buku Ajar Bidan. Edisi I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 240-243
Gandasoebrata, R. 2008. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi XIV. Jakarta: Dian
Rakyat 11-15
Ganong, W.F. 2003. Respiratory adjustments in health and disease. In : Ganong
WF., editor. Review of medical physiology. Edisi ke-21. New York: lange
Medical book. Hal 685-8
Grant, Donovan., Jane, Mc. N., Peter, G. 2001. Koreksi Gerakan Senam Yang
Membahayakan. Cet 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 7-11
Guyton & Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th
edition. Elsevier
Saunders, Philadelphia, Pensylvania.;79-82;530;1056-60
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo. Hal 203-216
Hariningsih. 2004. Pengaruh Senam Nifas. (cited 2012, February.10). Available
from. http://lppm-poltekkes-bdg.blogspot.com/2012/01/pengaruh-senam-
nifas-terhadap-pemulihan.html
Hillman., Ault., Rinder. 2005. Respirasi. (cited 2012, February. 10). Available
from . http://catatanbiomedis.blogspot.com/ / (Respiration Part 7)
GANGGUAN HEMOSTASIS
JHPIEGO, 2005. Postpartum Care reference Manual. Baltimore ; MD. Hal 6
Kelsen SG. 2003. Asthma and Pregnancy. J Allergy Clin Immunology 112:268-
270.
Kramer MS. 2001. Pregnancy and Pulmonary Disease. Available at
:http://www.pregnancypulmonary.com/ pulm_chap35.html.
Latifah, S. 2006. “ Pelatihan Senam Nifas dapat Mempercepat Proses Involusio
Uteri” (tesis). Denpasar: Universitas udayana.
Marzuki, M.S. 2002. Strategi dan Model Pelatihan, Malang: IKIP Malang.
48
Hal 5.
McArdle, W.D., Katch, F.L. V.L. 2009. Exercise Phisiology Energy, Nutrition,
and Human Performance. Fourth Edition. Williams & Wilkins Awaverly
Company. Bartimore. 217-3265
Mochtar, R. 2008. Sinopsis Obstetri . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC:
116-117 dan 250-254
Muchtamadji M, Ali ., Cecep H. 2000. Ilmu Faal Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Notoatmodjo, S. 2008. Buku pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan I. Jakarta:
Rineka Cipta. Hal: 16.
Pangkahila, 2005. Buku Ajar Pedoman Peraktis Analisis Statistik Dengan SPSS. Program
Pasca Sarjana Kedokteran: Pusat Andrologi dan Seksologi FK UNUD. Hal 3-16
Plowman, S. A., Smith, D. L. 2003. Exercise Physiology : for Health, Fitness, and
Performance. Second Edition. Pearson Education, Inc.
Pocock,S. J. 2008. The Size of Clinical Trial, Clinical Trials-Practical Approach.
Chicester: Jhon Wiley & Sons – A Wiley Medical Publication, p123-141
Potter, P. A., Perry, A. G. 2005. Fundamental Keperawatan. Ed 4. Vol 1. Jakarta:
EGC. Hal 475-493
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal
105-120
Prawiroharjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. Jakarta: Hal. 88
Proverawati, A. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha
Medika. Hal 36-52
Purba, A. 2006. Kardiovaskuler dan Faal Olahraga. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran. Hal 8-13
Pusdiknakes, 2009. Asuhan Kebidanan Postpartum. Jakarta: Hal 62-65
Riwidikdo, H. 2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Edisi II.Yogyakarta:
Pustaka Rihama
Roesli, U. 2007. Mengenal ASI ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya. Hal. 6-8
49
Saifuddin, A.B. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: JNPKR. Hlm. 127-128
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
hlm: 61-62.
Santosa, G., Muchtamadji, M. A. 2006. Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada
Olahraga. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI.
Sastroasmoro.S., Ismael.S. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : C.V Sagung Seto. Hal 98-103
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. (Beatricia. I Santoso, pentj),
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Siswosuhardjo, S., Chakrawati, F. 2011. Panduan Super Lengkap hamil Sehat. Edisi II.
Jakarta: Penebar Plus+. Hal 226
Sodrè, P.M. 2000. Maternal Physiology Changes During Pregnancy in : Med
Students Obstetrics & Gynecology. Obstetrics & Gynecology Diagnosis
and Treatment. London: Mosby.
Sumantri, S. 2000, Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Bandung: Fakultas Psikologi Unpad. Hal 2
Tangking, W. 2004. Buku Ajar SPSS Sebagai Dasar Analisis Data Bidang Kesehatan:
Program Studi IKM UNUD. Hal: 52
Tortora., Derickson. 2006. Sistem Sirkulasi darah. (cited 2012, February. 10).
Available from: http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/anatomi
manusia/ bab 4
Varney, 2008. Varney’s Midwifery. Seven Edition. New York. Hal: 3-11
Verralls, S. 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan Dalam kebidanan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.8
Waston, R. 2002. Anatomy and physiology for nurses. (Sitti Syabariah. Terjemahan), Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.31-37
Wathaniah, S. 2008. Pelatihan Kebugaran Seksual Dapat Meningkatkan Kontraksi Otot
Dasar Panggul Pada Wanita Menopouse” (tesis). Denpasar. Universitas Udayana.
Widianti, A.T. 2010. Senam Kesehatan Aplikasi Senam Untuk Kesehatan. Edisi I.
Yogyakarta: Nuha Medika. Hal 1-21
50
Wiknjosastro, G., Adriaansz,G,. Abdul M,O,. Santoso, B.I. 2008. Paket Pelatihan
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komperehensif (PONEK).
USAID: Indonesia-Health Service Program
Yunus, F. 2007. Faal Paru dan olahraga. Jurnal Respirologi Indonesia, 17, 100 –
105.