optimization of oil extraction and...
TRANSCRIPT
OPTIMASI EKSTRAKSI MINYAK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI
EKSTRAK KLOROFORM BIJI MANGGA (Mangifera indica L. Var Arumanis)
OPTIMIZATION OF OIL EXTRACTION AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY
OF CHLOROPHORM EXTRACT OF MANGO (Mangifera indica L. Var
Arumanis) SEED
Oleh,
Happy Albertina
NIM: 652011002
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi
sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains (Kimia)
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2015
ii
iii
1
OPTIMASI EKSTRAKSI MINYAK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI
EKSTRAK KLOROFORM BIJI MANGGA (Mangifera indica L. Var Arumanis)
OPTIMIZATION OF OIL EXTRACTION AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY
OF CHLOROPHORM EXTRACT OF MANGO (Mangifera indica L. Var
Arumanis) SEED
Happy Albertina*, Hartati Soetjipto**, Silvia Andini**
*Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
**Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah – Indonesia
ABSTRACT
This research has determining the optimal time of oil extract of mango seed
(Mangifera indica L. var Arumanis) as a purpose by soxhlet method with n-hexane as
the solvent and its effect to the result of the mango seed oil physico-chemical
characteristic. Physico-chemical determination of mango seed oil is determined based
on SNI 01-3555-1998. The yield data and physico-chemical characteristic of mango
seed oil is analyzed by Randomized Block Design (RBD), through 6 treatments: 3; 6; 9;
12; 15; and 18 hours, and 4 repetitions, while as a group is analysis time. The research
result show that the highest oil yield is produced in the 15 hours extraction: 19,31 ±
0,76%. The extraction duration gives effect on the yield, oil water amount, sour
nominal, lathering nominal, peroxide nominal, hence it doesn’t influence the mango
seed oil density. GCMS analysis result, the mango seed oil ingredients content of 3
chemical components, they are heksadekanoat sour 12,16%, 9-octadecanoic 59,42%,
and octadecanoic sour 28,42%. The act of determining antibacterial activity toward
Salmonella sp. and Bacillus subtilis mango seed chlorophorm extract using Harborne
method. Antibacterial activity is analyzed by Randomized Block Design (RBD) sub
sampling in 8 ways, 3 replications, and 4 sub samples. As the treatments of
chlorophorm extract dosage are 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 3; 6 mg and positive control using
tetracycline. Antibacterial power in 0,5 – 1 mg dosage included in low category, 1,5 – 3
mg included in medium category, and for 6 mg dosage include in the strong category
toward bacteria Bacillus subtilis. For Salmonella sp bacteria in 0,5 – 1,5 mg dosage
included in the low category and in 2 – 6 mg dosage included in medium category.
Keywords: antibacterial, chemical-physic characteristic, inhibition, mango seed,
vegetable oil.
2
PENDAHULUAN
Indonesia memberikan kontribusi produksi mangga sekitar 5% dari produksi
mangga dunia. Negara produsen mangga terbesar adalah India (51%). Di Asia, negara
penghasil mangga yang cukup berarti selain Indonesia ialah Cina (9%), Thailand (6%),
Pakistan (4%), dan Filipina (2%). Ekspor mangga Indonesia menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun, tetapi dibanding dengan produksinya sendiri maka ekspor tersebut
relatif masih sangat rendah, yaitu 0,07% (BPS, 2007 dalam Utama dkk., 2011).
Setidaknya Indonesia menghasilkan limbah biji mangga sekitar 1 juta ton setiap
tahunnya dan yang bisa dimanfaatkan sekitar 200 ribu ton per tahun (Sajarwo, 2012).
Biji buah mangga memberikan kontribusi sekitar 20% sampai 60% dari berat buah,
tergantung pada varietasnya (Sahu et al, 2013). Daging biji mangga bambangan
(Mangifera indica) mengandung: air (41,38%), karbohidrat total (38,68%), lemak
(9,85%), serat kasar (4,79%), protein (3,08%), dan abu total (2,23%) (Ali, 2010). Selain
itu, biji buah mangga juga memiliki kandungan flavonoid, tanin, steroid, dan saponin
yang mampu berperan sebagai antibakteri (Sahu et al., 2013).
Minyak nabati merupakan minyak yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan
ataupun tanaman yang diperoleh dari pengolahan bagian batang, daun, biji, kulit buah,
maupun bunga melalui proses ekstraksi (Prapti dkk., 2011). Untuk keperluan industri,
minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan sabun dan lotion
(produk kesehatan kulit dan kosmetik), agen pengering dalam pembuatan cat, maupun
bahan bakar biodiesel (Tambun, 2006 dalam Wibowo, 2013).
Akhir-akhir ini, pemanfaatan herbal mulai dikembangkan kembali sebagai upaya
back to nature. Sehingga diperlukan eksplorasi tanaman Indonesia untuk memperoleh
manfaat lebih. Salah satu permasalahan yang terjadi di negara tropis yang beriklim
hangat adalah bakteri yang bersifat patogen. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini
cukup serius karena menimbulkan berbagai gangguan, seperti infeksi kulit, infeksi usus,
infeksi saluran pencernaan, dan infeksi saluran pernafasan. Sedangkan dapat kita
ketahui untuk upaya penanggulangan dibutuhkan obat-obatan antibakteri yang harganya
cukup tinggi (Nasiyah, 2009).
3
Berbagai macam cara atau metode dapat digunakan untuk memperoleh minyak
nabati dari berbagai sumber. Salah satu cara dengan hasil terbaik adalah dengan
menggunakan metode ekstraksi soxhlet dengan pelarut organik. Pada penelitian ini
akan dilakukan optimasi ekstraksi minyak biji mangga dengan pelarut n-heksana dan
diamati aktivitas antibakterinya ekstrak kloroform dari biji buah mangga jenis
arumanis.
Tujuan
Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah:
1. Menentukan optimasi ekstraksi minyak biji mangga menggunakan pelarut n-
heksana ditinjau dari lama ekstraksi.
2. Menentukan sifat fisiko-kimia minyak biji mangga yang meliputi: kadar air,
rendemen, viskositas, massa jenis, bilangan asam, bilangan peroksida, dan bilangan
penyabunan.
3. Mengidentifikasi komponen penyusun minyak biji mangga (Mangifera indica L.)
menggunakan Kromatografi Gas yang terhubung dengan Spektrofotometer Massa.
4. Menentukan efek antibakteri ekstrak kloroform biji mangga dengan metode cakram
kertas.
METODOLOGI
Bahan dan sampel
Sampel yang digunakan berupa biji buah mangga Indonesia (Mangifera indica L.)
jenis arumanis yang diperoleh dari pedagang buah-buahan di wilayah Salatiga. Bahan
lain seperti n-heksana (teknis), etanol (pro analysis, Merck, Jerman), kloroform (pro
analysis, Merck, Jerman), asam asetat glasial (Merck, Jerman), asam klorida (Merck,
Jerman), akuades, kanji, natrium hidroksida (Merck, Jerman), kalium iodida (pra kristal,
Merck, Jerman), kalium hidroksida (Merck, Jerman), metanol (teknis), Bacillus subtilis,
Salmonella sp., nutrient broth (Merck, Jerman), natrium klorida (Merck, Jerman),
medium Mueller Hinton Agar (Merck, Jerman), tetrasiklin (Oxoid), dan paper disc
(Whatman, Inggris) yang diperoleh dari laboratorium kimia Universitas Kristen Satya
Wacana.
4
Piranti
Piranti yang digunakan antara lain moisturizer balance (Ohaus TAJ602, USA),
soxhlet, penangas air, neraca analitik 4 digit (Metler H 80, USA), neraca analitik 2 digit
(Ohaus TAJ602, USA), drying Cabinet, rotary evaporator (Buchi R0114, Swiss),
grinder, buret, spektrofotometer UV mini (Shimadzu U-1240, Jepang), autoklaf (Tomy
Seiko SS-140, Jepang), inkubator, Kromatografi Gas Spektrofotometer Massa
(Shimadzu QP 2010 SE, Jepang), dan peralatan gelas.
Metode
Preparasi Serbuk Biji Mangga
Biji mangga yang telah dicuci bersih dan dibebaskan dari selaput pembungkusnya,
dipotong tipis dan dikeringkan dengan oven pada suhu 50ºC selama 5 jam. Lalu
dihaluskan dengan grinder dan disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.
Ekstraksi Minyak biji mangga (Dewi, 2012 yang, dimodifikasi)
Sebanyak 100 g serbuk biji mangga di soxhlet dengan menggunakan n-heksana
sebanyak 400 mL dengan variasi waktu 3; 6; 9; 12; 15; dan 18 jam pada suhu 80ºC.
Hasil ekstraksi dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 50-60°C. Minyak hasil
ekstraksi dipindahkan ke dalam botol sampel yang telah ditimbang lalu disimpan pada
suhu 20°C sampai siap untuk dianalisis lebih lanjut.
Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia Minyak
Aroma dan Warna
Penentuan aroma dan warna ditentukan secara deskriptif.
Kadar Air
Sebanyak 1 gram minyak ditimbang dan diukur kadar airnya menggunakan
moisturizer balance dengan tiga kali pengulangan.
Rendemen (Sudarmadji, 1997)
Penentuan rendemen dilakukan secara gravimetri dengan menggunakan neraca 4
digit.
Massa Jenis (Sudarmadji, 1997)
Sebanyak 1 mL minyak diukur seksama dan ditimbang dengan ketelitian 0,0001
g. Massa jenis dinyatakan dalam g/mL.
5
Bilangan Asam (SNI 01-3555-1998)
Sebanyak 2-5 gram minyak ditambahkan dengan 50 mL etanol 95%. Ditambahkan
sebanyak 3 – 5 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan NaOH 0,1 M hingga
warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15 detik).
Bilangan Peroksida (SNI 01-3555-1998)
Minyak ditambah 30 mL campuran kloroform, asam asetat glasial dan etanol 95%
dengan perbandingan 11 : 4 : 5. Satu gram kristal KI ditambahkan dalam campuran
tersebut. Penentuan dilakukan dengan mengukur jumlah KI yang teroksidasi melalui
titrasi dengan Na2S2O3 0,02 N.
Bilangan Penyabunan (SNI 01-3555-1998)
Sebanyak 2 gram minyak ditambah dengan 25 mL KOH 0,5 M, lalu direfluks
selama satu jam. Ditambahkan sebanyak 0,5 - 1 mL indikator fenolftalein. Jumlah KOH
yang tidak bereaksi dititrasi dengan HCl 0,5 M.
Analisis Komposisi Kimia Minyak Biji Mangga
Analisa GC dilaksanakan di Laboratorium Terpadu, Fakultas MIPA Universitas
Islam Indonesia, Sleman Yogyakarta, pada kondisi operasional:
Kolom : Egilent J&W DB-5
Panjang : 30 meter x 0,25 mm
Gas Pembawa : Helium
Flowrate : 0,75 mL/min
Temperatur Injektor : 200ºC
Gradien Suhu :
60ºC (selama 5 menit awal)
meningkat sampai 300ºC dengan
kecepatan 10ºC/min
Pengionan MS : Electron impact (EI)
Elektron Multiplier Energy : 0,80 Kv
Monitoring Unit Mass (m/z) : 30,00 sampai 400,00
Temperatur Interface : 300ºC
Temperatur Sumber Pengionan : 200ºC
Detektor GC : FID-TCD
Detektor MS : Mass spectrometer
6
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kloroform Biji Mangga
Pembuatan Ekstrak Kloroform Biji Mangga (Harborne, 1987)
Fraksi heksana
Sebanyak 225,5 g serbuk biji mangga dimaserasi dengan total pelarut n-heksana
1000 mL selama 45 menit diulang sebanyak 3 kali. Ekstrak biji mangga dievaporasi
pada suhu 80ºC.
Fraksi kloroform
Ampas hasil maserasi fraksi heksana ditambah dengan metanol 80% sebanyak 100
mL, kemudian dimaserasi selama 15 menit. Hasil ekstrak kemudian disaring, filtrat
dimasukkan ke dalam corong pisah dan diasamkan dengan H2SO4 2 M. Ditambah
pelarut kloroform 3 kali tahapan dengan total 300 mL. Lapisan kloroform dipisahkan,
kemudian dievaporasi pada suhu 60ºC.
Persiapan Inokulum Bakteri
Bakteri Bacillus subtilis sebanyak satu ose diinokulasi ke dalam medium nutrient
broth (NB), lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C. Hal yang sama juga
dilakukan untuk bakteri Salmonella sp.
Penentuan Aktivitas Antibakteri (Alim, 2009)
Larutan NB yang mengandung bakteri dimasukkan ke dalam larutan 25 mL natrium
klorida 0,9% agar diperoleh kekeruhan suspensi bakteri yang sama dengan larutan baku
Mc Farlan dengan cara diukur absorbansinya pada panjang gelombang 620 nm dengan
blanko natrium klorida 0,9% (nilai absorbansi 0,08 – 0,13; suspensi bakteri 1,5 x 108
CFU/mL).
Penentuan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kloroform Biji Mangga (Alim, 2009,
dimodifikasi)
Larutan yang telah berisi sejumlah bakteri diambil sebanyak 1 mL lalu dimasukkan
kedalam cawan petri. Ditambahkan medium Mueller Hinton Agar (MHA) sebanyak 9
ml dalam keadaan suam-suam kuku dengan kisaran suhu (40-45 ºC), lalu digoyang dan
didiamkan sampai medium memadat. Paperdisc yang telah ditetesi 20 µL ekstrak
dengan kandungan dosis 0,5; 1; 1,5; 2; 3; dan 6 mg diletakkan di atas medium yang
berisi bakteri uji. Kontrol negatif digunakan akuades, sedangkan kontrol positif
digunakan tetrasiklin 30 µg. Cawan petri diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 18-24 jam.
7
Daerah terang pada sekitar cakram menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dan diukur
sebagai Diameter Daerah Hambat (DDH).
Analisa Data
Data rendemen dan sifat fisiko-kimia dianalisis dengan menggunakan rancangan
dasar RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Sebagai
perlakuan adalah lama waktu ekstraksi yaitu 3; 6; 9; 12; 15; dan 18 jam, sedangkan
sebagai kelompok adalah waktu analisis. Aktivitas antibakteri dianalisis dengan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) sub sampling dengan 8 perlakuan, 3 ulangan, dan 4
sub sampel. Sebagai perlakuan adalah dosis ekstrak kloroform yaitu 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 3;
6 mg dan kontrol positif. Pengujian antar rataan perlakuan dilakukan dengan
menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5% (Steel dan
Torrie, 1980).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Minyak biji mangga yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan dengan aroma
manis buah mangga. Warna kuning kecoklatan disebabkan oleh zat warna xanthofil
yang secara alamiah ikut terekstrak bersama minyak pada saat proses ekstraksi
(Ketaren, 1986).
Rendemen Minyak
Hasil rataan rendemen minyak biji mangga (Mangifera indica L.) yang dihasilkan
antar lama waktu ekstraksi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Rendemen (% ± SE) Minyak Biji Mangga antar Lama Waktu Ekstraksi
Keterangan :
*SE = Simpangan Baku Taksiran
*W = BNJ 5 %
*Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan angka yang
diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata.
Rendemen
(% ± SE)
Waktu Ekstraksi
3 6 9 12 15 18
7,70 ±
0,09
(a)
8,13 ±
0,47
(a)
8,68 ±
1,33
(a)
11,51 ±
2,04
(b)
19,31 ±
0,76
(c)
19,03 ±
0,51
(c)
W 1,57
8
Tabel 1 menunjukkan bahwa rendemen minyak biji mangga tidak mengalami
peningkatan untuk lama ekstraksi 3 sampai 9 jam. Peningkatan rendemen terjadi ketika
ekstraksi diperpanjang menjadi 12 dan 15 jam. Pada ekstraksi selama 18 jam rendemen
minyak yang dihasilkan tidak mengalami peningkatan. Peningkatan rendemen ekstrak
seiring dengan lama waktu sampai dengan 15 jam diduga karena pada waktu ekstraksi
yang relatif singkat, masih banyak molekul minyak yang terperangkap dalam jaringan
sel (Handajani dkk., 2010). Sedangkan pada lama waktu ekstraksi 15 jam semua minyak
telah terekstrak, sehingga sampai lama waktu 18 jam sudah tidak ada peningkatan lagi.
Hasil pengukuran sifat fisiko-kimia minyak biji mangga antar lama waktu ekstraksi
ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Mangga antar Lama Waktu Ekstraksi
Keterangan :
*SE = Simpangan Baku Taksiran
*W = BNJ 5 %
*Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan angka yang
diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata.
Massa Jenis
Massa jenis merupakan pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
besar massa jenis benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Minyak
memiliki massa jenis sebesar 0,8 gram
/ml (Sultan, 2013). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, massa jenis minyak biji mangga berkisar antara antara 0,82 ± 0,04 – 0,85 ±
0,01 g/mL. Lama pemanasan tidak berpengaruh terhadap massa jenis minyak. Setiap jenis
minyak mempunyai massa jenis yang khas, tergantung pada jenis asam lemak penyusun
minyak tersebut (Nichols et al., 2003).
Waktu
Ekstraksi
(Jam)
Massa Jenis
Minyak
(g/mL)
Kadar Air
Minyak
(% )
Bilangan
Peroksida
(mgek
/kg )
Bilangan Asam
(mg KOH
/g minyak)
Bilangan
Penyabunan
(mg KOH
/g minyak)
3 0,84± 0,01a 1,25± 0,80
a 40,00 ± 4,50
a 5,47 ± 0,85
c 282,48 ± 4,07
a
6 0,85± 0,01a 1,25± 0,80
a 40,50 ± 1,59
a 3,51 ± 0,45
ab 287,03 ± 2,11
ab
9 0,82± 0,04a 2,50± 0,92
b 50,00 ± 2,60
b 3,65 ± 0,51
b 288,22 ± 2,24
b
12 0,82± 0,04a 1,25± 0,80
a 52,50 ± 1,59
b 2,53 ± 0,52
a 286,52 ± 4,54
b
15 0,82± 0,03a 1,50± 0,92
b 56,00 ± 0,00
c 3,37 ± 0,73
sb 287,52 ± 2,58
b
18 0,82± 0,02a 1,50± 0,92
b 59,00 ± 1,84
c 2,95 ± 0,86
ab 285,26 ± 3,86
b
W 0,04 1,05 5,23 1,04 4,48
9
Kadar Air
Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar air minyak biji mangga yang dihasilkan
bersifat fluktuatif berkisar antara 1,25 ± 0,80% - 2,50 ± 0,92%. Minyak yang baik
memiliki kadar air kurang dari 0,2%, karena minyak dengan kadar air yang tinggi dapat
memperpendek masa umur simpan minyak dan akan menjadi pemicu pertumbuhan
mikroba (Toscano, 2007). Kadar air merupakan salah satu parameter uji penting
terhadap sifat kimia minyak, karena terkait dengan reaksi hidrolisis. Reaksi tersebut
dapat menyebabkan kerusakan minyak, karena adanya kandungan sejumlah air dalam
minyak (Ketaren, 1986). Tingginya kadar air dalam minyak biji mangga diduga karena
proses penyerapan uap air pada minyak yang dipengaruhi oleh kelembaban udara
sekitarnya (Winarno dkk., 1980).
Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida merupakan salah satu hal penting dalam menentukan derajat
kerusakan pada minyak, asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya sehingga membentuk peroksida (Ketaren, 1986). Menurut Ojeh (1981)
dalam Kittiphoom (2013) minyak dengan nilai bilangan peroksida yang tinggi bersifat
tidak stabil dan akan mudah tengik. Minyak yang baik memiliki kadar bilangan
peroksida rendah, sehingga semakin rendah bilangan peroksida semakin baik kualitas
minyak (Arlene, 2010).
Tabel 2 menunjukkan bahwa bilangan peroksida antar lama waktu ekstraksi
meningkat. Hal ini merupakan suatu indikasi bahwa persenyawaan peroksida bersifat
tidak stabil terhadap panas (Ketaren, 1986). Nilai bilangan peroksida yang diperoleh
berkisar antara 40,00 ± 4,50 – 59,00 ± 1,84 mgek
/kg. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan
dengan penelitian Kittiphoom (2013) dimana nilai bilangan peroksidanya hanya 8,72 ±
3,4 mg
/g minyak. Tingginya bilangan peroksida diduga karena terjadi autooksidasi pada
minyak. Autooksidasi merupakan pembentukan radikal bebas pada asam lemak tidak
jenuh yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi seperti
cahaya dan panas (Winarno, 2004). Dalam penelitian ini, ekstraksi minyak biji mangga
dilakukan dengan metoda soxhlet yang menggunakan panas untuk waktu yang relatif
panjang yaitu sampai dengan 18 jam, sehingga peluang terjadinya proses autooksidasi
sangat besar. Minyak mengalami proses autooksidasi menjadi senyawa peroksida dan
10
hidroperoksida, namun proses tersebut akan menurun dengan terbentuknya aldehid dan
keton pada senyawa tersebut (Ketaren, 1986).
Bilangan Asam
Bilangan asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas dari satu gram
minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Bilangan asam yang kecil menunjukkan kandungan
asam lemak bebasnya cukup kecil dan terjadi sedikit kerusakan (Handayani, 2008).
Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa bilangan asam minyak biji mangga bersifat
fluktuatif selama waktu ekstraksi.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai bilangan asam minyak biji mangga berkisar
antara 2,53 ± 0,52 – 5,47 ± 0,85 mg KOH
/g minyak. Hasil ini berbeda dengan Kittiphoom
(2013) yang melaporkan minyak biji mangga Thailand (Sam Roi Yot Co., ltd) memiliki
bilangan asam 0,10 ± 0,012 mg KOH
/g minyak. Tingginya bilangan asam diduga karena
terjadi reaksi hidrolisis. Reaksi hidrolisis dapat disebabkan oleh lipase yang berasal dari
mikroorganisme, serta adanya sejumlah air yang terkandung dalam minyak tersebut.
Kandungan air yang tinggi akan menyebabkan minyak mudah terhidrolisis menjadi
gliserol dan asam lemak bebas (Ketaren, 1986). Minyak biji mangga yang diperoleh
pada penelitian ini mengandung air yang relatif tinggi sehingga peluang terjadinya
reaksi hidrolisis relatif besar. Minyak dengan bilangan asam yang kecil
mengindikasikan bahwa minyak tersebut memiliki kestabilan yang besar dan bersifat
non irritant bagi kulit (Kurnia, 2014).
Bilangan Penyabunan
Tabel 2 menunjukkan bahwa bilangan penyabunan minyak biji mangga antar
perlakuan waktu ekstraksi berbeda. Nilai bilangan penyabunan yang diperoleh berkisar
antara 282,48 ± 4,07 – 288,22 ± 2,24 mg KOH
/g minyak. Nilai bilangan penyabunan dalam
penelitian ini relatif tidak jauh berbeda dibandingkan dengan penelitian Kitiphoom
(2013) yang mempunyai bilangan penyabunan 207,5 ± 14,2 mg KOH
/g minyak. Bilangan
penyabunan merupakan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah
sampel minyak atau lemak (Dewi, 2012). Bilangan penyabunan menunjukkan rata-rata
massa molekul atau panjang rantai asam lemak bebas (Kittiphoom, 2012). Menurut
Ketaren (1986) perbedaan ini dapat disebabkan karena varietas mangga yang digunakan
berbeda, perbedaan iklim, serta keadaan tempat tumbuh mangga yang berbeda.
11
Identifikasi Senyawa Penyusun Minyak Biji Mangga (Mangifera indica L.)
Hasil analisa GCMS ekstrak minyak biji mangga disajikan dalam Gambar 1.
Analisa minyak biji mangga dengan GCMS menunjukkan adanya 3 puncak yang
muncul pada kromatogram dengan kadar yang berbeda.
Gambar 1. Kromatogram GCMS Minyak Biji Mangga (Mangifera indica L.)
Komponen tersebut selanjutnya dianalisa lebih lanjut dengan membandingkan
dengan spektra referens dari Data Base Wiley yang disajikan pada Gambar 2.
2a
2b
Gambar 2. Perbandingan Spektrum Minyak Biji Mangga dengan data base Wiley
(2a) Asam Heksadekanoat Minyak Biji Mangga
(2b) Asam Heksadekanoat Wiley
12
Spektrum 2a (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 1 (Gambar 1), dan
memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum 2b (Wiley), yang teridentifikasi
sebagai asam heksadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 1
(Gambar 1) merupakan puncak dari asam heksadekanoat.
Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 2 (Gambar 1) spektrum 3a
(sampel) serupa dengan spektrum 3b (Wiley) (Gambar 3), yang teridentifikasi sebagai
asam 9-oktadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 2 (Gambar 1)
adalah asam 9-oktadekanoat.
3a
3b
Gambar 3. Perbandingan Spektrum Minyak Biji Mangga dengan data base Wiley
(3a) Asam 9-oktadekanoat Minyak Biji Mangga
(3b) Asam 9-oktadekanoat Wiley
Demikian pula untuk spektrum dari puncak nomor 3 (Gambar 1) spektrum 4a
(sampel) serupa dengan spektrum 4b (Wiley) (Gambar 4), yang teridentifikasi sebagai
asam oktadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 3 (Gambar 1)
adalah asam oktadekenoat.
4a
13
4b
Gambar 4. Perbandingan Spektrum Minyak Biji Mangga dengan Data Base Wiley
(4a) Asam Oktadekanoat Minyak Biji Mangga
(4b) Asam Oktadekanoat Wiley
Berdasarkan perbandingan spektrum minyak biji mangga dengan data base Wiley,
maka komposisi kimiawi penyusun minyak biji mangga disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Biji Mangga
No
Puncak
Indeks
Retensi
Komponen
Kimia
Rumus
Molekul BM
Kandungan
relatif
(%)
1 17,673 Asam heksadekanoat
(asam palmitat) C17H34O2
270
12,16
2 19,492 Asam 9-oktadekanoat
(asam oleat)
C19H36O2
296
59,42
3 19,703 Asam oktadekenoat
(asam stearat) C19H38O2 298 28,42
Puncak nomor 1 dengan waktu retensi 17,673 sesuai dengan spektra referens
senyawa metil heksadekanoat (gambar 2) dengan kadar 12,16%. Begitupun dengan
hasil analisa selanjutnya Selanjutnya puncak nomor 2 dengan waktu retensi 19,408
sesuai dengan spektra referensi senyawa asam 9-oktadekanoat dengan kadar 59,42%
dan merupakan senyawa paling dominan dalam minyak biji mangga. Puncak terakhir
pada waktu retensi 19,703 sesuai dengan spektra referens asam oktadekanoat dengan
kadar 28,42%.
Komponen utama minyak nabati adalah senyawa trigliserida yang merupakan ester
asam lemak rantai panjang (Ardiana, 2010). Asam lemak terdiri dari karbon, hidrogen,
dan oksigen (Desnelli, 2009). Asam palmitat dan asam stearat merupakan asam lemak
jenuh, sedangkan asam lemak oleat termasuk asam lemak tidak jenuh. Asam palmitat,
stearat, dan oleat merupakan beberapa asam lemak yang penting dalam ilmu gizi
(Nursanyoto, 1993 dalam Desnelli, 2009). Asam palmitat dan stearat berpotensi untuk
dijadikan bahan bakar biodiesel berkualitas baik (Ardiana, 2010).
14
Asam stearat banyak ditemukan pada lemak atau minyak yang berasal dari biji-
bijian. Sedangkan asam oleat sendiri sering dikenal dengan asam lemak esensial yang
berfungsi untuk membantu proses pertumbuhan dan mampu mempertahankan kesehatan
kulit terutama mencegah terjadinya peradangan kulit (Marsetyo, 1991 dalam Desnelli,
2009).
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kloroform Biji Mangga (Mangifera indica L.)
Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak kloroform biji mangga dilakukan dengan
menggunakan metode difusi agar cakram kertas. Terbentuknya zona terang
menunjukkan Daerah Diameter Hambatan (DDH) pada cakram dengan berbagai
konsentrasi ekstrak setelah masa inkubasi. Hasil pengukuran DDH ekstrak kloroform
biji mangga disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Diameter Zona Hambat (cm) Terhadap Bakteri Bacilllus subtilis dan
Salmonella sp.
Bakteri
(cm ± SE)
Dosis (mg/cakram)
0 0,5 1 1,5 2 3 6 Positif
Bacillus
subtilis
0,00 ±
0,0000
0,23 ±
0,0103
0,28 ±
0,0076
0,33 ±
0,0094
0,39 ±
0,0086
0,45 ±
0,0101
0,65 ±
0,0147
1,68 ±
0,0610
W =
0,0530
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)
Salmonella
sp.
0,00 ±
0,0000
0,15 ±
0,0158
0,21 ±
0,0125
0,26 ±
0,0128
0,32±
0,0156
0,35 ±
0,0302
0,46 ±
0,0101
1,41 ±
0,0352
W =
0,0423
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)
Keterangan :
*SE = Simpangan Baku Taksiran
*W = BNJ 5 %
*Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan angka yang
diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata.
Tabel 4 menunjukkan rataan nilai ekstrak kloroform biji mangga arumanis sebagai
antibakteri penghambat pertumbuhan bakteri Bacilllus subtilis dan Salmonella sp. Hasil
pengukuran rataan zona hambat pada perlakuan kontrol positif menggunakan tetrasiklin
memiliki diameter zona hambat sebesar 1,68 ± 0,0610 cm (Bacillus subtilis) dan 1,41 ±
0,0352 cm (Salmonella sp.). Purata penghambatan bakteri (DDH) ekstrak kasar biji
mangga ekstrak kloroform dengan dosis 0 sampai 6 mg/cakram terhadap bakteri gram
15
positif Bacillus subtilis berkisar antara 0,00 ± 0,0000 sampai 0,65 ± 0,0147 cm,
sedangkan terhadap bakteri gram negatif Salmonella sp. berkisar antara 0,00 ± 0,0000
sampai 0,46 ± 0,0101 cm.
Pada cawan yang berisi kontrol negatif bakteri tetap tumbuh dengan subur, ini
berarti media yang digunakan sesuai untuk pertumbuhan bakteri uji. Sedangkan pada
cakram yang berisi tetrasiklin menunjukkan adanya DDH yang cukup kuat yakni
memiliki rata-rata DDH 1,68 ± 0,0610 cm terhadap Bacillus subtilis dan 1,41 ± 0,0352
cm untuk Salmonella sp.. Pemilihan tetrasiklin sebagai antibiotik pembanding karena
tetrasiklin memiliki sifat antibiotik yang kuat dan spektrum luas (Pelczar dan Chan,
1988).
Tabel 4 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak biji mangga, sifat
antibakteri penghambat pertumbuhan bakteri Bacilllus subtilis dan Salmonella sp.
semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan Pelzar dan Chan (1988) menyatakan semakin
tinggi konsentrasi zat antibakteri maka semakin besar kemampuannya untuk
mengendalikan penghambat dan membunuh mikroorganisme. Dengan meningkatnya
konsentrasi ekstrak berarti semakin besar bahan aktif yang berfungsi sebagai antibakteri
(Lathifah, 2008). Besarnya zona hambat dipengaruhi oleh kemampuan difusi senyawa
antibakteri pada media, kemampuan difusi yang baik yaitu yang memiliki sifat yang
sama dengan media yakni bersifat polar.
Untuk penentuan kategori penghambatan antibakteri dapat dibandingkan dengan
Tabel 5.
Tabel 5. Kategori Penghambatan Antibakteri Berdasarkan Diameter Zona Hambat
Diameter (cm) Respon Hambatan
0-0,3 Lemah
0,3-0,6 Sedang
> 0,6 Kuat
Sumber: Pan, Chen, Wu, Tang, and Zhao (2009)
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa kekuatan antibakteri ekstrak kloroform
biji mangga pada dosis 0,5 – 1 mg termasuk kategori lemah, 1,5 – 3 mg masuk kedalam
kategori sedang, dan untuk dosis 6 mg termasuk dalam kategori kuat terhadap bakteri
Bacillus subtilis. Untuk bakteri Salmonella sp. pada dosis 0,5 – 1,5 mg kekuatan
16
antibakteri termasuk kedalam kategori lemah dan pada dosis 2 – 6 mg tergolong
kedalam kategori sedang.
Aktivitas antibakteri yang dimiliki biji mangga berasal dari unsur-unsur yang
terkandung di dalam biji mangga antara lain flavonoid, tanin, steroid, dan saponin (Sahu
et al., 2013). Penghambatan ekstrak biji mangga terhadap Salmonella sp. lebih lemah
dibandingkan dengan Bacillus subtilis. Perbedaan penghambatan disebabkan karena
adanya perbedaan kepekaan pada struktur dinding sel antara bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif.
Bakteri gram positif memiliki komponen penyusun dinding sel yang lebih tipis
dibandingkan bakteri gram negatif. Latifah (2008) melaporkan bahwa antibakteri
diartikan sebagai bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme bakteri,
cara kerja antibakteri antara lain dengan merusak dinding sel, merubah permeabilitas
sel, menghambat kerja enzim, merubah molekul protein dan asam nukleat, serta
menghambat sintesis asam nukleat dan protein. Oleh sebab itu ketahanan bakteri gram
positif lebih lemah dibandingkan bakteri gram negatif.
Branen dan Davidson (1993) menyatakan bahwa bakteri gram negatif mempunyai
sistem seleksi terhadap zat aktif yaitu pada lapisan lipopolisakarida. Menurut Pelczar
dan Chan (1988) struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks, lapisan luar
berupa lipoprotein, lapisan tengah berupa lipopolisakarida, dan lapisan paling dalam
adalah peptidoglikan. Sedangkan dinding sel pada bakteri gram positif lebih sederhana
sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk berdifusi dan menembus membran
sel.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Hasil minyak biji mangga (Mangifera indica L.) paling optimal sebesar 19,31 ± 0,76
% dalam waktu ekstraksi 15 jam.
2) Lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen, kadar air minyak (terendah
pada lama waktu ekstraksi ke 3 jam sebesar 1,25± 0,80%), bilangan peroksida
(terendah pada lama ekstraksi ke 3 jam sebesar 40,00 ± 4,50 mgek
/kg), bilangan asam
(terendah pada lama waktu ekstraksi ke 12 jam sebesar 2,53 ± 0,52 mg KOH
/g minyak),
dan bilangan penyabunan (tertinggi pada lama ekstraksi ke 9 sebesar 288,22 ± 2,24
17
mg KOH/g minyak), sebaliknya tidak berpengaruh terhadap massa jenis minyak biji
mangga.
3) Komposisi penyusun minyak biji mangga tersusun atas 3 komponen kimiawi yaitu
asam 9-oktadekenoat 59,42%, asam oktadekenoat 28,42%, dan asam heksadekanoat
12,16%.
4) Aktivitas antibakteri ekstrak kloroform biji mangga memiliki purata penghambatan
bakteri (DDH) dengan dosis 0 sampai 6 mg/cakram terhadap bakteri gram positif
Bacillus subtilis berkisar antara 0,00 ± 0,0000 sampai 0,65 ± 0,0147 cm, sedangkan
terhadap bakteri gram negatif Salmonella sp. berkisar antara 0,00 ± 0,0000 sampai
0,46 ± 0,0101 cm.
SARAN
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas minyak biji
mangga agar dapat diaplikasikan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S. 2010. Biji Mangga Sebagai Bahan Baku Produksi Dekstrin. Jurnal Penelitian
Ilmu Teknik , 10 (1), pp. 6-10.
Alim, A., 2009. Antimicrobial activity of the essential oil of Cyclotrichium niveum
(Boiss.) Manden. Et Scheng. Microbiology Research, III(8), p.423.
Ardiana, D. S. dan S. Saktika, 2010. Pembuatan biodiesel dari Asam Lemak Jenuh Biji
Karet. Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010 Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang.
Arlene, Ariestya., Steviana, K., dan Ign Suharto. (2010). Pengaruh Temperatur dan F/S
terhadap Ekstraksi Minyak dari Biji Kemiri Sisa Penekanan Mekanik. Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Universitas Diponegoro Semarang.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. SNI 01-3555-1998: Cara Uji Lemak dan
Minyak . Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Indonesia.
Brannen, L. A., dan Davidson P. M., 1993. Antimicrobial in Food. Marcell Dekker,
Inc., New York.
Dewi, R. K. 2012. Studi Awal Pemanfaatan Minyak Biji Mangga (Mangifera indica L.
var Arumnis) Sebagai Bahan Pembuatan Lotion. Skripsi. Fakultas Sains dan
Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Desnelli. dan Z. Fanani. 2009. Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Atearat, dan
Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta Tanpa Medium.
Jurnal Penelitian Sains, 12 (1), pp. 12107-1 – 12107-6.
Handajani, S., Godras & Baskara, 2010. Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap
Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensoris Minyak Wijen (Sesamum indicum L.).
Majalah Agritech, Vol. 30, No 2.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. ITB : Bandung.
Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan, Ed. 1. Jakarta: UI-Press.Prapti , C. M.,
Wiwik & A. Fatoni, 2011. Perbandingan Minyak Nabati Kasar Hasil Ekstraksi
Buah Kepayang Segar dengan Luwek. Prosiding Seminar Nasional VoER ke-3, hal
471-481, Universitas Sriwijaya, Palembang, 26-27 Oktober 2011.
Kittiphoom, S. 2012. Utilization of Mango Seed. International Food Research Journal,
19 (4), pp. 1312-1335.
19
Kittiphoom, S., Sutasinee, S. 2013. Mango seed kernel oil and its physic chemical
properties. International Food Research Journal, 20 (3), pp.1145-1149.
Kurnia , M. D., Hartati & A. Ign. Kristijanto, 2014. Karakterisasi dan Komposisi Kimia
Minyak Biji Tumbuhan Kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.) Bunga Merah Muda.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, hal 11-17, Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga, 21 Juni 2014.
Lathifah, Q. 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi.Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Nasiyah, S. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak n-Heksana dan Etanol Daun
Sirih (Piper betle Linn.) serta identifikasi Senyawa Aktifmya. Skripsi. Fakultas
Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Nichols, D.S. dan K. Sanderson, 2003. The Nomenclature, Structure, and Properties of
Food Lipids. In: Sikorski, Z.E and A. Kolakowska, Ed. Chemical and Functional
Properties of Food Lipids. CRC Press Washington. Pp. 29-59.
Pan, X., Chen, F., Wu, T., Tang, H., and Zhao, Z. 2009. The acid, Bile Tolerance and
Antimicrobial property of Lactobacillus acidophilus NIT. J. Food Control 20 : 598-
602.
Pleczar M J, dan S Chan, 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2, Indonesia University Press,
Jakarta.
Prapti , C. M., Wiwik & A. Fatoni, 2011. Perbandingan Minyak Nabati Kasar Hasil
Ekstraksi Buah Kepayang Segar dengan Luwek. Prosiding Seminar Nasional VoER
ke-3, hal 471-481, Universitas Sriwijaya, Palembang, 26-27 Oktober 2011.
Sahu, S., B. Kumar., B. Kumar, 2013. Multiple Antibacterial and Phytochemical
Analysis of Mango Kernel Extracts on Aquatic and Animal Pathogens.
International Journal of Pharm and Bio Sciences, 4 (2), pp. 809-818.
Sajarwo, G., Mahasiswa UGM Ciptakan Es Biji Mangga Kaya Antioksidan. 2012,
http://health.kompas.com/read/2012/05/15/14494957/Mahasiwa.UGM.Ciptakan.Es.Biji.Mangga.
Kaya.Antioksidan. (11 Maret 2015).
Steel, R.G.D dan J.H. Torrie, 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia,
Jakarta.
20
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhandi. 1997. Prosedur untuk Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Sultan, R., Massa jenis. 2013, http://sijagofisika.blogspot.com/2013/02/massa-
jenis.html, (10 Maret 2015)
Toscano, G. And E. Maldini, “Analysis of The Physical and Chemical Characteristics of
Vegetable Oils as Fuel”. J. Of Ag. Eng. Vol 3, pp. 39-47, 2007.
Utama, I. M., Y. Setiyo., I. Ayu Rina & N. S. Antara, 2011. Kajian Atmosfir Terkendali
untuk Memperlambat Penurunan Mutu Buah Mangga Arumanis selama
Penyimpanan. J. Hort. Indonesia, 2 (1), pp. 27-33.
Wibowo, D. 2013. Kombinasi Metode Spektrofotometri Inframerah dan Kalibrasi
Multivariat untuk Autentikasi Minyak Biji Jinten Hitam. Skripsi.Fakultas Famasi,
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Winarno, F. G., Srikandi Fardiaz, dan Dedi Fardiaz, 1980, Pengantar Teknologi Pangan,
P.T. Gramedia, Jakarta.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
21
LAMPIRAN
I
MAKALAH SEMINAR I
SN-KPK VII 2015
UNS, SURAKARTA
18 APRIL 2015
22
digunakan yaitu jenis mangga
arum manis. Berbagai macam cara atau
metode dapat digunakan untuk
memperoleh minyak nabati dari
berbagai sumber. Salah satu cara
dengan hasil terbaik adalah dengan
menggunakan metode ekstraksi soxhlet
dengan pelarut organik. Penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menentukan optimasi ekstraksi
minyak biji mangga menggunakan
metoda ekstraksi pelarut n-
heksana ditinjau dari lama
ekstraksi.
2. Menentukan sifat fisiko-kimiawi
minyak biji mangga meliputi:
warna, aroma, rendemen, massa
jenis, kadar air, bilangan
peroksida, bilangan asam, dan
bilangan penyabunan.
METODE PENELITIAN
Bahan dan alat
Biji buah mangga Indonesia
(Mangifera indica L.) jenis arumanis
diperoleh dari pedagang buah-buahan
di wilayah Salatiga dan sekitarnya.
Bahan kimiawi yang digunakan adalah
n-heksana (teknis), etanol (pro
analysis, Merck), kloroform (pro
analysis, Merck), asam asetat glasial
(Merck), asam klorida (Merck),
akuades, kanji, natrium tiosulfat
(Merck), indikator fenolftalein
(Merck), natrium hidroksida (Merck),
23
digunakan yaitu jenis mangga arum manis.
Berbagai macam cara atau metode dapat
digunakan untuk memperoleh minyak
nabati dari berbagai sumber. Salah satu
cara dengan hasil terbaik adalah dengan
menggunakan metode ekstraksi soxhlet
dengan pelarut organik. Penelitian ini
bertujuan untuk:
3. Menentukan optimasi ekstraksi minyak
biji mangga menggunakan metoda
ekstraksi pelarut n-heksana ditinjau
dari lama ekstraksi.
4. Menentukan sifat fisiko-kimiawi minyak
biji mangga meliputi: warna, aroma,
rendemen, massa jenis, kadar air,
bilangan peroksida, bilangan asam,
dan bilangan penyabunan.
METODE PENELITIAN
Bahan dan alat
Biji buah mangga Indonesia
(Mangifera indica L.) jenis arumanis
diperoleh dari pedagang buah-buahan di
wilayah Salatiga dan sekitarnya. Bahan
kimiawi yang digunakan adalah n-heksana
(teknis), etanol (pro analysis, Merck),
kloroform (pro analysis, Merck), asam
asetat glasial (Merck), asam klorida
(Merck), akuades, kanji, natrium tiosulfat
(Merck), indikator fenolftalein (Merck),
natrium hidroksida (Merck), kalium iodida
(pra kristal, Merck), kalium hidroksida
(Merck).
Piranti yang digunakan antara lain
moisturizer balance (Ohaus TAJ602, Ohaus
Corp, USA), soxhlet, penangas air
(Memmert., Germany), neraca analitik 4
digit (Metler H 80, Mettler Instrument Corp.,
USA), neraca analitik 2 digit (Ohaus
TAJ602, Ohaus Corp., USA), drying
cabinet, rotary evaporator (Buchi R0114,
Swiss), grinder, buret, dan peralatan gelas.
Metode
Preparasi sampel
Biji mangga (Mangifera indica L.)
yang telah dicuci bersih dan dibebaskan
dari selaput pembungkusnya, dipotong
tipis-tipis dan dikeringkan dengan drying
cabinet dengan suhu 50ºC selama 5 jam.
Kemudian biji dihaluskan dengan grinder
dan disimpan dalam wadah yang tertutup
rapat.
Ekstraksi minyak biji mangga ([6],
dimodifikasi)
Sebanyak 100 gram serbuk biji
mangga diekstraksi menggunakan soxhlet
dengan pelarut n-heksana sebanyak 400
mL dengan variasi waktu 3; 6; 9; 12; 15;
dan 18 jam pada suhu 80ºC. Hasil ekstraksi
dipekatkan dengan rotary evaporator pada
suhu 50-60°C. Minyak hasil ekstraksi
dipindahkan ke dalam botol sampel yang
telah ditimbang lalu disimpan pada suhu
20°C sampai siap untuk dianalisis lebih
lanjut.
Penentuan Sifat Fisiko-Kimiawi Minyak
Biji Mangga
Penentuan aroma dan warna
ditentukan dengan pemaparan secara
deskriptif, rendemen, massa jenis,
penentuan kadar air, bilangan peroksida
(SNI 01-3555-1998), bilangan asam (SNI
01-3555-1998), dan bilangan penyabunan
(SNI 01-3555-1998).
Analisa Data
Data rendemen minyak biji mangga
dianalisis dengan rancangan dasar
Rancangan Acak Kelompok (RAK) 6
24
perlakuan dan 4 kali ulangan. Sebagai
perlakuan adalah lama waktu ekstraksi
yaitu 3; 6; 9; 12; 15; dan 18 jam,
sedangkan sebagai kelompok adalah waktu
analisis. Pengujian antar rataan perlakuan
dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur
(BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%
[7].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Minyak biji mangga yang dihasilkan
berwarna kuning kecoklatan dengan aroma
manis buah mangga. Warna kuning
kecoklatan disebabkan oleh zat warna
xanthofil yang secara alamiah ikut
terekstrak bersama minyak pada saat
proses ekstraksi [8].
Rendemen
Hasil rataan rendemen dan sifat fisiko
kimia minyak biji mangga (Mangifera indica
L.) yang dihasilkan antar lama waktu
ekstraksi disajikan pada Tabel 1. Pada
Tabel 1 tampak rendemen minyak biji
mangga tidak mengalami peningkatan
untuk lama ekstraksi 3 sampai 9 jam.
Peningkatan rendemen terjadi ketika
ekstraksi diperpanjang menjadi 12 dan 15
jam. Pada ekstraksi selama 18 jam tidak
meningkat lagi rendemen minyak yang
dihasilkan. Peningkatan rendemen ekstrak
seiring dengan lama waktu sampai dengan
15 jam diduga karena pada waktu ekstraksi
yang relatif singkat, masih banyak molekul
minyak yang terperangkap dalam jaringan
sel [9]. Sedangkan pada lama waktu
ekstraksi 15 jam semua minyak telah
terekstrak, sehingga sampai lama waktu 18
jam sudah tidak ada peningkatan lagi.
Massa Jenis
Massa jenis merupakan pengukuran
massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi besarnya massa jenis
benda, maka semakin besar pula massa
setiap volumenya. Minyak memiliki massa
jenis sebesar 0,8 g/mL [10]. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, massa jenis
minyak biji mangga berkisar antara 0,82 ±
0,04 – 0,85 ± 0,01 g/mL dan lama
pemanasan tidak berpengaruh terhadap
massa jenis minyak (Tabel 2). Setiap jenis
minyak mempunyai massa jenis yang khas,
tergantung pada jenis asam lemak
penyusun minyak tersebut [11].
Kadar Air
Tabel 2. menunjukkan bahwa kadar
air minyak biji mangga yang dihasilkan
bersifat fluktuatif, berkisar antara 1,25 ±
0,80% - 2,50 ± 0,92% dan relatif tinggi jika
dibandingkan dengan kriteria minyak yang
baik, yaitu kandungan air kurang dari 0,2%
[12]. Kadar air merupakan salah satu
parameter uji yang penting terhadap sifat
kimia minyak, karena terkait dengan reaksi
hidrolisis. Reaksi tersebut dapat
menyebabkan kerusakan minyak, karena
adanya kandungan sejumlah air dalam
minyak [8]. Minyak dengan kadar air yang
tinggi dapat memperpendek masa umur
simpan minyak dan akan memicu
pertumbuhan mikroba [12].
Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida juga merupakan
salah satu hal penting dalam menentukan
derajat kerusakan pada minyak. Asam
lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen
pada ikatan rangkapnya sehingga
25
membentuk peroksida [8]. Menurut Ojeh
(1981) dalam [13] minyak dengan nilai
bilangan peroksida yang tinggi bersifat
tidak stabil dan akan mudah tengik. Minyak
yang baik memiliki kadar bilangan
peroksida rendah, sehingga semakin
rendah bilangan peroksida semakin baik
kualitas minyak [14].
Tabel 2. menunjukkan bahwa bilangan
peroksida antar lama waktu ekstraksi
meningkat. Hal ini merupakan suatu
indikasi bahwa persenyawaan peroksida
bersifat tidak stabil terhadap panas [8]. Nilai
bilangan peroksida yang diperoleh berkisar
antara 40,00 ± 4,50 – 59,00 ± 1,84 mgek
/kg.
Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan
penelitian Kittiphoom (2013), dimana nilai
bilangan peroksida minyak biji mangga
Thailand (Sam Roi Yot Co., ltd) hanya 8,72
± 3,4 mg
/g minyak. Tingginya bilangan
peroksida diduga karena terjadinya
autooksidasi pada minyak. Autooksidasi
merupakan pembentukan radikal bebas
pada asam lemak tidak jenuh yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempercepat reaksi seperti cahaya dan
panas [15]. Dalam penelitian ini, ekstraksi
minyak biji mangga dilakukan dengan
metoda soxhlet yang menggunakan panas
untuk waktu yang relatif panjang yaitu
sampai dengan 18 jam, sehingga peluang
terjadinya proses autooksidasi sangat
besar. Minyak mengalami proses
autooksidasi menjadi senyawa peroksida
dan hiperperoksida, namun proses tersebut
akan menurun dengan terbentuknya
aldehid dan keton pada senyawa tersebut
[8].
Bilangan Asam
Tabel 2. menunjukkan bahwa
bilangan asam minyak biji mangga
berfluktuasi selama ekstraksi. Nilai bilangan
asam minyak biji mangga berkisar antara
2,53 ± 0,52 – 5,47 ± 0,85 mg KOH
/g minyak.
Hasil ini berbeda dengan Kittiphoom (2013)
yang melaporkan minyak biji mangga
Thailand (Sam Roi Yot Co., ltd) memiliki
bilangan asam 0,10 ± 0,012 mg KOH
/g minyak.
Bilangan asam merupakan ukuran dari
jumlah asam lemak bebas dari satu gram
minyak atau lemak [8]. Bilangan asam yang
kecil menunjukkan kandungan asam lemak
bebasnya cukup kecil dan terjadi sedikit
kerusakan [16]. Tingginya bilangan asam
diduga karena terjadi reaksi hidrolisis.
Reaksi hidrolisis dapat disebabkan oleh
lipase yang berasal dari mikroorganisme,
serta adanya sejumlah air yang terkandung
dalam minyak tersebut. Kandungan air
yang tinggi akan menyebabkan minyak
mudah terhidrolisis menjadi gliserol dan
asam lemak bebas [8]. Minyak biji mangga
yang diperoleh pada penelitian ini
mengandung air yang relatif tinggi sehingga
peluang terjadinya reaksi hidrolisis relatif
besar. Minyak dengan bilangan asam yang
kecil mengindikasikan bahwa minyak
tersebut memiliki kestabilan yang besar dan
bersifat non irritant bagi kulit [17].
Bilangan Penyabunan
Tabel 2. menunjukkan bahwa bilangan
penyabunan minyak biji mangga antar
perlakuan waktu ekstraksi berbeda. Nilai
bilangan penyabunan yang diperoleh
berkisar antara 282,48 ± 4,07 – 288,22 ±
2,24 mg KOH
/g minyak. Nilai bilangan
penyabunan dalam penelitian ini relatif
26
berbeda dibandingkan dengan penelitian
Kitiphoom (2013) yang mempunyai
bilangan penyabunan 207,5 ± 14,2 mg KOH
/g
minyak. Bilangan penyabunan merupakan
jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah sampel minyak
atau lemak [6]. Bilangan penyabunan
menunjukkan rata-rata massa molekul atau
panjang rantai asam lemak bebas [18].
Menurut Ketaren (1986) perbedaan ini
disebabkan karena varietas yang
digunakan berbeda, perbedaan iklim, serta
keadaan tempat tumbuh [8].
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil penelitian menunjukkan rendemen
minyak tertinggi dihasilkan pada
soxhletasi selama 15 jam yaitu 19,31 ±
0,42%.
2. Lama waktu ekstraksi berpengaruh
terhadap rendemen, kadar air minyak,
bilangan peroksida, bilangan asam, dan
bilangan penyabunan. Namun, tidak
berpengaruh terhadap massa jenis
minyak biji mangga.
3. Massa jenis tertinggi terdapat pada lama
waktu ekstraksi ke 6 jam sebesar 0,85±
0,01 g/mL, kadar air terendah pada lama
waktu ekstraksi ke 3; 6; dan 12 jam yaitu
sebesar 1,25± 0,80%, bilangan
peroksida terendah pada lama ekstraksi
ke 3 jam sebesar 40,00 ± 4,50 mgek
/kg,
bilangan asam terendah pada lama
waktu ekstraksi ke 12 jam sebesar 2,53
± 0,52 mg KOH
/g minyak, dan bilangan
penyabunan tertinggi pada lama
ekstraksi ke 9 sebesar 288,22 ± 2,24 mg
KOH/g minyak.
DAFTAR RUJUKAN
[1] Prapti , C. M., Wiwik & A. Fatoni, 2011.
Perbandingan Minyak Nabati Kasar
Hasil Ekstraksi Buah Kepayang Segar
dengan Luwek. Prosiding Seminar
Nasional VoER ke-3, hal 471-481,
Universitas Sriwijaya, Palembang, 26-
27 Oktober 2011.
[2] Wibowo, D. 2013. Kombinasi Metode
Spektrofotometri Inframerah dan
Kalibrasi Multivariat untuk Autentikasi
Minyak Biji Jinten Hitam.
Skripsi.Fakultas Famasi, Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.
[3] Utama, I. M., Y. Setiyo., I. Ayu Rina &
N. S. Antara, 2011. Kajian Atmosfir
Terkendali untuk Memperlambat
Penurunan Mutu Buah Mangga
Arumanis selama Penyimpanan. J.
Hort. Indonesia, 2 (1), pp. 27-33.
[4] Sajarwo, G., Mahasiswa UGM Ciptakan
Es Biji Mangga Kaya Antioksidan.
2012,
http://health.kompas.com/read/2012/05/15/1
4494957/Mahasiwa.UGM.Ciptakan.Es.Biji.
Mangga.Kaya.Antioksidan. (11 Maret
2015).
[5] Ali, S. 2010. Biji Mangga Sebagai
Bahan Baku Produksi Dekstrin.
Jurnal Penelitian Ilmu Teknik , 10 (1),
pp. 6-10.
[6] Dewi, R. K. 2012. Studi Awal
Pemanfaatan Minyak Biji Mangga
(Mangifera indica L. var Arumnis)
Sebagai Bahan Pembuatan Lotion.
27
Skripsi. Fakultas Sains dan
Matematika, Universitas Kristen
Satya Wacana, Salatiga.
[7] Steel, R.G.D dan J.H. Torrie, 1989.
Prinsip dan Prosedur Statistika. PT.
Gramedia, Jakarta.
[8] Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak
Pangan, Ed. 1. Jakarta: UI-Press.
[9] Handajani, S., Godras & Baskara,
2010. Pengaruh Suhu Ekstraksi
Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia,
dan Sensoris Minyak Wijen
(Sesamum indicum L.). Majalah
Agritech, Vol. 30, No 2.
[10] Sultan, R., Massa jenis. 2013,
diunduh dari
http://sijagofisika.blogspot.com/2013/
02/massa-jenis.html, (10 Maret 2015)
[11] Nichols, D.S. dan K. Sanderson,
2003. The Nomenclature, Structure,
and Properties of Food Lipids. In:
Sikorski, Z.E and A. Kolakowska, Ed.
Chemical and Functional Properties
of Food Lipids. CRC Press
Washington. Pp. 29-59
[12] Toscano, G. And E. Maldini, “Analysis
of The Physical and Chemical
Characteristics of Vegetable Oils as
Fuel”. J. Of Ag. Eng. Vol 3, pp. 39-
47, 2007.
[13] Kittiphoom, S., Sutasinee, S. 2013.
Mango seed kernel oil and its physic
chemical properties. International
Food Research Journal, 20 (3),
pp.1145-1149.
[14] Arlene, Ariestya., Steviana, K., dan
Ign Suharto. (2010). Pengaruh
Temperatur dan F/S terhadap
Ekstraksi Minyak dari Biji Kemiri Sisa
Penekanan Mekanik. Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan
Proses. Universitas Diponegoro
Semarang
[15] Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan
dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama.Jakarta
[16] Handayani, M, Putri., dan Subagus,
W. 2008. Analisis Biji Ketapang
(Terminalia catappa L.) sebagai
suatu Alternatif Sumber Minyak
Nabati. Majalah Obat Tradisional,
Vol. 13, No. 45.
[17] Kurnia , M. D., Hartati & A. Ign.
Kristijanto, 2014. Karakterisasi dan
Komposisi Kimia Minyak Biji
Tumbuhan Kupu-kupu (Bauhinia
purpurea L.) Bunga Merah Muda.
Prosiding Seminar Nasional Sains
dan Pendidikan Sains IX, hal 11-17,
Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga, 21 Juni 2014.
[18] Kittiphoom, S. 2012. Utilization of
Mango Seed. International Food
Research Journal, 19 (4), pp. 1312-
1335.
28
Lampiran 1
Tabel 1. Rataan Rendemen (% ± SE) Minyak Biji Mangga antar Lama Waktu Ekstraksi
Tabel 2. Rataan Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Mangga antar Lama Waktu Ekstraksi
Keterangan : *SE = Simpangan Baku Taksiran
*W = BNJ 5 %
*Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata
sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan
tidak berbeda nyata.
Waktu Ekstraksi
3
6
9
12
15
18
Rendemen ±
SE
7,70 ± 0,09
(a)
8,13 ± 0,47
(a)
8,68 ± 1,33
(a)
11,51 ± 2,04
(b)
19,31 ± 0,76
(c)
19,03 ± 0,51
(c)
W 1,57
Waktu
Ekstraksi
(Jam)
Massa Jenis
Minyak
(g/mL ± SE)
Kadar Air
Minyak
(% ± SE)
Bilangan
Peroksida
(mgek
/kg ± SE)
Bilangan Asam
(mg KOH
/g minyak ±
SE)
Bilangan
Penyabunan
(mg KOH
/g minyak ±
SE)
3 0,84± 0,01a 1,25± 0,80
a 40,00 ± 4,50
a 5,47 ± 0,85
c 282,48 ± 4,07
a
6 0,85± 0,01
a
1,25± 0,80a 40,50 ± 1,59
a 3,51 ± 0,45
ab
287,03 ±
2,11ab
9 0,82± 0,04
a
2,50± 0,92b 50,00 ± 2,60
b 3,65 ± 0,51
b
288,22 ±
2,24b
12 0,82± 0,04
a
1,25± 0,80a 52,50 ± 1,59
b 2,53 ± 0,52
a
286,52 ±
4,54b
15 0,82± 0,03
a
1,50± 0,92b 56,00 ± 0,00
c 3,37 ± 0,73
sb
287,52 ±
2,58b
18 0,82± 0,02
a
1,50± 0,92b 59,00 ± 1,84
c 2,95 ± 0,86
ab
285,26 ±
3,86b
W 0,04 1,05 5,23 1,04 4,48
28
28