medical herbs in the research aspect - pdhmi.org
TRANSCRIPT
03/04/2021
1
TELLY KAMELIAPDHMI
RESPIROLOGY AND CRITICAL ILL DIVISION
INTERNAL MEDICINE DEPARTMENT
UNIVERSITAS INDONESIA, FACULTY OF MEDICINE
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO HOSPITAL, JAKARTA.
Medical Herbs
in The Research Aspect
Doctors and Herbs
In a study entitled “A gap between acceptance and knowledge of herbal remedies by physicians: The need for educational intervention” It revealed that “Of 192 physicians interviewed, most (60.4%) believed that herbal remedies were beneficial to health…Seventy-eight physicians (40.6%) admitted having used herbs in the past, and 60 of these (76.9%) were satisfied with the outcome.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1310610/
03/04/2021
2
Patients reluctant to tell doctors about their herbal medicines
Nearly one-third of Americans use herbs. Unfortunately, a study in the New England Journal of Medicine found that nearly 70% of people taking herbal medicines (most of whom were well educated and had a higher-than-average income) were reluctant tell their doctors that they used complementary and alternative medicine (CAM).
< 5.000 SIMPLISIA telah
digunakan dalam produk
obat tradisional
Keanekaragaman hayati
> 30.000 spesies tanaman,
menempatkan Indonesia ke 5
BESAR NEGARA
MEGABIODIVERSITAS
[LIPI, 2015]
GENETIC RESOURCES
Ristoja menghimpun informasi
RAMUAN 25.821, TUMBUHAN
OBAT 2.670 SPESIES tersebar
pada 303 etnis di 24 propinsi
[Laporan Ristoja B2P2TOOT,
2015]
TRADITIONAL KNOWLEDGE
Jumlah NIE
OBAT TRADISIONAL
sampai dengan 26 Februari
2021 sebanyak 12.681
[Database Badan POM]
HERBAL MEDICINE PRODUCTS
PENGGUNAAN BAHAN ALAM DI INDONESIA
03/04/2021
3
59,12% orang Indonesia
konsumsi herbal untuk
menyehatkan
RISKESDAS 2010
RISKESDAS 2013
•30,4% rumah tangga
menggunakan cara
tradisional untuk
kesehatannya
•44,3% masyarakat
menggunakan
yankestrad baik melalui
praktisi kestrad maupun
upaya sendiri
RISKESDAS 2018
DATA PEMANFAATAN HERBAL MEDIK
DEMANDTINGGI
Teknologi
Kesehatan
Ekonomi
Sosial dan Budaya
Kesehatan•Meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat•Paradigma jamu mudah
diperoleh, murah dan minimal menimbulkan efek samping
PERAN STRATEGIS HERBAL MEDIK
Sosial & Budaya•Bukti kearifan lokal warisan
budaya bangsa Indonesia•Mendukung kesetaraan
gender
Ekonomi•Industri padat karya → salah
satu penggerak roda ekonomi di Indonesia
•Profil industri OT Indonesia →87,2% adalah UMKM
Teknologi•Mendukung perkembangan
dan peningkatan penguasaan teknologi, khususnya di bidangobat bahan alam / obattradisional
PENTINGNYA PENGEMBANGAN OBAT HERBAL
03/04/2021
4
13
PEMANFAATAN HERBAL MEDIK
EMPIRICAL BASED
EVIDENCED BASED
Sediaan modern Sediaan ModernSediaan Segar
OHT FITOFARMAKA
• Memiliki izin edar dari BPOM• Kondisi kemasan dalam keadaan baik
• Bentuk fisik dalam keadaan baik• Teruji secara ilmiah (praklinik/ klinik)
• Memiliki izin edar dari BPOM• Kondisi kemasan dalam
keadaan baik
• Bentuk fisik dalam keadaan baik
•Jenis tanaman, komposisi dan takaran yang tepat•Pengolahan yang baik dan benar•Cara mengkonsumsi dengan benar
• dapat dilakukan secara mandiri
Pemanfaatan herbal medik utamanya sebagai upaya :
•Peningkatan daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit•Mencegah penyakit atau resiko Kesehatan•Mengatasi keluhan Kesehatan ringan
•Pemulihan dan perawatan Kesehatan, meningkatkan Kesehatan dan kebugaran
PERLU DIKETAHUI
Kriteria Penggunaan Obat Herbal
1. Ketepatan Bahan➢Tanaman obat terdiri dari beberapa spesies yang kadang sulit dibedakan
(memiliki kemiripan) sehingga harus dapat diidentifikasi.
2. Ketepatan Dosis➢Penggunaan takaran obat harus pasti (dalam satuan gram)
3. Ketepatan Waktu Penggunaan➢Contoh: Ekstrak kunyit dipercaya dapat meringankan dismenorea tetapi jika
penggunaan diawal kehamilan dapat menyebabkan keguguran
4. Ketepatan Cara Penggunaan➢Tanaman obat mengandung banyak zat berkhasiat didalamnya sehingga
membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya.
5. Ketepatan Pemilihan Obat Untuk Indikasi Tertentu➢Terdapat banyak jenis zat aktif pada tanaman obat yang memiliki indikasi
masing-masing, sehingga penggunaan harus tepat berdasarkan zat aktif dan indikasinya.
➢Contoh: Alkaloid pada daun tapak darah bermanfaat dalam pengobatan diabetes, tetapi terdapat zat aktif vinblastin yang menyebabkan penurunan leukosit
03/04/2021
5
SimplisiaEkstrak
Bahan Alam
Fraksi
Fraksi Bioaktif
Senyawa Aktif
oTumbuhan
oHewan
oMikroba
oBiota Laut
oMineral
Pengolahan
pasca panen
Ekstraksi
Ekstraksi
dan
Fraksinasi
Fraksinasi
dan
Skrining
molekuler
FraksinasI,
isolasi
dan sintesisPendekatan potensi berdasarkan:
• Pangan
• Empiris pengobatan tradisional
Pendekatan potensi
berdasarkan studi
saintifik:
• Farmakologi
• Fitokimia
New Chemical Entities
Dalam obat konvensional, 50-60% produk
farmaseutikal mengandung bahan alam atau
hasil sintesisnya; 10-25% obat resep
mengandung 1 atau lebih kandungan dari bahan
alam tumbuhan.
Sumber: Cameron et al. Linking
medicinal/nutraceutical products research with
commercialization. Pharm Biol 2005;43:425-433.
POTENSI OBAT TRADISIONAL DALAM PRODUK FARMASI
PENGELOMPOKKAN OBAT HERBAL DI INDONESIA
JAMUOBAT HERBAL TERSTANDAR
FITOFARMAKA
Bahan Terstandarisasi Tidak Ya Ya
Klaim khasiat dan Uji Klinis Bukti Empiris Uji Pra-klinis Uji Klinis
03/04/2021
6
▪ Keamanan dan khasiat
dibuktikan secara ilmiah melalui uji pra klinikbahan baku & produk jadi terstandar▪ Sertifikat CPOTB▪ Uji pra-klinik (toksisitas dan
farmakodinamika)
▪ Mutu produk
▪ Keamanan dan khasiat
dibuktikan secara ilmiah melalui uji pra klinikbahan baku & produk jadi terstandar▪ Sertifikat CPOTB▪ Uji pra-klinik (toksisitas dan
farmakodinamika)
▪ Mutu produk
▪ Keamanan dan khasiat
dibuktikan secara empiris
▪ Keamanan dan khasiat
dibuktikan secara empiris
Jamu
Obat Herbal Terstandar
▪ Keamanan dan khasiat dibuktikan secara ilmiah melalui uji klinik▪ Bahan baku & produk jadi terstandar▪ Sertifikat CPOTB▪ Uji pra-klinik (toksisitas dan
farmakodinamika)
▪ Uji klinik
▪ Mutu produk
▪ Keamanan dan khasiat dibuktikan secara ilmiah melalui uji klinik▪ Bahan baku & produk jadi terstandar▪ Sertifikat CPOTB▪ Uji pra-klinik (toksisitas dan
farmakodinamika)
▪ Uji klinik
▪ Mutu produk
Fitofarmaka
> 11.000 produk
63 produk
21 produkKeputusan KBPOM No. HK.00.05.4.2411 tahun
2004 Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia
Evidence based
Sumber Data: BPOM Februari 2021
Kode TR
Kode HT
Kode FF
PENGGOLONGAN OBAT BAHAN ALAM
BPOM telah mempersyaratkan bahwa suatu sediaan herbal atau obat tradisional harus memenuhi kriteria:
12
Aman
• Telah digunakan secaraturun-temurun melewati3 generasi & terbuktiaman
• Telah diuji toksisitasmenggunakan hewancoba (uji toksisitas akut, subkronik, kronik, mutagenitas)
Bermutu
• industri harusmenerapkan CPOTB, meliputi semua aspekproduksi, mulai daripemilihan bahan baku, proses produksi, sampai pada produk akhir siap edar.
Bermanfaat/ berkhasiat
• Menjamin produk herbal yang dikonsumsimempunyai efekpengobatan sesuaidengan klaim
• dibutuhkan data ilmiahpendukung yang sesuaidengan penelitian/ ujifarmakologi
03/04/2021
7
Jamu
(2) Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium
(3) Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata: "Secara tradisional digunakanuntuk ...", atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.
Obat Herbal Terstandar
(2) Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktiannya yaitu
03/04/2021
8
Fitofarmaka
(2) Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat
pembuktianumumdan medium
PERCEPATAN PENGEMBANGAN & PEMANFAATAN FITOFARMAKA
PERANLINTASSEKTOR
PEMERINTAH
AKADEMISI
PRAKTISIBISNIS
MASYARAKAT
• SATGAS PERCEPATAN PENGEMBANGAN & PEMANFAATAN FF
• REGULASI K/L TERKAIT
SESUAI TUPOKSI
• PENELITIAN OBAT
TRADISIONAL
• PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL DI FASYANKES
• HILIRISASI PENELITIANOT MENJADI PRODUKFITOFARMAKA
• MENDORONG &
MEMANFAATKAN OT
YANG AMAN,
BERMANFAAT, DAN
BERMUTU SECARA
CERDAS
DIDASARKAN DAN SESUAI KEBUTUHAN
MASYARAKAT & PROGRAM
PEMERINTAH
03/04/2021
9
Syarat Utama yangharus dipenuhi agar Obat BahanAlam dapat diregistrasi di BPOM?
Berkhasiat→ Uji Farmakologi
Aman→ Uji Toksisitas
Jalan Menuju Pembuktian
1 bulan -1 tahun 3 – 20 tahun
❖ Sediaan masih simplisia❖ Kemanan dan khasiat secara
empiris❖ Disebut jamu jika sudah
digunakan di masyarakat melewati 3 generasi atau setara dengan 180 tahun
❖ Sediaan berupa ekstrak dari bahan dan proses yang terstandarisasi
❖ Melewati uji pre klinis (uji toksisitas, kisaran dosis, Farmakologi dimanik, dam teratogenic)
Dosis pada hewandikonversi ke dosisaman bagi Manusiasehingga diketahuikesamaan efek padahewan dan manusia
03/04/2021
10
Uji Pre Klinik dari JamumenujuOHT
Uji eksperimental in vitro
• Bersifat parsial pada sebagian organ diatas cawan petri
• Tujuannya untuk mengklarifikasi/me mbuktikan klaim sebuah obat
• Ekstrak diberikan kepada sebagian organ yang terisolasi, kultur sel, atau mikroba
• Pengamatan pada efek yang ditimbulkan
Uji eksperimentalin vivo
• Dilakukan pada hewan percobaan (mencit/tikus/k elinci/Kucing/a njing)
• Tujuannya untuk membuktikan klaim sebuah obat
Uji toksisitas akut
• Tujuannya untuk mengetahui LD50 sebuah obat
• Semakin tinggi LD50 maka semakin aman, karena dibutuhkan dosis tinggi untuk sampai pada tahap mematikan
Uji toksisitas subkronik
• Tujuannya untuk mengamati kelainan akibat konsumsi obat yang diamati
• Efek akumulasi obat menjadi fikus riset tahap ini
• Setiap hari selama 3 bulan berturut2 hewan diberi ekstrak
Uji toksisitas khusus
• Tujuannya untuk melihat kemanan konsumsi obat dalam jangka panjang
• Apakah obat bersifat karsinogenik, mutagenic, teratogenic, iritatif dan aman untuk reproduksi?
Uji Klinik dari OHT menujuFitofarmaka
Uji klinis fase 1
Untuk mengetahui efek dan farmakokinetik
Sukarelawan sehat
Uji klinis fase 2
Diberikan pada orang yang sakit sesuai klaim obat
Kontrol berupa placebo
Uji klinis fase 3
Jumlah sukarelawan diperbanyak dan lokasi diperluas
Kontrol berupaobat inovator
Uji klinis fase 4
Post marketing surveillance
03/04/2021
11
Uji eksperimental in vitro
Penyakit kardiovaskuler
• Sel endotel→ kultur human umbilical vein endothelial cell (HUVEC) → dari plasenta bayi
• Sel kardiomiosit
Fibrosis hati• Sel fibroblast, sel stelata hepar (Hepatic
stellatecell), sel hepatosit
Infeksi salurankemih
• Sel bakteri E.coli, Umbrella cell, sel podosit
Kultur sel immortal (lini sel/ cell line)
Kultur
primer
03/04/2021
12
Contoh
Ginkgo biloba extract inhibits oxidized low-density lipoprotein (oxLDL)-induced matrix metalloproteinase activation by the modulation of the lectin-like oxLDL receptor 1-regulated signaling pathway in human umbilical vein endothelial cells
Uji eksperimentalin vivo
03/04/2021
13
Contoh
ContohCurcumin ameliorates intrahepatic angiogenesis and capillarization of the sinusoids in carbon
tetrachloride-induced rat liver fibrosis
03/04/2021
14
Uji Toksisitas Non Klinik secara in vivo
Uji toksisitas Non Klinik secara in vivo
a. uji toksisitas akut oral
b. uji toksisitas subkronik oral
c. uji toksisitas kronik oral
d. uji teratogenisitas
e. uji sensitisasi kulit
f. uji iritasi mata
g. uji iritasi akut dermal
h. uji iritasi mukosa vagina
i. uji toksisitas akut dermal
j. uji toksisitas subkronik dermal
Pemilihan uji tergantung dari
tujuan penggunaan dan
kemungkinan terjadinya risiko
akibat pemaparan pada manusia
Faktor yang berpengaruh pada keabsahan uji toksisitas :1. Sediaan uji2. Penyiapan sediaan uji3. Hewan uji4. Dosis5. Teknik dan prosedur pengujian6. Kemampuan SDM
→ suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo
03/04/2021
15
Faktor-faktor yang menentukan hasil ujitoksisitas secara in vivo adalah:1.Pemilihan spesies hewan uji→
Tikus/kelinci/kucing2.Galur dan jumlah hewan→ Tikus Wistar/Sprague
Dawley
3.Cara pemberian sediaan uji→ IV, PO, IM
4.Pemilihan dosis uji5.Efek samping sediaan uji6.Teknik dan prosedur pengujian termasuk cara
penanganan hewan selama percobaan
KETENTUAN2 UMUM PADA UJI TOKSISITAS
A. Ethical Clearance
B. Sediaan UjiC. Penyiapan Sediaan UjiD. Dosis UjiE. Kelompok KontrolF. Cara Pemberian Sediaan UjiG. Hewan UjiH. Kondisi Ruangan danPemeliharaanHewan UjiI. Cara Mengorbankan Hewan UjiJ. Cara Penandaan Hewan UjiK. Cara Memegang (Handling)Hewan Uji
03/04/2021
16
PEDOMAN UJITOKSISITAS
Toksisitas akut oral
Prinsip
Tujuan
Metode
Metode konvensional
Prosedur
Pengumpulan data dan analisis
Fixed dose method
Prinsip
Prosedur
Pelaporan hasil
pengujian
TOKSISITASAKUT ORAL→ untuk mendeteksi efek toksik
yang munculdalam waktu singkat
setelah pemberian suatu zat dalam
dosis tunggal atau dosis berulang
yang diberikan dalam waktu tidak
lebih dari 24 jam; apabila
pemberian dilakukan secara
berulang,maka interval waktu
tidak kurang dari 3 jam.
Hasil toksisitas akut dievaluasi berdasarkan kriteria bahaya dari GHS (Globally Harmonised Classification System for
ChemicalSubstances and Mixtures)yang tercantum dalam Thirteenth Addendum to The OECD Guidelines for The
Testing of Chemicals (2001):
03/04/2021
17
Sedangkan untuk obat, obat tradisional bahan lainnya (Generally RecognizedAs Safe/GRAS) seperti bahan
pangan, penentuan kategori toksisitas akut digunakan penggolongan klasifikasi seperti pada Tabel 4.
Prinsip
• Prinsip toksisitas akut yaitu pemberian secara oral suatu zat dalam beberapa tingkatandosis kepada beberapa kelompok hewan uji.
• Penilaian toksisitas akut ditentukan dari kematian hewan uji sebagai parameter akhir.
• Hewan yang mati selama percobaan dan yang hidup sampai akhir percobaan diotopsi untuk dievaluasi adanya gejala-gejala toksisitas dan selanjutnya dilakukan pengamatan secara makropatologi pada setiap organ.
Tujuan
• Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk mengidentifikasi bahan kimia yang toksik dan memperoleh informasi tentang bahaya terhadap manusia bila terpajan.
• Uji toksisitas akut digunakan untuk menetapkan nilai LD50 suatu zat.
03/04/2021
18
Metode Uji ToksisitasAkut Oral
Metode konvensional(-):Membutuhkan banyak hewan uji
Fixeddose method(+):Hanya menggunakan jenis kelamin betina karenatidak ada perbedaan LD50 jantan dan betina
44wUji Pendahuluan
• Untuk mencari dosis awal yang sesuai untuk uji utama
• Dosis awal dapat dipilih dari tingkatan fixed dose: 5, 50, 300 dan 2000 mg/kg BB sebagai dosis yang diharapkan dapat menimbulkan efek toksik
Uji Utama
• Uji utama dilakukan dengan memperhatikan tingkat dosis dimana terjadi kematian pada uji pendahuluan.
• Penentuan dosis antara setiap tingkatan didasarkan pada waktu terjadinya gejala toksik.
• Pengujian tidak diteruskan pada dosis selanjutnya sampai diketahui apakah hewan masih bertahan hidup atau mati
Uji Batas
• Jika pada uji pendahuluan tidak ada kematian pada tingkat dosis 2000 mg/kg dan pada uji utama hanya 1 ekor atau tidak ada hewan yang mati pada tingkat dosis 2000 mg/kg, maka tidak perlu diberikan dosis melampaui 2000 mg/kg.
03/04/2021
19
Pengamatan
• Observasi minimal 30 menit pertama pasca pemberian, secara periodik setiap 4 jam selama 24 jam→ Setelah itu sehari sekali, selama 14 hari
• Durasi dapat bervaruasi & diperpanjang tergantung dari rx toksik & onset serta lama waktu kesembuhan
• Waktu timbul / hilangnya gx toksisitas, kematian hewan wajib dicatat secara sistematis
Pengamatan yang dilakukan termasuk pada: kulit, bulu, mata, membran mukosadan juga sistem pernafasan, sistem syaraf otonom, sistem syaraf pusat, aktivitassomatomotor serta tingkah laku.Selain itu, perlu juga pengamatan pada kondisi: gemetar, kejang, salivasi, diare,lemas, tidur dan koma.
Pengumpulan data
❖Dosis uji yang digunakan;
❖Jumlah hewan yang menunjukkan gejala toksisitas;
❖Jumlah hewan yang ditemukan mati selama uji dan yang mati karena dikorbankan;
❖Waktu kematian masing-masing hewan;
❖Gambaran dampak toksik dan waktu dampak toksik;
❖Waktu terjadinya reaksi kesembuhan; dan
❖Penemuan nekropsi.
03/04/2021
20
Pelaporan Hasil Pengujian
3. Hasil:
a. Data pengamatan
b. Efek toksik yang terjadi untuk setiap dosis dan jenis kelamin
c. Waktu terjadinya gejala-gejala toksik, tingkah laku hewan dan kematian
d. Data berat badan
e. Penemuan hasil pemeriksaan makropatologi dan histopatologi (bila diperlukan).
f. Data LD50
4. Pembahasan
5. Kesimpulan dan saran
6. Daftar Pustaka
1. Pendahuluan
2. Metode
a. Jenis hewan, jumlah dan galur yang digunakan
b. Nama, bentuk, kemurnian dan cara pemberian sediaan uji
c. Zat pembawa: air atau zat lainnya
d. Kondisi pemeliharaan hewan: ukurankandang, jumlah hewan perkandang,bahan pembuat kandang (alumunium,fiber atau bahan lain
e. Kondisi pengujian: pemilihan dosis awal, formulasi sediaan uji, dosis dan volume sediaan uji serta waktu pemberian
TOKSISITAS SUBKRONIKORAL
Prinsip
• Sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji.
• Selama waktu pemberian sediaan uji, hewan harus diamati setiap hari untuk menentukan adanya toksisitas.
• Hewan yang mati selama periode pemberian sediaan uji, bila belum melewati periode rigor mortis (kaku) segera diotopsi, organ dan jaringan diamati secara makropatologi dan histopatologi.
• Pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua hewan yang masih hidup diotopsi selanjutnya dilakukan pengamatan secara makropatologi pada setiap organ maupun jaringan, serta dilakukan pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan histopatologi.
Tujuan
• 1. Efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut.
• 2. Efek toksik setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu.
• 3. Dosis yang tidak menimbulkan efek toksik (No Observed-Adverse Effect-Level/NOAEL).
• 4. Mempelajari adanya efek kumulatif dan efek reversibilitas setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu.
03/04/2021
21
Jenis Uji Toksisitas Subkronik
OralUji Toksisitas Subkronis Singkat
Oral 28 hari pada Rodensia
• Untuk menguji sediaan uji yang penggunaannya secara klinis apakah:
• a. dalam bentuk sekali pakai.
• b. berulang dalam waktu kurang dari satu minggu
Uji Toksisitas Subkronis Oral 90 hari pada Rodensia
• Untuk menguji sediaan uji yang penggunaannya secara klinis berulang dalam waktu 1-4 minggu.
PelaporanHasil Pengujian4. Hasil:
a. Efek toksik yang terjadi untuk setiap dosisdan jenis kelamin
b. Waktu terjadinya gejala-gejala toksik dan kematian
c. Data berat badan (dua titik tiap minggu)dan makanan yang konsumsi
d. Hasil pemeriksaan hematologi
e. Hasil pemeriksaan biokimia klinis
f. Penemuan hasil pemeriksaanmakropatologi dan histopatologi
g. Bobot organ absolut dan relatif
h. Analisis statistik menggunakan ANOVA
5. Pembahasan
6. Kesimpulan 7. Daftar Pustaka
1.Pendahuluan
2.Tinjauan Pustaka
3.Metode
a. Jenis hewan dan galur yang digunakan
b. Nama, bentuk dan cara
• pemberian sediaan uji
c. Kondisi pemeliharaan hewan: ukurankandang, jumlah hewan perkandang,bahan pembuat kandang (alumunium,fiber atau bahan lain).
03/04/2021
22
Pemeriksaan
Hematologi
• konsentrasi hemoglobin,
• jumlah eritrosit (RBC/Red Blood Cell),
• jumlah leukosit (WBC/White Blood Cell),
• diferensial leukosit,
• hematokrit,
• jumlah platelet (trombosit),
• perhitungan tetapan darah yaitu: MCV, MCH, MCHCpenetapan deferensial leukosit
Biokimia Klinis (OECD)
• natrium, kalium, glukosa, total-kolesterol, trigliserida, nitrogen urea, kreatinin, total-protein, albumin,
• GOT (glutamateoksaloasetat transaminase),
• GPT (glutamat piruvat transaminase),
• total bilirubin,
• alkaline fosfatase,• gamma glutamil trans-
peptidase, LDH (laktat
• dehidrogenase),
• asam empedu (bile acids).
Biokimia Klinis (WHO)
• fungsi hati (GOT, GPT, Gamma GT)
• fungsi ginjal (nitrogen urea, kreatinin, total-bilirubin).
• Parameter utama minimal yang harus diperiksa adalah nitrogen urea, kreatinin, GOT dan GPT.
TOKSISITAS KRONIK ORAL
Prinsip
• Sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji selama tidak kurang dari 12 bulan.
• Pengamatan setiap hari untuk menentukan adanya toksisitas.
• Hewan yang mati selama periode pemberian sediaan uji, bila belum melewati periode rigor mortis (kaku) segera diotopsi, organ dan jaringan diamati secara makropatologi dan histopatologi.
• Pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua hewan yang masih hidup diotopsi selanjutnya dilakukan pengamatan secara makropatologi pada setiap organ maupun jaringan, serta dilakukan pemeriksaan hematologi, biokimia klinis, histopatologi.
Tujuan
• 1. Efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas subkronis.
• 2. Karakterisasi toksisitas dari suatu sediaan uji yang dipaparkan dalam waktu lama & berulang
• 3. Untuk menentukan NOAEL yaitu dosis yang tidak menimbulkan efek toksik
03/04/2021
23
Pelaporan Hasil Pengujian4. Hasil:
a. Efek toksik yang terjadi untuk setiap dosisdan jenis kelamin
b. Waktu terjadinya gejala-gejala toksik dan kematian
c. Data berat badan (dua titik tiap minggu)dan makanan yang konsumsi
d. Hasil pemeriksaan hematologi
e. Hasil pemeriksaan biokimia klinis
f. Penemuan hasil pemeriksaanmakropatologi dan histopatologi
g. Bobot organ absolut dan relatif
h. Analisis statistik menggunakan ANOVA
5. Pembahasan
6. Kesimpulan 7. Daftar Pustaka
1.Pendahuluan
2.Tinjauan Pustaka
3.Metode
a. Jenis hewan dan galur yang digunakan
b. Nama, bentuk dan cara
• pemberian sediaan uji
c. Kondisi pemeliharaan hewan: ukurankandang, jumlah hewan perkandang,bahan pembuat kandang (alumunium,fiber atau bahan lain).
Uji KlinikObat Herbal
03/04/2021
24
JENIS UJI KLINIS
FASE I• Keamanan & toleransi obat• 20-50 orang
FASE II• Sistem/dosis obat yang paling efektif• 100-200 orang
FASE III• evaluasi efektivitas obat/cara pengobatan baru• minimal 500 orang
FASE IV (post marketing surveilance)• Evaluasi obat yang sudah dipakai lama (>5 tahun)
Ketertarikan Kedokteran Konvensional Terhadap Pengobatan
Alternatif-Konvensional
• Banyak penderita yang bertanya tentang khasiat dan keamananherbal.
• Dilaporkan adanya kegagalan terapi atau timbulnya efek sampingakibat interaksi obat modern dengan obat herbal.
• Penyakit berlanjut, penderita terlambat untuk disembuhkandengan pengobatan konvensional yang sudah diakui manfaatnya.
• Ada tekanan publik untuk mencakupkan pengobatankomplementer-alternatif ke dalam pengobatan formal, sementarabukti klinis yang meyakinkan belum tersedia.
03/04/2021
25
Peraturan Obat Herbal
• Dikategorikan sebagai supplement, karena itu dipasarkan tanpapembuktian khasiat dan keamanan terlebih dahulu.
• Diberlakukan CPOB, agar tak terkontaminasi dengan bakteri dan tak dicampur dengan obat konvensional, dan diketahui bataswaktu kadaluarsa.
• Diberlakukan/sedang disusun standardisasi bahan baku
Pandangan Dunia KedokteranTerhadap Obat Herbal
• Indikasi penggunaan didasarkan pandangan pribadi (opinion based- medicine) dan bukan melalui pembuktian (evidence based medicine).
• Oleh karena itu khasiat dan keamanannya diragukan.
• Efek nonspesifik (efek placebo) lebih menonjol dari efek spesifikkomponen herbal
• Obat herbal dekat dengan dunia kedokteran, karena banyak obatkonvensional yang berasal dari tumbuhan, yang kemudian dikenalikimianya melalui isolasi dan purifikasi
03/04/2021
26
Protokol Uji Klinik
• Dimulai dengan konsep awal yang sederhana, kemudiandikembangkan dalam peer group menjadi protokol lengkap.
• Merupakan cetak biru dari jalan penelitian yang harus diikutipeneliti
• Perlu memperoleh klirens etik sebelum pelaksanaan penelitian
14 Komponen Protokol Uji Klinik
• Latar belakang
• Objektif spesifik
• Disain penelitian
• Kriteria seleksi subyek
• Rencana pengobatan
• Alokasi random
• Cara evaluasi hasilpengobatan
• Informed consent
• Jumlah subyek
• Pemantauanperjalanan uji klinik
• Case Report Form
• Pelanggaran protokol
• Analisis statistik
• Tanggung jawabadministratif dan finansial
03/04/2021
27
Dasar Pemikiran Perlunya Plasebo SebagaiObat Pembanding
• Logika mengatakan bila setelah pemberian obat terjadi perbaikan klinis, makaperbaikan klinis itu disebabkan oleh pemberian obat itu (post hoc ergo propterhoc, after this, therefore because of this)
• Akan tetapi perbaikan klinis dapat terjadi karena beberapa faktor selain daripemberian obat, gejala/keluhan menghilang sendiri (self-limited course of disease, gejala/keluhan hilang timbul, remisi spontan, dan efek placebo
• Dengan menggunakan plasebo sebagai pembanding, maka dapat diukurbesarnya perbaikan klinis karena efek obat
Ketersamaran Dalam Uji Klinik
• Bertujuan untuk menghindari bias dalam penilaian responspengobatan.
• Ketersamaran diperoleh dengan cara menyamakanbentuk,ukuran, warna, rasa, cara pemberian dan sensasi yang ditimbulkannya, dan interval pemberian, sedemikian rupasehingga si pemberi, pengamat, dan penderita tak dapatmembedakan obat mana yang ia terima selama berlangsungnyapenelitian.
03/04/2021
28
DESAIN UJIKLINIS
SUBYEK
kelompok
perlakuan
kelompok
kontrol
efek
efek
SUBYEK
kelompok
perlakuan
kelompok
kontrol
efek
efek
kelompok
perlakuan
kelompok
kontrol
efek
efek
1. PARALEL
2. CROSSING OVER
R
R
KEUNTUNGAN & KERUGIAN
KEUNTUNGAN• Randomisasi➔ bias terkendali• Kriteria inklusi, perlakuan & hasil ditentukan dulu• Statistik lebih efektif• Statistik mudah karena random
• Kelompok sebanding
KERUGIAN• Desain & pelaksanaan➔ kompleks & mahal• Seleksi tertentu➔ tidak sesuai populasi target• Masalah etik
• Kadang tidak praktis
03/04/2021
29
PERAN UJIKLINIK DALAM EBM
Uji praklinik
Uji invitro
Tingkat Bukti Pada PengobatanBerbasiskan Bukti
1a. Bukti yang diperoleh dari meta-analisis
uji klinik
1b. Bukti yang diperoleh dari 1 uji klinik teracak dan
tersamar ganda
IIa. Bukti diperoleh dari kajian terkontrol tanpa acak
11b. Bukti berasal dari kajian quasi-experimental
III. Bukti berasal dari kajian deskriptif yang
dirancang dengan baik
IV. Bukti berasal dari pendapat ahli atau
pengalaman klinik
03/04/2021
30
PrinsipUji Klinik yang Baik
1. Sesuai deklarasi Helsinski
2. Risiko & ketidaknyamanan diperhitungkan
3. Hak, keamanan, kesejahteraan➔penting
4. Informasi produk memadai
5. Landasan ilmiah kuat➔ protokol
6. Dilaksanakan ~protokol disetujui KE
7. Pelayanan & keputusan medik➔ dr./drg.
8. Individu yang terlibat ➔ memenuhi syarat
9. Informed consent tanpa tekanan
10. Semua data direkam, ditandatangani, & disimpan
11. Kerahasiaan rekaman terjamin
12. Produk memenuhi CPOB
13. Sistem dengan prosedur yang menjamin mutu setiap aspek
PIHAK YANG TERLIBAT
Peneliti
Komisi etik
Komisi ilmiah
Sponsor
Punya kualifikasi, wewenang, dan tanggung jawab masing-
masing
03/04/2021
31
03/04/2021
32
Herb Research in the World
Clinicaltrial.gov
COVID19 Research : 3.750 trial
herbs medicine : 126 trial
Non COVID19 Research
herbs medicine : 410 trial
Uji Klinis Penggunaan Herbal di dunia untuk Covid-19
03/04/2021
33
Penelitian : Pasien Covid-19 membaik dengan herbal, di China > 85% terapi menggunakan herbal
03/04/2021
34
PEMANFAATAN HERBAL MEDIK PADAPENANGANAN COVID-19
14
sebagai Imunomodulator
Mengatasi faktor Komorbid Covid 19
Tanaman Obat yang mengandung zak aktif seperti:• Jahe Merah (Quercetin)
• Temulawak ( Curcuminoid)
• Kunyit (Curcumin,
bisdesmetoksicurcumin)• Meniran ( Flavonoid)• Empon empon
• Tekanan Darah tinggi : Seledri, bawang putih
• Kencing manis/Diabetes:Daun salam, sambiloto
• Obesitas : daun jati
belanda, daun ceremai
Sumber : Petunjuk Praktis Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akupresur, Promotif Preventif dengan Kesehatan Tradisional
Mengurangi Gejala
Covid 19
• Batuk Pilek : rimpang kencur
• Sakit Kepala : bawang putih dan antanan
• Sulit tidur : biji pala• Mual muntah : Jahe
03/04/2021
35
TANAMAN OBAT YANG BERFUNGSI UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH
(IMUNOMODULATOR)
• Bentuk Rimpang
• Jahe, Jahe Merah,Kunyit, Temulawak, kencur, Lengkuas
• Bentuk Daun
• Sirih, Kelor, Katuk, Pegagan, Seledri
Bentuk Batang
Serai dapur/Sereh
Bentuk Kulit Kayu
kayu manis
Bentuk Buah
Jeruk nipis, lemon, jambu biji
Bentuk Biji
Jintan Hitam15 T
The picture can't bedisplayed.
an't beThe picture cdisplayed.
n't beThe picture cadisplayed.
The picture can't bedisplayed.
he picture can't bedisplayed.
The picture can't be displayed.
Sumber: Modul TOT Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akupresur
MEKANISME PERTAHANAN
TUBUH (1)Jahe meningkatkan
aktivitas sel Natural Killer
dalam melisis target
produksi IL-6,
meningkatkan induksi
proliferasi sel pembentuk
Antibodi
Temulawak, Kunyit,
menstimulasi
pembentukan sel T,
Natural Killer sel,
makrofag
Pegagan, meningkatkan produksi IL2 dan
meningkatkan indeks fagositosis
Kelor, meningkatkan sel T
Helper yang berfungsi
untuk mengaktifkan
makrofag untuk
melakukan fagositosis
Kencur mengandung
flavanoid yang bersifat
stimulator untuk
meningkatkan kemampuan
efek mikrobisidal danfagositosis / penelanan
Sambiloto, meningkatkan
produksi Limfosit B yang
akan mengikat antigen
dan meningkatkan proses
fagositosis dan
16
Sistem Imunitas Tubuh
03/04/2021
36
MEKANISME PERTAHANAN TUBUH
(2)
Bawang Putih, Menghambat
pembentukan dinding sel bakteri
Meniran (Pylantus Niruri), memodulasi sistem imun
melalui proliferasi dan
aktivasi limfosit T dan B
Sereh, Lemon dan Jambu
Biji sebagai antioksidan
Kayu Manis,
meningkatkan sel T
Helper yang berfungsi
untuk mengaktifkan
makrofag untuk
melakukan fagositosis
Sirih, meningkatkan
aktifitas fagositosis
Jintan Hitam, Meningkatkan jumlah dan fungsi Sel T Killer
17
Sistem
Imunitas
Tubuh
Nama Herbal Indikasi Medis Golongan obat konvensional yang berpotensi interaksi
Bawang putih
(Allium sativum L.)
Anti bakteri dan jamur, mempertahankan sistem
imunitas, melawan infeksi oportunitis, (IO) termasuk
herpes virus, sitomegalovirus, kriptosporidiosis (kripto),
dan organisme mikobakteri atau kandida, mengurangi
tingkat kolesterol dan trigliserid yang tinggi,mengurangi
kemampuan darah untuk membeku, antihipertensi.
Saquinavir : dapat mengurangi tingkat saquinavir dalam darah
rata-rata 51%, sehingga pada pengobatan HIV, potensi
terjadinya resistensi terhadap obat tersebut.
Warfarin : sebaiknya dihindari oleh orang yang memakai obat
antitrombosit atau anti pembeku.
Seledri
(Apium graveolensLinn,
Apiaceae)
Diuretik, antihipertensi Hidrochlorothiazide (HCT) dan furosemide : penggunaan
bersama-sama dapat mengakibatkan turunnya cairan tubuh dan
kadar ion tubuh sehingga menurunkan keseimbangan.
Daun senna
(Cassia angustifolia Vahl.)
Diuretik Thiazid, adrenokortikosteroid atau Liquiritiae Radix : dapat
memacu timbulnya ketidak seimbangan elektrolit.
Biji kopi Stimulansia Barbital : efek sedatif dari barbital akan berkurang karena
terjadi efek penetralan.
Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Penambah nafsu makan Parasetamol : dapat memicu terjadinya kerusakan hati
(hepatotoksisitas).
Bayam Sumber zat besi Tetrasiklin : menurunkan efek dari tetrasiklin karena
terbentuknya kompleks khelat sehingga absorbsinya menurun.
Kava-kava Antikonvulsan Barbital dan obat-obat lain yang bekerja pada sistem saraf pusat
: hilangnya kesadaran dan disorientasi.
03/04/2021
37
KESIMPULAN
• Indonesia mempunyai sumber daya alam tumbuhan obat.
• Dibutuhkan penelitian herbal medik secara kontinu dan berkesinambungan untuk menghasilkan industri obat yang tepat guna dan optimal.
• Peran tri dharma perguruan tinggi dibutuhkan untuk mengembangkan herbal medik khususnya dalam penelitian.
• Penelitian dan pengembangan herbal medik adalah masa depan negara dan bangsa Indonesia untuk mandiri di bidang kesehatan.
TERIMA
KASIH