lo od pros
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 LO OD pros
1/30
LO 1
Pemeriksaan di bidang prostodonsia dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Covert Examination
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memperhatikan bagaimana karakter pasien untuk menentukan tipe
seperti apa pasien tersebut. Sejak pasien masuk ke dalam ruangan, dari ekspresinya, suaranya,
penampilannya, dan cara berjabat tangan, seorang operator harus memperhatikan pasien dengan seksama.
Karena dari ekspresi dan suara, kita dapat mengetahui tingkat kepercayaan diri pasien, apakah pasien
merasa yakin untuk melakukan perawatan gigi tiruan atau pasien terlihat malas dan tidak bersemangat.
Penampilan pasien yang rapi dan berantakan juga dapat mengindikasikan bagaimana keadaan rongga
mulutnya atau tingkat kebersihan rongga mulutnya. Hal ini tentu mempengarungi keberhasilan perawatan
yang sangat memerlukan kondisi rongga mulut yang bersih dan baik. Selain itu adanya bau rokok yang
tercium dari pasien juga mengindikasikan kebiasaan buruk yang berakibat buruk terhadap pemakaian gigi
tiruan. Satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah keadaan pasien ketika sedang berkonsultasi. Pasien
yang gelisah, menggigit kuku, dan terlihat stres bisa saja memiliki ambang batas terhadap rasa tidaknyaman yang rendah. Hal ini tentu berpengaruh terhadap adapatasi pasien terhadap pemakaian gigi tiruan
yang merupakan benda asing. Dari covert examination ini diharapkan seorang operator mampu mengetahui
tipe pasien, dan faktor-faktor psikologi yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dalam membuat
rencana perawatan.
2) History Examination
a) Personal Histiry
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan ingatan
penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic atau dental. Ditinjau dari cara
penyampaian berita, anamnesis ada dua macam :
Auto Anamnesis: cerita mengenai keadaan penyakit yang disampaikan sendiri oleh pasien.
Allo Anamnesis: cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang bersangkutan,
melainkan memalui bantuan orang lain. Umpamanya pada pasien bisu, ada kesulitan bahasa,
penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. (drg. Haryanto A. Gunadi.
Hipokrates. 1991:106)
Hal - hal yang ditanyakan saat anamnesis:
a. Nama Penderita
Untuk membedakan pasien satu dengan yang lainnya, mengetahui asal suku atau rasnya.
Karena tiap ras berhubungan dengan penyusunan gigi depan. (drg. Haryanto A. Gunadi.
Hipokrates. 1991:107)
b. Alamat
-
8/17/2019 LO OD pros
2/30
Dengan mengetahui alamat, pasien dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu yang tidak
diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Juga membantu kita mengetahui latar
belakang lingkungan hidup pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya. (drg. Haryanto
A. Gunadi. Hipokrates. 1991:107)
c. Pekerjaan
Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga dapat diketahui. Pada
umumnya lebih tinggi kedudukan sosial pasien, lebih besar tuntutannya terhadap faktor estetik.
(drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:107)
d. Jenis Kelamin
Wanita umumnya cenderung lebih memperhatikan faktor estetik dibandingkan pria. Untuk pria
membutuhkan protesa yang lebih kuat karena pria menunjukkan kekuatan mastikasi yang besar.
Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman. Selain itu, bentuk gigi wanita cenderung banyak
lengkungan/bulatannya dibanding pria yang kesannya lebih kasar dan persegi. Pasien wanita
menopause juga harus diperhatikan karena pada periode ini, mulut pasien terasa kering dan
terbakar. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:107)
e. Usia
Proses penuaan mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot,
mengalirnya saliva, ukuran pulpa gigi, dan panjang mahkota klinis. Usia tua juga dijumpai
penyakit komplikasi seperti hipertensi, jantung, dan diabetes mellitus. Selain itu, kemampuan
adaptasi dan retensi jaringan periodontal usia tua terhadap gigi tiruan mulai berkurang. (drg.Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:108)
f. Pencabutan Terakhir Gigi
Untuk mengetahui apakah gigi itu dicabut atau tanggal sendiri. Lama antara pencabutan
terakhir dengan pembuatan protesa sangat berpengaruh karena pembentukan kembali jaringan
bekas ekstraksi membutuhkan waktu 4-5 bulan dan resorbsi tulang alveolar pada edentulus
residual paling stabil setelah 10-12 bulan. Pada saat ini residual ridge umumnya sudah stabil untuk
dipasang protesa. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:108)
g.
Pengalaman Memakai Gigi tiruan
Pasien yang pernah memakai protesa sudah pengalaman, sehingga adaptasi terhadap protesa
baru mudah dan berlangsung cepat. Sebaliknya bagi yang belum pernah memakai protesa, proses
adaptasi cukup sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. (drg. Haryanto A. Gunadi.
Hipokrates. 1991:108)
h. Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan
Kita tanyakan kepada pasien, apakah pasien mementingkan pemenuhan faktor estetik atau
fungsional. Tetapi, konstruksi biasanya sesuai kebutuhan pasien. (drg. Haryanto A. Gunadi.
Hipokrates. 1991:109)
-
8/17/2019 LO OD pros
3/30
i. Keterangan lain ( contoh: Penderita bruksisma berat dimana geliginya sudah lemah dianjurkan
memakai geligi tiruan pada malam hari juga, supaya ketegangan atau strain yang di terima oleh
gigi yang masih ada dapat dikurangi). (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991)
b) Medical History
Riwayat penyakit umum yang pernah di derita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam perawatan
seorang dokter/ lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang di minuk. Hal ini perlu
diketahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam
perawatan dental
1. Diabetes Mellitus
Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah
menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan mukosa
yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada dengan hilangnya
tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal. Infeksi monilial,
berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan hal yang khas dari
penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama dengan
gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal,
cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal pertama yang harus dilakukan
adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali jaringan mulut.
Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat dilakukan
dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari tindakan pembedahan yang
besar selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan
buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan, serta distribusikan beban
fungsional pada semua bagian yang dapat memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang
harmonis. Bila dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas
karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut.
Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau oerlu
lebih sering dari itu) untuk mempertahankan kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 1991 : 110).
2. Penyakit Kardiovaskular
Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian anastetikum yang
mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena bahan ini dapat mempengaruhi
tekanan darah.
3. Tuberkulosis dan Anemia
Pada penderita ini menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar. Untuk kasus ini
sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjol (cusp)
4. Depresi Mental
-
8/17/2019 LO OD pros
4/30
Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai efek
samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya retensi geligi
tiruan. Maka perawatan dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan
terhadap depresi mentalnya dapat diatasi.
Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak secara realistic.
Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu ia masih muda/ remaja serta
mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan
dibuat.
3) Definitie Examination
a) Intra Oral
A. Keadaan umum
Keadaan umum meliputi :
i. Kebersihan mulut (oral hygiene)
ii. Mukosa mulut
Diperiksa apakah mukosa normal atau tidak. Warna dari mukosa dapat menggambarkan
kesehatan, dimana warna mukosa yang tidak normal biasanya akan berwarna merah meradang.
Selian itu, lesi patologis termasuk lesi mukosa atau jaringan dibawahnya juga diperiksa. Yang
perlu diperhatikan pula pada mukosa adalah adanya jaringan hyperplasia ( flabby) dan
kekenyalan mukosa. Jaringan flabby dapat dibuang dengan tindakan bedah karena dapat
mengganggu stabilisasi dari gigi tiruan.
iii. Frekuensi karies
Status gigiPemeriksaan dilakukan pada seluruh gigi geligi. Pada tahap ini diteliti adanya kondisi-
kondisi tertentu yang dijumpai seperti gigi karies, bertambal, mahkota dan jembatan,
migrasi, malposisi, ekstrusi, goyang, dsb.
Artikulasi
Artikulasi diperiksa untuk mengetahui adanya hambatan (blocking).
iv. Palatum
Palatum mempunyai bentuk yang berbeda antara pasien yang satu dengan pasien yang
lain. Pemeriksaan palatum ini bisa secara langsung pada rongga mulut pasien atau melalui
model agar lebih akurat.
Bentuk palatum terdiri atas :
a) Bentuk Quadratik (Bentuk lengkung atau seperti huruf U)
Bentuk ini mempunyai retensi yang baik, karena dapat menahan pelepasan ke arah vertikal dan
lateral, dimana mempunyai kedalaman yang sedang dengan rugae yang jelas dibagian anterior.
b) Bentuk Ovoid (Bentuk datar)
Retensi dan stabilisasi pada gigi tiruan kurang baik, karena dari bentuk tersebut dapat
menimbulkan kurangnya daya tahan terhadap pergerakkan gigi tiruan atas ke arah depan
selama melakukan fungsi mastikasi.
-
8/17/2019 LO OD pros
5/30
c) Bentuk Tappering (Bentuk V)
Dimana palatum tinggi dan sempit sehingga kurang menguntungkan dari segi retensi pada
gigi tiruan. Makin kuat gigi tiruan menekan sisi palatum maka makin cepat kemungkinan
gigi tiruan akan terlepas.
v. Saliva
Kualitas saliva berpengaruh pada retensi gigi tiruan. Saliva yang kental (mucous) kurang
baik, karena kurang mampu membasahi seluruh permukaan basis gigi tiruan/ Selain itu, saliva
yang kental tidak dapat membentuk lapisan film yang tipis, sehingga kontak basis gigi tiruan
dan mukosa pendukung tidak dapat rapat. Sebaliknya, saliva encer dapat membentuk film tipis
hingga kontak basis dan mukosa lebih rapat. Daya pembasahannya pun lebih baik, karena lebih
mudah menyebar ke seluruh permukaan basis gigi tiruan.
Kuantitas saliva juga perlu bagi retensi gig tiruan. Saliva dalam jumlah tertentu banyak
dapat mengganggu retensi karena memberikan kesan seolah-olah gigi tiruan teredam di
dalamnya sepanjang hari, dan pasien senatiasi berkeinginan untuk melakukan gerakan menelan.
Sebaliknya, saliva yang terlalu sedikit juga merugikan, karena tidak cukup untuk membasahi
seluruh permukaan basis gigi tiruan. Jadi, yang paling baik ialah, saliva yang tidak terlalu
kental, dan jumlahnya cukup
vi. Lidah
Pemeriksaan pada lidah dapat dilakukan secara visualisasi, dilihat mengenai ukuran dan
posisi lidah. Ukuran lidah dapat normal, mikroglosi, atau makroglosi. Sementara posisi lidahmenurut klasifikasi Wright dapat dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
1. Kelas I → lidah berada pada posisi normal. Ujung lidah bersandar rileks di area permukaan
lingual gigi-gigi anterior rahang bawah dan bagian tepi lateral lidah berkontak dengan
permukaan lingual gigi-gigi posterior rahang bawah dan basis gigi tiruan atau pada
permukaan lingual processus alveolaris rahang bawah.
2. Kelas II → tepi lateral lidah berada pada posisi yang normal, namun ujung lidahnya
menggulung ke atas atau ke bawah.
3.
Kelas III → lidah pada posisi tertarik (retracted position). Ujung lidah tidak menyentuh
gigi-gigi atau ridge rahang bawah. Sehingga sebagian besar dasar mulut dapat terlihat.
Karena posisinya yang tertarik, lidah terlihat seperti membentuk sudut.
-
8/17/2019 LO OD pros
6/30
Gambar: (kiri) posisi normal lidah pada rahang tak bergigi,(kanan) posisi normal lidah pada rahang
bergigi (Suryandari, astri. 2007)
Dari penjelasan di atas, posisi lidah kelas I merupakan posisi lidah yang paling ideal karena
pada kondisi ini terdapat ketinggian dasar mulut yang adekuat sehingga sayap lingual basis gigi
tiruan nantinya dapat berkontak dengan lidah dan lidah dapat menjaga peripheral seal dari gigi
tiruan. Sedangkan pada kondisi posisi lidah kelas II dan terutama kelas III, dasar mulut pada
umumnya terlalu rendah sehingga lidah tidak dapat berkontak dengan sayap lingual basis gigi
tiruan dan pada akhirnya menyebabkan kurangnya retensi pada gigi tiruan.
vii. Pemeriksaan Jaringan Periodontal
Keadaan jaringan periodontal yang mengalami peradangan, perdarahan merupakan kondisi
yang tidak menguntungkan dalam rencana perawatan gigi tiruan. Seorang operator harus
memperhatikan kegoyangan gigi, kedalaman pocket periodontal, untuk mengetahui keadaan
jaringan penyangga seperti tulang alveolar dan ligamen periodontal. Gigi yang kedalaman
pocketnya >3mm menunjukkan terjadinya kerusakan tulang alveolar, dan hal tersebut dapat
menyebabkan resesi gingiva.
Gigi yang mengalami resesi gingiva akan mempengaruhi suatu rencana perawatan karena
resesi gingiva akan menyebabkan terbukanya sementum. Sementum yang terbuka ini sangat
rentan terkena karies, sehingga gigi tersebut tidak dapat dipasangi clasp untuk retensi.
viii. Vestibulum
Merupakan celah antara mukosa bergerak dan tidak bergerak. Vestibulum diukur dari dasar
fornix hingga hingga puncak ridge. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut(nomor 3). Pemeriksaan dilakuka pada regio posterior dan anterior terutama pada bagian yang
tak bergigi, dimulai dari fornix sampai puncak ridge. Sedangkan pada daerah yang masih ada
giginya, dari dasar fornix sampai ke tepi gingival.
a) Vestibulum dalam : Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengah diameter
b) Vestibulum dangkal : Bila kacamulut yang terbenam kurang dari setengah diameter
kacamulut.
Vestibulum digunakan untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan. Vestibulum yang lebih dalam
lebih retentive daripada yang dangkal.
ix. Frenulum
Frenulum yaitu lipatan jaringan lunak yang menahan pergerakan organ yang dapat
bergerak, termasuk lidah. Frenulum labialis pada rahang atas dan bawah dan frenulum
lingualis pada rahang bawah merupakan struktur yang perlekatannya seringkali dekat dengan
puncak residual ridge. Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi-rendahnya perlekatan masing-
masing. Frenulum lingualis pada rahang bawah dan f.labialis pada rahang atas/bawah
merupakan struktur yang perlekatannya seringkali dekat dengan puncak residual ridge.
Perlekatan semacam ini akan mengganggu penutupan tepi ( seal ) dan stabilitas gigi tiruan.
Letak perlekatan frenulum dapat digolongkan:
-
8/17/2019 LO OD pros
7/30
a. Tinggi : bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual ridge.
b. Sedang : bila eprlekatannya kira-kira di tengah antara puncak ridge dan fornix.
c. Rendah : bila perlekatannya dekat dengan fornix.
Frenulum ini berfungsi untuk retensi dan estetik. Frenulum yang tinggi dapat meng-ganggu
penutupan tepi (seal) dan stabilitas geligi tiruan.
x. Bentuk Ridge
Ridge merupakan puncak tulang alveolar. Cara memeriksa bentuk ridge adalah dengan
palpasi ridge pada bagian edentulus.
Terdapat empat macam bentuk ridge antara lain :
a. square : lebih menguntungkan daya retentifnya
b. ovoid : lebih bagus untuk stabilisasi
c. tapering : daya retentifnya jelek, tidak menguntungkan
d. flat : tidak menguntungkan
Bentuk ridge berhubungan dengan – retensi dan stabilitas. Bentuk ridge square
mempunyai retensi yang paling baik karena mempunyai luas penampang yang luas. Bentuk
ridge ovoid mempunyai stabilitas yang baik. Bentuk ridge tapering, memerlukan relief agar
dapat retentif . Bentuk ridge flat merupakan bentuk yang paling tidak menguntungkan
terhadap retensi dan stabilitas.
xi. Torus Palatina
Merupakan tonjolan tulang yang terdapat pada garis tengah palatum. Fungsinya untuk
stabilisasi gigi tiruan. Torus palatina ini ada yang besar, sedang dan kecil. Pemeriksaannya
dengan memakai burnisher, denngan menekan beberapa tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan kekenyalan jaringan.
xii. Torus Mandibula
Cara pemeriksaannya sama seperti torus palatinus, pemeriksaan dengan cara menekan
daerah palatum menggunakan burnisher. Bila terasa ada daerah keras dan daerah tersebut
berwarna putih bila ditekan maka terdapat torus mandibularis. Kehadiran torus mandibularis
dapat mempersulit upaya untuk memperoleh gigi tiruan yang nyaman karena tepi-tepi gigi
tiruan langsung menekan mukosa yang menutupi tonjolan tulang tersebut. Dalam hal demikian
perlu dilakukan pengambilan torus secara torektomi. Biasanya dilakukan pengambilan pada
tulang ini bila pada pemasangan gigi tiruan dirasakan bisa mengganggu kestabilan gigi tiruan
tersebut.
xiii. Tuber Maxilaris
Disini dapat dilihat besar, sedang atau kecilnya dari satu sisi maupun dua sisi. Bentuk tuber
maxilaris yang besar sangat berguna untuk retensi gigi geligi tiruan didaerah undercut. Apabila
hanya besar pada satu sisinya dapat diatasi dengan mencari arah pasangnya.
xiv. Eksostosis
-
8/17/2019 LO OD pros
8/30
Merupakan tonjolan tulang pada prossesus alveolaris yang berbentuk membulat seperti
tonus palatinus, torus mandibula serta tajam akibat pencabutan gigi bila diraba, terasa sakit dan
tidak dapat digerakkan.
Cara pemeriksaannya dengan melakukan palpasi, bila terdapat eksostosis dan mengganggu
fungsi gigi tiruan maka dilakukan tindakan pembedahan (alveolektomi) atau di relief. Fungsi
diadakannya pemeriksaan ini untuk mengetahui ada atau tidaknya tulang menonjol dan terasa
sakit akibat pencabutan yang tidak beraturan dan dapat mempengaruhi pemakaian gigi tiruan.
b) Ekstra Oral
Pemeriksaan ekstraoral dilakukan dengan metode visual dan taktil yang meliputi pemeriksaan
struktur skeletal, kulit, serta muskular untuk mengetahui adakah kelainan atau variasi struktur serta
keadaan patologis.
1. Skeletal
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan bentuk wajah, profil wajah, bentuk zygoma, angulasi
mandibula, bentuk maksila serta pemeriksaan TMJ. Pemeriksaan bentuk wajah meliputi bentuk
ovoid, tirus, atau square. Hal tersebut mempengaruhi dalam rencana perawatan pembuatan gigi
tiruan untuk mengembalikan estetis wajah sesuai dengan keadaan semula. Profil wajah dapat
diklasifikasikan klas I, II, dan III. Klasifikasi ini sesuai dengan klasifikasi angle. Profil wajah perlu
diketahui untuk rencana pembuatan gigi tiruan terutama pada pasien dengan tipe profil klas II dan
III, pada keadaan tertentu pasien menginginkan penggunaan gigi tiruan sekaligus memeperbaiki
tipe profil tersebut. Bentuk zygoma atau tulang pipi apakah menonjol atau cenderung datar, hal
tersebut berpengaruh terhadap bentuk wajah. Pada pemeriksaan TMJ menggunakan palpasi dapatdiketahui ada atau tidaknya clicking atau hyperplasia kondil, hal ini mempengaruhi kenyamanan
penderita dalam menggunakan gigi tiruan.
2. Kulit di sekitar wajah dan leher
Pemeriksaan ini menggunakan metode visual apakah terdapat pembengkakan, lacerasi atau
luka yang terbuka, memar, bekas luka, atau pigmentasi. Keadaan tersebut mungkin dapat merujuk
pada kesehatan sistemik pasien. Adanya pembengkakan mungkn karena pengaruh infeksi
odontogen atau penyakit yang menyebabkan pembengkakan kelenjar seprti hipotiroidism. Memar,
bekas luka yang tak kunjung sembuh mungkin manifestasi dari kelainan perdarahan seperti
hemofilia. Keadaan-keadaan tersebut harus diperhatikan dan digali lebih lanjut melalui anamnesa
atau pemeriksaan lebih lanjut jika perlu. pemeriksaan lain yang penting adalah adanya asimetri
wajah. Operator harus mengetahui apakah asimetri yang terjadi merupakan fisiologis atau
patologis.
3. Pemeriksaan otot
Pemeriksaan ini meliputi ada atau tidak kelumpuhan otot, hypertropi otot, serta kedutan.
Pemeroksaan dengan cara palpasi pada otot-otot pengunyahan meliputi otot temporalis, masseter,
pterygoid lateral dan medial. Adanya hal tersebut mungkin merupakan dampak kelainan saraf yang
bermanifestasi di otot-otot pengunyahan. Kelainan tersebut menyebabkan fungsi pengunyahan
-
8/17/2019 LO OD pros
9/30
tidak berjalan dengan baik sehingga sebelum pembuatan gigi tiruan sebaiknya memperbaiki fungsi
otot-otot pengunyahan.
Pemeriksaan
Ekstra Oral
Keterangan
1. Wajah a. Struktur kulit wajah mencerminkan elastisitasnya
menunjang prakiraan retensi gigi tiruan
a. Warna kulit penting guna memilih warna gigi
b. Bentuk wajah menentukan bentuk gigi anterior
Dikenal 4 bentuk dasar wajah, yaitu persegi, segitiga, dan
lonjong. Sedankan utnuk bentuk gigi insisif pertama
baisanya sesuai dengan bantuk wajah dilihat secara terbalik
c. Tanda-tanda patologis, bila ada harus diamati dan dicari
penyebabnya
d. Asimetri bentuk wajah perlu diamati, apakah patologis,
genetik, atau akibat penyimpangan fungsi rahang. Pada
pembuatan gigi tiruan, hendaknya asimteri wajah ini
”disembunyikan” dengan susunan gigi yang diberi sedikit
variasi. Asimteri wajah dapat dilihat dari depan dengan
membandingkan sisi kiri dan sisi kanan, atau dengan melihat
kontir lengkung zigomatik dari atas kepala, sisi kiri
dibandingkan dengan sisi kanan.
e.
Profil wajah dilihat dari samping menentukan bentuk permukaan labial gigi anterior. Dikenal 3 bentuk profil
wajah, yaitu :
- lurus biasanya permukaan labial gigi anterior agak
datar, dan hubungan tahang normal
- Cembung hubungan rahang protrusif, permukaan labial
gigi anterior sebaiknya cembung
- Cekung hubungan rahang biasanya progeni, dan
pemrukaan labial gigi anterior datar
2. Mulut Lebar celah mulut perlu diamati untuk mengantisipasi
kesulitan dalam mencetak rahang
Tanda-tanda patologis, bila ada sebaiknya disembuhkan
dulu. Luka di sudut mulut dapat merupakan tadan
kekurangan vitamin tertentu, atau gigitan (dimensi vertikal)
yang terlalu rendah
Bentuk garis celah mulut (pertemuan bibir atas dan bibir
bawah) dapat merupakan pentunjuk temperamen individu.
Bila garis ini lurus, menandakan bahwa orang biasa-biasa
-
8/17/2019 LO OD pros
10/30
saja; garis yang melengkung ke bawah menandakan bahwa
orangnya lebih banyak murung, dan pesimistik. Jika garisnya
melengkung ke atas menunjukkan bahwa individu
merupakan orang yang periang dan optimistik
3. Otot-otot wajah Otot wajah yang terlalu kendor dapat menimbulkan masalah
dalam penciptaan estetika yang optimal, terutama bila pasien
termasuk kelompok tipe banyak tuntutan atau bawel.
Keinginan utnuk menghilangkan kerut-kerut wajah dapat
mengganggu retensi gigi tiruan lepas, khususnya Gigi tiruan
lengkap, karena biasanya gigi – gigi cenderung disusun si
luar batas toleransi otot
Sebaliknya, otot yang terlalu kaku juga menimbulkan
masalah dalam pembentukan perluasan sayap gigi tiruan
Otot-otot di sekitar celah mulut juga perlu diperhatikan. Bila
terallu kaku, dapat menyulitkan dalam pencetakan dan
pemasangan gigi tiruan atas.
4. Hubungan Antar
Rahang
Hilangnya sejumplah gigi posterior akan menyebabkan
tinggi gigit (DV) berkurang. Secara visual kadan-kadang
perubahan ini dapat terlihat; mandibla seolah-olah lebih maju
dengan puncak dagu lebih terdorong ke depan, lipatan bibir
di sudut mulut tanpak lebih jelas
5. Senditemporomandibular
Kelancaran gerakan sendi dapat diraba dengan ujung jariyang ditempatkan di muka telinga atau ujung jari diamsukan
ke dalam lubang telinga dan sedikit ditekankan ke dinding
anteriornya. Keletuk sendi dapat terdengar dari jarak tertentu
atau teraba sebagai gerakan kondilus yang sedikit melompat.
Ini merupakan gejala awal dari gangguan fungsi rahang,
yang sebagian besar penyebabnya karena oklusi gigi yang
tidak seimbang. Kontak oklusi yang tidak seimbang
sebaiknya diperbaiki dulu dengan cara pengasahan selektif.
Hal ini terutama penting bila gigi asli akan menajdi antagonis
bagi gigi tiruan lengkap yang akan dibuat.
6. Kelenjar Dengan jari tangan diraba kelenjar-kelanjar ludah dan
kelenjar limfa di daerah leher dan kepala. Pembengkakan
atau nyeri pada kelenjar limfa menunjukkan adanya penyakit
infeksi di sekitar daerah tersebut
c)
Penunjang
Pemeriksaan penunjang radiografi berfungsi untuk mengetahui :
-
8/17/2019 LO OD pros
11/30
1. Kualitas jaringan penyangga, terutama bagi gigi abutment
2. Adanya gigi terbenam atau sisa akar
3. Kelainan periapikal
4. Adanya kista
5. Adanya resorpsi tulang terutama pada gigi penyangga serta pola resorpsi pada edentoulus ridge
6. Adanya penyakit sistemik seperti sklerosis
KONDISI SISTEMIK
Selain penyakit sistemik dan obat yang sedang dikonsumsi, kebiasaan pasien untuk mengontrol kesehatannya
juga perlu diketahui.
1. Gangguan Pencernaan
Gigi yang hilang menyebabkan terjadinya gangguan pengunyahan dan dapat memengaruhi asupan makanan
dan status gizi seseorang. Efisiensi pengunyahan sangat dipengaruhi oleh status fungsional gigi geligi di rongga
mulut. Kemampuan penurunan fungsi pengunyahan berhubungan dengan proses pencernaan di dalam tubuh.
Pada pasien dengan gigi hilang hampir seluruhnya, akan cenderung mengurangi makan untuk menghindari
rasa sakit akibat hilangnya gigi saat proses pengunyahan. Hal inilah yang menyebabkan sistem pencernaan
pasien terganggu karena makanan yang diproses berkurang sedangkan kerja lambung terus berjalan hingga asam
lambung pun meningkat sehingga akan sering merasakan sakit pada ulu hati.
Berdasarkan uraian di atas, maka kondisi pasien akan memungkinkan hilangnya nafsu makan, penurunan
berat badan, serta terjadinya xerostomia karena nutrisi yang masuk kurang, asam lambung pun meningkat akibat
sekresi saliva yang berkurang. Untuk itu, sebelum melakukan perawatan prostodontik maka yang perlu
dipertimbangkan adalah konsultasi gizi dan pemberian suplemen untuk memperbaiki pola makan. Serta pada
pembuatan gigi tiruannya, ekstensi basis harus sesuai dan stabilitas yang baik diperlukan untuk mencegah iritasi
mukosa.
2. Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah kelainan yang disebabkan kerusakan dalam penggunaan karbohidrat.
Karakteristiknya adalah glukosaria dan peningkatan gula darah, biasa terjadi pada pasien umur 50 — 60 tahun.
Diabetes merefleksikan ketidakseimbangan antara penggunaan glukosa oleh jaringan, pengeluaran glukosa oleh
liver, dan produksi serta pengeluaran hormon pankreas, anterior pituitary, dan adrenocortikal. Hal ini
menyebabkan efek mudah terkena infeksi bakteri karena tahanan jaringan yang rendah.
Pada penderita diabetes melitus, kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah menyebabkan komplikasi
di dalam mulut, seperti radang jaringan mukosa, aggresive periodontitis, resorpsi tulang alveolar, hiposalivasi,
dan merupakan faktor risiko abses periapikal. Manifestasi oral jarang terjadi pada pasien diabetes terkontrol,
tetapi pada pasien diabetes yang tidak terkontrol sering terjadi degenerasi jaringan periodontium. Berkurangnya
saliva, infeksi monilial, dan bertambahnya pembentukan kalkulus juga merupakan khas dari penyakit diabetes
yang tidak terkontrol. Diabetes yang tidak terkontrol inilah yang paling mempengaruhi perawatan.
Manifestasi oral yang biasanya terjadi, yaitu:
-
8/17/2019 LO OD pros
12/30
a. Mukosa membran menjadi berwarna merah terang dan terlihat kering.
b. Infeksi gingiva dan periodontal sehingga menyebabkan terbentuknya poket, kehilangan tulang, serta
kegoyangan gigi.
c. Mulut terasa kering
d. Pasien sering merasa haus dan sensasi rasa yang tidak nyaman.
e. Seing terjadi karies akibat adanya xerostomia.
f. Manifestasi klinis diabetes melitus terjadi bersama-sama dengan gejala-gejala yang sering ditemukan
seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat
badan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan prosthodontik yaitu, pada pasien diabetes melitus respon
tulang terhadap tekanan protesa kurang dan membutuhkan perawatan yang hati-hati untuk menjaga kesehatan
jaringan, kenyamanan pasien, dan fungsi yang optimal. Proses healing pada jaringan setelah trauma biasanya
berjalan lambat sehingga membutuhkan kesabaran dalam menjalani rencana perawatan dan manajemen
dentalnya.
Diabetes mellitus menyebabkan penguraian serat-serat kolagen yang berfungsi sebagai penyusun utama
jaringan periodontal sehingga berdampak pada kegoyahan gigi karena kehilangan hubungan dengan processus
alveolaris Penganan hiperglikemi untuk penderita diabetes mellitus membutuhkan pemberian insulin harus
dibawah pengawasan medis untuk menghindari komplikasi jangka panjang yang serius. Mukosa yang kering
membuat penggunaan gigi tiruan tidak nyaman, karena gagal membentuk lapisan tipis untuk perlekatan gigi
tiruannya serta karena turunnya tegangan permukaan antara mukosa yang kering dengan gigi tiruan, hal ini
disebut gangguan stabilisasi dan retensi gigi tiruan.
Dalam perawatan protesa untuk pasien diabetes melitus juga harus memerhatikan hal-hal tambahan seperti,
menghindari tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan, menggunakan bahan cetak
yang bisa mengalir bebas, dan membuat desain rangka gigi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan. Beban
fungsional gigi tiruan harus didistribusikan pada semua bagian yang dapat memberikan dukungan dan susunan
oklusi pun harus harmonis. Bila dibutuhkan, perangsangan pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas
karbohidrat dapat dilakukan. Perlu ditekankan pada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut.
Tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau perlu lebih sering dari itu) untuk
mempertahankan kesehatan mulut. Recall berkala juga diperlukan untuk menjaga basis gigi tiruan beradaptasi
dengan baik dan oklusinya benar. Hal ini berkaitan dengan tahanan jaringan pasien diabete melitus yang kurang,
sehingga ada kemungkinan gigi tiruan jadi goyang atau berubah posisinya. (Gunadi, dkk., 1991:110).
Diabetes mellitus (DM) bukan merupakan kontraindikasi untuk setiap tindakan perawatan kedokteran gigi,
misalnya tindakan operatif seperti pencabutan gigi, kuretase pada poket dan sebagainya. Hal ini tidak masalah
bagi dokter gigi apabila penderita di bawah pengawasan dokter ahli sehingga keadaanya terkontrol. Untuk setiap
tindakan operatif ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor sebelum dan setelah tindakan operatif.
Faktor sebelum operatif antara lain keadaan umum penderita, kadar gula darah dan urin penderita, anastetikumyang akan digunakan serta tindakan asepsis. Tindakan yang perlu dilakukan setelah tindakan operatif adalah
-
8/17/2019 LO OD pros
13/30
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya infeksi, juga keadaan umum serta kadar gula darah dan urin
(Tarigan, 2003).
Anastetikum yang digunakan untuk tindakan operatif harus aman, tidak boleh meninggikan kadar gula dalam
darah. Pemakaian adrenalin sebagai lokal anastesi masih dapat diterima karena kadarnya tidak terlalu besar
walaupun adrenalin dapat meninggikan kadar gula dalam darah. Procain sebagai anastesi lokal sangat dianjurkan
(Tarigan, 2003).
Sebelum tindakan operatif sebaiknya penderita diberi suatu antibiotik untuk mencegah infeksi (antibiotik
profilaksis, juga pemberian vitamin C dan B kompleks, dapat membantu memepercepat proses penyembuhan
serta mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi setelah perawatan. Kultur bakteri perlu dilakukan untuk
kasus-kasus infeksi oral akut. Jika terjadi respon yang kurang baik dari pemberian antibiotik yang pertama,
dokter gigi dapat memebrikan lagi antibiotik yang lebih efektif berdasarkan uji kepekaan bakteri pada pasien
(Tarigan, 2003).
Tindakan perawatan gigi penderita tergantung pada pengetahuan dokter gigi tentang keadaan penyakittersebut. Jika pasien telah didiagnosis dan dikontrol dengan adekuat, maka tidak ada masalah sepanjang dokter
gigi benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang dapat menghilangkan komplikasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perawatan gigi pasien DM adalah (Tarigan, 2003):
(1) Hal-hal tentang keadaan kesehatan pasien DM harus didiskusikan dengan dokter yang merawatnya.
(2) Semua infeksi rongga mulut harus dirawat dengan segera dengan antibiotik yang tepat.
(3) Kesehatan rongga mulut yang baik harus dipertahankan, sehingga iritasi lokal akan hilang secara teratur,
pembentukan kalkulus berkurang dan sangat diharapkan gingivitis dan penyakit periodontal dapat dicegah.
Pasien dijadwalkan untuk perawatan di pagi hari dan diinstruksikan untuk mengkonsumsi makan paginya
seperti biasa. Apabila perawatan melewati waktu makan maka pasien harus diberi waktu mengkonsumsi
makanan/ minuman ringan seperti orange juice. Apabila kesulitan mengunyah setelah perawatan, dianjurkan
untuk mengkonsumsi makanan lunak seperti soup, milkshake dan lain sebagainya untuk menjaga pemasukan
kalori. Pada setiap prosedur perawatan gigi diinstruksikan untuk tetap mengkonsumsi obat hipoglikemik sesuai
dosis yang diperuntukkan baginya. Pada pasien dengan terapi insulin dapat dilakukan modifikasi dengan makan
paginya. Pasien diinstruksikan mengkonsumsi makan paginya disertai insulin separuh dosis pagi dan separuh
lagi sesuadah perawatan. Minimalkan stres selama perawatan gigi apabila memungkinkan proses perawatan
dibagi menjadi beberapa kunjungan yang tidak terlalu lama (Setyawati, 2000).
Tindakan asepsis perlu diperhatikan apabila kita akan merawat gigi dan mulut penderita DM yang sudah
terkontrol, karena penderita pada umumnya mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap infeksi. Adanya
DM yang tidak terdiagnosa, tidak dirawat, kurang dikontrol menyebabkan risiko yang lebih besar atau serius
bagi dokter gigi dalam mengatur rencana perawatan. Kemungkinan terjadinya koma diabetes (hiperglikemia),
shock insulin (hipoglikemia), penyebaran infeksi, kurangnya respon penyembuhan pembedahan harus menjadi
pertimbangan utama. Pasien yang memiliki risiko ini harus dievaluasi dengan hati-hati dan konsultasi kesehatan
jika ada satu kemungkinan di rongga mulut (Tarigan, 2003).
-
8/17/2019 LO OD pros
14/30
3. Penyakit Kardiovaskular
Pada pasien dengan riwayat medis penyakit kardiovaskular, butuh konsultasi medis sebelum prosedur dental
apalagi pada saat pencabutan gigi. Hindari pemakaian anastetik yang mengandung vasokonstriktor seperti
adrenalin dan epinefrin karena bahan ini dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Perawatan
sebaiknya tidak dilakukan apabila tekanan darah sedang tinggi. Hindari pula melakukan perawatan dengan
waktu yang lama karena pasien dengan penyakit kardiovaskular cepat lelah. Apabila akan dilakukan prosedur
bedah, diindikasikan penggunaan antibiotic profilaksis. Sebelum melakukan perawatan, ada baiknya melakukan
konsultasi terlebih dahulu ke kardiolog. (Gunadi, dkk., 1991 : 110).
Pasien dengan prosthetic heart valve (gangguan katup jantung), endokarditis akibat bakteri, kelainan jantung
bawaan, dan demam reumatik tinggi dengan disfungsi katup jantung harus mendapatkan premedikasi terlebih
dahulu dengan pemberian antibiotik amoxicilin ataupun eritrimycin. Antibiotik clindamycin juga dapat
diberikan apabila pasien alergi dengan amoxicilin ataupun eritrimycin. Dalam perawatan, perlu diperhatikan
pula obat yang sedang dikonsumsi pasien karena pasien dengan gangguan katup jantung biasanya sedang
mengkonsumsi obat antikoagulan.
4. Hipertensi
Tekanan darah yang normal biasanya di bawah 120/80 mmHg, apabila melebihi dapat dikatakan hipertensi,
baik dari yang ringan hingga berat. Dalam hubungannya dengan perawatan gigi, kondisi hipertensi berpengaruh
pada penggunaan anestesi, seperti tidak diindikasikan anestesi epinefrin atau adrenaalin karena mengandung
vasokonstriktor yang dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Sebelum melakukan tindakan yang
invasive seperti pencabutan atau operasi seperti alveoloktomi, sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu. Hal-
hal tersebut dilakukan juga untuk menghindari dampak jika terjadi trauma dalam perawatan. Hindari pula proses
perawatan yang menyebabkan kelelahan pada pasien. Sebaiknya, tekanan darah dikontrol dengan merujuk ke
spesialis penyakit dalam. Dalam perawatan, perlu diperhatikan pula obat yang sedang dikonsumsi pasien karena
pasien hipertensi biasanya sedang mengkonsumsi obat yang mengandung agen diuretic sehingga saliva menjadi
sedikit.
5. Epilepsi
Epilepsi mempengaruhi desain suatu geligi tiruan. Grand mal seizure dapat menyebabkan fraktur
pada protesa dan kehilangan gigi. Pembuatan gigi tiruan lepasan pada pasien epilepsi biasanya
dikontraindikasikan pada pasien epilepsi yang tanpa adanya warning. Namun jika epilepsinya terkontrol,
diindikasikan. Semua bahan restorasi bagi penderita epilepsi harus radiopak agar kalau tertelan dapat terlihat
secara radiograf. Bila perlu, ekstensi basis pada gigi tiruan pasien epilepsi dilakukan sebagai tambahan retensi
untuk menghindari gigi tiruan terlepas dan tertelan saat pasien mengalami kejang. Jika pasien sedang
mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung phenytoin, maka gigi tiruan lepasan tidak boleh mengiritasi
gingival sebab obat ini berefek gingival hypertrophy.
6. Alkoholisme
Sebagai pemakai gigi tiruan sebagian lepasan, pecandu alkohol biasanya mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya berbau alkohol, tremor, mata dan kulit pada bagian tengah
wajah memerah, gugup, dan kurus. Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita alkoholik menuntut
-
8/17/2019 LO OD pros
15/30
pemenuhan faktor estetik yang tinggi untuk protesa yang akan dibuat. Keyakinan dirinya serta kerja sama
dengan penderita ini dapat dikembangkan, bila hal tadi dapat kita penuhi. Sebaliknya, bila hal ini gagal, bisa
membawa akibat yang buruk.
Perawatan gigi untuk penderita alkoholik pada umumnya dihindari sampai kebutuhan ini sudah begitu
mendesak, supaya pembuatan protesa dapat berhasil untuk jangka waktu cukup panjang. Di samping semua
masalah di atas, seorang penderita alkoholik cenderung mengalami kecelakaan. Patah atau hilangnya geligitiruan karena jatuh atau kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi (Gunadi, dkk., 1991 : 111-
112).
7. Arthritis
Artritis berasal dari kata Yunani “artron” yang berarti “persendian” dan kata “itis” dari bahasa Latin
yang berarti “peradangan”. Artritis memengaruhi sistem muskuloskeletal (otot dan sendi). Arthritis seringkali
disertai oleh nyeri sendi, yang disebut artralgia. Terjadi perubahan oklusi pada pasien arthritis sehingga sulit
menentukan hubungan rahang. Jika sendi terminal dari jari mengalami artritis, pasien akan sulit untuk
memasukkan dan membersihkan gigi tiruan. Osteoarthritis TMJ dapat menimbulkan masalah pada perawatan
gigi tiruan penuh, karena pergerakan mandibula menimbulkan nyeri. Pada kondisi yang ekstrim, pembedahan
harus dilakukan dengan sebelumnya konsul ke ahli bedah mulut.
Sendok cetak khusus sering dibutuhkan karena akses yang terbatas akibat berkurangnya kemampuan
membuka mulut. Rekam hubungan rahang sulit dibuat dan diulangi, dan koreksi oklusal harus dilakukan karena
perubahan pada sendi.
8. Depresi Mental
Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai efek samping
mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya retensi gigi tiruan. Maka perawatan
dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap depresi mentalnya dapat
diatasi.
Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak secara realistik. Ia
mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu Ia masih muda/ remaja serta mengharapkan
penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan dibuat. (Gunadi, dkk., 1991 : 111).
9. Parkinson Disease
Penyakit parkinson dan Bell’s palsy merupakan jenis kelainan neurologis. Pada pasien ini terjadi
kontraksi ritmik pada otot, termasuk otot mastikasi. Pasien dengan penyakit ini dapat dirawat, tetapi sangat
penting untuk mereka mengetahui masalahnya, yakni: retensi gigi tiruan, rekam hubungan rahang, dan
dukungan otot. Jika gejalanya parah, menyebabkan tidak mungkinnya pasien untuk memasang dan melepas gigi
tiruan lepasan.
10. Kanker
-
8/17/2019 LO OD pros
16/30
Perawatan lesi kanker dengan radiasi ionisasi dan kemoterapi dapat memengaruhi terapi gigi tiruan
lepasan. Komplikasi oral pada pasien ini adalah efek samping dari radiasi dan kemoterapi di kepala dan leher.
Komplikasinya adalah iritasi mukosa, xerostomia, infeksi bakteri, dan infeksi fungal.
11. Obat-Obatan yang Mempengaruhi Perawatan
Dengan makin populer dan kompleksnya terapi obat-obatan, dokter gigi diharapkan mengetahui obat
yang digunakan pasien sehingga Ia dapat menghindari pemberian obat yang menimbulkan reaksi yang takdikehendaki atau yang memperkuat aksi obat yang sudah diminum pasien atau obat yang tidak dapat ditolerir
oleh pasien (alergi). (Walter & Neill, 1996 :3).
Obat-obat steroid perlu dihindarkan selama periode pencabutan, sedang antikoagulan harus diperkecil dosisnya
dengan cara yang terkontrol. Pasien hipertensi biasanya mengkonsumsi obat yang mengandung agen diuretic sehingga
saliva menjadi sedikit. Begitu pula dengan pasien yang sedang menjalani terapi endokrin yang menyebabkan
xerostomia. Pengetahuan tentang obat-obat yang digunakan pasien juga dapat diketahui dari hasil pengamatan yang
dibuat saat pemeriksaan: mulut kering berhubungan dengan obat-obat sedasi atau antikoagulan; proliferasi organisme
jamur dalam mulut pada pemakaian antibiotik jangka panjang (Walter & Neill, 1996 :3).
TIPE PASIEN
1. Tipe-tipe pasien dan penanganannya
Komunikasi yang baik antara dokter gigi dengan pasien sangatlah dibutuhkan dalam mencapai keberhasilan
perawatan, baik perawatan prostodonsia maupun perawatan gigi lainnya. Motivasi pasien dalam memakai gigi
tiruan dapat tumbuh melalui komunikasi yang baik tersebut. Hal ini dapat dicapai oleh dokter gigi dengan
memilih pendekatan yang tepat kepada pasien. Oleh karena itu, dokter gigi perlu mengetahui macam-macam
sikap mental pasien prostodonsia terhadap perawatan maupun pemakaian gigi tiruan. Sikap mental pasien telah
diklasifikasikan oleh House (1937) berdasarkan pandangan terhadap perawatan dan pemakaian gigi tiruan,
yaitu: philosophical, exacting, indifferent, dan hysterical .
1) Philosophikal
Sikap mental philosophical merupakan sikap mental terbaik dalam perawatan gigi tiruan. Pasien
dengan sikap mental ini memiliki motivasi menggunakan gigi tiruan untuk memelihara kesehatan gigi dan
penampilannya. Pasien memiliki keyakinan bahwa mengganti gigi yang hilang adalah normal dan prosedurnya dapat diterima. Pasien dapat mengatasi konflik dan mengatur waktu dan kebiasaannya dengan
cara yang rapi. Pasien dapat menghilangkan frustasi di saat yang sulit dan belajar menyesuaikan diri secara
cepat.
Sikap mental philosophical biasanya dimiliki oleh 2 tipe pasien. Tipe yang pertama adalah pasien
yang belum pernah memakai gigi tiruan, namun sadar akan kebutuhannya untuk memakai gigi tiruan.
Pasien sangat percaya kepada dokter gigi. Pasien tipe ini perlu senantiasa diberi penyuluhan agar
motivasinya yang baik tetap terjaga. Tipe kedua yang memiliki sikap mental philosophical adalah pasien
yang sudah pernah memakai gigi tiruan dengan memuaskan dan perlu dibuatkan gigi tiruan lagi karena hal
lain. Pasien ini telah mengerti bagaimana pemakaian gigi tiruan, baik keterbatasan hingga kesulitannya.
Karakteristik pasien dengan sikap mental philosophical adalah:
-
8/17/2019 LO OD pros
17/30
a. Rasional
b. Bijaksana
c. Tenang
d. Berpikiran sehat
e. Sabar di situasi yang sulit
f. Memiliki motivasi dan keinginan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya dengan memakai gigi
tiruan
2) Exacting
Pasien dengan sikap mental exacting mungkin memiliki semua sikap baik yang ada di pasien
philosophical . Namun, pasien memerlukan perhatian, usaha, dan kesabaran yang lebih dari dokter gigi.
Pasien ini metodikal, teliti, akurat, dan tiba-tiba dapat mengajukan permintaan atau keluhan yang parah.
Pasien sukar menerima pendapat atau nasehat, bahkan ingin turut mengatur perawatan. Mereka suka setiap
langkah dari prosedur dijelaskan secara detail. Jika pasien ini memiliki intelegensi dan pemahaman yang
baik, maka mereka dapat menjadi tipe terbaik, namun jika sebaliknya, akan menghabiskan waktu yang
lebih lama, karena edukasi pasien sampai pemahaman tercapai adalah hal terbaik yang dapat dilakukan
untuk kesuksesan perawatan.
Sikap mental exacting biasanya dimiliki oleh 2 tipe pasien. Tipe yang pertama adalah pasien yang
sangat khawatir penampilannya akan berubah setelah memakai gigi tiruan. Pasien ini mengharapkan gigi
tiruan yang persis seperti gigi aslinya. Tipe kedua yang memiliki sikap mental exacting adalah pasien yang
sudah pernah memakai gigi tiruan namun tidak pernah puas, baik dalam penampilan maupun
pemakaiannya. Pasien tidak mudah percaya kepada dokter gigi. Terkadang pasien menginginkan jaminan
tertulis yang apabila gigi tiruan yang diharapkan pasien tidak terpenuhi, maka akan diminta ongkos ganti
rugi.
Cara menangani pasien exacting :
a. Menjelaskan tujuan dan prosedur perawatan kepada pasien secara jelas. Bila perlu memberikan
ilustrasi, gambaran, atau foto kepada pasien untuk memudahkan pemahaman karena pasien tipe
exacting sangat ingin tahu dan banyak bertanya.
b. Sebelum memulai perawatan, dokter gigi perlu menjelaskan kerugian, efek samping,
ketidaknyamanan, dan masalah yang mungkin muncul dari setiap jenis perawatan karena pasien tipe
exacting memiliki ekspektasi yang tinggi.
c. Jangan menjanjikan pasien bahwa perawatan dan pemakaian gigi tiruan akan berjalan mulus tanpa
masalah karena pasien memiiki ekspektasi tinggi dan senantiasa menagih dokter gigi untuk
merealisasikan janjinya.
d. Sebaiknya dokter gigi menjadwalkan waktu kunjungan extra karena pasien ini cenderung meminta
perhatian yang tidak terbagi, usaha, dan kesabaran.
3) Indifferent
-
8/17/2019 LO OD pros
18/30
Sikap mental indifferent biasanya dimiliki oleh pasien yang tidak peduli akan penampilannya dan
tidak peduli dengan makanan yang dikonsumsinya. Menurut pasien, pemasangan gigi tiruan adalah suatu
hal yang tidak perlu. Pasien biasanya datang atas dorongan dari orang lain, sehingga dapat bersikap apatis,
tidak tertarik, dan motivasinya kurang. Pasien juga tidak memperhatikan instruksi, tidak kooperatif, dan
cenderung menyalahkan dokter gigi untuk kesehatan gigi dan mulut yang buruk. Dokter gigi harus hati-
hati dalam mengambil langkah, karena prognosis perawatan pada pasien ini kurang baik, sehingga
motivasi harus terus ditumbuhkan sejak awal perawatan. Prognosis dapat menjadi baik apabila ada
penerimaan dari pasien dan instruksi kepadanya berhasil.
Program edukasi mengenai kondisi gigi dan mulut, pentingnya menjaga oral hygiene dan mengganti
giginya yang hilang serta perawatan dental merupakan rencana perawatan yang dianjurkan sebelum
pembuatan gigi tiruan. Edukasi dapat berupa memberikan contoh akibat buruk yang konkret jika tidak
melakukan perawatan gigi tiruan, dapat dengan disertai foto untuk meyakinkan pasien. Jika
ketertarikannya tidak dapat distimulasi, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menolak pasien ini,
dengan harapan, ketertarikannya dapat distimulasi oleh orang lain. Pada banyak contoh, minimnya
ketertarikan ini menjadi alasan mengapa pasien tersebut edentolous.
Karakteristik pasien dengan sikap mental indifferent adalah :
a. Tidak peduli dengan penampilannya sendiri
b. Tidak merasakan pentingnya masalah komunikasi
c. Tidak ulet
d. Tidak mau merepotkan dirinya sendiri dalam pemakaian protesa
e. Kurang menghargai upaya dokter gigi yang merawatnya
f.
Diet buruk
4) Hysterical
Pasien dengan sikap mental hysterical merupakan tipe pasien yang emosional, tidak stabil, sensitif,
sangat kuatir, gugup, dan hipersensitivitas. Prognosisnya sering tidak baik, dan pertolongan profesional
tambahan, seperti psikiater, diperlukan selama perawatan. Pasien dengan sikap mental ini harus dibuat
sadar akan masalah gigi dan mulutnya.
Sikap mental hysterical biasanya dimiliki oleh 2 tipe pasien. Tipe yang pertama adalah pasien yang
kesehatan umum maupun mulutnya buruk. Pasien takut akan perawatan gigi dan yakin bahwa pemakaian
gigi tiruan akan gagal. Tipe kedua yang memiliki sikap mental hysterical adalah pasien yang sudah pernah
mencoba memakai gigi tiruan namun selalu tidak puas karena dihantui oleh perasaan bahwa
penampilannya telah berubah. Pasien selalu ingin menuntut jaminan bahwa gigi tiruan yang dibuat harus
sama dengan gigi aslinya.
Cara menangani pasien dengan sikap mental hysterical :
1.
Preoperatif
-
8/17/2019 LO OD pros
19/30
Pendekatan perilaku : komunikasi yang efektif, penjelasan prosedur, buat pasien rileks, konsultasi
dengan psikiatris
Pendekatan farmakologis : sedasi oral
2. Operatif
Pendekatan perilaku : menjawab pertanyaan pasien dengan tenang, meyakinkan pasien.
Pendekatan farmakologis : anastesi lokal yang efektif, sedasi oral.
3. Postoperatif
Pendekatan perilaku : memberikan instruksi yang jelas pada pasien, penjelasan komplikasi dan cara
penanggulangannya.
Pendekatan farmakologis : analgesik, medikasi tambahan
Menurut Blum 1960, tipe pasien dibagi menjadi :
a.
Pasien yang berfikir sehat. Pasien tipe ini lebih percaya terhadap dokter gigi karena yakin terhadap perawatan yang akan diterima.
Lebih tenang dalam menghadapi segala sesuatu.
b. Pasien yang berfikir tidak sehat
Psikotik diamana pasien tidak terlalu banyak berharap dan tidak mudah menerima gigi tiruan. Paranoid
dimana pasien merasa bahwa semua orang melawan dia dan mudah marah. Manik depresi dimana sikap
yang tidak tetap,lebih baik pada persetujuan yang tertulis.
LO 2
Gigitiruan penuh (GTP) adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi- geligi yang hilang dan
jaringan pendukungnya baik di rahang atas dan rahang bawah.18,19
Tujuan pembuatan GTP adalah untuk
memenuhi kebutuhan estetik, fonetik, dukungan oklusal, pengunyahan, kenyamanan dan kesehatan jaringan
pendukung.1
Berikut ini merupakan indikasi dari pemilihan jenis gigi tiruan mempertimbangan kondisi lokal gigi geligi
:
a.
Gigi Tiruan Lengkap (GTL)Indikasi GTL :
Pasien endentolus ridge
Gigi yang tersisa tidak dapat dipertahankan ( gigi ekstruksi, gigi dengan penyakit periodontal
progresif, estetik jelek, menganggu penyusunan gigi tiruan) dan gigi yang tersisa tidak mampu
mendukung
Pasien menolak rekomendasi alternative
Kontra indikasi pembuatan GTL :
Tidak ada perawatan alternatif
-
8/17/2019 LO OD pros
20/30
Pasien belum siap secara fisik dan mental, misalnya tidak mau memakai gigi tiruan penuh
Pasien alergi terhadap material gigi tiruan penuh
Pasien tidak tertarik mengganti gigi yang hilang
b. Indikasi Gigi Tiruan Sebagian (GTS)
a) Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Space edentolus kehilangan gigi lebar, edentulous yang ada tidak memadai menggunakan jenis cekat
Tidak terdapat gigi yang cukup untuk digunakan retensi, tetapi belum mengalami edentulous ridge
penuh
Gigi retensi kurang kuat (mengalami kelainan periodontal)
b) Gigi Tiruan Sebagian Cekat
Mengantikan gigi geligi sebagian atau beberapa
Gigi yang dijadikan penyangga sehat
Pasien usia 20-55 tahun
Gigi yang dihilang tidak dimungkinkan ditambal (retak atau pecah )
Anatomi gigi kecil
Pada skenario pasien indikasi menggunakan gigi tiruan lengkap. Pasien tidak bergigi mempunyai
kecenderungan untuk memajukan mandibula secara tidak sengaja dan berusaha untuk berkontak dengan
rahang atas. Hal ini dikarenakan adanya perubahan/pengurangan dimensi vertikal dan tidak adanya sentrik
posisi. Sehingga jika pasien dibuatkan gigi tiruan lengkap maka dimensi vertikal dan physiological rest
position akan kembali seperti pada saat gigi asli ada. Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan
dari suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Pemeriksaan
retensi dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan kuat-kuat dalam mulut dan mencoba melepaskannya
dengan gaya tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan terhadap gaya-gaya tersebut,
berarti gigi tiruan mempunyai retensi yang cukup.
Keberhasilan gigi tiruan lengkap dipengaruhi faktor antara lain, pengetahuan serta kemahiran operator
untuk tahap klinis maupun laboratorium pada setiap kunjungan serta kerja sama antara pasien dan
laboratorium.
Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi yang dapat menimbulkan efek pada dukungan
jaringan sekitarnya, sehingga dapat mempertahankan keadaan jaringan normal. Hal ini mencakup :
Kondisi edentulous (tidak begigi) berupa : processus alveolaris, saliva, batas mukosa bergerak dan
tidakbergerak, kompesibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan
lidah.
Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok
Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut
Penetapan atau pengaturan gigi yang benar, meliputi :o Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi
o Posisi individual gigi
-
8/17/2019 LO OD pros
21/30
o Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah.
Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan GTL
Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan gigi tiruan lengkap. Faktor-
faktor yang mempengaruhi retensi GTL: a. Faktor fisis: Peripherial seal , efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari
tekananatmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan
bukal gigitiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah.Peripherial seal bersambung dengan
Postdam padarahang atas menjadi sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari
luar tidak dapatmasuk ke dalam basis gigi tiruan ( fitting surface) dan mukosa sehingga tekanan atmosfer
di dalamnya tetapterjaga. Apabila pada sirkular seal terdapat kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka
protesa akan mudahlepas. Hal inilah yang harus dihindari dan menjadi penyebab utama terjadinya
kegagalan dalam pembuatanprotesa gigi tiruan lengkap.Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis
getar dari palatum molle dekatfovea palatina.
b. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan
denganmukosa mulut, tergantung dari efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-
sama dikenalsebagai adhesi selektif.
c. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa ( fitting surface). Retensi gigi tiruan
berbandinglangsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.
d. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama pada
rahangatas.
e. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya untuk menghindari rasa sakit dan
terlepasnyagigi tiruan saat berfungsi
f. Pemasangan gigi geligi yang penting terutama untuk gigi anterior (depan) karena harus mengingat estetis
(ukuran,bentuk, warna) walaupun tidak kalah pentingnya untuk pemasangan gigi posterior (belakang)
yang tidak harus samaukurannya dengan gigi asli, tetapi lebih kecil, untuk mengurangi permukaan
pengunyahan supaya tekanan padawaktu penguyahan tidak memberatkan jaringan pendukung.
Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah personality expression, umur, jenis kelamin yang
mananantinya akan berpengaruh dalam pemilihan ukuran, warna dan kontur gigi. Disamping itu juga
perlu diperhatikan keberadaan over bite, over jet , curve von spee, curve monson, agardiperoleh suatu
keadaan yang diharapkan pada pembuatan gigi tiruan.
Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap
(1) adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih mempunyai beberapa gigi yang
harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak mungkin diperbaiki,
(2) keadaan processus alveolaris masih baik,
(3) kondisi mulut pasien baik,
-
8/17/2019 LO OD pros
22/30
(4) keadaan umum pasien baik, dan
(5) pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap.
Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap (GTL) akan mencegah pengerutan/atropi processus alveolaris (residual
ridge) dan berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga
dan hilangnya oklusi sentrik. Tujuan pembuatan gigi tiruan lengkap adalah untuk merehabilitasi seluruh gigi
yang hilang sehingga dapat memperbaiki dan mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis
serta memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.
Pembuatan gigi tiruan lengkap diharapkan dapat menggantikan fungsi dari gigi asli yang telah hilang dan
jaringan gigi. Keberhasilan dari pembuatan gigi tiruan lengkap tergantung dari retensi yang dapat
menimbulkan efek psikologis dan dukungan dari jaringan sekitarnya sehingga dapat dipertahankan keadaan
jaringan yang normal. Hal ini mencakup (1) kondisi mulut edentulous berupa: processus alveolaris, saliva,
batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot
muka serta bentuk dan gerakan lidah, (2) ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok, (3)
penetapan/pengaturan gigi yang benar, yaitu: posisi dan bentuk lengkung deretan gigi, posisi individual gigi,
dan relasi gigi yang terjadi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dengan gigi-gigi rahang
bawah, dan sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut.
Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi gigi tiruan lengkap. Batas antara
jaringan yang bergerak dan tidak bergerak disebut mucobuccal fold dan fornik. Batas ini harus diteliti dengan
seksama untuk mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan lengkap yang akan dibuat.
Syarat gigi tiruan yang baik adalah (1) material tidak berbau, berasa, halus, bersih, dan tidak mengiritasi,
ukuran dan bentuk harus sesuai, serta mempunyai retensi dan stabilisasi waktu dipakai dan berfungsi sehingga
enak dipakai, (2) dapat berfungsi untuk mengunyah makanan, mengucapkan kata dengan jelas, gerakan seperti
tertawa, menguap, batuk, minum dan lain-lain, (3) estetis dalam ukuran, bentuk, warna gigi dan gusi, (4) tidak
menimbulkan gangguan atau kelainan dan rasa sakit, dan juga (5) cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan
dan pengaruh zat dalam makanan, minuman, cairan ludah dan obat.
Gigi tiruan lengkap yang baik harus memiliki retensi dan stabilitasasi yang baik. Retensi adalah ketahanan
dari suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Stabilisasi adalah
ketahanan suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi (adanya tekanan fungsional).
Menurut Soelarko dan Wahchijati (1980), retensi didapat dari gravitasi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface
tension, sedangkan faktor stabilisasi GTL didapat dari pemasangan gigi-gigi pada processus alveolaris,
tekanan yang merata, balanced occlution, relief area, sliding, over jet dan over bite. Faktor retensi dan
stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan gigi tiruan lengkap.
-
8/17/2019 LO OD pros
23/30
Menurut Basker dkk. (1996), kekuatan retentif mencegah pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung
dan bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan, yaitu:
1. Permukaan oklusal (occlusal surface), yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi tiruan lawan atau gigi asli.2. Permukaan poles (polishing surface), yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari tepi gigi
tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya
dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi,dan lidah.
3. Permukaan cetakan (finishing surface), yaitu bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya ditentukan oleh
cetakan.
Berdasarkan International Organization for Standardization (ISO), syarat- syarat bahan basis
gigitiruan yang ideal adalah:4
a. Biokompatibel : tidak toksik dan non-iritan
b. Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan kilat
c. Warna : translusen dan warna merata, bila perlu, mengandung serat secaramerata
d. Stabilitas warna : tidak boleh menunjukkan lebih dari sedikit perubahan dalam warna, yang
hanya dapat dilihat bila diperhatikan
e. Translusensi: dapat dilihat dari sisi lawan lempeng uji spesimen f. Bebas dari
porositas : tidak boleh menunjukkan rongga kosong g. Kekuatan lentur : tidak kurang
dari 60-65 MPa
h. Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang dipolimerisasi dengan panas dan
paling sedikit 1500 MPa untuk polimer swapolimerisasi
i. Tidak ada monomer sisa j. Tidak
menyerap cairan k. Tidak dapat larut
Sampai saat ini belum ada satu pun bahan yang mampu memenuhi semua kriteria tersebut di atas.10
LO 3
I. Diagnosis Prostodonsia
Dalam bidang prostodoktik, yang dimaksud dengan “diagnostik” adalah proses yang dilakukan
untuk mengenali terdapatnya keadaan tidak wajar atau alamiah, meneliti adanya abnormalitas,
-
8/17/2019 LO OD pros
24/30
serta menetapkan penyebabnya. Suatu evaluasi dapat dibuat dari data diagnostik yang diperoleh
melalui anamnesis pada saat pemeriksaan mulut pasien. Setelah semua data terkumpul melalui
pemeriksaan klinis objektif, anamnesis maupun model studi, maka diagnosa dapat ditegakkan.
Diagnosis yang ditulis dalam kartu status harus mencakup semua hal yang abnormal,
menguntungkan maupun merugikan dari proses pembuatan geligi tiruan.
Pada bidang prostodonsia terdapat dua macam diagnosis yaitu, partial edentulous dan full
edentulous. Hilangnya beberapa gigi biasa disebut partial edentulous dan hilangnya seluruh gigi
disebut full edentulous. Full edentulous dapat didefinisikan sebagai keadaan fisik dari rahang
diikuti hilangnya seluruh gigi dan kondisi dari jaringan pendkung tersedia untuk terapi pengganti
atau rekonstruksi. Edentulous sebagian didefinisikan sebagai hilangnya beberapa gigi pada
lengkung rahang. Dari kasus pada skenario tiga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami full
edentulus ridge.
II. Rencana Perawatan Prostodonsia
Rencana perawatan disusun berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan secara tuntas.
Secara garis besar terdapat 2 tahapan rencana perawatan:
a)
Pre-pembuatan gigi tiruan
Dalam proses ini dilakukan langkah-langkah pendahuluan seperti tindakan bedah, perawatan
periodontal, konservatif termasuk endodontik dan perawatan penyakit mulut. Tahapan pertama ini
bertujuan untuk menciptakan lingkungan rongga mulut yang sehat.
a. Tindakan bedah pra prostetik
Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, torektomi,
alveolektomi, vestibulotomi maupun frenuloktomi dilakukan untuk menciptakan kondisi
srongga mulut yang sehat danmendukung retensi dan stabilitas gigi tiruan.
b. Perawatan konservatif
Perawatan konservatif atau restoratif tidak terbatas hanya pada perawatan karies saja, tetapi
harus mencakup :
a)
Memberikan kekuatan yang cukup untuk preparasi sandaran oklusal
b)
Mengurangi ruang interproksimal yang berlebihan
c) Memberikan ruang oklusal yang cukup luas
d) Membentuk daerah untuk retensi
e)
Mendukung terpenuhinya faktor estetik
f) Memberikan kontur gigi yang sesuai
c.
Penyakit mulut
-
8/17/2019 LO OD pros
25/30
Perawatan pada bidang penyakit mulut ditujukan untuk nciptakan kondisi rongga mulut yang
bersih dan sehat. Bisa dilakukan medikasi, edukasi ataupun perawatan laninnya pada bidang
penyakit mulut.
d. Perawatan ortodontik
Gigi yang sudah lama dicabut biasanya akan meninggalkan ruang kosong yang semakin lama
akan semakin sempit karena terjadinya migrasi dari gigi tetangga. Hal ini menyebabkan gigi
menjadi malposisi sehingga kurang menguntungkan apabila akan dilakukan pemasangan gigi
tiruan.
e.
Perawatan periodontik
Pada perawatan prostodontik mutlak harus didukung dengan jaringan periodontal yang benar-
benar sehat, seperti perawatan scalling dan root planning.
b)
Pembuatan gigi tiruanDalam proses ini rongga mulut pasien perlu disiapkan untuk pemasangan gigi tiruan yang
akan dibuat. Dalam tahapan ini dilakukan proses pembuatan sendok cetak dan border
molding, penentuan dimensi vertikal dan relasi sentrik, penyusunan gigi, trial gigi tiruan,
kontrok setelah pemasangan dan cek oklusi dan artikulasi. Indikator dari keberhasilan
pembuatan gigi tiruan adalah berhasil mengembalikan fungsi kunyak/mastikasi, fungsi
fonetik dan estetik.
Dasar pertimbangan yang dilakukan dalam perawatan prostodontia terkait dengan 3 hal penting :
1. Kondisi Lokal
Kondisi lokal yang dimaksud terkait dengan kondisi gigi geligi serta jaringan lunak disekitarnya
yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk fungsinya sebagai gigi retensi dan pemilihan
jenis gigi tiruan.
2. Kondisi sistemik
Seringkali kondisi sistemik bermanifestasi di dalam rongga mulut, baik pada jaringan kerasmaupun jaringan lunak.
3. Aspek ekonomi menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan gigi tiruan. Gigi tiruan
sebagian cekat memiliki tingkat harga yang lebih mahal dibanding lepasan. Pemilihan bahan juga
menjadi pertimbangan ekonomi. Basis gigi tiruan yang menggunakan bahan akrilik memiliki estetik
yang bagus serta harga yang lebih murah, akan tetapi terkadang mengganggu fungsi bicara bila plat
akrilik terlalu tebal. Bahan lain yang menjadi alternatif dengan lempeng yang tipis dan ketahan yang
lebih kuat adalah menggunakan logam, akan tetapi tingkat ekonomi atau harga logam lebih mahal
dibanding akrilik, serta kemungkinan alergi juga terjadi.
-
8/17/2019 LO OD pros
26/30
Secara garis besar prosedur rencana perawatan dalam bidang prostodonsia adalahsebagai berikut
:
1. Elimination of infection : mengeliminasi infeksi maupun penyebab infeksi yang ada di rongga
mulut.
2. Elimination of pathology : menghilangkan patologi yang ada di rongga mulut seperti tumor dan
kista di dalam rongga mulut.
3. Praprosthetic surgery : tindakan bedah pra-prothestic yang umum dilakukan, contohnya :
Frenectomy, Alveolectomy, Alveoloplasy, Vestibuloplasy, Vestibulectomy, dll.
4.
Prosthetic treatment : membuatkan perawatan baik gigi tiruan cekat maupun lepasan yang
sebagian atau seluruhnya.
5.
Dental Health Education (DHE) : pemberian edukasi atau pembelajaran tentang menjaga
kesehatan gigi dan mulut setelah memakai gigi tiruan.
Prosedur Perawatan Gigitiruan Penuh
Proses perawatan gigitiruan penuh yang harus dilakukan oleh dokter gigi terdiri dari beberapa tahap,
antara lain:
2.3.1.1 Prosedur Diagnostik
Prosedur diagnostik perlu diaplikasikan pada pasien yang akan membuat gigitiruan penuh untuk
membantu dalam menetapkan diagnosa dan rencana perawatan, meliputi: 1,4,5
A. Informasi Sosial
Identitas pasien penting diketahui meliputi nama, usia, alamat, nomor telepon dan pekerjaan pasien.
Informasi ini diperlukan bila akan menghubungi pasien lebih lanjut dan dapat memberikan petunjuk
tentang keadaan sosial-ekonomi pasien. 1,4,5
B. Status Medis
Dokter gigi harus mengetahui kesehatan umum pasien khususnya kondisi yang mungkin berpengaruh
terhadap perawatan gigitiruan. Kesehatan umum dapat diamati dari postur dan kondisi pasien yang
terlihat pada saat kunjungan pertama pasien ke dokter gigi. Namun, harus dipastikan dengan
mengadakan pemeriksaan lebih lanjut, baik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih,
pemeriksaan objektif maupun berkonsultasi dengan dokter yang merawat pasien tersebut.
Informasi kesehatan umum meliputi penyakit sistemik yang diderita pasien seperti diabetes mellitus,
-
8/17/2019 LO OD pros
27/30
hipertensi, penyakit jantung, alergi, penyakit kronis lainnya serta obat-obatan yang dikonsumsi oleh
pasien harus dapat diketahui dengan jelas karena akan mempengaruhi keberhasilan perawatan yang akan
dilakukan. 1,4,5
C. Sikap Mental Pasien
Dr. Milus House berdasarkan pengalaman klinisnya, mengklasifikasikan sikap mental pasien yang
membuat gigitiruan menjadi empat kategori, yaitu philosophic, indifferent , critical dan skeptical. Sikap
mental pasien merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendiagnosa pasien.
Dokter gigi harus mampu mengerti dan memahami sikap pasien yang akan dilakukan perawatan. Untuk
mengatasi sikap mental pasien pada dasarnya dokter gigi harus melakukan perawatan dengan penuh
simpati, kesabaran dan bersikap empati terhadap pasien untuk
mencapai keberhasilan perawatan prostodontik yang dilakukan.1
D. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut
Dokter gigi harus mengetahui riwayat kesehatan gigi pasien dengan mengajukan beberapa pertanyaan,
misalnya mengenai pencabutan terakhir gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir
perlu diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin
ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu antara pencabutan terakhir dengan saat dimulainya
pembuatan gigitiruan akan mempengaruhi hasil perawatan. Informasi lain seperti prosedur kebersihan
rongga mulut pasien, kebiasaan pasien misalnya mengunyah di satu sisi dan bruxism. Selain itu perlu
diketahui kelainan rongga mulut
yang pernah diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien. 1,4,5
Pada pasien yang pernah memakai gigitiruan, harus diberi kesempatan untuk menyampaikan keluhan
tentang gigitiruannya yang lama. Hal ini penting untuk dijadikan petunjuk bagi dokter gigi agar dapat
mengetahui permasalahan utama yang diinginkan oleh pasien sehingga dapat diperbaiki pada
gigitiruannya yang baru. 1,4
E. Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral
-
8/17/2019 LO OD pros
28/30
Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur bibir saat istirahat dan selama
berfungsi, sendi temporomandibular dan kemungkinan kebiasaan terkait dengan pemakaian gigitiruan
seperti mengangkat gigitiruan rahang bawah
dengan lidah. 1,4
(a) (b)
Gambar 1. Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah6
Pemeriksaan intra oral meliputi screening seluruh jaringan rongga mulut terhadap kelainan patologis yang
dilakukan secara visual dan palpasi pada mukosa rongga mulut, linggir alveolar, palatum, lidah dan
relasi rahang. Pemeriksaan terhadap jumlah serta konsistensi saliva perlu dilakukan karena berpengaruh
pada retensi, stabilisasi serta kenyamanan pemakaian gigitiruan. Bila terdapat jaringan flabby, ridge
tajam (knife edge), protuberensia tulang seperti torus, eksostosis dan jaringan hiperplasia perlu dilakukan
pertimbangan tindakan pembedahan atau membuat desain khusus. Dokter gigi memegang peranan
penting dalam deteksi dini oral neoplasia, khususnya karsinoma. Prosedur pembuatan gigitiruan harus
ditunda bila terdapat kelainan patologis sampai seluruh jaringan rongga mulut dalam keadaan
sehat. 1,4,5
2. Pemeriksaan gigitiruan
Tujuan dari pemeriksaan gigitiruan adalah untuk menentukan kualitas gigitiruan yang berhubungan
dengan keluhan pasien mengenai gigitiruannya sehingga dapat dilakukan perbaikan pada gigitiruan
yang baru. Pemeriksaan yang dilakukan pada saat gigitiruan dikeluarkan dari rongga mulut meliputi
kebersihan gigitiruan, bentuk umum, posisi gigi, oklusi, dan keausan gigitiruan. Kemudian dilakukan
pemeriksaan gigitiruan di dalam rongga mulut meliputi adaptasi gigitiruan, border extension, freeway
space, dimensi vertikal, oklusi sentrik, estetik, serta posisi gigi dan hubungannya terhadap lidah, pipi
dan bibir, sebelum melakukan penilaian stabilitas
dan retensi. 1,4
-
8/17/2019 LO OD pros
29/30
Keinginan dan harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat sebaiknya harus diketahui pada saat
kunjungan pertama. Harus disadari oleh pasien maupun dokter gigi bahwa gigitiruan yang akan dibuat
harus dapat menciptakan fungsi rongga mulut dan keharmonisan hubungan dengan struktur rongga mulut
lainnya serta jaringan sekitarnya.1
3. Model diagnostik
Pembuatan model diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui beberapa hal. Pada saat melakukan
pencetakan model diagnostik, sensitivitas pasien terhadap prosedur yang dilakukan di rongga mulut,
koordinasi aktifitas lidah dan faktor-faktor lain yang penting untuk penegakan diagnosa dapat
diketahui lebih dini. Apabila masih terdapat gigi asli pada kedua rahang dan masih dapat dioklusikan,
maka model diagnostik dapat dipasangkan ke artikulator sehingga hubungan oklusi yang ada dapat
dicatat. Selain itu dokter gigi dapat mengevaluasi bentuk lengkung dan hubungan
rahang serta mengevaluasi pemeriksaan intraoral yang telah dilakukan.1
4. Pemeriksaan radiografik
Pemeriksaan radiografik pada prinsipnya penting dilakukan untuk mengevaluasi kondisi setiap pasien
yang memerlukan perawatan prostodontik sehingga kondisi di bawah membran mukosa yang secara
klinis tidak ditemukan adanya kelainan, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan radiografik dapat diketahui
adanya sisa akar, gigi terpendam maupun keadaan patologis seperti kista. Pemeriksaan
radiografik juga dapat melihat keadaan jaringan periodontal gigi yang masih ada serta vitalitasnya, tebal
submukosa yang menutupi tulang, lokasi kanalis mandibula, foramen mentale serta adanya tulang yang
tajam. 1,4,5 Pemeriksaan radiografik panoramik dari kedua lengkung rahang ditambah dengan foto
periapikal atau oklusal bila diperlukan sangat membantu didalam menegakkan diagnosa, namun perlu
dipertimbangkan pemaparan radiasi pada pasien harus seminimal mungkin. Karena itu disarankan untuk
melakukan pemeriksaan radiografik dengan menggunakan foto panoramik, sedangkan foto periapikal
atau oklusal hanya bila diperlukan untuk pemeriksaan tambahan.4
PROGNOSIS
Dalam menentukan prognosis terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain :
a. Faktor Lokal : oral higine, dan factor anatomis. Oral higine yang baik dapat mendukung
pemakaian gigi tiruan dengan baik dan dapat bertahan dengan lama sehingga prognosisnya
pun akan baik. Factor anatomis dari pasien mempengaruhi dari retensi dan kestabilan gigi
-
8/17/2019 LO OD pros
30/30
tiruan terutama gigi tiruan penuh pada rahang bawah yang ditentukan oleh dalamnya
retromylohyoid. Apabila retromylohyoid ini dalam maka dapat diberikan pembuatan sayap
lingual yang lebih luas sehingga meningkatkan retensi dan stabilitas gigi tiruan dan
memberikan prognosis yang baik.
b. Faktor Sistemik : penyakit sistemik yang di derita pasien seperti diabetes mellitus, hipertensi
dll dapat menjadi pertimbangan dalam dilakukannya perawatan sehingga berpengaruh pula
pada prognosisnya.
c. Faktor Klinis : usia, keparahan penyakit, dan kerjasama pasien. Usia yang cenderung muda
memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi daripada usia yang tua. Usia yang sudah lanjut
juga memiliki tingkat penyakit yang cenderung lebih parah. Kerjasama pasien yang baik dapat
mempermudah dilakukannya perawatan sehingga memberikan prognosis yang baik,
begitupula sebaliknya.
Terdapat 3 kunci keberhasilan dalam perawatan prostodonsia, yaitu : kesehatan umum,
nutrisi, dan psikologis pasien. Kesehatan dan nutrisi yang baik mempengaruhi kemampuan pasien
dalam memakai gigi tiruan. Ketidaksesuaian psikologis pasien bisa diakibatkan dari kaitan antara
pemakaian gigi tiruan dengan usia lanjut. Pada pasien yang lanjut usia memiliki metabolisme yang
tidak memadai pada tulang yang tak bergigi. Dimana pada tulang tersebut dapat terjadi resorbsi
yang cepat daripada yang diharapkan. Sehingga prognosisnya dapat buruk apabila pasien sudah
tidak bergigi dan mengalamai mandibulektomi, karena sisa tulang berkurang atau bahkan tinggal
setengahnya.