lo od pros

Upload: nadia-farhatika

Post on 06-Jul-2018

288 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 LO OD pros

    1/30

     

    LO 1

    Pemeriksaan di bidang prostodonsia dapat dibagi menjadi 3, yaitu : 

    1)  Covert Examination

    Pemeriksaan ini dilakukan dengan memperhatikan bagaimana karakter pasien untuk menentukan tipe

    seperti apa pasien tersebut. Sejak pasien masuk ke dalam ruangan, dari ekspresinya, suaranya,

     penampilannya, dan cara berjabat tangan, seorang operator harus memperhatikan pasien dengan seksama.

    Karena dari ekspresi dan suara, kita dapat mengetahui tingkat kepercayaan diri pasien, apakah pasien

    merasa yakin untuk melakukan perawatan gigi tiruan atau pasien terlihat malas dan tidak bersemangat.

    Penampilan pasien yang rapi dan berantakan juga dapat mengindikasikan bagaimana keadaan rongga

    mulutnya atau tingkat kebersihan rongga mulutnya. Hal ini tentu mempengarungi keberhasilan perawatan

    yang sangat memerlukan kondisi rongga mulut yang bersih dan baik. Selain itu adanya bau rokok yang

    tercium dari pasien juga mengindikasikan kebiasaan buruk yang berakibat buruk terhadap pemakaian gigi

    tiruan. Satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah keadaan pasien ketika sedang berkonsultasi. Pasien

    yang gelisah, menggigit kuku, dan terlihat stres bisa saja memiliki ambang batas terhadap rasa tidaknyaman yang rendah. Hal ini tentu berpengaruh terhadap adapatasi pasien terhadap pemakaian gigi tiruan

    yang merupakan benda asing. Dari covert examination ini diharapkan seorang operator mampu mengetahui

    tipe pasien, dan faktor-faktor psikologi yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dalam membuat

    rencana perawatan.

    2)  History Examination

    a)  Personal Histiry

    Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan ingatan

     penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic atau dental. Ditinjau dari cara

     penyampaian berita, anamnesis ada dua macam :

      Auto Anamnesis: cerita mengenai keadaan penyakit yang disampaikan sendiri oleh pasien.

      Allo Anamnesis: cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang bersangkutan,

    melainkan memalui bantuan orang lain. Umpamanya pada pasien bisu, ada kesulitan bahasa,

     penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. (drg. Haryanto A. Gunadi.

    Hipokrates. 1991:106)

    Hal - hal yang ditanyakan saat anamnesis:

    a.   Nama Penderita

    Untuk membedakan pasien satu dengan yang lainnya, mengetahui asal suku atau rasnya.

    Karena tiap ras berhubungan dengan penyusunan gigi depan. (drg. Haryanto A. Gunadi.

    Hipokrates. 1991:107)

     b.  Alamat

  • 8/17/2019 LO OD pros

    2/30

     

    Dengan mengetahui alamat, pasien dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu yang tidak

    diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Juga membantu kita mengetahui latar

     belakang lingkungan hidup pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya. (drg. Haryanto

    A. Gunadi. Hipokrates. 1991:107)

    c.  Pekerjaan

    Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga dapat diketahui. Pada

    umumnya lebih tinggi kedudukan sosial pasien, lebih besar tuntutannya terhadap faktor estetik.

    (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:107)

    d.  Jenis Kelamin

    Wanita umumnya cenderung lebih memperhatikan faktor estetik dibandingkan pria. Untuk pria

    membutuhkan protesa yang lebih kuat karena pria menunjukkan kekuatan mastikasi yang besar.

    Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman. Selain itu, bentuk gigi wanita cenderung banyak

    lengkungan/bulatannya dibanding pria yang kesannya lebih kasar dan persegi. Pasien wanita

    menopause juga harus diperhatikan karena pada periode ini, mulut pasien terasa kering dan

    terbakar. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:107)

    e.  Usia

    Proses penuaan mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot,

    mengalirnya saliva, ukuran pulpa gigi, dan panjang mahkota klinis. Usia tua juga dijumpai

     penyakit komplikasi seperti hipertensi, jantung, dan diabetes mellitus. Selain itu, kemampuan

    adaptasi dan retensi jaringan periodontal usia tua terhadap gigi tiruan mulai berkurang. (drg.Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:108)

    f.  Pencabutan Terakhir Gigi

    Untuk mengetahui apakah gigi itu dicabut atau tanggal sendiri. Lama antara pencabutan

    terakhir dengan pembuatan protesa sangat berpengaruh karena pembentukan kembali jaringan

     bekas ekstraksi membutuhkan waktu 4-5 bulan dan resorbsi tulang alveolar pada edentulus

    residual paling stabil setelah 10-12 bulan. Pada saat ini residual ridge umumnya sudah stabil untuk

    dipasang protesa. (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991:108)

    g. 

    Pengalaman Memakai Gigi tiruan

    Pasien yang pernah memakai protesa sudah pengalaman, sehingga adaptasi terhadap protesa

     baru mudah dan berlangsung cepat. Sebaliknya bagi yang belum pernah memakai protesa, proses

    adaptasi cukup sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. (drg. Haryanto A. Gunadi.

    Hipokrates. 1991:108)

    h.  Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan

    Kita tanyakan kepada pasien, apakah pasien mementingkan pemenuhan faktor estetik atau

    fungsional. Tetapi, konstruksi biasanya sesuai kebutuhan pasien. (drg. Haryanto A. Gunadi.

    Hipokrates. 1991:109)

  • 8/17/2019 LO OD pros

    3/30

     

    i.  Keterangan lain ( contoh: Penderita bruksisma berat dimana geliginya sudah lemah dianjurkan

    memakai geligi tiruan pada malam hari juga, supaya ketegangan atau strain yang di terima oleh

    gigi yang masih ada dapat dikurangi). (drg. Haryanto A. Gunadi. Hipokrates. 1991)

     b)  Medical History

    Riwayat penyakit umum yang pernah di derita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan

     pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam perawatan

    seorang dokter/ lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang di minuk. Hal ini perlu

    diketahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam

     perawatan dental

    1.  Diabetes Mellitus

    Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah

    menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan mukosa

    yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada dengan hilangnya

    tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal. Infeksi monilial,

     berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan hal yang khas dari

     penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama dengan

    gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal,

    cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal pertama yang harus dilakukan

    adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali jaringan mulut.

    Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat dilakukan

    dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari tindakan pembedahan yang

     besar selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan

     buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan, serta distribusikan beban

    fungsional pada semua bagian yang dapat memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang

    harmonis. Bila dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas

    karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut.

    Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau oerlu

    lebih sering dari itu) untuk mempertahankan kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 1991 : 110).

    2.  Penyakit Kardiovaskular

    Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian anastetikum yang

    mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena bahan ini dapat mempengaruhi

    tekanan darah.

    3.  Tuberkulosis dan Anemia

    Pada penderita ini menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar. Untuk kasus ini

    sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjol (cusp)

    4.  Depresi Mental

  • 8/17/2019 LO OD pros

    4/30

     

    Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai efek

    samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya retensi geligi

    tiruan. Maka perawatan dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan

    terhadap depresi mentalnya dapat diatasi.

    Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak secara realistic.

    Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu ia masih muda/ remaja serta

    mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan

    dibuat.

    3)  Definitie Examination

    a)  Intra Oral

    A. Keadaan umum

    Keadaan umum meliputi :

    i.  Kebersihan mulut (oral hygiene)

    ii.  Mukosa mulut

    Diperiksa apakah mukosa normal atau tidak. Warna dari mukosa dapat menggambarkan

    kesehatan, dimana warna mukosa yang tidak normal biasanya akan berwarna merah meradang.

    Selian itu, lesi patologis termasuk lesi mukosa atau jaringan dibawahnya juga diperiksa. Yang

     perlu diperhatikan pula pada mukosa adalah adanya jaringan hyperplasia ( flabby) dan

    kekenyalan mukosa. Jaringan  flabby  dapat dibuang dengan tindakan bedah karena dapat

    mengganggu stabilisasi dari gigi tiruan.

    iii.  Frekuensi karies

     

    Status gigiPemeriksaan dilakukan pada seluruh gigi geligi. Pada tahap ini diteliti adanya kondisi-

    kondisi tertentu yang dijumpai seperti gigi karies, bertambal, mahkota dan jembatan,

    migrasi, malposisi, ekstrusi, goyang, dsb.

      Artikulasi

    Artikulasi diperiksa untuk mengetahui adanya hambatan (blocking).

    iv.  Palatum

    Palatum mempunyai bentuk yang berbeda antara pasien yang satu dengan pasien yang

    lain. Pemeriksaan palatum ini bisa secara langsung pada rongga mulut pasien atau melalui

    model agar lebih akurat.

    Bentuk palatum terdiri atas :

    a)  Bentuk Quadratik (Bentuk lengkung atau seperti huruf U)

    Bentuk ini mempunyai retensi yang baik, karena dapat menahan pelepasan ke arah vertikal dan

    lateral, dimana mempunyai kedalaman yang sedang dengan rugae yang jelas dibagian anterior.

     b)  Bentuk Ovoid (Bentuk datar)

    Retensi dan stabilisasi pada gigi tiruan kurang baik, karena dari bentuk tersebut dapat

    menimbulkan kurangnya daya tahan terhadap pergerakkan gigi tiruan atas ke arah depan

    selama melakukan fungsi mastikasi.

  • 8/17/2019 LO OD pros

    5/30

     

    c)  Bentuk Tappering (Bentuk V)

    Dimana palatum tinggi dan sempit sehingga kurang menguntungkan dari segi retensi pada

    gigi tiruan. Makin kuat gigi tiruan menekan sisi palatum maka makin cepat kemungkinan

    gigi tiruan akan terlepas.

    v.  Saliva

    Kualitas saliva berpengaruh pada retensi gigi tiruan. Saliva yang kental (mucous) kurang

     baik, karena kurang mampu membasahi seluruh permukaan basis gigi tiruan/ Selain itu, saliva

    yang kental tidak dapat membentuk lapisan film yang tipis, sehingga kontak basis gigi tiruan

    dan mukosa pendukung tidak dapat rapat. Sebaliknya, saliva encer dapat membentuk film tipis

    hingga kontak basis dan mukosa lebih rapat. Daya pembasahannya pun lebih baik, karena lebih

    mudah menyebar ke seluruh permukaan basis gigi tiruan.

    Kuantitas saliva juga perlu bagi retensi gig tiruan. Saliva dalam jumlah tertentu banyak

    dapat mengganggu retensi karena memberikan kesan seolah-olah gigi tiruan teredam di

    dalamnya sepanjang hari, dan pasien senatiasi berkeinginan untuk melakukan gerakan menelan.

    Sebaliknya, saliva yang terlalu sedikit juga merugikan, karena tidak cukup untuk membasahi

    seluruh permukaan basis gigi tiruan. Jadi, yang paling baik ialah, saliva yang tidak terlalu

    kental, dan jumlahnya cukup

    vi.  Lidah

    Pemeriksaan pada lidah dapat dilakukan secara visualisasi, dilihat mengenai ukuran dan

     posisi lidah. Ukuran lidah dapat normal, mikroglosi, atau makroglosi. Sementara posisi lidahmenurut klasifikasi Wright dapat dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:

    1.  Kelas I → lidah berada pada posisi normal. Ujung lidah bersandar rileks di area permukaan

    lingual gigi-gigi anterior rahang bawah dan bagian tepi lateral lidah berkontak dengan

     permukaan lingual gigi-gigi posterior rahang bawah dan basis gigi tiruan atau pada

     permukaan lingual processus alveolaris rahang bawah.

    2.  Kelas II → tepi lateral lidah berada pada posisi yang normal, namun ujung lidahnya

    menggulung ke atas atau ke bawah.

    3. 

    Kelas III → lidah pada posisi tertarik (retracted position). Ujung lidah tidak menyentuh

    gigi-gigi atau ridge rahang bawah. Sehingga sebagian besar dasar mulut dapat terlihat.

    Karena posisinya yang tertarik, lidah terlihat seperti membentuk sudut.

  • 8/17/2019 LO OD pros

    6/30

     

    Gambar: (kiri) posisi normal lidah pada rahang tak bergigi,(kanan) posisi normal lidah pada rahang

    bergigi (Suryandari, astri. 2007)

    Dari penjelasan di atas, posisi lidah kelas I merupakan posisi lidah yang paling ideal karena

     pada kondisi ini terdapat ketinggian dasar mulut yang adekuat sehingga sayap lingual basis gigi

    tiruan nantinya dapat berkontak dengan lidah dan lidah dapat menjaga peripheral seal dari gigi

    tiruan. Sedangkan pada kondisi posisi lidah kelas II dan terutama kelas III, dasar mulut pada

    umumnya terlalu rendah sehingga lidah tidak dapat berkontak dengan sayap lingual basis gigi

    tiruan dan pada akhirnya menyebabkan kurangnya retensi pada gigi tiruan.

    vii.  Pemeriksaan Jaringan Periodontal

    Keadaan jaringan periodontal yang mengalami peradangan, perdarahan merupakan kondisi

    yang tidak menguntungkan dalam rencana perawatan gigi tiruan. Seorang operator harus

    memperhatikan kegoyangan gigi, kedalaman  pocket  periodontal, untuk mengetahui keadaan

     jaringan penyangga seperti tulang alveolar dan ligamen periodontal. Gigi yang kedalaman

     pocketnya >3mm menunjukkan terjadinya kerusakan tulang alveolar, dan hal tersebut dapat

    menyebabkan resesi gingiva.

    Gigi yang mengalami resesi gingiva akan mempengaruhi suatu rencana perawatan karena

    resesi gingiva akan menyebabkan terbukanya sementum. Sementum yang terbuka ini sangat

    rentan terkena karies, sehingga gigi tersebut tidak dapat dipasangi clasp untuk retensi.

    viii.  Vestibulum

    Merupakan celah antara mukosa bergerak dan tidak bergerak. Vestibulum diukur dari dasar

    fornix hingga hingga puncak ridge. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut(nomor 3). Pemeriksaan dilakuka pada regio posterior dan anterior terutama pada bagian yang

    tak bergigi, dimulai dari fornix sampai puncak ridge. Sedangkan pada daerah yang masih ada

    giginya, dari dasar fornix sampai ke tepi gingival.

    a)  Vestibulum dalam : Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengah diameter

     b)  Vestibulum dangkal : Bila kacamulut yang terbenam kurang dari setengah diameter

    kacamulut.

    Vestibulum digunakan untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan. Vestibulum yang lebih dalam

    lebih retentive daripada yang dangkal.

    ix.  Frenulum

    Frenulum yaitu lipatan jaringan lunak yang menahan pergerakan organ yang dapat

     bergerak, termasuk lidah.  Frenulum labialis  pada rahang atas dan bawah dan  frenulum

    lingualis pada rahang bawah merupakan struktur yang perlekatannya seringkali dekat dengan

     puncak residual ridge. Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi-rendahnya perlekatan masing-

    masing. Frenulum lingualis pada rahang bawah dan f.labialis pada rahang atas/bawah

    merupakan struktur yang perlekatannya seringkali dekat dengan puncak residual ridge.

    Perlekatan semacam ini akan mengganggu penutupan tepi ( seal ) dan stabilitas gigi tiruan.

    Letak perlekatan frenulum dapat digolongkan:

  • 8/17/2019 LO OD pros

    7/30

     

    a.  Tinggi : bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual ridge.

     b.  Sedang : bila eprlekatannya kira-kira di tengah antara puncak ridge dan fornix.

    c.  Rendah : bila perlekatannya dekat dengan fornix.

    Frenulum ini berfungsi untuk retensi dan estetik. Frenulum yang tinggi dapat meng-ganggu

     penutupan tepi (seal) dan stabilitas geligi tiruan.

    x.  Bentuk Ridge

    Ridge merupakan puncak tulang alveolar. Cara memeriksa bentuk ridge adalah dengan

     palpasi ridge pada bagian edentulus.

    Terdapat empat macam bentuk ridge antara lain :

    a.  square : lebih menguntungkan daya retentifnya

     b.  ovoid : lebih bagus untuk stabilisasi

    c.  tapering : daya retentifnya jelek, tidak menguntungkan

    d.  flat : tidak menguntungkan

    Bentuk ridge berhubungan dengan  –   retensi dan stabilitas. Bentuk ridge square

    mempunyai retensi yang paling baik karena mempunyai luas penampang yang luas. Bentuk

    ridge ovoid mempunyai stabilitas yang baik. Bentuk ridge tapering, memerlukan relief agar

    dapat retentif . Bentuk ridge flat merupakan bentuk yang paling tidak menguntungkan

    terhadap retensi dan stabilitas.

    xi.  Torus Palatina

    Merupakan tonjolan tulang yang terdapat pada garis tengah palatum. Fungsinya untuk

    stabilisasi gigi tiruan. Torus palatina ini ada yang besar, sedang dan kecil. Pemeriksaannya

    dengan memakai burnisher, denngan menekan beberapa tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan kekenyalan jaringan.

    xii.  Torus Mandibula

    Cara pemeriksaannya sama seperti torus palatinus, pemeriksaan dengan cara menekan

    daerah palatum menggunakan burnisher. Bila terasa ada daerah keras dan daerah tersebut

     berwarna putih bila ditekan maka terdapat torus mandibularis. Kehadiran torus mandibularis

    dapat mempersulit upaya untuk memperoleh gigi tiruan yang nyaman karena tepi-tepi gigi

    tiruan langsung menekan mukosa yang menutupi tonjolan tulang tersebut. Dalam hal demikian

     perlu dilakukan pengambilan torus secara torektomi. Biasanya dilakukan pengambilan pada

    tulang ini bila pada pemasangan gigi tiruan dirasakan bisa mengganggu kestabilan gigi tiruan

    tersebut.

    xiii.  Tuber Maxilaris

    Disini dapat dilihat besar, sedang atau kecilnya dari satu sisi maupun dua sisi. Bentuk tuber

    maxilaris yang besar sangat berguna untuk retensi gigi geligi tiruan didaerah undercut. Apabila

    hanya besar pada satu sisinya dapat diatasi dengan mencari arah pasangnya.

    xiv.  Eksostosis

  • 8/17/2019 LO OD pros

    8/30

     

    Merupakan tonjolan tulang pada prossesus alveolaris yang berbentuk membulat seperti

    tonus palatinus, torus mandibula serta tajam akibat pencabutan gigi bila diraba, terasa sakit dan

    tidak dapat digerakkan.

    Cara pemeriksaannya dengan melakukan palpasi, bila terdapat eksostosis dan mengganggu

    fungsi gigi tiruan maka dilakukan tindakan pembedahan (alveolektomi) atau di relief. Fungsi

    diadakannya pemeriksaan ini untuk mengetahui ada atau tidaknya tulang menonjol dan terasa

    sakit akibat pencabutan yang tidak beraturan dan dapat mempengaruhi pemakaian gigi tiruan.

     b)  Ekstra Oral

    Pemeriksaan ekstraoral dilakukan dengan metode visual dan taktil yang meliputi pemeriksaan

    struktur skeletal, kulit, serta muskular untuk mengetahui adakah kelainan atau variasi struktur serta

    keadaan patologis.

    1.  Skeletal

    Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan bentuk wajah, profil wajah, bentuk zygoma, angulasi

    mandibula, bentuk maksila serta pemeriksaan TMJ. Pemeriksaan bentuk wajah meliputi bentuk

    ovoid, tirus, atau square. Hal tersebut mempengaruhi dalam rencana perawatan pembuatan gigi

    tiruan untuk mengembalikan estetis wajah sesuai dengan keadaan semula. Profil wajah dapat

    diklasifikasikan klas I, II, dan III. Klasifikasi ini sesuai dengan klasifikasi angle. Profil wajah perlu

    diketahui untuk rencana pembuatan gigi tiruan terutama pada pasien dengan tipe profil klas II dan

    III, pada keadaan tertentu pasien menginginkan penggunaan gigi tiruan sekaligus memeperbaiki

    tipe profil tersebut. Bentuk zygoma atau tulang pipi apakah menonjol atau cenderung datar, hal

    tersebut berpengaruh terhadap bentuk wajah. Pada pemeriksaan TMJ menggunakan palpasi dapatdiketahui ada atau tidaknya clicking atau hyperplasia kondil, hal ini mempengaruhi kenyamanan

     penderita dalam menggunakan gigi tiruan.

    2.  Kulit di sekitar wajah dan leher

    Pemeriksaan ini menggunakan metode visual apakah terdapat pembengkakan, lacerasi atau

    luka yang terbuka, memar, bekas luka, atau pigmentasi. Keadaan tersebut mungkin dapat merujuk

     pada kesehatan sistemik pasien. Adanya pembengkakan mungkn karena pengaruh infeksi

    odontogen atau penyakit yang menyebabkan pembengkakan kelenjar seprti hipotiroidism. Memar,

     bekas luka yang tak kunjung sembuh mungkin manifestasi dari kelainan perdarahan seperti

    hemofilia. Keadaan-keadaan tersebut harus diperhatikan dan digali lebih lanjut melalui anamnesa

    atau pemeriksaan lebih lanjut jika perlu. pemeriksaan lain yang penting adalah adanya asimetri

    wajah. Operator harus mengetahui apakah asimetri yang terjadi merupakan fisiologis atau

     patologis.

    3.  Pemeriksaan otot

    Pemeriksaan ini meliputi ada atau tidak kelumpuhan otot, hypertropi otot, serta kedutan.

    Pemeroksaan dengan cara palpasi pada otot-otot pengunyahan meliputi otot temporalis, masseter,

     pterygoid lateral dan medial. Adanya hal tersebut mungkin merupakan dampak kelainan saraf yang

     bermanifestasi di otot-otot pengunyahan. Kelainan tersebut menyebabkan fungsi pengunyahan

  • 8/17/2019 LO OD pros

    9/30

     

    tidak berjalan dengan baik sehingga sebelum pembuatan gigi tiruan sebaiknya memperbaiki fungsi

    otot-otot pengunyahan.

    Pemeriksaan

    Ekstra Oral

    Keterangan

    1. Wajah a. Struktur kulit wajah mencerminkan elastisitasnya  

    menunjang prakiraan retensi gigi tiruan

    a.  Warna kulit  penting guna memilih warna gigi

     b.  Bentuk wajah  menentukan bentuk gigi anterior

    Dikenal 4 bentuk dasar wajah, yaitu persegi, segitiga, dan

    lonjong. Sedankan utnuk bentuk gigi insisif pertama

     baisanya sesuai dengan bantuk wajah dilihat secara terbalik

    c.  Tanda-tanda patologis, bila ada harus diamati dan dicari

     penyebabnya

    d.  Asimetri bentuk wajah perlu diamati, apakah patologis,

    genetik, atau akibat penyimpangan fungsi rahang. Pada

     pembuatan gigi tiruan, hendaknya asimteri wajah ini

    ”disembunyikan” dengan susunan gigi yang diberi sedikit

    variasi. Asimteri wajah dapat dilihat dari depan dengan

    membandingkan sisi kiri dan sisi kanan, atau dengan melihat

    kontir lengkung zigomatik dari atas kepala, sisi kiri

    dibandingkan dengan sisi kanan.

    e. 

    Profil wajah dilihat dari samping menentukan bentuk permukaan labial gigi anterior. Dikenal 3 bentuk profil

    wajah, yaitu :

    - lurus   biasanya permukaan labial gigi anterior agak

    datar, dan hubungan tahang normal

    - Cembung  hubungan rahang protrusif, permukaan labial

    gigi anterior sebaiknya cembung

    - Cekung   hubungan rahang biasanya progeni, dan

     pemrukaan labial gigi anterior datar

    2. Mulut   Lebar celah mulut perlu diamati untuk mengantisipasi

    kesulitan dalam mencetak rahang

      Tanda-tanda patologis, bila ada sebaiknya disembuhkan

    dulu. Luka di sudut mulut dapat merupakan tadan

    kekurangan vitamin tertentu, atau gigitan (dimensi vertikal)

    yang terlalu rendah

      Bentuk garis celah mulut (pertemuan bibir atas dan bibir

     bawah) dapat merupakan pentunjuk temperamen individu.

    Bila garis ini lurus, menandakan bahwa orang biasa-biasa

  • 8/17/2019 LO OD pros

    10/30

     

    saja; garis yang melengkung ke bawah menandakan bahwa

    orangnya lebih banyak murung, dan pesimistik. Jika garisnya

    melengkung ke atas menunjukkan bahwa individu

    merupakan orang yang periang dan optimistik

    3. Otot-otot wajah   Otot wajah yang terlalu kendor dapat menimbulkan masalah

    dalam penciptaan estetika yang optimal, terutama bila pasien

    termasuk kelompok tipe banyak tuntutan atau bawel.

    Keinginan utnuk menghilangkan kerut-kerut wajah dapat

    mengganggu retensi gigi tiruan lepas, khususnya Gigi tiruan

    lengkap, karena biasanya gigi  –  gigi cenderung disusun si

    luar batas toleransi otot

      Sebaliknya, otot yang terlalu kaku juga menimbulkan

    masalah dalam pembentukan perluasan sayap gigi tiruan

      Otot-otot di sekitar celah mulut juga perlu diperhatikan. Bila

    terallu kaku, dapat menyulitkan dalam pencetakan dan

     pemasangan gigi tiruan atas.

    4. Hubungan Antar

    Rahang

      Hilangnya sejumplah gigi posterior akan menyebabkan

    tinggi gigit (DV) berkurang. Secara visual kadan-kadang

     perubahan ini dapat terlihat; mandibla seolah-olah lebih maju

    dengan puncak dagu lebih terdorong ke depan, lipatan bibir

    di sudut mulut tanpak lebih jelas

    5. Senditemporomandibular

     

    Kelancaran gerakan sendi dapat diraba dengan ujung jariyang ditempatkan di muka telinga atau ujung jari diamsukan

    ke dalam lubang telinga dan sedikit ditekankan ke dinding

    anteriornya. Keletuk sendi dapat terdengar dari jarak tertentu

    atau teraba sebagai gerakan kondilus yang sedikit melompat.

    Ini merupakan gejala awal dari gangguan fungsi rahang,

    yang sebagian besar penyebabnya karena oklusi gigi yang

    tidak seimbang. Kontak oklusi yang tidak seimbang

    sebaiknya diperbaiki dulu dengan cara pengasahan selektif.

    Hal ini terutama penting bila gigi asli akan menajdi antagonis

     bagi gigi tiruan lengkap yang akan dibuat.

    6. Kelenjar   Dengan jari tangan diraba kelenjar-kelanjar ludah dan

    kelenjar limfa di daerah leher dan kepala. Pembengkakan

    atau nyeri pada kelenjar limfa menunjukkan adanya penyakit

    infeksi di sekitar daerah tersebut

    c) 

    Penunjang

    Pemeriksaan penunjang radiografi berfungsi untuk mengetahui :

  • 8/17/2019 LO OD pros

    11/30

     

    1.  Kualitas jaringan penyangga, terutama bagi gigi abutment

    2.  Adanya gigi terbenam atau sisa akar

    3.  Kelainan periapikal

    4.  Adanya kista

    5.  Adanya resorpsi tulang terutama pada gigi penyangga serta pola resorpsi pada edentoulus ridge

    6.  Adanya penyakit sistemik seperti sklerosis

    KONDISI SISTEMIK

    Selain penyakit sistemik dan obat yang sedang dikonsumsi, kebiasaan pasien untuk mengontrol kesehatannya

     juga perlu diketahui.

    1.  Gangguan Pencernaan

    Gigi yang hilang menyebabkan terjadinya gangguan pengunyahan dan dapat memengaruhi asupan makanan

    dan status gizi seseorang. Efisiensi pengunyahan sangat dipengaruhi oleh status fungsional gigi geligi di rongga

    mulut. Kemampuan penurunan fungsi pengunyahan berhubungan dengan proses pencernaan di dalam tubuh.

    Pada pasien dengan gigi hilang hampir seluruhnya, akan cenderung mengurangi makan untuk menghindari

    rasa sakit akibat hilangnya gigi saat proses pengunyahan. Hal inilah yang menyebabkan sistem pencernaan

     pasien terganggu karena makanan yang diproses berkurang sedangkan kerja lambung terus berjalan hingga asam

    lambung pun meningkat sehingga akan sering merasakan sakit pada ulu hati.

    Berdasarkan uraian di atas, maka kondisi pasien akan memungkinkan hilangnya nafsu makan, penurunan

     berat badan, serta terjadinya xerostomia karena nutrisi yang masuk kurang, asam lambung pun meningkat akibat

    sekresi saliva yang berkurang. Untuk itu, sebelum melakukan perawatan prostodontik maka yang perlu

    dipertimbangkan adalah konsultasi gizi dan pemberian suplemen untuk memperbaiki pola makan. Serta pada

     pembuatan gigi tiruannya, ekstensi basis harus sesuai dan stabilitas yang baik diperlukan untuk mencegah iritasi

    mukosa.

    2.  Diabetes Melitus

    Diabetes melitus adalah kelainan yang disebabkan kerusakan dalam penggunaan karbohidrat.

    Karakteristiknya adalah glukosaria dan peningkatan gula darah, biasa terjadi pada pasien umur 50 — 60 tahun.

    Diabetes merefleksikan ketidakseimbangan antara penggunaan glukosa oleh jaringan, pengeluaran glukosa oleh

    liver, dan produksi serta pengeluaran hormon pankreas, anterior pituitary, dan adrenocortikal. Hal ini

    menyebabkan efek mudah terkena infeksi bakteri karena tahanan jaringan yang rendah.

    Pada penderita diabetes melitus, kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah menyebabkan komplikasi

    di dalam mulut, seperti radang jaringan mukosa, aggresive periodontitis, resorpsi tulang alveolar, hiposalivasi,

    dan merupakan faktor risiko abses periapikal. Manifestasi oral jarang terjadi pada pasien diabetes terkontrol,

    tetapi pada pasien diabetes yang tidak terkontrol sering terjadi degenerasi jaringan periodontium. Berkurangnya

    saliva, infeksi monilial, dan bertambahnya pembentukan kalkulus juga merupakan khas dari penyakit diabetes

    yang tidak terkontrol. Diabetes yang tidak terkontrol inilah yang paling mempengaruhi perawatan.

    Manifestasi oral yang biasanya terjadi, yaitu:

  • 8/17/2019 LO OD pros

    12/30

     

    a.  Mukosa membran menjadi berwarna merah terang dan terlihat kering.

     b.  Infeksi gingiva dan periodontal sehingga menyebabkan terbentuknya poket, kehilangan tulang, serta

    kegoyangan gigi.

    c.  Mulut terasa kering

    d.  Pasien sering merasa haus dan sensasi rasa yang tidak nyaman.

    e.  Seing terjadi karies akibat adanya xerostomia.

    f.  Manifestasi klinis diabetes melitus terjadi bersama-sama dengan gejala-gejala yang sering ditemukan

    seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat

     badan.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan prosthodontik yaitu, pada pasien diabetes melitus respon

    tulang terhadap tekanan protesa kurang dan membutuhkan perawatan yang hati-hati untuk menjaga kesehatan

     jaringan, kenyamanan pasien, dan fungsi yang optimal. Proses healing  pada jaringan setelah trauma biasanya

     berjalan lambat sehingga membutuhkan kesabaran dalam menjalani rencana perawatan dan manajemen

    dentalnya.

    Diabetes mellitus menyebabkan penguraian serat-serat kolagen yang berfungsi sebagai penyusun utama

     jaringan periodontal sehingga berdampak pada kegoyahan gigi karena kehilangan hubungan dengan processus

    alveolaris Penganan hiperglikemi untuk penderita diabetes mellitus membutuhkan pemberian insulin harus

    dibawah pengawasan medis untuk menghindari komplikasi jangka panjang yang serius. Mukosa yang kering

    membuat penggunaan gigi tiruan tidak nyaman, karena gagal membentuk lapisan tipis untuk perlekatan gigi

    tiruannya serta karena turunnya tegangan permukaan antara mukosa yang kering dengan gigi tiruan, hal ini

    disebut gangguan stabilisasi dan retensi gigi tiruan.

    Dalam perawatan protesa untuk pasien diabetes melitus juga harus memerhatikan hal-hal tambahan seperti,

    menghindari tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan, menggunakan bahan cetak

    yang bisa mengalir bebas, dan membuat desain rangka gigi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan. Beban

    fungsional gigi tiruan harus didistribusikan pada semua bagian yang dapat memberikan dukungan dan susunan

    oklusi pun harus harmonis. Bila dibutuhkan, perangsangan pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas

    karbohidrat dapat dilakukan. Perlu ditekankan pada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut.

    Tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau perlu lebih sering dari itu) untuk

    mempertahankan kesehatan mulut. Recall  berkala juga diperlukan untuk menjaga basis gigi tiruan beradaptasi

    dengan baik dan oklusinya benar. Hal ini berkaitan dengan tahanan jaringan pasien diabete melitus yang kurang,

    sehingga ada kemungkinan gigi tiruan jadi goyang atau berubah posisinya. (Gunadi, dkk., 1991:110).

    Diabetes mellitus (DM) bukan merupakan kontraindikasi untuk setiap tindakan perawatan kedokteran gigi,

    misalnya tindakan operatif seperti pencabutan gigi, kuretase pada poket dan sebagainya. Hal ini tidak masalah

     bagi dokter gigi apabila penderita di bawah pengawasan dokter ahli sehingga keadaanya terkontrol. Untuk setiap

    tindakan operatif ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor sebelum dan setelah tindakan operatif.

    Faktor sebelum operatif antara lain keadaan umum penderita, kadar gula darah dan urin penderita, anastetikumyang akan digunakan serta tindakan asepsis. Tindakan yang perlu dilakukan setelah tindakan operatif adalah

  • 8/17/2019 LO OD pros

    13/30

     

     pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya infeksi, juga keadaan umum serta kadar gula darah dan urin

    (Tarigan, 2003).

    Anastetikum yang digunakan untuk tindakan operatif harus aman, tidak boleh meninggikan kadar gula dalam

    darah. Pemakaian adrenalin sebagai lokal anastesi masih dapat diterima karena kadarnya tidak terlalu besar

    walaupun adrenalin dapat meninggikan kadar gula dalam darah. Procain sebagai anastesi lokal sangat dianjurkan

    (Tarigan, 2003).

    Sebelum tindakan operatif sebaiknya penderita diberi suatu antibiotik untuk mencegah infeksi (antibiotik

     profilaksis, juga pemberian vitamin C dan B kompleks, dapat membantu memepercepat proses penyembuhan

    serta mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi setelah perawatan. Kultur bakteri perlu dilakukan untuk

    kasus-kasus infeksi oral akut. Jika terjadi respon yang kurang baik dari pemberian antibiotik yang pertama,

    dokter gigi dapat memebrikan lagi antibiotik yang lebih efektif berdasarkan uji kepekaan bakteri pada pasien

    (Tarigan, 2003).

    Tindakan perawatan gigi penderita tergantung pada pengetahuan dokter gigi tentang keadaan penyakittersebut. Jika pasien telah didiagnosis dan dikontrol dengan adekuat, maka tidak ada masalah sepanjang dokter

    gigi benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang dapat menghilangkan komplikasi.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perawatan gigi pasien DM adalah (Tarigan, 2003):

    (1)  Hal-hal tentang keadaan kesehatan pasien DM harus didiskusikan dengan dokter yang merawatnya.

    (2)  Semua infeksi rongga mulut harus dirawat dengan segera dengan antibiotik yang tepat.

    (3)  Kesehatan rongga mulut yang baik harus dipertahankan, sehingga iritasi lokal akan hilang secara teratur,

     pembentukan kalkulus berkurang dan sangat diharapkan gingivitis dan penyakit periodontal dapat dicegah.

    Pasien dijadwalkan untuk perawatan di pagi hari dan diinstruksikan untuk mengkonsumsi makan paginya

    seperti biasa. Apabila perawatan melewati waktu makan maka pasien harus diberi waktu mengkonsumsi

    makanan/ minuman ringan seperti orange juice. Apabila kesulitan mengunyah setelah perawatan, dianjurkan

    untuk mengkonsumsi makanan lunak seperti  soup, milkshake dan lain sebagainya untuk menjaga pemasukan

    kalori. Pada setiap prosedur perawatan gigi diinstruksikan untuk tetap mengkonsumsi obat hipoglikemik sesuai

    dosis yang diperuntukkan baginya. Pada pasien dengan terapi insulin dapat dilakukan modifikasi dengan makan

     paginya. Pasien diinstruksikan mengkonsumsi makan paginya disertai insulin separuh dosis pagi dan separuh

    lagi sesuadah perawatan. Minimalkan stres selama perawatan gigi apabila memungkinkan proses perawatan

    dibagi menjadi beberapa kunjungan yang tidak terlalu lama (Setyawati, 2000).

    Tindakan asepsis perlu diperhatikan apabila kita akan merawat gigi dan mulut penderita DM yang sudah

    terkontrol, karena penderita pada umumnya mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap infeksi. Adanya

    DM yang tidak terdiagnosa, tidak dirawat, kurang dikontrol menyebabkan risiko yang lebih besar atau serius

     bagi dokter gigi dalam mengatur rencana perawatan. Kemungkinan terjadinya koma diabetes (hiperglikemia),

     shock insulin (hipoglikemia), penyebaran infeksi, kurangnya respon penyembuhan pembedahan harus menjadi

     pertimbangan utama. Pasien yang memiliki risiko ini harus dievaluasi dengan hati-hati dan konsultasi kesehatan

     jika ada satu kemungkinan di rongga mulut (Tarigan, 2003).

  • 8/17/2019 LO OD pros

    14/30

     

    3.  Penyakit Kardiovaskular

    Pada pasien dengan riwayat medis penyakit kardiovaskular, butuh konsultasi medis sebelum prosedur dental

    apalagi pada saat pencabutan gigi. Hindari pemakaian anastetik yang mengandung vasokonstriktor seperti

    adrenalin dan epinefrin karena bahan ini dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Perawatan

    sebaiknya tidak dilakukan apabila tekanan darah sedang tinggi. Hindari pula melakukan perawatan dengan

    waktu yang lama karena pasien dengan penyakit kardiovaskular cepat lelah. Apabila akan dilakukan prosedur

     bedah, diindikasikan penggunaan antibiotic profilaksis. Sebelum melakukan perawatan, ada baiknya melakukan

    konsultasi terlebih dahulu ke kardiolog. (Gunadi, dkk., 1991 : 110).

    Pasien dengan prosthetic heart valve (gangguan katup jantung), endokarditis akibat bakteri, kelainan jantung

     bawaan, dan demam reumatik tinggi dengan disfungsi katup jantung harus mendapatkan premedikasi terlebih

    dahulu dengan pemberian antibiotik amoxicilin ataupun eritrimycin. Antibiotik clindamycin juga dapat

    diberikan apabila pasien alergi dengan amoxicilin ataupun eritrimycin. Dalam perawatan, perlu diperhatikan

     pula obat yang sedang dikonsumsi pasien karena pasien dengan gangguan katup jantung biasanya sedang

    mengkonsumsi obat antikoagulan.

    4.  Hipertensi

    Tekanan darah yang normal biasanya di bawah 120/80 mmHg, apabila melebihi dapat dikatakan hipertensi,

     baik dari yang ringan hingga berat. Dalam hubungannya dengan perawatan gigi, kondisi hipertensi berpengaruh

     pada penggunaan anestesi, seperti tidak diindikasikan anestesi epinefrin atau adrenaalin karena mengandung

    vasokonstriktor yang dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Sebelum melakukan tindakan yang

    invasive seperti pencabutan atau operasi seperti alveoloktomi, sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu. Hal-

    hal tersebut dilakukan juga untuk menghindari dampak jika terjadi trauma dalam perawatan. Hindari pula proses

     perawatan yang menyebabkan kelelahan pada pasien. Sebaiknya, tekanan darah dikontrol dengan merujuk ke

    spesialis penyakit dalam. Dalam perawatan, perlu diperhatikan pula obat yang sedang dikonsumsi pasien karena

     pasien hipertensi biasanya sedang mengkonsumsi obat yang mengandung agen diuretic sehingga saliva menjadi

    sedikit.

    5.  Epilepsi

    Epilepsi mempengaruhi desain suatu geligi tiruan. Grand mal seizure  dapat menyebabkan fraktur

     pada protesa dan kehilangan gigi. Pembuatan gigi tiruan lepasan pada pasien epilepsi biasanya

    dikontraindikasikan pada pasien epilepsi yang tanpa adanya warning.  Namun jika epilepsinya terkontrol,

    diindikasikan. Semua bahan restorasi bagi penderita epilepsi harus radiopak agar kalau tertelan dapat terlihat

    secara radiograf. Bila perlu, ekstensi basis pada gigi tiruan pasien epilepsi dilakukan sebagai tambahan retensi

    untuk menghindari gigi tiruan terlepas dan tertelan saat pasien mengalami kejang. Jika pasien sedang

    mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung  phenytoin, maka gigi tiruan lepasan tidak boleh mengiritasi

    gingival sebab obat ini berefek gingival hypertrophy.

    6.  Alkoholisme

    Sebagai pemakai gigi tiruan sebagian lepasan, pecandu alkohol biasanya mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya berbau alkohol, tremor, mata dan kulit pada bagian tengah

    wajah memerah, gugup, dan kurus. Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita alkoholik menuntut

  • 8/17/2019 LO OD pros

    15/30

     

     pemenuhan faktor estetik yang tinggi untuk protesa yang akan dibuat. Keyakinan dirinya serta kerja sama

    dengan penderita ini dapat dikembangkan, bila hal tadi dapat kita penuhi. Sebaliknya, bila hal ini gagal, bisa

    membawa akibat yang buruk.

    Perawatan gigi untuk penderita alkoholik pada umumnya dihindari sampai kebutuhan ini sudah begitu

    mendesak, supaya pembuatan protesa dapat berhasil untuk jangka waktu cukup panjang. Di samping semua

    masalah di atas, seorang penderita alkoholik cenderung mengalami kecelakaan. Patah atau hilangnya geligitiruan karena jatuh atau kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi (Gunadi, dkk., 1991 : 111-

    112).

    7.  Arthritis

    Artritis berasal dari kata Yunani “artron” yang berarti “persendian” dan kata “itis” dari bahasa Latin

    yang berarti “peradangan”. Artritis memengaruhi sistem muskuloskeletal (otot dan sendi). Arthritis seringkali

    disertai oleh nyeri sendi, yang disebut artralgia. Terjadi perubahan oklusi pada pasien arthritis sehingga sulit

    menentukan hubungan rahang. Jika sendi terminal dari jari mengalami artritis, pasien akan sulit untuk

    memasukkan dan membersihkan gigi tiruan. Osteoarthritis TMJ dapat menimbulkan masalah pada perawatan

    gigi tiruan penuh, karena pergerakan mandibula menimbulkan nyeri. Pada kondisi yang ekstrim, pembedahan

    harus dilakukan dengan sebelumnya konsul ke ahli bedah mulut.

    Sendok cetak khusus sering dibutuhkan karena akses yang terbatas akibat berkurangnya kemampuan

    membuka mulut. Rekam hubungan rahang sulit dibuat dan diulangi, dan koreksi oklusal harus dilakukan karena

     perubahan pada sendi.

    8.  Depresi Mental

    Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai efek samping

    mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya retensi gigi tiruan. Maka perawatan

    dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap depresi mentalnya dapat

    diatasi.

    Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak secara realistik. Ia

    mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu Ia masih muda/ remaja serta mengharapkan

     penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan dibuat. (Gunadi, dkk., 1991 : 111).

    9.   Parkinson Disease

    Penyakit parkinson dan  Bell’s palsy merupakan jenis kelainan neurologis. Pada pasien ini terjadi

    kontraksi ritmik pada otot, termasuk otot mastikasi. Pasien dengan penyakit ini dapat dirawat, tetapi sangat

     penting untuk mereka mengetahui masalahnya, yakni: retensi gigi tiruan, rekam hubungan rahang, dan

    dukungan otot. Jika gejalanya parah, menyebabkan tidak mungkinnya pasien untuk memasang dan melepas gigi

    tiruan lepasan. 

    10.  Kanker

  • 8/17/2019 LO OD pros

    16/30

     

    Perawatan lesi kanker dengan radiasi ionisasi dan kemoterapi dapat memengaruhi terapi gigi tiruan

    lepasan. Komplikasi oral pada pasien ini adalah efek samping dari radiasi dan kemoterapi di kepala dan leher.

    Komplikasinya adalah iritasi mukosa, xerostomia, infeksi bakteri, dan infeksi fungal.

    11.  Obat-Obatan yang Mempengaruhi Perawatan

    Dengan makin populer dan kompleksnya terapi obat-obatan, dokter gigi diharapkan mengetahui obat

    yang digunakan pasien sehingga Ia dapat menghindari pemberian obat yang menimbulkan reaksi yang takdikehendaki atau yang memperkuat aksi obat yang sudah diminum pasien atau obat yang tidak dapat ditolerir

    oleh pasien (alergi). (Walter & Neill, 1996 :3).

    Obat-obat steroid perlu dihindarkan selama periode pencabutan, sedang antikoagulan harus diperkecil dosisnya

    dengan cara yang terkontrol. Pasien hipertensi biasanya mengkonsumsi obat yang mengandung agen diuretic sehingga

    saliva menjadi sedikit. Begitu pula dengan pasien yang sedang menjalani terapi endokrin yang menyebabkan

    xerostomia. Pengetahuan tentang obat-obat yang digunakan pasien juga dapat diketahui dari hasil pengamatan yang

    dibuat saat pemeriksaan: mulut kering berhubungan dengan obat-obat sedasi atau antikoagulan; proliferasi organisme

     jamur dalam mulut pada pemakaian antibiotik jangka panjang (Walter & Neill, 1996 :3).

    TIPE PASIEN

    1.  Tipe-tipe pasien dan penanganannya

    Komunikasi yang baik antara dokter gigi dengan pasien sangatlah dibutuhkan dalam mencapai keberhasilan

     perawatan, baik perawatan prostodonsia maupun perawatan gigi lainnya. Motivasi pasien dalam memakai gigi

    tiruan dapat tumbuh melalui komunikasi yang baik tersebut. Hal ini dapat dicapai oleh dokter gigi dengan

    memilih pendekatan yang tepat kepada pasien. Oleh karena itu, dokter gigi perlu mengetahui macam-macam

    sikap mental pasien prostodonsia terhadap perawatan maupun pemakaian gigi tiruan. Sikap mental pasien telah

    diklasifikasikan oleh House (1937) berdasarkan pandangan terhadap perawatan dan pemakaian gigi tiruan,

    yaitu: philosophical, exacting, indifferent, dan hysterical . 

    1)  Philosophikal

    Sikap mental  philosophical merupakan sikap mental terbaik dalam perawatan gigi tiruan. Pasien

    dengan sikap mental ini memiliki motivasi menggunakan gigi tiruan untuk memelihara kesehatan gigi dan

     penampilannya. Pasien memiliki keyakinan bahwa mengganti gigi yang hilang adalah normal dan prosedurnya dapat diterima. Pasien dapat mengatasi konflik dan mengatur waktu dan kebiasaannya dengan

    cara yang rapi. Pasien dapat menghilangkan frustasi di saat yang sulit dan belajar menyesuaikan diri secara

    cepat.

    Sikap mental  philosophical biasanya dimiliki oleh 2 tipe pasien. Tipe yang pertama adalah pasien

    yang belum pernah memakai gigi tiruan, namun sadar akan kebutuhannya untuk memakai gigi tiruan.

    Pasien sangat percaya kepada dokter gigi. Pasien tipe ini perlu senantiasa diberi penyuluhan agar

    motivasinya yang baik tetap terjaga. Tipe kedua yang memiliki sikap mental  philosophical adalah pasien

    yang sudah pernah memakai gigi tiruan dengan memuaskan dan perlu dibuatkan gigi tiruan lagi karena hal

    lain. Pasien ini telah mengerti bagaimana pemakaian gigi tiruan, baik keterbatasan hingga kesulitannya.

    Karakteristik pasien dengan sikap mental philosophical adalah:

  • 8/17/2019 LO OD pros

    17/30

     

    a.  Rasional

     b.  Bijaksana

    c.  Tenang

    d.  Berpikiran sehat

    e.  Sabar di situasi yang sulit

    f.  Memiliki motivasi dan keinginan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya dengan memakai gigi

    tiruan

    2)  Exacting

    Pasien dengan sikap mental exacting   mungkin memiliki semua sikap baik yang ada di pasien

     philosophical . Namun, pasien memerlukan perhatian, usaha, dan kesabaran yang lebih dari dokter gigi.

    Pasien ini metodikal, teliti, akurat, dan tiba-tiba dapat mengajukan permintaan atau keluhan yang parah.

    Pasien sukar menerima pendapat atau nasehat, bahkan ingin turut mengatur perawatan. Mereka suka setiap

    langkah dari prosedur dijelaskan secara detail. Jika pasien ini memiliki intelegensi dan pemahaman yang

     baik, maka mereka dapat menjadi tipe terbaik, namun jika sebaliknya, akan menghabiskan waktu yang

    lebih lama, karena edukasi pasien sampai pemahaman tercapai adalah hal terbaik yang dapat dilakukan

    untuk kesuksesan perawatan.

    Sikap mental exacting  biasanya dimiliki oleh 2 tipe pasien. Tipe yang pertama adalah pasien yang

    sangat khawatir penampilannya akan berubah setelah memakai gigi tiruan. Pasien ini mengharapkan gigi

    tiruan yang persis seperti gigi aslinya. Tipe kedua yang memiliki sikap mental exacting  adalah pasien yang

    sudah pernah memakai gigi tiruan namun tidak pernah puas, baik dalam penampilan maupun

     pemakaiannya. Pasien tidak mudah percaya kepada dokter gigi. Terkadang pasien menginginkan jaminan

    tertulis yang apabila gigi tiruan yang diharapkan pasien tidak terpenuhi, maka akan diminta ongkos ganti

    rugi.

    Cara menangani pasien exacting :

    a.  Menjelaskan tujuan dan prosedur perawatan kepada pasien secara jelas. Bila perlu memberikan

    ilustrasi, gambaran, atau foto kepada pasien untuk memudahkan pemahaman karena pasien tipe

    exacting  sangat ingin tahu dan banyak bertanya.

     b.  Sebelum memulai perawatan, dokter gigi perlu menjelaskan kerugian, efek samping,

    ketidaknyamanan, dan masalah yang mungkin muncul dari setiap jenis perawatan karena pasien tipe

    exacting  memiliki ekspektasi yang tinggi.

    c.  Jangan menjanjikan pasien bahwa perawatan dan pemakaian gigi tiruan akan berjalan mulus tanpa

    masalah karena pasien memiiki ekspektasi tinggi dan senantiasa menagih dokter gigi untuk

    merealisasikan janjinya.

    d.  Sebaiknya dokter gigi menjadwalkan waktu kunjungan extra karena pasien ini cenderung meminta

     perhatian yang tidak terbagi, usaha, dan kesabaran.

    3)  Indifferent

  • 8/17/2019 LO OD pros

    18/30

     

    Sikap mental indifferent  biasanya dimiliki oleh pasien yang tidak peduli akan penampilannya dan

    tidak peduli dengan makanan yang dikonsumsinya. Menurut pasien, pemasangan gigi tiruan adalah suatu

    hal yang tidak perlu. Pasien biasanya datang atas dorongan dari orang lain, sehingga dapat bersikap apatis,

    tidak tertarik, dan motivasinya kurang. Pasien juga tidak memperhatikan instruksi, tidak kooperatif, dan

    cenderung menyalahkan dokter gigi untuk kesehatan gigi dan mulut yang buruk. Dokter gigi harus hati-

    hati dalam mengambil langkah, karena prognosis perawatan pada pasien ini kurang baik, sehingga

    motivasi harus terus ditumbuhkan sejak awal perawatan. Prognosis dapat menjadi baik apabila ada

     penerimaan dari pasien dan instruksi kepadanya berhasil.

    Program edukasi mengenai kondisi gigi dan mulut, pentingnya menjaga oral hygiene dan mengganti

    giginya yang hilang serta perawatan dental merupakan rencana perawatan yang dianjurkan sebelum

     pembuatan gigi tiruan. Edukasi dapat berupa memberikan contoh akibat buruk yang konkret jika tidak

    melakukan perawatan gigi tiruan, dapat dengan disertai foto untuk meyakinkan pasien. Jika

    ketertarikannya tidak dapat distimulasi, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menolak pasien ini,

    dengan harapan, ketertarikannya dapat distimulasi oleh orang lain. Pada banyak contoh, minimnya

    ketertarikan ini menjadi alasan mengapa pasien tersebut edentolous.

    Karakteristik pasien dengan sikap mental indifferent adalah :

    a.  Tidak peduli dengan penampilannya sendiri

     b.  Tidak merasakan pentingnya masalah komunikasi

    c.  Tidak ulet

    d.  Tidak mau merepotkan dirinya sendiri dalam pemakaian protesa

    e.  Kurang menghargai upaya dokter gigi yang merawatnya

    f. 

    Diet buruk

    4)  Hysterical

    Pasien dengan sikap mental hysterical  merupakan tipe pasien yang emosional, tidak stabil, sensitif,

    sangat kuatir, gugup, dan hipersensitivitas. Prognosisnya sering tidak baik, dan pertolongan profesional

    tambahan, seperti psikiater, diperlukan selama perawatan. Pasien dengan sikap mental ini harus dibuat

    sadar akan masalah gigi dan mulutnya.

    Sikap mental hysterical  biasanya dimiliki oleh 2 tipe pasien. Tipe yang pertama adalah pasien yang

    kesehatan umum maupun mulutnya buruk. Pasien takut akan perawatan gigi dan yakin bahwa pemakaian

    gigi tiruan akan gagal. Tipe kedua yang memiliki sikap mental hysterical  adalah pasien yang sudah pernah

    mencoba memakai gigi tiruan namun selalu tidak puas karena dihantui oleh perasaan bahwa

     penampilannya telah berubah. Pasien selalu ingin menuntut jaminan bahwa gigi tiruan yang dibuat harus

    sama dengan gigi aslinya.

    Cara menangani pasien dengan sikap mental hysterical :

    1. 

    Preoperatif

  • 8/17/2019 LO OD pros

    19/30

     

      Pendekatan perilaku : komunikasi yang efektif, penjelasan prosedur, buat pasien rileks, konsultasi

    dengan psikiatris

      Pendekatan farmakologis : sedasi oral

    2.  Operatif

      Pendekatan perilaku : menjawab pertanyaan pasien dengan tenang, meyakinkan pasien.

      Pendekatan farmakologis : anastesi lokal yang efektif, sedasi oral.

    3.  Postoperatif

      Pendekatan perilaku : memberikan instruksi yang jelas pada pasien, penjelasan komplikasi dan cara

     penanggulangannya.

      Pendekatan farmakologis : analgesik, medikasi tambahan

    Menurut Blum 1960, tipe pasien dibagi menjadi :

    a. 

    Pasien yang berfikir sehat. Pasien tipe ini lebih percaya terhadap dokter gigi karena yakin terhadap perawatan yang akan diterima.

    Lebih tenang dalam menghadapi segala sesuatu. 

     b.  Pasien yang berfikir tidak sehat

    Psikotik diamana pasien tidak terlalu banyak berharap dan tidak mudah menerima gigi tiruan. Paranoid

    dimana pasien merasa bahwa semua orang melawan dia dan mudah marah. Manik depresi dimana sikap

    yang tidak tetap,lebih baik pada persetujuan yang tertulis.

    LO 2

    Gigitiruan penuh (GTP) adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi- geligi yang hilang dan

     jaringan pendukungnya baik di rahang atas dan rahang bawah.18,19

    Tujuan pembuatan GTP adalah untuk

    memenuhi kebutuhan estetik, fonetik, dukungan oklusal, pengunyahan, kenyamanan dan kesehatan jaringan

     pendukung.1

     

    Berikut ini merupakan indikasi dari pemilihan jenis gigi tiruan mempertimbangan kondisi lokal gigi geligi

    :

    a. 

    Gigi Tiruan Lengkap (GTL)Indikasi GTL :

      Pasien endentolus ridge

      Gigi yang tersisa tidak dapat dipertahankan ( gigi ekstruksi, gigi dengan penyakit periodontal

     progresif, estetik jelek, menganggu penyusunan gigi tiruan) dan gigi yang tersisa tidak mampu

    mendukung

      Pasien menolak rekomendasi alternative

    Kontra indikasi pembuatan GTL : 

      Tidak ada perawatan alternatif  

  • 8/17/2019 LO OD pros

    20/30

     

      Pasien belum siap secara fisik dan mental, misalnya tidak mau memakai gigi tiruan penuh 

      Pasien alergi terhadap material gigi tiruan penuh 

      Pasien tidak tertarik mengganti gigi yang hilang 

     b.  Indikasi Gigi Tiruan Sebagian (GTS)

    a)  Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

     Space edentolus kehilangan gigi lebar, edentulous yang ada tidak memadai menggunakan jenis cekat

     Tidak terdapat gigi yang cukup untuk digunakan retensi, tetapi belum mengalami edentulous ridge

     penuh

     Gigi retensi kurang kuat (mengalami kelainan periodontal)

     b)  Gigi Tiruan Sebagian Cekat

     Mengantikan gigi geligi sebagian atau beberapa

     Gigi yang dijadikan penyangga sehat

     

    Pasien usia 20-55 tahun

     Gigi yang dihilang tidak dimungkinkan ditambal (retak atau pecah )

     Anatomi gigi kecil

    Pada skenario pasien indikasi menggunakan gigi tiruan lengkap. Pasien tidak bergigi mempunyai

    kecenderungan untuk memajukan mandibula secara tidak sengaja dan berusaha untuk berkontak dengan

    rahang atas. Hal ini dikarenakan adanya perubahan/pengurangan dimensi vertikal dan tidak adanya sentrik

     posisi. Sehingga jika pasien dibuatkan gigi tiruan lengkap maka dimensi vertikal dan physiological rest

     position akan kembali seperti pada saat gigi asli ada. Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan

    dari suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Pemeriksaan

    retensi dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan kuat-kuat dalam mulut dan mencoba melepaskannya

    dengan gaya tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan terhadap gaya-gaya tersebut,

     berarti gigi tiruan mempunyai retensi yang cukup.

    Keberhasilan gigi tiruan lengkap dipengaruhi faktor antara lain, pengetahuan serta kemahiran operator

    untuk tahap klinis maupun laboratorium pada setiap kunjungan serta kerja sama antara pasien dan

    laboratorium.

    Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi yang dapat menimbulkan efek pada dukungan

     jaringan sekitarnya, sehingga dapat mempertahankan keadaan jaringan normal. Hal ini mencakup :

      Kondisi edentulous (tidak begigi) berupa : processus alveolaris, saliva, batas mukosa bergerak dan

    tidakbergerak, kompesibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan

    lidah.

      Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

      Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

     

    Penetapan atau pengaturan gigi yang benar, meliputi :o  Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi

    o  Posisi individual gigi

  • 8/17/2019 LO OD pros

    21/30

     

    o  Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah.

    Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan GTL

    Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan gigi tiruan lengkap. Faktor-

    faktor yang mempengaruhi retensi GTL: a.  Faktor fisis: Peripherial seal , efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari

    tekananatmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan

     bukal gigitiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah.Peripherial seal bersambung dengan

    Postdam padarahang atas menjadi sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari

    luar tidak dapatmasuk ke dalam basis gigi tiruan ( fitting surface) dan mukosa sehingga tekanan atmosfer

    di dalamnya tetapterjaga. Apabila pada sirkular seal terdapat kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka

     protesa akan mudahlepas. Hal inilah yang harus dihindari dan menjadi penyebab utama terjadinya

    kegagalan dalam pembuatanprotesa gigi tiruan lengkap.Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis

    getar dari palatum molle dekatfovea palatina. 

    b.  Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan

    denganmukosa mulut, tergantung dari efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-

    sama dikenalsebagai adhesi selektif. 

    c.  Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa ( fitting surface). Retensi gigi tiruan

     berbandinglangsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh basis gigi tiruan. 

    d.   Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama pada

    rahangatas. 

    e.  Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya untuk menghindari rasa sakit dan

    terlepasnyagigi tiruan saat berfungsi 

    f.  Pemasangan gigi geligi yang penting terutama untuk gigi anterior (depan) karena harus mengingat estetis

    (ukuran,bentuk, warna) walaupun tidak kalah pentingnya untuk pemasangan gigi posterior (belakang)

    yang tidak harus samaukurannya dengan gigi asli, tetapi lebih kecil, untuk mengurangi permukaan

     pengunyahan supaya tekanan padawaktu penguyahan tidak memberatkan jaringan pendukung.

    Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah personality expression, umur, jenis kelamin yang

    mananantinya akan berpengaruh dalam pemilihan ukuran, warna dan kontur gigi. Disamping itu juga

     perlu diperhatikan keberadaan over bite, over jet , curve von spee, curve monson, agardiperoleh suatu

    keadaan yang diharapkan pada pembuatan gigi tiruan.

    Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap

    (1) adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih mempunyai beberapa gigi yang

    harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak mungkin diperbaiki,

    (2) keadaan  processus alveolaris masih baik,

    (3) kondisi mulut pasien baik,

  • 8/17/2019 LO OD pros

    22/30

     

    (4) keadaan umum pasien baik, dan

    (5) pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap.

    Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap (GTL)  akan mencegah pengerutan/atropi  processus alveolaris (residual

    ridge) dan berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga

    dan hilangnya oklusi sentrik. Tujuan pembuatan gigi tiruan lengkap adalah untuk merehabilitasi seluruh gigi

    yang hilang sehingga dapat memperbaiki dan mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis

    serta memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.

    Pembuatan gigi tiruan lengkap diharapkan dapat menggantikan fungsi dari gigi asli yang telah hilang dan

     jaringan gigi. Keberhasilan dari pembuatan gigi tiruan lengkap tergantung dari retensi yang dapat

    menimbulkan efek psikologis dan dukungan dari jaringan sekitarnya sehingga dapat dipertahankan keadaan

     jaringan yang normal. Hal ini mencakup (1) kondisi mulut edentulous berupa: processus alveolaris, saliva,

     batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot

    muka serta bentuk dan gerakan lidah, (2) ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok, (3)

     penetapan/pengaturan gigi yang benar, yaitu: posisi dan bentuk lengkung deretan gigi, posisi individual gigi,

    dan relasi gigi yang terjadi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dengan gigi-gigi rahang

     bawah, dan sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut.

    Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi gigi tiruan lengkap. Batas antara

     jaringan yang bergerak dan tidak bergerak disebut mucobuccal fold  dan fornik. Batas ini harus diteliti dengan

    seksama untuk mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan lengkap yang akan dibuat.

    Syarat gigi tiruan yang baik adalah (1) material tidak berbau, berasa, halus, bersih, dan tidak mengiritasi,

    ukuran dan bentuk harus sesuai, serta mempunyai retensi dan stabilisasi waktu dipakai dan berfungsi sehingga

    enak dipakai, (2) dapat berfungsi untuk mengunyah makanan, mengucapkan kata dengan jelas, gerakan seperti

    tertawa, menguap, batuk, minum dan lain-lain, (3) estetis dalam ukuran, bentuk, warna gigi dan gusi, (4) tidak

    menimbulkan gangguan atau kelainan dan rasa sakit, dan juga (5) cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan

    dan pengaruh zat dalam makanan, minuman, cairan ludah dan obat.

    Gigi tiruan lengkap yang baik harus memiliki retensi dan stabilitasasi yang baik. Retensi adalah ketahanan

    dari suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Stabilisasi adalah

    ketahanan suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi (adanya tekanan fungsional).

    Menurut Soelarko dan Wahchijati (1980), retensi didapat dari gravitasi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface

    tension, sedangkan faktor stabilisasi GTL didapat dari pemasangan gigi-gigi pada  processus alveolaris,

    tekanan yang merata, balanced occlution, relief area, sliding, over jet   dan over bite. Faktor retensi dan

    stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan gigi tiruan lengkap.

  • 8/17/2019 LO OD pros

    23/30

     

    Menurut Basker dkk. (1996), kekuatan retentif mencegah pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung

    dan bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan, yaitu:

    1. Permukaan oklusal (occlusal surface), yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi tiruan lawan atau gigi asli.2. Permukaan poles (polishing surface), yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari tepi gigi

    tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya

    dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi,dan lidah.

    3. Permukaan cetakan (finishing surface), yaitu bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya ditentukan oleh

    cetakan.

    Berdasarkan  International Organization for Standardization (ISO), syarat- syarat bahan basis

    gigitiruan yang ideal adalah:4 

    a. Biokompatibel : tidak toksik dan non-iritan

     b. Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan kilat

    c. Warna : translusen dan warna merata, bila perlu, mengandung serat secaramerata 

    d. Stabilitas warna : tidak boleh menunjukkan lebih dari sedikit perubahan dalam warna, yang

    hanya dapat dilihat bila diperhatikan

    e. Translusensi: dapat dilihat dari sisi lawan lempeng uji spesimen f. Bebas dari

     porositas : tidak boleh menunjukkan rongga kosong g. Kekuatan lentur : tidak kurang

    dari 60-65 MPa

    h. Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang dipolimerisasi dengan panas dan

     paling sedikit 1500 MPa untuk polimer swapolimerisasi

    i. Tidak ada monomer sisa j. Tidak

    menyerap cairan k. Tidak dapat larut

    Sampai saat ini belum ada satu pun bahan yang mampu memenuhi semua kriteria tersebut di atas.10

    LO 3

    I.  Diagnosis Prostodonsia

    Dalam bidang prostodoktik, yang dimaksud dengan “diagnostik” adalah proses yang dilakukan

    untuk mengenali terdapatnya keadaan tidak wajar atau alamiah, meneliti adanya abnormalitas,

  • 8/17/2019 LO OD pros

    24/30

     

    serta menetapkan penyebabnya. Suatu evaluasi dapat dibuat dari data diagnostik yang diperoleh

    melalui anamnesis pada saat pemeriksaan mulut pasien. Setelah semua data terkumpul melalui

     pemeriksaan klinis objektif, anamnesis maupun model studi, maka diagnosa dapat ditegakkan.

    Diagnosis yang ditulis dalam kartu status harus mencakup semua hal yang abnormal,

    menguntungkan maupun merugikan dari proses pembuatan geligi tiruan.

    Pada bidang prostodonsia terdapat dua macam diagnosis yaitu, partial edentulous dan full

    edentulous. Hilangnya beberapa gigi biasa disebut partial edentulous dan hilangnya seluruh gigi

    disebut  full edentulous.  Full edentulous  dapat didefinisikan sebagai keadaan fisik dari rahang

    diikuti hilangnya seluruh gigi dan kondisi dari jaringan pendkung tersedia untuk terapi pengganti

    atau rekonstruksi.  Edentulous sebagian didefinisikan sebagai hilangnya beberapa gigi pada

    lengkung rahang. Dari kasus pada skenario tiga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami full

    edentulus ridge.

    II.  Rencana Perawatan Prostodonsia

    Rencana perawatan disusun berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan secara tuntas.

    Secara garis besar terdapat 2 tahapan rencana perawatan:

    a) 

    Pre-pembuatan gigi tiruan

    Dalam proses ini dilakukan langkah-langkah pendahuluan seperti tindakan bedah, perawatan

     periodontal, konservatif termasuk endodontik dan perawatan penyakit mulut. Tahapan pertama ini

     bertujuan untuk menciptakan lingkungan rongga mulut yang sehat.

    a.  Tindakan bedah pra prostetik

    Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, torektomi,

    alveolektomi, vestibulotomi maupun frenuloktomi dilakukan untuk menciptakan kondisi

    srongga mulut yang sehat danmendukung retensi dan stabilitas gigi tiruan.

     b.  Perawatan konservatif

    Perawatan konservatif atau restoratif tidak terbatas hanya pada perawatan karies saja, tetapi

    harus mencakup :

    a) 

    Memberikan kekuatan yang cukup untuk preparasi sandaran oklusal

     b) 

    Mengurangi ruang interproksimal yang berlebihan

    c)  Memberikan ruang oklusal yang cukup luas

    d)  Membentuk daerah untuk retensi

    e) 

    Mendukung terpenuhinya faktor estetik

    f)  Memberikan kontur gigi yang sesuai

    c. 

    Penyakit mulut

  • 8/17/2019 LO OD pros

    25/30

     

    Perawatan pada bidang penyakit mulut ditujukan untuk nciptakan kondisi rongga mulut yang

     bersih dan sehat. Bisa dilakukan medikasi, edukasi ataupun perawatan laninnya pada bidang

     penyakit mulut.

    d.  Perawatan ortodontik

    Gigi yang sudah lama dicabut biasanya akan meninggalkan ruang kosong yang semakin lama

    akan semakin sempit karena terjadinya migrasi dari gigi tetangga. Hal ini menyebabkan gigi

    menjadi malposisi sehingga kurang menguntungkan apabila akan dilakukan pemasangan gigi

    tiruan.

    e. 

    Perawatan periodontik

    Pada perawatan prostodontik mutlak harus didukung dengan jaringan periodontal yang benar-

     benar sehat, seperti perawatan scalling dan root planning.

     b) 

    Pembuatan gigi tiruanDalam proses ini rongga mulut pasien perlu disiapkan untuk pemasangan gigi tiruan yang

    akan dibuat. Dalam tahapan ini dilakukan proses pembuatan sendok cetak dan border

    molding, penentuan dimensi vertikal dan relasi sentrik, penyusunan gigi, trial gigi tiruan,

    kontrok setelah pemasangan dan cek oklusi dan artikulasi. Indikator dari keberhasilan

     pembuatan gigi tiruan adalah berhasil mengembalikan fungsi kunyak/mastikasi, fungsi

    fonetik dan estetik.

    Dasar pertimbangan yang dilakukan dalam perawatan prostodontia terkait dengan 3 hal penting :

    1.  Kondisi Lokal

    Kondisi lokal yang dimaksud terkait dengan kondisi gigi geligi serta jaringan lunak disekitarnya

    yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk fungsinya sebagai gigi retensi dan pemilihan

     jenis gigi tiruan.

    2.  Kondisi sistemik

    Seringkali kondisi sistemik bermanifestasi di dalam rongga mulut, baik pada jaringan kerasmaupun jaringan lunak.

    3. Aspek ekonomi menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan gigi tiruan. Gigi tiruan

    sebagian cekat memiliki tingkat harga yang lebih mahal dibanding lepasan. Pemilihan bahan juga

    menjadi pertimbangan ekonomi. Basis gigi tiruan yang menggunakan bahan akrilik memiliki estetik

    yang bagus serta harga yang lebih murah, akan tetapi terkadang mengganggu fungsi bicara bila plat

    akrilik terlalu tebal. Bahan lain yang menjadi alternatif dengan lempeng yang tipis dan ketahan yang

    lebih kuat adalah menggunakan logam, akan tetapi tingkat ekonomi atau harga logam lebih mahal

    dibanding akrilik, serta kemungkinan alergi juga terjadi.

  • 8/17/2019 LO OD pros

    26/30

     

    Secara garis besar prosedur rencana perawatan dalam bidang prostodonsia adalahsebagai berikut

    :

    1.  Elimination of infection : mengeliminasi infeksi maupun penyebab infeksi yang ada di rongga

    mulut.

    2.  Elimination of pathology : menghilangkan patologi yang ada di rongga mulut seperti tumor dan

    kista di dalam rongga mulut.

    3.  Praprosthetic surgery : tindakan bedah pra-prothestic yang umum dilakukan, contohnya :

    Frenectomy, Alveolectomy, Alveoloplasy, Vestibuloplasy, Vestibulectomy, dll.

    4. 

    Prosthetic treatment : membuatkan perawatan baik gigi tiruan cekat maupun lepasan yang

    sebagian atau seluruhnya.

    5. 

    Dental Health Education (DHE) : pemberian edukasi atau pembelajaran tentang menjaga

    kesehatan gigi dan mulut setelah memakai gigi tiruan.

    Prosedur Perawatan Gigitiruan Penuh 

    Proses perawatan gigitiruan penuh yang harus dilakukan oleh dokter gigi terdiri dari beberapa tahap,

    antara lain: 

    2.3.1.1 Prosedur Diagnostik  

    Prosedur diagnostik perlu diaplikasikan pada pasien yang akan membuat gigitiruan penuh untuk

    membantu dalam menetapkan diagnosa dan rencana perawatan, meliputi: 1,4,5 

    A. Informasi Sosial 

    Identitas pasien penting diketahui meliputi nama, usia, alamat, nomor telepon dan pekerjaan pasien.

    Informasi ini diperlukan bila akan menghubungi pasien lebih lanjut dan dapat memberikan petunjuk

    tentang keadaan sosial-ekonomi pasien. 1,4,5 

    B. Status Medis 

    Dokter gigi harus mengetahui kesehatan umum pasien khususnya kondisi yang mungkin berpengaruh

    terhadap perawatan gigitiruan. Kesehatan umum dapat diamati dari postur dan kondisi pasien yang

    terlihat pada saat kunjungan pertama pasien ke dokter gigi. Namun, harus dipastikan dengan

    mengadakan pemeriksaan lebih lanjut, baik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih,

     pemeriksaan objektif maupun berkonsultasi dengan dokter yang merawat pasien tersebut.

    Informasi kesehatan umum meliputi penyakit sistemik yang diderita pasien seperti diabetes mellitus,

  • 8/17/2019 LO OD pros

    27/30

     

    hipertensi, penyakit jantung, alergi, penyakit kronis lainnya serta obat-obatan yang dikonsumsi oleh

     pasien harus dapat diketahui dengan jelas karena akan mempengaruhi keberhasilan perawatan yang akan

    dilakukan. 1,4,5 

    C. Sikap Mental Pasien 

    Dr. Milus House berdasarkan pengalaman klinisnya, mengklasifikasikan sikap mental pasien yang

    membuat gigitiruan menjadi empat kategori, yaitu  philosophic, indifferent , critical dan skeptical. Sikap

    mental pasien merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendiagnosa pasien.

    Dokter gigi harus mampu mengerti dan memahami sikap pasien yang akan dilakukan perawatan. Untuk

    mengatasi sikap mental pasien pada dasarnya dokter gigi harus melakukan perawatan dengan penuh

    simpati, kesabaran dan bersikap empati terhadap pasien untuk  

    mencapai keberhasilan perawatan prostodontik yang dilakukan.1 

    D. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut 

    Dokter gigi harus mengetahui riwayat kesehatan gigi pasien dengan mengajukan beberapa pertanyaan,

    misalnya mengenai pencabutan terakhir gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir

     perlu diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin

    ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu antara pencabutan terakhir dengan saat dimulainya

     pembuatan gigitiruan akan mempengaruhi hasil perawatan. Informasi lain seperti prosedur kebersihan

    rongga mulut pasien, kebiasaan pasien misalnya mengunyah di satu sisi dan bruxism. Selain itu perlu

    diketahui kelainan rongga mulut 

    yang pernah diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien. 1,4,5 

    Pada pasien yang pernah memakai gigitiruan, harus diberi kesempatan untuk menyampaikan keluhan

    tentang gigitiruannya yang lama. Hal ini penting untuk dijadikan petunjuk bagi dokter gigi agar dapat

    mengetahui permasalahan utama yang diinginkan oleh pasien sehingga dapat diperbaiki pada

    gigitiruannya yang baru. 1,4 

    E. Pemeriksaan Klinis 

    1. Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral 

  • 8/17/2019 LO OD pros

    28/30

     

    Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur bibir saat istirahat dan selama

     berfungsi, sendi temporomandibular dan kemungkinan kebiasaan terkait dengan pemakaian gigitiruan

    seperti mengangkat gigitiruan rahang bawah 

    dengan lidah. 1,4 

    (a) (b) 

    Gambar 1. Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah6

     

    Pemeriksaan intra oral meliputi screening seluruh jaringan rongga mulut terhadap kelainan patologis yang

    dilakukan secara visual dan palpasi pada mukosa rongga mulut, linggir alveolar, palatum, lidah dan

    relasi rahang. Pemeriksaan terhadap jumlah serta konsistensi saliva perlu dilakukan karena berpengaruh

     pada retensi, stabilisasi serta kenyamanan pemakaian gigitiruan. Bila terdapat jaringan flabby, ridge

    tajam (knife edge), protuberensia tulang seperti torus, eksostosis dan jaringan hiperplasia perlu dilakukan

     pertimbangan tindakan pembedahan atau membuat desain khusus. Dokter gigi memegang peranan

     penting dalam deteksi dini oral neoplasia, khususnya karsinoma. Prosedur pembuatan gigitiruan harus

    ditunda bila terdapat kelainan patologis sampai seluruh jaringan rongga mulut dalam keadaan 

    sehat. 1,4,5 

    2. Pemeriksaan gigitiruan 

    Tujuan dari pemeriksaan gigitiruan adalah untuk menentukan kualitas gigitiruan yang berhubungan

    dengan keluhan pasien mengenai gigitiruannya sehingga dapat dilakukan perbaikan pada gigitiruan

    yang baru. Pemeriksaan yang dilakukan pada saat gigitiruan dikeluarkan dari rongga mulut meliputi

    kebersihan gigitiruan, bentuk umum, posisi gigi, oklusi, dan keausan gigitiruan. Kemudian dilakukan

     pemeriksaan gigitiruan di dalam rongga mulut meliputi adaptasi gigitiruan, border extension,  freeway

     space, dimensi vertikal, oklusi sentrik, estetik, serta posisi gigi dan hubungannya terhadap lidah, pipi

    dan bibir, sebelum melakukan penilaian stabilitas 

    dan retensi. 1,4 

  • 8/17/2019 LO OD pros

    29/30

     

    Keinginan dan harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat sebaiknya harus diketahui pada saat

    kunjungan pertama. Harus disadari oleh pasien maupun dokter gigi bahwa gigitiruan yang akan dibuat

    harus dapat menciptakan fungsi rongga mulut dan keharmonisan hubungan dengan struktur rongga mulut

    lainnya serta jaringan sekitarnya.1 

    3. Model diagnostik  

    Pembuatan model diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui beberapa hal. Pada saat melakukan

     pencetakan model diagnostik, sensitivitas pasien terhadap prosedur yang dilakukan di rongga mulut,

    koordinasi aktifitas lidah dan faktor-faktor lain yang penting untuk penegakan diagnosa dapat

    diketahui lebih dini. Apabila masih terdapat gigi asli pada kedua rahang dan masih dapat dioklusikan,

    maka model diagnostik dapat dipasangkan ke artikulator sehingga hubungan oklusi yang ada dapat

    dicatat. Selain itu dokter gigi dapat mengevaluasi bentuk lengkung dan hubungan 

    rahang serta mengevaluasi pemeriksaan intraoral yang telah dilakukan.1 

    4. Pemeriksaan radiografik  

    Pemeriksaan radiografik pada prinsipnya penting dilakukan untuk mengevaluasi kondisi setiap pasien

    yang memerlukan perawatan prostodontik sehingga kondisi di bawah membran mukosa yang secara

    klinis tidak ditemukan adanya kelainan, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan radiografik dapat diketahui

    adanya sisa akar, gigi terpendam maupun keadaan patologis seperti kista. Pemeriksaan

    radiografik juga dapat melihat keadaan jaringan periodontal gigi yang masih ada serta vitalitasnya, tebal

    submukosa yang menutupi tulang, lokasi kanalis mandibula, foramen mentale serta adanya tulang yang

    tajam. 1,4,5 Pemeriksaan radiografik panoramik dari kedua lengkung rahang ditambah dengan foto

     periapikal atau oklusal bila diperlukan sangat membantu didalam menegakkan diagnosa, namun perlu

    dipertimbangkan pemaparan radiasi pada pasien harus seminimal mungkin. Karena itu disarankan untuk

    melakukan pemeriksaan radiografik dengan menggunakan foto panoramik, sedangkan foto periapikal

    atau oklusal hanya bila diperlukan untuk pemeriksaan tambahan.4 

    PROGNOSIS

    Dalam menentukan prognosis terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain :

    a.  Faktor Lokal : oral higine, dan factor anatomis. Oral higine yang baik dapat mendukung

     pemakaian gigi tiruan dengan baik dan dapat bertahan dengan lama sehingga prognosisnya

     pun akan baik. Factor anatomis dari pasien mempengaruhi dari retensi dan kestabilan gigi

  • 8/17/2019 LO OD pros

    30/30

    tiruan terutama gigi tiruan penuh pada rahang bawah yang ditentukan oleh dalamnya

    retromylohyoid. Apabila retromylohyoid ini dalam maka dapat diberikan pembuatan sayap

    lingual yang lebih luas sehingga meningkatkan retensi dan stabilitas gigi tiruan dan

    memberikan prognosis yang baik.

     b.  Faktor Sistemik : penyakit sistemik yang di derita pasien seperti diabetes mellitus, hipertensi

    dll dapat menjadi pertimbangan dalam dilakukannya perawatan sehingga berpengaruh pula

     pada prognosisnya.

    c.  Faktor Klinis : usia, keparahan penyakit, dan kerjasama pasien. Usia yang cenderung muda

    memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi daripada usia yang tua. Usia yang sudah lanjut

     juga memiliki tingkat penyakit yang cenderung lebih parah. Kerjasama pasien yang baik dapat

    mempermudah dilakukannya perawatan sehingga memberikan prognosis yang baik,

     begitupula sebaliknya.

    Terdapat 3 kunci keberhasilan dalam perawatan prostodonsia, yaitu : kesehatan umum,

    nutrisi, dan psikologis pasien. Kesehatan dan nutrisi yang baik mempengaruhi kemampuan pasien

    dalam memakai gigi tiruan. Ketidaksesuaian psikologis pasien bisa diakibatkan dari kaitan antara

     pemakaian gigi tiruan dengan usia lanjut. Pada pasien yang lanjut usia memiliki metabolisme yang

    tidak memadai pada tulang yang tak bergigi. Dimana pada tulang tersebut dapat terjadi resorbsi

    yang cepat daripada yang diharapkan. Sehingga prognosisnya dapat buruk apabila pasien sudah

    tidak bergigi dan mengalamai mandibulektomi, karena sisa tulang berkurang atau bahkan tinggal

    setengahnya.