laporan dk 2 chem ii 2012 fixed
TRANSCRIPT
LAPORAN DISKUSI KASUS KE-2
BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENTAL MEDICINE II
“Buruh Indonesia Rentan Terkena Penyakit”
KELOMPOK 2
TUTOR
dr. R. Busono Boenjamin
ANGGOTA
Gilang Rara Amrullah G1A011004
Irma Nuraeni Hidayat G1A011005
Raditya Bagas Wicaksono G1A011006
Ageng Bella Dinata G1A011041
Fachrurozi Irsyad G1A011042
Jatmiko Edy Nugroho G1A011043
Brahma Putra J. G1A011077
Dhea Danni Agisty G1A011078
Setya Aji Priyatna G1A011079
Mulia Sari G1A011112
Tri Ujiana Sejati G1A011113
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
2012
SKENARIO DK 2
BANDUNG, (PRLM).- Indonesia berada dalam peringkat sepuluh besar
negara yang buruhnya berisiko terkena penyakit akibat kerja. Namun sampai saat
ini tidak pernah ada data resmi dari pemerintah tentang buruh atau warga di
sekitar kawasan industri yang terkena penyakit yang disebabkan industri.
Demikian pula, tidak pernah ada asuransi yang dibayarkan kepada buruh yang
terkena penyakit akibat kerja.
Hal itu terungkap dalam jumpa pers konferensi Asian Network for the
Rights of Occupational Accident and Disease Victims (ANROAV/Jaringan Asia
untuk Hak Korban Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja) di Hotel Horison
Bandung, Senin (18/10). Konferensi berlangsung di Bandung sampai Rabu
(20/10) itu diikuti oleh perwakilan buruh, aktivis, korban penyakit akibat kerja,
dan organisasi akar rumput dari 22 negara di Asia.
Koordinator Inisiatif Lokal untuk Jaringan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3), M. Darisman mengatakan, Indonesia sudah mengimpor berbagai
bahan baku industri yang sangat berbahaya bagi kesehatan sejak lebih dari 30
tahun lalu, namun sampai saat ini tidak pernah ada pencatatan yang dilakukan
pemerintah atas penyakit yang ditimbulkan bahan-bahan berbahaya itu.
“Ironisnya, banyak kasus yang kami duga sebagai penyakit akibat kerja,
tetapi tidak didiagnosa dengan benar oleh dokter, karena masih minimnya
pengetahuan dokter kita tentang penyakit akibat kerja. Misalnya, penyakit
asbestosis sering salah diagnosa menjadi tuberculosis,” kata Darisman.
Untuk pendataan asbestosis saja, berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Darisman dan lembaganya, diketahui bahwa perusahaan yang menggunakan
asbes sebagai bahan bakunya, tidak tercatat dengan baik. Sejauh ini, Inisiatif
Lokal untuk Jaringan K3 di Indonesia baru teridentifikasi 28 perusahaan yang
menggunakan asbes sebagai bahan bakunya. Total buruh yang terancam abestosis
di 28 perusahaan itu sebanyak 10.972 orang.
“Itu baru sebagian kecil saja, karena kami hanya bisa mendeteksi
perusahaan yang terdaftar di Jamsostek. Padahal sebenarnya, hanya 30 persen
perusahaan di Indonesia yang terdaftar di Jamsostek, sedangkan 70 persennya
tidak terdaftar dan tidak diketahui apakah mereka menggunakan asbes atau tidak.
Belum lagi buruh-buruh di sektor informal,” kata Darisman.
Pada tahun 2009, tercatat Indonesia mengimpor asbes sebanyak 80 ribu
sampai 90 ribu ton/tahun. Dan ironisnya, sebagian dari asbes itu diimpor dari
negara-negara yang sudah melarang penggunaan asbes, misalnya Kanada.
“Ambang batas asbes di Indonesia pun ditetapkan terlalu tinggi oleh pemerintah,
yaitu 0,2 milimikron, padahal di luar negeri ambang batas asbes itu ditetapkan
0,001 milimikron,” kata Darisman. (A-132/A-147)***
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Toksikologi
Toksikologi adalah kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik
berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan sisitem biologic lainnya
(Lu, 2010).
2. Racun
Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relatif sedikit berbahaya
bagi kesehatan bahkan jiwa manusia.
3. Toksikologi Industri
a. Toksikologi industri adalah cabang ilmu dalam Bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempelajari efek bahaya
zat kimia pada sistem biologi. Kajian tokskologi meliputi: studi
quantitatif tentang efek bahaya zat kimia dan zat fisika, sifat dan
aksinya racun, dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan pada
manusia dan hewan.
b. Toksikologi industri adalah cabang ilmu dalam Bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempelajari efek bahaya
zat kimia pada sistem biologi. Kajian tokskologi meliputi: studi
quantitatif tentang efek bahaya zat kimia dan zat fisika, sifat dan
aksinya racun, dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan pada
manusia dan hewan (Conver, 1994). Toksikologi industri membagi
proses/fase terjadinya penyakit industri menjadi 3 fase
(International Labour Organization, 1997), yaitu:
Fase Eksposisi
Bahan kimia berada di ambient kemudian terjadi paparan pada
penderita (dalam hal ini orang yang berkaitan dengan proses
industri).
Fase Toksikokinetik
Fase ini terkait erat dengan nasib toksikan pada tubuh manusia,
mulai dari absorpsi, distribusi, biotransformasi, hingga
metabolisme. Absorpsi zat toksik pada umumnya melalui tiga
port de entre antara lain inhalasi, dermal, dan peroral/ingesti.
Kemudian zat toksik mengalami distribusi melalui darah
menuju organ target. Saat mencapai hepar, ia akan mengalami
metabolisme tahap I (hidrolisis, oksidasi, reduksi) dan tahap II
(konjugasi asam). Pada saat metabolisme, zat toksik dapat
berubah menjadi lebih aktif atau justru inaktif yang kemudian
diekskresikan ke luar tubuh (misalnya melalui urine).
Fase Toksikodinamik
Pada fase ini zat toksik mengeluarkan efeknya bagi tubuh
manusia dan terjadi interaksi dengan reseptornya pada organ-
organ tubuh. Dapat terjadi berbagai reaksi interaksi antar
toksikan sebagai berikut:
Perlu diperhatikan bahwa absorpsi toksikan melalui inhalasi
menjadi salah satu yang cukup berat efeknya, hal itu disebabkan :
a. Luas permukaan saluran pernapasan yang besar
b. Struktur dan fisiologi saluran pernapasan
c. Proses bernapas terjadi tanpa sadar, tanpa daya pilih, sehingga
semua bisa masuk tubuh
4. Debu
Mengenai salah satu bentuk zat toksik dalam debu, kita harus
mengetahui definisi dari hal ini. Setiap partikel padat yang melayang
di udara (bersifat organik maupun anorganik) dapat berbentuk debu
atau serat. Berdasarkan ukurannya, debu dapat menjadi dua yaitu
respirable (< 10 mikron) dan nonrespirable (>10 mikron). Debu akan
terdeposit mulai dari saluran pernafasan hingga alveoli, tergantung
ukuran, densitas debu, dan pola serta struktur saluran pernafasan
(Jeyaratnam, 2009).
5. Fume
Berbeda dengan tipe fume, dimana asalnya merupakan partikel logam
padat yang berasal dari kondensasi uap metal dengan oksigen sehingga
kemudian terbentuk oksida logam (misal Pb oksida, seng oksida dan
sebagainya) dengan ukuran <1 mikron dan efek bergantung kepada
logam yang menyertainya (Jeyaratnam, 2009).
6. Gejala keracunan toksikologi yaitu :
a. Gejala non spesifik
Pusing
Mual
Muntah
Gemetar
Badan lemah
Pandangan berkunang-kunang
Sukar tidur
Nafsu makan berkurang
Sukar konsentrasi
b. Gejala spesifik
Sesak napas
Sakit perut
Diare
Kejang-kejang
Keram perut
Gangguan mental
Kelumpuhan
Koma
Nyeri otot
Air liur berlebihan
Gangguan penglihatan
PEMBAHASAN
1. Sebutkan jenis-jenis bahan baku industri yang berbahaya bagi
kesehatan manusia !
Bahan kimia yang umum di temukan di tempat kerja dapat berupa
zat padat, debu, cairan, uap, gas.
Adapun sifat dari bentuk-bentuk zat kimia tersebut adalah sebagai berikut:
a. Zat padat
Walaupun kecil kemungkinan untuk menyebabkan keracunan, tetapi
dapat masuk ke mulut melalui makanan, dapat terhirup maupun
terabsorpsi melalui kulit jika berubah bentu. Padahal beberapa proses
industri memungkinkan zat padat berubah menjadi debu, gas maupun
uap dan akhirnya menjadi cair, misalnya: debu kayu, asap dan uap las,
pembakaran polyurethane (bahan plastik).
b. Debu
Adalah partikel kecil dari zat padat, misal: debu semen, debu
fiberglass, debu kapas, debu biji-bijian,debu asbes, dll. Bahaya debu
terutama bila terhirup dalam sistem pernafasan.
c. Cairan
Banyak ditemukan dalam proses dan produk industri, misal: asam dan
solvent. Banyak dari cairan kimia juga mengeluarkan uap yang sangat
toksik jika terhirup. Cairan ini juga terabsorpsi ke dalam sistem
peredaran darah melalui kulit.
d. Uap
Bisa berasal dari bentuk alamiah zat tersebut dalam temperatur normal
maupun uap dari zat cair. Selain dapat bersifat iritatif bagi kulit, mata
dan saluran pernafasan, uap juga dapat bersifat flammable atau mudah
terbakar dan explosive atau mudah meledak.
e. Gas
Dapat berasal dari perubahan bentuk zat padat maupun cair dalam
kondisi panas. Gas dapat terdeteksi dari bau dan warna, tetapi ada
beberapa gas yang tidak bisa terdeteksi dengan bau dan warna, contoh
gas CO. Gas mudah terhirup dan efeknya sering dirasakan ketika
kondisi tubuh sudah sangat rapuh. Gas juga dapat bersifat flammable
atau explosive.
Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi dalam
bentuk tunggal dan atau campuran yang dapat membahayakan
kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung,
yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik,
korosif dan iritasi (Permenindustri 24/M-IND/PER/5/2006).
Bahan baku yang bersifat critical pada negara-negara non Uni
Eropa (European Comission of Enterprise and Industry, 2011) :
a. USA : berylium
b. Canada : cobalt
c. Mexico : fluorspar
d. Brazil : niobium, tantalum
e. South Africa : platinum group metals
f. Republik Congo : cobalt, tantalum
g. Russia : platinum group metals
h. India : graphite
i. Japan : Indium
j. China : antimon, berylium, fluorspar, gallum, graphite, germanium,
indium, magnesium, rare earths, tungsten
Bahan kimia yang berbahaya dalam bidang industri
(Suma’mur, 1996)
A. RACUN LOGAM DAN METALOID
Timah Hitam
Bentuk keracunan timah hitam dibagi menjadi dua bentuk
yaitu keracunan persenyawaan organis yang bersifat kronik dengan
gejala anemi, kolik, dan wrist drop dan keracunan persenyawaan
anorganisnya dengan gejala insomnia, delirium, dan kekacauan
pikiran. Pengobatan keracunan timah hitam dengan cara
menghentikan penambahan timah hitam yang masuk tubuh melalui
pernafasan atau pencernaan dan mengobatinya dengan Na EDTA
secara iv.
Mangan
Keracunan mangan terjadi karena menghirup debu mangan
yang cukup banyak. Gejalanya tak dapat tidur siang dan insomnia
di malam hari, nyeri otot, kejang, sempoyongan saat berjalan, kaku
anggota badan atau kelemahan. Pengobatannya dengan
menggunakan BAL.
Berrylium
Berryliosis adalah kelainan akibat berrylium yaitu terjadi
granuloma kronis paru.
Chrom
Penyebab perforasi septum nasi disebut kabut asam kromat,
sedangkan kerusakan kulit karena garam krom disebut “borok
krom” yang semakin lama akan semakin dalam. Krom banyak
digunakan sebagai garam dalam larutan untuk melapisi logam
secara elekrik.
B. BAHAN ORGANIK
Halogen Hidrokabon
Terdiri dari tetrachloretan, karbotetrachlorida,
chlornafthalen, metal bromide, dan metal chloride. Persenyawaan
halogen hidrokarbon juga berkasiat sebagai racun serangga : DDT,
lindane, aldrin, dieldrin, dan endrin, yang paling beracun adalah
aldrin.
Ter Arang Batu
Benzena dapat menyebabkan keracunan mendadak dengan
gejala kejang, koma, dan akhirnya meninggal. Aniline digunkan
sebagai tinta cetak, tinta untuk tanda pada bahan pakaian, cat,
pembersih cat, dan sintesa zat warna. Nitrobenzene digunakan
sebagai bahan aniline dan bahan pengganti bitter almonds.
C. BAHAN KOROSIF
Amoniak (NH3)
Digunakan untuk sintesa bahan organik, antibeku dalam
pendingin, dan bahan pembuatan pupuk. Zat ini dapat
mempengaruhi sel dan menyebabkan rangsangan pada selaput
lendir. Pada paru-paru menyebabkan oedem paru dan pneumonia.
Fluor, Hidrogen Fluorida (HF)
Fluor digunakan untuk sintesa bahan organik sedangkan
hydrogen fluoride digunakan dalam pembuatan minyak alam dan
untuk mengetes gelas. Fluor dan senyawanya adalah racun
langsung pada sel yang mengganggu metabolisme kalsium dan
enzim. HF sangat korosif pada jaringan sehingga akan
mengakibatkan borok nikrotik yang sangat dalam.
D. RACUN GAS
Asam Sulfida
Asam Sulfida biasanya terdapat ditempat pengolahan
minyak bumi, penyamkan kulit, pertambangan dan pabrik rayon.
Asam Sulfit menyebabkan nekrosia dan kerusakan sel susunan
saraf pusat. Pengaruh Asam Sulfit tergantung pada kadarnya, kadar
satu ppm tidak menyebabkan bau, 5 ppm dapat menyebabkan bau
tapi cepat hilang, di atas 50 ppm gejala cepat menghebat,
konjungtivitis, mual, batuk, mabuk, anosmia, oedem paru. Lebih
dari 500 ppm tidak sadarkan diri, nafas dangkal, dan kematian
dalam waktu 30-50 menit.
Karbon Monoksida
Merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari
pembakaran karbon atau bahan yang mengandung karbon. Gas ini
di dalam darah akan membentuk karboksihemoglobin yang tidak
dapat lagi mengikat oksigen untuk keperluan sel. Gejala utama
keracunan Co adalah sesak nafar, warna merah terang selaput
lendir, tidak sadarkan diri.
Asam Sianida
Biasanya digunakan untuk fumigasi tikus dan untuk sintesa
bahan kimia. Terdapat di alam sebagai racun singkong. Sianida
bersifat racun karena menghambat system sitokrom oksidase untuk
menggunakan oksigen dalam sel.
Jika dibagi berdasarkan produknya, maka ada beberapa bahan
baku produksi berikut yang bisa berbahaya bagi kesehatan:
a. Aluminium - (Deville process, Bayer process, Hall-Héroult
process, Wöhler process)
b. Ammonia, digunakan dalam fertilizer dan bahan eksplosif- (Haber
process)
c. Bromine - (Dow process)
d. Chlorine, digunakan dalam bahan kimia - (Chloralkali
process, Weldon process, Hooker process)
e. Fat - (Rendering)
f. Fertilizer - (Nitrophosphate process)
g. Kaca - (Pilkington process)
h. Emas - (Bacterial oxidation, Parkes process)
i. Air Keras, digunakan untuk produk radioaktif - (Girdler sulfide
process)
j. Hidrogen - (Steam reforming, Water Gas Shift Reaction)
k. Timbal (dan Bismut) - (Betts electrolytic process, Betterton-Kroll
process)
l. Nickel - (Mond process)
m. Asam nitrit- (Ostwald process)
n. Kertas - (Pulping, Kraft process, Fourdrinier machine)
o. Karet - (Vulcanization)
p. Garam- (Alberger process, Grainer evaporation process)
q. Kristal semikonduktor- (Bridgeman technique, Czochralski
process)
r. Perak - (Patio process, Parkes process)
s. Natrium karbonat, untuk sabun - (Leblanc process, Solvay
process, Leblanc-Deacon process)
t. Asam sulfat - (Lead chamber process, Contact process)
u. Titanium - (Hunter process, Kroll process)
v. Zirconium - (Hunter process, Kroll process, Crystal bar
process, Iodide process
2. Jelaskan efek/pengaruh dari bahan baku industri berbahaya tersebut
dalam kesehatan manusia !
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor:
PER/-01/MEN/1981, jenis-jenis penyakit yang timbul karena hubungan
kerja adalah:
a. Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestois) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
b. Penyakit paru dan saluran nafas (bronkopulmoner) atau byssinosis
yang disebabakan oleh debu, kapas, vlas, henep (serat yang diperoleh
dari batang tanaman Cannabis sativa), dan sisal (serat yang diperoleh
dari tumbuhan Agave sisalana, biasanya dibuat tali).
c. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
d. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai
akibat penghirupan debu organic.
e. Penyakit yang disebabkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya
yang beracun.
f. Penyakit yang disebabkan oleh kadium (Cd) atau persenyawaannya
yang beracun.
g. Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannya
yang beracun.
h. Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannya
yang beracun.
i. Penyakit yang disebabkan oleh arsenic (As) atau persenyawaannya
yang beracun.
j. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau merkurium (Hg) atau
persenyawaannya yang beracun.
k. Penyakit yang disebabkan oleh timbel atau plimbum (Pb) atau
persenyawaannya yang beracun.
l. Penyakit yang disebabkan oleh flourin (F)
m. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfide.
n. Penyakit yang disebabkan oleh derivate halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatic yang beracun.
o. Penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya yang
beracun.
p. Penyakit yang disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzene
atau homolognya yang beracun.
q. Penyakit yang disebabkan olehnitrogliserin atau ester asam nitrat
lainnya.
r. Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol, atau keton.
s. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksisa atau
keracunan seperti karmon monoksida, hydrogen sianida, hydrogen
sulfide atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso, dan nikel.
t. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
u. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan
otot, urat, tulang persendian, dan pembuluh darah atau saraf tepi).
v. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
tinggi.
w. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi
yang mengion.
x. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik,
kimiawi, biologis.
y. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, biteum,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk, dan residu dari
zat-zat tersebut.
Spektrum efek toksik (Lu, 2010)
a. Efek local dan sistemik
Efek local disebabkan oleh bahan kimia yang membuat cedera pada
tempat bahan itu bersentuhan dengan tubuh.
Efek sistemik terjadi hanya setelah toksikan diserap dan tersebar ke
bagian lain tubuh.
b. Efek berpulih dan nirpulih
Efek berpulih yaitu jika efek itu dapat dihilangkan dengan sendirinya
dan kebalikannya disebut efek nirpulih.
c. Efek segera dan tertunda
Efek segera adalah efek yang timbul segera setelah satu kali pajanan.
Efek tertunda yaitu efek yang muncul setelah beberapa waktu setelah
terpajan.
d. Efek morfologis, fungsional, dan biokimiawi
Efek morfologis berkaitan dengan perubahan bentuk luar dan
mikroskopis pada morfologi jaringan.
Efek fungsional biasanya berupa perubahan berpulih pada fungsi organ
sasaran.
Efek biokimiawi adalah efek toksik yang tidak menyebabkan
perubahan morfologis.
e. Reaksi alergi dan idiosinkrasi
Reaksi alergi/ hipersensitivitas terhadap toksikan disebabkan oleh
sensitisasi sebelumnya oleh toksikan itu atau bahan yang mirip secara
kimiawi.
Reaksi idiosinkrasi didasari oleh faktor keturunan yang menyebabkan
reaktivitas abnormal terhadap bahan kimia tertentu.
f. Respon bertingkat dan respon kuantal
Disebut juga hubungan dosis-respon.
3. Metoda Diagnosa Penyakit Akibat Kerja
Metodologi baku diagnosa penyakit akibat kerja atau pun
gangguan kesehatan akibat kerja mencakup hal-hal berikut:
a. Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan
dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan salah satu faktor di
tempat kerja, pada pekerjaan dan atau lingkungan kerja menjadi
penyebab penyakit akibat kerja. Riwayat penyakit meliputi antara lain
awal-mula timbul gejala atau tanda sakit, gejala atau tanda sakit pada
tingkat dini penyakit, perkembangan penyakit, dan terutama penting
hubungan antara gejala serta tanda sakit dengan pekerjaan dan atau
lingkungan kerja.
b. Pemeriksaan klinis dimaksudkan untuk menemukan gejala dan tanda
yang sesuai untuk suatu sindrom, yang sering-sering khas untuk suatu
penyakit akibat kerja. Sebagai misal, pada keracunan kronis timah
hitam (Pb; timbal) terdapat gejala dan tanda penyakit seperti garis
timah hitam di gusi, anemia, kolik usus, wrist drop (kelumpuhan saraf
lengan nervus ulnaris dan atau nervus radialis), dllnya. Atau gejala
dan tanda cepat terganggu emosi, hipersalivasi dan tremor pada
keracunan oleh merkuri (air raksa atau Hg). Atau keracunan metanol
yang menyebabkan kebutaan selain gejala-gejala umum akibat
keracunan kelompok senyawa organis.
c. Pemeriksaan laboratoris dimaksudkan untuk mencocokkan benar
tidaknya penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan atau
produk mertabolisme dari padanya ada dalam tubuh tenaga kerja yang
menderita penyakit tersebut. Guna menegakkan diagnosis penyakit
akibat kerja, biasanya tidak cukup sekadar pembuk-tian secara
kualitatif yaitu tentang adanya faktor penyebab penyakit, melainkan
harus ditunjukkan juga banyaknya atau pembuktian secara kuantitatif.
d. Pemeriksaan rontgen (sinar tembus) sering sangat membantu dalam
menegak-kan diagnosa penyakit akibat kerja, terutama untuk penyakit
yang disebabkan penim-bunan debu dalam paru dan reaksi jaringan
paru terhadapnya yaitu yang dikenal dengan nama pnemokoniosis.
Hasil pemeriksaan sinar tembus baru ada maknanya jika dinilai
dengan riwayat penyakit dan pekerjaan serta hasil pemeriksaan
lainnya dan juga data lingkungan kerja.
e. Pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan kema-juan teknik-
teknologi kedokteran/kesehatan lain dapat sangat berguna bagi upaya
menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja sesuai dengan kebutuhan
dan kepen-tingan.
f. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja yang dimaksudkan untuk
memastikan adanya dan mengukur kadar faktor penyebab penyakit di
tempat atau ruang kerja. Hasil pengukuran kuantitatif di tempat atau
ruang kerja sangat perlu untuk melakukan penilaian dan mengambil
kesimpulan, apakah kadar zat sebagai penyebab penyakit akibat kerja
cukup dosisnya atau tidak untuk menyebabkan sakit. Sebagai misal,
kandungan udara 0,05 mg timah hitam per meter kubik udara ruang
kerja tidaklah menyebabkan keracunan Pb, kecuali jika terdapat
absorpsi timah hitam dari sumber lain atau jam kerja per hari dan
minggunya sangat jauh melebihi batas waktu 8 (delapan) jam sehari
dan 40 jam seminggunya (Suma’mur, 2010).
4. Apa yang dimaksud dengan nilai ambang batas (NAB) !
Standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai pedoman
pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (BSN,
2005).
5. Apa yang dimaksud dengan NAD kadar tertinggi yang di
perkanankan (KTD)?
Kadar zat kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui
meskipun dalam waktu sekejap.
Maximum allowable concentration (MAC) adalah nilai tertinggi
kadar sesuatu zat yang pekerjanya tidak menderita penyakit atau gangguan
kesehatan. MAC ini lebih menekan efek akut daripada efek kumulatif.
6. Apa yang dimaksud dengan NAB paparan singkat yang di
perkenankan (PSD)?
NAB batas pemaparan singkat, yaitu kadar tertentu bahan-bahan
kimia di udara lingkungan kerja di mana hampir semua tenaga kerja dapat
terpajan secara terus menerus dalam waktu yang singkat, yaitu tidak lebih
dari 15 menit dan tidak lebih dari 4 kali pemajanan per hari kerja, tanpa
menderita/mengalami gangguan iritasi, kerusakan atau perubahan jaringan
yang kronis serta efek narkosis. Dalam daftar disingkat dengan PSD atau
Pemajanan Singkat yang Diperkenankan (Latif, 1997).
7. Apa kegunaan NAB ?
Kegunaan Nilai Ambang Batas (Siahaan, 2012)
a. Sebagai alat evaluasi bagi badan-badan yang berwenang atas mutu
lingkungan suatu daerah atau kompartemen tertentu. Jika, misalnya
kualitas yang terjadi telah berbeda dengan hal yang dikehendaki, maka
sebenarnya di sana diperlukan suatu tindakan untuk meningkatkan
mutu lingkungan itu sendiri.
b. Berguna sebagai alat pentaatan hokum administrative bagi pihak-pihak
yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup, seperti
perusahaan industry, usaha agrobisnis, perikanan, peternakan, dan lain-
lain untuk mengontrol tingkat kecemaran, sehingga dapat dilakukan
upaya-upaya preventif.
c. Dapat berguna bagi pelaksanaan Amdal yang merupakan konsep
pengendalian lingkungan sejak dini.
d. Sebagai alat control untuk memudahkan pengelolaan dan pengawasan
perizinan. Bila misalnya, parameternya telah melewati ambang batas
yang ditolerir, maka dapat dianggap telah melanggar ketentuan
perizinan.
e. Dapat berguna bagi penentuan telah terjadinya pelanggaran hokum
pidana, terutama dalam penentuan pelanggaran delik formal. Bilamana
ketentuan dilanggal, berarti telah dipandang sebagai melakukan delik
lingkungan. Dapat dilihat Padal 43 ayat (1) UUPLH 1997, yang
menentukan bahwa siapa saja yang melanggar ketentuan perundang-
undangan yang berlaku dimana diketahui perbuatan tersebut dapat
menimbulkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup diancam
pidana penjara.
Kegunaan NAB :
a. Sebagai kadar standar untuk perbandingan
b. Pedoman untuk perencanaan dan desain pengendalian peralatan
c. Substitusi bahan dengan yang kurang beracun
d. Membantu menentukan gangguan kesehatan atau penyakit akibat
bahan kimia
8. Cara mengukur Nilai Ambang Batas !
a. Kadar rata-rata tenaga kerja kontak dengan suatu zat, dihitung dari
berapa lama kontak dengan suatu zat dikali dengan kadar zat pada
berbagai keadaan dan diambil rata-ratanya.
b. Kombinasi dua atau lebih zat,dihitung dari jumlah perbandingan kadar
zat dengan NAB, bisa lebih dari satu berarti melampaui NAB
(waktu paparan zat1 X kadar zat1)+(waktu paparan zat2 X kadar zat2)
waktu paparan zat1 + waktu paparan zat2
kadar zat1 + kadar zat2
NAB1 NAB2
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Toksikologi Industri. Bontang : Program Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro.
Confer, R.G. dan Thomas R. Confer. 1994. Occupational Health and Safety:
Terms, Definitions and Abbreviations. Florida: CRC Press, Inc.
Denny, Hanifa M. 2010. Toksikologi Industri. Semarang : FKM Universitas
Diponegoro.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Prinsip Dasar Kesehatan
Kerja. Jakarta: Depkes.
Effendi, Ferry dan Makhfudii. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Info Badan standarisasi nasional.2005. Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di
udara tempat kerja. Volume 5 No. 1 Januari 2005.Jakarta: Badan
standarisasi nasional.
International Labour Organization. 1997. Your Health and Safety at Work:
Chemical in the Work Place. ILO, Bureau for workers’ activities
Occupational safety and Health Branch, Project INT/97/MOI/ITA-Funded
by Italy. Italy: United Nations.
Jeyaratnam, J. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: EGC.
Latif, Abdul.1997. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE‐01/MEN/1997
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia Di Udara Lingkungan Kerja.
Jakarta: Menteri Tenaga Kerja.
Lu, Frank C. 2010. Toksikologi Dasar Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Siahaan, N.H.T. 2012. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan Edisi
Kedua. Available at: http://books.google.co.id/books?
id=ae7qLHtmcW4C&pg=PA288&dq=nilai+ambang+batas+adalah&hl=
en&sa=X&ei=fXXHT9CjLIa69QT0hoyLDw&redir_esc=y#v=onepage&q
=nilai%20ambang%20batas%20adalah&f=false
Suma’mur. 2010. Diagnosa dan penilaian cacat penyakit akibat kerja available at
www.jamsostek.co.id/content_file/ diagnosa .pdf
________. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Toko
Gunung Agung.