lap case 4 his

83
Infeksi 1 35 tahun 2 bulan yg lalu : fatigue, dyspne ketika aktifitas 1 bulan yg lalu : easy bruising & spontan gum bleeding. Sejak 2 minggu : feverish pd mlm hari Gangguan pembekuan darah Gingival bleeding & hyperplasi a Echymosis Platelet l Gangguan sel darah merah. Pale Pale conjungtiv a Hb , Ht Gangguan sel darah putih - Schuffner I - WBC - Blast ↑ , myelocyte Acutue Myeloid Leukimia (AML) Peripheral Smear (Auer rod ) Bone marrow smear ( hyperselullar ) Management “ chemotherapy “& “Consolidation Therapy”

Upload: m-dicky-hidayatullah

Post on 19-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: Lap case 4 HIS

Infeksi

1

35 tahun

2 bulan yg lalu : fatigue, dyspne ketika aktifitas1 bulan yg lalu : easy bruising & spontan gum bleeding.Sejak 2 minggu : feverish pd mlm hari

Gangguan pembekuan darah

Gingival bleeding & hyperplasiaEchymosisPlatelet l

Gangguan sel darah merah.

PalePale conjungtivaHb , Ht

Gangguan sel darah putih- Schuffner I- WBC ↑- Blast ↑ , myelocyte

Acutue Myeloid Leukimia (AML)

Peripheral Smear (Auer rod )Bone marrow smear

( hyperselullar )

Management“ chemotherapy “&

“Consolidation Therapy”

Page 2: Lap case 4 HIS

Additional Lab Results:

Peripheral smear (high power microscopic)

Bone marrow smear (low power microscopic):

Bone marrow smear (high power microscopic)

2

Page 3: Lap case 4 HIS

HEMATOPOEISIS

3

Page 4: Lap case 4 HIS

LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)

Fungsi : Terutama untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi melalui 2 cara :

1. Benar-benar merusak zat asing dengan proses fagositis (neutrofil/makrofag).

2. Membentuk antibodi & limfosit yang peka.

Dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma & bentuk intinya

1. Granulosit (Leukosit Polimorfonuklear)

Meliki 2 jenis granul :

a. Granula Spesifik : granula yang spesifik terikat pada unsur netral atau asam dari

campuran pewarna & emiliki fungsi khusus.

b. Granula Azurofilik : berwaran ungu & diperkirakan sebagai lisozim.

Intinya punya 2 atau lebih lobulus.

Contoh : Neutrofil, Eosinofil, Basofil.

2. Agranulositi ( Leukosit Mononuklear)

Tidak punya granula spesifik tapi punya granula azurofilik yang bervariasi jumlahnya,

inti bulat / berlekuk.

Contoh : Limfosit, Monosit.

Leukosit terlibat dalam pertahanan seluler & humoral dari organisme terhadap materi asing.

Dalam keadaan tercampur dalam darah sirkulasi, leukosit tampak sferis, sel-sel yang tidak

bergerak, tetapi leukosit mampumenjadi gepeng & bergerak.

PEMBENTUKAN SEL DARAH PUTIH

Myelopoiesis (Granulocytopoiesis)

Refers to production of neutrophil, eosinophil and basophil.

- Eosinophil, Neutrophil, Basophil yang matur sama-sama berproliferasi,

berdiferensiasi, berdivisi, storage di bone marrow & delivery to blood.

- Maturation & division of myeloid series pada bone marrow menggambarkan

perkembangan dari blast ke mature cell (7-11 hari).4

Page 5: Lap case 4 HIS

- Granulocyte production proceeds after cell lineage commitment was determined the

identity of maturing cell as a part of myelocytic series.

Various stimulus merespon → sel-sel berpindah melalui jalurnya & kompartemen-

kompartemen dimana cellular storage terjadi → proliferations dari stem cell, myeloblast,

promyelosit, myelosit → metamyelosit (8-9 jam setelah masuk ke maturation pool.

Metamyelocyte & band (represent the end of DNA synthesis). Pada maturation pool.

Storage pool retains mature cell untuk dilepaskan ke peipheral circulation.

Mature cells meninggalkan bone marrow dan bergerak secara transient, membentuk suatu

proses pada endothelial cell (memisahkan parencyhm marrow dari sinuses venous).

Dari pembuluh darah kapiler ke jaringan → cell bermigrasi/menembus diantara sel-sel

endotelial masuk ke jaringan (diapedesis).

Setelah terlepas, sel-sel menjadi bagian dari functional pool, masuk ke peripheral

blood/vessel wall selama beberapa jam. Kemudian meninggalkan darah masuk ke

jaringan/body cavity.

Saat sel-sel masuk ke jaringan, pada bone marrow akan digantikan oleh sel-sel yang lain.

Setengah dari sel-sel dilepaskan & bersirkulasi secara bebas sementara setengah sel-sel yang

lain bermigrasi ke dinding pembuluh darah, terutama di liver, paru-paru & spleen.

Setelah masuk ke jaringan, sel-sel tidak akan kembali lagi masuk ke pembuluh darah.

5

Page 6: Lap case 4 HIS

Morphological Changes

Terjadi selama maturasi dari granulosit

Terdiri dari :

1. Reduksi volume dari nukleus.

2. Kondensasi kromatin.

3. Perubahan bentuk nukleus.

4. Appearance& dissappearance primary granules.

5. Perubahan warna dari sitoplasma (dari biru jadi pinkish-red).

6. Perubahan ukuran sel-sel.

Maturation dikarakteristikan → development of primary blue-staining granules.

- Pewarnaan basic dyes → affinitas tinggi untuk basofil.

- Pewarnaan acid dyes eosin → affinitas tinggi untuk eosinofil, menjadi reddish orange.

- Affintasnya tidaka untuk pewarnaan 22 nya → untuk neutrofil.

Motile cells mature → nukleus berubah dari bulat jadi multilobular.

Myeloblast

Promyeloblast (Progranulocyte)

↓ ↓ ↓

Basophilic Myelocyte Neutrophilic Myelocyte Eosinophilic Myelocyte

↓ ↓ ↓

Basophilic Metamyelocyte Neutrophilic Metamyelocyte Eosinophilic Metamyelocyte

↓ ↓ ↓

Basophilic Band Neutrophilic Band Eosinophilic Band

↓ ↓ ↓

6

Page 7: Lap case 4 HIS

Segmented Basophilic Segmented Neutrophilic Segmented Eosinophilic

Morfologi Leukosit

1. NEUTROFIL (PMN)

- 60-70% dari jumlah leukosit.

- Diameter = 12-15 µm.

- 2-5 lobus yang saling berikatan melalui benang kromatin halus.

- Neutrofil muda → inti tanpa segmen dalam bentuk tapal kuda.

- Pada wanita → drumstick.

- Sitoplasma → 2 granul :

1. Granula Spesifik : lebih banyak, kecil, berbentuk bulat sampai panjang.

2. Granula Azurofilik : d = <0,5 µm, merupakan lisosom primer & mengandung

enzim, serta glikogen.

- Glikogen → glikolitik & heksosa monofosfat dari oksidasi glukosa.

- Bisa bertahan hidup dalam lingkungan anaerobik.

- T ½ = 6-7 jam, hidup = 1-4 hari di jaringan ikat.

- Fungsi : pertahan terhadap invasi mikroorganisme, khususnya bakteri, merupakan

fagosit aktif terhadap partikel kecil (mikrofag).

- Neutrofil mati + bakteri + bahan yang dicerna → cairan kental berwarna kuning yang

disebut pus.

7

Page 8: Lap case 4 HIS

  Myeloblast Promyelocyte

(Progranulocyt

e)

N.Myelocyte N.Metamyelocy

te

N.Band N.Segmente

d

Cell size mM10-20 10-20 10-18 10-18 10-16 10-16

N:C ratio 4:1 3:1 2:1 or 1:1 1:1 1:1 1:1

Nuclear

shape

Round Round Oval or round,

slightly

indented

Usually

indented (kidney

shaped)

Elongated,narr

ow band

(horseshoe)

shape of

uniform

thickness

2-5 distinct

nuclear

lobes

Nuclear

position

Eccentric or

central

Eccentric or

central

Usually

eccentric

Central or

eccentric

Central or

eccentric

Central or

eccentric

Nuclear

color/

chromatin

Light reddish-

blue, fine

meshwork

with no

Light reddish-

blue, fine

meshwork,

slight

Reddish-blue

fine chromatin

with slightly

aggregated or

Light blue-

purple with

basophilic

chromatin easily

Purplish-red,

clumped

granular

Purplish-red,

clumped

granular

8

Page 9: Lap case 4 HIS

aggregation of

material

aggregation

maybe seen at

nuclear

membrane

granular

pattern

distinguishable chromatin chromatin

Nucleoli 1-3 1-2 May or may

not have

nucleolus

None None None

Color/

amount of

cytoplasm

Basophilic/

Slight

Basophilic/

Increased

Bluish-pink/

moderate

Clear pink/

moderate

Pink/

abundant

 

Cytoplasmic

granules

Absent Present, fine

azurophilic,

nonspecific

granules

Present,

azurophilic,

specific

granules

Present,

azurophilic,

specific granules

Present,

azurophilic,

specific

granules

Present,

azurophilic,

specific

granules

2. EOSINOFIL

- 2-4 % dari jumlah leukosit.

- Diameter = 12-16 µm.

- Inti khas bilobus.

- Re, golgi & mitokondria kurang berkembang, glikogen lumayan banyak.

- Ciri pengenalan utama → banyak granula spesifik besar & refraktil memanjang.

- Granula spesifik eosinofil dikelilingi oleh satu unit membran.

- Satu inti berkristal (internum) terletak paralel terhadap smbu panjang granula, inti

mengandung protein → protein dasar utama. Materi kurang padat yang.

9

Page 10: Lap case 4 HIS

- Fungsi : mematikan cacing-cacing parasitik, co : skistoma.

  Myelobla

st

Promyelocyt

e

(Progranuloc

yte)

E.Myelocyte E.Metamyelo

cyte

E.Band E.Segmente

d

Cell size

mM

10-20 10-20 10-18 10-16 10-16 10-16

N:C ratio 4:1 3:1 2:1 or 1:1 1:1 1:1 1:1

Nuclear

shape

Round Round Oval or round,

slightly indented

Usually

indented

(kidney

shaped)

Elongated,nar

row band

(horseshoe)

shape of

uniform

thickness

2-5 distinct

nuclear

lobes

Nuclear

position

Eccentric

or central

Eccentric or

central

Usually eccentric Central or

eccentric

Central or

eccentric

Central or

eccentric

Nuclear

color/

chromatin

Light

reddish-

blue, fine

meshwor

k with no

aggregati

Light

reddish-blue,

fine

meshwork,

slight

aggregation

Reddish-blue fine

chromatin with

slightly

aggregated or

granular pattern

Light blue-

purple with

basophilic

chromatin

easily

distinguishabl

Purplish-red,

clumped

granular

chromatin

Purplish-

red,

clumped

granular

chromatin

10

Page 11: Lap case 4 HIS

on of

material

maybe seen

at nuclear

membrane

e

Nucleoli 1-3 1-2 May or may not

have nucleolus

None None None

Color/

amount of

cytoplasm

Basophili

c/

Slight

Basophilic/

Increased

Bluish-pink/

moderate

Pink/

moderate

Pink/

moderate

Pink/

moderate

Cytoplasmi

c granules

Absent Present, fine

azurophilic,

nonspecific

granules

Present,reddishor

ange, uniform

(specific)

eosinophilic

granules

Present,reddis

h orange,

uniform

(specific)

eosinophilic

granules

Present,reddis

h orange,

uniform

(specific)

eosinophilic

granules

Present,redd

ish orange,

uniform

(specific)

eosinophilic

granules

3. BASOFIL

- <1 % dari total leukosit.

- Diameter = 12-15 µm.

- Inti yang kurang heterokromatik.

- Inti terbagi ke dalam lobus tak teratur, namun seringkali terhalangi granula-granula

spesifik di atasnya.

- Granula spesifik (d=0,5 µm) lebih sedikit & ukuran lebih tidak teratur, mengandung

heparin & histamin & sanggup menghasilkan leukotrin yang menyebabkan kontraksi

lambat pada otot polos.

11

Page 12: Lap case 4 HIS

  Myelobla

st

Promyelocyt

e

(Progranuloc

yte)

E.Myelocyte E.Metamyelo

cyte

E.Band E.Segmente

d

Cell size

mM

10-20 10-20 10-18 10-16 10-16 10-16

N:C ratio 4:1 3:1 2:1 or 1:1 1:1 1:1 1:1

Nuclear

shape

Round Round Oval or round,

slightly indented

Usually

indented

(kidney

shaped)

Elongated,nar

row band

(horseshoe)

shape of

uniform

thickness

2-5 distinct

nuclear

lobes

Nuclear

position

Eccentric

or central

Eccentric or

central

Usually eccentric Central or

eccentric

Central or

eccentric

Central or

eccentric

Nuclear

color/

chromatin

Light

reddish-

blue, fine

meshwor

k with no

aggregati

on of

material

Light

reddish-blue,

fine

meshwork,

slight

aggregation

maybe seen

at nuclear

membrane

Reddish-blue fine

chromatin with

slightly

aggregated or

granular pattern

Light blue-

purple with

basophilic

chromatin

easily

distinguishabl

e

Purplish-red,

clumped

granular

chromatin

Purplish-

red,

clumped

granular

chromatin

Nucleoli 1-3 1-2 May or may not

have nucleolus

None None None

Color/ BasophiliBasophilic/ Bluish-pink/ Pink/ Pink/ Pink/

12

Page 13: Lap case 4 HIS

amount of

cytoplasm

c/

Slight

Increased moderate moderate moderate moderate

Cytoplasmi

c granules

Absent Present, fine

azurophilic,

nonspecific

granules

Present,reddishor

ange, uniform

(specific)

eosinophilic

granules

Present,reddis

h orange,

uniform

(specific)

eosinophilic

granules

Present,reddis

h orange,

uniform

(specific)

eosinophilic

granules

Present,redd

ish orange,

uniform

(specific)

eosinophilic

granules

4. LIMFOSIT

- Diameter = 6-15 µm.

- Leukosit yang terkecil.

- Nukleus → round, densily staining, acentrik (tidak sentral).

- Sitoplasm yang tipis mengandung few-lysosom-like granules.

- Terdiri dari 1 keluarga sel-sel berbentuk sferis.

- Fungsi : pada reaksi imunitas dalam bertahan terhadap serangan mikroorganisme,

makromolekul asing & sel-sel kanker, addaptive imune respon, memproduksi antibodi

& membunuh benda asing/virus yang merubah sel.

- Limfosit kecil → d= 6-8 µm.

- Dalam sirkulasi ada sedikit llimfosit sedang & besar dengan d= 18 µm → Limfosit T

& B.

- Limfosit kecil → mendominasi dalam arah, inti sferis, kadang-kadang berlekuk,

kromatin padat & tampak sebagai gumpalan kasar sehingga inti terlihat gelap,

sitoplasma sangat sedikit, ada tepian tipis di sekitar inti, sedikit basofilik, biru muda,

mengandung granula azurofilik, beberapa mitokondria, badan golgi, poliribosom

bebas.

- Jangka hidup→ beberapa hari sampai bertahun-tahun/ bervariasi, tergantung

interaksinya dengan antigen. Memory cells can survive selama puluhan tahun.

- Lokasi → bersirkulasi antara tissue, lymphatic & blood.

a. Limfosit T (80% dari total limfosit).

13

Page 14: Lap case 4 HIS

- Umur sangat panjang.

- Fungsi :

Sel T penolong → mengatur aktivitas sel T/sel b secara positif.

Sel T supressor → negatif.

- Menghsilkan limfokin → mempengaruhi kegiatan makrofag menuju tempat

inflamasi.

- Menghasilkan substansi yang mematikan sel-sel lain, termasuk sel-sel tumor, sel

yang terinfeksi virus & cangkokan asing.

b. Limfosit B (15% dari total limfosit).

- Jika mendapat rangsangan akan membelah diri beberapa kali lalu berdiferensiasi

menjadi sel plasma dalam jaringan & menghasilkan immunoglobulin.

- Immunoglobulin spesifik (opsonin) menyelubungi bakteri sehingga lebih mudah

difagositosis oleh makrofag.

- Sel B & T memperlihatkan peristiwa memori imunologik K = setiap limfosit

merespon satu antigen saja.

14

Page 15: Lap case 4 HIS

5. MONOSIT

- Diameter = 12-20

µm.

- Leukosit yang

terbesar.

- Inti = lonjong, tapal

kuda / ginjal,

umumnya eksentrik,

berwarna lebih

pekat.

- Nukleoli

memberikan

gambaran “moth

eaten”.

- Kromatin kurang

padat & tersusun

lebih fibrilar, ada

anak inti.

- Sitoplasma →

basofilik, granula

azurofilik yang

sangat halus yang

tersebar si seluruh

sitoplasma

berwarna kelabu-

biru mengandung

lisosom, RE kasar,

poliribosom,

mitokondria, golgi.

- Mikrotubul,

mikrofilamen, pinositik vesikel & fib-or pseudopodia → ada di sisi sel.

- Mikrovili + vesikel pinositik → permukaan sel.15

  Lymphoblast Prolymphocyte Mature

Lymphocyte

Cell size mM 10-20 9-18 7-10

N:C ratio 4:1 4:1 4:1

Nuclear shapeRound Round or

indented

Round or

indented

Nuclear

position

Eccentric or

central

Eccentric with

scanty cytoplasm

to one side or

round

Eccentric

with scanty

cytoplasm to

one side or

round

Nuclear

color/

chromatin

Undifferentiated

red-purple/

smooth

chromatin

Condensed,

clumped blue-

purple

chromatin with

red-purple

parachromatin

Homogenous,

coarse blue-

purple nuclear

chromatin

Nucleoli 1-2 0-1 None

Color/amount

of cytoplasm

Clear

basophilic/scanty

Clear

basophilic/scanty

Light sky

blue/scanty to

moderate

Cytoplasmic

granules

Absent Absent Usually

absent, few

azurophilic

granules seen

occasionally

Page 16: Lap case 4 HIS

- Monosit dijumpai dalam darah sebagai prekursor sistem fagosit mononuleus → ke

jaringan ikat →

makrofag.

- T ½ monosit

dalam darah =

12-100 jam.

- Lokasi :

beberapa hari di

darah terus

bermigrasi ke

jaringan →

makrofag,

bertahan

beberpa bulan –

tahun di

jaringan ikat.

Perbandingan Sel-sel

pada Leukosit pada

Keadaan Tertentu

16

  Monoblast Promonocyte Mature

Monocyte

Macrophage

Cell size mM 12-20 12-20 15-18 25-80

N:C ratio 4:1 3:1 or 2:1 2:1 or 1:1 1:2 or 1:3

Nuclear shape Round,

oval or

slightly

folded

Round with

chromatin

creases or

cerebriform

folding more

distinct

Increased

folding or

elongated

Round or

reniform

Nuclear

position

Eccentric Central Central Eccentric

Nuclear color/

chromatin

Pale red-

purple,

fine,

thready

chromatin

Pale red-

purple,

reticular

pattern

Blue-purple,

finer

reticular

pattern than

immature

forms

Clumped

chromatin

Nucleoli 1-2 0-2 None 1-2

Color/amount

of cytoplasm

Basophilic/

moderate

Paler gray

baso-philic/abu

ndant with

“bleblike”

pseudo-podia

at border

Plae gray-

blue/

abundant

“bleblike”

pseudopodia

Abundant

with

vacuoles

Cytoplasmic

granules

None May or may

not contain

fine, red,

dustlike

particles

Numerous

fine, pale

red, dustlike

particles

through-out

cytoplasm

Numerous

azurophilic

granules

Page 17: Lap case 4 HIS

WBC Meningkat (↑) Menurun (↓)

Neutrofil Infeksi bakteri, burns, stress,

inflamasi

Radiation, eksposure, drug toxicity, kuat

vit B12, SLE.

Limfosit Infeksi virus, beberapa leukimia. Prolonged illness, immunosupression &

pengobatan cortisol.

Monosit Infeksi virus/ jamur, TB, beberapa

leukimia, other chronic desease.

BM supression, pengobatan dengan

cortisol.

Eosinofil Reaksi allergic, infeksi parasit,

autoimun desease.

Drug toxicity, stress.

Basofil Reaksi allergic, leukimia, cancers,

hypothyroidium.

Pregnancy, ovulasi, stress, &

hyperthyroidium.

Lymphocytic Series

1. Lymphoblast

Ukuran sel

N:C ratio

Bentuk inti

Posisi inti

Warna

inti/kromatin

Anak inti

Warna/jumlah

sitoplasma

Granul

sitoplasma

:

:

:

:

:

:

:

10-20 µm

7:1 – 4:1

Bulat

Eccentric atau pusat

Undiffrentiated red-

purple/kromatin halus

1-2

Basophilic

jernih/scanty

17

Page 18: Lap case 4 HIS

: Tidak ada

2. Prolymphocyte

Ukuran sel

N:C ratio

Bentuk inti

Posisi inti

Warna

inti/kromatin

Anak inti

Warna/jumlah

sitoplasma

Granul

sitoplasma

:

:

:

:

:

:

:

:

9-18 µm

5:1 – 3:1

Bulat atau melekuk

Eccentric ke satu sisi

dengan sitoplasma

yang sedikit atau

bulat

Terkondensasi,

kromatin ungu

kebiruan menggumpal

dengan parakromatin

ungu kemerahan

0-1

Basophilic

jernih/scanty

Tidak ada

18

Page 19: Lap case 4 HIS

3. Mature Lymphocyte

Ukuran sel

N:C ratio

Bentuk inti

Posisi inti

Warna

inti/kromatin

Anak inti

Warna/jumlah

sitoplasma

Granul

sitoplasma

:

:

:

:

:

:

:

:

7-15 µm

4:1 – 2:1

Bulat atau melekuk

Eccentric ke satu sisi

dengan sitoplasma

yang sedikit atau

bulat

Homogenous,

kromatin inti kasar

berwarna ungu

kebiruan

Tidak ada

Biru langit cerah/

sedikit sampai sedang

Tidak ada

Monocitic Series

1. Monoblast

19

Page 20: Lap case 4 HIS

Ukuran sel

N:C ratio

Bentuk inti

Posisi inti

Warna

inti/kromatin

Anak inti

Warna/jumlah

sitoplasma

Granul

sitoplasma

:

:

:

:

:

:

:

:

15-25 µm

7:1 – 4:1

Bulat, oval, atau

sedikit melekuk

Eccentric

Ungu kemerahan

pucat, runcing,

benang kromatin

1-2

Basophilic/sedang

Tidak ada

2. Promonocyte

Ukuran sel

N:C ratio

Bentuk inti

Posisi inti

Warna

inti/kromatin

:

:

:

:

:

14-20 µm

4:1 – 2:1

Bulat dengan

kromatin kasar atau

cerebriform melekuk,

lebih jelas

Pusat

Ungu kemerahan

pucat, pola retikular

20

Page 21: Lap case 4 HIS

Anak inti

Warna/jumlah

sitoplasma

Granul

sitoplasma

:

:

:

0-2

Basophilic abu-abu

pucat/ banyak

“beblike”pseudopodia

di tepi

Mungkin ada atau

tidak mengandung

partikel runcing,

merah, dan seperti

duktus

3. Mature Monocyte

Ukuran sel

N:C ratio

Bentuk inti

Posisi inti

Warna

inti/kromatin

Anak inti

Warna/jumlah

sitoplasma

:

:

:

:

:

:

:

12-18 µm

1:1 – 2:1

Lipatan meningkat

atau memanjang

Pusat

Ungu kebiruan, pola

retikular lebih

runcing daripada

bentuk immature

Tidak ada

Biru abu-abu pucat/

banyak

“beblike”pseudopodia

Beberapa runcing,

merah pucat, pastikel

21

Page 22: Lap case 4 HIS

Granul

sitoplasma:

seperti debu melalui

sitoplasma

4. Macrophage

Ukuran sel

N:C ratio

Bentuk inti

Posisi inti

Warna

inti/kromatin

Anak inti

Warna/jumlah

sitoplasma

Granul

sitoplasma

:

:

:

:

:

:

:

:

25-80 µm

1:2 – 1:3

Bulat atau reniform

Eccentric

Kromatin

menggumpal

1-2

Banyak dengan

vakuola

Beberapa granul

azurophilic

22

Page 23: Lap case 4 HIS

CHRONIC MYELOPROLIFERATIVE DISORDER

Dikarakteristikan dengan hypercelullar Bone Marrow dengan peningkatan jumlah

erythrocyte, leukocyte, platelet, di apus darah tepi.

60 – 100 % pasien mengalami splenomegaly.

Klasifikasi MPDs:

1. Acute :

- Acute non lymphocutic Leukemia:

Acute myeloblastic leukemia

Acute promyelocyte leukemia

Acute myelomonocyte leukemia

Erythroleukemia

2. Chronic :

- Chronic myelogenous leukemia

- Idiopathic myelofibrosis

- Polycitemia vera

- Essential or idiopathic trombocytemia

The Clinical Variants of The CMPDs may share, to varying extents :

1. Affects middle – aged and older groups

2. Asymptomatic onset

3. Panhyperplasia of bone marrow

4. Extra medullary hematopoesis

5. Fibroblast proliferatin and reticulin / collagen formation in bone marrow

6. Frequent transitions between these disorders, with overlapping manifestation

7. Terminating in acute leukemia

8. Elevation of platelet count ; Giant or bizzare platelets, or both

9. Hemorrhagic and thrombotic complications

23

Page 24: Lap case 4 HIS

OTHERS :

1. CYTOGENETIC ABNORMALITIES

2. ABNORMAL P53 genes

Apoptosis induced by the P53. in the presence of altered or absent p53 apoptosis does

not occur, resulting in continued proliferation.

RELATIONSHIP BETWEEN THE VARIOUS MPDS

24

Page 25: Lap case 4 HIS

KEGANASAN HEMATOPOIETIK

→penyakit klonal yang berasal dari 1 sel di sumsum tulang atau jaringan limfoid perifer yang menyebabkan kelainan genetic

Epidemiologi

Terjadi sekitar 7% dari seluruh keganasan

Etiologi

- Keturunan- Pengaruh lingkungan

Bahan kimia Obat-obatan Radiasi Infeksi Virus Bakteri Protozoa

Keganasan hematologi terjadi karena penyimpangan genetic yang menyebabkan peningkatan aktivitasonkogen atau penurunan aktivitas gen penekan.

PRELEUKEMIA

- sejumlah abnormalitas dapatan dari sumsum tulang, yang pada sebagian pasien dapat berkembang menjadi leukemia, biasanya yang jenis AML

- nama lainnya adalah myelodisplastic syndrome atau dismielopoietik syndrome

- epidemiologi : laki-laki > wanita 1,5 : 1, terjadi pada usia >50 tahun

- ditandai dengan :1. inefektif hematopoiesis2. sitopenia (RBC, trombosit), karena kegagalan sumsum tulang3. abnormalitas kromosom4. kelainan fungsi sel darah dan prekursornya

- sign & symptomRBC ↓ : anemia (pallor, weakness, dyspnea)

Neutropenia : mudah terinfeksi, ↓ imunitas, oligoblastik leukemiaPlatelet ↓ : perdarhan dan mudah memar

Lainnya : demam tanpa infeksi, hepatosplenomegali

HEMATOLOGY MALIGNANCY

25

Page 26: Lap case 4 HIS

- potensi untuk keganasan biasanya lebih besar pada sel-sel hematopoietic, karena sel-selnya lebih rentan terhadap agen terapeutik yang toksik, ditambah selnya yang terus bereplikasi

- gambaran keganasan hematologi kegagalan hemopoietik → anemia, perdarahan, mudah terinfeksi organomegali → limfadenopati, hepatomegali, splenomegali penyakit autoimun disebabkan oleh kegagalan imunoregulasi ↑ produk tumor dan efek biokimia → ↑immunoglobulin, aktivaasi

prokoagulan Efek sistemik → demam, keringat malam Temuan laboratorium → abnormalitas pada hitung darah tepi, leukositosis,

leukoeriblastik, abnormalitas sumsum tulang Temuan radiologi → abnormalitas skeleton

LEUKEMIA

→ penyakit ganas yang progresif pada organ pembentuk darah, yang ditandai dengan perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit serta precursornya dalam darah dan sumsum tulang (dorland)

→ produksi sel darah putih yang tidak terkontrol disebabkan oleh mutasi yang bersifat kanker pada sel mielogen, atau sel limfogen, biasanya ditandai dengan jumlah sel darah putih abnormal yang sangat meningkat dalam sirkulasi darah (gyton)

→ Suatu penyakit keganasan pada jaringan hematopoiesis yang dikarakteristikan dengan adanya pergantian elemen-elemen normal sum-sum tulang dengan sel-sel darah yang abnormal – neoplastik. (harmening)

→ Gangguan/penyakit keganasan klonal pada darah dan organ-organ pembentuk darah yang menyebabkan akumulasi sel-sel yang disfungsi dan terjadinya kehilangan regulasi pada pembelahan sel. (Mc Cance)

Klasifikasi

- Berdasarkan maturasi Acute : sel ganas imatur (stem cell, blast) Kronik: sel dominan matur

- Berdasarkan keturunan (lineage) sel Lymphoid

26

Page 27: Lap case 4 HIS

Myelod (granulocytic, monocytic, megakaryocutic, eritrositik leukemia)

Tipe Leukemia Singkatan FAB Nama Alternatif

Acute Myeloid

Acute myeloblastic leukamia

Without cytologic maturation

With minimal maturation

With maturation

Acute promyelocytic leukemia

Acute myelomonocytic leukemia

Acute monocytic leukemia

Erythroleukemia

Acute megakarioblastic leukemia

AML

APL

AMML

AMol

AEL

AmegL

M0

M1

M2

M3

M4

M5

M6

M7

Acute nonlymphoblastic (ANLL)

Hypergranular promyelocytic

Noegeli-type leukemia

Schiling type leukemia

DI Guglieima’s syndrome, erythermic myelosis

Acute Lymphoblastic

Precursor B-cell ALL

Early-Pre-B-cell ALL

Pre-B-cell ALL

B-cell ALL

T-cell ALL

ALL

L1, L2

L1, L2

L3

L1, L2

Conmmon ALL

Conmmon ALL

Burkitt’s leukemia

Chronic Myeloid

Chronic myelogenous leukemia

Chronic eosinophilic leukemia

Chronic basophilic leukemia

CML

CEL

CBL

Chronic granulocytic leukemia

27

Page 28: Lap case 4 HIS

Chronic Lymphoid

Chronic lymphocytic leukemia

B-cell CLL

T-cell CLL

Prolymphocytic leukemia

Hairy cell leukemia

Plasma cell leukemia

Sezary syndrome

CLL

PLL

HCL Leukemic reticuloendotheliosis

Multiple myeloma, leukemic phase

Mycosis fungoides, leukemic phase

Perbedaan akut dan kronik

Akut Kronis

Usia

Clinical onset

Course (untreated)

Sel-sel leukemik

Anemia

Trombositopenia

WBC

Pembesaran organ

Semua usia

Tiba-tiba (sudden)

< 6 bulan

Imatur

Mild-severe

Mild-severe

Variable

Mild

Dewasa

Insidous

2 – 6 tahun

Matur

Mild

Mild

Meningkat

Menonjol

28

Page 29: Lap case 4 HIS

ACUTE LEUKEMIAS

Etiologi Dan Faktor Resiko

Leukemia pada level-level genetic dalam beberapa kasus terlihat dihubungkan dengan

adanya mutasi dan perubahan expression dari oncogenes dan tumor suppressor gene.

Oncogenes yang mana berfungsi mengatur proliferasi (mutasi) dan differensiasi

(maturity) pada sel-sel. Keabnormalan oncogenes / tumor suppressor gene expression

disebabkan oleh translocation dan genetic fusion / mutation dalam proliferasi cellular. Host

dan faktor lingkungan dapat meningkatkan resiko dari transformation leukemic.

Host Factor

1. Heredity

Inherited (keturunan) untuk leukemia tidak terlihat walaupun pada individu sebagai

peningkatan predisposisi. Insiden meningkat dalam anggota keluarga identic pada

pasien yang kembar dengan akut leukemia, tetapi pernyataan tersebut masih

kontrofersi, hanya sebagai factor resiko dari perkembangan acute leukemia. Pada bayi

yang kembar karena sirkulasi plasenta (kemungkinan uterus terpapar).

2. Congenital Chromosomal Abnormalities

Pada acute leukemia akan terjadi peningkatan frekuensi pada pasien dengan

congenital disorder, yaitu;

Contoh:

Chromosomal fragility (Bloom’s Syndrome dan Fanconi’s Anemia).

29

Page 30: Lap case 4 HIS

Abnormal chromosom (Down Syndrome, Klinefelter’s Syndrome,

Turner’s Syndrome).

3. Immunodeficiency

Insidensi tinggi dari lymphoproliferative disease (lymphoid leukemia dan lymphoma).

Tercatat pasien dengan immunodeficiency hereditary.

Contoh:

Ataxia-Telangiectasia dan Sex-Linked Agammaglobulinemia.

4. Chronic Marrow Dysfunction

Merupakan faktor resiko pada acute leukemic transformation.

Contoh:

Myeloblastic syndrome, myeloproliferative disorder, aplastic anemia,

paroxysmal nocturnal hemoglobinuria.

Environmental Factors

1. Ionizing radiation

Leukemia dengan exposure radiasi ionizing.

Contoh:

Exposure senjata nuklir pada Hiroshima dan Nagasaki.

2. Chemicals dan drugs

Diasosiasikan dengan perkembangan dari leukemia.

Contohnya:

Pada manusia; benzene chemical toxin.

Pharmachologic agents chloramphenicol dan phenylbutazone.

Cytotoxic chemotherapeutic agents khusus alkylating drugs (leukemic

transformation) meningkat dengan penggunaan terapi radiation.

Smoking (merokok) faktor resiko (walaupun sedikit pengaruhnya)

untuk AML pada orang dewasa. Pada childhood AML dengan maternal

konsumsi alcohol selam masa kehamilan.

3. Viruses

Ada yang spesifik, yaitu;

Human T-cell Leukemia / Lymphoma Virus-1 (HTLV-1) termasuk agent

penyebab pada adult T-cell Leukemia / Lymphoma (ATL). ATL endemic;

30

Page 31: Lap case 4 HIS

South-Western Japan, Carribean Basin, Africa, South-Eastern United

States, dll.

HTLV-2 khusus Hairy-Cells Leukemia (Chronic Lymphoid Leukemia).

31

Page 32: Lap case 4 HIS

32

Page 33: Lap case 4 HIS

FAB Classification of Acute Myeloid Leukemia

a. M0 AML without cytologic maturation

Blast tidak dapat dikenali sebagai myeloid berdasarkan morphology dan

cytochemistry dan membutuhkan immunophenotyping untuk mendapatkan myeloid

antigen.

Agranular dan lack of Auer Rod.

33

Page 34: Lap case 4 HIS

Diagnosis : <3% myeloperoxidase (+), sudan black-B (+), >20% leukemic cells

expressing myeloid anigen (CD 13,14,33), dan absence of lymphoid organ.

Tidak terdapat cytogenetic abnormalities, tapi mempunyai complex karyotype

dengan abnormal chromosome 5 atau 7 dan trisomy chromosome 8 dan 13.

b. M1 AML with minimal maturation

Dominant myeloblast (>90%) dengan tanda tanda maturasi (<10% promyelocyte

atau sel-sel lain).

Diagnosis: terdapat Auer Rods, ± 3% blast reaktif terhadap sudan black atau

myeloperoxidase, mengekspresikan myeloid antigen, termasuk CD13, CD33, atau

CD14.

Auer rod: cytoplasmic inclusion that result frm an abnormal fusion of primary

granules. Appear as pink/purple staining rods/splinter shaped inclusion.

Umum pada anak-anak daripada orang dewasa.

Constitutional symptoms are common and hepatosplenomegaly.

Chemosensitive dan prognosisnya baik.

c. M2 AML with maturation

Leukemic marrow infiltrate menyeruoai M1 kecuali tanda terdapat maturasi ke atau

dibawah promyelocyte stage.

Tipe yang paling umum dari AML

Berhubungan dengan fusi gen ETO/AML1 dan dengan prognosis yang baik, ↑ rate

of remission dan relatively long median survival.

d. M3 acute premyelocytic leukemia

Leukemic iniltrate disusun oleh abnormal promyelocyte heavy granulation,

terkadang mengaburkan nukleusnya dan mengandung banyak cytoplasm.

Auer rod sering ditemukan dan beberapa sel dapat mengandung bundle atau stack of

Auer rod (faggot cell).

Nucleus dalam berbagai macam dan bentuk dan sering reniform (kidney shaped)

bilobed.

Selnya strongly positive dengan pewarnaan peroxidase dan biasanya negative pada

pewarnaan NSE.

Berhubungan dengan peningkatan insidensi DIC

Sign and symptomms : pteciae, small echymoses, heamturia dan pendaraan pada

venipuncture dan bone marrow site, dan coagulation abnormalities termasuk

34

Page 35: Lap case 4 HIS

memanjangnya prothrombin dan thrombin time, meningkatnya fibrin degradation

dan production, serts menurunnya jumlah plasma fibrinogen.

Thrombocytopenia yang cenderung lebih parah dibandingkan dengan tipe lain dari

AML.

Schisocyte evident of peripheral blood smear.

Unique feature: translocation chromosome 15 dan 17 associated with hybrigene

PML/RARα

Terdapat variantnya microagranular variant (M3M). Leukemic cell M2M

mempunyai granules yang dapat dilihat pada romanovsky stained smear. Secara

morfologis sel sel leukemic tampak monocytoid dengan prminent nuclear folding

dan abundant cytoplasm. Hamper semua nukleusnya reniform/bilobed. Granulation

is scant or absent.

e. M4 acute myelonocytic leukemia

Karakteristik: granulocytic dan monocytic differentiation.

Pada romanovsky: primary granulocytic differentiation, folded nuclei, dan moderate

to abundant cytoplasm (monocytic differentiation).

Diagnosis: peroxidase atau sudan black dan NSE peripheral blood monocyte count

> 5x109/L

Berhubungan dengan eosinophilia, biasanya ≥ 5% NEC

Large basophilic-staining granule.

Variant: M4E0, sangat berhubungan dengan abnormalitas chromosome 16 termasuk

delesi atau inverse tanjang panjang (16q), mempunyai median survival lebih lama

dari pada M4, the molecular genetic is hybrid gene CBF-β/MYH11.

f. M5

Terdapat dua variant:

M5a poorly differentiated

Dikarakteristikan dengan predominance of monoblast which large abundant

cytoplasm and distinct nuclei.

M5b well differentiated

Dikarakteristikan dengan spectrum of monocytic differentiation, termasuk

promonocyte dan monocyte. Peripheral blood smear tampak lebih banyak monocyte

daripada bone marrow smear.

35

Page 36: Lap case 4 HIS

Clinical manifestation berhubungan dengan monocyte propensity to migrate to

extramedullar site; kulit dan gusi terlibat; lymphadenopathy; spleen dan liver

enlargement; CNS involvement.

Peningkatan WBC value, median value 60x109/L.

DIC is common especially following therapy.

Abnormalities involving the long arm of chromosome 11 (11q).

g. M6 erytroleukemia

Dikarakteristikan dengan abnormal proliferation of erythroid and myeloid precursor.

Tedapat hypercellular bone marrow with marked erythroid hyperplasia.

Megalobastic changes dapat dilihat pada erythroblast bersamaan dengan gambarang

dysplastic lainnya.

Anemia, reticulocytropenia infecctive erythropoiesis.

Differential diagnosis: megaloblastic anemia from B12 deficiency, congenital

dyserytropoietic anemia, dan MDS (myelodysplastic syndrome).

h. M7 acute megakaryoblastic leukemia

Dikarakteristikan dengan neoplastric proliferation of megakaryoblast and atypical

megakaryocyte.

Morfologi: sel-sel yang kecil dengan sedikit cytoplasm, chromatin yang padat,

cytoplasmic projection, azurophilic granues resembling early granular

megakaryocyte.

Diagnosisnya dengan immunocytochemical of platelet antigen (CD1a)

Insidensi

- Leukemia di Unites States; 8-10 kasus per 100.000 individu per tahun.

- Tahun 1998; kurang lebih 28700 kasus tercatat (chronic dan acute).

- Insiden meningkat dengan umur 63 tahun (in US).

- Adults > children, dengan perbandingan 10:1.

- Male > female, dengan perbandingan 1-2:1.

Membedakan Acute Dan Chronic Leukemia

Acute Chronic

Age All ages Adults

Clinical onset Sudden Insidious

36

Page 37: Lap case 4 HIS

Course (untreated) < 6 mo 2-6 yr

Leukemic cells Immature Mature

Anemia Mild to severe Mild

Thrombocytopenia Mild to severe Mild

White blood cell count Variable Increased

Organomegaly Mild prominent

Clinical Feature

Pasien dengan acute leukemia secara klinik onset dari gejala dan tanda-tandanya

terjadi secara tiba-tiba dan hanya dalam beberapa minggu. Pasien terlihat butuh perhatian

medis, karena merasa lelah (weakness), perdarahan yang abnormal, atau gejala separti flu.

Adanya kerusakan pada bone marrow untuk memproduksi secara cukup dari jumlah

sel-sel yang normal oleh proloferasi dan akumulasi dari sel-sel leukemia dalam bone marrow.

Beberapa komplikasinya yaitu; anemia, thrombocytopenia, granulocytopenia.

Anemia fatigue, malaise, pallor.

Thrombocytopenia

- Yaitu reduction di dalam jumlah dari platelet dalam darah, akibatnya bleeding ke dalam

skin (purpura), spontaneous bruising, prolonged bleeding setelah injury. Diakibatkan

karena failure dari produksi platelet / excessive destruction dari platelets.

- Menyebabkan hemorrhagic disorder, dan bisa mengakibatkan Disseminated Intravascular

Coagulation (DIC).

- Mild mudah memar, ptechiae, mucosal bleeding. Severe GI tract, genitourinary

tract, CNS hemorrhage.

Granulocytopenia

- Yaitu reduction dari jumlah leukosit (type white cells) dalam darah.

37

Page 38: Lap case 4 HIS

- Severe karena infeksi; bakteri (staphylococcus, pseudomonas, Escherichia coli,

klebsiella), fungal (candida, aspergillus), virus (jarang terjadi).

Clinical Features Of Acute Leukemia

Pathogenesis Clinical Manifestations

Bone Marrow Failure

Anemia

Thrombocytopenia

Granulocytopenia

Fatigue, malaise, pallor

Bruising, bleeding

Fever, infections

38

Page 39: Lap case 4 HIS

Organ Infiltration

Marrow expansion

Spleen

Liver

Lymph nodes

Central nerve system

Gums, mouth

Bone or joint paint

Splenomegaly

Hepatomegaly

Lymphadenopathy

Neurologic symptoms

Gingival hypertrophy, oral lesion

Test Laboratorium:

Apus darah tepi : abnormal bervariasi sesuai subtype leukemia

Leukosit biasanya meningkat, dapat normal atau leucopenia, thrombositopeni

Pada apus darah tepi tidak selalu didapatkan sel muda leukosit, kadang-kadang sel

muda hanya didapatkan di bone marrow

Bone Marrow Smear: gambaran hiperselular yang mengandung 30-100 % sel blast,

kadang-kadang hasil aspirasi bone marrow drytap, hal ini terjadi pada keadaan:

o Bone marrow terlalu padat dengan sel-sel leukemia

o Fibrosis retikulum

o Nekrosis bone marrow

Pemeriksaan Cytochemical

Subtipe Mieloperoksidase/Sudan

Black

Kloroasetat

esterase

Esterase

nonspesifik

PAS

(periodic

Aud Schiff)

M0 - - - -

M1 + ± - -

M2 + ± - -

M3 + + - -

39

Page 40: Lap case 4 HIS

M4 + + + -

M5a - - + -

M5b - - + -

M6 + - ± +

M7 - ± ± +

Abnormalitas Kromosom Gambaran Morfologi

Trisomi 8 variabel

Monosomi 7 M2, M4, M5 M1, M3

Monosomi 5, delesi (5q) M2, M1

T (8;21)(q22;q22) M2, M4

T (15;17) (q21;q21) M3

T (9;11) (p22;q23 M2, M4, M5

Delesi (11) (q22-23) M2, M4, M5

Inversi (16) (p13;q22)delesi (16q) M4Eo, M5 M1

T (6;9) (p23;q34) M1, M2, M4

T (9;22) (q34;q11) M1

Evaluasi Lab Acute Leukemia

CBC

Platelet count

WBC diff count

40

Page 41: Lap case 4 HIS

Peripheral blood smear : blast atau sel imatur

Bone marrow ubtuk klasifikasi leukemia dari morfologi dan cytochemistry criteria

Kriteria WHO : minimum blast count adalah 20% dari darah perifer atau bone

marrow. Kriteria FAB : min.30%

Evaluasi morfologi :

Romanowsky (wright-giemsa)

Untuk klasifikasi apakah AML atau ALL

Auer rods : inklusi sitoplasmik akibat abnormal fusi dari granul primer dan

merupakan sifat khusus dari proses myeloproliferative -> AML

Pada pewarnaan tampak seperti pink atau purple staining

rods atau splinter inklusi

Feature AML ALL

Blast size Larger,uniform variable

Nuclear chromatin Finely dispersed Coarse to fine

Nucleoli 1-4,prominent Absent/1-2

Cytoplasm Abundant,fine granule Scant,coarse granule

Auer rod 60-70% cases Not present

Cytochemistry

Menggunakan special stain untuk mengidentifikasi komponen kimia dari sel

seperti enzim atau lipid

Untuk klasifikasi akut leukemia

Ada 5 pewarnaan :

Staining Site of act Cell stained (+) (-)

Myeloperoxidase Primary

granule

Late

myeloblast,granulocyte

AML ALL

Sudan Black B fosfolipid Late

myeloblast,granulocyte

AML ALL

Specific esterase sitoplasma Neutrophil

granulocyte,mast cell

AML ALL

Nonspecific

esterase

sitoplasma monocyte monocyte myeloblast

41

Page 42: Lap case 4 HIS

Perodic acid

schiff

glikogen Lymphocyte,

granulocye,

megakaryocyte

erythroleukemia

Immunologic marker study

Untuk diagnosis dan klasifikasi acute leukemia. Antibodi mendeteksi marker yang

berhubungan dengan cell lineage (lymphoid vs myeloid) dan stage maturasi

- Cell surface marker

Protein pada membran sel yang dpat dideteksi menggunakan flowcytometr dan

imunochemistry,tiap stage maturasi berbeda protein yang diekspresikannya

- Cytoplasmic marker

Cell marker studies can also be directed at cytoplasmic antigen

ALL :

T cell : cytoplasmic CD3

B cell : cytoplasmic CD22,CD79

AML :

CD13,CD33

- Terminal deoxynucleotidyl transferase (TdT)

Enzim nuklear unik (DNA polymerase) yang ada pada stem cell dan prekursor

B- dan T- lymphoid cell.

- Cytogenetics

Untuk diagnosis , subklasifikasi,prognosis,terapi yang tepat dan monitor efek

terapi. Contoh :

Abnormalitas kromosom : t (6;9)

Associated disorder : AML(M2) dan AMML (M4)

Interpretasi Bone marrow dan peripheral blood berdasar selularitas dan M:E

ratio

Selularitas :

42

Page 43: Lap case 4 HIS

Ratio sel nucleated hematopoietic terhadap sel lemak. Pada orang dewasa

normalnya 50%(±)

M:E ratio :

Pada orang dewasa dengan selularitas 50% ,sekitar 30-40% adalah

granulopoesis dan 10-15% eritropoesis dengan rata-rata M:E ratio adalah 4:1.

MANAGEMENT AML

2 principle objective:

a. Eradicate leukemic cell mass

b. Give supportive care

Tedapat 3 bentuk antileukemic therapy

1. Cytoreduction chemotherapy

Mainstay treatment

MOA cytotoxic chemotherapeutic: poison deviding cell by blocking DNA or

RNA synthesis.

Kombinasi dari beberapa obat dengan MOA yang berbeda diperlukan untuk

mengatasi leukemic cell drug resistance. Misalnya kombinasi antara

prednisone, vincristine, asparaginase untuk ALL anak-anak atau kombinasi

cytarabine dan daunorobinase untuk AML.

Obatnya diberikan dengan dosis substantial marrow toxicity.

Komplikasi: marrow hypoplasia dan cytopeia.

Untuk mengatasi komplikasi dapat diberikan hematopoietic groeth factor

granulocyte-macrophage ayau monocyte colony stimulating factor (GM-CSF)

atau granulocyte clony stimulating factor (G-CSF) improve the status of

supportive care pada pasien.

2. Radiotherapy

Merupakn terapi tambahan (adjuvant) untuk chemotherapy pasien yang

mempunyai local tissue involvement dan CNS prophylaxis.

3. bone marrow transplantation

43

Page 44: Lap case 4 HIS

allogenic bone marrow transplantation important treatment modality.

Bone marrow pasien dieradikasi secara lengkap oleh intensive chemotherapy

atau total body radiation.

Donor bone marrow diambil dari HLA compatible donor.

Donor cell dipersiapkan dan di infuskan ke pasien secra intravena.

Donor cells travel to the recipient “empty” marrow engaft (3-4 weeks)

multiply repopulate.

Hamatologic value akan kembali normal setelah 2-3 bulan.

Komplikasi: infeksi, hemorrhage, dan graft-versus-host disease.

Supportive care:

Tranfusi komponen darah, antibiotik, atau antijamur.

Dekontaminasi usus dengan kontimoksazol 2x3 atau siprofloxacin 2x500mg.

Alopurinol 300 mg/hari

Hentikan haid atau mencegah haid yang akan datang dengan linestral (endometri)

1-3x1 tablet.

Pemberian growth factor.

Fase pengobatan:

a. Induction therapy to attain a complete remission by decrease amount of leukemic cell

to an undetectable level.

b. Post remission to eliminate any residual undetectable disease and active cure.

Induksi Remisi:

Gold standar : regimen 3-7

Kombinasi :anrasiklin 3 hari + sitarabin 7 hari

Pada hari ke 14 dilakukan pemeriksaan sumsum tulang

Bila terjadi remisi parsial, diberikan terapi induksi dengan dosis yang sama

Alternatif terapi induksi remisi

Idorubisin 12 mg/mg/m2/hari bolus IV selama 3 hari, sitarabin 200mg/m2/hari

infus selama 7 hari

Siklofos 600mg/m2/hari bolus LU selama 1 hari, Eloposide 100mg/m2/hari,

infus 30 menit selama 3 hari

Terapi Post Remisi

44

Page 45: Lap case 4 HIS

Terapi diberikan untuk mempertahankan remisi, pilihan terapi:

1. terapi konsolidasi konvensional

diberikan sitarabin dosis tinggi dengan atau tanpa antarasiklin, sebanyak 1-6

siklus

daunorubin 45-60 mg/m2 bolus LU selama 2 hari sitarabin 200 mg/m2/hari

infus kontinu diberikan pada minggu ke-4, dilanjutkan sebanyak 2 siklus

setiap 4 minggu (regimen 2-5)

2. terapi Intensifikasi

diberikan kemoterapi dengan dosis lebih tinggi dari dosis terapi induksi

sitarabin 2mg/m2/infus 10 menit tiap 12 jam selama hari, Daunorubisin 45

mg/m2/hari bolus LU selama 3 hari

3. transplantasi sumsum tulang

Aloganik dilakukan pada penderita muda dengan donor yang cocok pada

remisi komplit pertama

Autologous menggunakan sumsum tulang penderita yang diinfuskan

kembali

o Kerugian: tidak adanya efek imunologis graft-versus-leukimia yang

mempunyai efek antileukemia dan adanya kemungkinan reinfus sel I

leukemia

4. terapi relaps atau refraktor

Mitosabtron 10mg/m2/hari, infus 30 menit selama 5 hari, Etoposide 100

mg/m2/hari, infus 30 menit pisahkan pemberian dengan 12 jam selama 5 hari

45

Page 46: Lap case 4 HIS

46

Page 47: Lap case 4 HIS

Prognosis AML

47

Page 48: Lap case 4 HIS

48

Page 49: Lap case 4 HIS

Leukemia Limfoblastik Akut

Definisi

LLA Adalah keganasan klonal dari sel-sel prekusor limfoid. Lebih dari 80% kasus, Sel-sel ganas

berasal dari limfosit B dan sisanya merupakan leukemia sel T.

Epidemiologi

Insidensi LLA = 1/60000 orang pertahun, dengan 75% pasien kurang dari 15 th.

Insidensi puncaknya 3-5 tahun.

Laki-laki lebih sering dari pada perempuan

Saudara kandung dari pasien LLA mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk

berkembang jadi LLA, sedangkan kembar monozigot dari pasien LLA mempunyai

resiko 20% untuk berkembang jadi LLA.

Etiologi

Penyebab LLA pada orang dewasa sebagian besar tidak diketahui.

Beberapa faktor lingkungan dan kondisi klinis yang berhubungan dengan LLA:

1. Radiasi ionic

2. Paparan dengan benzene kadar tinggi dapat menyebabkan aplasia sumsum tulang,

kerusakan kromosom dan leukemia

3. Meroko dapat sedikit menyebabkan resiko LLA pada usia diatas 60 tahun.

4. Obat kemoterapi

5. Infeksi virus Epstein barr berhubungan kuat dengan LLA

6. Pasien dengan syndrome down dan wiskott-aldrich punya resiko ya ng meningkat

untuk jadi LLA

Klasifikasi

1. Klasifikasi Imunologic

Precrusor B-Acut lymphoblastic leukemia (ALL) 70% : Common ALL (50%), null

ALL, Pre-B ALL

T-ALL (25%)

B-ALL (5%)

2. Klasifikasi morfologi the French-American-Britis (FAB)

49

Page 50: Lap case 4 HIS

L1 = Sel blas berukuran kecil seragam dengan dengan sedikit sitoplasma dan

nucleoli yang tidak jelas.

L2 = Sel blas berukuran besar heterogen dengan nucleoli yang jelas dan rasio inti

sitoplasma yang rendah.

L3 = Sel blas dengan dengan sitoplasma bervakuola dan basofilik.

Patgen :

Genetik syndrom Faktor lingkungan

Mutasi faktor transkripsi, delesi tumor supresor gen , hypermetilasi tumor supresor gen

Poliferasi lymphoblast meningkat

Ekspansi klonal di sumsum tulang Infiltrasi ekstramedular

Menekan hematopoesis Mata, liver, spleen, lymph node, tulang, scotum

Eritrosit turun trombocytopeni neutropeni

Anemia ekimosis petechiae

Fatigue, lethargi

Gambaran Klinis :

Anemia : mudah lelah, lethargi, pusing, sesak nyeri dada.

Anoreksia

Nyeri tulang dan sendi

Demam, banyak berkeringat (gejala hipermetabolisme)

Infeksi mulut, Saluran nafas atas dan bawah, selulitis/sepsis. 50

Page 51: Lap case 4 HIS

Perdarahan kulit (Petechiae, atraumatic ecchymosis), perdarahan gusi, hematuria.

Hepatomegali

Splenomegali

Limfadenopati, Masa di mediastinum

Keterlibatan organ lain : testis, Retina, Kulit, Pleura, Perikardium, Tonsil.

Gambaranan Laboratorium

Beberapa pemeriksaan Lab diperlukan untuk konfirmasi diagnostic LLA, KLasifikasi

prognostic dan perencanaan terapi yang tepat :

1. Hitung daraha lengkap (Complat blood count) dan apus darah tepi.

2. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang

3. Sitokimia

4. Imunofenotip (dengan sitometer arus/Flow cytometry)

5. Sitogenik

6. Biological molecular

Pendekatan Diagnostic

Lakukan anamnesa

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Laboratorium : Hitung darah lengkap, apus darah tepi, Pemeriksaan

koagulasi, kadar fibrinogen, kimia darah, golongan darah ABO dan Rh, Penentuan

HLA.

Fototorak atau computed tomography

Fungsi lumbal

Aspirasi dan biopsy susum tulang

Diagnostic Banding

Limfositosis, Limfadenopati, Hepatosplenomegali dan hepatosplenomegali yang

berhubungan dengan infeksi virus dan limfoma

Anemia aplastic

Sebelum Terapi

1. Metabolik

51

Page 52: Lap case 4 HIS

Hiperurisemia, hiperpospatemia dan hipokalsemia sekunder dapat terjadi pada

pasien dengan jumlah sel leukosit yang sangat banyak.

Hal ini memerlukan hidrasi intravena, alkalinisasi urin dan pemberian alpurinol

untuk mencegah akumulasi asam urat.

2. Infeksi

Selain mielosupresi, terapi LLA dapat menekan imunitas selular sehingga ada yang

memberikan pencegahan terhadap infeksi virus herpes dan pneumonitys carinii

3. Hematologic

Transfusi sel darah merah harus dihindari pada pasien hiperleukositosis karena

dapat meningkatkan secara mendadak viskositas darah dan mempresipitasi

leukositosis.

Pada keadaan hiperleukositosis (leukosit > 100.000 / mm3) dilakukan leukofresin

atau pemberian prednisone selama 7 hari atau vinkristin sebelum terapi induksi

remis dimulai.

Terapi

Keberhasilan terapil LLA : control sumsum tulang dan penyakit sistemikntya, juga

terapi atau pencegahan SSP.

Lama terapi bervariasi (1,5-3 tahun)

Dibagi menjadi :

1. Induksi Remis

2. Intensifikasi / Kosolidasi

3. Profilaksis susunan saraf pusat (ssp)

4. Pemeliharaan jangka panjang

1. Terapi induksi remis

Tujuannya adalah mencapai remis komplit hematologic yaitu eradikasi sel leukemia

yang dapat dideteksi secara morfologi dalam darah dan sumsum tulang dan

kembalinya hematopoiesis normal.

2. Terapi Intensifikasi / Konsolidasi

Setelah tercapainya remis komplit segera dilakukan konsolidasi tujuannya untuk

mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel

yang resisten obat.

52

Page 53: Lap case 4 HIS

3. Profilaksis SSP

Sekitar 50%-70% Pasien tidak terapi tidak mengalami relaps pada SSP.

Profilaksis SSP dapat terjadi dari kombinasi kemloterapi intratekal, radiasi cranial

dan pembeian sistemik obat yang mempunyai bioavaliabilitas SSP yang tinggi

seperti metrotreksat dosis tinggi dan sitarbin dosis tinggi.

4. Pemeliharaan jangka panjang

Terapi ini terdiri dari 6-merkaptopurin tiap hari dan metrotreksa seminggu sekali

selama 2-3 tahun.

Modifikasi dosis

Vinkristin 1 mg bila bilirubin > 2 mg %

Doksorubisin : Dosis diturunkan 25% Bila bilirubin 2-3 mg%, 50% Bila bilirubin 3-

4%, 75% Bila bilirubin > 4 mg%

Metotreksat : dosis diturunkan 25% bila kreatinin 1,5-2 mg%, 50% bila kreatinin >

2mg%

Prognosis

LLA dewasa tidak sembuh dengan kemoterapi saja dan hanya 30% yang dapat

bertahan hidup lama. Harapan sembuh tergantung dari terapi yang lebih intensif.

Pasien yang semuh dengan kemoterapi adalah anak usia 15-20 tahun

CHRONIC MYELOGENOUS LEUKEMIA

Definisi

53

Page 54: Lap case 4 HIS

Suatu chronic myeloproliferative disorder yang dikarakteristikan oleh peningkatan

granulosit di peripheral blood yaitu neutrophil immature, eosinophilia dan basophilia. Serta

adanya granulocytic hyperplasia pada bone marrow.

Etiologi

Etiologi dari >95% kasus CML tidak diketahui.

Hal yang meningkatkan resiko :

- Exposure ionizing radiation

- Cytotoxic Drugs

- Biologically Active Chemical

Bukan merupakan suatu inherited disease tetapi lebih ke arah acquired.

Epidemiologi

Insidensi : 1,6 kasus / 1000 populasi

Male : female = 4 : 1

Median Age, sekitar umur 45 dan 55 tahun

12% - 30% pasien berumur > 60 tahun

Gambaran Klinis

Dapat asymptomatic dan symptomatic

Ketika symptomatic :

- General malaise

- Fullness pada upper abdomen

- Kehilangan nafsu makan

- Berkeringat malam dan BB turun

- Sakit-sakitan

- Gejala-gejala anemia

- Later stage : pruritus, diare, peptic ulcer

Hasil PE :

- Minimal to moderate splenomegaly

- Hepatomegaly

CML dikarakteristikan melalui 3 phase :

1. Chronic Phase

54

Page 55: Lap case 4 HIS

o 85% pasien

o Progresinya tetap

o Masih berespon terhadap chemotherapy

2. Accelerated Phase

Gejalanya :

o Unexplained fever

o Significant Weight Loss

o Progressive Leukocytosis

o Worsening Splenomegaly

o Bone and Joint pain

o Bleeding

o Thrombosis

o Infeksi

3. Blast Phase

Konversi CML ke bentuk aggressive dari acute leukemia yang sulit untuk

disembuhkan.

Pathogenesis

Terjadi reciprocal translocation pada kromosom 9 dan kromosom 22

Ph chromosome

Head to tail fusion BCR gene pada kromosom 22 dengan ABL gene pada kromosom 9

BCR-ABL gene

Menghasilkan 210-kDA protein dengan aktivitas tyrosin kinase ( p210BCR-ABL )

Efek BCR-ABL gene fusion :

- Peningkatan kapasitas proliferasi

- Penundaan maturasi

- Kurangnya responsiveness terhadap regulator normal pertumbuhan

- Mencegah apoptosis55

Page 56: Lap case 4 HIS

- Defective adhesion ke bone marrow stromal component sehingga

pelepasan bentuk immature ke blood stream terjadi lebih awal.

Laboratory Finding

Peripheral Blood

- Neutrophilic Leucocytosis dengan bentuk immature

- Basophilia / Eosinophilia

- Thrombocytosis

- Anemia

- Blast ( <10% ) pada chronic phase

- LAP score

- LDH ↑

- Uric acid ↑

- Vitamin B12 ↑

Bone Marrow

- Granulocytic hyperplasia

- Blast <10% pada chronic phase

- Megakaryocyte ↑

- Myelofibrosis ( mild/moderate )

- Monocyte < 3%

Genetic Studies

- Ph chromosome + ( 90-95%) melalui rourine cytogenetic

- BCR-ABL + ( > 95% ) melalui FISH atau RT-PCR

Treatment

Interpheron Alpha + Low Dose Cytarabine

Berefek adanya complete hematologic response dan mayor cytogenetic remission

sehingga survivalnya tinggi dan waktu ke arah blast phase memanjang.

Imanitib Mesylate ( Gleevec )

- Merupakan first line treatment

56

Page 57: Lap case 4 HIS

- MOA : menghambat aktivitas mutan tirosin kinase pada BCR-ABL fusion gene

- Mengobati seluruh phase CML

- Bila terjadi resistensi imanitib, digunakan Dasatinib ( kinase receptor inhibitor )

Bone Marrow Transplantation

- Efektif jika dilakukan pada awal penyakit atau pada chronic phase

- Long time survival 78%

Prognosis

Prognosis pada tiap phase berbeda-beda

SIstem untuk memprediksi prognosis CML : Sokol Score

Sokol Score ini dihitung dari :

- Umur

- Ukuran Spleen Hasilnya dikelompokkan ke dalam 3 survival group :

- Jumlah Platelet 2,5 tahun, 3,5 tahun dan 4,5 tahun.

- Jumlah Blast

Differential Diagnosis

1. Reactive Granulocyte Leukocytosis/ Leukemoid Reaction

- LAP score ↑

- Ph chromosome -

- Tidak ditemukan basophilia dan eosinophilia

2. Jenis-jenis CMPDs lainnya

- Idiophatic Myelofibrosis : LAP Score

- Polycythemia Vera : LAP score ↑

3. Chronic Neutrophilic Leukemia

- Neutrophilic Hyperplasia Bone Marrow

- Tidak ditemukan basophilia dan eosinophilia

- Ph chromosome –

- LAP score ↑

4. Chronic Eosinophilic Leukemia

57

Page 58: Lap case 4 HIS

- Peningkatan eosinophil > 1500/mikroliter di peripheral blood

- Ph chromosome –

- Blast < 20% di darah dan bone marrow

5. Atypical Chronic Myeloid Leukemia

Lack of Ph chromosome dan BCR-ABL gene.

Chronic Lymphocytic Lymphoma

Merupakan suatu neoplasia yang dikarakteristikan dengan akumulasi monoclonal populasi CD5 + B lymhocyte di darah, bone marrow dan jaringan lymphoid.

Faktor resiko :

a. Usia > 67 tahunb. Pria > wanita c. B cell > T cell d. Terpapar zat karsinogenik, peptisida, sinar matahari

Etiologi :

Abnormal kromosom 12, 11,13, 6, dan 17

Tanda dan Gejala :

a. 25 % asimtomatik b. Fatigue, malaise, weight lossc. Reccurent infeksid. Bleeding dan anemia e. Lymphadenopathyf. Spleno dan Hepatomegalyg. Extranodular ( Lung parencyma, pleura, GI ulceration, malabsopsi )

Patgen

Abnormal kromosom 12,13,11,6 & 7

Peningkatan Bcl 2

58

Page 59: Lap case 4 HIS

Poliferasi sel β meningkat

Terjadi akumulasi, long live, dan poorly functional lymphocyte

Kegagalan aktivitas imunologi Bone marrow replacement Splenomegaly Infiltrasi of lymph node

Infeksi Autoimun phenomenon Hypersplenism Massive adenopathy

Autoimun hemolitic anemia anemia, trombocytopenia, neutropenia

Diagnosis

a. Monoclonal lymphocytosis b. Scanty c. Bluish sytoplasma d. RBC normocrom normocytice. Trombocitopenia f. Marrow finding : Infiltrasi leukemic lymphocytic g. Lymphoid finding : Diffuse infiltration of small lymphocyte h. Imunologic: Surface imunoglobulin

DD

a. Infeksi Toxoplasma Gondii b. Sub akut CLL c. Hairy cell leukimia

Terapy

a. Indikasi terapy : anemia, trombocytopenia, painfull spleen,symtomatic lymphadenopathy

b. Teurapetic agent : Deoxyadenosine analogue ( fluradabine, cladribine, pentosantin)c. Alkaliting agent : Clorambucil, bendamustine, cyclophospamide, alemtuzumad,

rituximab d. Glukokortikoid : Prednisone e. Splenectomy

59

Page 60: Lap case 4 HIS

f. Therapy radiasi

Prognosis

a. 5 years survival rate < 50 % b. 10 years survival rate 30 %

60

Page 61: Lap case 4 HIS

PATMEK

Mrs. Amelia (35 th)

Enviromental factor Inherited Condition

(radiation, benzena,smoke, (down-turner syndrome, sibling

Alcalyting agent, cytotoxic drug) with AML)

Chromosomal translocation (CBF-beta & AML I)

Oncogen mutation (RAR, HOX family, MLL)

(FES, FOS, GATA-1, MPL)

Abnormal transcription dan translation

Mutant protein

Hematopoietic alteration

Erythropoiesis Thrombocytopoiesis Granulopoiesis alteration

RBC ↓ platelet ↓ proliferasi-msturasi ↑

O2 dan energi disirkulasi ↓ thrombocytopenia neutrofil mature ↓

Pale fatigue pale early bleeding ginggiva sistem imun↓

Conjungtivas dan extrimity mudah terinfeksi

Kompensasi organ lain spontaneous ginggival fever

Dypsnea on liver&spleen bleeding dan purpura

Exertion extramedullary extrimity

Erythropoiesis

Liver&spleen

Enlargement

61

Page 62: Lap case 4 HIS

BHP

- Jelaskan tentang penyakit yang dideritanya

- Jelaskan tentang terapi dan efek samping

- Menyarankan mengikuti kelompok konseling

IIMC

“janganlah kamu berusaha lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati. Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya. Jika kamu orang-orang yang beriman”

(Q.S Al-Imran ; 139)

62