laboratorium dasar transmisi - · pdf filebesaran terlambat (retarded value) 2. ... vektor...
TRANSCRIPT
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2015
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
2 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
SAP ELEKTROMAGNETIKA II
Mata Kuliah : Elektromagnetika II
Kode Mata Kuliah : TTG3C3
Program Studi : S1 TT
SKS : 3
Semester : 5
Minggu Pertemuan Materi
Kompetensi Referensi Topik Sub Topik
1
1
Persamaan Maxwell
untuk Medan Dinamis
1. Konsep dan Arti Fisis tentang Empat Persamaan Maxwell
1. Mahasiswa menguasai konsep dan arti fisis tentang Empat Persamaan Maxwell serta konsep Retarded Value
[HYATT ’01] CH. 10 [ISKANDER ’92] CH. 2.12 s.d 2.14
2
2. Konsep Nilai Besaran Terlambat (Retarded Value)
2. Mahasiswa mendapatkan gambaran tentang penerapan konsep tentang Empat Persamaan Maxwell serta konsep Retarded Value, khususnya dalam bidang Telekomunikasi
2 3 Propagasi
Gelombang Datar
3. Penurunan Persamaan Helmholtz dari Persamaan Maxwell
1. Mahasiswa menguasai penurunan Pers. Helmholtz dari Persamaan Maxwell
[HYATT ’01] CH. 11.1 – 11.5
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
3 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
4. Perambatan Gelombang pada Berbagai Medium (Dielektrik Merugi)
2. Mahasiswa dapat melakukan analisis pada peristiwa perambatan pada Berbagai Medium (Dielektrik Merugi, Dielektrik Sempurna, Vakum, Konduktor : Efek Kulit) dengan Parameter Primer dan Parameter Sekundernya
[ISKANDER ’92] CH. 3.11 s.d 3.12
5. Dielektrik Sempurna, Vakum, Konduktor : Efek Kulit, dengan Parameter Primer dan Parameter Sekundernya
4
6. Vektor Poynting dan Analisis Daya
3. Mahasiswa menguasai analisis Vektor Poynting dan Analisis Daya pada perambatan gelombang, serta Polarisasi Gelombang
7. Polarisasi Gelombang
3
5
8. Pantulan gelombang sudut datang nol
1. Mahasiswa menguasai analisis peristiwa pantulan gelombang sudut datang nol
[HYATT ’01] CH. 12.1 – 12.2 [ISKANDER ’92] CH. 5 & CH. 6
6
9. Konservasi Daya dalam Pantulan
2. Mahasiswa menguasai analisis Konservasi Daya dalam Pantulan, Standing Wave Ratio dan Impedansi Input
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
4 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
10. Standing Wave Radio dan Impedansi Input
4
7
11. Matching Gelombang
1. Mahasiswa menguasai analisis permasalahan Matching Gelombang
[HYATT ’01] CH. 12.3 [ISKANDER ’92] CH. 5
8
12. Radome (med1|med2|med1 - med1|med2|med3)
2. Mahasiswa dapat melakukan analisis dan desain Radome (med1|med2|med1 -med1|med2|med3)
5
9
13. Perambatan GEM pada arah sembarang
1. Mahasiswa menguasai analisis perambatan GEM arah sembarang
[HYATT ’01] CH. 12.4-12.6 [ISKANDER ’92] CH. 6
10
14. Pantulan Sudut-Datang Tak-Nol dan Nol : Gelombang Berdiri
2. Mahasiswa menguasai analisis Pantulan Sudut-Datang Tak-Nol dan Nol (Hukum Snell): Gelombang Berdiri
6
11 Saluran
Transmisi
15. Model dan Persamaan Saluran Transmisi
1. Mahasiswa dapat menurunkan Persamaan Model Inkremental Saluran Transmisi
[HYATT ’01] CH. 13.1 – 13.3 [ISKANDER ’92] CH. 7 16. Macam-macam
Saluran Transmisi dengan Parameter Primer dan Sekundernya, Saluran Distortionless dan Lossless
2. Mahasiswa menguasai perbedaan bermacam-macam Saluran Transmisi dengan Parameter Primer dan Sekundernya, Saluran Distortionless dan Lossless
12 17. Kasus 1 : Saluran Tak-merugi Beban Sesuai (V, I, P)
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis (V, I, P) berbagai
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
5 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
18. Kasus 2 : Saluran Tak-merugi Beban Tak-Sesuai (V, I, P)
kasus Saluran Transmisi: Saluran Tak-merugi Beban Sesuai , Saluran Tak-merugi Beban Tak-Sesuai, Impedansi input dan VSWR, Saluran Istimewa (λ/2, λ/4, ZL = 0, ZL = ∞), dan Saluran Merugi
19. Impedansi Input dan VSWR
20. Kasus 3 : Saluran-saluran Istimewa (λ/2, λ/4, ZL=0,
ZL=∞) 21. Kasus 4 : Persoalan Saluran Merugi
7
13
22. Penyesuaian Impedansi dengan Transformator 1/4 panjang gelombang
1. Mahasiswa menguasai analisis dan desain Penyesuaian Impedansi dengan Transformator ¼ l serta stub-tunggal
[HYATT ’01] CH. 13.3 [ISKANDER ’92] CH. 7
23. Konsep lebar-pita Frekuensi untuk Sistem Saluran Transmisi
14
24. Penyesuaian Impedansi dengan Stub-Ganda dengan Smith chart
2. Mahasiswa menguasai Konsep lebar-pita frekuensi pada sistem saluran transmisi
8
15
25. Smith-Chart : Pembuatan dan Penggunaan
1. Mahasiswa mendapatkan gambaran tentang pembuatan Smith-Chart
[HYATT ’01] CH. 13.4 – 13.5 [ISKANDER ’92] CH. 7
16
26. Penyesuaian Impedansi dengan Stub-ganda dengan Smith Chart
2. Mahasiswa dapat menggunakan Smith Chart untuk penyesuaian impedansi dengan Transformator ½λ, Stub Tunggal, dan Stub Ganda.
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
6 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
9
17
Bumbung Gelombang
27. Bumbung Gelombang Persegi (BGP)
1. Mahasiswa memahami analisis Medan Elektromagnetik dalam BGP
[HYATT ’01] CH. 14.1 & 14.4
28. Analissis Medan Elektromagnetik dalam (BGP)
2. Mahasiswa menguasai karakteristik Gelombang Mode TMmn beserta Parameter Primer dan Sekundernya pada BGP
18
29. Gelombang Mode TMmn, Parameter Primer dan Sekunder
10
19
30. Gelombang Mode Temn, Parameter Primer dan Sekunder
1. Mahasiswa menguasai karakteristik Gelombang Mode TEmn beserta Parameter Primer dan Sekundernya pada BGP
[HYATT ’01] CH. 14.1 & 14.4
31. Tinjauan Daya dan Rugi-rugi
2. Mahasiswa menguasai analisis Daya dan Rugi-rugi pada BGP
20
32. Rongga Resonator
3. Mahasiswa menguasai analisis medan Elektromagnetik pada Rongga Resonator Persegi
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
7 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
11
21
33. Bumbung Gelombang Sirkular (BGS)
1. Mahasiswa menguasai karakteristik Gelombang Elektromagnetik Mode TMnl dan TEnl, Parameter Primer dan Sekundernya pada BGS
[RAMO’65] CH. 3.26 & CH. 7.16
34. Analisa Medan Elektromagnetik dalam BGS
2. Mahasiswa memahami analisis Gelombang Elektromagnetik pada Serat Optik
22
35. Gelombang Mode TMnl dan Tenl, Parameter Primer dan Sekunder
36. Pengenalan Serat Optik
12
23
Radiasi Gelombang
37. Analisa Medan Radiasi Filamen Pendek, Diagram Arah
1. Mahasiswa memahami konsep analisis Medan Radiasi GEM oleh Filamen Pendek
[HYATT ’01] CH. 14.6 [ISKANDER ’92] CH. 9
24
38. Aproksimasi untuk Medan Jauh, Daya Pancar, Tahanan Pancar
2. Mahasiswa menguasai karakteristik radiasi gelombang pada aproksimasi Medan Jauh: Diaram Arah, Daya Pancar, Tahanan Pancar
13 25
39. Dipole Pendek 1. Mahasiswa menguasai konsep karakteristik medan jauh dari radiasi gelombang oleh: Dipole Pendek, Dipole ½ l, dan Monopole
[HYATT ’01] CH. 14.6 [ISKANDER ’92] CH. 9
40. Dipole 1/2 lambda
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
8 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
26 41. Monopole
14
27
Aplikasi Lain
Persamaan Maxwell
42. Penurunan Teori Rangkaian Elektrik Frekuensi Tinggi
1. Mahasiswa memahami penurunan Teori Rangkaian Elektrik Frekuensi Tinggi berdasarkan Hukum Maxwell
[HYATT ’81] CH. 13.3 & CH. 13.2
28
43. Rongga Resonator Koaksial
2. Mahasiswa menguasai karakteristik medan elelektromagnetik pada Rongga Resonator Koaksial
Referensi :
[1] William H. Hayt, Jr.John A Buck, Engineering Electromagnetics 6th Edition. McGraw-Hill
Companies, 2001
[2] Magdy F. Iskander, Electromagnetics Fields and Waves, Prentice Hall International. 1992
[3] Stuart M, Wentworth, Fundamental of Electromagnetics with Engineering Applications,
John Wilet & Sons, inc.2005
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
9 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
PERATURAN PRAKTIKUM
Kelengkapan Praktikum
Dalam pelaksanaan praktikum, praktikan diwajibkan memakai seragam kuliah
sesuai dengan peraturan Telkom University (No Jeans) dan berkaos kaki.
Praktikan wajib membawa kartu praktikum yang telah ditempel foto, dicap saat
pengumpulan TP pertama.
Tugas Pendahuluan
TP tidak bersifat wajib dan dikerjakan secara perseorangan
Seluruh TP dikumpulkan secara bersamaan pada waktu yang telah ditentukan
(Senin, 07.00-09.00).
Pengumpulan TP boleh diwakilkan.
Praktikan yang tidak mengumpulkan TP berhak mengikuti kegiatan praktikum
dengan nilai TP=0.
TP ditulis tangan dan dikerjakan pada buku praktikum yang sudah ditentukan
sebelumnya.
Buku TP berukuran A5, 25 Lembar, Sampul Koran, Cover HVS berwarna hijau
dengan template yang sudah ditentukan.
Kartu praktikum ditempel dihalaman depan buku praktikum.
Soal TP WAJIB dikerjakan semua jika tidak, maka nilai TP=0
Aturan pengerjaan TP sesuai dengan modul yang dipraktikumkan.
Keterlambatan pengumpulan TP maksimal 20 menit. Untuk keterlambatan 10
menit pertama mendapat potongan nilai 20%, untuk keterlambatan 10 menit
kedua mendapat potongan nilai 40%.
Kehadiran
Praktikan datang 10 menit sebelum praktikum dimulai.
Keterlambatan lebih dari 20 menit, DILARANG MENGIKUTI
PRAKTIKUM dan tidak ada praktikum susulan bagi yang terlambat.
Jika praktikan hadir dengan tidak melengkapi kartu berfoto maka praktikan diberi
waktu meninggalkan ruangan untuk melengkapinya
Praktikan diharuskan mengikuti semua modul praktikum.
Apabila tanpa kejelasan dimana praktikan tidak menghadiri salah satu atau lebih
kegiatan praktikum, maka praktikan dinyatakan tidak lulus.
Tes awal
Tes awal dilaksanakan pada saat sebelum praktikum.
Tes awal bersifat lisan
Tes awal berlangsung selama 15-20 menit dan bersifat close book.
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
10 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Pelaksanaan Praktikum
Shift I : 06.30 – 09.00
Shift II : 09.30 – 12.00
Shft III : 12.30 – 15.00
Shift IV: 15.30 – 18.00
Tukar Jadwal
Tukar jadwal dilakukan paling lambat satu hari sebelum pelaksanaan praktikum.
Tukar jadwal hanya bisa dilakukan sesama praktikan dengan modul yang sama
dalam 1 periode praktikum.
Form tukar jadwal harus ditanda tangani oleh Asisten Laboratorium.
Penilaian Praktikum
Persentase penilaian praktikum :
TP : 20%
Tes Awal : 15%
Praktikum : 30%
Jurnal : 35%
Syarat Kelulusan
Praktikan wajib mengikuti semua modul
Nilai rata-rata praktikum ≥ 65
Bandung, 31 Agustus 2015
Koordinator Asisten
Muhammad Reza
1101120206
Ketua Divisi Praktikum
Intan Rizkyani Sarah
1101120089
Mengetahui,
Pembina Lab Dasar Transmisi
Saleh Dwi Mardiyanto, S.T., M.T.
NIP 07730365-4
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
11 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
TIM PRAKTIKUM
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI
Pembina : Saleh Dwi Mardiyanto, S.T., M.T.
Koordinator Asisten : Muhammad Reza
Kepala Sekolah : Muhammad Faikar Widjanarko
Divisi Administrasi : Benedicta Donna Privera Loudoe
Tara Damayanti
Divisi Praktikum : Intan Rizkyani Sarah
Arfan Husni Rahmanto
Viona Apryaleva
Divisi Alat : Muhammad Faikar Widjanarko
Muhammad Reza
Rafly Sidiq Affyanto
Asisten Praktikum : Arfan Husni Rahmanto
Benedicta Donna Privera Loudoe
Intan Rizkyani Sarah
Muhammad Faikar Widjanarko
Muhammad Reza
Rafly Sidiq Affyanto
Tara Damayanti
Viona Apryaleva
Asisten Riset : Intan Rizkyani Sarah
Muhammad Faikar Widjanarko
Muhammad Reza
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
12 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
yH
MODUL I
POLARISASI MEDAN RADIASI, TRANSMISI DAN
REFLEKSI GELOMBANG
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami prinsip kerja probe medan-E.
2. Mengamati dan mampu menganalisa polarisasi medan yang teradiasi.
3. Mengetahui dan memahami prinsip polarisasi gelombang.
4. Mengamati jarak terjadinya kejadian interferensi gelombang (transmisi dan
refleksi).
5. Mengetahui hubungan SWR dengan faktor refleksi || dan transmisi |T|
II. TEORI DASAR
Gelombang elektromagnetik terdiri dari komponen gelombang elektrik dan
gelombang magnetik yang saling tegak lurus dalam arah perambatan gelombangnya.
Gambar 1.1. Gelombang ELektromagnetik
Sebagai penangkap gelombang elektromagnetik, digunakan Probe medan-E
yang pada dasarnya merupakan sebuah antena horn dan sebuah detektor dioda.
Antena horn berfungsi sebagai penyedia tegangan RF (URF) yang besarnya
sebanding dengan kuat medan elektrik yang akan dicari. Yang ditangkap oleh probe
medan-E adalah gelombang medan elektrik (E) sehingga didapat informasi berupa
xE
Arah propagasi GEM
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
13 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
daya terima probe medan-E dan juga dapat diamati SWR-nya (penjelasan SWR di
halaman berikutnya). Untuk menghilangkan pengaruh frekuensi yang sangat besar
akibat adanya pengaruh kapasitansi dari antena horn serta rangkaian lainnya, maka
antena horn harus di damp dengan bahan resistif yang sesuai.
Kuat medan elektrik dari sebuah medan elektromagnetik (medan gelombang
mikro) dapat ditentukan dengan cara meletakkan probe medan-E pada posisi yang
berbeda terhadap antena horn.
Gambar 1.2 Prinsip probe medan E
Besarnya level tegangan UREC sebanding dengan amplitudo kuat medan
elektrik E di mana probe medan-E ditempatkan. Jika kuat medan tersebut cukup kecil
maka UREC akan sebanding dengan kuadrat dari amplitudo kuat medan elektriknya.
2ˆ.EKEREC
Urec = daya yang terekam di antenna
dengan: 20
^
4 R
qE
dan K = Konstanta (m2/V)
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
14 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Medan gelombang uniform yang berjalan dari arah–z mempunyai persamaan (lihat
Gambar. 1 ) :
Keterangan :
xoE : Amplitido medan (Volt)
α : Konstanta redaman (Neper/meter)
β : Konstanta Fasa (radian/meter)
: Impedansi intrinsik
xa
: bergetar ke sumbu x
ya
: bergetar ke sumbu y
z : merambat ke sumbu z
SIFAT PROPAGASI GELOMBANG DI BERBAGAI BAHAN
Suatu medium propagasi mempunyai ciri dasar yang membedakan dengan
medium lain. Ciri dasar tersebut dapat kita kelompokkan dalam parameter primer,
yaitu :
a. σ (Konduktivitas), sifat bahan berdasarkan sifatnya sebagai penghantar.
b. μ (Permeabilitas), sifat bahan berdasarkan kemagnetannya.
c. ε (Permitivitas), sifat bahan berdasarkan kelistrikannya.
Dari parameter primer tersebut, juga dapat ditentukan parameter sekundernya,
yaitu :
a. γ (Konstanta propagasi)
b. η (Impedansi Intrinsik)
x
z
xo aωt-βzeEtzE
cos,
y
zxo aωt-βzeE
tzH
cos,
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
15 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Tabel 1. Parameter di berbagai medium
Parameter Medium
Vakum
Dielektrik sempurna
Dielektrik merugi Konduktor yang baik
Primer
σ 0 0 ≠ 0 ∞
μ μ0 μ0.μr μ0.μr μ0.μr
ε ε0 ε0.εr ε0.εr ε0.εr
μr 1 ≥ 1 ≥ 1 ≥ 1
εr 1 ≥ 1 ≥ 1 ≥ 1
Sekunder
γ jβ 𝑗
𝜔
𝑐 √ μr εr
𝑗𝜔 √με√1 − j tan θ
1
𝛿 + 𝑗
1
𝛿
η 120π 120𝜋 √μr
εr
√μ
ε
1
√1 − j tan θ
√2
σδ e
jπ
4
α 0 0 Re(γ) β
tan θ 0 0 ≠ 0 ∞
Contoh
udara Mika, nilon, kertas, karet
Air laut Emas, perak , tembaga, aluminium
Catatan : μ0 = 4π x 10-7 Henry/meter
ε0 = 8,85 x 10-12 Farad/meter
POLARISASI MEDAN RADIASI
Medan gelombang mikro merupakan medan elektromagnetik yang terdiri atas
medan elektrik E dan medan magnetik H yang secara umum berubah terhadap posisi
dan waktu.
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
16 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
E1
E2
)2cos()(^
xxx ftEtE
)2cos()(^
yyy ftEtE
)2cos()(^
zzz ftEtE
Polarisasi adalah arah orientasi gelombang elektro-magnetik (horisontal atau
vertikal) yang relatif terhadap bidang referensi.
Macam-macam polarisasi:
1. Polarisasi Linier
Polarisasi dimana terdapat perbedaan fasa antara dua gelombang dengan
amplitude bisa sama atau berbeda.
Syarat : 1. yxEE atau yx
EE
2. (φy – φx) =0, ± π
x
y
Contoh gelombang polarisasi vertical : Pemancar FM
Contoh gelombang polarisasi horizontal : Pemancar TV
dstnn
...,2,1,0
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
17 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
E1
E2
E1
E2
2. Polarisasi sirkular
Polarisasi dimana terdapat perbedaan fasa antara dua gelombang
dengan amplitude yang sama.
Syarat : 1. 1Ey
Ex
2. (φy – φx) = ± 𝜋
2 , ±
3𝜋
2 , …
X X
y y
Sirkular Putar Sirkular Putar
Kanan Kiri
Contoh Gelombang Polarisasi Sirkular :
Pada sistem komunikasi seluler misalnya pada pemancaran gelombang
radio.
x
E3
E4
x
E3
E4
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
18 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
x
E1
E2
E1
E2
E2
E1
E1
Ēx = Ēxo cos (ωt – βz) Ēy = Ēyo cos (ωt – βz + δ)
Ē = Ēx âx + Ēy ây
3. Polarisasi Eliptik
Polarisasi dimana terdapat perbedaan fasa antara kedua gelombang
dengan amplitudo yang berbeda.
Syarat : 1. sembarangEy
Ex
2. (φy – φx) = sembarang
X X
Y Y
Eliptic Putar Kanan Eliptic Putar Kiri
Pembangkitan Polarisasi sehingga didapat persamaan polarisasi :
dengan
dan
E3
E4
E3
E4
x x
E2
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
19 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
PLF = sin 2𝛗
2
POLARIZATION LOSS FACTOR (PLF)
Jika Polarisasi yang diterima oleh probe medan-E tidak sama dengan polarisasi
gelombang datang, ketidaksamaan ini disebut ketidaksesuaian polarisasi (polarization
mismatch).
Perbedaan polarisasi tersebut membentuk beda sudut sebesar φ, sehingga daya
terima probe medan-E akan mengalami penurunan yang dinyatakan dengan PLF
Untuk polarisasi medan linear vertikal didapat :
PLF = cos2 φ
Untuk polarisasi medan linear horizontal didapat :
Jika gelombang datang memiliki polarisasi yang sesuai dengan polarisasi probe
medan-e maka PLF akan sama dengan 1 sehingga didapat daya maksimum. Lalu kapan
didapat daya minimum ? (lakukan percobaan).
SWR
Gelombang berdiri dihasilkan oleh superposisi antara gelombang datang (arah +z)
dan gelombang pantul (arah –z). Pada saat gelombang elektromagnetik mengenai probe
medan-E sebagian gelombang dipantulkan dan sebagian lagi diteruskan. SWR (Standing
Wave Ratio) yaitu derajat terbaginya gelombang menjadi gelombang berjalan dan
gelombang berdiri dinyatakan dengan perbandingan harga maksimum terhadap harga
minimum gelombang yang bersangkutan. Dengan mengasumsikan bahwa gelombang
dalam arah –z (gelombang pantul) akan bertemu dengan gelombang berarah +z
(gelombang datang), di mana kedua gelombang mempunyai amplitudo yang sama namun
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
20 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
dalam arah yang berlawanan, maka akan diperoleh persamaan gelombang berdiri
sebagai berikut:
zftE
c
ztf
c
ztfEztE
x
xx
2sin2sin2
2cos2cos),(
zftx
E
c
ztf
c
ztfx
Ezt
yH
2sin2sin2
2cos2cos),(
Vektor Poynting Dan Koefisien Pantul
Hubungan antara vektor medan magnet, vektor medan listrik dan vektor poynting
ditunjukkan dengan persamaan berikut:
= dengan
dimana vektor poynting merupakan vektor rapat daya sesaat.
Pada gelombang yang mengenai plat dielektrik hanya sebagian yang dipantulkan,
perbandingan antara gelombang pantul dan gelombang datang (asli) disebut faktor
pantul :
= medan pantul.
= medan datang.
Dan rasio daya pantul dengan daya datang adalah
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
21 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Γ = |Γ|
Koefisien pantul selain memiliki magnitude juga berfase = jr yang menggeser
gelombang pantul dari gelombang datang semula. Bentuk kompleks dari faktor pantul
adalah :
Hubungan SWR Dengan Koefisien Pantul
SWR didefinisikan sebagai perbandingan antara medan maksimum dan medan
minimum :
1
1
min
max
E
ESWR
Hubungan Koefisien Pantul Dengan Koefisien Transmisi
Koefisien transmisi adalah perbandingan gelombang yang diteruskan dengan
gelombang yang datang.
11E
E
E
EET
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
22 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
III. Overview Praktikum
Pelaksanaan Praktikum
Praktikum modul ini bertujuan untuk menganalisis dan mengamati konsep dari
radiasi gelombang berhubungan dengan polarisasi gelombang, transmisi dan refleksi
gelombang serta SWR. Kita akan menggunakan sebuah Antena horn berfungsi
menyediakan tegangan RF (URF) yang besarnya sebanding dengan kuat medan elektrik
yang akan dicari. Kemudian dengan menggunakan probe medan-E dapat diketahui level
kuat medan yang ditangkap pada jarak tertentu dari antena. Gerakkan probe medan-E
untuk melihat perubahan-perubahan besarnya level kuat medan. Karena probe medan-E
merupakan antena horn sehingga polarisasi medan yang kita amati adalah polarisasi
linear baik itu vertikal maupun horizontal dengan mengubah posisi antenna Horn. Kita
juga dapat mengubah-ubah arah polarisasi dengan menggunakan PWG (Parallel Wire
Gratting) sehingga kita dapat mengamati pengaruh perubahan polarisasi terhadap kuat
medan yang diterima oleh probe medan-E.
Peralatan
1. 1 Gunn osilator
2. 1 Gunn power supply
3. 1 SWR meter
4. 1 probe medan-E
5. 1 Parallel Wire Gratting (PWG)
6. Penggaris 100 cm
7. 3 coaxial cable BNC male
8. 1 Detector Mount
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
23 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Gambar 1.3 Susunan alat praktikum
A. Prosedur Praktikum Polarisasi Medan Elektromagnetik
Bagan 1.1 Blok Diagram Praktikum Modul 1
1. Susun percobaan seperti gambar 1.3
2. Hubungkan Gunn Oscilator dengan soket Gunn Supply, PIN Modulator dengan
soket PIN Supply, dan Detector Mount dengan input di SWR Meter.
3. Atur knob pada Gunn Power Supply dengan ketentuan :
Gunn Bias Knob : posisi paling kiri
Pin Bias Knob : posisi paling kiri
Pin Mod Frequency : posisi di tengah
Mode Select : Internal mod.
4. Atur knob pada SWR Meter dengan ketentuan :
Range : 40 dB/ 50 dB
Crystal : 200 kΩ
Gain (Coarse-fine) : posisi di tengah
Gunn Power Supply
Isolator Antena Pengirim
Pin Modulator
Antena Penerima
SWR Meter
Detector Mount
Gunn Oscillator
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
24 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Mode Switch : Normal
SWR/ dB Switch : dB
5. Nyalakan Gunn Power Supply dan SWR Meter.
6. Atur tegangan pada knob Gunn Bias tidak melebihi 10 Volt. Lalu putar knob Pin
Bias ke kanan sampai maksimum.
7. Atur posisi probe medan-E terhadap antena pemancar dengan mengubah posisi
probe medan-E pada jarak setiap 10 cm. Amati perubahan pada SWR Meter setiap
kali pengukuran / pergeseran jarak.
B. Polarisasi Medan Elektromagnetik Dengan PWG
Gambar 1.4 Pelaksanaan praktikum dengan antena pemancar diputar 90
1. Atur jarak antar antena sejauh 10 cm.
2. Diantara antena letakkan PWG.
3. Atur sudut PWG sesuai dengan jurnal praktikum. Amati perubahan pada SWR
Meter setiap perubahan sudut.
4. Ubah konfigurasi diatas dengan mengubah posisi antena pemancar sebesar 90
seperti pada gambar 1.4.
5. Atur sudut PWG sesuai dengan jurnal praktikum. Amati perubahan pada SWR
Meter setiap perubahan sudut.
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
25 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
MODUL II
KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI DAN PENGENALAN TRLINE
I. Tujuan Praktikum
1. Dapat mengetahui konsep gelombang berdiri pada saluran transmisi (slotted line).
2. Dapat mengetahui dan menggambarkan pola gelombang berdiri dengan berbagai
kondisi beban.
3. Dapat melakukan perhitungan dan memahami hubungan antara gelombang berdiri,
koefisien pantul dan VSWR.
4. Mengetahui nilai impedansi input saluran dan impedansi beban (antena)
menggunakan slotted line.
II. Teori Dasar
Saluran Transmisi atau yang biasa disebut saltran, didefinisikan sebagai suatu
struktur fisik yang digunakan untuk menyalurkan daya maupun energi elektromagnetik
dari satu titik ke titik lain, atau menghubungkan sumber dengan beban. Saluran transmisi
dapat berupa: coaxial cable, twisted pair, fiber optic dan waveguide.
Pada saluran transmisi dikenal istilah TEM (Transverse Electromagnetic), yaitu
distribusi medan elektromagnetik pada saluran transmisi uniform. Pada gelombang
datar, uniform berarti sama disemua titik. Saluran transmisi dikatakan uniform jika
distribusi penampang medan listrik dan medan magnet sama di semua titik sepanjang
saluran transmisi tersebut. Untuk memperoleh keadaan tersebut, diperlukan
karakteristik medium dielektrik yang uniform disepanjang titik pada saltran.
Jika sifat saltran uniform, maka untuk setiap sampel differensial dapat dibuat
rangkaian kutub empat ekivalen yang memiliki parameter-parameter sebagai berikut:
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
26 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Tabel. Parameter Primer dan Sekunder pada Saluran Transmisi
Primer Sekunder
Resistansi (R) Konstanta Propagasi (γ)
Konduktansi (G) Konstanta Redaman (α) Kapasitansi (C) Konstanta Fasa (β)
Induktansi (L) Kecepatan Fasa (Vph)
Kecepatan Group (Vg)
Impedansi Karakteristik (Zo)
Jika parameter-parameter primernya diketahui, maka parameter sekunder saluran
transmisi dapat dihitung sebagai berikut:
Macam-macam saluran dan parameternya:
1. Kabel Koaxial
2. Kawat Sejajar
3. Strip Line
Impedansi Input Saluran
Untuk menentukan impedansi input saluran dapat dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus yang telah ada :
𝑍𝑖𝑛 = 𝑍0
𝑍𝑙 + 𝑍0 tanh 𝛾𝑙
𝑍0 + 𝑍𝑙 tanh 𝛾𝑙
untuk kondisi saluran lossless α=0, sehingga
𝑍𝑖𝑛 = 𝑍0
𝑍𝑙 + 𝑗𝑍0 tan 𝛽𝑙
𝑍0 + 𝑗𝑍𝑙 tan 𝛽𝑙
𝑍0 = √𝑅 + 𝑗𝜔𝐿
𝐺 + 𝑗𝜔𝐶
𝛾 = √(𝑅 + 𝑗𝜔𝐿)(𝐺 + 𝑗𝜔𝐶)
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
27 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Jika perhitungan yang dilakukan menggunakan admitansi maka dapat dilakukan dengan
rumus :
𝑌𝑖𝑛 = 𝑌0
𝑌𝑙 + 𝑌0 tanh 𝛾𝑙
𝑌0 + 𝑌𝑙 tanh 𝛾𝑙
untuk kondisi saluran losless α=0, sehingga
𝑌𝑖𝑛 = 𝑌0
𝑌𝑙 + 𝑗𝑌0 tan 𝛽𝑙
𝑌0 + 𝑗𝑌𝑙 tan 𝛽𝑙
Gambar ekivalen impedansi input dari saluran transmisi :
Impedansi input saluran terbuka (open circuit) adalah impedansi yang diukur pada input
saluran berhingga ketika ujung saluran dalam kondisi open circuit. Demikian pula
impedansi saluran hubung singkat (short circuit), merupakan impedansi saluran
berhingga dengan bagian ujung terminasi dihubung singkat.
Macam-macam Saluran Lossless Istimewa
1. Saluran 𝜆
4 𝑖𝑛 = 𝑍0
2/ 𝑍
2. Saluran 𝜆
2 𝑖𝑛 = 𝑍
3. Saluran Short Circuit (𝑍𝑙 = 0) 𝑖𝑛 = 𝑗𝑍0 tan 𝛽𝑙
4. Saluran Open Circuit (𝑍𝑙 = ∞) 𝑖𝑛 = −𝑗𝑍0 cot 𝛽𝑙
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
28 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Standing Wave
Standing wave ratio (SWR) terkadang disingkat dengan nama VSWR (Voltage Standing
Wave Ratio). Bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan transceiver maka akan
timbul daya refleksi (reflected power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya
maju (forward power). Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri (standing wave)
yang besarnya tergantung pada besarnya daya refleksi.
Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) didefinisikan sebagai perbandingan (atau ratio)
antara tegangan rms maksimum dan minimum yang terjadi pada saluran yang tidak
match. Bila saluran transmisi dengan beban tidak sesuai (missmatch), dimana impedansi
saluran tidak sama dengan impedansi beban dan gelombang dibangkitkan dari sumber
secara kontinyu, maka dalam saluran transmisi selain ada tegangan datang V+ juga
terjadi tegangan pantul V-. Akibatnya, dalam saluran akan terjadi interferensi antara V+
dan V- yang membentuk gelombang berdiri (standing wave).
𝑉𝑆𝑊𝑅 = |𝑉𝑚𝑎𝑥
𝑉𝑚𝑖𝑛|
Vmax =|Vd+| + |Vd-| , untuk V+ dan V- sefasa
Vmin =|Vd+| - |Vd-| , untuk V+ dan V- berbeda fasa 180o
Sehingga,
VSWR = |𝑉𝑑
+|+|𝑉𝑑−|
|𝑉𝑑+|−|𝑉𝑑
−| VSWR=
1+|𝑉𝑑
−
𝑉𝑑+|
1−|𝑉𝑑
−
𝑉𝑑+|
VSWR = 1+|Γ|
1−|Γ|, dimana: Vd+ = tegangan gelombang datang
Vd- = tegangan gelombang pantul
Γ = koefisien pantul
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
29 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Koefisien Pantul Saluran
Γ𝑑 =𝑍𝑖𝑛−𝑍01
𝑍𝑖𝑛+𝑍01 Γ =
𝑍02−𝑍01
𝑍02+𝑍01
Pola-Pola Gelombang Berdiri pada Saluran
Γ =𝑍𝑙−𝑍0
𝑍𝑙+𝑍0∠ − 2𝛽𝑑 ; Γ =
𝑉−
𝑉+ ; 𝑉 = 𝑉+ + 𝑉−
1) 𝑍𝐿 = 𝑍𝑂 (Sepadan)
Γ = 0 =𝑉−
𝑉+
𝑉− = 0
𝑉 = 𝑉+ + 𝑉−, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑉 = 𝑉+
2) 𝑍𝐿 = ~(Open Circuit)
𝑑 = 0
Γ =𝑍𝑙−𝑍0
𝑍𝑙+𝑍0 ; Γ =
~−𝑍0
~+𝑍0= 1∠0𝑜 ; Γ = 1 =
𝑉−
𝑉+
𝑉− = 𝑉+
𝑉 = 𝑉+ + 𝑉− = 2𝑉+
𝑑 = 𝜆
4
Γ =𝑍𝑙−𝑍0
𝑍𝑙+𝑍0∠ − 2𝛽𝑑 ; Γ =
~−𝑍0
~+𝑍0= 1∠𝜋 ; Γ = −1 =
𝑉−
𝑉+
𝑉− = −𝑉+
𝑉 = 𝑉+ + 𝑉− = 0
𝑑 = 𝜆
2
Γ =𝑍𝑙−𝑍0
𝑍𝑙+𝑍0∠ − 2𝛽𝑑 ; Γ =
~−𝑍0
~+𝑍0= 1∠2𝜋 ; Γ = 1 =
𝑉−
𝑉+
𝑉− = 𝑉+
𝑉 = 𝑉+ + 𝑉− = 2𝑉+
𝑑 = 3𝜆
4
Γ =𝑍𝑙−𝑍0
𝑍𝑙+𝑍0∠ − 2𝛽𝑑 ; Γ =
~−𝑍0
~+𝑍0= 1∠3𝜋 ; Γ = −1 =
𝑉−
𝑉+
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
30 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
𝑉− = − 𝑉+
𝑉 = 𝑉+ + 𝑉− = 0
2 V+
3𝜆4⁄ 𝜆
2⁄ 𝜆4⁄ 0
3) 𝑍𝐿 = 0 (Short Circuit)
𝑑 = 0
Γ =𝑍𝑙−𝑍0
𝑍𝑙+𝑍0 ; Γ =
0 − 𝑍0
0 + 𝑍0= −1∠0𝑜 ; Γ = −1 =
𝑉−
𝑉+
𝑉− = −𝑉+
𝑉 = 𝑉+ + 𝑉− = 0
𝑑 = 𝜆
4
Γ =𝑍𝑙−𝑍0
𝑍𝑙+𝑍0∠ − 2𝛽𝑑 ; Γ =
0 − 𝑍0
0 + 𝑍0= −1∠𝜋 ; Γ = 1 =
𝑉−
𝑉+
𝑉− = 𝑉+
𝑉 = 𝑉+ + 𝑉− = 2𝑉+
𝑑 = 𝜆
2
Γ =𝑍𝑙−𝑍0
𝑍𝑙+𝑍0∠ − 2𝛽𝑑 ; Γ =
0 − 𝑍0
0 + 𝑍0= −1∠2𝜋 ; Γ = −1 =
𝑉−
𝑉+
𝑉− = −𝑉+
𝑉 = 𝑉+ + 𝑉− = 0
𝑑 = 3𝜆
4
Γ =𝑍𝑙−𝑍0
𝑍𝑙+𝑍0∠ − 2𝛽𝑑 ; Γ =
0 − 𝑍0
0 + 𝑍0= −1∠3𝜋 ; Γ = 1 =
𝑉−
𝑉+
𝑉− = 𝑉+
𝑉 = 𝑉+ + 𝑉− = 2𝑉+
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
31 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Transmission Line (TRLINE)
TRLINE adalah sebuah program yang digunakan untuk menguji masalah-masalah
yang terdapat pada saluran transmisi dan membuktikan konsep dasar mengenai saluran
transmisi. Selain itu, program ini menyajikan evaluasi perhitungan secara cepat terhadap
beberapa parameter pada saluran transmisi yang dapat diamati.
Aplikasi Modul 2
Beberapa saluran transmisi yang banyak digunakan, antara lain:
1. Kabel Koaksial
Suatu jenis kabel yang pusatnya berupa inti kawat padat yang dilingkupi oleh sekat yang
kemudian dililiti lagi oleh kawat berselaput konduktor.
2. Serat Optik
Saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk
mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.
3. Twisted Pair
Adalah sebuah bentuk kabel di mana dua konduktor digabungkan dengan tujuan untuk
mengurangi atau meniadakan interferensi elektromagnetik dari luar.
2V+
3𝜆4⁄ 𝜆
2⁄ 𝜆4⁄ 0
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
32 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
III. Overview Praktikum
Pelaksanaan praktikum
Melakukan pengukuran tegangan pada slotted line, yang diambil sebagai
parameter adalah tegangan maksimum dan tegangan minimumnya, digunakan untuk
menentukan parameter-parameter lainnya. Selain itu akan dilakukan penghitungan
impedansi input di saluran dengan kondisi beban open circuit dan short circuit dan beban
antena
Peralatan
1. 1 Power Supply 6. Dummy Load 50Ω
2. 1 Generator Sinyal 7. Multimeter
3. 1 Slotted line 8. Program TRLINE
4. 2 Kabel coax
5. 1 Konektor BNC modifikasi untuk beban short (beban short)
Blok diagram praktikum :
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
33 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Power supply, mencatu tegangan dari sumber catuan PLN 220 Volt.
Generator sinyal memiliki komponen utama yang disebut oscillator yang berfungsi
untuk menghasilkan frekuensi. Frekuensi yang digunakan pada praktikum kali ini
berkisar 300 MHz sampai 400 MHz.
Slotted line adalah media transmisi yang ditengahnya terdapat sebuah celah yang
membujur searah dengan arah rambat dari medan elektromagnetik yang mengalir
pada media transmisi tersebut. Pada celah ini dimasukkan probe yang digunakan
untuk mendeteksi dan mengukur amplitudo gelombang bocor yang membentuk
gelombang berdiri. Probe ini kemudian dihubungkan dengan multimeter dan atau
spektrum analyzer.
Multimeter, sebagai pengukur tegangan yang ada pada slotted line.
Beban difungsikan agar terjadi pantulan pada slotted line yang menyebabkan
terbentuknya gelombang berdiri. Beban yang digunakan berupa Short Circuit, Open
Circuit, dan Dummy Load (50).
Probe yang diletakkan pada slotted line akan membaca level gelombang yang
dinyatakan dalam informasi tegangan pada multimeter. Dari parameter tersebut
akan menghasilkan tampilan berupa nilai maksimum dan nilai minimum, yang dapat
digunakan untuk menentukan VSWR.
Pada pelaksanaan praktikum kali ini, alat ukur yang digunakan berupa multimeter
karena frekuensi kerja dari alat praktikum yang relatif rendah masih dapat ditoleransi
oleh multimeter. Terakhir, program TRLINE digunakan untuk melihat bagaimana pola
gelombang berdiri yang terjadi dalam saluran transmisi sesuai dengan data pengukuran
pada slotted line.
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
34 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
PROSEDUR PRAKTIKUM
I. Percobaan pengukuran gelombang berdiri pada beban open circuit dan short
circuit:
1. Periksa multimeter, kabel catu daya unit coaxial bercelah, kemudian hubungkan ke
saluran listrik.
2. Posisikan probe slotted line pada level meteran paling kanan (posisi beban).
3. Input frekuensi carrier sebesar 300 MHz, frekuensi modulasi 100 kHz dan tegangan
sebesar 2 Volt pada generator sinyal.
4. Nyalakan multimeter dan unit coaxial bercelah.
5. Buat kondisi open circuit, dengan cara membiarkan ujung dari saluran transmisi
dibuka dan kondisi short circuit dengan cara memasang konektor beban pada ujung
saluran transmisi.
6. Geser perlahan-lahan panel penunjuk mulai dari yang terdekat dari posisi beban
menuju kearah generator (dari kanan ke kiri), hitung perubahan impedansi saluran
berdasarkan panjang saluran. Masukkan data yang diperoleh pada tabel 1 dan 2.
II. Percobaan pengukuran gelombang berdiri pada beban 50 ohm:
1. Ulangi langkah 1 s/d 3 pada percobaan di atas.
2. Pasang dummy load 50 ohm pada ujung slotted line.
3. Geser perlahan-lahan panel penunjuk mulai dari yang terdekat dari posisi beban
menuju ke arah generator (dari kanan ke kiri), kemudian amati tampilan
multimeter untuk mendapatkan nilai maksimum dan minimum (dibaca pada saat
tampilan stabil) beserta posisinya. Masukkan data yang diperoleh pada tabel 3.
III. Percobaan pengukuran gelombang berdiri menggunakan TRLINE:
1. Buka program TRLINE
2. Klik pada pilihan “Transmission line with generator and load”
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
35 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
3. Klik “Line 1” untuk mengubah panjang saluran transmisi (slotted line)
4. Klik “Load 1” untuk mengubah jenis beban (open circuit, short circuit maupun
dummy load 50 Ω)
5. Klik “Plot V[z] or I[z], and find the VSWR”
6. Klik lagi “Line 1” untuk melihat pola gelombang berdiri pada saluran
7. Hitung VSWR dan gambar pola gelombang berdirinya.
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
36 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
MODUL III
MATCHING IMPEDANCE SALURAN
I. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan memahami matching impedance beserta karakteristik saluran
matching.
2. Memahami tentang Smith Chart dan penggunaannya dalam menyepadankan
saluran.
3. Dapat mengetahui bermacam-macam stub dan teknik menyepadankan
(matching).
4. Mengaplikasikan matching impedance dengan menggunakan Slide Screw
Transformer.
II. Teori Dasar
SALURAN TRANSMISI
Pada saluran transmisi terjadi pantulan gelombang datar yang menyebabkan
terjadinya interferensi antara gelombang datang dan gelombang pantul yang
menyebabkan terjadinya gelombang berdiri. Pantulan ini terjadi karena impedansi
saluran tidak match dengan impedansi beban.
Saluran transmisi didefinisikan sebagai alat untuk menyalurkan energi
elektromagnet dari suatu titik ke titik lain. Saluran transmisi dapat berupa kabel
koaxial, kabel sejajar, bumbung gelombang, optik dan sebagainya.
MATCHING IMPEDANCE
Penyesuai impedansi (matching impedance) adalah hal yang penting dalam
rentang frekuensi gelombang mikro. Suatu saluran transmisi yang diberi beban yang
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
37 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
sama dengan impedansi karakteristik akan mempunyai standing wave ratio (SWR)
sama dengan 1, dan mentransmisikan sejumlah daya tanpa adanya pantulan. Juga
efisiensi transmisi menjadi optimum jika tidak ada daya yang dipantulkan.
Matching dalam saluran transmisi mempunyai pengertian memberikan beban
yang sama dengan impedansi karakteristik saluran, hal ini disebut load matching.
Umumnya digunakan di bagian beban,matching ini meminimalkan pantulan tapi tidak
memaksimalkan daya yang dikirim, kecuali jika Z0 real. Gambar berikut menunjukan
sistem saluran transmisi yang ”matched”
Rangkaian penyesuai impedansi umumnya menggunakan komponen reaktif
(kapasitor dan induktor) untuk menghindari rugi-rugi.
Matching impedance diperlukan karena :
1. Memaksimalkan daya kirim dari sumber ke beban.
2. Meminimalisasi rugi – rugi di saluran transmisi.
3. Memaksimalkan S/No (Signal per Noise) pada input penerima.
4. Meminimalisasi distorsi sinyal di saluran transmisi.
5. Mengatur tegangan dan arus.
Macam – macam matching impedance :
1. Dengan menggunakan trafo λ/4. 4. Dengan antena mikrostrip
2. Menggunakan stub.
3. Menggunakan rongga koaksial.
Faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih jenis matching :
1. Kemudahan realisasi
2. Faktor mekanis
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
38 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
3. Pertimbangan bandwidth
Pada matching impedance diperlukan: agar tidak terjadi pantulan ke
sumber (transmitter).
1. Matching Impedance dengan Transformator ¼ λ
Transformator /4 adalah saluran sepanjang /4 yang berimpedansi karakteristik
ZT yang “disisipkan” pada saluran Z0 dengan jarak d tertentu dari beban ZL untuk
ZL Z0.
Z0 ZT
Zin¼ λ
Jika diasumsikan Z0 dan ZT lossless, sedangkan ZL resistif murni, maka:
L
T
LT
TL
TZ
Z
jZZ
jZZ
ZZin
2
)4
(2
tan
)4
(2
tan
Syarat matching Zin=Z0 , sehingga
L
T
Z
ZZo
2
LT ZZZ 0
Rangkaian
matching
impedance Sumber
Z0
Zin
ZL
ZL
Zo=ZL
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
39 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Untuk kasus dimana ZL tidak resistif murni, maka trafo ¼ λ dipasang sejarak d dari
beban, sedemikian Zind bernilai resistif murni.
¼ λ
Z0ZTZ0
d
ZindZin indT ZZZ 0
Contoh Soal :
Z0 ZT
Zin¼ λ
Lakukan matching impedance dengan SC (Short Circuit), cari SWR di beban, SWR
di trafo, ZT, Z0
Solusi :
1. TZ = ZLOZ = √100.50 ( TZ adalah impedansi trafo)
2. Normalisasi ZL terhadap TZ ZL =T
L
Z
Z=
50.100
50 = 0.707
Didapat r = 0.7 dan x=0
3. Putar ZL sepanjang lingkaran SWR ke arah sumber sejauh λ/4
Z1 = 1,4 . (Z1 ≈ ZIN)
4. Denormalisasi
Z1 = Z1 x ZT = 1.4 x √100.50 = 98.98 ≈ 100 Ω
5. Normalisasi ZL terhadap Z0 :
ZL = 50
Ω
Zo = 100
Ω
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
40 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
ZL =100
𝑍𝑜 = 1
6. SWR di beban = SWR di trafo = 1.4
2. Matching Impedance dengan Stub
Penyesuaian impedansi bisa dilakukan dengan menyisipkan suatu
admitansi imajiner parallel dalam saluran transmisi. Admitansi ini bisa diperoleh
dari potongan suatu saluran transmisi. Teknik penyesuai impedansi seperti ini
disebut dengan Stub Matching. Ujung dari stub bisa terbuka atau tertutup,
tergantung dari admitansi imajiner yang diinginkan. Dua atau tiga stub juga bisa
disisipkan pada lokasi tertentu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Stub adalah potongan saltran yang digunakan untuk memberikan
kompensasi reaktansi pada saluran transmisi utama. Stub ini dipasang berjarak d
tertentu dari titik beban saluran utama, untuk keperluan matching. Stub bisa
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
41 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
s
ins
ss
sins
l
ZjZ
ljZ
ljZ
ljZZZ
tan
tan0
01
tan
tan
0
0
0
00
berupa saluran transmisi terbuka maupun tertutup. Namun demikian, umumnya
dipakai stub tertutup untuk menghindari kebocoran radiasi medan.
Zins
Z0
ls
ZLs=0
Z0
ls
ZLs=~
Zins
Stub short circuit: Stub open circuit :
sins
sins
ljZZ
Z
ljZZZ
tan
tan0
0
0
0
0
1. Dengan stub tunggal.
a. Stub tunggal paralel (Single Stub Parallel).
Penyepadan dengan menggunakan stub paralel dilakukan dengan
menghubungkan secara paralel saluran stub yang mempunyai impedansi input
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
42 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
(Zs) dengan saluran utama. Saluran stub mempunyai beban (Zc) berupa kapasitif,
induktif, open circuit atau short circuit.
YA=YB+YS
Misal YB=GB+jBB maka agar saluran sepadan (YA= 𝟏
𝒁𝒐 = GB) maka YS = -jBB
Contoh Soal:
Stub tunggal paralel.
1. Plot ZL (ZL ternormalisasi) = 2.4+j1.2 Ω
2. Ubah ZL ke YL, karena menggunakan hubungan stub pararel
(WTG(Wavelength Towards Generator) = 0.47λ)
3. Putar YL pada lingkaran SWR tetap ke arah sumber sehingga
memotong lingkaran r = 1, didapat Yb = 1+j1.2 (WTG = 0.169λ)
dan Yb’= 1- j1.2 Ω
4. Bila pemasangan stub dilakukan yang terdekat dengan beban maka
diambil Yb, didapat d = (0.169+0.03)λ = 0.172λ
5. Agar sepadan Ya = 1 (YA = 1/50 mho) maka Yb = -j1.2 Ω
6. Plot Ys pada Smith Chart (WTG = 0.36λ) dan plot beban stub (Ysc)
(WTG = 0.25λ)
7. Didapat panjang stub Ls = (0.36-0.25)λ = 0.11λ
Lakukan cara yang sama bila diambil Yb’=1
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
43 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
b. Stub tunggal seri (Single Stub Serial).
Jika suatu impedansi di plot dalam Smith Chart, kemudian digerakkan
dalam lingkaran koefisien pantul konstan ( radius konstan) ke arah sumber,
maka pada suatu lokasi akan memotong lingkaran r = 1. Transformasi ini
menyatakan pergerakan disepanjang saluran transmisi dari beban menuju
sumber. Satu putaran penuh dalam Smith Chart menyatakan pergerakan
sejauh ½ λ. Pada perpotongan tersebut, impedansi ternormalisasi r + jx
berubah menjadi 1 + jx’. Setidaknya, dalam putaran tersebut, bagian real dari
impedansi sama dengan impedansi karakteristik Z0 (perhatikan perbedaan jx
dengan jx’). Jika di titik ini saluran dipotong dan disisipkan suatu reaktansi
murni –jx’, maka impedansi total dilihat pada perpotongan ini (dari arah
sumber) adalah penjumlahan 1 + jx’ – jx’ = 1. Dengan demikian saluran
transmisi menjadi matched (sesuai).
Contoh Soal 1:
Suatu antena dipole bekerja pada frekuensi 120 MHz mempunyai
impedansi 44,8 – j 107 Ω. Buatkan rangkaian penyesuai impedansi dengan
stub seri pada saluran transmisi 75 Ω.
Solusi :
1. Normalisasi beban pada Z0= 75 Ω
Z0= 0,597 – j 1,43 Ω ( titik A)
2. Putar beban searah generator sampai memotong lingkaran r = 1 (titik
B).
3. Tarik garis dari pusat Smith Chart (0,0) ke masing-masing titik A & B.
4. Hitung jarak stub ke beban yang dibutuhkan (dalam panjang
gelombang) dari B ke A. Jarak stub dari beban antena adalah 0,346 λ.
cari nilai reaktansi (ternormalisasi) pada titik B, jB = j 1,86.
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
44 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Panjang stub yang diperlukan harus mampu menghilangkan
reaktansi ini. Sisi luar Smith Chart adalah lingkaran dengan r = 0
(rektansi murni). Bagian kiri adalah short dan bagian kanan open
circuit.
5. Tentukan titik –j1,86 yang diperlukan. Cari panjang stub yang
dibutuhkan. Untuk short circuit stub diperlukan panjang 0,328 λ.
Untuk open circuit stub diperlukan panjang 0.078 λ.
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
45 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
6. Hitung jarak dan panjang stub untuk open circuit :
Jika kecepatan gelombang dalam saluran koaksial adalah 2/3
kecepatan cahaya (3x108 m/s) atau (20 cm/ns) maka panjang
gelombang λ adalah 1,67 m.
Contoh Soal 2:
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
46 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Misal ZL = 50 + 60j ohm dan Zo = 100 ohm, maka langkah-langkah penyepadan:
Solusi:
1. Plot ZL ( ZL ternormalisasi ) = 0,5 + j0,6 Ω (WTG = 0,1 λ )
2. Putar ZL pada lingkaran SWR tetap kearah sumber sehingga memotong
lingkaran r = 1, didapat Zb = 1 + j1,1 Ω ( WTG = 0,165 λ ) dan Zb’ = 1 - j1,1
Ω
3. Bila pemasangan stub dilakukan yang terdekat dengan beban maka diambil Zb,
didapat d = (0,165 – 0,1) λ = 0,065 λ
4. Agar sepadan Za = 1 (Za = 100 Ω ) maka Zs = -j1,1 Ω
5. Plot Zs pada Smith Chart (WTG = 0,368 λ) dan plot beban stub (Zoc) (WTG =
0,25 λ )
6. Didapat panjang stub Ls = (0,368 – 0,25) λ = 0,118 λ
Lakukan cara yang sama bila diambil Zb’ = 1 – j1,1 Ω
2. Dengan stub ganda paralel (Double Stub Parallel).
Pada saluran koaksial lebih baik digunakan short circuit stub agar pengaruh
radiasi kecil.
Contoh Soal :
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
47 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Misal ZL = 30 + j70 Ω, Zo = 50 Ω, d1 = 0,125 λ dan d2 = 0,125 λ, maka langkah
– langkah penyepadan :
1. Buat lingkaran Q (lingkaran r = 1 yang diputar sejauh 0,125 λ ke arah beban
sebagai tanda bahwa jarak antar stub = 0,125 λ)
2. Plot ZL = 0,6 + j1,4 Ω dan ubah ke YL = 0,25 – j0,6 mho
3. Putar YL sejauh 0,125 λ kearah sumber sehingga didapat Ya = 0,2 + j0,22 mho
4. Putar Ya pada lingkaran r tetap (r = 0,2) sehingga memotong lingkaran Q
sehingga didapat yb = 0,2 + j0,4 mho dan yb’ = 0,2 + j1,65 mho
Ys1 = yb – ya = 0,2 + j0,42 – (0,2 + j0,22) = j0,2 mho (Ls1 = 0,031 λ)
Ys1’ = yb’ – ya = 0,2 + j1,65 – (0,2 + j0,22) = j1,43 mho (Ls1’ = 0,153 λ)
5. Putar yb dan yb’ pada lingkaran SWR tetap sejauh 0,125 λ kearah sumber
(pasti memotong lingkaran r = 1 ) maka didapat :
Yc = 1 + j2 sehingga ys2 = -j2 mho (Ls2 = 0,074 λ)
Yc’ = 1 –j4,2 sehingga ys2’ = j4,2 mho (Ls2’ = 0,463 λ)
Sehingga untuk Ls1 = 0,031 λ maka Ls2 = 0,074 λ dan untuk Ls1’ =
0,153 λ maka Ls2’ 0,463 λ (jangan tertukar)
Aplikasi
1. Antenna
Antena pengirim memiliki beberapa bagian dalam susunannya. Tx
(Transmitter), sebagai generator sinyal atau pembangkit frekuensi yang nantinya
dikirimkan. Kabel, sebagai saluran transmisi dari generator ke antena pemancar.
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
48 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Antena pemancar disini bersifat sebagai beban, dimana ketika hambatan pada
beban haruslah sama dengan sumber agar transfer daya menjadi maksimum. Jika
koefisien pantul beban terlalu besar, maka akan terjadi pemantulan daya yang
besar ke arah generator yang menyebabkan generator mengalami kerusakan.
2. Amplifier
Amplifier adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk menguatkan sinyal
masukan. Pada amplifier terdiri dari sumber tegangan, resistansi sumber, beban,
transistor sebagai komponen penguat, dan Impedance Matching Circuit (IMC). IMC
terdiri dari beberapa komponen pembentuk di dalamnya. IMC dipasang pada
kedua sisi, yaitu masukan dan keluaran. Rangkaian tersebut berfungsi untuk pe-
matching-an yang menjadikan transfer daya pada beban menjadi maksimum.
Overview Praktikum
Rangkaian Matching impedance
Komponen Aktif
EgZg
IMC
in
IMC
outTransistor ZL
Sumber sinyal/
tahap sebelumnya
beban/tahap
berikutnya
Impedance Matching
Circuit input/output
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
49 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Peralatan
1. Gunn-oscillator, sebagai penyalur sinyal modulasi dari basic unit.
2. Gunn Power Supply, sebagai inputan sumber arus dan daya.
3. Isolator, sebagai penyalur gelombang yang didalamnya terdapat isolator yang
digunakan untuk meredam sinyal pantulan.
4. PIN-modulator, sebagai input daya yang sudah dimodulasi.
5. Slotted measurement line, untuk mengatur jarak.
6. Coax-detector, sebagai masukan probe kabel koaksial.
7. Vernier , untuk mengatur kedalaman Stub.
8. Short-circuit plate, yaitu salah satu komponen berupa kepingan segiempat
untuk membuat saluran menjadi short circuit.
9. Slide screw transformer, untuk menggeser posisi coax detector pada Slotted
Measurement Line sebelah kiri dan posisi vernier pada Slotted Measurement
Line sebelah kanan.
10. Stand bases, sebagai penyangga.
Prosedur Praktikum
I. Pengaturan dan kalibrasi alat
1.1 Pasang peralatan seperti pada gambar. Letakkan short circuit plate pada
ujung measurement line.
1.2 Atur knob pada Gunn Power Supply dengan ketentuan :
Gunn Power Supply
Isolator Slotted Measure-
ment Line + Coaxial
Detector
Pin Modulator
Slotted Measure-ment Line + Vernier
SWR Meter
Beban (Short Circuit dan
Dummy Load 50 ohm)
Gunn Oscillator
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
50 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
Gunn Bias Knob : posisi paling kiri
Pin Bias Knob : posisi paling kiri
Pin Mod Frequency : posisi di tengah
Mode Select : Internal mod
1.3 Atur knob pada SWR Meter dengan ketentuan :
Range : 40 dB/ 50 dB
Crystal : 200 kΩ
Gain (Coarse-fine) : posisi di tengah
Mode Switch : Normal
SWR/ dB Switch : dB
II. Matching impedance dengan menggunakan slide screw transformer
2.1 Hubungkan Gunn Power Supply pada Gunn Oscillator, Pin Supply dengan Pin
Oscillator, dan Input SWR meter dengan Coaxial Detector.
2.2 Kalibrasi slotted measurement line disebelah kanan dengan memasang short
circuit plate dan longgarkan vernier (diputar keatas) yang mengartikan
bahwa stub tidak terpasang .
2.3 Hidupkan Gunn Power Supply, putar Gunn Bias sampai voltase pada tampilan
menunjukkan angka mendekati 10 V, lalu atur Gain Coarse, Gain Fine, dan
Range sampai Power di SWR Meter menunjuk ke 0 dB.
2.4 Geser slide screw transformer pada slotted measurement line disebelah kiri
sampai Power pada SWR Meter mendekati 0 dB ( mendekati matching), lalu
hitung jarak (d), d dihitung dari penggaris (ruler) paling kiri dari slotted
measurement line tadi (dari 0) . Lalu untuk mengukur scale value for
longitudinal position, caranya yaitu dengan mengurangi panjang
keseluruhan ruler pada slotted measurement line yaitu 142 mm dengan jarak
(d).
2.5 Ganti beban pada slotted measurement line disebelah kanan dengan 50 Ω, lalu
putar vernier kedalam sampai vernier menunjuk angka nol, yang
LABORATORIUM DASAR TRANSMISI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
51 Modul Praktikum Elektromagnetika 2015
mengartikan bahwa kedalaman stub sebesar 9,4 mm, lalu geser slide screw
transformer di slotted measurement line kanan dengan posisi awal slide screw
transformer di bagian paling kiri slotted measurement line kanan sampai
SWR mendekati 1 atau power mendekati 0 dB pada SWR Meter, lalu tulis
SWR di tabel pada jurnal, lalu hitung juga jarak dari titik nol sampai ketemu
SWR mendekati 1 yang kita misalkan dalam variabel y, yang ditulis di tabel
(di bagian X1 /mm) ialah jarak dari beban ke vernier, maka cara
menghitungnya adalah 142 mm – y mm.
2.6 Ulang langkah 2.5, tetapi dengan kedalaman vernier yang berbeda-beda.