konversiagama (studi kasus pada dua keluarga di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/sukiman...

16
KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di Dusun Pasekan Maguwoharjo, Depok, Sleman) Sukiman* Abstract This study was aimed to find factors causing the happening of conversion process related to people's nuptials and describe the religious growth of people who converte to Islam and also factors influencing it. The result of this study is expected to be a basis for construct the Islam society specially those who have experienced the religions conversion. The result of this study has showed: Firstly, the process of conversion done by two people based on circumstantial love feeling which ends at nuptials eventually; secondly, there is different level of the religious growth of the two converts, especially related to the religious services which are fundamental in character such as shalat and fasting and commitment to the new religion. However, related to the religious understanding level, they were still in low level; thirdly, factors influencing level of growth of religious convertion for example: 1) factor of intention or willingness in doing conversion process, 2) family factor especially husband, and 3) societal factor I. Pendahuluan Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber- hasilan-keberhasilan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi sehebat apa pun akal manusia tetapi tetap terbatas terutama dikaitkan dengan hal yang bersifat supranarural (alam ghaib). 1 1 Nasruddin Rozak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al Ma'aril, 1993), p. 5. Juga: Amsal Bahtiar, Fibafat Agama, flakarla: Logos Wacana Ilmu, 1997), p. 253. Pemikahan Dan Keimanan (Sukiman) 67

Upload: doannhan

Post on 06-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

KONVERSIAGAMA(Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di DusunPasekan Maguwoharjo, Depok, Sleman)

Sukiman*

Abstract

This study was aimed to find factors causing the happening ofconversion process related to people's nuptials and describe thereligious growth of people who converte to Islam and also factorsinfluencing it. The result of this study is expected to be a basisfor construct the Islam society specially those who haveexperienced the religions conversion.The result of this study has showed: Firstly, the process ofconversion done by two people based on circumstantial lovefeeling which ends at nuptials eventually; secondly, there isdifferent level of the religious growth of the two converts,especially related to the religious services which are fundamentalin character such as shalat and fasting and commitment to thenew religion. However, related to the religious understandinglevel, they were still in low level; thirdly, factors influencing levelof growth of religious convertion for example: 1) factor ofintention or willingness in doing conversion process, 2) familyfactor especially husband, and 3) societal factor

I. PendahuluanManusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

hasilan-keberhasilan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan danteknologi. Akan tetapi sehebat apa pun akal manusia tetapi tetap terbatasterutama dikaitkan dengan hal yang bersifat supranarural (alam ghaib).1

1 Nasruddin Rozak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al Ma'aril, 1993), p. 5. Juga: Amsal Bahtiar,Fibafat Agama, flakarla: Logos Wacana Ilmu, 1997), p. 253.

Pemikahan Dan Keimanan (Sukiman) 67

Page 2: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

Di sinilah lalu manusia perlu bimbingan oleh yang menciptakan akal ituyaitu Sang Maha Pencipta. Bimbingan tersebut dimunculkan dalam bentukagama. Jadi, secara singkat dapat dinyatakan bahwa manusia secara kodratimemerlukan agama untuk mengarahkan kehidupannya secara baik didunia dan akhirat.

Kedewasaan seseorang terlihat dari cara ia memeluk suatu agamasecara sadar.2 Disamping faktor Iain, yaitu mengikuti atau mewarisi agamaorang tuanya (ayah - ibu) yang melahirkan dan mengasuhnya sejak kecil.

Di masyarakat kita, ada fenomena menarik, yaitu berpindahnyakeyakinan (konversi) dari suatu agama ke agama lain terkait dengan per-nikahan yang ia lakukan. Fenomena seperti ini bisa terjadi pada pihakwanita (istri) atau laki-Iaki (suami). Ada banyak hal menarik dari konversimodel ini sehingga banyak alasan untuk dapat diteliti baik tentang motifmaupun perkembangan keagamanaan konversan serta faktor yang mem-pengaruhinya.

Seringkali, konversi semacam ini memunculkan sejumlah problem.Problem dimaksud adalah terjadinya saling curiga antar umat beragama.Kecurigaan itu muncul sebagai akibat adanya persepsi yang salah bahwaproses konversi lebih diakibatkan oleh adanya misi agama tertentu. Problemberikutnya adalah upaya pembinaan lebih lanjut tingkat keberagamaankonversan. Banyak diketemukan dimana perpindahan agama seseorangtidak dibarengi dengan pelaksanaan peribadatan agama yang bam.

Dari latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan per-masalahannya, pertama, mengapa perisn'wa konversi itu terjadi, Kedua,Sejauhmana perkembangan tingkat keberagamaan konversan setelahmengalami proses konversi. Ketiga, Faktor-faktor apa yang ikut mem-pengaruhi perkembangan keberagamaan konversan.

II. Konversi Agama : Sebuah Kerangka TeoretikKonversi agama secara umum dapat diartikan dengan berpindah

agama ataupun masuk agama. Kata konversi berasal dari bahasa latinconversio yang berarti tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya katatersebut dipakai dalam bahasaa Inggris conversion yang mengandung artiberubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain.3

1 Jalaluddin, Psikologi Agama,, 0akarta: Raja Grafindo Persada, 1998), p. 95.3 Jamaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993),

p.53.

Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VI, No. 1 Juni 2005:67 - 82

Page 3: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

Menurut Zakiyah Darajah, konversi agama adalah terjadinya suatuperubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan semula.4

Walter Houston Clark - sebagaimana dikutip oleh Zakiyah Daradjat —memberikan definisi konversi sebagai berikut:

Konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembanganspiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalamsikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi,konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba ke arah mendapat hidayah Allah secara mendadak, telah terjadi, yangmungkin saja sangat mendalam atau dangkal. Dan mungkin pula terjadiperubahan tersebut secara beransur-angsur.5

Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwakonversi agama adalah berpindah dari satu agama atau keyakinan yangsatu ke agama atau keyakinan yang lain. Atau dapat pula berarti suatumacam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandungperubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dantindak agama seseorang. Dalam penelitian ini, pengertian konversi agamalebih dif okuskan pada pengertian yang pertama, yakni berpindah dari satuagama atau keyakinan yang satu ke agama atau keyakinan yang lain.

Faktor-faktor pendorong seseorang berpindah agama, secara psikologisdipengaruhi oleh faktor intern maupun ekstern. Apabila faktor faktortersebut mempengaruhi seseorang atau kelompok sehingga menimbulkansemacam gejala tekanan batin akan mendorong untuk mencari jalan keluaryaitu ketenangan batin.6

A. Faktor intern.Faktor intern yang ikut mempengaruhi terjadinya konversi agama

adalah:

1. KepribadianSecara psikologis tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhikehidupan jiwa seseorang. Dalam penelitian W. James menemukanbahwa tipe melankholis yang memiliki kerentanan perasaan lebih

4 Zakiyah Darajah, llmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), p.163.'Ibid."JamaluddindanRamayulis, Pengantar..., P. 53-58.

Pernikahan Dan Keimanan (Sukiman)

Page 4: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalamdirinya.

2. Faktor PembawaanMenurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacamkecenderungan urutan kelahiran mempengaruh konversi agama.Anak sulung dan anak yang bungsu biasanya tidak mengalamitekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutanantara keduanya sering mengalami stress jiwa. Kondisi yangdibawa berdasarkan urutan kelahiran itu banyak mempengaruhiterjadinya konversi agama.7

B. Faktor Ekstern

Di antara faktor luar yang mempengaruhi terjadinya konversiagama adalah:1. Faktor Keluarga

Di antara fakator keluarga ini yang menpengaruhi terjadinyakonversi agama ialah: keretakan keluarga, ketidakserasian, ber-lainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkanpengakuan kaum kerabat dan lainya. Kondisi dernikian menyebab-kan seseorang akan mengalami tekanan batin sehingga sering terjadikonversi agama dalam usahanya untuk meredakan tekanan batinyang menimpa dirinya.

2. Lingkungan Tempat TinggalOrang yang merasa terlempar dari lingkungan tempat tinggal atautersingkir dari kehidupan di suatu tempat menyebabkan seseorangmendambakan ketenangan dan mencari tempat untuk bergantunghingga kegelisahan batinya hilang.

3. Perubahan StatusPerubahan status terutama yang berlangsung secara mendadak,akan banyak mempengaruhi terjadinva konversi agama, misalnya:perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahanpekerjaan, kawin dengan orang yang berlainan agama, dansebagainya.

* Jalaluddin, Psikologi..., p. 250.

70 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VI, No. 1 Juni 2005:67 - 82

Page 5: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

4. KemiskinanKondisi sosial ekonomi yang sulit juga merupakan faktor yangmendorong dan mempengaruhi terjadinya konversi agama.-Masyarakat awam yang miskin cenderung untuk memeluk agamayang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Kebutuhanmendesak akan sandang dan pangan dapat mempengaruhiterjadinya konversi agama.8

Lalu bagaimana proses terjadinya konversi ?. Menurut ZakiyahDaradjat, proses yang dilalui oleh orang orang yang mengalami konversi,berbeda antara satu dengan lainnya. Perbedaan ini disebabkan karenaperbedaan faktor yang mendorongnya dan tingkatnya, ada yang dangkal,sekedar untuk dirinya saja dan ada pula yang mendalam disertai dengankegiatan agama yang sangat menonjol sampai ke-pada perjuangan rnatimatian. Ada yang terjadi dalam sekejap mata dan ada pula yang berangsurangsur.9 Menurutnya lebih lanjut, meskipun proses konversi yang dialamitiap orang berbeda-beda, namum proses konversi agama itu pada umumnyamelalui proses proses jiwa sebagai berikut :10

1. Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami konversi,dirnana segala sikap, tingkah laku dan sifat sifatnya acuh tak acuhmenentang agama.

2. Masa ketidaktenangan; konflik dan pertentangan batin berkecamukdalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik, dan sebagainya, baikdisebabkan oleh moralnya, kekecewaan atau oleh apapun juga. Padamasa tegang, gelisah dan konflik jiwa yang berat itu, biasanya orangmudah perasa, cepat tersinggung dan hampir hampir putus asa dalamhidupnya, dan mudah kena sugesti.

3. Setelah masa goncang itu mencapai puncaknya, maka terjadilahperistiwa konversi itu sendiri. Orang merasa tiba tiba mendapatpetunjuk Tuhan, mendapat kekuatan dan semangat. Hidup yangtadinya seperti dilamun ombak atau diporakporandakan oleh badaitaufan persoalan, tiba tiba angin baru berhembus, hidup berubahmenjadi tenang, segala persoalan hilang mendadak berganti denganrasa istirahat (relax) dan menyerah. Menyerah dengan tenang kepada

'IhU,p.251.9 Zakiyah Daradjat, llmu Jiwa Agama, p. 138.10 Ibid., p. 139-140.

Pemikahan Dan Keimanan (Sukiman) 71

Page 6: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

Tu-han Yang Maha Kuasa, Pengasih dan Penyayang, mengampunisegala dosa dan melindungi manusia dengan kekuasaan Nya.

4. Keadaan tenteram dan tenang. Setelah krisis konversi lewat dan masamenyerah dilalui, maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yangbaru, rasa aman damai di hati, tiada lagi dosa yang tidak diampuniTuhan; tiada kesalahan yang patut disesali, semuanya telah lewat,segala persoalan menjadi enteng dan terselesaikan. Hati lega, tiadalagi yang menggelisahkan, kecemasan dan kekhawatiran berubahmenjadi harapan yang menggembirakan, tenang, luas, tak obahnyaseperti lautan lepas yang tidak berombak di pagi yang nyaman.

5. Ekspresi konversi dalam hidup. Tingkat terakhir dari konversi itu adalahpengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan, sikapdan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturanaturan yang diajarkan oleh agama. Maka konversi yang diiringi dengantindak dan ungkapan ungkapan kongkrit dalam kehidupan sehari hari,itulah yang akan membawa tetap dan mantapnya perubahankeyakinan tersebut.

III. Konversi Agama pada Dua Keluarga : Sebuah Pengalanian Empirik

A. Biografi Konversan PcrlamaKonversan dilahirkan di Surabaya 14 Oktober 1964 dari seorang ayah

yang berprofesi sebagai anggota AURI.militer dan seorang ibu yangberprofesi sebagai pegawai Bagian Kesehatan di AURI. Secara ekonomi,meraka adalah keluarga berkecukupan. Keluarga ini adalah keluargadengan agama yang pluralis. Ayah beragama Katholik taat sedang ibuberagarna Kristen taat juga.

Konversan adalah sulung dari lima orang bersaudara. Sejak kecil iaberagama Kristen. Satu adiknya beragama Hindu menetap di Bali. Sedangn'ga yang lain beragama Kristen, dan tinggal di Yogyakarta, Malang danJakarta. Adiknya yang nomor dua pernah masuk Islam ketika menikahdengan pemeluk Islam. Namun setelah suaminya meninggal dunia iakembali ke Kristen lagi.

Pendidikan yang pernah ditempuh konversan adalah SON Babarsari(1970 -1976), SMP Negeri Babarsari (1976-1979), SMA Angkasa Adisucipto(1979-1982), UPN Veteran Babarsari dan KIP PGRI (sekarang UniversitasPGRI). Kuliah di UPN hanya satu semester saja karena ia merasa tidakcocok dengan jurusan yang ia ambit. Sedang di IKIP PGRI Yogyakarta hanya

72 Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VI, No. 1 Juni 2005:67 - 82

Page 7: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

dijalani sampai tingkat III dan itupun baru ujian lokal, sedang ujian negarabelum ada yang diikutinya. Hal ini karena persoalan biaya yang sejak iamenikah sudah tidak menerima bantuan dari orang tuanya.

Proses konversi agama konversan dimulai saat ia kelas dua SMA. Tahun1980 ada seorang pemuda dari Kediri Jawa Timur yang kost dekat tempattinggalnya. Pemuda dengan pendidikan terakhir SMA ini bekerja di HotelDuta Widya.11 Dari sering bertemu muncullah bibit cinta kasih antarakeduanya. Selama enam tahun mereka merajut cita kasih. Mereka sadarbahwa ada perbedaan keyakinan antar mereka. Meski begitu perbedaankeyakinan tersebut tidak menghalangi keduanya untuk melanjutkan kejenjang pernikahan. Dengan penuh keyakinan pemuda tersebut yangkemudian mejadi suaminya sampai sekarang memberanikan dirimenghadap orang tua konversan untuk melamar secara resmi. Namunlamaran tersebut ditolak oleh orang tua konversan karena faktor perbedaanagama.

Begitu tahu lamaran si pemuda ditolak, konversan langsung proteskepada orang tuanya dan mendesak meraka agar mau menerima lamarantersebut dan mengijinkan mereka berdua untuk menikah. Tetapi orang tuakonversan tetap bersikukuh pada sikapnya. Akhirnya konversan meninggal-kan orang tuanya dan pergi bersama pemuda tersebut. Sejak saat itulahhubungan konversan dengan orang tua dan saudara-saudaranya terputusbahkan sampai orang tua konversan tidak mengakui lagi konversan sebagaianaknya.

Di dalam kepergiannya tersebut, konversan dan si pemuda mencarijalan bagaimana mereka bisa menikah secara resmi. Akhirnya pemudaberkonsultasi dengan salah seorang temannya. Temannya menyarankanagar datang ke KUA. Ada dua hal penting yang diperoleh dari KUA.Pertama, mereka bisa menikah dengan wali hakim. Kedua, untuk dapatmenikah mereka harus satu agama. Informasi ini menimbulkan dua halyang berlawanan : kegembiraan dan kesedihan. Kegembiraan dimaksudadalah diperbolehkannya mereka menikah dengan wali hakim sehinggatidak harus menghadirkan orang tuanya. Tetapi kesedihannya adalah harussatu agama. Untuk mensikapinya mereka kemudian mendiskusikannyasecara dewasa. Keputusan yang diambil, konversan rela berpindah ke agamacalon suaminya. Maka jadilah ia seorang muslimah. Setelah itu terjadilahpernikahan antara keduanya di KUA dengan wali Hakim.

"Sudah satu dasa warsa hotel ini sudah tidak beroperasi lagi.

Pernikahan Dan Keimanan (Sukiman) 73

Page 8: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

Pernikahan mereka hanya dihadiri oleh beberapa orang saudaramemeplai pria dari Kediri Jawa Timur. Sedang keluarga konversan tidakada satupun yang datang karena memang mereka tidak ada yangmengetahui kalau konversan menikah.

Setelah menikah, konversan dan suaminya mengontrak sebuah kamardi daerah Dewan, Maguwoharjo, Depok, Sleman. Dua tahun kemudiankonversan melahirkan anak pertamanya.12 Perjalanan rumah tanggakonversan berjalan cukup harmonis, hanya saja dari sisi ekonomi padaawalnya memang sering menjadi problem tersendiri. Namun tidak sampaimenggoyahkan kehidupan rumah tangga mereka. Konversan dan suaminyasekarang berprofesi sebagai wiraswasta dan secara ekonomi tergolongcukup berada. Mereka hingga kini dikaruniai dua orang anak. Anak per-tama perempuan dan sekarang duduk di kelas dua SMA, sedang yang kedualaki-laki dan duduk di kelas tiga SMP.

B. Biografi Konversan KeduaKonversan dilahirkan di Klaten pada tanggal 14 Pebruari 1961.

Ayahnya seorang guru SD dan pernah menjabat kepala sekolah. Ibunyaberprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ayah dan ibunya beragama Hindu.Konon keluarga dari bapak dan ibunya semua beragama Islam bahkanada yang sudah berhaji, hanya bapak konversanlah yang beragama Hindudemikian juga keluarga ibu konversan. Bapak konversan termasuk salahseorang pengurus Pure. Jadi dapat dikatakan bahwa bapak konversantermasuk tokoh dalam agama Hindu di masyakarat desa itu.

12 Ada peristiwa menarik ketika konversan hendak melahirkan anak pertamanya inj.Setelah hampir dua hari konversan di bawa ke bidan, konversan tidak kunjung melahirkanbayinya. Jadi dapat dikatakan konversan mengalami kesulitan dalam melahirkan bayinyatersebut. Sang bidan kemudian menanyakan orang tua konversan dan meminta untukdihadirkan. Konversan dan suaminya semula keberatan karena mereka memang sudah tidakmenjalin hubungan lagi. Namun setelah diberi pengertian oleh si bidang, akhirnya suamikonversan dengan berat hari pergi ke rumah orang tua konversan dan meminta merekauntuk datang ke tempat konversan akan melahirkan. Orang tua konversan dengan berat hatipula akhirnya mengabulkan permintaan suami konversan. Begitu orang tua konversan datang,konversan segera dapat melahirkan bayinya dengan selamat. Dari peristiwa itu, konversanmenduga penyebabnya karena ia bersalah pada orang tuanya. Setelah kelahiran anakpertamanya ini hubungan antara konversan dengan orang tuanya berangsur-angsur membaik,tetapi dengan suaminya tidak, bahkan orang tua konversan tetap tidak mau mengakui suamikonversan sebagai menantunya hingga mereka meninggal dunia.

74 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VI, No. Uuni 2005:67 - 82

Page 9: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

Konversan merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Meskikedua orang tuanya bergama Hindu tetapi konversan dan keenam saudara-nya sejak kecil beragama Kristen. Sedang saudaranya yang satu orangberagama Katholik. Konversan merupakan aktivis geraja. Dalam per-kembangan selanjutnya dari delapan saudara tersebut ada dua orang yangberpindah ke agama Islam yakni konversan sendiri dan satu saudaranyayang nomor tujuh.

Pendidikan formal paling tinggi yang pernah ditempuh konversanadalah SMA. Secara beruratan konversan mengenyam pendidikan di SDNyang ada di desanya (1967-1973), SMP Negeri Karangdowo Klaten (1973-1976) dan SMA BOPKRI Yogyakarta (Depan Rumah Sakit Bethesda 1976-1979).

Konversi agama pada diri konversan dapat dirunut dari pertemuan-nya dengan seorang pemuda yang menjadi suaminya sekarang suami. Akhirtahun 80-an, saat konversan duduk dibangku kelas 2 SMA, ia sering bertemudengan pemuda yang bekerja dekat sekolahnya dalam bidang instalasi listrik.Pertemuan tersebut dipicu oleh kesamaan mereka yang berasal dari satukecamatan di Kabupaten Klaten. Sehingga memungkinkan mereka untukpulang bersama dari Yogyakarta ke laten. Lambat tapi pasti keduanya salingjatuh cita dan berkembang menjadi sepasang kekasih.

Setelah Konversan tamat SMA, sang pemuda langsung melamar dirikonversan ke orang tua konversan karena merasa sudah cukup dewasauntuk mernasuki dunia rumah tangga. Namun, lamaran tersebut ditolakoleh orangtua konversan. Alasan penolakannya adalah adanya perbedaankeyakinan.

Dengan bekal cinta, meski tanpa restu orang tua bahkan dikucilkandari keluarga, mereka melangsungkan pernikahan.13 Proses pernikahantersebut dilakukan di KUA setempat yang didahului oleh ikrar konversanuntuk memeluk Islam. Memang, diakui oleh konversan bahwa ia merasadipihak yang kurang berdaya karena sikap orang tuanya sehingga ia me-nuruti keinginan sang calon suami.

Kehidupan mereka sebagai sepasang suami istri dimulai denganmengontrak sebuah rumah di Demangan Catur Tunggal Depok Sleman.

13 Dari perkawinannya ini, konversan dikaruniai tiga orang anak. Anak pertamanyaadalah perempuan dan telah lulus dari perguruan tinggi dan sekarang bekerja sebagai karyawansebuah perusahaan di Klaten. Anaknya yang nomor dua juga perempuan dan sekarang dudukdi bangku kelas 3 SMA. Sedang anaknya yang nomor tiga adalah laki-laki dan sekarang dudukdi bangku kelas 6 SD.

Pernikahan Dan Keimanan (Sukiman) 75

Page 10: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

Sikap ini diambil sebagai upaya menjauh dari keluarga yang mengucilkan-nya disamping karena suami konversan bekerja sebagai wiraswastawanyang bergerak dalam bidang pemasangan instalasi listrik. Lambat tapi pastiperekonomian mereka mulai membaik sehingga mampu membeli sebidangtanah dan membangun rumah di Dusun Pasekan Maguwoharjo DepokSleman, tempat dimana mereka sekarang mengarungi bahtera rumahtangga dengan berusaha sebagai BTL (Biro Teknik Listrik) dan beternakayam.

C. Konversi Agama : Sebuah Proses

Proses konversi agama yang dialami oleh konversan pertama dankonversan kedua memiliki kisah yang hampir sama. Proses tersebut sama-sama terjadi menjelang akad nikah mereka yang dibimbing oleh tokohagama setempat Setelah konversan resmi masuk Islam mereka menikah diKUA. Dan kedua konversan menikah dengan didampingi oleh wali hakimdan bukan ayahnya.

Latar belakang terjadinya konversi agama pada kedua konversan jugakesamaan, yakni bertitik tolak dari rasa cinta kasih kepada calon pen-damping hidupnya meski mendapat penolakan dari orang tua. Secarapsikologis, kondisi ini menghadapkan kedua konversan pada dua pilihanyang sama berat Yaitu, tetap ingin menikah dengan pemuda pilihannyadengan konsekuensi harus berpisah dan dikucilkan oleh orang tua dankeluarganya, atau tetap bersama orang tua dan keluarganya dengankonsekuensi berpisah dengan pemuda pilihannya.

Kedua konversan akhirnya menjatuhkan pilihannya pada pilihanpertama, yakni tetap ingin menikah dengan pemuda pilihannya. Karenanekad dengan pilihannya ini, maka akhirnya orang tua dan keluarganyamengucilkannya, bahkan sampai orang tuanya tidak mau mengakuikonversan sebagai anaknya lagi. Dengan demikian, tempat berlindung danbergantung satu-satunya bagi kedua konversan sekarang tinggal pemudacalon suaminya. Dengan kondisi seperti ini, apa yang menjadi keinginan sicalon suami akan mudah dituruti oleh kedua konversan. Hal ini terbuktimisalnya pada konversan pertama, ketika salah mendapat informasi dariKUA bahwa harus seagama supaya dapat menikah dengan calon suaminyaia mengikutinya. Demikian pula pada konversan kedua, ketika calon suami-nya memintanya untuk masuk Islam, ia menurutinya.

Kalau ditelusuri lebih lanjut lalu muncul satu pertanyaan, mengapayang harus melakukan konversi agama tersebut diri konversan dan bukan

76 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VI, No. 1 Juni 2005:67 - 82

Page 11: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

calon pasangannya ? Dari hasil wawancara dan pengamatan baik padakedua konversan maupun suaminya, dapat diambil satu kesimpulan bahwasetidaknya ada dua hal yang menjadi jawaban dari pertanyaan di atas:Pertama, karena faktor kefanatikan beragama dan kedua faktor rasa cinta.Baik pada pasangan konversan pertama maupun kedua, si pihak laki-laki(suami) yang lebih fanatik dalam beragama dibanding pihak wanita (istri)meskipun juga masuk kelompok awam dan kurang aktif dalam menjalankanajaran agamanya. Sedang dari rasa cinta, si wanita memang cukup kuatcintanya terhadap si pria. Lebih-lebih pada konversan pertama, seperti yangia kemukakan sendiri bahwa ketika belum menikah dengannya, si pemudayang sekarang menjadi suaminya sempat menjadi rebutan banyak gadis.Bahkan konversan sempat taruhan dengan teman saingannya siapa yangberhasil merebut si pemuda berarti ia hebat. Ternyata konversanlah yangberhasil merebut dan menaklukan hati si pemuda tersebut dan keberhasilanini ia buktikan sampai pada jenjang pernikahan.

Faktor lain seperti ekonomi terlihat tidak ikut berpengaruh. Hal initerbukti bahwa secara ekonomis baik pada konversan pertama maupunkedua berasal dari keluarga yang berkecukupan dibanding dari pihak laki-lakinya. Terutama suami konversan pertama berasal dari keluarga yangkurang mampu, bahkan ia telah ditinggal ayah ibunya sejak masih kecil.

Uraian di atas memiliki keseuaian denganm teori William James, bahwakonversi agama dapat dilatarbelakangi oleh faktor ektern (faktor dari luardiri) yang berasal dari faktor keluarga dan faktor perubahan status. Faktorkeluarga antara lain karena tidak adanya pengakuan sebagai anggotakeluarga. Sedang faktor perubahan status antara lain karena ia menikahdengan orang yang berbeda agama.

Sementara itu, proses terjadinya konversi sejalan dengan teori ZakiyahDaradjat, bahwa secara umum proses konversi itu meliputi lima tahap:masa tenang pertama, masa ketidaktenangan/konflik, masa terjadinyakonversi, keadaan tenang dan tenteram, dan ekspresi konversi dalam hidup.Hanya saja terjadinya tahapan keempat dan kelima pada proses konversikedua konversan tidak begitu terlihat jelas.

Tahap pertama, yakni masa tenang pertama, terjadi jauh sebelumperistiwa pernikahan terjadi. Barangkali kedua konversan tidak berpikirkalau akan berpindah agama. Tahap kedua terjadi menjelang pernikahan.Menjelang pernikahannya, kedua konversan secara psikologis dihadapkanpada dua pilihan yang sama-sama berat. Yaitu, tetap ingin menikah denganpemuda pilihannya dengan konsekuensi berpisah dan dikucilkan oleh orangtua dan keluarganya, atau tetap bersama orang tua dan keluarganya dengan

Pernikahan Dan Keimanan (Sukiman) 77

Page 12: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

konsekuensi berpisah dengan pemuda pilihannya. Di sini muncul konflikbatin y ang luar biasa pada diri kedua konversan hingga kemudian keduany amenjatuhkan pilihannya pada pilihan pertama, yakni tetap menikahdengan pemuda pilihannya dengan konsekuensi berpindah agama sehinggaterjadilan tahap ketiga yaitu konversi agama. Selanjutnya untuk melihatapakah tahap keempat dan kelima proses konversi agama itu telah terjadipada diri kedua konversan dapat dilihat pada uraian berikut.1. Perkembangan Keberagamaan Para Konversan

Pada bagian ini akan diungkapkan tentang perkembangankeberagamaan para konversan serta faktor-faktor yang mem-pengaruhinya. Tingkat perkembangan keberagamaan para konversandilihat dengan tiga indikator, yaitu: tingkat pengetahuan agama,tingkat pengamalan ibadah pokok (shalat dan puasa), dan komitmenserta sikap mereka pada agamanya yang baru.a. Tingkat Pengetahuan Agama Konversan

Konversan pertama semenjak ia resmi masuk Islam hinggasekarang mengaku belum pernah belajar agama Islam secara intensbaiki dengan membaca buku-buku keagamaan atau mengikutikegiatan kajian keagamaan secara rutin. Alasannya adalah iamerasa tidak mampu untuk melakukannya. la belajar agamakhususnya terkait dengan ibadah yang sifatnya pokok (shalat danpuasa) kepada suaminya dan juga lewat pengajian keagamaanyang sifatnya insidental seperti lewat ceramah keagamaan padabulan Ramadhan atau pengajian umum ketika ada peringatan haribesar Islam. Dan itupun terbatas yang diselenggarakan di kampungtempat ia tinggal. Meski di kampung tempat ia tinggal telah adakajian keagamaan yang dilaksanakan secara rutin tiap dua minggusekali, namun konversan belum aktif mengikuti. Alasan dia adalahkarena malu merasa n'dak/belum bisa apa-apa.

Keadaan konversan kedua tidak jauh. Bahkan suaminya jugakurang memberikan bimbingan kepadanya. Mulai tiga tahunterakhir ini sebenarnya konversan kedua telah aktif mengikutikegiatan pengajian yang diselenggarakan secara rutin dua minggusekali. Namun menurut pengakuan suami konversan sendirikeaktifan dia tersebut baru sekedar-ikut-ikutan dan belumberangkat dari kesadaran untuk meningkatkan pengetahuankeagamaannya.

78 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VI, No. 1 Juni 2005:67-82

Page 13: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

b. Tingkat Pengamalan Ibadah Para Konversan

Yang dimaksudkan pengamalan ibadah adalah sejauh manakonversan melaksanakan ibadah yang sifatnya pokok yakni shalatdan puasa. Konversan pertama meskipun pengetahuan agamanyamasih sangat minim, telah melakukan ibadah yang sifatnya pokoksejak setelah ia menikah. Hal ini tidak lepas dari peran sang suami.Menurut pengakuan suami dan konversan sendiri, setelah terjadiakad nikah, sang suami mengajarinya shalat dan membelikanperlengkapan yang dibutuhkan seperti mukena dan sajadah. Sangsuami selalu memotivasi dirinya untuk mengerjakan shalat.Demikian pula ketika bulan Ramadhan sang suami mengajakmelakukan ibadah puasa dan pergi ke masjid untuk melaksanakanshalat tarawih.

Lain halnya dengan konversan kedua, ia hingga sekarangmengaku belum melaksanakana ibadah yang sifatnya pokoktersebut secara tertib. Kadang ia shalat, kadang tidak. la juga belumpernah ikut melaksanakan shalat di masjid sekalipun untuk waktu-waktu tertentu seperti ketika tarawih atau shalat id. Kondisi sepertiini antara lain juga dipengaruhi oleh sikap dan kebiasaan sangsuami yang kurang memperhatikan perkembangan keagamaankonversan. Bahkan sang suami yang telah memeluk Islam sejakkecil ibadah shalatnya juga kadang tidak dilakukan karenakesibukan dalam pekerjaannya.

c. Komitmen dan Sikap Para Konversan terhadap AgamaKonversan pertama sudah merasa betul-betul masuk Islam.

Artinya, ia sudah mengakui sepenuh hati bahwa Islam agamanya.Komitmen seperti ini ia buktikan. Misalnya, ketika ia dibujuk olehsaudara-saudaranya yang masih beragama Kristen untuk kembalike Kristen lagi ia menolak. la menyatakan sudah merasa cocokberagama Islam. Di samping itu, bukti komitmen lain adalah iatidak jarang mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingankeagamaan seperti membangun masjid, kegiatan TamanPendidikan Al-Qur'an (TPA), dan sebagainya. Bahkan hampir tiaphari raya Idhul Adha ia dan suaminya menyembelih hewan kurban

Lain halnya dengan konversan kedua, ia terlihat belumsepenuh hati memeluk Islam. Hal ini terungkap dari penuturansuami konversan bahwa konversan masih sering melantunkanlagu-lagu gereja. Di samping itu, ketika ada acara seperti pengajian

Pernikahan Dan Keimanan (Sukiman) 79

Page 14: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

keagamaan atau peringatan perayaan natal atau yang lainnya ditelevisi diam-diam ia masih sering mengikutinya. Bukti lain, kehkaanak pertamanya dilamar oleh pemuda yang beragama Kristen iamenyatakan tidak keberatan bahkan terlihat sangat menyetujuidan mendukungnya.

Dalam hal sikap keagamaan, kedua konversan memilikikesamaan, yakni sama-sama berpendapat bahwa semua agamaitu benar dan baik. Hal ini terungkap misalnya dari pernyataankonversan pertama ketika menanggapi ajakan salah seorangsaudaranya untuk kembali ke Kristen lagi. la mengatakan: "Akuwis mantep karo agama Islam, toh kabih agama iku pada apike Ian padabenere. Sing penting leh ngelakoni." (Saya sudah mantap beragamaIslam, toh semua agama itu benar dan baik, yang pentingbagaimana melaksanakannya). Konversan kedua juga berpendapatdemikian. Hal ini terungkap misalnya ketika suami konversanmenyampaikan bahwa konversan masih suka mengikuti acara-acara pengajian keagamaan atau perayaan natal di televisi, iamembela diri dengan mengatakan: "Nek aku ki kabih tak tonton.Agama kabeh pada apike Ian pada benere. Nyatane kabeh diakuipemerintah". (Kalau aku semua saya lihat. Agama semua baik danbenar. Buktinya semua diakui pemerintah.). Pendapat dan sikapkedua konversan tentang agama seperti itu, kalau dikaitkan dengantingkat pengetahuan agama para konversan bisa jadi disebabkankarena masih kurangnya pengetahuan agama mereka. Atau, bisajuga pada konversan kedua disebabkan karena masih kurangnyakomitmen terhadap agamanya yang baru dan belum hilangnyakomirmen terhadap agamanya yang lama.

Mencermati proses konversi agama dan perkembangankeberagamaan para konversan di atas, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keberagamaankonversan tersebut, yaitu di antaranya adalah:1. Faktor Niat atau Kemauan ketika Melakukan Konversi

Perkembangan keberagamaan konversan akan lebih baikapabila proses konversi dilandasi oleh niat/kemauan sendiri.Dan sebaliknya, perkembangan keberagamaan berjalan lambatatau kurang baik jika proses konversi dilandasi oleh faktorpaksaan dari luar. Hal ini terbukti pada kisah dua konversandi atas. Pada konversan pertama proses terjadinya konversi itu

Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VI, No. 1 Juni 2005:67 - 82

Page 15: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

lebih karena kemauannya sendiri meskipun pada awalnyametnang ada saran dari teman calon suaminya, tetapi sarannyatersebut tidak bersifat memaksa hanya sekedar arahan saja.Sedang pada konversan kedua, ia melakukan konversi agamakarena ada permintaan secara tegas dari calon suami. Jadi adasemacam tekanan atau pemaksaan dari pihak luar. Danternyata secara umum perkembangan keberagamaan konversanpertama lebih baik dibanding konversan kedua.

2. Faktor KeluargaFaktor keluarga ini dimaksudkan adalah bagaimana dukungandan bimbingan dari pihak keluarga terutama suami. Jika suamiselalu memberi dukungan, bimbingan, dan teladan kepadanya,maka tingkat keberagamaannya akan berkembangan lebih baikdan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dan dibandingkan padadiri kedua konversan di atas. Konversan pertama karenasuaminya mau membimbing bagaimana cara melakukan shalat,memberikan dukungan/motivasi, akhirnya konversan jugamelaksanakannya sejak awal. Lain halnya dengan konversankedua, karena suami kurang memberikan bimbingan bahkantidak jarang memperlihatkan perilaku yang kadang shalatkadang tidak, maka tingkat perkembangan keberagamaannyatidak sebaik konversan pertama.

3. Faktor Lingkungan MasyarakatFaktor lingkungan masyarakat ini antara lain dalarn bentukketersediaan wadah pembinaan seperti pengajian-pengajianbaik yang dilakukan secara rutin maupun insidental. Disamping itu, yang tidak kalah penting adalah keterbukaansikap masyarakat Islam yang ada di lingkungan tempatkonversan tinggal dalam menerima kehadiran mereka sebagaisaudara seiman yang baru.

D. SimpulanBerdasarkan deskripsi dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan

sebagai berikut:Pertama, proses terjadinya konversi agama para konversan adalah

semata-mata berawal dari dorongan cinta kasih yang kemudian berujungpada pernikahan. Jadi, tidak ada motif karena kepentingan misi atau

Pernikahan Dan Keimanan (Sukiman)

Page 16: KONVERSIAGAMA (Studi Kasus Pada Dua Keluarga Di …digilib.uin-suka.ac.id/8315/1/SUKIMAN KONVERSIAGAMA (STUDI KAS… · Manusia dengan akalnya pada dasarnya mampu mencapai keber-

dakwah agama tertentu. Proses konversi agama yang terkait denganpernikahan seperti ini bisa terjadi pada pihak laki-laki (suami) ataupunpihak wanita (istri). Hal ini antara lain tergantung pada mana yang lebihkuat khususnya dalam hal keyakinan beragamanya (tingkat kefanatikanberagama).

Kedua, ada perbedaan tingkat perkembangan keberagamaan antarakonversan pertama dengan konversan kedua, terutama terkait denganpengamalan ibadah (ibadah yang sifatnya pokok seperti shalat dan puasa)dan komitmen terhadap agama yang baru. Sedang terkait dengan tingkatpengetahuan agama kedua konversan sama-sama masih sangat kurang.

Ketiga, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangankeberagamaan konversan antara lain: 1) faktor niat atau kemauan ketikamelakukan proses konversi, 2) faktor keluarga khususnya suami, dan 3)faktor lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bahtiar, 1997, Filsafat Agama, Jakarta: Logos Wacana IlmuImam Suprayogo dan Tbbroni, 2003, Metodologi Penelitinn Sosial-Agama, Cet.

Kedua, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.Jalaluddin, 1998, Psikologi Agama, Cet. Ketiga, Jakarta: Raja Grafindo PersadaJamaluddin dan Ramayulis, 1993, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam

MuliaNasruddin Rozak, 1993, Dienul Islam, Bandung: FT. Al Ma'arifZakiyah Daradjat, 1976 Ilmu fiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang

* Penulis adalah staf pengajar Fakultas Tarbiyah UIN Sunan KalijagaYogyakarta

82 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VI, No. 1 Juni 2005:67 - 82