kinetika_raphael elhan argasae_12.70.0158_f1

Upload: james-gomez

Post on 01-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahan utama yang digunakan sebagai substrat fermentasi pada praktikum kinetika fermentasi untuk memproduksi minuman vinegar adalah buah apel malang.

TRANSCRIPT

Fermentasi minuman vinegar

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMteknologi fermentasi

Disusun oleh:Nama : Raphael Elhan Argasaenim : 12.70.0158Kelompok : F1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG2015

Acara I25

1

1. HASIL PENGAMATANBerikut hasil pengamatan vinegar selama 4 hari yang menunjukkan jumlah mikroorganisme dihitung menggunakan haemocytometer, data nilai OD, pH dan total asam tiap kelompok.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Fermentasi Minuman VinegarKelompokPerlakuanWaktu MO Tiap PetakRata-rata/ MO Tiap PetakRata-rata/ MO Tiap ccOD (nm)pHTotal Asam

1234

F1Sari Apel + S. cerevisiaeN0148752 1070,31623,8216,32

N245047554549,2519,7 1071,35583,2419,20

N48394036413915,6 1071,58903,3514,40

N72456256695823,3 1071,62333,3714,59

N966072768372,7529,1 1071,83783,4014,02

F2Sari Apel + S. cerevisiaeN01213111111,754,7 1070,27213,2416,51

N2481101929391,7536,7 1071,09913,2217,28

N4816912315717915762,8 1071,10383,3314,40

N72787210112894,7537,9 1070,90603,4213,82

N96300300300300300120 1072,14253,4313,63

F3Sari Apel + S. cerevisiaeN02815221620,258,1 1070,31923,2717,09

N24546260565823,2 1071,24583,2217,28

N4812082818391,536,6 1071,49173,3316,32

N72123103108109110,7544,3 1071,64153,3415,55

N964439413740,2516,1 1071,29323,4214,02

F4Sari Apel + S. cerevisiaeN02617112920,758,3 1070,40843,3016,32

N2410190107124105,542,2 1071,51203,2519,20

N48819088978935,6 1071,55833,1314,40

N728376957582,2532,9 1070,74873,3414,59

N9619218712475144,557,8 1070,78453,4813,82

F5Sari Apel + S. cerevisiaeN011272319208 1070,33523,3215,74

N2419218712475144,557,8 1071,29113,2317,28

N481151061199210843,2 1071,38603,3514,40

N721007569527429,6 1071,69583,5415,17

N9613589144167133,7553,4 1071,40693,4612,86

Berdasarkan tabel hasil pengamatan diatas diketahui nilai yang fluktuatif. Rata-rata MO tiap petak dan rata-rata MO tiap cc juga mengalami fluktuatif nilai pada tiap kelompok di keempat hari pengamatan. Demikian pula pada nilai OD mengalami fluktuasi. Pada nilai pH didapatkan hasil pada kisaran pH 3,13-3,82 sedangkan untuk nilai total asam didapatkan nilai antara 12,86-19,20. Hasil pengamatan tersebut dianalisa tiap fluktuasi nilainya menggunakan grafik berikut agar lebih tampak perbandingannya.

16

Gambar 1. Hubungan Absorbansi dengan Waktu Fermentasi

Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai absorbansi tiap kelompok menunjukkan nilai yang fluktuatif, namun pada umumnya menunjukkan penurunan pada akhir waktu fermentasi. Penurunan nilai absorbansi terjadi di hari ketiga waktu fermentasi pada kelompok F3, F4 dan F5. Sedangkan kenaikan nilai absorbansi terjadi pada akhir waktu fermentasi pada kelompok F1 dan F2.

Gambar 2. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan Waktu Fermentasi

Gambar 2 menunjukkan hubungan antara jumlah sel MO dengan waktu didapatkan hasil bahwa jumlah sel tiap kelompok mengalami fluktuasi, namun pada umumnya menunjukkan peningkatan dari setiap hari waktu fermentasi. Sedangkan demikian hanya pada kelompok F3 yang mengalami penurunan jumlah sel pada hari terakhir.

Gambar 3. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan pH

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara jumlah sel MO dengan pH. Pada tiap kelompok menunjukkan hubungan yang sangat fluktuatif.

Gambar 4. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan Absorbansi

Pada gambar 4 tersebut menunjukkan hubungan antar jumlah sel dengan nilai absorbansi yang memiliki nilai yang fluktuatif. Namun demikian, bila diamati peningkatan jumlah mikroorganisme juga menyebabkan peningkatan absorbansi. Hal tersebut mengakibatkanjumlah mikroorganisme yang awalnya sudah banyak menjadi lebih banyak, maka didapatkan nilai absorbansi menjadi tidak menentu.

Gambar 5. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan Total Asam

Pada gambar 5 menunjukkan hubungan antara rata-rata jumlah mikroorganisme dengan total asam minuman vinegarmemiliki nilai yang fluktuatif, dimana pada grafik diatas ada sebagian kelompok peningkatan jumlah mikroorganisme megnakibatkan peningkatan total asam, walaupun begitu penurunan jumlah mikroorganisme tidak disertai penurunan total asam. Hubungan tersebut tidak selalu sebanding, dimana penurunan jumlah mikroorganisme tidak selalu diikuti dengan penurunan total asam.

2. 3. PEMBAHASANBahan utama yang digunakan sebagai substrat fermentasi pada praktikum kinetika fermentasi untuk memproduksi minuman vinegar adalah buah apel malang. Menurut Nazzarudin & Fauziah (1996), apel Malang disebut juga dengan nama apel Rhome Beauty. Karakteristik fisik dari jenis apel Rhome Beauty ini antara lain memiliki kulit berwarna hijau merah yang tidak merata di seluruh bagian. Warna merah pada kulit apel ini disebabkan karena hanya pada bagian tertentu apel terkena paparan sinar matahari, sedangkan bagian yang berwarna hijau kekuningan merupakan sisi lain yang tidak terkena paparan sinar matahari. Disamping itu, jenis apel Rhome Beauty ini memiliki permukaan kulit yang kasar dan agak tebal serta pada umunya memiliki berat sekitar 300 gram. Sedangkan dari daging buahnya apel Rhome Beauty memiliki warna kekuningan seperti warna apel pada umumnya serta memiliki tekstur yang agak keras. Apel Rhome Beauty ini memiliki rasa yang manis agak asam, dan terasa segar karena memiliki kandungan air yang tinggi.

Pada umunya buah apel sering dijadikan sebagai produk minuman beralkohol yang biasa disebut dengan cuka apel atau cider apel. Menurut teori Wood (1985), cider/ cuka apel merupakan minuman sari buah apel yang difermentasi dengan menggunakan yeast jenis Saccharomyces cereviceae. Dalam jurnal yang ditulis oleh Salsabila et al., (2013) dikatakan bahwa fermentasi merupakan proses reaksi perubahan kimia yang disebabkan oleh adanya aktivitas mikroorganisme umtuk memperoleh energi, sehingga substrat akan mengalami pemecahan berbagai senyawa karena telah digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas metabolisme. Pada praktikum kali ini juga dilakukan pembuatan minuman vinegar cider apel dengan metode fermentasi anaerob seperti teori Salsabila et al., (2013) yang mengatakan bahwa untuk membuat minuman vinegar, kondisi fermentasi yang harus dibuat adalah anaerob yaitu tanpa menggunakan oksigen selama prosesnya. Fermentasi dalam rangka memperoleh minuman vinegar yang memiliki citarasa khas alkohol maka mikroorganisme yang berperan adalah yeast Saccharomyces cereviceae. Yeast tersebut saat ini sudah banyak diaplikasikan pada berbagai produk fermentasi, sehingga yeast ini mudah ditemukan secara komersial berupa ragi yang dapat digunakan secara langsung atau instan.Sebelum praktikum ini dimulai, sebelumnya sudah dilakukan pengambilan sari buah apel dari 4 kg apel malang dengan menggunakan juicer. Sari apel inilah yang dipakai sebagai substrat pertumbuhan bagi yeast. Kemudian sebanyak 250 ml sari apel untuk masing-masing kelompok dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah steril. Lalu sari apel yang telah berada pada erlenmeyer dipanaskan dengan suhu 100C selama 30 menit pada waterbath. Menurut Widodo (2003), sari apel malang yang dipanaskan selama 30 menit pada suhu 100C tersebut berguna untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme kontaminan atau mikooorganisme lain selain yeast yang tidak diinginkan pertumbuhannya selama fermentasi. Suhu 100C merupakan titik didih dimana semua mikroorganisme kontaminan yang terdapat pada sari apel akan mati.

Setelah sari apel cukup dingin, dengan perlakuan steril dan aseptis dilakukan penuangan kultur di LAF (Laminer Air Flow). Kultur yang digunakan sebanyak 30 ml yeast Saccharomyces cereviceae diambil secara akurat dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam substrat atau media pertumbuhan yeast yaitu sari apel tersebut. Kemudian, sampel diinkubasi selama 5 hari di suhu ruang (25-30C) dengan perlakuan digoyangkan terus menerus menggunakan alat shaker. Said (1987), menegaskan tahap tersebut dengan teorinya, bahwa dimana proses shaker selama inkubasi digunakan sebagai media aerasi dan agitasi. Walaupun proses fermentasi dilakukan secara anaerob, namun yeast tetap membutuhkan sedikit oksigen untuk mendukung metabolisme pertumbuhannya. Maka proses aerasi dalam shaker ini tetap diperlukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi yeast. Pengamatan dilakukan berkala setiap 24 jam dengan pengambilan 30 ml sampel secara aseptis. Dari 30 ml sampel yang telah diambil, sebanyak 10 ml sampel digunakan untuk pengujian total asam, sedangkan 20 ml sampel sisanya digunakan untuk pengukuran pH, pengujian jumlah kepadatan sel menggunakan alat Haemocytometer dengan mikroskop, dan pengukuran konsentrasi sel (OD) menggunakan alat spektrofotometer. Data hasil pengamatan yang didapat ditunjukkan sebagai hari ke-0 (N0), hari ke-1 (N24), hari ke-2 (N48), hari ke-3 (N72), dan hari ke-4 (N96).

Gambar 6. Proses Inkubasi Pada ShakerBerdasarkan cara kerja yang dilakukan pada praktikum pembuatan minuman vinegar cider apel kali ini, teknik pemberian serta penumbuhan yeast dilakukan dengan sistem batch. Stanburry & Whitaker (1984) mengatakan bahwa sistem batch merupakan sistem fermentasi yang dilakukan dengan teknik pemberian kultur dan substrat secara terbatas atau tertutup. Maksud dari sistem terbatas atau tertutup yaitu pemberian apel sebagai substrat/nutrien bagi pertumbuhan yeast hanya dilakukan dalam satu kali penuangan tanpa dilakukan penuangan substrat selanjutnya secara bertahap. Apabila nutrien tersebut untuk pertumbuhan yeast telah habis maka proses fermentasi akan dengan sendirinya terhenti. Demikian pula dengan pemberian kultur yeast, kultur yeast hanya diberikan sekali dalam satu proses fermentasi sehingga apabila kerja yeast sudah maksimal, maka pembentukan metabolisme selama proses fermentasi akan berhenti.

Analisa penentuan jumlah sel mikroorganisme (kepadatan sel) dari hari ke-0 (N0) sampai dengan hari ke-4 (N96) pada minuman vinegar cider apel dilakukan dengan Haemocytometer. Menurut Fardiaz (1992) pengamatan langsung secara mikroskopis untuk menghitung jumlah mikroorganisme dengan Haemocytometer ini dilakukan dengan menggunakan larutan sampel yang sangat sedikit. Sejumlah kecil cairan sampel diletakkan diantara coverslip atau kaca penutup preparat dan 2 cekungan yang saling berhubungan pada plate Haemocytometer. Sebelum ditetesi sampel, plate Haemocytometer dibersihkan dahulu dengan menggunakan alkohol agar terhindar dari kontaminan. Pengamatan terhadap jumlah total kepadatan sel dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 40. Wilayah yang dihitung sebagai jumlah kepadatan sel tiap petak dibatasi dengan 3 garis di setiap sisi yaitu kanan, kiri, atas, dan bawah petak. Perhitungan sel mikroorganisme dilakukan menggunakan hand counter. Dengan demikian jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui dengan perhitungan (sel/cc atau sel/ml).

Pada setiap pengamatan, dilakukan perhitungan jumlah sel pada 4 petak yang berbedaa. Hasil perhitungan sel mikroorganisme pada keempat petak tadi kemudian dirata-rata sebagai rata-rata jumlah mikroorganisme tiap petak. Selanjutnya, dari rata-rata tiap petak tadi dihitung menjadi rata-rata jumlah mikroorganisme tiap cc. Hasil perhitungan selama 5 hari pengamatan dibuat grafik yang menunjukkan hubungan antara jumlah kepadatan sel tiap cc dengan waktu dapat dilihat pada Gambar 2, hubungan antara jumlah kepadatan sel tiap cc dengan pH dapat dilihat pada Gambar 3, hubungan antara jumlah kepadatan sel tiap cc dengan absorbansi dapat dilihat pada Gambar 4, dan hubungan antara jumlah kepadatan sel tiap cc dengan total asam dapat dilihat pada Gambar 5.

Untuk pengukuran absorbansi sel pada cider apel dengan menggunakan spektrofotometer (Absorbansi atau Optical Density) dengan panjang gelombang 660 nm. Cairan sampel dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansinya selama waktu inkubasi 5 hari (N0, N24, N48, N72, dan N96). Hasil pengamatan terhadap absorbansi dibuat grafik yang menunjukkan hubungan antara absorbansi dengan waktu dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk pengukuran tingkat keasaman digunakan 20 ml sampel cider apel dilakukan dengan pH meter selama waktu inkubasi 5 hari (N0, N24, N48, N72, dan N96).

Gambar 7. Pengukuran Absorbansi Menggunakan SpektrofotometerPengukuran tingkat keasaman dengan pH meter menghasilkan data yang lebih teliti karena tingkat keasaman larutan cider apel dapat langsung diketahui. Pada prinsipnya, elektroda pada pH meter dicelupkan ke dalam larutan uji, tetapi jangan sampai menyentuh permukaan wadah. Elektroda yang menyentuh permukaan wadah akan mempengaruhi ketelitian pH larutan uji yang sebenarnya (Day & Underwood, 1992). Untuk pengukuran total asam pada minuman fermentasi vinegar cider apel yang dihasilkan dilakukan dengan metode titrasi. Menurut Solomon (1987) titrasi merupakan metode reaksi penetralan yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu zat yang direaksikan dengan larutan yang konsentrasinya telah diketahui. Larutan yang konsentrasinya telah diketahui disebut larutan standar atau titran. Pada praktikum kali ini metode titrasi yang digunakan yaitu dengan metode alkalimetri yang menggunakan larutan alkali (basa) sebagai larutan standarnya yaitu NaOH (Brady, 1997). Indikator yang digunakan pada pengukuran total asam pada cider apel ini adalah indikator PP (phenolphtalein). Hal tersebut sesuai dengan teori Day & Underwood (1992) yang mengatakan bahwa indikatorphenolphtalein (PP) ini mempunyai range pH 8,0 9,6 yang sesuai untuk alkalimetri atau larutan titran yang bersifat basa (NaOH). Selama proses titrasi larutan yang diuji yang bersifat asam akan mengalami peningkatan pH (semakin basa) hingga tercapai kondisi netral yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah.

Gambar 8. Pengukuran pH

3.1. Hubungan Jumlah Mikroorganisme Absorbansi Dari hasil pengamatan yang didapat mengenai absorbansi atau OD menggunakan spektrofotometer, semua kelompok mengalami fluktuasi yang cukup beragam. Namun hanya pada kelompok F2 memiliki nilai absorbansi tertinggi pada akhir waktu fermentasi hingga mencapai angka 2,1425 nm. Peningkatan nilai absorbasnsi berbanding lurus dengan kekeruhan suatu larutan dan juga berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Perbedaan kekeruhan tersebut menginidkasikan bahwa aktivitas yeast dalam melakukan metabolisme dan pembentukan produk cider apel berbeda-beda. Hal ini terkait dengan kemampuan yeast dalam memecah gula yang terkandung pada substrat apel dan ketersediaan nutrisi bagi yeast yang terkandung dalam substrat sari apel itu sendiri (Ewing, 1976). Maka semakin keruh larutan sampel, semakin tinggi pula nilai absorbansinya.

3.2. Hubungan Jumlah Mikroorganisme dengan WaktuDari hasil pengamatan yang didapat mengenai perhitungan jumlah sel mikroorganisme dengan menggunakan Haemocytometer, hanya pada kelompok F3 yang mengalami peningkatan jumlah MO pada awal waktu fermentasi dan mengalami penurunan jumlah MO pada akhir waktu fermentasi. Hasil tersebut sesuai dengan teori Laily et al., (2004) yang mengatakan bahwa pertumbuhan mikroorganisme pada proses fermentasi akan terhenti jika mikroorganisme yang berperan telah memasuki fase stasioner atau gula sebagai sumber energi pada substrat telah habis. Sedangkan pada kelompok lain mengalami peningkatan terus menerus hingga akhir waktu fermentasi. Hasil tersebut menyimpang dengan teori Laily et al., (2004). Penyimpangan hasil tersebut mungkin terjadi karena ketidaktelitian dalam menghitung jumlah sel atau karena adanya sel mikroorganisme lain yang tidak diinginkan ikut terhitung (kontaminasi).

Gambar 9. Penghitungan Jumlah Mikroorganisme dengan Haemocytometer3.3. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan pHDari hasil pengamatan yang didapat mengenai hubungan antara jumlah mikroorganisme yang dihitung dengan prinsip Haemocytometer dengan tingkat keasaman (pH) dari ke lima hari pengamatan memiliki kisaran pH pertumbuhan antara 3.22 3.82. Dalam jurnal dari Herreroet al., (2006) yang berjudul: Volatile Compounds in Cider: Inoculation Time and Fermentation Temperature Effect dikatakan bahwa produksi minuman cider terdiri dari proses yang sangat kompleks dengan dua aspek penting yaitu yang pertama adalah fermentasi alkohol, yaitu proses fermentasi yang terjadi karena konsumsi gula oleh yeast yang menghasilkan etanol dan CO2, dan yang kedua adalah proses dekarboksilasi asam malat menjadi asam laktat dan CO2 yang dilakukan oleh bakteri malolaktat. Proses ini disebut dengan proses fermentasi malolaktat. Pda tahap fermentasi ini yang diinginkan adalah menurunkan tingkat keasaman (acidity) untuk meningkatkan kualitas organoleptik produk cider yang dihasilkan dan mengkontribusi stabilitas keberadaan mikroorganisme. Maka sesuai dengan jurnal tersebut, bahwa jumlah mikroorganisme erat kaitannya dengan tingkat keasaman cider apel karena adanya proses fermentasi malolaktat. Kisaran pH 3.22 3.82 pada praktikum ini berubah secara statis setiap hari pengamatannya selama proses inkubasi. Artinya, tingkat keasaman mengalami fluktuasi setiap harinya namun tetap stabil.

3.4. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme dengan Total AsamDari hasil pengamatan yang didapat mengenai hubungan jumlah sel mikroorganisme dengan total asam, pada semua kelompok mengalami fluktuasi angka total asam. Namun demikian, angka total asam semua kelompok pada akhir waktu fermentasi selalu menurun. Ankga total asam paling rendah ditemui pada kelompok F5 di akhir waktu fermentasi yaitu 12,86. Dalam praktikum penentuan total asam pada cider apel, digunakan NaOH sebagai titran. Penggunaan latrutan basa (NaOH) sebagai titran adalah karena cider apel memiliki sifat yang asam. Maka dari itu, diciptakan kondisi penetralan dengan larutan basa (NaOH) untuk mengetahui berapa volume titran yang digunakan selama titrasi sehingga kadar asamn dapat ditentukan. Selama proses titrasi larutan yang diuji yang bersifat asam akan mengalami peningkatan pH(semakin basa) sampai tercapai kondisi netral yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah dengan bantuan indikator PP. Semakin banyak volume titran yang digunakan, berarti keasaman cider apel semakin tinggi karena dengan tingkat keasaman yang tinggi (sangat asam), larutan titran basa yang dibutuhkan semakin banyak untuk mencapai kondisi netral (Day & Underwood, 1992).

Berdasarkan pernyataan Day & underwood (1992) tersebut maka dapat diketahui bahwa volume titran yang digunakan selama proses titrasi sebanding dengan total asam yang dimiliki cider apel. Jika dibandingkan dengan jumlah mikroorganismenya, angka total asam selama inkubasi tidak memiliki kesesuaian atau tidak sebanding. Hubungan antara jumlah mikroorganisme dengan total asam tidak dapat dibandingkan karena kenaikan dan penurunan pada jumlah mikroorganisme tidak seimbang atau berbeda signifikan dengan kenaikan dan penurunan total asam setiap harinya. Dalam jurnal Noguieraet al.,(2008) dengan judul Slow Fermentation in French Cider Processing due to Partial Biomass Reduction dikatakan bahwa selain fermentasi alkohol oleh yeast, dalam kinetikanya proses fermentasi cider apel juga terkait dengan fermentasi malolaktat oleh bakteri untuk menghasilkan asam. Bakteri bisa berasal dari golongan bakteri asam laktat atau bakteri asam asetat. Aktivitas bersama dari yeast dan bakteri inilah yang dapat menghasilkan produk minuman vinegar cider apel yang memiliki rasa dan aroma serta karakteristik yang khas. Hal tersebut juga didukung oleh penyataan dari Dierings et al., (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Population Dynamics of Mixed Culture of Yeast and Lactic Acid Bacteria in Cider Conditions yang mengatakan bahwa bakteri asam laktat tersebut adalah salah satu bakteri yang sering digunakan sebagai agen fermentasi malolaktat dalam pengembangan minuman fermentasi (wine) berbasis buah-buahan. Menurut Silva et al., (2007) dalam jurnalnya yang berjudul Cashew Wine Vinegar Production: Alcoholic and Aceti Fermentation asam yang dihasilkan bermacam-macam, tetapi pada jurnal ini dikatakan bahwa minuman vinegar yang diproduksi diinginkan memiliki citarasa asam yang berasal dari asam asetat.

4. 5. KESIMPULAN

Fermentasi cider apel tergolong fermentasi anaerob. Teknik pemberian dan penumbuhan yeast dilakukan dengan sistem batch. Proses shaker selama inkubasi digunakan sebagai media aerasi dan agitasi. Metode Haemocytometer dan Absorbansi (OD) pada prinsipnya sama yaitu untuk mengetahui kepadatan sel mikroorganisme dari hari ke hari. Jika mikroorganisme yang berperan sudah memasuki fase stasioner atau gula sebagai sumber energi pada substrat telah habis, maka pertumbuhan mikroorganisme dalam proses fermentasi terhenti. Cider apel memiliki pH 3.22 3.82 dengan total asam terendah 12.86 mg/ml.

Semarang, 9 Juli 2015Praktikan, Asisten Dosen: Bernadus Daniel Herjanto Chaterine Meilani Raphael Elhan Argasae12.70.0158Metta Meliani

6. 7. DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A & A.I.Underwood . (1992 ) . Analisa Kimia Kuantitatif . Erlangga . Jakarta.

Dierings, R; C.M. Braga; K. Marques da Silva; G. Wosiacki; dan A. Nogueira. (2013). Population Dynamics of Mixed Culture of Yeast and Lactic Acid Bacteria in Cider Conditions. An International Journal: Brazilian Archives of Biology and Technology Vol. 56, No. 5, pp. 837 847.

Ewing, G. W. (1976). Instrumental Methods of Chemical Analysis. Mc Grow Hill Book Company. USA.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Herrero, M; Luis. A. Garcia; dan Diaz, M. (2006). Volatile Compounds in Cider: Inoculation Time and Fermentation Temperature Effect. Journal of the Institute of Brewing Vol. 112, No. 3, pp. 210-214.

Laily, N., Atariansah, D. Nuraini, S. Istini, I. Susanti, L. Hartono. (2004). Kinetika Fermentasi Produksi Selulosa Bakteri oleh Acetobacter pasterianum pada Kultur Kocok.

NazzarudindanFauziah, M. (1996).BuahKomersial. PenebarSwadaya. Jakarta.

Noguiera, A; J. M. Le Quere; P. Gestin; A. Michel, G. Wosiacki; dan J.F. Drilleau. (2008). Slow Fermentation in French Cider Processing due to Partial Biomass Reduction. Journal of the Institute of Brewing Vol. 114, No. 2, pp. 102-110.

Salsabila, U; Mardiana, D; dan Indahyanti, E. (2013). Kinetika Reaksi Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Pati Biji Durian menjadi Etanol. Jurnal Kimia Student Vol. 2, No. 1, pp. 331-337.

Silva, M.E; A.B. Torres Neto; W.B. Silva; F.L.H. Silva; dan R. Swarnakar. (2007). Cashew Wine Vinegar Production: Alcoholic and Acetic Fermentation. Brazilian Journal of Chemical Engineering Vol. 24, No. 02, pp. 163 169.

Solomon, S. (1987). Introduction to General Organic and Biological. Mc Graw-Hill Book Company. Boston.Stanburry, P.F. & Whitaker. (1984). Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press. New York.

Widodo. (2003). Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press. Yogyakarta.

Wood, B.J. (1985). Microbiology of Fermented Food Volume 2. Elsevier Applied Science Publisher, London.

8. 9. LAMPIRAN

9.1. Perhitungan9.1.1. PerhitunganJumlahBiomassadenganHaemocytometerRumus :

Kelompok F1 N0

N24

N48

N72

N96

Kelompok F2 N0

N24

N48

N72

N96

Kelompok F3 N0

N24

N48

N72

N96

Kelompok F4 N0

N24

N48

N72

N96

Kelompok F5 N0

N24

N48

N72

N96

5.1.2. Perhitungan Total AsamSelamaFermentasiRumusperhitungan Total Asam

Kelompok F1 N0Volume titrasi = 8,5 ml

N24Volume titrasi = 10 ml

N48Volume titrasi = 7,5 ml

N72Volume titrasi = 7,6 ml

N96Volume titrasi = 7,3 ml

Kelompok F2 N0Volume titrasi = 8,6 ml

N24Volume titrasi = 9 ml

N48Volume titrasi = 7,5 ml

N72Volume titrasi = 7,6 ml

N96Volume titrasi = 7,1 ml

Kelompok F3 N0Volume titrasi = 8,9 ml

N24Volume titrasi = 9 ml

N48Volume titrasi = 8,5 ml

N72Volume titrasi = 8,1 ml

N96Volume titrasi = 7,3 ml

Kelompok F4 N0Volume titrasi = 8,5 ml

N24Volume titrasi = 10 ml

N48Volume titrasi = 7,5 ml

N72Volume titrasi = 7,6 ml

N96Volume titrasi = 7,2 ml

Kelompok F5 N0Volume titrasi = 8,2 ml

N24Volume titrasi = 9 ml

N48Volume titrasi = 7,5 ml

N72Volume titrasi = 7,9 ml

N96Volume titrasi = 6,7 ml

5.2. Jurnal (Abstrak)5.3. Laporan Sementara