keratitis

Upload: rizalfadli

Post on 18-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

keratitis

TRANSCRIPT

  • KERATITIS Oleh : dr. M. Amrullah Al Faqih (2002)

    Medical Study Club (MiSC) Organ Indera fkuii.org

    Pendahuluan

    Mata merupakan salah satu indera dari pancaindera yang sangat penting untuk

    kehidupan manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indera penglihatan yang

    baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang

    sangat peka, trauma sekecil apapun, seperti debu yang bila masuk mata, sudah cukup

    menimbulkan gangguan yang hebat.1,2

    Kornea merupakan salah satu bagian dalam anatomi mata yang sangat

    berperan dalam menentukan hasil pembiasan sinar pada mata, karena kornea

    berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, sehingga bila

    terjadi lesi pada kornea umumnya akan memberikan gejala penglihatan yang

    menurun, terutama bila lesi tersebut letaknya di tengah.2,3,4

    KORNEA

    Tinjauan Anatomi dan Fisiologi Kornea

    Kornea dalam bahasa latin Cornum yang berarti tanduk adalah bagian anterior

    dari mata, jernih dan merupakan jendela sinar sehingga sinar dapat masuk ke dalam

    bola mata. Permukaannya mempunyai lengkung teratur, mengkilap, dan licin oleh air

    mata. Ketebalannya relatif sama diseluruh bagian yaitu di tepi 0.65 mm dan 0.54 mm

    di pusat dengan diameter rata-rata pada dewasa 12 mm.2,3

    Gambar 1. Anatomi Mata

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 1

  • Kornea adalah jaringan yang tranparan tidak mengandung pembuluh darah

    (avaskuler). Sifat avaskuler ini penting untuk penerimaan transplantasi kornea oleh

    resipien dari donor siapapun tanpa memandang kesamaan sifat genetis.4

    Bentuk kornea bundar melengkung seperti kaca arloji. Pembiasan

    cahaya/sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 40 dioptri dari 50 dioptri

    pembiasan masuk kornea. Pembiasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior

    dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea akan mengganggu

    pembentukan bayangan yang baik pada retina.5

    Jaringan kornea terdiri atas lima lapisan, yaitu (dari luar ke dalam) : 2,3,4,5

    1. Epitel Kornea

    Terdiri dari 5 lapisan sel skuamosa, yang tersusun sangat rapi dan merupakan

    lanjutan dari epitel konjungtiva bulbi.

    2. Membran Bowman

    Letaknya di bawah epitel dan terdiri dari lamel-lamel tanpa sel atau nukleus dan

    merupakan modifikasi dari jaringan stroma.

    3. Jaringan Stroma

    Terdiri dari jaringan yang tersusun sejajar dan sangat rapi dan 90% ketebalan

    kornea adalah jaringan stroma.

    Karena inilah, kornea menjadi sangat jernih. Keratosit merupakan sel stroma

    kornea yang merupakan fibroblast yang terletak di antara serat kolagen stroma.

    4. Membran Descemet

    Merupakan membran aseluler yang bersifat sangat elastik dengan ketebalan 40m dan merupakan batas posterior dari stroma kornea yang dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

    5. Endotel

    Berasal dari mesothelium, berlapis satu dengan bentuk heksagonal. Endotel

    melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan zonula okluden.

    Kornea memperoleh nutrisi melalui difusi dari pembuluh darah di limbus

    kornea yaitu batas antara sklera dan kornea, cairan akuos dan air mata. Permeabilitas

    dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel, yang merupakan membran

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 2

  • semipermeabel. Keadaan kedua lapisan ini sangat penting untuk mempertahankan

    kejernihan kornea. Permukaan kornea juga dapat menyerap oksigen dari atmosfer

    yang larut ke dalam air mata. 2,3

    Gambar 2 : Penampang Histologi Kornea

    Innervasi saraf sensorik untuk kornea berasal dari percabangan pertama saraf

    Trigeminus (N.V) yaitu ophtalmicus. Di epitel kornea tersebar akhiran saraf sensibel.

    Bila kena paparan maka akan menghasilkan rasa sakit. Jumlah yang banyak dari

    akhiran saraf dan lokasinya yang tersebar akan peka walaupun dengan

    sentuhan/abrasi yang halus pada epitel kornea. 3

    Epitel kornea merupakan sawar yang andal bagi mikroorganisme yang akan

    masuk kornea. Tetapi kalau epitel terkena trauma dan rusak, maka membran Bowman

    menjadi kultur yang sangat baik untuk bermacam-macam mikroorganisme, terutama

    Pseudomonas Aeruginosa. Membran Descemet menahan mikroorganisme tetapi tidak

    terhadap jamur.3,4

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 3

  • Pemeriksaan Pada Kornea 5

    1. Uji Fluoresin Yaitu uji untuk melihat adanya defek pada epitel kornea. Caranya, kertas

    fluoresin dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologis kemudian

    diletakkan pada saccus konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu penderita

    diberi anestesi lokal. Penderita diminta menutup matanya selama 20 detik,

    kemudian kertas diangkat. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau dan

    disebut sebagai uji fluoresin positif.

    2. Uji Fistel Yaitu uji untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea. Pada

    konjungtiva inferior ditaruh kertas fluoresin. Bila terdapat fistel kornea akan

    terlihat pengaliran cairan mata berwarna hijau.

    3. Uji Plasido Yaitu uji untuk melihat kelengkungan kornea. Caranya dengan memakai

    papan plasido yaitu papan dengan gambaran lingkaran konsentris putih hitam

    yang menghadap pada sumber cahaya, sedang pasien sendiri membelakangi

    sumber cahaya. Melalui lubang di tengah dilihat gambaran bayangan plasido

    pada kornea. Normal bayangan plasido pada kornea berupa lingkaran

    konsentris.

    Gambar 3 : Bayangan Keratoskop Placido pada Kornea. 3

    4. Uji Sensibilitas kornea

    Yaitu uji untuk menilai fungsi saraf trigeminus kornea. Caranya dengan

    meminta penderita melihat jauh ke depan, kemudian dirangsang dengan kapas

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 4

  • kering dari bagian lateral kornea. Bila terdapat refleks mengedip, rasa sakit

    atau mata berair berarti fungsi saraf trigeminus dan fasial baik.

    KERATITIS

    Definisi

    Keratitis ialah peradangan pada kornea. Gejala patognomik dari keratitis ialah

    terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat ada di seluruh lapisan kornea, dan

    menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis.

    Karena kornea merupakan bangunan yang avaskuler, maka pertahanan pada

    waktu peradangan tidak bereaksi dengan cepat, seperti jaringan lain yang

    mengandung banyak vaskularisasi. Sehingga badan kornea, wandering cells dan sel-

    sel lainnya yang terdapat di dalam stroma kornea akan segera bekerja sebagai

    makrofag yang kemudian akan disusul dengan terjadinya dilatasi dari pembuluh

    darah yang terdapat di limbus dan akan tampak sebagai injeksi perikornea. Kemudian

    akan terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma dan sel polimorfonuklear

    yang akan mengakibatkan timbulnya infiltrat yang selanjutnya dapat berkembang

    dengan terjadinya kerusakan epitel dan timbullah ulkus (tukak) kornea. 2,3

    Pada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan

    jaringan parut (sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan leukoma.2,3

    - Nebula, timbul bila ulkus tak begitu dalam dan tampak sebagai bercak seperti awan, yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan.

    - Makula, terjadi bila ulkus lebih dalam dan tampak sebagai bercak putih yang tampak di kamar biasa.

    - Leukoma, didapat bila ulkus lebih dalam lagi dan tampak sebagai bercak putih seperti porselen, yang sudah tampak dari jarak jauh.

    Manifestasi Klinis

    Gejala patognomik dari keratitis adalah terdapatnya infitrat di kornea. Infiltrat

    dapat ada di segala lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan

    keratitis.3 Tanda subyektif lain yang dapat mendukung keratitis adalah fotofobia,

    lakrimasi, blefarospasme dan gangguan visus. Injeksi perikornea di limbus

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 5

  • merupakan tanda objektif yang dapat timbul pada keratitis, selain dapat pula

    terjadinya edema kornea.2,3

    Klasifikasi

    Pembagian keratitis ada bermacam-macam, salah satunya adalah klasifikasi

    keratitis menurut kausanya (Vaughan) :

    a. Bakteri

    - Diplococcus pneumonia

    - Streptococcus haemoliticus

    - Pseudomonas aeruginosa

    - Klebsiella pneumonia

    b. Virus

    - Herpes simpleks

    - Herpes zoster

    - Variola

    - Vacinia

    c. Jamur

    - Candida

    - Aspergillus

    - Nocardia

    - Cephalosporum

    d. Alergi terhadap :

    - Stafilokok (ulkus marginal)

    - Tuberkuloprotein (keratitis flikten)

    - Toksin (ring ulcer , ulkus anularis)

    e. Defisiensi vitamin

    Avitaminosis A (xeroftalmia)

    f. Kerusakan N. V

    Keratitis neuroparalitik

    g. Tidak diketahui penyebabnya (ulkus moorens)

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 6

  • Menurut tempatnya (Salim cit Wiyana, 1993 )

    a. Keratitis superfisial

    Ulseratif - Keratitis pungtata superfisial ulserativa

    - Keratitis flikten

    - Keratitis herpetika

    - Keratitis sicca

    - Keratitis rosasea

    Non-ulseratif - Keratitis pungtata suferfisial Fuchs

    - Keratitis numularis Dimmer

    - Keratitis disiformis Westhoff

    - Keratokonjungtivitis epidemika

    b. Keratitis profunda

    Ulseratif - Keratitis et lagoftalmus

    - Keratitis neuroparalitik

    - Xeroftalmia

    - Trakoma dengan infeksi sekunder

    - Keratitis gonore

    - Ulkus serpens akut

    - Ulkus serpens kronis

    - Ulkus ateromatosis

    Non-ulseratif - Keratitis interstitial

    - Keratitis pustuliformis profunda

    - Keratiis disiformis

    - Keratitis sklerotikans

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 7

  • Menurut Prof I. Salam, yaitu: 2

    Xeroftalmia

    KERATITIS

    Superfisial

    Non-Ulseratif

    Ulseratif

    Profunda

    Non-Ulseratif

    Ulseratif

    Keratitis pungtata superfisial

    Keratitis Numularis

    Keratitis Disiformis

    Keratokonjungtivitis Epidemika

    Keratitis pungtata superfisial ulseratif

    Keratitis Flikten

    Keratitis Herpetika

    Keratitis Sicca

    Rosasea Keratitis

    Keratitis Interstitial

    Keratitis Pustuliformis profunda

    Keratitis Disiformis

    Keratitis Sklerotikans

    Keratitis Lagoftalmus

    Keratitis Neuroleptika

    Trakoma

    Gonore

    Ulkus Serpens Akut dan kronis

    Ulkus Ateromatous

    Keratitis Superfisial Non-Ulseratif

    1. Keratitis Pungtata Superfisial Merupakan suatu peradangan akut yang mengenai satu atau kedua mata, dapat

    dimulai dari konjungtivitis kataral, disertai infeksi dari traktus respiratorius.

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 8

  • Tampak infiltrat yang berupa titik-titik pada kedua permukaan membran

    Bowman. Tes fluoresin (-), karena letaknya terjadi di subepitelial.

    Gambar 4 : Keratitis Pungtata

    Penyebabnya belum diketahui dengan jelas, diduga diakibatkan infeksi virus,

    bakteri, parasit, neurotropik, dan nutrisional. 2,3,5

    2. Keratitis Numularis

    Penyebabnya diduga diakibatkan oleh virus. Pada kornea terdapat infiltrat

    bulat-bulat subepitelial dan di tengahnya lebih jernih, seperti halo. Tes

    fluoresinnya (-).2,3

    Gambar 5 : Keratitis Numularis

    3. Keratitis Diskiformis

    Disebut juga sebagai keratitis sawah, karena merupakan peradangan kornea

    yang banyak di negeri persawahan basah. Pada anamnesa umumnya ada riwayat

    trauma dari lumpur sawah. 2,3

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 9

  • Gambar 6 : Keratitis Sawah

    Pada kornea tampak infiltrat yang bulat-bulat-bulat, di tengahnya lebih padat

    dari pada di tepi dan terletak subepitelial. Tes Fluoresin (-).2

    4. Keratokonjungtivitis Epidemika

    Merupakan peradangan yang mengenai kornea dan konjungtiva yang

    disebabkan oleh reaksi alergi terhadap adenovirus tipe 8. 3,5

    Penyakit ini dapat timbul sebagai suatu epidemia dan biasanya unilateral.

    Umumnya pasien merasa demam, merasa seperti ada benda asing, kadang-kadang

    disertai nyeri periorbita, dan disertai penglihatan yang menurun. 2,5

    Perjalanan penyakit ini sangat cepat, dimulai dengan konjungtivitis folikularis

    nontrakomatosa akut yang ditandai dengan palpebra yang bengkak, konjungtiva

    bulbi khemotis dan mata terasa besar dan dapat disertai dengan adanya

    pseudomembran.

    Keratitis Superfisial Ulseratif

    1. Keratitis Pungtata Superfisial Ulseratif Penyakit ini didahului oleh konjungtivitis kataral, akibat stafilokok ataupun

    penumokok. Tes fluoresin (+).2

    2. Keratokonjungtivitis Flikten

    Merupakan radang kornea dan konjungtiva akibat dari reaksi imun yang

    mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen. Pada

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 10

  • mata terdapat flikten yaitu berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan

    yang terdapat pada lapisan superfisial kornea dan menonjol di atas permukaan

    kornea. 2,5

    3. Keratitis Herpetika

    Merupakan keratitis yang disebabkan oleh infeksi herpes simplek dan herpes

    zoster. Keratitis herpetika yang disebabkan oleh herpes simplek dibagi dalam 2

    bentuk yaitu epitelial dan stromal. Perbedaan ini perlu akibat mekanisme

    kerusakannya yang berbeda. 2

    Pada yang epitelial kerusakan terjadi akibat pembelahan virus di dalam sel

    epitel, yang akan mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk ulkus kornea

    superfisial. Sedang pada yang stromal diakibatkan reaksi imunologik tubuh pasien

    sendiri terhadap virus yang menyerang. 2,5

    Keratitis herpes simplek adalah penyebab ulkus kornea paling sering dan

    penyebab kebutaan kornea paling umum di Amerika. Bentuk epitelnya adalah

    padanan dari herpes labialis, yang memiliki ciri-ciri immunologi dan patologi

    sama, juga perjalanan penyakitnya. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa

    perjalanan klinik keratitis dapat berjalan lebih lama karena stroma kornea kurang

    vaskuler, sehingga menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi.

    Infeksi okuler HSV pada hospes imunokompeten biasanya sembuh sendiri,

    namun pada hospes yang secara imunologi tidak kompeten, termasuk pasien yang

    diobati dengan kortikosteroid topikal, perjalanannya mungkin dapat menahun dan

    dapat merusak. Penyakit endotel dan stroma tadinya diduga hanyalah respon

    imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler akibat virus, namun

    sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat

    timbul di dalam stroma dan mungkin juga sel-sel endotel, selain di jaringan lain

    dalam segmen anterior, seperti iris dan endotel trebekel. Hal ini mengharuskan

    penilaian kemungkinan peran relatif replikasi virus dan respon imun hospes

    sebelum dan selama pengobatan terhadap penyakit herpes. Kortikosteroid topikal

    dapat mengendalikan respon peradangan yang merusak namun memberikan

    peluang terjadinya replikasi virus. Jadi setiap kali menggunakan kortikosteroid

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 11

  • topikal, harus ditambahkan obat anti virus. Setiap pasien yang menggunakan

    kortikosteroid topikal selama pengobatan penyakit mata akibat herpes harus

    dalam pengawasan ophtalmolog.

    Studi serologik menunjukkan bahwa hampir setiap orang dewasa pernah

    terpajan virus ini, namun tidak sampai menunjukkan gejala klinik penyakit.

    Sesudah infeksi primer, virus ini menetap secara laten di ganglion trigeminum.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kambuhnya penyakit ini, termasuk lokasinya,

    masih perlu diungkapkan. Makin banyak bukti menunjukkan bahwa beratnya

    penyakit, sekurang-kurangnya untuk sebagian, tergantung pada jenis virusnya.

    Kebanyakan infeksi HSV pada kornea disebabkan HSV tipe I (penyebab herpes

    labialis), namun pada beberapa kasus pada bayi dan dewasa dilaporkan

    disebabkan oleh HSV tipe II (penyebab herpes genitalis). Lesi kornea kedua jenis

    ini tidak dapat dibedakan.

    Gejalanya dapat menyerupai infeksi bakteri ringan. Mata agak nyeri, berair,

    merah, dan sentif terhadap cahaya. Kadang infeksi dapat memburuk dan kornea

    membengkak, membuat penglihatan menjadi berkabut. Seringkali infeksi awal

    hanya menimbulkan perubahan ringan pada kornea dan hilang tanpa pengobatan.

    Bagaimanapun juga, kadang infeksi dapat kembali terjadi dan gejalanya

    memburuk. Jika terjadi reinfeksi, kerusakan permukaan kornea dapat terjadi

    selanjutnya. Beberapa kekambuhan dapat menyebabkan ulkus yang dalam,

    jaringan parut permanent, dan hilangnya rasa saat mata disentuh. Virus herpes

    simplek juga dapat menyebabkan terjadinya neovaskularisasi di kornea dan

    membuat gangguan visual yang signifikan.

    Lesi-lesi paling khas adalah ulkus dendritik. Ini terjadi pada epitel kornea,

    memiliki pola percabangan khas dengan tepian kabur, memiliki bulbus-bulbus

    terminalis pada ujungnya. Pewarnaan flourescin memudahkan melihat dendrit,

    namun sayangnya keratitis herpes dapat juga menyerupai banyak infeksi kornea

    lain dan harus dimasukkan dalam diagnosis differensial pada banyak lesi kornea.

    Ulserasi geografik adalah sebentuk penyakit dendritik menahun yang bentuk

    lesinya lebih lebar. Tepian ulkus tidak kabur, sensasi kornea seperti halnya

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 12

  • penyakit kornea lain juga menurun. Lesi epitelial kornea lain yang dapat

    ditimbulkan HSV adalah keratitis epitelial blotchy, deratitis epitelial stellata,

    dan keratitis filamentosa. Namun semua ini umumnya bersifat sementara dan

    sering menjadi dendritik khas pada satu dua hari. Kekeruhan subepitelial dapat

    disebabkan infeksi HSV. Bayangan mirip hantu, yang bentuknya sesuai dengan

    defek epitelial asli namun sedikit lebih besar, terlihat di daerah tepat di bawah lesi

    epitel. Bayangan tersebut tetap superficial namun sering bertambah nyata akibat

    pemakaian obat anti virus, khususnya Idoxuridine. Biasanya lesi subepitelial ini

    tidak menetap lebih dari satu tahun.

    Terapi keratitis HSV sebaiknya bertujuan menghentikan replikasi virus di

    dalam kornea, sambil memperkecil efek merusak respon radang.

    1. Debridement

    Cara efektif mengobati keratitis dendritik adalah debridement

    epitelial, karena virus berlokasi didalam epitel. Debridement juga

    mengurangi beban antigenik virus pada stroma kornea. Epitel sehat

    melekat erat pada kornea, namun epitel terinfeksi mudah dilepaskan.

    Debridement dilakukan dengan menggunakan aplikator berujung

    kapas khusus. Yodium atau eter topikal tidak banyak bermanfaat dan

    dapat menimbulkan keratitis kimiawi. Obat siklopegik seperti atropin

    1 % atau homatropin 5 % diteteskan ke dalam sakus konjunctiva dan

    ditutupkan dengan sedikit tekanan. Pasien harus diperiksa setiap hari

    dan diganti penutupnya sampai defek kornea sembuh umumnya dalam

    72 jam. Pengobatan tambahan dengan antivirus topikal mempercepat

    pemulihan epitel. Terapi obat topikal tanpa debridement epitel pada

    keratitis epitel memberikan keuntungan karena tidak perlu ditutup,

    namun kemungkinan pasien menghadapi barbagai keracunan obat.

    2. Terapi Obat

    Pengobatan kadang-kadang tidak diperlukan karena dapat

    sembuh sendiri. Agen antivirus topikal yang dipakai pada keratitis

    herpes adalah idoxuridine, trifluridine, vidarabine, dan acyclovir.

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 13

  • Trifluridine dan acyclovir jauh lebih efektif pada penyakit stroma

    daripada yang lain. Idoxuridine dan trifluridine seringkali

    menimbulkan efek toksik. Acyclovir oral ada manfaatnya untuk

    pengobatan herpes mata yang berat, khususnya pada orang atopik yang

    rentan terhadap penyakit herpes mata dan kulit agresif (eczema

    herpetikum). Studi multicenter terhadap efektifitas acyclovir pada

    keratouveitis herpes simplek dan pencegahan penyakit rekurens saat

    ini sedang dilakukan (Herpes Eye Disease Study).

    Replikasi virus pada pasien imunokompeten, khususnya bila

    terbatas pada epitel kornea, umumnya sembuh sendiri dan

    pembentukan parut minimal. Dalam hal ini, penggunaan kortikosteroid

    topikal tidak diperlukan bahkan berpotensi sangat merusak. Sayangnya

    klinikus kadang-kadang menekan kekebalan pasien dengan

    kortikosteroid untuk mengurangi radang lokal. Ini didasarkan

    anggapan yang keliru bahwa mengurangi peradangan akan

    mengurangi penyakitnya. Sekalipun respon peradangan itu diduga

    timbul semata-mata karena respon imunologi, seperti pada keratitis

    deskiformis, penggunaan kortikosteroid topikal sebaiknya tetap

    dihindarkan jika kemungkinan besar akan dapat sembuh sendiri.

    Sekali dipakai kortikosteroid topikal, umumnya pasien terpaksa harus

    memakai obat itu untuk menghindari episode keratitis berikutnya,

    dengan kemungkinan terjadi replikasi virus yang tidak terkendali dan

    efek samping lain yang berhubungan dengan steroid, seperti

    superinfeksi bakteri dan fungi, glaukoma, dan katarak. Kortikosteroid

    topikal dapat pula mempermudah perlunakan kornea, yang

    meningkatkan resiko perforasi kornea. Jika memang perlu memakai

    kortikosteroid topikal, penting sekali ditambahkan pemakaian obat

    antivirus secukupnya uantuk mengendalikan replikasi virus.

    3. Terapi Bedah

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 14

  • Keratoplasti penetrans mungkin diindikasikan untuk

    rehabilitasi penglihatan pasien yang mempunyai parut kornea berat,

    namun hendaknya dilakukan beberapa bulan sesudah penyakit herpes

    nonaktif. Pasca bedah, penyakit herpes rekurens dapat timbul karena

    trauma bedah dan korikosteroid topikal yang diperlukan untuk

    mencegah penolakan transplantasi kornea. Juga sulit dibedakan

    penolakan transplantasi kornea dari penyakit stroma rekurens.

    Perforasi kornea akibat penyakit herpes stroma atau

    superinfeksi bakteri atau fungi mungkin memerlukan keratoplasti

    penetrans darurat. Perlekatan jaringan sianokrilat dapat dipakai secara

    efektif untuk menutup perforasi kecil, dan graft petak lameral

    berhasil pada kasus tertentu. Keratoplasti lameral mempunyai

    keuntungan dibanding keratoplasti penetrans karena lebih kecil

    kemungkinan terjadi penolakan transplant. Lensa kontak lunak untuk

    terapi atau tarsorafi mungkin diperlukan untuk pemulihan defek epitel

    yang terdapat pada keratitis herpes simpleks.

    Virus herpes zooster dapat memberikan infeksi pada ganglion

    Gaseri nervus trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik

    maka akan terlihat gejalagejala herpes zoster pada mata. Gejala ini

    tidak akan melampaui garis median kepala. Biasanya herpes zoster

    akan mengenai orang dengan usia lanjut.

    Keratitis vesikuler dapat terjadi akibat herpes zoster. Gejala

    yang terlihat pada mata ialah rasa sakit pada daerah yang terkena dan

    badan terasa hangat. Penglihatan berkurang dan mata merah. Pada

    kelopak akan terlihat adanya vesikel dan infiltrat pada kornea. Vesikel

    tersebar sesuai dengan dermatom yang dipersarafi nervus trigeminus

    yang dapat progresif dengan terbentuknya jaringan parut.

    Pengobatan biasanya spesifik dan simtomatik. Pengobatan

    dapat dengan pemberian asiklovir dan pada usia lanjut dapat diberi

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 15

  • kortikosteroid. Penyulit yang dapat terjadi pada herpes zoster oftalmik

    ialah uveitis, parese otot penggerak mata, glaukoma dan neuritis optik.

    4. Keratokonjungtivitis Sicca

    Merupakan peradangan akibat keringnya permukaan kornea dan konjungtiva,

    yang dapat disebabkan karena; 2,5

    a) Defisiensi komponen lemak, seperti pada blefaritis kronik, distikiasis, dan

    akibat pembedahan kelopak mata.

    b) Defisiensi kelenjar air mata, seperti pada sjogren syndrome, sindrom relay day

    dan sarkoidosis

    c) Defisiensi komponen musin, seperti pada avitaminosis A, trauma kimia,

    Steven-johnson syndrome

    d) Akibat penguapan yang berlebihan

    e) Akibat sikatrik di kornea

    Gambaran klinis berupa sekret mukous, adanya tanda-tanda konjungtivitis

    dengan xerosis. Pada kornea terdapat infiltrat kecil-kecil, letak epitelial sehingga

    akan didapatkan tes fluoresin (+).

    Secara subyektif keluhan penderita tergantung dari kelainan kornea yang

    terjadi. Apabila belum ada kerusakan kornea maka keluhan penderita adalah mata

    terasa pedih, kering, dan rasa seperti ada pasir, keluhan-keluhan yang lazim

    disebut syndrom dry eye. Apabila terjadi kerusakan pada kornea, keluhan-keluhan

    ditambah dengan silau, sakit, berair, dan kabur.

    Secara obyektif pada tingkat dry-eye, kejernihan permukaan konjunctiva dan

    kornea hilang, tes Schimmer berkurang, tear-film kornea mudah pecah, (tear

    break-up time) berkurang, dan sukar menggerakkan bola mata.

    Kelainan kornea dapat berupa erosi kornea, keratitis filamentosa, atau

    punctata. Pada kerusakan kornea dapat terjadi ulkus kornea dengan segala

    komplikasinya.

    Tes pemeriksaan untuk keratitis sika:

    1. Tes Schimmer. Apabila resapan air pada kertas Schimmer kurang dari

    10 mm dalam 5 menit dianggap abnormal.

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 16

  • 2. Tes zat warna Rose Bengal konjunctiva. Pada pemeriksaan ini terlihat

    konjunctiva berwarna titik merah karena jaringan konjunctiva yang

    mati menyerap zat warna.

    3. Tear film break-up time. Waktu antara kedip lengkap sampai

    timbulnya bercak kering sesudah mata dibuka minimal terjadi sesudah

    15-20 detik, tidak pernah kurang dari 10 detik.

    Pengobatan dari keratitis sika tergantung dari penyebab penyakitnya:

    1. Pemberian air mata tiruan apabila yang berkurang adalah komponen

    air.

    2. Pemberian lensa kontak apabila komponen mukus yang berkurang.

    3. Penutupan punctum lacrima bila terjadi penguapan yang berlebihan.

    Penyulit keratitis sika adalah ulkus kornea, kornea tipis, infeksi

    sekunder oleh bakteri, serta kekeruhan dan neovaskularisasi kornea.

    5. Keratitis Rosasea

    Penyakit ini biasanya didapat pada orang yang menderita acne rosacea, yaitu

    penyakit dengan kemerahan di kulit, disertai adanya akne di atasnya. 2

    Keratitis Profunda Non-Ulseratif

    1. Keratitis Interstitial Disebut juga sebagai keratitis parenkimatosa. Penyebab paling sering adalah

    Lues kongenital dan sebagian kecil akibat Tbc. 2

    Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat. Permukaan kornea seperti

    permukaan kaca. Terdapat injeksi siliar disertai dengan serbukan pembuluh darah

    ke dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam atau Salmon patch dari

    Hutchinson. 2,5

    2. Keratitis Pustuliformis Profunda

    Disebut juga acute syphilitic abscess of the cornea, dan umumnya disebabkan

    lues akuisita, jarang oleh TBC.

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 17

  • Dimulai dengan fotofobia dan injeksi perikornea yang ringan, kemudian

    timbul infiltrate di lapisan dalam stroma, berbentuk segitiga dengan basis di

    limbus dan apek di kornea. 2

    3. Keratitis Sklerotikans

    Kekeruhan berbentuk segitiga pada kornea yang menyertai radang pada sklera

    (skleritis). Perkembangan kekeruhan kornea ini biasanya terjadi akibat proses

    yang berulang-ulang yang selalu memberikan sisa-sisa baru sehingga defek makin

    luas bahkan dapat mengenai seluruh kornea.

    Keluhan dari keratitis sklerotikans adalah mata terasa sakit, fotofobia dan

    timbul skleritis. 2,5

    Keratitis Profunda Ulseratif

    1. Keratitis Lagoftalmus Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmus yaitu keadaan kelopak mata

    tidak dapat menutup dengan sempurna sehingga terdapat kekeringan kornea.

    Lagoftalmus akan mengakibatkan mata terpapar sehingga terjadi trauma pada

    konjungtiva dan kornea menjadi kering dan terjadi infeksi. 5

    Umumnya pada lagoftalmus yang terkena kornea bagian bawah, karena secara

    refleks, pada waktu tidur bola mata bergerak ke arah temporal atas, sehingga pada

    lagoftalmus, bagian bawah kornea tidak terlindung. 2

    2. Keratitis Neuroparalitik

    Merupakan keratitis akibat kelainan nervus trigeminus, sehingga terdapat

    kekeruhan kornea yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea. Penyakit ini

    dapat terjadi akibat herpes zoster, tumor fossa posterior, dan keadaan lain

    sehingga kornea menjadi anestetis. 2,5

    Penderita mengeluh ketajaman penglihatannya menurun, lakrimasi, silau

    tetapi tak ada rasa sakit. Uji fluoresin (+).

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 18

  • 3. Xeroftalmia Merupakan kelainan mata yang disebabkan oleh difisiensi vitamin A dan

    sering disertai Malnutrisi Energi Protein, yang banyak dijumpai pada anak,

    terutama anak di bawah 5 tahun. Keadaan ini merupakan penyebab kebutaan

    utama di Indonesia. 2

    Departemen kesehatan Republik Indenesia, mengklasifikasikan Xeroftalmia,

    menjadi; 2

    b) Stadium I = Hemeralopia

    c) Stadium II = Stadium I + Xerosis konjungtiva dan kornea

    d) Stadium III = Stadium I dan II + Keratomalacia yaitu mencairnya kornea.

    Ulkus Kornea

    Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat

    kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak

    ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.5

    Ulserasi dapat sedalam stroma kornea. Dasar ulkus penuh dengan jaringan

    nekrotik. Kadangkala ulkus berlangsung sampai ke dalam membran Descemet.

    Akibat desakan tekanan inta okular, membran Descemet menonjol sehingga disebut

    Descemetocel. Dengan larutan fluoresin yang menyebar di stroma maka sinar ungu

    akan menunjukkan pacaran sinar hijau yang ada di stroma kornea.3

    1. Ulkus Kornea Cum Hipopion

    Dengan infeksi sekunder di ulkus yang tidak tembus akan memberi gambaran

    pernanahan di ulkus atau juga pernanahan steril di Kamera okuli anterior dan

    disebut sebagai ulkus korne cum hipopion. Terjadinya hipopion dari pengaruh

    peradangan iris akibat toksin kuman infeksi sekunder. Harus dibedakan dengan

    abses kornea, dimana kantong nanah berada di jaringan kornea saja. 3,4

    2. Ulkus Kornea Serpiginosa Ulkus kornea serpiginosa disebabkan oleh kuman patogen kornea. Inkubasi

    hanya 24-28 jam, ulkus dengan cepat meluas ke arah sentral yang selalu tampak

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 19

  • jernih. Tepi sentral nampak aktif sementara tepi limbus lebih tenang. Awalnya

    sering keliru dengan ulkus perifer atau ring ulcer. Di ulkus tampak keruh oleh

    jaringan nekrotik yang basah seperti nanah. Dapat pula jaringan stroma luluh

    semua sehingga dasar ulkus adalah Membran Descemet yang mengkilap. 2,3,4

    Gambar 7 : Ulkus Serpiginosa

    3. Ulkus Moorens Ulkus Moorens adalah ulkus yang mengembang dari limbus ke sentral. Ulkus

    bagian perifer selama pengembangan terjadi penyembuhan. Akhirnya seluruh

    kornea keruh dan sembuh. 2,3,4

    Gambar 8 : Ulkus Moorens

    4. Ulkus Atheromatosus

    Ulkus Atheromatosus adalah ulkus yang terjadi di tengah lekoma kornea.

    Penyebabnya adalah degenerasi atau nekrosis akibat iskemi jaringan lekoma. 2,3

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 20

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Al-Ghozie, M., 2002. Handbook of Ophthalmology : A Guide to Medical

    Examination. FK UMY, Yogyakarta 2. Dinas kesehatan Propinsi Jawa Tengah., 2001. Buku Pedoman Kesehatan Mata,

    Telinga, dan Jiwa. Jawa Tengah 3. Ilyas, Sidarta. dkk.,2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan

    Mahasiswa Kedokteran. ed 2, Sagung Seto, Jakarta 4. Ilyas, S., 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III, Cetakan I, Fakultas Kedokteran UI,

    Balai Penerbit FK UI, Jakarta 5. Mansjoer, Arif. Dkk., 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Media

    Aesculapius, Jakarta 6. Vaughan, D.G., 2000. Oftalmologi Umum. Ed 14, Widya Medika, Jakarta

    1 KERATITIS, article by MiSC Organ Indera fkuii.org 21