case keratitis
DESCRIPTION
fhgthyTRANSCRIPT
-
5/24/2018 Case Keratitis
1/20
1
BAB I
PENDAHULUAN
Keratitis infektif merupakan penyakit yang mengancam penglihatan dan disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme infektif seperti bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Penyakit ini
merupakan penyebab kebutaan terbanyak di negara berkembang maupun Negara maju.1
Kelainan mata akibat infeksi herpes simpleks dapat bersifat primer dan kambuhan.
Infeksi primer ditandai oleh adanya demam, malaise, limfadenopati preaurikuler, konjungtivitis
folikutans, bleparitis, dan 2/3 kasus terjadi keratitis epitelial. Kira-kira 94-99% kasus bersifat
unilateral, walaupun pada 40% atau lebih dapat terjadi bilateral khususnya pada pasien-pasienatopik. Infeksi primer dapat terjadi pada setiap umur, tetapi biasanya antara umur 6 bulan-5
tahun atau 16-25 tahun. Keratitis herpes simpleks didominasi oleh kelompok laki-laki pada umur
40 tahun ke atas.1,4
Gejala-gejala subyektif keratitis epitelial meliputi: fotofobia, injeksi perikornea, dan
penglihatan kabur. Berat ringannya gejala-gejala iritasi tidak sebanding dengan luasnya lesi
epitel, berhubung adanya hipestesi atau insensibilitas kornea. Dalam hal ini harus diwaspadai
terhadap keratitis lain yang juga disertai hipestesi kornea, misalnya pada: herpes zoster
oftalmikus.1,4
Ulkus superfisial dapat memburuk dengan adanya infiltrasi stromal lebih dalam, reaksi
radang di bilik mata depan, bahkan perforasi. Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat
sangat dibutuhkan untuk mencapai prognosis yang baik. Identifikasi patogen dan obat yang
akurat harus dilakukan dengan analisis laboratorium. Pemahaman epidemiologi keratitis infektif
menjadi penting karena penyakit ini dapat dicegah ataupun ditangani.
-
5/24/2018 Case Keratitis
2/20
2
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITASNama Ny. R
Umur 28 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Jakarta Timur
Bangsa Indonesia
Agama Islam
Status Menikah
Pendidikan SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
No RM 93.04.92
II. ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 9 Mei 2014, jam 09.45
WIB di Poliklinik Mata RSUD Budhi Asih.
Keluhan Utama
Mata kanan merah disertai timbulnya bercak keputihan di bagian hitam mata
sejak 6 bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan
- Mata kanan berair- Mata kanan silau jika melihat cahaya- Pandangan kabur, seperti ada yang menutupi- Terasa seperti ada yang mengganjal pada mata kanan- Pada pagi hari banyak kotoran pada mata kanan
-
5/24/2018 Case Keratitis
3/20
3
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan mata kanan
merah disertai timbulnya bercak keputihan di bagian hitam mata sejak 6 bulan yang lalu.
Pada awalnya pasien merasakan hanya mata yang kemerahan dan terasa membengkak
serta berair, keluhan ini dirasakan sejak pasien melahirkan anak pertamanya yang
sekarang berusia 6 bulan. Keluhan pasien dirasakan hilang timbul tidak menentu dan
setiap kali mata merah keluhan dirasakan selama 1 minggu kemudian menghilang
kembali. Pasien memperkirakan mata kanan dapat merah 1-2 kali setiap bulannya.
Seiring perjalanan penyakit pasien menyadari terdapat selaput putih pada mata kanan
bagian sebelah luar, pasien baru tersadar karena pasien merasa pandangan pasien mulai
kabur seperti ada yang menghalangi. Jika melihat dengan mata kanan pasien akan merasasilau melihat cahaya. Pasien sudah mencoba mengobati matanya dengan obat tetes yang
didapat dari tetangganya yang memiliki kelainan serupa, tetapi keluhan pasien tidak
dirasakan membaik.
Keluhan mata merah terakhir yang dialami pasien yaitu pada 2 minggu terakhir
dan masih dirasakan sampai pasien berobat ke poliklinik mata RSUD Budhi Asih. Pasien
mengeluh sejak 2 minggu yang lalu timbul bintik putih pada matanya yang terasa
mengganjal jika berkedip, bintik putih ini tidak dirasakan sakit, hanya mata menjadi
berwarna merah dan berair, serta menyebabkan pasien tidak dapat melihat ke sisi sebelah
luar. Jika melihat cahaya pasien mengaku sakit pada mata kanannya. Riwayat sakit
kepala hebat, muntah-muntah, nyeri di sekitar mata disangkal. Riwayat benturan atau
pukulan pada mata disangkal. Pasien mengaku tidak ada mengalami demam sebelum ini.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita keluhan yang sama sebelum ini. Pasien tidak
pernah berobat ke rumah sakit sehingga tidak mengetahui riwayat penyakitnya. Penyakit
kencing manis, darah tinggi, asma, dan alergi disangkal.
-
5/24/2018 Case Keratitis
4/20
4
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki gejala seperti yang pasien alami. Tidak ada
yang menderita penyakit kencing manis, darah tinggi, asma, alergi, TB ataupun batuk-
batuk lama pada keluarga pasien.
Riwayat Lingkungan Hidup dan Kebiasaan
Suami pasien merupakan perokok aktif. Pasien merupakan ibu rumah tangga dan
tinggal di lingkungan yang padat penduduk. Di rumah pasien tinggal bersama suami,
istri, dan anaknya. Pasien mengaku memiliki tetangga dengan keluhan matanya terdapat
bintik berwarna putih dan mengalami kebutaan.
III. PEMERIKSAAN FISIKSTATUS GENERALIS
Kesadaran Compos Mentis
Keadaan Umum Tampak sakit ringan
Tekanan Darah 120/90 mmHg
Nadi 86x/menitRespiration Rate Afebris
Suhu 24x/menit
STATUS OPTHALMOLOGIS
OD OS
1/300 PH (-) Persepsi cahaya (+) Visus 6/15 S -0.50 C -1.00 180o
6/6
Ortoforia Kedudukan Bola
Mata
Ortoforia
-
5/24/2018 Case Keratitis
5/20
5
Nyeri gerak (-)
Pergerakan Bola
Mata
Nyeri gerak (-)
Edema (-) Hiperemis (-)
Trikiasis (-) Distrikiasis (-)
Entropion (-) Ektropion (-)
Benjolan (-)
Palpebra
Superior
Edema (-) Hiperemis (-)
Trikiasis (-) Distrikiasis (-)
Entropion (-) Ektropion (-)
Benjolan (-)
Edema (-) Hiperemis (-)
Trikiasis (-) Distrikiasis (-)
Entropion (-) Ektropion (-)
Benjolan (-)
Palpebra Inferior Edema (-) Hiperemis (-)
Trikiasis (-) Distrikiasis (-)
Entropion (-) Ektropion (-)
Benjolan (-)
Hiperemis (-) Folikel (-) Papil (-)
Lithiasis (-) Inj. Konjungtiva (-)
Corpus Alienum (-)
Konjungtiva
Tarsalis Superior
Hiperemis (-) Folikel (-) Papil (-)
Lithiasis (-) Inj. Konjungtiva (-)
Corpus Alienum (-)
Inj. Konjungtiva (+) Inj. Siliar
(+) Pterygium (-) Pinguekula (-)Subkonjungtiva Bleeding (-)
Kemosis (-) Flikten (-) Corpus
Alienum (-)
Konjungtiva
Bulbi
Inj. Konjungtiva (-) Inj. Siliar (-)
Pterygium (-) Pinguekula (-)Subkonjungtiva Bleeding (-)
Kemosis (-) Flikten (-) Corpus
Alienum (-)
Hiperemeis (-) Folikel (-) Papil (-)
Lithiasis (-) Inj. Konjungtiva (-)
Corpus Alienum (-)
Konjungtiva
Tarsalis Inferior
Hiperemeis (-) Folikel (-) Papil (-)
Lithiasis (-) Inj. Konjungtiva (-)
Corpus Alienum (-)
Keruh (+) Oedem (+)
Neovaskularisasi (+) Sensibilitas
Kornea ()
Kornea Jernih (+) Oedem (-)
Dalam (+) Hifema (-) Hipopion(-)
Jernih (+) Flare Cell (-)
COA Dalam (+) Hifema (-) Hipopion(-)
Jernih (+) Flare Cell (-)
Warna : Coklat Iris Warna : Coklat
-
5/24/2018 Case Keratitis
6/20
6
Kripta : Sulit dinilai
Sinekia : Sulit dinilai
Kripta : Baik
Sinekia : -
Bulat
Isokor
Regularitas sulit
RCL dinilai
RCTL
Oklusio / Seklusio
Pupil Bulat (+) Regular (+)
RCL (+)
Tidak dapat dilakukan
pemeriksaan
Lensa Jernih
Shadow test (-)
Tidak dapat dilakukan
pemeriksaan
Vitreous Humour Jernih
Tidak dapat dilakukan
pemeriksaan
Fundus Refleks Fundus (+) Terang
Ophtalmoskop :
- Papil sedikit lonjong, batastegas, warna cerah, C/D
ratio 0,3 A/V ratio 2:3
keluar dan masuk pada cup.
- Makula baik, warna keabu-abuan dengan reflex (+)
- Retina baikNormal perpalpasi
Tonometri : (-)
TIO Normal perpalpasi
Tonometri : 16,8
Foto : palpebral
-
5/24/2018 Case Keratitis
7/20
7
Foto : Okuli
Foto :
Conjungtiva
Tarsalis Superior
Foto :Slit Lamp
Foto :
Funduskopi OS
-
5/24/2018 Case Keratitis
8/20
8
RESUME
Pasien perempuan, 28 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUD Budhi Asih dengan
keluhan mata kanan merah disertai timbulnya bercak keputihan di bagian hitam mata
sejak 6 bulan yang lalu, keluhan pertama dirasakan setelah melahirkan anak pertamanya
6 bulan yang lalu, keluhan dirasakan hilang timbul, gejala tambahan seperti terasa ada
benda yang mengganjal di matanya, pandangannya buram, mudah silau, mata sering
berair, dan belekan saat bangun tidur meskipun tidak terlalu banyak. 2 minggu yang lalu
pasien baru menyadari adanya bintik putih pada matanya dan penglihatan dirasakan
semakin memburuk, keluhan ini dirasakan terus menerus sampai pasien datang ke poli
mata.
Pada pemeriksaan status generalis, didapatkan keadaan umum pasien dalam batas
normal. Pada pemeriksaan oftalmoskopi mata kiri didapatkan AVOD 1/300 denga
presepsi cahaya baik, injeksi siliar, dan pada kornea terdapat udem, neovaskularisasi, dan
abses. Pemeriksaan pupil, dan segmen posterior okuli dekstra tidak dapat dilakukan.
AVOS 6/15, segmen anterior mata tenang. Funduskopi okuli sinistra tampak refleks
fundus berwarna merah, papil batas tegas, CDR 0.3, a/v 2/3, reflex macula (+).
DIAGNOSIS KERJA
Keratitis Interstisial e.c. Herpes Zooster OD
Anomali Refraksi OS : Astigmatisma Miopia Compositus
DIAGNOSIS BANDING
Keratitis Interstisial sebab lain
Keratokonjungtivitis Fliktenularis
PEMERIKSAAN ANJURAN Tes Flourescein Laboratorium:
o Darah rutino Antibodi HSV
-
5/24/2018 Case Keratitis
9/20
9
Foto thorax PAPENATALAKSANAAN
Medikamentosao Levofloxacin mini dose 6 dd gtt I ODo Gentamicin 2 dd tab Io Cefixime 100mg 2 dd tab Io C. Tropine eye drop 3 dd gtt I ODo Acyclovir 5 x 800mg
Non Medikamentosao Menjaga kesehatan dan kebersihan matao Meningkatkan konsumsi makan makanan bergizio Menggunakan kacamata hitam untuk mengurangi fotofobiao Kontrol kembali minggu depano Pembuatan kacamata setelah keluhan utama teratasi
PROGNOSIS
Ad vitam : Ad Bonam Ad fungsionam : Dubia Ad Malam Ad sanasionam : Dubia Ad Bonam
-
5/24/2018 Case Keratitis
10/20
10
BAB III
ANALISA KASUS
Dasar Diagnosis
Keluhan Pasien Pembahasan
Anamnesis
Keluhan Utama :
Mata merah disertai bercak putih sejak 6 bulan
yang lalu.
Keluhan Tambahan :
- Mata kanan berair- Mata kanan silau jika melihat
cahaya
- Pandangan kabur, seperti ada yangmenutupi
- Terasa seperti ada yang mengganjalpada mata kanan
- Pada pagi hari banyak kotoran padamata kanan
- Pada awal gejala mata bengkak
Pada keratitis herpes simpleks gejala pertama
adalah iritasi, fotofobia, mata berair, kelopak
yang sedikit membengkak. Bila bagian tengah
kornea terkena, akan terjadi gangguan
penglihatan.
Gambaran klinis infeksi primer herpes
simpleks pada mata biasanya berupa
konjungtivitis folikulasris akut disertai
blefaritis vesikuler yang ulseratif, serta
pembengkakan kelenjar limfa regional. Pada
dasarnya infeksi primer ini dapat sembuh
sendiri, akan tetapi pada keadaan tertentudimana daya tahan tubuh sangat lemah akan
menjadi parah dan menyerang stroma.1,2
Pemeriksaan Fisik
Visus
AVOD : 1/300 PH (-) Persepsi Cahaya (+)
AVOS : 6/15 S -0.50 C -1.00 180o6/6
Visus okuli dekstra 1/300 dengan pinhole
negative menandakan adanya suatu kelainan
refraksi yang didasari oleh kelainan organic,
yaitu adanya bercak keputihan pada kornea
yang mengganggu media refraksi.
Visus okuli sinista 6/15 dengan penggunaan
lensa sferis -0.50 dan silinder -1.00 dapat
mencapai 6/6 menandakan adanya kelainan
-
5/24/2018 Case Keratitis
11/20
11
refraksi.
Konjungtiva Bulbi :
Injeksi Konjungtiva OD (+)
Injeksi Siliar OD (+)
Injeksi siliar disertai injeksi konjungtiva pada
pasien ini menandakan adanya kelainan pada
kornea.
Kornea :
Keruh (+) Oedem (+) Neovaskularisasi (+)
Sensibilitas Kornea ()
Salah satu gambaran keratitis herpes simpleks
khas pada kornea adalah sensibilitasnya
menurun.
Pada serangan berulang, kornea menjadi target
utama dan menimbulkan keratitis stroma yang
dapat disertai dengan uveitis anterior dengan
tekanan intraokuler sedikit meninggi.
Gambaran pada kornea adalah lesi disiformis
tetapi dapat juga bentuk-bentuk lain yang tidak
spesifik dan lazim disebut keratitis meta-
herpetika. Keratitis disiformis stromanya
edema di daerah sentral berbentuk cakram,
tanpa infiltrasi berarti, tanpa vaskularisasi.Edemanya cukup untuk membentuk lekukan
pada membrane descement. Mungkin juga
terdapat keratic precipitate. Pada keadaan ini
penderita datang dengan keluhan silau, mata
berair, penglihatan kabur dan pada
pemeriksaan didapatkan injeksi konjungtiva
dan silier, penderita menutup matanya karena
silau. Neovaskularisasi terjadi pada herpes
keratitis profunda
-
5/24/2018 Case Keratitis
12/20
12
Diagnosis Banding
Keratitis Interstisial
Keratitis pada jaringan kornea lebih dalam.
Biasanya akibat alergi atau infeksi spiroket ke
dalam stroma kornea dan akibat tuberkulosis,
penyakiti sifilis congenital, trauma. Merupakan
keratitis nonsupuratif profunda disertai
neovaskularisasi. Keluhan fotofobia, lakrimasi
dan menurunnya visus yang bertahan seumur
hidup. Seluruh kornea tampak keruh sehingga
iris sukar dilihat. Permukaan kornea seperti
kaca. Terdapat injeksi siliar disertai sebukan
pembuluh darah ke dalam sehingga
memberikan gambaran merah kusam (Salmon
patch) dari Hutchinson. Seluruh kornea dapat
berwarna merah cerah. Kelainan biasanya
bilateral. Pada keratitis interstisial akibat H.
Zooster ditemui kelainan pada dermatom dari
N 5 cabang 1, dan yang khas adanya neuralgicpain. Pengobatan dengan sulfas atropin tetes
mata untuk mencegah sinekia akibat uveitis
dan kortokosteroid tetes mata.
Secara umum keratitis interstisial memberi
gambaran klinis yang menyerupai dengan
keratitis herpes simpleks. Tetapi pada keratitis
interstisial tidak ditemukan adanya penurunan
sensibilitas kornea. Pada keratitis interstisial
biasanya terjadi pada daerah bilateral karena
merupakan suatu reaksi alergi, dan ditandai
dengan adanya salmon patch ataupun trias
Hutchinson apabila penyebabnya adalah sifilis
kongenital.
Keratokonjungtivitis Fliktenularis
Konjungtivitis flikten biasanya hanya
menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan
mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada
konjungtivitis flikten apabila kornea ikut
terlibat akan terdapat fotofobia dan gangguan
penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa
berpasir. Konjungtivitis flikten biasanya
Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan
slit lamp dicurigai adanya bangunan yang
menyerupai flikten pada daerah limbus medial.
Perbedaan dengan konjungtivitis herpes
simpleks adalah pada keratokonjungtivitis
fliktenularis biasanya Terdapat hiperemia
konjungtiva, dan memberikan kesan kurangnya
-
5/24/2018 Case Keratitis
13/20
13
dicetuskan oleh blefaritis akut dan
konjungtivitis bakterial akut.
air mata. Secara subjektif, penderita biasanya
datang karena ada benjolan putih kemerahan di
pinggiran mata yang hitam serta keluhan nyeri
karena dicetuskan oleh konjungtivitis bakterial
akut.
Terapi
Medikamentosa
- Levofloxacin mini dose 6 dd gtt IOD
- Gentamicin zalf 2 dd I OD- Cefixime 100mg 2 dd tab I- C. Tropine 1% eye drop 3 dd gtt I
OD
- Acyclovir 5 dd tab 800 mg
Kombinasi antibiotic LFX mini dose dan
gentamicin salep untuk pengobatan infeksi dan
erosi yang terjadi pada kornea ditujukan untuk
memperlama kontak antara kornea dan obat.
Pemberian antibiotik topical dibantu dengan
cefixime 100 mg secara sistemik.
Pasien diberikan cendo tropin 1% untuk mata
kanannya , dengan tujuan untuk relaksasi otot-
otot iris dan badan silier, sehingga dapat
mengurangi nyeri, mempercepat
penyembuhan.
Non-medikamentosa
- Menjaga kesehatan dan kebersihanmata
- Meningkatkan konsumsi makanmakanan bergizi
- Menggunakan kacamata hitamuntuk mengurangi fotofobia
- Kontrol kembali minggu depan
Penggunaan kacamata hitam bertujuan selain
untuk melindungi mata dari debu yang dapat
memperberat peradarangan juga sebagai
pelindung dari cahaya lampu ataupun matahari
pada fotofobia.
-
5/24/2018 Case Keratitis
14/20
14
Prognosis
Ad vitam : Ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia Ad Malam
Ad sanasionam : Dubia Ad Bonam
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah ad
bonam karena penyakit ini tidak mengancam
nyawa pasien. Untuk ad fungsionam adalah
dubia ad malam karena gangguan pada kornea
pasien sudah terjadi cukup lama, dan lesi yang
terdapat pada kornea cukup luas, dapat menjadi
jaringan sikatrik yang tidak bias hilang. Untuk
ad sanationam juga dubia ad bonam karena
VHS tidak dapat dihilangkan sepenuhnya,
tetapi dormant di ganglion gaserri.
Lampiran Foto
Gambar 1.
OS Pasien
Gambar 2.
Keratitis Interstisial
H. Simpleks (Herpes
Stromal Keratitis)
Gambar 3.
Keratitis Herpes
Zooster
Gambar 4.
Keratokonjungtivitis
Fliktenularis
-
5/24/2018 Case Keratitis
15/20
15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Kornea2
Kornea merupakan selaput
bening mata dan bagian terdepan
dari 15elati yang bersifat
transparan sehingga
memudahkan sinar masuk ke
dalam bola mata. Kornea
berperan meneruskan dan
memfokuskan cahaya ke dalam
bola mata. Pembiasan terkuat
dilakukan oleh kornea, dimana
40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Kornea terdiri dari beberapa lapis
jaringan yang menutup bola mata bagian depan yaitu epitel, 15elative bowman, stroma,elative descement dan endotel. Saraf sensoris yang mempersarafi kornea yaitu saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid yang masuk ke
dalam stroma kornea menembus 15elative Bowman dan melepaskan selubung Schwannya.
KERATITIS
Keratitits adalah peradangan pada kornea, transparan yang menyelimuti bagian berwarna
dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Bakteri
pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi
dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat
menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan
mekanisme pertahanan kornea.
-
5/24/2018 Case Keratitis
16/20
16
Beberapa 16elati resiko yang dapat meningkatkan kejadian terjadinya keratitis antara
lain:
Perawatan lensa kontak yang buruk; penggunaan lensa kontak yang berlebihan Herpes genital atau infeksi virus lain Kekebalan tubuh yang menurun karena penyakit lain Higienis yang tidak baik Nutrisi yang kurang baik (terutama kekurangan vitamin A)
Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan jamur dapat menyebabkan
keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex, tipe 1. Selain itu
penyebab lain adalah kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat
terang, benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu
16elative16 terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain, kekurangan
vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik.
Keratitis Herpes Simpleks1,3
Hampir semua orang dewasa pernah terpajan dengan virus ini walaupun tidak
menunjukkan gejalan klinis. Sesudah infeksi primer, virus ini laten di ganglion trigeminum.
Kebanyakan infeksi HSV pada kornea disebabkan oleh HSV tipe 1, tetapi pada bayi dan
dewasa dilaporkan disebabkan oleh HSV tipe 2.
Bentuk infeksi keratitis herpes simpleks
dibagi dalam 2 bentuk yaitu 16elative16s dan
stromal; pada yang 16elative16s, terjadi
pembelahan virus di dalam sel epitel
mengakibatkan kerusakan sel epitel dan
membentuk ulkus kornea superfisialis. Pada yang
stromal terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap
virus yang menyerang reaksi antigen-antibodi
yang menarik sel radang ke dalam stroma. Sel
radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk
-
5/24/2018 Case Keratitis
17/20
17
merusak virus tetapi juga akan merusak jaringan stromal di sekitarnya. Pengobatan pada
yang 17elative17s ditujukan terhadap virusnya sedang pada yang stromal ditujukan untuk
menyerang virus dan reaksi radangnya.
Gejala pertama adalah iritasi, fotofobia, mata berair, kelopak yang sedikit membengkak.
Bila bagian tengah kornea terkena, akan terjadi gangguan penglihatan. Ada riwayat lepuh-
lepuh demam.
Gambaran klinis infeksi primer herpes simpleks pada mata biasanya berupa
konjungtivitis folikulasris akut disertai blefaritis vesikuler yang ulseratif, serta
pembengkakan kelenjar limfa regional. Pada dasarnya infeksi primer ini dapat sembuh
sendiri, akan tetapi pada keadaan tertentu dimana daya tahan tubuh sangat lemah akan
menjadi parah dan menyerang stroma.
Gambaran khas pada kornea adalah bentuk dendrit pada epitel kornea, memiliki pola
percabangan linear khas dnegan tepian kabur, dan memiliki bulbus terminalis pada ujungnya.
Ulserasi geografik adalah bentuk 17elative17 kronik dengan lesi 17elative17 halus yang
bentuknya lebih lebar. Tepi ulkus tidak terlalu kabur. Sensasi kornea menurun. Kekeruhan
subepitelial merupakan bayangan mirip hantu yang bentuknyan sesuai dengan defek
epithelial asli, tetapi lebih besar terlihat tepat di bawah lesi epitel.
Pada serangan berulang, kornea menjadi target utama dan menimbulkan keratitis stroma
yang dapat disertai dengan uveitis anterior dengan tekanan intraokuler sedikit meninggi.
Gambaran pada kornea adalah lesi disiformis tetapi dapat juga bentuk-bentuk lain yang tidak
spesifik dan lazim disebut keratitis meta-herpetika. Keratitis disiformis stromanya edema di
daerah sentral berbentuk cakram, tanpa infiltrasi berarti, tanpa vaskularisasi. Edemanya
cukup untuk membentuk lekukan pada membrane descement. Mungkin juga terdapat keratic
precipitate. Pada keadaan ini penderita datang dengan keluhan silau, mata berair, penglihatan
kabur dan pada pemeriksaan didapatkan injeksi konjungtiva dan silier, penderita menutup
matanya karena silau.
Gambaran spesifik dendrit dapat mudah dilihat dengan pemulasan 17elative17si. Apabila
gambaran lesi tidak spesifik maka diagnosis ditegakkan atas dasar gambran klinik infeksi
kornea yang 17elative tenang, dengan tanda-tanda peradangan yang tidak berat serta riwayat
-
5/24/2018 Case Keratitis
18/20
18
penggunaan obat-obatan yang menurunkan resistensi kornea seperti anestesi 18elat,
kortikosteroid dan obat-obatan imunosupresif. Apabila fasilitas memungkinkan dilakukan
kultur virus dari jaringan epitel, dan lesi troma.
Diagnosis banding keratitis Herpes simpleks antara lain keratitis zoster, vaksinia, dan
keratitis stafilokokus.
Pengobatan 18elativ diberikan obat anti virus seperti idoxuridine, trifluridine, vidarabine,
acyclovir. Acyclovir oral diberikan pada kasus berat 5x400 mg/ hari atau 5x800mg/ hari pada
pasien atopic atau imun lemah. Adapula yang melakukan debridement dengan tujuan
menghilangkan sel-sel yang sakit. Kortikosteroid merupakan kontraindikasi untuk segala
tingkatan keratitis herpes simpleks. Untuk menekan proses radang pada keratitis stroma
sebaiknya diberikan anti inflamasi non steroid. Bila terdapat uveitis diberikan pengobatan
untuk uveitisnya. Keratoplasti penetrans diindikasikan untuk rehabilitasi penglihatan,
dilakukan beberapa bulan setelah penyakitnya non aktif.
Keratitis Interstisial1,3
Keratitis pada jaringan kornea lebih dalam. Biasanya akibat alergi atau infeksi spiroket ke
dalam stroma kornea dan akibat elativesis, penyakiti sifilis congenital, trauma. Merupakan
keratitis nonsupuratif profunda disertai neovaskularisasi. Keluhan fotofobia, lakrimasi dan
menurunnya visus yang bertahan seumur hidup. Seluruh kornea tampak keruh sehingga iris
sukar dilihat. Permukaan kornea seperti kaca. Terdapat injeksi siliar disertai sebukan
pembuluh darah ke dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam (Salmon patch) dari
Hutchinson. Seluruh kornea dapat berwarna merah cerah. Kelainan biasanya bilateral.
Pengobatan dengan sulfas elative tetes mata untuk mencegah sinekia akibat uveitis dan
kortokosteroid tetes mata.
Keratitis Fliktenularis
4
Keratoconjunctivitis fliktenular adalah kelainan nodular ditandai dengan lesi
pembentukan kecil, dibatasi pada limbus kornea. Pada satu tahap, lesi mungkin menyerupai
lepuh, tetapi nodul merah kecil jaringan limfoid khas berkembang menjadi sebuah
microabscess yang mengalami ulserasi dan sembuh dalam 10 sampai 14 hari. Ostler, Lanier
dan Thygeson melaporkan adanya hubungan antara keratoconjunctivitis phlyctenular dan
-
5/24/2018 Case Keratitis
19/20
19
tuberculoprotein . Thygeson percaya bahwa kejadian phlyctenulosis di seluruh dunia
tampaknya 19elative dengan kejadian tuberculosis : Terjadinya phlyctenulosis pada anak
harus dianggap sebagai peringatan TB klinis yang akan datang. Dalam sebuah penelitian
prospektif baru-baru ini di Jepang, 86 dari 112 pasien (76,7 %) dengan penyakit phlyctenular
dikaitkan dengan tuberculosis.
Keratoconjunctivitis fliktenularis kini diterima sebagai ekspresi morfologi
hipersensitivitas lambat terhadap antigen yang beragam . Kondisi ini adalah salah satu dari
beberapa gangguan kornea yang timbul sebagai ekspresi mekanisme imun.
Fliktenulosis terjadi terutama pada anak-anak dan dewasa muda sebagai akibat dari reaksi
hipersensitivitas dari konjungtiva atau kornea untuk produk bakteri. Hal ini dapat
menyebabkan ketidaknyamanan, fotofobia ekstrim, rasa perih, dan belpharospasm. Dalam
kasus yang parah yang melibatkan kornea, dapat menyebabkan ulserasi, jaringan parut,
neovaskularisasi, dan bahkan perforasi . Gangguan dalam visus terkait dengan tingkat
jaringan parut dan lokasi jaringan parut 19elative terhadap sumbu visual.
-
5/24/2018 Case Keratitis
20/20
20
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan Daniel G, Asbury Taylor, Eva-Riordan Paul. Sulvian John H,editors. OptalmologiUmum. Jakarta : EGC, edisi 17, 2009: 10-11, 150-167.
2. Ilyas S, Yulianti S.R, . Mata Merah. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Jakarta : BadanPenerbit FKUI. 2008. P.111, 1757.
3. Khurana A.K. comprehensive ophthalmology. Fourth edition. India : New age international.2007. P.133- 150.
4. American Academy of Ophthalmology. Externa disease and cornea, San Fransisco 2006-2007 : 8-12, 157-60.