jurnal ipa exspost-facto

14
1 HUBUNGAN MINAT, DISIPLIN, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN KETERAMPILAN PROSES DAN SIKAP ILMIAH IPA SD THE RELATIONSHIP BETWEEN INTEREST, DISCIPLINE, AND LEARNING ENVIRONMENT AND SCIENCE PROCESS SKILLS AND SCIENTIFIC ATTITUDES IN ELEMENTARY SCHOOL Aan Widiyono 1) , Muhammad Nur Wangid 2) Prodi Pendidikan Dasar PPS UNY 1) , Universitas Negeri Yogyakarta 2) [email protected] 1) , [email protected] 2) Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah IPA siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus 3 Depok. Jenis penelitian expost-facto dengan populasi 163 siswa dengan 115 responden menggunakan teknik proportional random sampling. Pengumpulan data mengunakan angket dalam bentuk skala likert. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, korelasi product moment, regresi tunggal, regresi ganda, dan korelasi kanonik dengan taraf signifikansi 0,05. Semua pengujian menggunakan bantuan program SPSS versi 19. Hasil deskriptif menunjukkan minat belajar, lingkungan belajar, dan sikap ilmiah dalam kategori baik, sedangkan disiplin belajar dan keterampilan proses IPA dalam kategori cukup baik. Hasil regresi menunjukkan hubungan positif dan signifikan secara parsial antara minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah IPA. Hasil regresi ganda menunjukkan hubungan positif dan signifikan secara simultan antara minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah IPA. Hasil korelasi kanonik menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara sekumpulan variabel independen (minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar) dengan sekumpulan variabel dependen (keterampilan proses dan sikap ilmiah IPA). Kata Kunci : minat belajar, disiplin belajar, lingkungan belajar, keterampilan proses IPA, dan sikap ilmiah IPA Abstract This study aims to determine the relationship between learning interest, learning discipline, and learning environment with science process skills and scientific attitudes among grade V students of elementary schools cluster 3 Depok. This research is an type ex post-facto research study with population 163 students and 115 respondents using proportional random sampling technique. Data collection used the questionnaire in the form likert scale. The data were analysed using descriptive statistics, product moment correlation, single regression, multiple regression, and canonical correlation with significance level of 0.05. All tests used SPSS version 19. The descriptive analysis shows learning interest, learning environment, and scientific attitude in good category and learning discipline and science process skills in fairly good category. Regression results show that there is a positive and significant relationship between partial learning interest, learning discipline, and learning environment with science process skills and scientific attitudes. Multiple regression results show that there is positive and significant relationship between simultaneously learning interest, learning discipline, and learning environment with science process skills and scientific attitudes. The results of canonical correlation shows that there is a positive and significant relationship between a group of independent variables (learning interest, learning discipline, and learning environment) with a group of dependent variables (science process skills and scientific attitudes). Keywords : learning interest, learning discipline, learning environment, science process skills, and scientific attitude.

Upload: aan-widiyono

Post on 13-Apr-2017

318 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

1

HUBUNGAN MINAT, DISIPLIN, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN

KETERAMPILAN PROSES DAN SIKAP ILMIAH IPA SD

THE RELATIONSHIP BETWEEN INTEREST, DISCIPLINE, AND

LEARNING ENVIRONMENT AND SCIENCE PROCESS SKILLS

AND SCIENTIFIC ATTITUDES IN ELEMENTARY SCHOOL

Aan Widiyono 1), Muhammad Nur Wangid 2)

Prodi Pendidikan Dasar PPS UNY 1), Universitas Negeri Yogyakarta2)

[email protected] 1), [email protected])

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan

belajar dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah IPA siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus 3 Depok.

Jenis penelitian expost-facto dengan populasi 163 siswa dengan 115 responden menggunakan teknik

proportional random sampling. Pengumpulan data mengunakan angket dalam bentuk skala likert.

Analisis data menggunakan statistik deskriptif, korelasi product moment, regresi tunggal, regresi ganda,

dan korelasi kanonik dengan taraf signifikansi 0,05. Semua pengujian menggunakan bantuan program

SPSS versi 19. Hasil deskriptif menunjukkan minat belajar, lingkungan belajar, dan sikap ilmiah dalam

kategori baik, sedangkan disiplin belajar dan keterampilan proses IPA dalam kategori cukup baik. Hasil

regresi menunjukkan hubungan positif dan signifikan secara parsial antara minat belajar, disiplin belajar,

dan lingkungan belajar dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah IPA. Hasil regresi ganda

menunjukkan hubungan positif dan signifikan secara simultan antara minat belajar, disiplin belajar, dan

lingkungan belajar dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah IPA. Hasil korelasi kanonik

menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara sekumpulan variabel independen (minat belajar,

disiplin belajar, dan lingkungan belajar) dengan sekumpulan variabel dependen (keterampilan proses

dan sikap ilmiah IPA).

Kata Kunci : minat belajar, disiplin belajar, lingkungan belajar, keterampilan proses IPA, dan sikap

ilmiah IPA

Abstract

This study aims to determine the relationship between learning interest, learning discipline, and

learning environment with science process skills and scientific attitudes among grade V students of

elementary schools cluster 3 Depok. This research is an type ex post-facto research study with

population 163 students and 115 respondents using proportional random sampling technique. Data

collection used the questionnaire in the form likert scale. The data were analysed using descriptive

statistics, product moment correlation, single regression, multiple regression, and canonical correlation

with significance level of 0.05. All tests used SPSS version 19. The descriptive analysis shows learning

interest, learning environment, and scientific attitude in good category and learning discipline and

science process skills in fairly good category. Regression results show that there is a positive and

significant relationship between partial learning interest, learning discipline, and learning environment

with science process skills and scientific attitudes. Multiple regression results show that there is positive

and significant relationship between simultaneously learning interest, learning discipline, and learning

environment with science process skills and scientific attitudes. The results of canonical correlation

shows that there is a positive and significant relationship between a group of independent variables

(learning interest, learning discipline, and learning environment) with a group of dependent variables

(science process skills and scientific attitudes).

Keywords : learning interest, learning discipline, learning environment, science process skills, and

scientific attitude.

2

Pendahuluan

Pendidikan merupakan faktor utama

dalam pembentukan pribadi manusia.

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk

baik atau buruknya pribadi manusia menurut

ukuran normatif. Menyadari hal tersebut,

pemerintah sangat serius menangani bidang

pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan

yang baik diharapkan muncul generasi penerus

bangsa yang berkualitas dan mampu

menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Upaya pemerintah

dalam menangani bidang pendidikan sangat

serius, seperti kebijakan dalam peningkatan

profesionalisme guru, adanya perubahan

kurikulum, serta peningkatan fasilitas disetiap

jenjang pendidikan.

Undang-Undang Nomor 20 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan

Umum Pasal 1 ayat (8) menyatakan bahwa

jenjang pendidikan merupakan tahapan

pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik. Jenjang pendidikan

khususnya di sekolah dasar merupakan

pendidikan awal selama 6 tahun dengan tahapan

perkembangan kognitif anak secara operasional

kongkrit ketika umur 7-11 tahun. Tahap ini

merupakan permulaan berpikir rasional,

sehingga anak mampu berpikir logis melalui

objek-objek kongkrit, dan sulit memahami hal-

hal yang hanya direpresentasikan secara verbal

atau abstrak.

Perkembangan kognitif Piaget dapat

mengoptimalkan kemampuan intelektual anak.

Intelektual merupakan suatu kecerdasan yang

dimiliki seorang individu yang berkembang

melalui proses belajar. Salah satu proses

pembelajaran yang ada di sekolah dasar adalah

pembelajaran IPA. Hakikat pembelajaran IPA

SD adalah IPA sebagai keterampilan proses dan

IPA sebagai sikap ilmiah (Martin, 2005, p.30).

Keterampilan proses dan sikap ilmiah di sekolah

dasar sangat tepat jika dilaksanakan dalam

pembelajaran IPA karena siswa dapat langsung

mempraktikkan sendiri kegiatan-kegiatan IPA

yang berkaitan dengan lingkungan sekitar

sehingga mampu menanamkan sikap positif

selama proses pembelajaran. Terkait hal ini

keterampilan proses dan sikap ilmiah perlu

menjadi prioritas utama bagi guru untuk selalu

dilaksanakan dalam pembelajaran IPA.

Keterampilan proses dan sikap ilmiah

mampu menjadi solusi bagi peningkatan kualitas

pembelajaran IPA yang saat ini mengalami

kecenderungan berjalan ditempat dan sulit maju,

sehingga berdampak pada rendahnya kualitas

penalaran siswa. Hal ini dapat dilihat dari

laporan eksekutif OECD PISA (Programme for

International Student Assessment) tahun 2012

yang menyatakan bahwa kemampuan sains

siswa SD Indonesia berada pada urutan ke-38

dari 38 negara anggota peserta PISA. Hal

tersebut memberikan gambaran kualitas

pembelajaran IPA yang tidak merata dan masih

belum maksimal di setiap wilayah Indonesia.

Untuk itu, dibutuhkan perubahan kualitas

pembelajaran IPA di masing-masing sekolah

dasar di Indonesia. Perubahan tersebut perlu

dilaksanakan dilingkup skala yang kecil terlebih

dahulu, khususnya di SDN Se Gugus 3 Depok,

Sleman, Kota Yogyakarta.

Berdasarkan hasil pengamatan dan

wawancara dengan guru kelas V di Gugus 3

Depok pelaksanaan keterampilan proses dan

sikap ilmiah masih belum dilaksanakan secara

rutin di setiap pertemuan. Meskipun hal ini

menjadi kelemahan yang di alami guru, justru

guru berpendapat bahwa kemampuan kognitif

harus ditingkatkan maksimal dengan membuat

proses pembelajaran yang efektif dengan

menumbuhkan minat belajar, disiplin belajar

dalam diri siswa dan membuat lingkungan

belajar yang kondusif.

Minat belajar merupakan ketertarikan dan

keinginan besar untuk berhasil dalam proses

belajar yang ditandai dengan perasaan senang,

kesadaran dalam belajar serta memberikan

perhatian yang besar dalam aktivitas belajar.

Ainley (2002, p.545) menjelaskan bahwa hasil

proses pembelajaran dapat menunjukkan bahwa

minat belajar dapat terkait dengan respon sikap,

yang mempengaruhi kegigihan, dan ketekunan

dalam belajar. Faktor yang memiliki kontribusi

terhadap pengembangan minat seperti

pengetahuan, emosi positif, dan nilai pribadi.

(Harackiewicz, 2010, p.43).

Faktor yang mempengaruhi proses

pembelajaran IPA, salah satunya disiplin belajar.

Menurut William (dalam Njoroge, 2014, p.292)

disiplin belajar melibatkan semua pemangku

kepentingan, program serta kepribadian dan

iklim sekolah. Disiplin belajar ini merupakan

pengendalian diri siswa dalam perilakunya untuk

mematuhi dan mentaati peraturan yang ada

dalam setiap pembelajaran. Torupere (2013,

p.18) menjelaskan bahwa disiplin belajar dapat

dikategorikan ke dalam kehadiran, perilaku

hormat, perilaku jujur, dan perilaku konstruktif.

3

Disiplin ini sangat dibutuhkan untuk mencegah

perilaku yang tidak tertib ketika pembelajaran.

Selain minat belajar dan disiplin belajar,

faktor utama yang sangat berpengaruh dalam

proses pembelajaran adalah kondisi lingkungan

belajar. Lingkungan belajar dapat dijelasakan

sebagai suatu tempat dengan iklim yang

dikondisikan untuk belajar dan mempersiapkan

siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Faktor yang dikategorikan dapat mempengaruhi

lingkungan belajar, seperti: perilaku guru dalam

mengajar (komunikasi guru terhadap siswa),

hubungan antar siswa, keterlibat siswa dalam

pembelajaran, dan perasaan nyaman siswa di

lingkungan kelas (Kiener, 2014, p.40). Untuk

menciptkan lingkungan belajar yang baik harus

dengan keinginan yang tinggi, mendorong

keterlibatan siswa, membuat desain kelas yang

menarik, mendorong keterlibatan orang tua, dan

menggunakan pujian dan umpan balik yang

efektif pada siswa (Wilson & Wilson, 2012, p.2).

Hasil penelitian yang sudah dilakukan Sri

Puji Hidayati (2012) menjelaskan bahwa

terdapat perbedaan keterampilan proses dasar

IPA dan sikap ilmiah antara kelompok yang

menggunakan metode kerja di laboratorium

dengan kelompok yang menggunakan metode

demonstrasi dalam pembelajaran IPA.

Sedangkan penelitian dari Ergul (2011, p.)

menunjukkan bahwa penggunaan metode

pengajaran dengan ikuiri secara signifikan dapat

meningkatkan keterampilan proses sains dan

sikap ilmiah siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan variabel bebas (minat belajar, disiplin

belajar, dan lingkungan belajar) dengan variabel

terikat (keterampilan proses dan sikap ilmiah

IPA) siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus 3

Depok.

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

expost-facto dengan jenis korelasional,

dilakukan untuk mengungkap hubungan yang

sudah terjadi antara minat belajar, disiplin

belajar, dan lingkungan belajar sebagai variabel

independen dengan keterampilan proses IPA dan

sikap ilmiah IPA sebagai variabel dependen

pada siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus 3

Depok. Keterkaitan antara variabel independen

dengan variabel dependen dalam penelitian ini

digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 1. Desain Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas V

SD Negeri Se-Gugus 3 Depok yang berada di

UPTD Depok, Kabupaten Sleman, Kota

Yogyakarta pada bulan April-Mei 2014 pada

semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus 3

Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik proportional random sampling dengan

populasi 163 siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus

3 Depok. Pengambilan sampel diawali dengan

menentukan jumlah sampel, kemudian di

persentase secara proporsional sehingga tiap-

tiap sekolah mendapatkan jumlah perbandingan

yang sama/ seimbang untuk dijadikan sampel.

Besarnya sampel ditentukan menurut

rumus Krecjie & Morgan sehingga diperoleh

sampel sejumlah 115 responden dengan masing-

masing sekolah terdiri 49 siswa SDN Babarsari,

47 siswa SDN Caturtunggal IV, dan 19 SDN

Kledokan.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data yang berupa angket dengan

menggunakan pernyataan tertutup dengan

validitas item melalui experts judgment dari

dosen ahli dan uji empirik, sedangkan reliabilitas

instrumen dengan teknik Alpha Cronbach.

Pengambilan keputusan pada uji validitas

dengan kriteria rhitung > rtabel, dengan signifikansi

0,05 atau menggunakan batasan 0,304 pada n =

42. Hasil uji validitas pada intrumen angket

dinyatakan keseluruhan valid. Harga kritik

indeks reliabilitas instrumen adalah 0,70 hal ini

menunjukkan bahwa suatu instrumen dikatakan

reliabel jika memiliki alpha cronbach > 0,70.

Hasil uji reliabilitas pada masing-masing

variabel instrumen angket dinyatakan reliabel.

Untuk itu, semua instrumen dinyatakan valid dan

4

reliabel sehingga sudah layak untuk digunakan

untuk mengambil data.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan

adalah analisis deskriptif meliputi sebaran data

mean, median, modus, standar deviation,

variant, nilai maksimal, nilai minimal, range,

sum. Teknik analisis data yang digunakan untuk

pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah

regresi tunggal, regresi ganda, dan korelasi

kanonik dengan bantuan SPSS versi 19. Sebelum

dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan

uji prasyarat analisis pada hasil penelitian yang

meliputi uji normalitas dengan menggunakan

kolmogorov‐smirnov, uji linieritas menggunakan

uji F (test for linearity), uji heteroskedastisitas

dengan metode spearmen’s rho, uji autokorelasi

dengan durbin-watson, dan uji multikolinieritas

menggunakan nilai tolerance dan variance

inflation factor (VIF). Semua uji prasyarat

analisis tersebut sudah memenuhi syarat

sehingga perlu dilaksanakan perhitungan regresi

tunggal, regresi ganda, dan korelasi kanonik.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Analisis Deskriptif

Deskripsi data digunakan untuk

menyajikan data yang sudah diperoleh

dilapangan. Temuan hasil deskripsi penelitian

ini selanjutnya disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Rangkuman Deskripsi Data

Rekapitulasi Data Analisis Frekuensi Var.

Deskripsi Y1 Y2 X1 X2 X3

Mean 89,51 146,9 85,53 86,59 82,23

Med 89,00 148,0 84,00 87,00 82,00

Mod 89 150 89 85 84

Std.

Dev 7,332 11,80 6,051 7,078 6,059

Varian 53,76 139,2 36,62 50,10 36,71

Rang 52 52 30 31 30

Min 68 115 66 69 65

Max 120 167 96 100 95

Sum 10294 16900 9606 9957 9468

Keterampilan Proses IPA

Keterampilan proses IPA merupakan cara

belajar IPA aktif dengan melakukan

penyelidikan langsung dengan fakta-fakta dalam

mengembangkan konsep, membentuk prinsip-

prinsip ilmiah, dan pemahaman teori.

Keterampilan proses IPA yang dimaksud seperti

keterampilan dalam mengamati, menyimpulkan,

mengelompokkan, mengukur, memprediksi, dan

berkomunikasi.

Pengelompokkan data keterampilan

proses IPA disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Keterampilan

Proses IPA

Jumlah

Responden

Persentase

(%) Interval Kategori

1 1 104-120 Sangat

baik

27 23 95-103 Baik

76 66 81-94 Cukup

baik

11 10 68-80 Kurang

baik

Berdasarkan tabel 2 tersebut mean pada

variabel keterampilan proses IPA sebesar 89,51

terletak pada interval 81-94 dengan jumlah

responden 76 dalam kategori cukup baik.

Sikap Ilmiah IPA

Sikap ilmiah IPA merupakan sikap yang

melekat dan dimiliki para siswa dalam

pembelajaran IPA untuk mencari, menyelidiki,

dan mengembangkan pengetahuan baru. Sikap

ilmiah IPA yang dimaksud seperti sikap ingin

tahu, respek terhadap fakta, berpikir kritis,

penemuan dan kreativitas, berpikiran terbuka

dan kerjasama, ketekunan, dan sikap peka

terhadap lingkungan sekitar.

Pengelompokkan data sikap ilmiah IPA

disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Sikap Ilmiah

IPA

Jumlah

Responden

Persen

tase (%) Interval Kategori

34 30 155-167 Sangat

baik

46 40 142-154 Baik

27 23 129-141 Cukup

baik

8 7 66-73 Kurang

baik

Berdasarkan tabel 3 tersebut mean pada

variabel sikap ilmiah IPA sebesar 146,9 terletak

pada interval 142-154 dengan jumlah responden

46 dalam kategori baik.

Minat Belajar

Minat belajar IPA merupakan ketertarikan

dan keinginan besar untuk berhasil dalam proses

belajar IPA yang ditandai dengan perasaan

senang IPA, kesadaran belajar IPA serta

5

memberikan perhatian yang besar dalam

aktivitas belajar IPA.

Pengelompokkan data minat belajar IPA

disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Deskriptif Minat Belajar

IPA

Jumlah

Responden

Persen

tase (%) Interval Kategori

28 24 89-96 Sangat

baik

57 50 81-88 Baik

23 20 74-80 Cukup

baik

7 6 66-73 Kurang

baik

Berdasarkan tabel 4 tersebut mean pada

variabel minat belajar IPA sebesar 85,53

terletak pada interval 81-88 dengan jumlah

responden 57 dalam kategori baik.

Disiplin Belajar IPA

Disiplin belajar IPA merupakan

pengendalian diri siswa dalam perilakunya untuk

mematuhi dan mentaati peraturan yang ada

dalam setiap pembelajaran IPA. Disiplin belajar

IPA yang dimaksud, seperti disiplin dalam

ketepatan waktu belajar IPA, disiplin dalam

mengerjakan tugas IPA, disiplin dalam

mengikuti pelajaran IPA, dan disiplin dalam

mentaati tata tertib dalam pelajaran IPA.

Pengelompokkan data disiplin belajar IPA

disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Deskriptif Disiplin

Belajar IPA

Jumlah

Responden

Persen

tase (%) Interval Kategori

25 22 93-100 Sangat

baik

25 22 89-92 Baik

55 48 77-88 Cukup

baik

10 8 69-76 Kurang

baik

Berdasarkan tabel 5 tersebut mean pada

variabel disiplin belajar IPA sebesar 86,59

terletak pada interval 77-88 dengan jumlah

responden 55 dalam kategori cukup baik.

Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar IPA merupakan suatu

tempat dengan iklim yang dikondisikan untuk

belajar dan mempersiapkan siswa untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Lingkungan

belajar IPA yang dimaksud adalah lingkungan

belajar di lingkungan kelas, seperti lingkungan

fisik kelas (pencahayaan, suhu, ukuran ruang

belajar, bahan ajar, dan estetika), dan keadaan

ketika proses pembelajaran IPA (pengajaran

guru, hubungan guru dengan siswa, hubungan

antar siswa, dan penanaman nilai moral yang

dilakukan guru pada siswa).

Pengelompokkan data lingkungan belajar

IPA disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Lingkungan

Belajar IPA

Jumlah

Responden

Persen

tase (%) Interval Kategori

25 22 88-95 Sangat

baik

49 43 81-87 Baik

34 30 73-80 Cukup

baik

7 6 65-72 Kurang

baik

Berdasarkan tabel 6 tersebut mean pada

variabel lingkungan belajar IPA sebesar 82,23

terletak pada interval 81-87 dengan jumlah

responden 49 dalam kategori baik.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk

mengetahui apakah hipotesis yang diungkapkan

pada penelitian ini dapat diterima atau ditolak.

Uji Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama dalam penelitian ini

adalah “terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara minat belajar dengan

keterampilan proses IPA siswa kelas V SDN Se-

Gugus 3 Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal

dengan program SPSS 19.0, hasil rangkuman

analisis regresi linier dapat dilihat pada tabel 7

berikut:

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Analisis Minat

Belajar dengan Keterampilan Proses

Variabel Koefisien

R

Adjust

R2 T-hit Sig

X1-Y1 0,668 0,442 9,552 0,000

Hasil analisis diperoleh koefisien (R)

sebesar 0,668 dengan kriteria hubungan yang

kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,422. Bahwa

besar kontribusi variabel minat belajar (X1)

dengan keterampilan proses IPA (Y1) sebesar

44,2%. Artinya bahwa 44,2% minat belajar

siswa ada hubungannya dengan keterampilan

proses IPA.

6

Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui

bahwa nilai Thitung sebesar 9,552 dengan

signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya

bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05

(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian

ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,

yang artinya terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara minat belajar dengan

keterampilan proses IPA.

Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini

adalah “terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara disiplin belajar dengan

keterampilan proses IPA siswa kelas V SDN Se-

Gugus 3 Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal

dengan program SPSS 19.0, hasil rangkuman

analisis regresi linier dapat dilihat pada tabel 8

berikut:

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Analisis Disiplin

Belajar dengan Keterampilan Proses

Variabel Koefi

sien R

Adjust

R2 T-hit Sig

X2-Y1 0,750 0,558 12,036 0,000

Hasil analisis diperoleh koefisien (R)

sebesar 0,750 dengan kriteria hubungan yang

sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,558.

Bahwa besar kontribusi variabel disiplin belajar

(X2) dengan keterampilan proses IPA (Y1)

sebesar 55,8%. Artinya bahwa 55,8% disiplin

belajar siswa ada hubungannya dengan

keterampilan proses IPA.

Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui

bahwa nilai Thitung sebesar 12,036 dengan

signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya

bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05

(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian

ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,

yang artinya terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara disiplin belajar dengan

keterampilan proses IPA.

Uji Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini

adalah “terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara lingkungan belajar dengan

keterampilan proses IPA siswa kelas V SDN Se-

Gugus 3 Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal

dengan program SPSS 19.0, hasil rangkuman

analisis regresi linier dapat dilihat pada tabel 9

berikut:

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Analisis

Lingkungan Belajar dengan Keterampilan

Proses

Variabel Koefi

sien R

Adjust

R2 T-hit Sig

X3-Y1 0,688 0,468 10,067 0,000

Hasil analisis diperoleh koefisien (R)

sebesar 0,688 dengan kriteria hubungan yang

kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,468. Bahwa

besar kontribusi variabel lingkungan belajar (X3)

dengan keterampilan proses IPA (Y1) sebesar

46,8%. Artinya bahwa 46,8% lingkungan belajar

siswa ada hubungannya dengan keterampilan

proses IPA.

Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui

bahwa nilai Thitung sebesar 10,067 dengan

signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya

bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05

(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian

ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,

yang artinya terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara lingkungan belajar dengan

keterampilan proses IPA.

Uji Hipotesis Keempat

Hipotesis keempat dalam penelitian ini

adalah “terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara minat belajar, disiplin belajar,

dan lingkungan belajar dengan keterampilan

proses IPA siswa kelas V SDN Se-Gugus 3

Depok”. Sesuai analisis regresi ganda dengan

program SPSS 19.0, hasil rangkuman analisis

regresi linier dapat dilihat pada tabel 10 berikut:

Tabel 10. Uji Hipotesis Keempat

Variabel Koefis

ien R

Adjust

R2 F-hit Sig

X1,X2,X3-

Y1 0,772 0,585 54,552 0,000

Hasil analisis diperoleh koefisien (R)

sebesar 0,772 dengan kriteria hubungan yang

sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,585.

Bahwa besar kontribusi variabel minat belajar

(X1), disiplin belajar (X2), dan lingkungan

belajar (X3) dengan keterampilan proses IPA

(Y1) sebesar 58,5%. Artinya bahwa 58,5% minat

belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar

siswa ada hubungannya dengan keterampilan

proses IPA.

Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui

bahwa nilai Fhitung sebesar 54,552 dengan

signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya

bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05

(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian

ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,

7

yang artinya terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara minat belajar, disiplin belajar,

dan lingkungan belajar dengan keterampilan

proses IPA.

Sesuai dengan analisis yang dilakukan,

diperoleh nilai koefisien a sebesar 10,837 yang

berarti jika semua variabel independen memiliki

nilai (0) nol, maka nilai variabel dependen

sebesar 10,837; koefisien regresi X1 (b1) sebesar

0,178; koefisien regresi X2 (b2) sebesar 0,455;

koefisien regresi X3 (b3) sebesar 0,297; sehingga

model persamaan regresinya sebagai berikut: Y=

10,837 + 0,178X1 + 0,455X2 + 0,297X3.

Konstanta sebesar 10,837 menyatakan

bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel

bebas, maka keterampilan proses IPA (Y1)

adalah 10,837. Koefisien regresi sebesar 0,178,

0,455, dan 0,297 menyatakan bahwa setiap

kenaikan satu skor dari variabel bebas akan

terjadi penambahan skor sebesar 0,178, 0,455,

dan 0,297 pada keterampilan proses IPA siswa

kelas V SDN Se-Gugus 3 Depok dengan asumsi

variabel lain bernilai tetap.

Uji Hipotesis Kelima

Hipotesis kelima dalam penelitian ini

adalah “terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara minat belajar dengan sikap

ilmiah IPA siswa kelas V SDN Se-Gugus 3

Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal dengan

program SPSS 19.0, hasil rangkuman analisis

regresi linier dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Analisis Minat

belajar dengan Sikap Ilmiah

Variabel Koefi

sien R

Adjust

R2 T-hit Sig

X1-Y2 0,745 0,552 11,886 0,000

Hasil analisis diperoleh koefisien (R)

sebesar 0,745 dengan kriteria hubungan yang

sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,552.

Bahwa besar kontribusi variabel minat belajar

(X1) dengan sikap ilmiah IPA (Y2) sebesar

55,2%. Artinya bahwa 55,2% minat belajar

siswa ada hubungannya dengan sikap ilmiah

IPA.

Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui

bahwa nilai Thitung sebesar 11,886 dengan

signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya

bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05

(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian

ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,

yang artinya terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara minat belajar dengan sikap

ilmiah IPA.

Uji Hipotesis Keenam

Hipotesis keenam dalam penelitian ini

adalah “terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara disiplin belajar dengan sikap

ilmiah IPA siswa kelas V SDN Se-Gugus 3

Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal dengan

program SPSS 19.0, hasil rangkuman analisis

regresi linier dapat dilihat pada tabel 12 berikut:

Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Analisis

Disiplin Belajar dengan Sikap Ilmiah

Variabel Koefisien

R

Adjust

R2 T-hit Sig

X2-Y2 0,848 0,717 17,019 0,000

Hasil analisis diperoleh koefisien (R)

sebesar 0,848 dengan kriteria hubungan yang

sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,717.

Bahwa besar kontribusi variabel disiplin belajar

(X2) dengan sikap ilmiah IPA (Y2) sebesar

71,7%. Artinya bahwa 71,7% disiplin belajar

siswa ada hubungannya dengan sikap ilmiah

IPA.

Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui

bahwa nilai Thitung sebesar 17,019 dengan

signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya

bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05

(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian

ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,

yang artinya terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara disiplin belajar dengan sikap

ilmiah IPA.

Uji Hipotesis Ketujuh

Hipotesis ketujuh dalam penelitian ini

adalah “terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara lingkungan belajar dengan

sikap ilmiah IPA siswa kelas V SDN Se-Gugus

3 Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal dengan

program SPSS 19.0, hasil rangkuman analisis

regresi linier dapat dilihat pada tabel 13 berikut:

Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Analisis

Lingkungan Belajar dengan Sikap Ilmiah

Variabel Koefisien

R

Adjust

R2 T-hit Sig

X3-Y2 0,774 0,595 12,984 0,000

Hasil analisis diperoleh koefisien (R)

sebesar 0,774 dengan kriteria hubungan yang

sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,595.

Bahwa besar kontribusi variabel lingkungan

belajar (X3) dengan sikap ilmiah IPA (Y2)

sebesar 59,5%. Artinya bahwa 59,5%

lingkungan belajar siswa ada hubungannya

dengan sikap ilmiah IPA.

8

Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui

bahwa nilai Thitung sebesar 12,984 dengan

signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya

bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05

(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian

ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,

yang artinya terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara lingkungan belajar dengan

sikap ilmiah IPA.

Uji Hipotesis Kedelapan

Hipotesis kedelapan dalam penelitian ini

adalah “terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara minat belajar, disiplin belajar,

dan lingkungan belajar dengan sikap ilmiah IPA

siswa kelas V SDN Se-Gugus 3 Depok”. Sesuai

analisis regresi ganda dengan program SPSS

19.0, hasil rangkuman analisis regresi linier

dapat dilihat pada tabel 14 berikut:

Tabel 14. Uji Hipotesis Kedelapan

Variabel Koefi

sien R

Adjust

R2 F-hit Sig

X1,X2,X3-

Y2 0,870 0,751 115,47 0,000

Hasil analisis diperoleh koefisien (R)

sebesar 0,870 dengan kriteria hubungan yang

sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,751.

Bahwa besar kontribusi variabel minat belajar

(X1), disiplin belajar (X2), dan lingkungan

belajar (X3) dengan sikap ilmiah IPA (Y2)

sebesar 75,1%. Artinya bahwa 75,1% minat

belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar

memiliki hubungan dengan sikap ilmiah IPA.

Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui

bahwa nilai Fhitung sebesar 115,47 dengan

signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya

bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05

(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian

ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,

yang artinya terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara minat belajar, disiplin belajar,

dan lingkungan belajar dengan sikap ilmiah IPA.

Sesuai dengan analisis yang dilakukan,

diperoleh nilai koefisien a sebesar 5,455 yang

berarti jika semua variabel independen memiliki

nilai (0) nol, maka nilai variabel dependen

sebesar 5,455; koefisien regresi X1 (b1) sebesar

0,265; koefisien regresi X2 (b2) sebesar 0,879;

koefisien regresi X3 (b3) sebesar 0,525; sehingga

model persamaan regresinya sebagai berikut: Y=

5,455 + 0,265X1 + 0,879X2 + 0,525X3.

Konstanta sebesar 5,455 menyatakan

bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel

bebas, maka keterampilan proses IPA (Y1)

adalah 5,455. Koefisien regresi sebesar 0,265,

0,879, dan 0,525 menyatakan bahwa setiap

kenaikan satu skor dari variabel bebas akan

terjadi penambahan skor sebesar 0,265, 0,879,

dan 0,525 pada keterampilan proses IPA siswa

kelas V SDN Se-Gugus 3 Depok dengan asumsi

variabel lain bernilai tetap.

Uji Hipotesis Kesembilan

Hipotesis kesembilan dalam penelitian ini

adalah “terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara minat belajar, disiplin belajar,

dan lingkungan belajar dengan keterampilan

proses dan sikap ilmiah IPA siswa kelas V SDN

Se-Gugus 3 Depok”. Sesuai analisis korelasi

kanonik dengan program SPSS 19.0, hasil

rangkuman analisis korelasi kanonik dapat

dilihat pada tabel 15 berikut:

Tabel 15. Perhitungan untuk penentuan fungsi

kanonik

Dengan melihat root ada dua kanonik

fungsi yaitu fungsi 1 korelasi kanonik 0,874

dengan signifikansi 0,000 dan fungsi 2 korelasi

kanonik 0,030 dengan signifikansi 0,950. Dari

hasil tersebut terlihat fungsi 1 < 0,05 signifikan

secara individual. Sedangkan fungsi 2 > 0,05

maka tidak signifikan secara individual. Oleh

karena itu fungsi 1 dapat diproses lebih lanjut.

Sedangkan fungsi 2 secara individual tidak dapat

diproses lebih lanjut. Metode yang digunakan

yaitu Pillais, Hotellings, Wilks dengan hasil uji

signifikansi secara simultan menunjukkan

bahwa ketiga model pengujian adalah signifikan.

Selanjutnya digunakan kanonik loading untuk

mengetahui korelasi antar variabel asal dalam

satu kumpulan dengan variabel kanonik pada

kumpulan yang lainnya.

Tabel 16. Hasil perhitungan canonical loading

untuk dependen variat

Eigenvalues and Canonical Correlations

Root No. Eigenvalue Pct. Cum. Pct. Canon Cor. Sq. Cor

1 3,23904 99,97166 99,97166 ,87413 ,76410

2 ,00092 ,02834 100,00000 ,03029 ,00092

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Dimension Reduction Analysis

Roots Wilks L. F Hypoth. DF Error DF Sig. of F

1 TO 2 ,23569 38,86075 6,00 220,00 ,000

2 TO 2 ,99908 ,05096 2,00 111,00 ,950

Eigenvalues and Canonical Correlations

Root No. Eigenvalue Pct. Cum. Pct. Canon Cor. Sq. Cor

1 3,23904 99,97166 99,97166 ,87413 ,76410

2 ,00092 ,02834 100,00000 ,03029 ,00092

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Dimension Reduction Analysis

Roots Wilks L. F Hypoth. DF Error DF Sig. of F

1 TO 2 ,23569 38,86075 6,00 220,00 ,000

2 TO 2 ,99908 ,05096 2,00 111,00 ,950

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Correlations between DEPENDENT and canonical variables

Function No.

Variable 1 2

KPS ,88292 -,46952

SIS ,99556 ,09417

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Correlations between COVARIATES and canonical variables

CAN. VAR.

Covariate 1 2

MB ,85796 -,43594

DB ,97409 ,16003

LB ,88939 -,08282

9

Pada tabel 16 hasil perhitungan canonical

loading dengan hanya melihat fungsi 1 pada

deretan angka korelasi loading. Untuk dependen

variabel, terdapat dua angka canonical loading

dengan kategori tinggi yaitu di atas 0,5 dengan

nilai 0,882 (Keterampilan proses IPA) dan 0,995

(Sikap ilmiah IPA).

Tabel 17. Hasil perhitungan canonical loading

untuk independen variat

Sedangkan pada tabel 17 hasil

perhitungan canonical loading dengan hanya

melihat fungsi 1 pada deretan angka korelasi

loading. Untuk independen variabel, terdapat

tiga angka canonical loading dengan kategori

tinggi yaitu di atas 0,5 dengan nilai loading X1

0,857 (Minat belajar), loading X2 0,974 (Disiplin

belajar), dan loading X3 0,889 (Lingkungan

belajar). Tanda positif memiliki arti pada uji

hipotesis berbanding lurus antara variabel

independen dengan variabel dependen, yaitu: 1)

semakin tinggi minat belajar semakin tinggi

keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah IPA;

2) semakin tinggi disiplin belajar semakin tinggi

keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah IPA;

3) semakin baik lingkungan belajar semakin baik

keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah IPA.

Pembahasan

Hubungan minat belajar dengan keterampilan

proses IPA

Minat belajar siswa merupakan salah satu

faktor penentu dalam pelaksanaan keterampilan

proses. Minat belajar dapat terlihat ketika

perasaan senang dan keterkaitan siswa muncul

dalam melakukan keterampilan proses IPA.

Hasil fakta di lapangan ditemukan bahwa

minat belajar merupakan komponen penting bagi

siswa yang berhubungan dengan keterampilan

proses IPA. Jika pelaksanaan keterampilan

proses IPA digerakkan oleh minat yang kuat,

maka pembelajaran akan berkualitas sehingga

pencapaian hasil belajar siswa akan maksimal.

Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat

Harlen (2000, p.71) minat sangat penting bagi

siswa untuk terlibat dan berusaha untuk

memahami apa yang terjadi dalam kegiatan dari

pengalaman mereka. Minat belajar bisa terlihat

dari sikap tekun dan semangat ketika berada di

lingkungan belajar sehingga mampu mencapai

proses pembelajaran yang baik. Hasil penelitian

ini sesuai dengan Prihantoro (2007, p.89)

pengamatan lingkungan sekitar dengan

kelompok dapat meningkatkan minat belajar.

Hasil penelitian ini memberikan

kesimpulan bahwa minat belajar merupakan

faktor penentu dalam pelaksanaan keterampilan

proses IPA dengan tingkat hubungan yang kuat

dengan korelasi r 0,668, sumbangan efektif

44,2%.

Hubungan disiplin belajar dengan keterampilan

proses IPA

Disiplin belajar dapat menjadi faktor yang

mengakibatkan pelaksanaan keterampilan

proses berjalan baik atau tidak. Disiplin belajar

ini merupakan sikap yang sudah tertanam dalam

diri setiap siswa sehingga mampu membuat

situasi belajar menjadi kondusif dengan

keaktifan dan kreatifitas siswa dalam belajar.

Disiplin belajar yang baik membuat siswa

menjadi patuh dan tekun dalam belajar. Disiplin

belajar siswa cenderung menekankan pada

ketepatan waktu dalam belajar. Jika siswa

memiliki disiplin yang baik, maka mereka akan

melaksanakan kegiatan sesuai dengan kemauan

sendiri. Disiplin waktu ketika belajar sangat

menjadi prioritas bagi guru dan siswa untuk

menciptakan pembelajaran yang efektif.

Hasil fakta di lapangan ditemukan bahwa

disiplin belajar merupakan komponen penting

bagi siswa yang berhubungan dengan

keterampilan proses IPA. Disiplin ini dapat

membuat keberhasilan dalam pelaksanaan

keterampilan proses. Untuk itu, disiplin belajar

harus sangat serius ditanamkan pada setiap siswa

di sekolah dasar. Hasil temuan dalam penelitian

ini diperkuat dari pendapat Torupera (2000,

p.96) yang menjelaskan bahwa disiplin

merupakan faktor yang sangat penting bagi

sekolah yang dapat meningkatkan nilai-nilai

moral siswa. Disiplin belajar ini penting karena

dapat juga meningkatkan ketenangan dan

kenyamanan selama proses pembelajaran.

Penelitian ini juga di dukung dari penelitian

Pasternak (2013: 1) yang menjelaskan bahwa

terdapat korelasi antara keterampilan disiplin

belajar dengan prestasi akademik, yang mana

ditemukan korelasi positif yang signifikan antara

empat keterampilan disiplin belajar seperti

ketekunan, jadwal pertemuan, penetapan tujuan,

dan perencanaan dalam pencapaian penyelesaian

tugas yang menyenangkan.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Correlations between DEPENDENT and canonical variables

Function No.

Variable 1 2

KPS ,88292 -,46952

SIS ,99556 ,09417

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Correlations between COVARIATES and canonical variables

CAN. VAR.

Covariate 1 2

MB ,85796 -,43594

DB ,97409 ,16003

LB ,88939 -,08282

10

Hasil penelitian ini memberikan

kesimpulan bahwa disiplin belajar merupakan

faktor penentu dalam pelaksanaan keterampilan

proses IPA dengan tingkat hubungan yang

sangat kuat dengan korelasi r 0,750, sumbangan

efektif 55,8%.

Hubungan lingkungan belajar dengan

keterampilan proses IPA

Lingkungan belajar faktor utama yang

membuat baik atau buruknya pelaksanaan

keterampilan proses IPA. Lingkungan ini

merupakan tempat berlangsungnya proses

pembelajaran yang dapat mendorong siswa

untuk bersikap dan berperilaku positif dalam

melaksanakan keterampilan proses IPA.

Perilaku siswa ketika belajar tergantung dari

lingkungan belajar di kelas, dimana hubungan

guru dengan siswa harus terjalin dengan baik

sehingga mampu menciptakan pembelajaran

yang efektif (Moos dalam Welch, 2014, p.894).

Hasil fakta di lapangan ditemukan bahwa

lingkungan belajar merupakan komponen

penting bagi siswa yang berhubungan dengan

keterampilan proses IPA. Lingkungan belajar

yang positif dapat membuat kelas menjadi

kondusif sehingga dapat memberikan inspirasi

berpikir yang sehat dan mampu memberikan

kekuatan belajar yang besar bagi siswa. Hasil

temuan dalam penelitian ini diperkuat dari

pendapat Kiener (2014, p.40) yang menjelaskan

bahwa lingkungan belajar sangat mendukung

dalam terciptanya proses pembelajaran yang

efektif. Lingkungan belajar yang kondusif dapat

membuat siswa mudah menumbuhkan motivasi,

minat, dan disiplin belajar selama mengikuti

proses pembelajaran.

Hasil penelitian ini memberikan

kesimpulan bahwa lingkungan belajar

merupakan faktor penentu dalam pelaksanaan

keterampilan proses IPA dengan tingkat

hubungan yang kuat dengan korelasi r 0,688,

sumbangan efektif 46,8%.

Hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan

lingkungan belajar dengan keterampilan proses

IPA

Hasil fakta di lapangan ditemukan bahwa

keterampilan proses IPA berhubungan dengan

minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan

belajar yang secara simultan memiliki korelasi

yang sangat kuat (r 0,772) dengan kontribusi

sebesar 58,5%. Jika siswa memiliki minat

belajar tinggi, disiplin belajar tinggi, serta berada

dalam kondisi lingkungan belajar yang baik

maka pelaksanaan keterampilan proses IPA

siswa menjadi baik.

Berbagai penelitian relevan yang

menjelaskan bahwa kerangka konseptual

keterampilan proses terkait domain kognitif

dengan pengklasifikasian seperti keterampilan

pengolahan informasi, kemampuan penalaran,

keterampilan penyelidikan, keterampilan

berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan

masalah (Ozgolen, 2012, p.284). Penelitian ini di

dukung dari Handika & Wangid (2013, p.85)

menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis

masalah berpengaruh signifikan dan lebih baik

dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran

konvensional terhadap keterampilan proses sains

siswa SD. Sedangkan Sole & Wilujeng (2013,

p.43) menerangkan bahwa penerapan model 4-E

learning cycle berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keterampilan proses dasar

IPA siswa di sekolah dasar. Pendapat lain yang

mendukung penelitian ini juga disampaikan

Anderson (dalam Ergul, 2002, p.49) yang mana

dalam penelitiannnya mengindikasikan bahwa

pelaksanaan penerapan penyelidikan ilmiah

dalam mengajar sains memiliki beberapa efek

positif pada prestasi kognitif, keterampilan

proses, dan sikap terhadap ilmu pengetahuan

yang relatif.

Hubungan minat belajar dengan sikap ilmiah

IPA

Minat belajar memiliki hubungan dengan

sikap positif yang ada dalam diri siswa ketika

melaksanakan proses pembelajaran. Jika minat

belajar baik maka muncul sikap ilmiah yang baik

karena berlangsung pada waktu dan kondisi

yang bersamaan. Minat perlu dikembangkan

dalam pembelajaran IPA, begitu juga sikap

ilmiah IPA. Untuk itu, siswa harus memiliki

perasaan senang dan tertarik untuk belajar IPA.

Siswa yang sudah memiliki perasaan

senang dalam pembelajaran IPA, kecenderungan

minatnya akan semakin tinggi dan selalu

melakukan objek tersebut dengan antusias

sehingga sikap ilmiah mampu berkembang baik.

Krapp (1999, p.24) menerangkan bahwa minat

terbagi tiga jenis, yaitu: 1) minat sebagai

karakteristik disposisional siswa tersebut; 2)

minat sebagai ciri khas dari lingkungan belajar;

3) minat sebagai keadaan psikologis. Sedangkan

untuk sikap ilmiah Carin & Sund (1987, p.6)

menerangkan jika sikap ilmiah merupakan sikap

perilaku yang siswa lakukan ketika dalam

melaksanakan keterampilan proses.

11

Hasil penelitian ini memberikan

kesimpulan bahwa minat belajar merupakan

faktor penentu dalam mengembagkan sikap

ilmiah IPA dengan tingkat hubungan yang

sangat kuat dengan korelasi r 0,745, sumbangan

efektif sebesar 55,2%.

Hubungan disiplin belajar dengan sikap ilmiah

IPA

Disiplin belajar memiliki hubungan

dengan sikap ilmiah ketika pelaksanaan

keterampilan proses. Hal ini bisa di ketahui dari

aspek/ indikator yang sama-sama menjunjung

tinggi sikap sungguh-sungguh dan patuh pada

aturan yang sudah ditetapkan. Jika siswa

memiliki minat tinggi maka secara langsung

sikap ilmiah akan meningkat. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini yang menjelaskan

bahwa disiplin belajar memiliki hubungan yang

sangat kuat dengan korelasi r 0,848, sumbangan

efektif sebesar 71,7%. Beberapa faktor yang

memiliki kontribusi dalam penanaman disiplin

belajar, seperti: 1) keluarga; 2) pengaruh

masyarakat; 3) lingkungan sekolah; 4) dan

banyaknya tugas yang harus diselesaikan

(Njoroge, 2014, p.292)

Penelitian ini juga terkait dengan

penelitian yang menerangkan bahwa sikap

ilmiah memiliki hubungan positif terhadap hasil

prestasi akademik siswa (Olasehinde & Olatoye,

2014, p.445). Sedangkan Setyawan & Mustadi,

(2015, p.108) yang menjelaskan bahwa

pengembangan pembelajaran dengan SSP

mampu membangun karakter disiplin dan

kreatif.

Hubungan lingkungan belajar dengan sikap

ilmiah IPA

Lingkungan belajar merupakan aspek

yang paling penting dalam pembelajaran IPA.

Lingkungan belajar dapat membuat siswa tidak

merasa bosan ketika belajar IPA, proses

pembelajaran IPA dapat lebih menarik, lebih

nyaman, dan memberikan keaktifan bagi siswa

untuk berdiskusi/ tanya jawab dengan siswa/

guru secara langsung. Lingkungan belajar yang

tidak kondusif dapat membuat siswa sulit

menanamkan dan mengeluarkan sikap ilmiah

IPA. Begitu juga sebaliknya, lingkungan belajar

yang kondusif akan membuat siswa lebih mudah

mengembangkan sikap ilmiah IPA.

Lingkungan belajar merupakan tempat

berlangsung pelaksanaan keterampilan proses

dengan penanaman sikap ilmiah IPA. Jika

lingkungan belajar baik maka sikap ilmiah juga

baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

memberi kesimpulan bahwa lingkungan belajar

memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat

dengan korelasi r 0,774, sumbangan efektif

59,5%. Hasil penelitian ini di dukung dari

penelitian Zubaidah (2015, p.46) menjelaskan

bahwa lingkungan kelas yang bernuansa ke

SDan saat ini dibutuhkan untuk menunjang

pelaksanaan pembelajaran di SD karena

memungkinkan siswa dan guru dapat

melaksanakan pembelajaran tentang banyak hal.

Selanjutnya penelitian dari Eggen & Kauchak

(dalam Moalosi, 2013, p.302) menjelaskan

bahwa lingkungan belajar di kelas merupakan

interaksi guru dengan siswa untuk bekerjasama

dan belajar secara bersama-sama yang bertujuan

mencapai hasil akademik siswa. Hal yang sama

juga dikemukakan Houston (2008, p.31)

lingkungan positif dapat meningkatkan prestasi

siswa yang lebih besar.

Hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan

lingkungan belajar dengan sikap ilmiah IPA

Hasil fakta di lapangan ditemukan bahwa

sikap ilmiah IPA berhubungan dengan minat

belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar

yang secara simultan memiliki korelasi yang

sangat kuat (r 0,870) dengan kontribusi sebesar

75,1%. Sikap ilmiah merupakan sikap yang

muncul ketika melaksanakan keterampilan

proses IPA. Jika pelaksanaan keterampilan

proses kurang baik, pengembangan sikap ilmiah

dapat tidak berkembang. Oleh karena itu, aspek

sikap ilmiah IPA bisa dikatakan memiliki

hubungan yang sama dengan keterampilan

proses dalam hal faktor yang mempengaruhi,

seperti minat belajar, disiplin belajar, dan

lingkungan belajar. Keterkaitan ini dapat dilihat

dari manfaat dan dampak yang ditimbulkan bagi

siswa dari masing-masing uraian di atas antara

keterkaitan minat belajar, disiplin belajar, dan

lingkungan belajar dengan sikap ilmiah IPA.

Berbagai penelitian relevan yang

menjelaskan bahwa kerangka konseptual

keterampilan proses terkait domain kognitif

dengan pengklasifikasian seperti keterampilan

pengolahan informasi, kemampuan penalaran,

keterampilan penyelidikan, keterampilan

berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan

masalah (Ozgolen, 2012, p.284). Pendapat lain

yang mendukung penelitian ini juga

disampaikan Anderson (dalam Ergul, 2002,

p.49) yang mana dalam penelitiannnya

mengindikasikan bahwa pelaksanaan penerapan

penyelidikan ilmiah dalam mengajar sains

12

memiliki beberapa efek positif pada prestasi

kognitif, keterampilan proses, dan sikap

terhadap ilmu pengetahuan yang relatif

Hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan

lingkungan belajar dengan keterampilan proses

dan sikap ilmiah IPA

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa

pada uji kanonik loading menyatakan bahwa

minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan

belajar memiliki hubungan yang lurus dan

signifikan dengan keterampilan proses dan sikap

ilmiah IPA secara simultan dengan nilai kanonik

loading di atas 0,5 dan pada taraf signifikansi

0,000. Untuk itu, sangat tepat jika pembelajaran

IPA baik jika dilakukan dengan keterampilan

proses dan sikap ilmiah IPA.

Pembelajaran IPA memiliki tujuan agar

siswa dapat mencapai dan mengembangkan

kompetensinya dengan menitikberatkan pada

pengalaman langsung dalam menjelajah dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh

karena itu, siswa diharapkan beraktivitas

semaksimal mungkin baik melalui kegiatan

observasi, eksperimen, maupun diskusi untuk

mencari jawaban atas berbagai peristiwa yang

terjadi di alam sekitar. Pembelajaran IPA di SD

yang baik harus menekankan pada proses dan

sikap sehingga mendapatkan hasil yang benar

sesuai fakta dan bermakna bagi siswa. Dengan

pembelajaran tersebut maka dapat diperoleh

kemampuan kognitif siswa yang mampu

berkembang. Kemampuan kognitif tersebut

diantaranya minat belajar, disiplin belajar, dan

lingkungan belajar. melakukan keterampilan

proses IPA dan sikap ilmiah IPA yang baik

diharapkan kemampuan kognitif siswa dari

minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan

belajar dapat berkembang menjadi lebih baik.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan

keterampilan proses dan sikap ilmiah dapat

dilihat dari segi perkembangan kognitif sesuai

dengan usia anak (Piaget dalam Ozgolen, 2012,

p.285). Sedangkan faktor yang mempengaruhi

keterampilan proses dan sikap ilmiah, dapat

meliputi minat belajar, disiplin belajar, dan

lingkungan belajar (Ahmad Susanto, 2011,

p.59).

Simpulan dan Saran

Simpulan

Hasil penelitian yang sudah dilakukan

menjelaskan bahwa minat belajar, disiplin

belajar, dan lingkungan belajar mempunyai

hubungan positif dan signifikan jika di uji secara

parsial dan simultan dengan keterampilan proses

dan sikap ilmiah IPA pada Kelas V SDN Se-

Gugus 3 Depok.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, minat belajar, lingkungan belajar, dan

sikap ilmiah siswa dalam kategori baik.

Sedangkan disiplin belajar dan keterampilan

proses IPA dalam kategori cukup baik. Untuk

itu, guru diharapkan memprioritaskan

peningkatan kedisiplinan belajar dan sering

menggunakan keterampilan proses dalam

mengajar khususnya materi IPA.

Guru diharapkan selalu mengembangkan

pendekatan keterampilan proses dengan

memberikan variasi dan inovasi dalam

menyampaikan materi pada siswa. Selain itu,

guru juga diharapkan selalu mengembangkan

sikap ilmiah dalam setiap pelaksanaan

keterampilan proses IPA, karena dengan strategi

tersebut, nilai-nilai moral siswa dapat muncul

dan lingkungan belajar dapat berjalan kondusif

sehingga guru mudah meningkatkan prestasi

akademik siswa.

Untuk variabel keterampilan proses

sebaiknya menggunakan alat pengumpulan data

tidak hanya angket, tetapi dengan membuat

lembar pengamatan dan penilaian terstruktur dan

sistematis pada kegiatan siswa ketika melakukan

penyelidikan ilmiah.

Sebelum membuat instrumen angket perlu

dilakukan observasi dan wawancara terlebih

dahulu dengan guru dan pihak-pihak terkait

supaya mengetahui keadaan siswa yang lebih

lengkap tentang bagaimana proses pembelajaran

yang sudah dilaksanakan.

Perlu dilaksanakan penelitian tentang

hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan

lingkungan belajar dengan keterampilan proses

dan sikap ilmiah IPA di sekolah lain yang

cakupannya lebih luas.

Perlu dilakukannya penelitian dengan

waktu relatif lebih lama dan berkesinambungan

untuk memperoleh data yang lebih objektif

sehingga hasilnya tidak bias.

Daftar Pustaka

Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan anak

usia dini. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Ainley, M., Hidi, S., & Berndorff, D. (2002).

Interest, learning, and the psychological

processes that mediate their relationship.

American Psychological, 94 (3), 545-561.

13

Carin, A.A., & Sund, R.B. (1987). Teaching

modern science third edition. Columbus:

Charles E. Merrill Publishing Co.

Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., et al. (2011).

The effects of inquiry-based science

teaching on elementary school students’

science process skills and science attitudes.

Science and Education Policy, 5 (1), 48-68.

Handika, I., & Wangid, M. (2013). Pengaruh

pembelajaran berbasis masalah terhadap

penguasaan konsep dan keterampilan proses

sains siswa kelas v. Jurnal Prima Edukasia,

1(1), 85-93. Retrieved from

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article

/view/2320

Harackiewicz, J.M., Kathy, & Hulleman, C.S.

(2008). The importance of interests: The role

of achievement goals and task values in

promoting the development of interest.

Journal Compilation, 10 (4), 42-52.

Harlen, W. (2000). Teaching, learning, and

assesing science 5-12. London: A SAGE

Publications Company.

Houston, L.S., Fraser, B.J., & Ledbetter, C.E.

(2008). An evaluation of elementary school

science kits in terms of classroom

environment and student attitudes. Journal

of Elementary Science Educations, 20, 29-

47.

Krapp, A. (1999). Interest, motivation and

learning: An educational-psychological

perspective. Psychology of Education

German, 14, 23-40.

Kiener, M., Green, P., & Ahuna, K. (2014).

Using the comfortability-in-learning scale to

enhance positive classroom learning

environments. Journal of Scholarly

Teaching, 9, 36-43.

Martin, R., Sexton, C., Franklin, T., et al. (2005).

Teaching science for all children, inquiry

methods for constructing understanding.

New Jersey: Pearson Education, Inc.

Moalosi, S. (2013). Effects of direct instruction

and social constructivism on learners’

cognitive development: A comparative

study. Research International, 6, 301-305.

Njoroge, P.M., & Nyabuto, A.N. (2014).

Discipline as a factor in academia

performance in Kenya. Journal of Education

and Social Research MCSER Publishing

Roma-Italy, 4, 269-307.

Olasehinde, K.J., & Olatoye, R.A. (2014).

Scientific attitude, attitude to science and

science achievement of senior secondary

school students in Katsina State, Nigeria.

Journal of Educational and Social

Research,4, 445-452.

Ozgelen, S. (2012). Students’ science process

skills within a cognitive domain framework.

Eurasia Journal of Mathematics, Science &

Technology Education, 8, 283-292.

Pasternak, R. (2013). Discipline, learning skills

and academic achievement, Israel. Journal

of Art and Education, 1, 1-11.

Prihantoro. (2007). Peningkatan minat belajar

IPS dengan memanfaatkan lingkungan

sekitar sebagai sumber belajar. Jurnal

Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 1 (1),

89-104.

PISA International Results. (2009) Science

performance (PISA). Diambil tanggal 23

Juni 2015 dari

https://data.oecd.org/pisa/science-

performance-pisa.htm

Setyawan, W., & Mustadi, A. (2015).

Pengembangan ssp tematik-integratif untuk

membangun karakter disiplin dan kreatif

siswa kelas i sd. Jurnal Prima Edukasia,

3(1), 108-119. Retrieved from

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article

/view/4072

Sole, F., & Wilujeng, I. (2013). Pengaruh

implementasi the 4-e learning cycle terhadap

pengetahuan, keterampilan proses dasar, dan

sikap ilmiah ipa siswa sdk kererobbo. Jurnal

Prima Edukasia, 1(1), 43-50. Retrieved

from

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article

/view/2315

Sri Puji Hidayati. (2012). Pengaruh metode

kerja laborotorium dan demonstrasi

terhadap keterampilan proses dasar ipa dan

sikap ilmiah peserta didik kelas VII SMP

Dahrul Hikmah Kutoarjo. Tesis magister:

PPs UNY.

Torupera, K. (2013). School Physical

Environment And Secondary School

Students Discipline In Bayelsa State,

Nigeria. Journal of Research in Social

Sciences, 3, 18-36.

Welch, A.G., Cakir, M., Peterson, C.M., et al.

(2014). The relationship between gender and

classroom environment in Turkish science

classrooms. Journal Educational Reseach

and Reviews, 9, 893-903.

Wilson, F.L., & Wilson, Y.D. (October 2012).

Positive classroom environments. Reports

Elementary Secondary Education. Diambil

pada tanggal 14 April 2015, dari

14

https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED536465.

pdf

Zubaidah, E. (2015). Pemanfaatan media

pembelajaran untuk menciptakan

lingkungan kelas SD (Alternatif Penciptaan

Laboratorium SD yang Efektif ). Jurnal

Prima Edukasia, 3(1), 46-60. Retrieved

from

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article

/view/4064

Profil singkat

Aan Widiyono lahir di Pati, 03 Oktober

1990. Lulusan D2 Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Universitas Sebelas Maret tahun 2010, S1

jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Sebelas Maret tahun 2012, dan S2

jurusan Pendidikan Dasar di Universitas Negeri

Yogyakarta tahun 2015. Kontak 085712553775,

atau email ke [email protected].