jurnal antioksidan akar merung
TRANSCRIPT
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN AKAR MERUNG
(Coptosapelta tomentosa Valeton K.Heyne) TERHADAP RADIKAL BEBAS DPPH
(1,1 DIFENIL-2-PIKRIL HIDRAZIL)
Antioxidant activities of Akar merung
(Coptosapelta tomentosa Valeton K.Heyne) To DPPH (1,1 Difenil-2-Pikril Hidrazil) Free
Radical
Achmad Fauzi Al’ Amrie, Prof. Dr. H. Muh. Amir M, M.Kes, dan Herman, S.Pd., M.Si
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman
ABSTRAK
Telah dilakukan pengujian aktivitas antioksidan akar merung (Coptosapelta
tomentosa Valeton K. Heyne). Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas
antioksidan dalam penelitian adalah dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-
difenil-2-pikrilhidrazil). Pengujian ini dilakukan terhadap ekstrak kasar akar merung, fraksi
n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi n-butanol. Pengukuran dilakukan menggunakan
spektofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 517 nm. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis regresi linier untuk mendapatkan nilai Inhibition Concentration 50 %
(IC50) dari masing-masing ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar merung
memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 dari ekstrak kasar, fraksi n-heksan, fraksi etil
asetat, dan n-butanol masing-masing sebesar 113,6 ppm, 75,44 ppm, 97,64 ppm, dan 412,5
ppm.
Kata Kunci : Antioksdian, Akar merung, Difenil Pikril Hidrazil
PENDAHULUAN
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang sangat reaktif karena mempunyai
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif karena
kehilangan satu atau lebih elektron dan untuk mengembalikan keseimbangannya maka
radikal bebas berusaha mendapatkan elektron dari molekul lain sehingga elektronnya menjadi
berpasangan (Dalimartha & Soedibyo,1998).
Radikal bebas bersifat reaktif, dan jika tidak diinaktifkan akan dapat merusak
makromolekul pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat, sehingga
dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Pada penelitian lebih lanjut telah diteliti bahwa
sekitar 40 penyakit mencakup aterosklerosis, hipertensi, iskemik, Alzheimer, Parkinson,
kanker dan peradangan disebabkan oleh radikal bebas. Kerusakan oksidatif atau kerusakan
akibat radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan endogen
seperti enzim catalase, glutathione peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione
transferase. Namun jika senyawa radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi
batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari
luar atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk. Beberapa studi
epidemilogi menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi antioksidan fenolik alami yang
terdapat dalam buah, sayur mayur, dan tanaman serta produk-produknya mempunyai manfaat
besar terhadap kesehatan yakni dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung koroner
(Ghiselli, 1998). Hal ini disebabkan karena adanya kandungan beberapa vitamin (A, C, E,
dan folat), serat, dan kandungan kimia lain seperti polifenol yang mampu menangkap radikal
bebas (Rohman, 2009).
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih
elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (Suhartono,
2002). Antioksidan sintetik seperti BHA, (butil hidroksi anisol), BHT (butil hidroksi toluen),
PG (propil galat), dan TBHQ (tert-butil Hidrokuinon) dapat meningkatkan terjadinya
karsinogenesis (Amarowicz et al., 2000) dan berbagai studi mengenai BHA dan BHT
menunjukkan bahwa komponen ini dapat menimbulkan tumor pada hewan percobaan pada
penggunakan dalam jangka panjang sehingga penggunaan antioksidan alami mengalami
peningkatan (Andarwulan, 1996).
Akar Merung (Coptosapelta tomentosa Valeton K. Heyne) oleh masyarakat Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur berkhasiat sebagai obat encok atau sakit pinggang,
menambah stamina, digunakan juga sebagai obat hipertensi, diabetes melitus, afrodisiaka,
serta antikanker. Kandungan kimia yang terdapat pada Akar Merung antara lain saponin,
alkaloid, senyawa fenolik, dan antrakuinon. Adanya kandungan senyawa fenolik didalam
akar merung diduga memiliki kemampuan sebagai antioksidan.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan rendemen ekstrak akar merung serta
menguji aktivitas antioksidan ekstrak kasar dan fraksi – fraksi akar merung.
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar merung
(Coptosapelta tomentosa Valeton K. Heyne) yang diperoleh dari hutan desa Tanjung Batu,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Spesimen diidentifikasi di
laboratorium Dendrologi dan Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman.
Bahan kimia meliputi kristal DPPH (1,1-Difenil-Pikril-2-Hidrazil), etanol, n-
heksana, etil asetat, n- butanol.
Peralatan yang digunakan yaitu bejana maserasi, rotary evaporator (BUCHI R200),
desikator, mikropipet, vorteks, dan spektrofotometer visibel (THERMO GENESYS 20).
Cara Kerja
Pembuatan Ekstrak kasar dan fraksi Akar merung
Akar merung dikeringkan tanpa terkena cahaya matahari langsung dipotong kecil-
kecil kemudian dimaserasi dengan etanol, diamkan 2 x 24 jam. Saring hasil maserasi dan
residu hasil penyaringan dimaserasi kembali dengan etanol yang baru dan filtrat yang
diperoleh diuapkan pelarutnya dengan rotari evaporator sampai diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental ini dimasukkan dalam desikator untuk proses penguapan maksimal. Lakukan
proses maserasi ini sampai diperoleh filtrat yang bening yang diperkirakan senyawa aktif
dalam akar merung sudah habis. Kemudian ekstrak kasar di fraksinasi menggunakan n-
heksana, etil asetat, dan n-butanol.
Penentuan Rendemen Ekstrak
Presentase rendemen ekstrak akar merung diperoleh dengan cara menghitung
perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi dan fraksinasi terhadap akar
merung kering yang digunakan. Rumus rendemen yang digunakan adalah sebagai berikut :
Rendemen Ekstrak = x 100 %
Pembuatan Larutan DPPH
Kristal DPPH ditimbang sebanyak 0,004 gram kemudian dilarutkan dalam etanol
dengan menggunakan labu ukur coklat 100 mL sehingga konsentrasinya 40 ppm.
Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak
3 mL ekstrak ditambahkan dengan 2 mL larutan DPPH 40 ppm. Campuran larutan
ini di homogenkan dengan menggunakan vorteks dan dibiarkan ditempat gelap pada suhu
kamar selama 45 menit. Kemudian larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang
517 nm terhadap blanko (yang terdiri atas 3 mL ekstrak atau fraksi dan 2 mL etanol).
Dilakukan juga pengukuran terhadap kontrol yang terdiri atas 2 mL DPPH 40 ppm dan 3 mL
etanol. Besarnya aktivitas antioksidan ekstrak dihitung dengan menggunakan rumus:
% Aktivitas Antioksidan = x 100%
Metode Analisis
Metode analisis statistik yang digunakan adalah regresi linier untuk mendapatkan
nilai IC50 serta analisis sidik ragam (ANOVA). Uji dilanjutkan dengan uji Duncan jika
diperoleh perbedaan yang signifikan antara aktivitas ekstrak dan fraksi. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui ekstrak atau fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan yang
terbaik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Ekstrak Akar Merung
Proses penyarian akar merung dengan maserasi dilakukan selama dua hari dengan
bantuan pengadukan tiga kali setiap harinya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari
300 g simplisia akar merung yang direndam dengan 4 L pelarut etanol menghasilkan 32,95 g
ekstrak kasar akar merung sehingga rendemen dari ekstrak kasar terhadap akar merung kering
yaitu 10,98 %. Selanjutnya dilakukan fraksinasi ekstrak kasar dengan menggunakan pelarut
yang berbeda kepolarannya. Ekstrak kasar akar merung sebanyak 10 g difraksinasi
Absorbansi Kontrol – Absorbansi Sampel
Absorbansi Kontrol
Berat (g) Sampel Mula-mula
Berat (g) Ekstrak didapat
menggunakan pelarut sebagai berikut : n-heksana, etil asetat, dan n-butanol. Masing-masing
berat dari fraksi dan rendemennya terhadap Akar Merung kering disajikan selengkapnya pada
Tabel 1.
No Sampel Berat Ekstrak (Gram) Rendemen (%) terhadap
sampel kering
1 Ekstrak Kasar 32,95 g 10,98 %
2 Fraksi n-Heksana 1,25 g 1,37 %
3 Fraksi Etil Asetat 2,19 g 2,41 %
4 Fraksi n-Butanol 5,83 g 6,41 %
Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa rendemen tertinggi dari fraksinasi ekstrak
akar merung adalah pada fraksi n-butanol sebesar 6,41 %. Sedangkan rendemen terendah dari
fraksinasi ekstrak akar merung adalah fraksi n-heksan sebesar 1,37 %. Dari hasil ini dapat
dikatakan bahwa senyawa polar yang ada pada Akar Merung jauh lebih banyak dibandingkan
dengan senyawa non polar.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar Akar Merung
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak kasar akar merung dengan menggunakan
metode DPPH memberikan nilai IC50 sebesar 113,6 ppm (Tabel 2). IC50
adalah bilangan yang
menunjukkan konsentrasi ekstrak (mikrogram/mililiter) yang mampu menghambat proses
oksidasi sebesar 50%, atau mampu meredam radikal bebas yaitu sebesar 50%. Semakin kecil
nilai IC50
berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik, suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan jika nilai IC50 kurang dari 200 ppm (Molyneux, 2004).
Tabel 2. Hasil Pengujian Ekstrak Kasar Akar Merung
No Konsentrasi Absorbansi % Aktivitas
Antioksidan
Persamaan
Regresi Linier IC50
1 20 ppm
0,328
14,65 %
y = b x + a
y = 0,3696 x + 8
r = 0,993
113,6 ppm
2 40 ppm
0,304
21,04 %
3 80 ppm
0,227
41,48 %
4 160 ppm
0,132
65,71 %
Keterangan : Absorbansi Kontrol DPPH yaitu 0,385
Tabel 1. Jumlah Ekstrak Pada Masing-Masing Fraksi dan Rendemen
Gambar grafik 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka
semakin tinggi persentase aktivitas antioksidannya. Persamaan regresi linear memiliki nilai b
yang positif, sehingga menunjukkan bahwa kurva nilai persen aktivitas antioksidan
merupakan kurva peningkatan. Koefisien b merupakan koefisien arah regresi linier dan
menyatakan perubahan rata-rata variabel y untuk setiap perubahan variabel x (Sudjana,
2002). Dari data terlihat pada ekstrak kasar akar merung, didapatkan nilai a = + 8, sehingga
dapat dikatakan untuk setiap x (konsentrasi sampel) bertambah 1 ppm, maka y (% inhibisi)
bertambah atau meningkat sebesar 8 %. Dari hasil dapat dikatakan eksrak akar merung
memiliki aktivitas antioksidan karena memiliki nilai IC50 kurang dari 200 ppm yaitu sebesar
113,6 ppm.
Aktivitas Antioksidan Fraksi n-heksana Akar Merung
Tabel 3. Hasil Pengujian Fraksi n - heksana Akar Merung
Keterangan : Absorbansi Kontrol DPPH yaitu 0,307
Pengujian aktivitas antioksidan fraksi n-heksana akar merung dengan menggunakan
metode DPPH memberikan nilai IC50 sebesar 69,02 ppm (Tabel 3). Nilai IC50 ini merupakan
No Konsentrasi Absorbansi
Rata-rata
% Aktivitas
Antioksidan
Persamaan
Regresi Linier IC50
1 25 ppm
0,229
25,54 %
y = 0,54648 x + 12,285
r = 0,9992
69,02 ppm
2 50 ppm
0,183
40,52 %
3 75 ppm
0,145
52,67 %
4 100 ppm
0,101
67,03 %
Gambar 1. Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Akivitas Antioksidan
Ekstrak Kasar Akar merung
bilangan yang menunjukkan 69,02 ppm fraksi n – heksana mampu menghambat proses
oksidasi sebesar 50%, atau mampu meredam radikal bebas yaitu sebesar 50%. Semakin kecil
nilai IC50
berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan
Gambar 3, grafik menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi fraksi n-heksana,
maka semakin tinggi persentase aktivitas antioksidannya. Persamaan regresi linear memiliki
nilai b yang positif, sehingga menunjukkan bahwa kurva nilai persen aktivitas antioksidan
merupakan kurva peningkatan.
Koefisien b merupakan koefisien arah regresi linier dan menyatakan perubahan rata-
rata variabel y untuk setiap perubahan variabel x (Sudjana, 2002). Dari data terlihat pada
ekstrak kasar akar merung, didapatkan nilai a = 12,28, sehingga dapat dikatakan untuk setiap
x (konsentrasi sampel) bertambah 1 ppm, maka y (% inhibisi) bertambah atau meningkat
sebesar 12,28 %. Dari hasil dapat dikatakan eksrak akar merung memiliki aktivitas
antioksidan karena memiliki nilai IC50 kurang dari 200 ppm yaitu sebesar 69,02 ppm.
Aktivitas Antioksidan Fraksi etil asetat Akar Merung
Pengujian aktivitas antioksidan fraksi etil asetat akar merung dengan menggunakan
metode DPPH didapatkan nilai IC50 sebesar 97,64 ppm (Tabel 4). Pada konsentrasi 97,64
ppm menunjukkan konsentrasi fraksi etil asetat yang mampu menghambat proses oksidasi
sebesar 50%, atau mampu meredam radikal bebas yaitu sebesar 50%. Semakin kecil nilai
IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan
sebagai antioksidan jika nilai IC50 kurang dari 200 ppm (Molyneux, 2004). Dari hasil dapat
dikatakan fraksi etil asetat akar merung memiliki aktivitas antioksidan karena memiliki nilai
IC50 kurang dari 200 ppm yaitu sebesar 69,02 ppm.
Gambar 2. Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Akivitas Antioksidan
Fraksi n - heksana Akar merung
Tabel 4. Hasil Pengujian Fraksi Etil Asetat Merung
Keterangan : Absorbansi Kontrol DPPH yaitu 0,307
Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi fraksi etil asetat, maka
semakin tinggi persentase aktivitas antioksidannya. Persamaan regresi linear memiliki nilai b
yang positif, sehingga menunjukkan bahwa kurva nilai persen aktivitas antioksidan
merupakan kurva peningkatan.
Koefisien b merupakan koefisien arah regresi linier dan menyatakan perubahan rata-
rata variabel y untuk setiap perubahan variabel x (Sudjana, 2002). Dari data terlihat pada
ekstrak kasar akar merung, didapatkan nilai a = 9,967, sehingga dapat dikatakan untuk setiap
x (konsentrasi sampel) bertambah 1 ppm, maka y (% inhibisi) bertambah atau meningkat
sebesar 9,967 %.
Aktivitas Antioksidan Fraksi n-butanol Akar Merung
Pengujian aktivitas antioksidan fraksi n – butanol akar merung dengan
menggunakan metode DPPH memberikan nilai IC50 sebesar 435,93 ppm (Tabel 5). Semakin
kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik, suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan jika nilai IC50 kurang dari 200 ppm nilai IC50 dan jika yang
diperoleh berkisar antara 200-1000 ppm, maka zat tersebut kurang aktif namun masih
No Konsentrasi Absorbansi
Rata-rata
% Aktivitas
Antioksidan
Persamaan
Regresi Linier IC50
1 25 ppm
0,252
18,14 %
y = 0,41 x + 9,967
r = 0,996
97,64 ppm
2 50 ppm
0,208
32,15 %
3 100 ppm
0,145
52,77 %
4 150 ppm
0,092
70,03 %
Gambar 3. Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Akivitas Antioksidan
Fraksi etil asetat Akar merung
berpotensi sebagai zat antioksidan (Molyneux, 2004). Dari parameter tersebut fraksi n –
butanol akar merung masih memiliki aktivitas antioksidan, namun kurang aktif atau lemah.
Hal ini dapat diakibatkan karena dalam fraksi ini mengandung banyak senyawa yang tidak
memiliki aktivitas antioksidan sehingga mempengaruhi konsentrasinya, begitu juga dengan
ekstrak lain.
Tabel 5. Hasil Pengujian Fraksi n – butanol Akar Merung
Keterangan : Absorbansi Kontrol DPPH yaitu 0,400
Berdasarkan Gambar 4, grafik menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
fraksi n-butanol, maka semakin tinggi persentase aktivitas antioksidannya. Persamaan regresi
linear memiliki nilai b yang positif, sehingga menunjukkan bahwa kurva nilai persen aktivitas
antioksidan merupakan kurva peningkatan. Koefisien b merupakan koefisien arah regresi
linier dan menyatakan perubahan rata-rata variabel y untuk setiap perubahan variabel x
No Konsentrasi Absorbansi
Rata-rata
% Aktivitas
Antioksidan
Persamaan
Regresi Linier IC50
1 400 ppm
0,215
46,50 %
y = 0,06707x + 20,76
r = 0,996
435,93 ppm
2 500 ppm
0,178
55,60 %
3 600 ppm
0,154
61,50 %
4 700 ppm
0,131
67,17 %
5 800 ppm
0,103
74,25 %
Gambar 4. Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Akivitas Antioksidan
Fraksi n-butanol Akar merung
(Sudjana, 2002). Dari data terlihat pada ekstrak kasar akar merung, didapatkan nilai a =
20,34, sehingga dapat dikatakan untuk setiap x (konsentrasi sampel) bertambah 1 ppm, maka
y (%inhibisi) bertambah atau meningkat sebesar 20,34 %.
Ekstrak Yang Memberikan Aktivitas Antioksidan Terbaik
Berdasarkan hasil regresi linier didapatkan nilai IC50 dari ekstrak kasar, fraksi n –
heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi n - butanol dari akar merung pada Tabel dan Gambar
berikut :
Tabel 6. Perbandingan nilai IC50 masing-masing sampel
Berdasarkan Tabel 6 dan grafik serta parameternya, semakin kecil nilai IC50 dari
ekstrak maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya ditinjau dari segi efisiensi. Maka dari
pengujian dapat disimpulkan bahwa fraksi n-heksana akar merung yang memberikan aktivitas
antioksidan terbaik, dibandingkan dengan fraksi lainnya.
Selain itu nilai IC50 dengan replikasinya yang diperoleh dari masing-masing larutan
uji kemudian dianalisis dengan analisis statistik anova satu arah untuk melihat perbedaan
yang signifikan atau berbeda nyata dengan taraf kepercayaan 5%. Hasil analisa Nilai IC50 dari
keempat sampel uji dilakukan uji statistik secara Anava satu arah menunjukkan bahwa
keempat sampel dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang bermakna atau beda signifikan.
Pengujian ini terlihat ada perbedaan yang signifikan antara ekstrak kasar, fraksi n-heksana,
fraksi etil asetat, dan fraksi n-butanol akar merung dengan nilai Thitung > Ttabel. Kemudian
dilakukan uji lanjutan, yaitu uji BNJD (Beda nyata Jujur Duncan) untuk mendapatkan ekstrak
atau fraksi mana yang terbaik. Hasilnya adalah fraksi n – heksana memiliki aktivitas
antioksidan terbaik dibandingkan dengan ekstrak kasar, fraksi etil asetat dan fraksi n –
butanol.
No Sampel Nilai IC50
1
2
3
4
Ekstrak Kasar
Fraksi n – heksana
Fraksi Etil Asetat
Fraksi n – butanol
113,6 ppm
69,02 ppm
97,64 ppm
436,8 ppm
Metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan akar merung
Berdasarkan uji pendahuluan akar merung mengandung senyawa metabolit sekunder
yaitu golongan Alkaloid, senyawa fenolik, antrakuinon serta saponin. Dari data tersebut,
senyawa metabolit sekunder yang dapat berpotensi sebagai antioksidan yaitu golongan
alkaloid dan golongan fenolik.
Senyawa fenolik telah diketahui memiliki berbagai efek biologis seperti aktivitas
antioksidan melalui mekanisme sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkhelat
logam, peredam terbentuknya oksigen singlet serta pendonor elektron. Senyawa fenolik yaitu
senyawa dengan suatu gugus hidroksi (–OH) yang terikat pada karbon cincin aromatik.
Senyawa ini diklasifikasikan dalam dua bagian yaitu fenol sederhana dan polifenol. Fenol
sederhana disebut juga asam fenolat contohnya katekol dengan 2 gugus OH dan pirogalol
dengan 3 gugus OH, sedangkan senyawa polifenol contohnya fenilpropanoid, kuinon, tanin,
flavonoid dan beberapa terpenoid (Harborne,1987). Senyawa-senyawa polifenol mampu
menghambat proses oksidasi melalui mekanisme penangkapan radikal (radical scavenging)
dengan cara menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada elektron yang tidak
berpasangan dalam radikal bebas sehingga banyaknya radikal bebas menjadi berkurang.
radikal bebas senyawa-senyawa fenolik ini kemudian terstabilkan secara resonansi. dan
karena itu tak reaktif dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas lain sehingga dapat
berfungsi sebagai antioksidan yang efektif.
Proses penangkapan radikal ini melalui mekanisme pengambilan atom hidrogen dari
senyawa antioksidan oleh radikal bebas sehingga radikal bebas menangkap satu elektron dari
antioksidan. Dengan penangkapan radikal tersebut mengakibatkan ikatan rangkap diazo pada
DPPH berkurang sehingga terjadinya penurunan absorbansi. Radikal bebas sintetik yang
digunakan yaitu DPPH (Difenil Pikril Hidrazil).
Senyawa DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui pengambilan atom
hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan pasangan elektron. Senyawa yang
bereaksi sebagai penangkap radikal akan mereduksi DPPH yang dapat diamati dengan
adanya perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning ketika elektron ganjil dari radikal
DPPH telah berpasangan dengan hidrogen dari senyawa penangkap radikal bebas yang akan
membentuk DPPH-H tereduksi (Molyneux, 2004) dengan mekanisme sebagai berikut :
Senyawa Fenol Radikal Fenol Radikal Fenol Stabil
Gambar 5. Peredaman radikal dan Resonansi Radikal fenol
KESIMPULAN
a. Rendemen ekstrak akar merung (Coptosapelta Tomentosa Valeton) terhadap sampel
kering yang diperoleh yaitu 10,98 % untuk ekstrak kasar, 1,37 % untuk fraksi n – heksana,
2,41 % untuk fraksi etil asetat, dan 6,41 % untuk fraksi n – butanol.
b. Akar Merung (Coptosapelta Tomentosa Valeton) memiliki aktivitas antioksidan terhadap
radikal DPPH.
c. Nilai IC50 dari ekstrak kasar akar merung adalah 113,60 ppm , fraksi n – heksana 69,02
ppm, fraksi etil asetat 97,64 ppm, dan fraksi n – butanol 432,30 ppm.
d. Fraksi yang memberikan aktivitas antioksidan terbaik adalah fraksi n – heksana dengan
nilai IC50 sebesar 69,02 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., H. Wijaya, dan D.T. Cahyono, 1996, Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih
(Piper betle L), dalam Suratmo. 2009. Potensi Ekstrak Daun sirih merah (Piper
crocatum) sebagai Antioksidan. Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas
Brawijaya ; Malang.
Amarowicz, R. Naczk, M., and Shahidi, F. 2000. Antioxidant Activity of Crude Tannins of
Canola and Rapeseed Hulls. JAOCS.
Dalimartha S and Soedibyo M. 1998. Awet Muda. Dengan Tumbuhan Obat dan Diet
Suplemen, dalam Praptiwi, dkk. 2006. Nilai peroksida dan aktivitas anti radikal
bebas (DPPH) ekstrak metanol Knema laurina. Majalah Farmasi Indonesia.
Ghiselli, A., Nardini, M., Baldi, A., and Scaccini, C. 1998. Antioxidant Activity of Different
Phenolics Fractions Separated from an Italian Red Wine, dalam Riyanto. S,
2005. Daya antioksidan ekstrak etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L)
Jack) secara in vitro. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada ; Yogjakarta.
Gambar 6. Reaksi Radikal DPPH dengan senyawa antioksidan
DPPHH DPPH Antioksidan
Rohman A. Riyanto S. Rizka D. 2009. Penangkapan Radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhidrazyl) oleh ekstrak buah psidium guajava. L dan Averrhoa carambola.
L. Fakultas Farmasi UGM ; Yogjakarta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito : Bandung
Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. 2002. Oxygen toxicity by radiation and effect of glutamic
piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C treatment, dalam
Suratmo. 2007. Uji aktivitas antioksidan ekstrak belimbing wuluh (averrhoa
bilimbi, l.) Terhadap 1,1-diphenyl-2- picrylhidrazyl (DPPH). Jurnal Teknologi
Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setia Budi ; Yogjakarta.