inklusi keuangan dan stabilitas perbankan di negara …digilib.unila.ac.id/54922/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
INKLUSI KEUANGAN DAN STABILITAS PERBANKAN
DI NEGARA ASEAN
(Skripsi)
Oleh
Intan Wulandari
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
FINANCIAL INCLUSION AND BANKING STABILITYON ASEAN COUNTRY
By
Intan Wulandari
This study aims to analyze the correlation between the Index of FinancialInclusion (IFI) as a proxy of financial inclusion and Non-Performing Loans (NPL)as a proxy of banking stability and to analyze the factors that influence Non-Performing Loans (NPLs) from 2005 - 2015. Data were analyzed using Pearsoncorrelation method and Fixed Effect Model (FEM). The results show that there isa negative correlation with low closeness between the Index of Financial Inclusion(IFI) and Non-Performing Loans (NPL). Factors that influence Non-PerformingLoans (NPLs) are Index of Financial Inclusion (IFI), and GDP per Capita (GDPP)while Non-FDI Capital Flow has no effect on Non-Performing Loans (NPLs).
KEYWORDS: Banking Stability, Financial Inclusion, Fixed Effect Model, Indexof Financial Inclusion.
ABSTRAK
INKLUSI KEUANGAN DAN STABILITAS PERBANKANDI NEGARA ASEAN
Oleh
Intan Wulandari
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan korelasi antara Index ofFinancial Inclusion (IFI) sebagai proksi dari inklusi keuangan dan NonPerforming Loan (NPL) sebagai proksi dari stabilitas perbankan dan untukmenganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan (NPL)dari tahun 2005 – 2015. Data dianalisis menggunakan Fixed Effect Model (FEM).Hasil menunjukan bahwa terdapat hubungan korelasi negatif dengan keeratanlemah antara Index of Financial Inclusion (IFI) dan Non Performing Loan (NPL).Faktor yang berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) yaitu Index ofFinancial Inclusion (IFI), dan GDP per Kapita (GDPP) sedangkan Non FDICapital Flow tidak berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL).
KATA KUNCI : Fixed Effect Model, Index of Financial Inclusion, InklusiKeuangan, Stabilitas Perbankan.
INKLUSI KEUANGAN DAN STABILITAS PERBANKAN
DI NEGARA ASEAN
OlehIntan Wulandari
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSarjana Ekonomi.
Pada Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Intan Wulandari yang lahir di Bandar Lampung pada tanggal 01
Januari 1996, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Bambang Suprapto dan Ibu Darusni.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2000 di TK Citra Melati
Kedaton Bandar Lampung, yang diselesaikan tahun 2002. Penulis melanjutkan
sekolah di SDN 3 Gedong Air yang diselesaikan pada tahun 2008. Penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 10 Bandar Lampung
yang diselesaikan pada tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta
Perintis 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2014.
Pada tahun 2014 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur SBMPTN. Selama masa
kuliah penulis mengikuti kegiatan organisasi kampus, diantaranya sebagai anggota
Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (Himepa) sebagai tutor di bidang I
pendidikan. Selain itu, penulis aktif di komunitas penerima beasiswa Bank
Indonesia yang ada di Universitas Lampung yaitu Generasi Baru Indonesia
(GenBI) sebagai Bendahara Umum Komisariat Universitas Lampung Periode
2018/2019.
Pada tahun 2016 penulis mengikuti program short courses “The Safety and Relief
and Japanese Culture ACP Consortium Program” di Kansai University Jepang
selama dua minggu bersama mahasiswa lain yang berasal dari Indonesia,
Malaysia, Vietnam dan Jepang.
Pada tahun 2017 di bulan Januari, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten
Lampung Tengah selama 40 hari.
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah swt. ku persembahkan skripsi ini dengan segala
ketulusan dan kerendahan hati kepada :
Kedua orang tuaku tercinta Bapak Bambang Suprapto dan Ibu Darusni yang
dengan penuh ketulusan selalu mendukung, menyanyangi, mengasihi, serta
memberikan motivasi. Terima kasih untuk segala bentuk perjuangan yang penuh
keikhlasan Bapak dan Mamak berikan, untuk kesabaran, pengertian dan
kepercayaan yang begitu besar dalam mendukung semua pencapaian penulis, serta
doa yang tiada pernah henti sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih juga untuk adikku tercinta Darmawan yang selalu menghiburku,
mendengarkan segala keluh kesahku dan selalu mendukungku di setiap keadaan.
Almamaterku tercinta, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Lampung.
MOTO
“Sebaik – baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain”.
(HR : Ahmad)
“Melakukan sesuatu hal itu harus Ikhlas seperti surat Al – Ikhlas, dimana tidak
ada kata kata Ikhlas didalam nya.”
(Intan Wulandari)
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat serta nikmat-
NYA sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam
meraih gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan. Skripsi yang
berjudul “Inklusi Keuangan dan Stabilitas Perbankan di Negara ASEAN”. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan serta
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, motivasi
dan bimbingan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Secara
khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M,Si. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Nurbetty Herlina Sitorus, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dan fikiran untuk memberikan bimbingan,
masukan, motivasi, saran, nasihat, bantuan, hingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Irma Febriana M.K., S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah
banyak memberikan masukan, motivasi, saran, nasihat, bantuan, hingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan masukan, motivasi, saran, nasihat, bantuan, hingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
7. Ibu Dr. Marselina, S.E., M. EP. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, masukan,
motivasi, nasihat, serta bantuannya selama proses pendidikan penulis di
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmu dan pelajaran yang bermanfaat selama masa
perkuliahan.
9. Seluruh karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
yang telah membantu penulis selama penulis menjadi mahasiswa di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
10. Kedua orang tuaku, Bapak Bambang Suprapto dan Ibu Darusni yang
penuh keikhlasan dan penuh kasih sayang selalu memberikan doa,
dukungan, semangat, motivasi, dan bimbingan untuk penulis, serta
menjadi penguat bagi penulis untuk tidak pernah pantang menyerah dan
tidak mudah mengeluh dalam mengejar cita-cita untuk dapat
membanggakan Bapak dan Mamak.
11. Adikku satu – satunya Darmawan, saudaraku, sandaranku, tempat berbagi
cerita yang selama ini selalu menghibur, mendengarkan segala keluh kesah
dan memberikan semangat agar penulis tidak pantang menyerah dalam
menjalankan segala hal dan meraih segala impian.
12. Makwekku tersayang, Ibu Rosidah yang telah menjadi nenek sekaligus ibu
buat aku. Terima kasih karena selalu mendukung dan mengerti aku.
13. Sahabat masa SMP ku, Nena Nurmaliyani, Himawati Putri dan Shinta
Pratiwi yang selalu menjadi tempat pelipur lara, pemberi arahan,
pemotivasi, kesibukan masing – masing tidak menghalangi persahabatan
kita sedari dulu.
14. Sahabat-sahabat siputku sedari SMA Puji Amalia, Siti Hediyanti,
Shafiyatin Nufus, Fitri Oktavianica, Niken Puspita Putri, M. Arif Rahman
Jamaludin, Deswelman Kurniawan, Eko Saputra, yang selalu memberikan
ku dukungan, motivasi serta penghiburan untuk penulis.
15. Sahabat-sahabat yang tercinta dan tersayang selama masa perkuliahan
UKM GARDU, Lupita Indah Sari, Annisa Adelina, Febrina Risha Asmara,
Jeng Lara, Dellia Septinovita Sari, Alin Hafiza Amanda, M. Pandu
Wijaya, Malik Al Hafizh, Fatchul Bais, dan Aldianka Nurullahesa, yang
selalu mempercayaiku, menghiburku, memberikan motivasi, saling
mendukung, dan membuat kisah kasih persahabatan yang sangat indah,
tidak ada drama yang tercipta diantara kita. Terima kasih karena telah tulus
dan ikhlas berteman denganku.
16. Lupita Indah Sari dan Annisa Adelina temanku, saudaraku, sahabatku,
yang selalu menuntun ku menjadi pribadi yang lebih baik, mendengarkan
segala keluh kesahku, yang dengan sabar menghadapi kecerobohanku.
Jangan pernah berubah meskipun jarak dan waktu nantinya akan
memisahkan kita. Kalian berdua wanita yang sangat hebat.
17. Teman – teman satu konsentrasi moneteria yaitu Sofie Magfira, Dewy
Astuty, Aulia Frisca, Rahayu Sri Wulan, Laila Sekar Wigati, Ahmad
Saprudin, Agus Muhdiaji, Rizzo Anindito, Rahmad Santoso, M. Vickry,
Muhamad Afwan, Febri Anditama, Nanang Setiadi, Farid Syah Putra yang
tidak pernah menyerah dalam berjuang di konsentrasi yang mengajarkan
kita arti sebuah kesabaran dan perjuangan
18. Teman – teman geng bandara Kansai University of International Studies,
Tia Utari, Probo Sutejo, Sekar Arum Probowati Rambe, Deonesia Gilda
yang telah mengajarkan ku arti sebuah bertahan hidup dan memberikan
pengalaman yang sangat berharga dan tak terlupakan. Terima kasih untuk
kalian.
19. Teman-teman pengurus komunitas penerima beasiswa Bank Indonesia
(GenBI) komisariat Universitas Lampung yaitu Adam Jordan, Syailendra
Kurniawan, Ismathul Umi S.R., Fanisya Alya Puteri, Fadhilla Indri Yanie,
M. Iswahyudi Falah, Imran Sumardi, Medi Saputra, Mutiyana
Nihandayonda, Panji Irawan, Lea Ayu Utari, Suci Mardina Putri, Risma
Purnama Sari yang selalu berjuang untuk menjadikan GenBI lebih baik
lagi.
20. Teman – teman GenBI Provinsi Lampung Fauzi Nur Dewangga, Hardini
Tristiya, M. Ibnu Romdani dan teman-teman yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
21. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014 yang super duper Akhmad
Gusroni, Citra Marista, Aprilia Mutiara Sari, Murniati, Arnoldi Pradisco,
Rully, dan teman teman yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu,
terima kasih atas segala dukungan kepada penulis. Sukses untuk kita
semua.
22. Keluarga KKN Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai,Abi
Wijaya, Khesy Zistari, Grace Sara, Fandi Prayoga, Mbak Sukma Ayu, Pak
Kordes. Terima kasih atas kisah KKN dan pembelajaran hidup selama 40
hari yang tidak pernah terlupakan.
23. Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
akan tetapi penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Semoga segala dukungan, bimbingan, dan do’a yang diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin.
Bandar Lampung, 08 Oktober 2018Penulis
Intan Wulandari
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
C. Tujuan ......................................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Teori
a. Sistem Keuangan ................................................................................ 10
b. Inklusi Keuangan................................................................................ 13
2. Tinjauan Empiris ....................................................................................... 17
B. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 20
C. Hipotesis .................................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 25
B. Definisi dan Operasional Variabel ............................................................ 26
C. Metode Analisis ........................................................................................ 28
1. Analisis Deskriptif .............................................................................. 28
2. Analisis Kuantitatif ............................................................................. 30
D. Prosedur Analisis ...................................................................................... 31
1. Pemilihan Model Data Panel ............................................................... 31
2. Pengujian Asumsi Klasik .................................................................... 35
3. Pembentukan Model............................................................................ 37
4. Uji Hipotesis ....................................................................................... 38
5. Analisis Koefisien Determinasi .......................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perkembangan Inklusi Keuangan di Negara ASEAN ............................... 41
B. Hasil Pemilihan Model Data Panel ........................................................... 45
C. Pengujian Asumsi Klasik .......................................................................... 49
D. Uji Hipotesis ............................................................................................. 51
E. Hasil Koefisien Determinasi ..................................................................... 53
F. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 53
G. Analisis Intercept Model Regresi Fixed Effect ......................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 61
B. Saran .......................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel ............................................................................................................ Halaman
1. Tingkat Akses Terhadap Layanan Keuangan Formal ....................................... 2
2. Tinjauan Empiris ............................................................................................. 17
3. Ringkasan Variabel Penelitian ........................................................................ 25
4. Statistik Indeks Inklusi Keuangan di Negara ASEAN ................................... 42
5. Hasil Uji Chow ............................................................................................... 48
6. Hasil Uji Hausman .......................................................................................... 49
7. Hasil Perhitungan Regresi Fixed Effect Model (FEM) ................................... 49
8. Hasil Deteksi Multikolinieritas ....................................................................... 51
9. Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................................................ 52
10. Hasil Uji Hipotesis Parsial .............................................................................. 53
11. Hasil Uji Hipotesis Secara Bersama – sama ................................................... 54
12. Nilai Koefisien Individual Effect .................................................................... 59
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar ........................................................................................................ Halaman
1. Jumlah Deposito per 1.000 Populasi Dewasa ................................................... 4
2. Non Performing Loan (NPL) ............................................................................ 6
3. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 23
4. Index of Financial Inclusion Lima Negara ASEAN ....................................... 44
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ..................................................................................................... Halaman
1. Non Performing Loan (NPL) ........................................................................ L-1
2. Index of Financial Inclusion (IFI) ................................................................ L-2
3. Non – FDI Capital Flow (NFDI) .................................................................. L-3
4. GDP per Kapita (GDPP) ............................................................................... L-4
5. Nilai Indeks Dimensi Inklusi Keuangan ....................................................... L-5
6. Hasil Estimasi Model dengan Pendekatan Panel Least Squares .................. L-6
7. Hasil Estimasi Model dengan Pendekatan Fixed Effect Model .................... L-7
8. Hasil Estimasi Model dengan Pendekatan Random Effect Model ................ L-8
9. Hasil Uji Chow ............................................................................................. L-9
10. Hasil Uji Hausman ...................................................................................... L-10
11. Hasil Uji Breusch-Pagan Lagrange Multiplier ........................................... L-11
12. Hasil Deteksi Multikolinieritas ................................................................... L-12
13. Hasil Penyembuhan Heterokedastisitas ...................................................... L-13
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan inklusif adalah kondisi pemerataan pertumbuhan kepada lapisan
masyarakat yang merupakan salah satu tujuan penting dari berbagai kebijakan
ekonomi. Pertumbuhan inklusif menjadi bahasan utama setelah krisis yang terjadi
di tahun 2008. Hal ini terjadi karena dampak yang ditimbulkan dari krisis tersebut
mengenai kelompok in the bottom of the pyramid atau kelompok dengan
pendapatan rendah dan tidak teratur, kelompok yang tinggal di daerah terpencil
dan masyarakat pinggiran yang umumnya tidak terjangkau oleh layanan jasa
keuangan. Kondisi ini terjadi akibat kurang nya pengetahuan masyarakat
mengenai bagaimana memanfaatkan layanan jasa keuangan. Sehingga krisis pada
tahun 2008 membuat masyarakat mengalami kekurangan pendanaan dan
menurunnnya pendapatan.
Pemerintah di berbagai negara memiliki berbagai macam strategi guna
meningkatkan pertumbuhan inklusif salah satu diantaranya melalui peningkatan
program inklusi keuangan. Inklusi keuangan (Financial Inclusion) adalah seluruh
upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga
maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa
keuangan ( Bank Indonesia ). Inklusi keuangan juga didefinisikan sebagai proses
untuk memastikan akses terhadap produk dan layanan keuangan yang tepat yang
2
dibutuhkan oleh kelompok rentan seperti bagian yang lebih lemah dan kelompok
berpenghasilan rendah dengan biaya terjangkau secara adil dan transparan oleh
pemain institusional utama (Joshi, 2012). Sarma (2012) mengartikan inklusi
keuangan sebagai sebuah proses yang memudahkan akses, ketersediaan, dan
penggunaan perbankan formal bagi seluruh anggota dari komunitas ekonomi.
Program inklusi keuangan di negara – negara berkembang mulai sering
dibicarakan. Seperti yang terdapat dalam situs Bank Indonesia bahwa negara –
negara di ASEAN berkomitmen untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) tahun 2025 yang salah satu programnya akan dilaksanakan
implementasi rencana aksi strategis dalam rangka mendorong keuangan kawasan
yang stabil, terintegrasi, dan inklusif.
Inklusi keuangan dilakukan dengan fokus peningkatan akses lebih kepada
masyarakat yang belum menikmati jasa – jasa lembaga keuangan formal
dikarenakan masih terdapat hambatan untuk mengaksesnya. Hambatan tersebut
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap fungsi lembaga
keuangan dan ketidaksesuaian produk yang ditawarkan lembaga keuangan dengan
kebutuhan masyarakat berpendapatan rendah.
Tabel 1. Tingkat Akses Terhadap Layanan Keuangan FormalJumlah cabang bank per 100.000 populasi ( unit )
Negara 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015Brunei Darussalam 23 23 23 23 22 22 20 20Indonesia 7 8 8 15 17 18 18 18Malaysia 11 11 11 11 11 11 11 11Myanmar 1 1 1 2 2 3 3 3Philipina 8 8 8 8 8 8 9 9Singapura 10 10 10 10 10 10 9 9Thailand 10 11 11 11 12 12 13 13
Sumber : Commercial Bank Branches, World Bank (2017)
3
Tabel 1 memperlihatkan jumlah cabang bank umum untuk 100.000 populasi di
tujuh negara ASEAN dari tahun 2008 hingga tahun 2015. Data menunjukkan
untuk 100.000 populasi di masing – masing negara hanya tersedia jumlah cabang
bank umum sesuai dengan angka yang tersaji pada tabel. Data memperlihatkan
tidak adanya kenaikan yang cukup besar pada jumlah bank umum di setiap
tahunnya. Seperti yang terlihat pada beberapa negara yaitu Myanmar, dan
Thailand yang hanya menambah satu kantor cabang bank umum untuk 100.000
populasi pada setiap tahunnya. Berbeda dengan Brunei Darussalam dan Singapura
yang justru menurunkan jumlah cabang bank umum di setiap tahunnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa kedua negara ini memiliki strategi lain untuk memperluas
akses jasa keuangan dengan cara tidak menambah cabang bank umum untuk
100.000 populasi. Kondisi lain justru terjadi di Indonesia, di Indonesia pemerintah
meningkatkan akses jasa keuangan dengan terus menambah jumlah cabang bank
umum untuk 100.000 populasinya. Terlihat dari data yang telah disajikan,
Indonesia menambah jumlah cabang bank umum sebanyak dua atau tiga unit
setiap tahunnya. Hal ini dilakukan demi memperluas akses jasa keuangan kepada
masyarakat.
Dari tujuh negara ASEAN hanya lima negara yang memiliki kondisi serupa,
Brunei Darussalam dan Myanmar memiliki kondisi yang sangat berbeda. Dimana
Brunei Darussalam memiliki jumlah bank per 100.000 penduduk terbanyak
dibandingkan dengan negara lain, sedangkan Myanmar memiliki jumlah bank per
100.000 penduduk terendah dibandingkan dengan negara lain. Karena alasan
tersebut penulis memilih untuk melihat kondisi kelima negara yang tersisa.
4
Dari lima negara yang ada terjadi peningkatan jumlah akses pelayanan jasa
keuangan diimbangi dengan meningkatnya jumlah deposito per 1.000 populasi di
setiap negara dari tahun 2005 – 2015.
Gambar 1 Pertumbuhan jumlah deposito per 1.000 populasiSumber : International Monetary Fund (IMF)
Terlihat pada gambar 1 pertumbuhan jumlah deposito setiap negara mengalami
tren yang menaik dari tahun 2005 – 2015. Kenaikan tren ini memperlihatkan
bahwa setiap negara sedang dalam proses perluasan penggunaan jasa keuangan.
Malaysia dan Singapura memiliki nilai deposito tertinggi di kawasan ASEAN,
diikuti oleh Thailand, Indonesia dan yang terendah adalah Philipina. Kedua hal
yang terjadi baik perluasan akses jasa keuangan dan peningkatan penggunaan jasa
keuangan mencerminkan bahwa negara di kawasan ASEAN sedang berproses
dalam peningkatan penerapan program inklusi keuangan.
504
934
2026
2279
375556
20212261
11901527
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ribu
an
Deposito per 1.000 PopulasiLima negara ASEAN
Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand
5
Dibalik tingginya tingkat penerapan program inklusi keuangan, hal ini justru
menimbulkan pemikiran adanya dampak terhadap stabilitas perbankan di negara
ASEAN. Inklusi keuangan dapat memberikan dampak positif terhadap stabilitas
perbankan karena inklusi keuangan meningkatkan diversifikasi aset perbankan
dan stabilitas basis tabungan. Selain itu inklusi keuangan juga dapat memberikan
dampak negatif terhadap stabilitas perbankan karena inklusi keuangan dapat
menurunkan standar kredit karena lembaga keuangan berusaha menjangkau
kalangan masyarakat bawah yang unbankable dengan menurunkan syarat-syarat
pinjaman, kedua dapat meningkatkan risiko reputasi bank dengan menurunkan
standar pendirian suatu lembaga keuangan untuk daerah pedesaan, serta dapat
menyebabkan instabilitas karena regulasi yang tidak matang dan mencukupi dari
lembaga microfinance (Khan, 2011).
Penelitian sebelumnya baik menggunakan metode kuantitatif maupun kualitatif
sudah banyak membahas mengenai dampak inklusi keuangan terhadap
pembangunan serta kemiskinan. Penelitian mengenai dampak inklusi keuangan
terhadap stabilitas perbankan masih relatif sedikit dikarenakan keterbatasan data
serta belum terdapatnya pengertian serta proksi yang baku mengenai stabilitas
perbankan itu sendiri.
Morgan dan Pontiner (2014) dalam penelitian nya mengatakan bahwa tingkat
stabilitas perbankan dapat tercermin dari nilai rasio total kredit bank atau Non –
Performing Loan (NPL) suatu negara. Non-performing loan adalah suatu nilai
yang menunjukkan keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar
sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank atas pinjaman yang dilakukan
seperti yang telah diperjanjikan.
6
Seperti yang diketahui menurut peraturan Bank Indonesia 17/11/PBI/2015 batas
atas nilai NPL adalah lima persen dari total gross loan. Hal ini mengartikan
bahwa seluruh negara harus memiliki nilai NPL kurang dari lima persen agar
kondisi perbankannya dapat dikatakan stabil.
Gambar 2 Non Performing Loan (NPL)
Sumber : World Development Indicator, World Bank (2018)
Gambar 2 memperlihatkan pergerakan nilai Non Performing Loan (NPL) lima
negara ASEAN dari tahun 2005 – 2015. Pada tahun 2005 terlihat bahwa Malaysia,
Indonesia dan Thailand memiliki nilai NPL di atas lima persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa ketidakmampuan nasabah untuk melakukan pembayaran
kredit dalam kondisi yang tinggi sehingga ketiga negara mengalami
ketidakstabilan pada sektor perbankan.
Hal yang berbeda terjadi pada Singapura dan Philipina, dari tahun 2005 hingga
tahun 2015 nilai NPL kedua negara tersebut cenderung stabil dan di bawah lima
2.431.61.89
0.92
2.68
012345678910
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Non Performing Loan (NPL)Lima Negara ASEAN
Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand
7
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua negara memiliki sektor perbankan
yang stabil. Tetapi nilai NPL kelima negara memperlihatkan tren yang menurun
dari tahun ke tahun. Kondisi yang demikian mengartikan bahwa ketidakmampuan
nasabah untuk membayar kredit mengalami penuruunan yang mengartikan
semakin stabilya kondisi sektor perbankan negara tersebut.
Dienillah dan Anggraeni (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa korelasi
antara Non – Performing Loan (NPL) sebagai proksi dari stabilitas perbankan
dengan Index of Financial Inclusion (IFI) sebagai proksi dari inklusi keuangan
menunjukkan tingkat hubungan yang sedang serta memiliki hubungan yang
negatif dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi stabilitas perbankan
menunjukkan hasil yang positif dan signifikan data yang digunakan adalah sampel
tujuh negara pada periode 2007 – 2011.
Di sisi lain Aduda dan Kalunda (2012) mengatakan bahwa inklusi keuangan
memiliki dampak positif yang signifikan terhadap populasi dan perkembangannya
serta stabilitas perbankan. Oleh karena itu penulis akan melihat hubungan korelasi
antara Non – Performing Loan (NPL) sebagai proksi dari stabilitas perbankan
dengan Index of Financial Inclusion (IFI) sebagai proksi dari inklusi keuangan
serta faktor – faktor lain yang mempengaruhi stabilitas perbankan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu
8
1. Bagaimanakah perkembangan tingkat inklusi keuangan negara – negara
ASEAN ?
2. Bagaimanakah pengaruh inklusi keuangan negara ASEAN terhadap stabilitas
perbankan negara ASEAN ?
3. Bagaimanakah pengaruh Non FDI Capital Flow negara ASEAN terhadap
stabilitas perbankan negara ASEAN ?
4. Bagaimanakah pengaruh GDP per Kapita negara ASEAN terhadap stabilitas
perbankan negara ASEAN ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu
1. Untuk memaparkan perkembangan tingkat inklusi keuangan negara – negara
ASEAN.
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh inklusi keuangan negara ASEAN
terhadap stabilitas perbankan negara ASEAN.
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh Non FDI Capital Flow negara ASEAN
terhadap stabilitas perbankan negara ASEAN.
4. Untuk mengetahui adakah pengaruh GDP per Kapita negara ASEAN
terhadap stabilitas perbankan negara ASEAN.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan, adapun maanfaat dari adanya penelitian
ini yaitu :
9
1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ekonomi dan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti tentang inklusi keuangan dan
stabilitas perbankan di negara ASEAN.
2. Bagi dunia ilmu pengetahuan, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
melengkapi kajian mengenai inklusi keuangan dan stabilitas perbankan di
negara ASEAN.
3. Bagi instansi terkait pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang berguna untuk memahami inklusi keuangan dan
stabilitas perbankan di negara ASEAN.
II. KAJIAN PUSTAKA,
KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Teori
a. Sistem keuangan
Sistem keuangan adalah sistem yang memungkinkan terjadinya transfer keuangan
antara pihak kelebihan dana dan pihak kekurangan dana. Sistem tersebut terdiri
atas kumpulan lembaga, pasar, instrumen, produk, jasa, praktik dan keuangan
yang sederhana maupun kompleks dan saling berinteraksi satu sama lain
(Simorangkir : 2014).
Sistem keuangan dapat dikatakan stabil maupun tidak stabil, hal ini sesuai dengan
beberapa definisi yang diperoleh dari beberapa sumber. Menurut Bank Indonesia
sistem keuangan adalah sebuah sistem mampu mengalokasikan sumber dana dan
menyerap kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan
terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan. Sistem keuangan yang stabil
adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi
sehingga tetap mampu melakukan fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran
dan menyebar risiko secara baik. (Sumber : Bank Indonesia)
Schinasi (2004) menyatakan terdapat lima prinsip dalam mendefinisikan stabilitas
sistem keuangan. (1) Stabilitas sistem keuangan menyangkut konsep yang luas,
terkait dengan aspek – aspek yang berbeda dalam sistem keuangan yaitu
11
infrastruktur, lembaga dan pasar. (2) Stabilitas sistem keuangan tidak hanya
mengindikasikan bahwa sistem keuangan mampu menjalankan peranannya dalam
mengalokasikan sumber dana dan risiko, tetapi juga mobilisasi dan memfasilitasi
akumulasi, perkembangan dan pertumbuhan kekayaan. Selain itu, sistem
keuangan yang stabil mengindikasikan terjaganya sistem pembayaran secara
lancar dan mampu mendukung kelancaran kegiatan ekonomi. (3) Stabilitas sistem
keuangan tidak hanya terkait dengan tidak hadirnya krisis keuangan, tetapi juga
terkait dengan kemampuan sistem keuangan untuk menangani ketidakseimbangan
sebelum berubah menjadi ancaman bagi sistem keuangan dan kegiatan ekonomi.
Dalam sistem keuangan yang stabil upaya ini terwujud antara lain melalui
mekanisme self-corretive dan disiplin pasar (market discipline) yang dapat
menciptakan ketahanan dan mencegah timbulnya masalah menjadi risiko
sistemik. (4) Stabilitas sistem keuangan diformulasikan berdasarkan potensi
dampaknya kepada ekonomi riil. (5) Stabilitas sistem keuangan merupakan
kejadian yang berlangsung terus menerus.
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi sistem keuangan, yaitu faktor
endogen yang berasal dari dalam sistem keuangan itu sendiri dan faktor eksogen
yaitu faktor yang berasal dari luar sistem keuangan tersebut. Faktor endogen dapat
hadir dari tiga hal yang terdapat di sistem keuangan yaitu :
Faktor dari Institusi
Faktor ini ditimbulkan dari institusi yang menjadi bagian dari sistem keuangan
yaitu sistem keuangan dan lembaga keuangan non – bank. Faktor ini dapat berupa
risiko keuangan (kredit, likuiditas, suku bunga dan nilai tukar), risiko operasional,
risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategi, risiko konsentrasi dan risiko modal.
12
a. Risiko Kredit Bank
Bank Indonesia mendefinisikan “risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan
debitur dan atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank”. Tujuannya
pemantauan risiko kredit adalah untuk memastikan bahwa aktivitas penyediaan
dana bank tidak terekspos pada risiko kredit yang dapat menimbulkan kerugian
pada bank.
b. Risiko Likuiditas
Bank Indonesia (2011) mendefinisikan risiko likuiditas adalah “ risiko akibat
ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas dan/ atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank”. Tujuan
pemantauan risiko likuiditas adalah untuk meminimalkan kemungkinan
ketidakmampuan bank dalam memperoleh sumber pendanaan arus kas.
Faktor dari Pasar
Faktor ini ditimbulkan dari pasar yang ada di dalam sistem keuangan baik itu
pasar saham dan pasar obligasi. Faktor ini dapat berupa harga aset yang tidak
tepat, pengambilan dana besar – besaran dari sistem keuangan, dan lainnya.
Faktor dari Infrastruktur
Faktor ini ditimbulkan dari struktur yang ada di dalam sistem keuangan. Faktor ini
dapat berupa adanya risiko dalam sistem pembayaran, kelemahan hukum dan
peraturan, kelemahan pengawasan, runtuhnya kepercayaan dan lainnya.
Sedangkan faktor eksogen berupa gangguan makro domestik (contoh : Adanya
13
ketidakseimbangan kebijakan dan risiko ekonomi lingkungan) dan risiko yang tak
terhindarkan (contoh : Bencana alam, kekacauan politik, dan kegagalan usaha).
Di samping faktor – faktor tersebut, masih terdapat faktor lain yang juga dapat
menimbulkan risiko sistemik, misalnya adanya keterkaitan yang sangat luas antara
satu lembaga keuangan yang satu dengan yang lain. Keterkaitan yang tinggi
antara lembaga keuangan memainkan peranan penting dalam memperkuat
kerugian dalam sistem keuangan selama krisis keuangan. Dengan kata lain,
adanya keterkaitan antar lembaga keuangan dapat disebut sebagai faktor yang bisa
menimbulkan risiko sistemik yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya krisis.
b. Inklusi Keuangan (Financial Inclusion)
Inklusi keuangan adalah suatu kondisi dimana semua orang berusia kerja mampu
mendapatkan akses yang efektif terhadap kredit, tabungan, sistem pembayaran
dan asuransi dari seluruh penyedia layanan finansial. Akses yang efektif juga
termasuk layanan yang nyaman dan bertanggung jawab, pada harga yang
terjangkau untuk masyarakat dan berkelanjutan untuk penyedia. (The Consultative
Group to Assist the Poor (CGAP-GPFI))
Hannig and Jansen (2010) dalam Diennilah dan Anggreaeni (2016)
mengungkapkan inklusi keuangan merupakan upaya untuk memasukan
masyarakat unbankable ke dalam perbankan formal sehingga memiliki
kesempatan untuk menikmati jasa-jasa keuangan seperti tabungan, pembayaran,
serta transfer. Selain itu menurut Sarma (2012) inklusi keuangan merupakan
sebuah proses yang menjamin kemudahan dalam akses, ketersediaan, dan manfaat
dari perbankan formal bagi seluruh pelaku ekonomi. Sehingga dapat diimpulkan
14
bahwa inklusi keuangan merupakan upaya meningkatkan akses masyarakat
khususnya masyarakat unbankable ke dalam layanan jasa keuangan formal
dengan mengurangi berbagai macam hamabatan untuk mengaksesnya.
Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kegiatan inklusi keuangan
diperlukan suatu ukuran kinerja yang dinamakan Index Financial Inclusion (IFI).
Index Financial Inclusion (IFI) adalah salah satu cara alternatif untuk pengukuran
keuangan inklusif yang menggunakan indeks multidimensional berdasarkan data
makroekonomi, terutama pada jangkauan layanan sektor perbankan. Pengukuran
IFI pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan Bank Indonesia untuk
mengkombinasikan berbagai indikator sektor perbankan, sehingga pada akhirnya
IFI dapat menggabungkan beberapa informasi mengenai berbagai dimensi dari
sebuah perbankan yang inklusif, yaitu akses (access), penggunaan (usage) dan
kualitas (quality) dari layanan perbankan (Sumber : Bank Indonesia).
Dimensi Akses (Access)
Dimensi Akses adalah dimensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan
penggunaan jasa keuangan formal, sehingga dapat dilihat terjadinya potensi
hambatan untuk membuka dan mempergunakan rekening bank, seperti biaya atau
keterjangkauan fisik layanan jasa keuangan (kantor bank, ATM, dll.). Indikator
yang dipergunakan dalam mengukur dimensi akses meliputi:
Kantor Bank adalah sebagai seluruh jaringan/unit kantor bank yang tercatat
dapat memberikan layanan keuangan kepada nasabah (melakukan kegiatan
operasional) dan terpisah secara fisik dengan kantor utamanya, antara lain
meliputi: Kantor Cabang (KC), Kantor Cabang Pembantu (KCP), Kantor Kas,
15
Unit Usaha Syariah, Kas Mobil, Payment Point, Agency, dan Deposit Taking
Company (DTC). Yang dimaksud dengan jaringan kantor adalah Jaringan Kantor
Bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Bank
Umum dan ketentuan Bank Indonesia mengenai Bank Umum Syariah.
ATM adalah mesin dengan sistem komputer yang diaktifkan dengan kartu
magnetik bank yang berkode atau bersandi, dengan mesin tersebut nasabah dapat
menabung, mengambil uang tunai, transfer dana antar-rekening, dan transaksi
rutin lainnya. Jumlah ATM dalam penghitungan ini adalah ATM yang tercatat
sebagai aset Bank dan ATM yang dikelola dan menjadi tanggung jawab bank
pelapor sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Bank
Umum dan ketentuan Bank Indonesia mengenai Bank Umum Syariah.
Penduduk Dewasa adalah semua penduduk di suatu negara atau provinsi atau
kabupaten/kota yang berusia di atas 15 tahun.
Luas Wilayah (km2) adalah seluruh luas daratan yang merupakan wilayah
administratif negara provinsi, dan kabupaten/kota.
Dimensi Penggunaan (Usage)
Dimensi Penggunaan adalah dimensi yang digunakan untuk mengukur
kemampuan penggunaan aktual produk dan jasa keuangan, antara lain terkait
keteraturan, frekuensi dan lama penggunaan.
Indikator yang dipergunakan dalam mengukur dimensi akses meliputi : Jumlah
rekening dana pihak ketiga (deposito, giro, tabungan) per 1.000 penduduk dewasa
dan jumlah rekening kredit per 1.000 penduduk dewasa.
16
Data yang dipergunakan dalam pengukuran dimensi akses dan dimensi
penggunaan di atas, diperoleh dari supply-side data yang disediakan oleh lembaga
keuangan dan instansi pemerintah lainnya, terdiri dari:
a. Data jumlah Kantor dan ATM bersumber dari Laporan Kantor Pusat Bank
Umum (LKPBU)
b. Data jumlah rekening Dana Pihak Ketiga (Deposito, Tabungan dan Giro)
bersumber dari Laporan Bank Umum (LBU)
c. Data Penduduk Dewasa bersumber dari BPS
d. Data Luas Wilayah bersumber dari Kementerian Dalam Negeri
Dimensi Kualitas (Quality)
Dimensi Kualitas adalah dimensi yang digunakan untuk mengetahui apakah
ketersediaan atribut produk dan jasa keuangan telah memenuhi kebutuhan
pelanggan. Pengukuran terhadap dimensi ini masih sukar untuk dilakukan dan
saat ini beberapa lembaga internasional yang perhatian dalam pengembangan
keuangan inklusif sedang menyusun indikator dari dimensi kualitas beserta tools
yang dipergunakan. Secara umum The Alliance for Financial Inclusion (AFI)
telah menyepakati prinsip-prinsip yang dipergunakan dalam menyusun indikator
dari dimensi kualitas, meliputi ringkas (conciseness), spesifik (specifity),
sederhana (simplicity), adanya perbaikan (improvement), dan client perspective.
Pengukuran dimensi kualitas dapat didekati salah satunya melalui pengukuran
tingkat financial literacy (melek keuangan). Bank Indonesia bekerja sama dengan
Lembaga Demografi FEUI melakukan survei skor financial literacy pada tahun
17
2012. Skor financial literacy pada survei ini mengacu pada skor yang dibangun
oleh OECD. Skor financial literacy dibangun dari 3 dimensi, yaitu pengetahuan
keuangan, sikap terhadap keuangan dan perilaku keuangan yang kemudian
diagregasi menjadi skor total untuk menggambarkan tingkat melek keuangan
suatu negara.
2. Tinjauan Empiris
Adapun jurnal yang menjadi acuan di dalam penelitian ini yaitu
Tabel 2 Tinjauan Empiris
Penulis/ Judul
/ Tahun
Tujuan
Penelitian
Variabel /
Metode Analisis
Hasil dan
Kesimpulan
Peter J.
Morgan dan
Victor Pontines
/ Financial
Stability and
Financial
Inclusion /
2014
Untuk
mengetahui
dampak inklusi
keuangan
terhadap
stabilitas sistem
keuangan.
Variabel Terikat :
Bank Z Score
(BZS), Non
Performing Loan
(NPL) Variabel
Bebas : Rasio
Outstanding Loan,
LN GDP
perkapita, Rasio
kredit swasta
terhadap GDP,
Aset lancar
terhadap deposito
dan pembiayaan
jangka pendek,
Rasio Non - FDI
Capital Flow
terhadap GDP,
Indeks
Keterbukaan
Keuangan / Model
Deskriptif korelasi
dan Dinamic
Panel Regression.
Hasil Penelitian
menunjukkan adanya
korelasi antara
inklusi keuangan
yang diproksikan
dengan rasio
outstanding loan
dengan BZS dan
NPL sebagai proksi
stabilitas sistem
keuangan. Selain itu
rasio outstanding
loan sebagai proksi
inklusi keuangan
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap NPL dan
BZS. Sedangkan
faktor - faktor lain
berpengaruh positif
terhadap NPL dan
BZS.
18
Penulis/ Judul
/ Tahun
Tujuan
Penelitian
Variabel /
Metode Analisis
Hasil dan
Kesimpulan
Azka Azifah
Dienillah dan
Lukytawati
Anggraeni /
Dampak Inklusi
Keuangan
Terhadap
Stabilitas
Perbankan di
Asia / 2016
Untuk mengetahui
hubungan antara
inklusi keuangan
dan stabilitas
sistem keuangan
dan untuk
mengetahui faktor
apa sajakah yang
dapat
mempengaruhi
stabilitas sistem
keuangan di tujuh
negara ASIA
periode 2007 -
2011
Variabel Terikat :
Bank Z Score
(BZS), Non
Performing Loan
(NPL) Variabel
Bebas : Stabilitas
sistem keuangan
Periode
Sebelumnya, Rasio
Outstanding Loan,
LN GDP perkapita,
Rasio kredit swasta
terhadap GDP, Aset
lancar terhadap
deposito dan
pembiayaan jangka
pendek, Rasio Non -
FDI Capital Flow
terhadap GDP,
Indeks Keterbukaan
Keuangan / Model
Deskriptif dan
regresi data panel.
Hasil Penelitian
menunjukkan adanya
korelasi antara inklusi
keuangan yang
diproksikan dengan
rasio outstanding loan
dengan Bank Z Score
dan NPL sebagai
proksi stabilitas sistem
keuangan. Selain itu
rasio outstanding loan
sebagai proksi inklusi
keuangan berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap NPL dan
BZS. Sedangkan faktor
- faktor lain
berpengaruh positif
terhadap NPL dan
BZS, terkecuali CGDP
dan OPNS yang tidak
berpengaruh terhadap
NPL dan BZS.
Mandira Sarma /
Index of
Financial
Inclusion - A
Measure of
financial sector
inclusiveness /
2012
Untuk
merekomendasika
n sebuah indeks
yang akan
menjelaskan
mengenai tingkat
inklusi keuangan
dengan
pendekatan
multidimensional.
Indeks ini dapat
digunakan untuk
membandingkan
tingkat inklusi
keuangan di
berbagai negara
dan untuk melihat
kemajuan
ekonomi dari
waktu ke waktu.
Variabel yang
digunakan untuk
membangun indeks
ini yaitu : Jumlah
rekening deposito
per 1.000 penduduk
dewasa, jumlah
cabang bank per
100.000 penduduk
dewasa , jumlah
ATM per 100.000
penduduk dewasa,
volume kredit sektor
swasta dan
simpanan yang
dimobilisasi oleh
sektor swasta
Penelitian ini
memberikan
rekomendasi sebuah
indeks untuk inklusi
keuangan yang
menggunakan
pendekatan
multidimensional.
Hasilnya tingkat inklusi
keuangan di berbagai
negara yang digunakan
memberikan hasil yang
beragam. Untuk negara
dengan tingkat
pendapatan rendah
menengah ke bawah
memiliki tingkat
inklusi keuangan yang
rendah,
19
Penulis/ Judul
/ Tahun
Tujuan
Penelitian
Variabel /
Metode Analisis
Hasil dan
Kesimpulan
Metode analisis
dengan pendekatan
multidimensional
membentuk sebuah
indeks.
dan untuk negara
negara yang memiliki
pendapatan yang tinggi
memiliki tingkat
inklusi keuangan yang
tinggi juga.
Josiah Aduda
dan Elizabeth
Kalunda /
Financial
Inclusion and
Financial Sector
Stability With
Reference To
Kenya : A
Review of
Literature /
2012
Untuk mengetahui
pentingnya inklusi
keuangan yang
berdampak pada
stabilitas
perbankan
Stabilitas
perbankan, Index of
Financial Inclusion
(IFI), jumlah
pengguna yang
dikecualikan dalam
perbankan, lembaga
keuangan dan
Banking Model.
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
dimensi penetrasi dan
penyediaan
berpengaruh pada
penawaran pelayanan
jasa keuangan. Di sisi
lain pengukuran
intervensi inklusi
keuangan harus
dilanjutkan dengan
menambah produk
serta peningkatan akses
dan penggunaan agar
inklusi keuangan
berjalan dengan cepat.
I Made
Sanjaya dan
Nursechafia /
Inklusi
Keuangan dan
Pertumbuhan
Inklusif :
Analisis Antar
Provinsi di
Indonesia /
2016
Untuk mengukur
dan
menganalisis
tingkat inklusi
keuangan dan
pertumbuhan
inklusif di
Indonesia.
Index of Financial
Inclusion (IFI) dan
Index Growth
Inclusion (IGI)
Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa
Indonesia masuk ke
dalam kategori
medium selama masa
pengamatan. Secara
umum, inklusi
keuangan di
Indonesia
dipengaruhi oleh
dimensi aksesibilitas,
availibilitas dan
penggunaan. Disisi
lain antara IFI dan
IGI memiliki korelasi
yang positif.
20
B. Kerangka Pemikiran
Inklusi keuangan adalah indikator yang berpengaruh terhadap stabilitas
perbankan. Dienilah dan Anggraeni ( 2016 ) menyatakan bahwa hubungan antara
inklusi keuangan dan stabilitas perbankan memiliki hubungan yang sedang. Hal
ini menunjukan adanya keterkaitan hubungan antara inklusi keuangan dan
stabilitas perbankan.
Selain itu Aduda dan Kalunda ( 2012 ) mengatakan bahwa inklusi keuangan
memang penting dan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap populasi
dan perkembangannya serta stabilitas perbankan. Hal tersebut menyiratkan bahwa
untuk masalah pengecualian populasi yang tidak bisa mengakses lembaga
keuangan diperlukan langkah yang pasti untuk meningkatkat inkluasi keuangan.
Chiwira, Tadu dan Muyambiri (2013) juga mengatakan bahwa inklusi keuangan
mengurangi risiko yang dapat menyebabkan perubahan pada perbankan,
kemungkinan bahwa inklusi keuangan dapat mengakibatkan ketidakstabilan
keuangan menyiratkan harus ada kondisi khusus dimana inklusi keuangan dapat
memberikan kestabilitas perbankan.
Seperti yang dikatakan Cull et al (2012:2) pada Chiwira, Tadu dan Muyambiri
(2013) bahwa kondisi khusus inklusi keuangan dapat mengakibatkan perubaha
perbankan. Pertama, karena inklusi keuangan menarik penabung kecil, penulis
berpendapat bahwa penghematan tersebut memperkuat stabilitas pada tingkat
individu dan rumah tangga dan mengingat jumlah mereka yang besar, penabung
21
kecil berpotensi memberikan kontribusi pada stabilitas pada tingkat perbankan.
Kedua, karena perbankan inklusif mengarah pada sektor rumah tangga dan usaha
kecil yang lebih sehat, para penulis berpendapat bahwa hal itu juga dapat
berkontribusi terhadap stabilitas makroekonomi dan keuangan yang meningkat.
Ketiga, karena, di tingkat negara, bukti menunjukkan penyertaan keuangan dapat
menyebabkan intermediasi keuangan yang lebih baik (misalnya, melalui
intermediasi tabungan domestik dalam jumlah besar), penulis berpendapat bahwa
hal ini harus mengarah pada penguatan siklus tabungan dan investasi domestik
yang sehat dan sehingga stabilitas lebih besar.
Keempat, penulis berpendapat bahwa karena lebih banyak klien yang bertugas
terkait dengan penyertaan keuangan mungkin juga diharapkan mengarah pada
ekonomi yang lebih tangguh dan stabil, akibatnya pengurangan ketidaksetaraan
pendapatan melalui pengembangan keuangan dan penyertaan dapat menyebabkan
stabilitas sosial dan politik yang lebih besar. gilirannya bisa memberi kontribusi
pada stabilitas keuangan yang lebih besar.
Hadad (2010) pada Chiwira, Tadu dan Muyambiri (2013) menegaskan bahwa
inklusi keuangan memiliki hubungan yang kuat dengan stabilitas keuangan.
Penulis berpendapat bahwa stabilitas keuangan merupakan konsekuensi dari
intermediasi keuangan yang berfungsi dengan baik dan inklusi keuangan adalah
salah satu pernyataan penting dari intermediasi keuangan dan akibat terhadap
stabilitas perbankan.
22
Beberapa penelitian terdahulu telah memperlihatkan adanya hubungan serta
keterkaitan antara inklusi keuangan dan stabilitas perbankan, sehingga pada
penelitian ini akan memaparkan adakah korelasi antara IFI sebagai proksi inklusi
keuangan dan NPL sebagai proksi stabilitas perbankan. Dan juga bagaimanakah
variabel – variabel lain selain inklusi keuangan berpengaruh terhadap stabilitas
perbankan. Penelitian ini menggunakan lima negara ASEAN sebagai dasar
penggunaan data yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand.
Penggunaan lima negara tersebut didasarkan pada tingkat pendapatan perkapita ke
lima negara dan berdasarkan kelengkapan data yang tersedia.
Dalam penelitian ini digunakan variabel Index of Financial Inclusion (IFI) untuk
mendeskripsikan kondisi tingkat inklusi keuangan di masing – masing negara.
Sedangkan untuk menjelaskan korelasi antara inklusi keuangan dan stabilitas
keuangan digunakan variabel Non – Performing Loan (NPL) sebagai proksi dari
stabilitas perbankan dan Index of Finanacial Inclusion (IFI) sebagai proksi dari
inklusi keuangan. Selain itu untuk memperlihatkan bagaimanakah faktor lain
berpengaruh terhadap stabilitas perbankan digunakan variabel Non FDI Capital
Flow (NFDI) dan GDP per Kapita (GDPP).
Pemaparan yang ada membentuk alur pikir atau kerangka pemikiran seperti di
bawah ini :
23
Gambar 3 Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap sesuatu hal yang akan diuji
kebenarannya. Dari pemaparan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya,
adapun hipotesis yang terbentuk di dalam penelitian ini adalah
STABILITAS PERBANKAN
Non Performing Loan
INKLUSI KEUANGAN
Index Financial Inclusion
Dimensi
Access
Dimensi
Usage
Dimensi
Quality
Rasio Non – FDI
Capital Flow
GDP Percapita
Keterangan
Menunjukan Pengaruh
24
1. Diduga Index of Financial Inclusion (IFI) berpengaruh negatif terhadap Non
Performing Loan (NPL) Negara ASEAN.
2. Diduga rasio Non – FDI Capital Flow terhadap PDB berpengaruh positif
terhadap Non Performing Loan (NPL) Negara ASEAN.
3. Diduga PDB per Kapita berpengaruh positif terhadap Non Performing Loan
(NPL) Negara ASEAN.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berbentuk data panel yaitu data gabungan antara data runtun waktu ( time series )
dan data kerat lintang ( cross section ) yang diperoleh dari Interational Monetary
Fund (IMF) dan World Bank dimulai dari tahun 2005 hingga 2015. Data
dikumpulkan dari lima negara ASEAN yang digunakan di dalam penelitian yaitu
Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand.
Penelitian ini menggunakan variabel Non Performing Loan (NPL), Jumlah
rekening deposito bank umum per 1.000 populasi, Jumlah cabang dari bank per
100.000 populasi, Jumlah atm per 100.000 populasi, Rasio Non – FDI Capital
Flow, dan GDP per kapita. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian
ini dirangkum pada tabel 3.
Tabel 3 Ringkasan Variabel Penelitian
Variabel Satuan Sumber
Non Performing Loan (NPL) Persen (%) World BankJumlah Rekening Deposito Bank Umum per1000 orang
Unit IMF
Jumlah cabang dari dari bank per 100.000populasi
Unit IMF
Jumlah atm per 100.000 populasi Unit IMF
Proporsi Kredit dan Deposito terhadap GDP Persen (%) IMF
Rasio Non – FDI capital flow terhadap PDB Indeks World Bank
GDP per Kapita US Dolar IMF
26
B. Definisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman terhadap variabel – variabel
yang digunakan, maka definisi batasan variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan
(NPL). Non-performing loan adalah suatu nilai yang menunjukkan keadaan
dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh
kewajibannya kepada bank atas pinjaman yang dilakukan seperti yang telah
diperjanjikan. Data NPL diperoleh dari World Bank untuk lima negara ASEAN
periode 2005 – 2015.
2. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Index Of Financial Inclusion (IFI)
Index of Financial Inclusion merupakan sebuah indeks yang digunakan untuk
mengukur tingkat inklusi keuangan suatu wilayah tertentu. Data yang digunakan
untuk membentuk indeks ini diperoleh dari International Monetary Fund (IMF)
untuk lima negara ASEAN periode 2005 – 2015. Adapun variabel yang digunakan
untuk membentuk Index of Financial Inclusion sebagai berikut :
Jumlah Rekening Deposito Bank Umum per 1000 orang
Variabel jumlah rekening deposito bank umum per 1000 orang digunakan untuk
mewakili dimensi penggunaan dalam inklusi keuangan. Yaitu proporsi dari
populasi yang memiliki rekening bank.
27
Jumlah cabang dari dari bank per 100.000 populasi
Variabel jumlah cabang dari dari bank per 100.000 populasi digunakan untuk
mewakili dimensi akses dalam inklusi keuangan. Yaitu gambaran jangkauan jasa
perbankan terhadap masyarakat.
Jumlah atm per 100.000 populasi
Variabel jumlah cabang dari dari bank per 100.000 populasi digunakan untuk
mewakili dimensi akses dalam inklusi keuangan. Yaitu gambaran jangkauan jasa
perbankan terhadap masyarakat.
Proporsi Kredit dan Deposito terhadap GDP
Variabel proporsi kredit dan deposito bank dan lembaga keuangan lain terhadap
PDB merupakan rasio nilai kredit yang diberikan kepada perbankan dan lembaga
keuangan lain terhadap PDB.
b. Rasio Non – FDI Capital Flow terhadap PDB
Variabel Non-FDI capital flow terhadap PDB merupakan rasio dari nilai investasi
asing berupa hot money terhadap PDB. Nilai investasi tersebut didapat dari nilai
modal masuk dikurangi oleh modal keluar pada negara tersebut. Data NFDI
diperoleh dari World Bank untuk lima negara ASEAN periode 2005 – 2015.
c. GDP per Kapita
GDP perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu
negara. Data GDP per Kapita diperoleh dari International Monetary Fund (IMF)
untuk lima negara ASEAN periode 2005 – 2015.
28
C. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, dimana analisis
deskriptif akan menjabarkan mengenai kondisi inklusi keuangan di masing –
masing negara dengan menggunakan Index of Financial Inclusion ( IFI ). Hal ini
didasarkan pada penelitian Sarma (2012) dan penelitian Sanjaya dan Nursechafia
(2016) dimana keduanya juga melakukan analisis deskriptif inklusi keuangan
setiap negara dengan menggunakan Index of Financial Inclusion (IFI). Analisis
kuantitatif akan menjabarkan mengenai pengaruh antar variabel terhadap stabilitas
perbankan. Dalam analisis kuantitatif akan digunakan metode regresi data panel
dengan pemilihan model tertentu. Penggunaan metode ini di dasarkan pada
penelitian Morgan dan Pantiner (2014) serta penelitian Dienillah dan Anggraeni
(2016) yang juga menggunakan metode regresi data panel dalam penelitiannya.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menjabarkan suatu
kondisi tertentu. Dalam penelitian ini digunakan Index of Financial Inclusion ( IFI
) sebagai acuan untuk menjelaskan kondisi tingkat inklusi keuangan suatu negara.
Index of Financial Inclusion ( IFI ) atau indeks inklusi keuangan adalah salah
satu metode yang digunakan untuk mengukur tingkat inklusi keuangan suatu
wilayah tertentu metode ini diadopsi dari metode yang digunakan oleh Sarma
(2012). Indeks inklusi keuangan ini mencakup tiga dimensi yaitu dimensi
penetrasi perbankan, ketersediaan jasa perbankan, dan penggunaan jasa
perbankan. Indeks inklusi keuangan dapat dihitung jika masing-masing dimensi
telah dihitung nilai indeks dimensi. Indeks dari setiap dimensi ( ) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut :
29
= −−di = indeks dimensi i
wi = bobot untuk dimensi i, 0 ≤ wi ≤ 1
Ai = Nilai terkini dari dimensi i
Mi = Nilai maksimum ( batas atas ) dari dimensi i
mi = Nilai minimun ( batas bawah) dari dimensi i
Persamaan di atas menghasilkan nilai antara 0 hingga 1 atau 0 ≤ di ≤ 1. Semakin
tinggi nilai indeks suatu dimensi, samakin tinggi pula pencapaian di dalam
dimensi tersebut. Pada penelitian ini, bobot yang digunakan untuk seluruh dimensi
bernilai sama yaitu 1. Dengan merujuk ke metode yang digunakan oleh Sarma
(2012), penelitian ini mengasumsikan bahwa seluruh dimensi memiliki prioritas
yang sama, sehingga bobot nilai nya adalah wi = 1 untuk seluruh i. Nilai dimensi
yang mendekati wi menunjukkan area dengan capaian tertinggi pada seluruh
dimensi.
Sarma (2012) secara empiris melakukan pengamatan batas minimum terendah dan
batas maksimum tertinggi. Dalam kasus inklusi keuangan penentuan batas
minimum terendah dan batas maksimum tertinggi menjadi sulit. Oleh sebab itu
titik Mi mewakili nilai maksimum dari data yang tersedia yang merupakan batas
maksimum untuk setiap dimensi, sedangkan mi merepresentasikan batas terendah.
Selanjutnya, X1 adalah jarak normalitas Eclidean X dari titik terendah 0,
sedangkan merupakan jarak normalitas X dengan titik ideal w. IFI akan
dikerjakan dengan menggunakan rumus di bawah ini
= + ++ +
30
dan
= ( − ) + ( − ) + ( − )+ +Sehingga timbul rumus sederhana yang merupakan nilai rata – rata dari kedua
rumus di atas, yaitu
= 12 [ + ]Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai indeks dari setiap dimensi terletak
antara 0 dan wi . Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa bobot ( Wi = 1) maka
rumus yang terbentuk adalah
= 12 + +√3 + 1 − (1 − ) + (1 − ) + (1 − )√3Hasil dari perhitungan tersebut lah yang akan dijabarkan untuk menggambarkan
kondisi inklusi dari lima negara ASEAN. Perlu di ingat hasil dari perhitungan
tersebut hanya berkisar 0 hingga 1, dengan kata lain semakin mendekati 1 akan
semakin baik pula kondisi inklusi keuangan yang ada di lima negara ASEAN.
2. Analisis Kuantitatif
Dalam analisis kuantitatif digunakan metode regresi data panel. Terdapat hal yang
sedikit berbeda dengan metode regresi lain, dalam mengestimasi data panel
terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan yaitu Common Effect, Fixed Effect
dan Random Effect. Model Common Effect merupakan teknik yang paling
sederhana untuk mengestimasi parameter model data panel, yaitu dengan
mengkombinasikan data cross section dan time series sebagai satu kesatuan tanpa
melihat adanya perbedaan waktu dan entitas (individu). Dimana pendekatan yang
31
sering dipakai adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Model Common
Effect mengabaikan adanya perbedaan dimensi individu maupun waktu atau
dengan kata lain perilaku data antar individu sama dalam berbagai kurun waktu.
Model Efek Tetap (Fixed Effect) mengasumsikan bahwa intersep dari setiap
individu adalah berbeda sedangkan slope antar individu adalah tetap (sama).
Teknik ini menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan
intersep antar individu. Dan yang terakhir adalah Model Efek Random (Random
Effect) yang mengasumsikan setiap perusahaan mempunyai perbedaan intersep,
yang mana intersep tersebut adalah variabel random atau stokastik. Model ini
sangat berguna jika individu (entitas) yang diambil sebagai sampel adalah dipilih
secara random dan merupakan wakil populasi. Teknik ini juga memperhitungkan
bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang cross section dan time series.
D. Prosedur Analisis
Prosedur analisis adalah urutan – urutan yang dilakukan dalam melakukan analisis
terhadap suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa prosedur analisis
yaitu
1. Pemilihan Model Data Panel
Untuk melakukan pemilihan model manakah yang akan digunakan terdapat tiga
uji yang harus di lakukan yaitu
Uji Statistik F (Uji Chow)
Untuk mengetahui model mana yang lebih baik dalam pengujian data panel, bisa
dilakukan dengan penambahan variabel dummy sehingga dapat diketahui bahwa
32
intersepnya berbeda dapat diuji dengan uji Statistik F. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan metode Fixed Effect lebih
baik dari regresi model data panel tanpa variabel dummy atau metode Common
Effect.
Hipotesis nul pada uji ini adalah bahwa intersep sama, atau dengan kata lain
model yang tepat untuk regresi data panel adalah Common Effect, dan hipotesis
alternatifnya adalah intersep tidak sama atau model yang tepat untuk regresi data
panel adalah Fixed Effect.
Nilai Statistik F hitung akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat
kebebasan (deggre of freedom) sebanyak m untuk numerator dan sebanyak n – k
untuk denumerator. m merupakan merupakan jumlah restriksi atau pembatasan di
dalam model tanpa variabel dummy. Jumlah restriksi adalah jumlah individu
dikurang satu. n merupakan jumlah observasi dan k merupakan jumlah parameter
dalam model Fixed Effect. Jumlah observasi (n) adalah jumlah individu dikali
dengan jumlah periode, sedangkan jumlah parameter dalam model Fixed Effect (k)
adalah jumlah variabel ditambah jumlah individu. Apabila nilai F hitung lebih
besar dari F kritis maka hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk
regresi data panel adalah model Fixed Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai F
hitung lebih kecil dari F kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya model
yang tepat untuk regresi data panel adalah model Common Effect.
Sehingga hipotesis untuk uji chow sebagai berikut :
33
H0 : F hitung < F kritis, H0 diterima artinya model yang digunakan adalah
Common Effect Model (CEM)
Ha : F hitung > F kritis, H0 ditolak artinya model yang digunakan adalah
Fixed Effect Model (FEM)
Uji Hausman
Hausman telah mengembangkan suatu uji untuk memilih apakah metode Fixed
Effect dan metode Random Effect lebih baik dari metode Common Effect. Uji
Hausman ini didasarkan pada ide bahwa Least Squares Dummy Variables (LSDV)
dalam metode metode Fixed Effect dan Generalized Least Squares (GLS) dalam
metode Random Effect adalah efisien sedangkan Ordinary Least Squares (OLS)
dalam metode Common Effect tidak efisien. Dilain pihak, alternatifnya adalah
metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu, uji hipotesis nulnya adalah
hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji Hausman bisa dilakukan
berdasarkan perbedaan estimasi tersebut.
Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi-Squares dengan derajat
kebebasan (df) sebesar jumlah variabel bebas. Hipotesis nulnya adalah bahwa
model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Random Effect dan
hipotesis alternatifnya adalah model yang tepat untuk regresi data panel adalah
model Fixed Effect. Apabila nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritis
Chi-Squares maka hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk
regresi data panel adalah model Fixed Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai
statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis nul
34
diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model
Random Effect.
Sehingga hipotesis untuk uji hausman sebagai berikut :
H0 : Chi - square hitung < Chi - square tabel, H0 diterima artinya model yang
digunakan adalah Random Effect Model (REM)
Ha : Chi - square hitung > Chi - square tabel, H0 ditolak artinya model yang
digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM)
Uji Lagrange Multiplier
Menurut Widarjono (2007: 260), untuk mengetahui apakah model Random Effect
lebih baik dari model Common Effect digunakan Lagrange Multiplier (LM). Uji
Signifikansi Random Effect ini dikembangkan oleh Breusch-Pagan. Pengujian
didasarkan pada nilai residual dari metode Common Effect.
Uji LM ini didasarkan pada distribusi Chi-Squares dengan derajat kebebasan (df)
sebesar jumlah variabel independen. Hipotesis nulnya adalah bahwa model yang
tepat untuk regresi data panel adalah Common Effect, dan hipotesis alternatifnya
adalah model yang tepat untuk regresi data panel adalah Random Effect. Apabila
nilai LM hitung lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka hipotesis nul
ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model
Random Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai LM hitung lebih kecil dari nilai
kritis Chi-Squares maka hipotesis nul diterima yang artinya model yang tepat
untuk regresi data panel adalah model Common Effect.
35
Sehingga hipotesis untuk uji LM sebagai berikut :
H0 : LM hitung < Chi - square tabel, H0 diterima artinya model yang
digunakan adalah Random Effect Model (REM)
Ha : LM hitung > Chi - square tabel, H0 ditolak artinya model yang digunakan
adalah Common Effect Model (CEM).
2. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam melakukan analisis regresi dengan menggunakan data panel diperlukan
pengujian asumsi klasik apabila model yang terpilih adalah Common Effect Model
dan Fixed Effect Model, karena kedua model tersebut merupakan regresi dengan
metode least square. Adapun beberapa uji asumsi klasik yang akan di gunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Deteksi Multikolinieritas
Deteksi multikolinieritas adalah salah satu uji asumsi klasik yang digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan linier antar variabel bebas yang digunakan.
Karena bila terjadi hubungan antar variabel bebas, maka akan membuat pengujian
menjadi efisien yang akan memperbesar nilai residu sehingga menyebabkan nilai t
statistik nya mengecil. Untuk melakukan deteksi multikolinieritas dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu melihat nilai r2 nya, korelasi parsial antar variabel
bebas, regresi auxiliary, metode deteksi klien, dan variance inflation factor (VIF).
Dalam pengujian ini akan digunakan metode variance inflation factor untuk
mendeteksi apakah ada multikolinieritas antar variabel yang digunakan. Model
dikatakan mengandung multikolinieritas atau tidak bergantung pada aturan di
bawah ini :
36
Multikolinieritas Rendah
Dikatakan multikolinieritas rendah bilai nilai VIF nya yaitu rentan nilai dari 1
hingga 5 (1 ≤ VIF ≤ 5)
Multikolinieritas Sedang
Dikatakan multikolinieritas sedang bilai nilai VIF nya yaitu rentan nilai dari 5
hingga 10 (5 ≤ VIF ≤ 10)
Multikolinieritas Tinggi
Dikatakan multikolinieritas tinggi bila nilai VIF nya yaitu lebih dari 10 (VIF
> 10)
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas adalah satu uji asumsi klasik yang digunakan untuk
mengetahui apakah variabel gangguan mempunyai rata-rata nol, mempunyai
varian yang konstan atau ( ) = atau homokedastisitas atau justru
heterokedastisitas.
Dalam menguji heterokedastisitas terdapat banyak metode yang dapat digunakan
diantaranya adalah metode informal, metode park, metode glesjer, metode
korelasi spearman, metode goldfeld-quandt, metode bruesch-pagan dan metode
white. Namun dalam penelitian ini kami menggunakan metode white untuk
menguji variabel gangguan yang ada bersifat heterokedastisitas atau
homokedastisitas.
Sama dengan pengujian yang lain, metode white juga nanti nya dalam menguji
hipotesis akan membandingkan antara nilai χ tabel dengan nilai Obs*R-squared
dari pengujian. Jika nilai χ tabel lebih besar dari pada nilai Obs*R-squared dari
pengujian maka variabel gangguan bersifat homokedastisitas atau tidak adanya
37
heterokedastisitas dan jika nilai χ tabel lebih kecil dari pada nilai Obs*R-squared
dari pengujian maka variabel gangguan bersifat heterokedastisitas.
Sehingga hipotesis yang terbentuk :
H0 : Chi – square hitung < Chi - square tabel, H0 diterima artinya model
bersifat homokedastisitas.
Ha : Chi – square hitung > Chi - square tabel, H0 ditolak artinya model
bersifat heterokedastisitas.
3. Pembentukan Model
Setelah melakukan pemilihan model dengan ketiga uji yang ada, akan dibentuk
sebuah model umum untuk regresi data panel yaitu
= + + + +Bentuk umum yang telah tersedia akan di transformasi ke dalam bentuk variabel –
variabel yang digunakan, sehingga model yang terbentuk adalah
= + + + +Dimana :
NPL : Proksi untuk stabilitas perbankan yang diwakili oleh variabel Non
Performing Loan pada negara i tahun ke t .
IFI : Proksi untuk inklusi keuangan yang diwakili oleh Index of Financial
Inclusion (IFI) pada negara i tahun ke t.
NFDI : Non-FDI capital flow terhadap GDP untuk negara i tahun ke t (Indeks).
GDPP : GDP per kapita untuk negara i tahun ke t
38
4. Uji Hipotesis
Untuk mendukung penggunaan metode regresi data panel, dilakukan dua
pengujian statistik yaitu uji statistik secara parsial dan uji statistik secara bersama
– sama.
a. Uji t (Pengujian Hipotesis Secara Parsial)
Uji t adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui kebenaran hipotesis dari
setiap data sampel yang kita bentuk. Pengujian ini ada dua jenis yaitu pengujian
satu arah ataupun pengujian dua arah. Dalam pengujian ini hal yang penting
adalah pembentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha), selain hal
tersebut dalam melakukan pengujian kita akan membandingkan antara t tabel
yang disajikan dengan t hitung yang diperoleh. Jika nilai t hitung lebih besar dari
pada t tabel maka H0 ditolak dan jika nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel
maka H0 diterima.
Di dalam penelitian ini karena digunakan tiga variabel bebas sehingga diperoleh
hipotesis sebagai berikut:
1. Pengaruh Index of Financial Inclusion (IFI) terhadap stabilitas
perbankan
H0 : = 0 artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antar Index of Financial
Inclusion (IFI) terhadap stabilitas perbankan.
Ha : ≠ 0 artinya terdapat pengaruh signifikan antar Index of Financial Inclusion
(IFI) terhadap stabilitas perbankan
2. Pengaruh Non – FDI Capital Flow terhadap stabilitas perbankan
39
H0 : = 0 artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antar Non – FDI Capital
Flow terhadap stabilitas perbankan.
Ha : ≠ 0 artinya terdapat pengaruh signifikan antar Non – FDI Capital Flow
terhadap stabilitas perbankan
3. Pengaruh GDP per Kapita terhadap stabilitas perbankan
H0 : = 0 artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antar GDP per Kapita
terhadap stabilitas perbankan.
Ha : ≠ 0 artinya terdapat pengaruh signifikan antar GDP per Kapita terhadap
stabilitas perbankan.
b. Uji F (Pengujian Hipotesis secara bersama-sama)
Uji F adalah pengujian yang digunakan untuk menguji apakah benar bahwa
seluruh variabel bebas yang digunakan bersama-sama dapat mempengaruhi
variabel terikat. Dalam penelitian ini yang akan di uji adalah apakah benar Index
of Financial Inclusion, Non FDI Capital Flow, GDP per Kapita secara bersama-
sama akan mempengaruhi stabilitas perbankan di Negara ASEAN. Sama hal nya
dengan uji t, uji F juga akan membandingkan antara nilai F hitung dengan nilai F
tabel. Jika nilai F hitung lebih besar dari pada nilai F tabel maka H0 ditolak, hal ini
berarti variabel independen secara bersama – sama berpengaruh terhadap variabel
terikat. Begitu pula sebaliknya jika nilai F hitung lebih kecil dari pada F tabel
maka H0 diterima, hal ini berarti variabel independen secara bersama – sama tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat.
Sehingga hipotesis yang terbentuk adalah
40
H0 : , , = 0 artinya secara bersama – sama variabel bebas tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Ha : , , ≠ 0 artinya secara bersama – sama variabel bebas berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat.
5. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen dalam
menjelaskan secara keseluruhan terhadap variabel dependen serta pengaruhnya
secara potensial dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi (R2). Nilai
R2 dikategorikan kedalam dua hal yaitu jika nilai R2 semakin besar (mendekati
nilai 1) maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen lebih
besar. Begitu pula sebaliknya jika nilai R2 semakin besar (mendekati nilai 0) maka
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen semakin kecil.
Sehingga besaran nilai R2 berada antara 0 sampai 1 atau 0 < R2 < 1.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan Index of Financial Inclusion (IFI) dapat
diketahui bahwa negara – negara di kawasan ASEAN memiliki tingkat
inklusi keuangan dalam kategori sedang atau medium selama tahun 2005 -
2015. Peningkatan tingkat inklusi keuangan di negara – negara ASEAN
terjadi akibat tingginya penerapan program inklusi keuangan seperti
perluasa edukasi keuangan, perluasan layanan jasa keuangan ke wilayah
terpencil dan peningkatan layanan publik.
2. Berdasarkan hasil estimasi, Index of Financial Inclusion (IFI) yang
mencerminkan tingkat inklusi keuangan memberikan pengaruh negatif dan
signifikan terhadap stabilitas perbankan di negara ASEAN. Sehingga
semakin tinggi nilai Index of Financial Inclusion (IFI) mengindikasikan
semakin baik tingkat inklusi keuangan maka akan meningkatkan kestabilan
pada perbankan.
3. Berdasarkan hasil estimasi, variabel NFDI yang mencerminkan tingkat
aliran modal diluar investasi asing langsung memberikan pengaruh positif
tetapi tidak signifikan terhadap stabilitas perbankan di negara ASEAN. Hal
62
ini mengartikan apabila terjadi kenaikan pada tingkat aliran modal diluar
investasi langsung maka tidak akan meningkatkan kestabilan pada
perbankan.
4. Berdasarkan hasil estimasi, variabel GDPP yang mencerminkan tingkat
pendapatan memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap stabilitas
perbankan di negara ASEAN. Hal ini mengartikan bahwa apabila terjadi
kenaikan pada pendapatan perkapita maka akan meningkatkan kestabilan
pada perbankan.
B. Saran
Adapun saran yang diajukan penulis untuk perbaikan penelitian selanjutnya antara
lain:
1. Berdasarkan penelitian Philipina memiliki tingkat inklusi keuangan yang
rendah dan juga memiliki tingkat kestabilan perbankan yang rendah
dibandingkan keempat negara lain. Sehingga hendaknya otoritas moneter di
Philipina meningkatkan tingkat inklusi keuangan di Philipina. Dengan
melakukan penambahan akses layanan jasa keuangan seperti penambahan
jumlah kantor cabang bank dan jumlah atm. Selain itu hendaknya
pemerintah Philipina dan otoritas moneter Philipina membuat program
edukasi keuangan dengan pemanfaatan perkembangan teknologi agar
masyarakat di Philipina lebih mudah dalam mengakses layanan jasa
keuangan.
2. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat inklusi keuangan di Indonesia masuk
ke dalam kategori rendah ke medium. Sehingga hendaknya Bank Indonesia
63
mengeluarkan program untuk lebih meningkatkan perluasan layanan akses
jasa keuangan kepada masyarakat. Seperti peningkatan edukasi keuangan di
seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak – anak hingga orang dewasa
terkait adanya layanan jasa keuangan yang telah berbasis teknologi maupun
non teknologi.
3. Untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik mengenai tingkat inklusi
keuangan perlu ditambahkan indikator lain untuk mengukur dimensi yang
ada, seperti jumlah penduduk dewasa miskin, persentase kredit yang tersalur
untuk UMKM dan lainnya.
4. Untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik mengenai stabilitas perbankan
perlu ditambahkan variabel lain yang lebih mampu mencerminkan tingkat
kestabilan perbankan.
DAFTAR PUSTAKA
Aduda Josiah dan Elizabeth Kalunda. 2012. Financial Inclusion and FinancialSector Stability With Reference To Kenya: A Review of Literature.Journal of Applied Finance & Banking, Vol : 2 No. 6.
Bangko Sentral ng Pilipinas. 2016. Report on the State of Financial Inclusion inPhilipina. Manila
Bank Indonesia. 2014. Booklet Keuangan Inklusif. Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia. 2017. Statistik Sistem Keuangan Indonesia. Jakarta: BankIndonesia
Chiwira Oscar, Ruramayi Tadu, dan Brian Muyambiri. 2013. Financial inclusionand financial stability: The Important Role Of Financial Regulation InExplaining The Relationship. Empirical review. Journal of Research inInternational Business and Management (ISSN: 2251-0028) Vol. 3(4)pp. 139-149
Cull R, Demirguc-Kunt A, Lyman T. 2011. Financial Inclusion and Stability.What Does Research Show? CGAP Brief
Dienillah, Azka Azifah dan Lukytawati Anggraeni. 2016.” Dampak InklusiKeuangan Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan Di Asia”.Buletin EkonomiMoneter dan Perbankan.Vol.18 Th. 2016.No.4
Dougherty, C. 2002. Introduction to Economics 2nd ed. New York OxfordUniversity Press
Dyk, F. 2010. “The new importance of financial stability's 2nd dimension:towards Basel III & post the recent credit-liquidity crisis.” FinancialMarkets Journal.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometric. Fourt Edition. McGraw HillCompanies. Inc. New York.
Hannig, Alfred dan Jansen, Stefan. (2010). Financial Inclusion and FinancialStability: Current Policy Issues. Asian Development Bank InstituteWorking Paper.
Iqbal, Muhammad. 2015. “Regresi Data Panel – Tahap Analisis”.https://dosen.perbanas.id/regresi-data-panel-2-tahap-analisis/
Joshi DP (2011). Financial Inclusion and Financial Literacy BI OECD
Khan, H.R. 2011. “Financial inclusion and financial stability: are they two sidesof the same coin.” The Indian Bankers Association and Indian OverseasBank.
Kunt, Asli Demirguc dan Leora Klapper. 2012. Measuring Financial Inclusion :The Global Findex. Development Reasearch Group World Bank
Morgan, Peter J. dan Victor Pontiner. 2014. Financial Stability and FinancialInclusion. ADBI Working Paper Series, No. 488
Sanjaya, I Made dan Nursechafia. 2016.” Inklusi Keuangan Dan PertumbuhanInklusif: Analisis Antar Provinsi Di Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneterdan Perbankan.Vol.18 Th. 2016.No.3
Sarma, Mandira. 2012.”Index of Financial Inclusion – A measure of financialsector inclusiveness”.Berlin Working Papers on Money, Finance, Tradeand development. No. 07
Schinasi, G.J. (2004). Defining Financial Stability.IMF Working Paper –International Capital Markets Department.
Simorangkir, Dr. Iskandar.2014.”Pengantar Kebanksentralan : Teori dan Praktikdi Indonesia”.Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Widarjono, Agus. 2013. “Ekonometrika : Pengantar dan Aplikasinya”.Yogyakarta : UPP STIM YKPN
World Bank. 2017. World Development Indicators
World Bank. 2017. Knowledge and Research : Financial Inclusion in Malaysia