implementasi at-tawassuth ahlus sunnah wal...

13
AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016 IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH SEBAGAI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI MI KHOZAINUL ULUM BOJOASRI KALI TENGAH LAMONGAN Ahmad Faza Muzakky Fakultas Agama Islam Universitas Islam Lamongan e-mail : [email protected] Abtract: Researchers interested in lifting the title "Implementation At-Tawassuth Ahlus Sunnah Wal Jama'ah As Values Character Education In Class VI Madrasah Ibtida'iyah (MI) Khozainul Ulum II Rural districts Bojoasri Kali Tengah Lamongan in the school " as motivated by history or Nahdhotul history scholars' who keep a few things about the relationship Aswaja with education in the archipelago. Aswaja teachings and the empowerment of the people are of the Vision and Mission. This is evidenced by the establishment of boarding institutions in this country do not know the era of independence and develop into some of the educational system. Education at-tawasuth Aswaja given by following the guidance of that vision is to realize human Aswaja pious to Allah, berakhlaqul karimah, intellectual, intelligent, skilled, productive, ethical, honest and fair (tawassuth and i'tidal), disciplined, berkesimbangan (tawazun), tolerance (tasamuh), maintaining harmony in personal and social development and developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good and forbidding evil). The purpose of this research is to know and understand the extent of implementation of the At-Tawassuth Ahlus Sunnah Wal Jama'ah As Values Character Education In Ibtida'iyah Khozainul Ulum Madrasah class II Hamlet Village Dondooman Bojoasri Kali Tengah Lamongan District of Central VI Academic.To find out the problems and get the data clearly, here the author uses descriptive qualitative approach. Keywords: the scientific method, Al Qur’an Hadits Pendahuluan NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia tidak terlepas lepas peranannya dalam bidang pendidikan Islam di Indonesia. Khittah 1926 sebagai dasar perjuangan Nahdliyin mengantarkan NU pada spirit perjuangan dalam berbagai aspek, demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang menjadi cita-cita seluruh masyarakat Indonesia. Khittah 1926 secara internal mempunyai ikhtiyar-ikhtiyar dalam rangka mengembangkan eksistensi Nahdliyin, antara lain: peningkatan kegiatan di bidang keilmuan, pengkajian, dan pendidikan. Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan- kegiatan terarah, Peningkatan silaturrahmi dan peningkatan pelayanan social. 1 Di dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan sistem pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1 pp. pengunu, membumikan aswaja pegangan para guru Nu ( jakarta: Khalista, 2012 ), 7

Upload: others

Post on 17-Oct-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

SEBAGAI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI MI KHOZAINUL ULUM

BOJOASRI KALI TENGAH LAMONGAN

Ahmad Faza Muzakky

Fakultas Agama Islam Universitas Islam Lamongan e-mail : [email protected]

Abtract: Researchers interested in lifting the title "Implementation At-Tawassuth Ahlus Sunnah Wal Jama'ah As Values Character Education In Class VI Madrasah Ibtida'iyah (MI) Khozainul Ulum II Rural districts Bojoasri Kali Tengah Lamongan in the school " as motivated by history or Nahdhotul history scholars' who keep a few things about the relationship Aswaja with education in the archipelago. Aswaja teachings and the empowerment of the people are of the Vision and Mission. This is evidenced by the establishment of boarding institutions in this country do not know the era of independence and develop into some of the educational system. Education at-tawasuth Aswaja given by following the guidance of that vision is to realize human Aswaja pious to Allah, berakhlaqul karimah, intellectual, intelligent, skilled, productive, ethical, honest and fair (tawassuth and i'tidal), disciplined, berkesimbangan (tawazun), tolerance (tasamuh), maintaining harmony in personal and social development and developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good and forbidding evil). The purpose of this research is to know and understand the extent of implementation of the At-Tawassuth Ahlus Sunnah Wal Jama'ah As Values Character Education In Ibtida'iyah Khozainul Ulum Madrasah class II Hamlet Village Dondooman Bojoasri Kali Tengah Lamongan District of Central VI Academic.To find out the problems and get the data clearly, here the author uses descriptive qualitative approach. Keywords: the scientific method, Al Qur’an Hadits

Pendahuluan

NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia tidak terlepas lepas peranannya dalam

bidang pendidikan Islam di Indonesia. Khittah 1926 sebagai dasar perjuangan Nahdliyin

mengantarkan NU pada spirit perjuangan dalam berbagai aspek, demi

terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang menjadi cita-cita seluruh masyarakat

Indonesia.

Khittah 1926 secara internal mempunyai ikhtiyar-ikhtiyar dalam rangka

mengembangkan eksistensi Nahdliyin, antara lain: peningkatan kegiatan di bidang keilmuan,

pengkajian, dan pendidikan. Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui

kegiatan- kegiatan terarah, Peningkatan silaturrahmi dan peningkatan pelayanan social.1

Di dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

dinyatakan sistem pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

1 pp. pengunu, membumikan aswaja pegangan para guru Nu ( jakarta: Khalista, 2012 ), 7

Page 2: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

30

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.2

Ditinjau dari konteks historinsnya, Nahdlotul Ulama tidak bisa dipisahkan dari sejarah

pendidikan di Indonesia. Terdapat visi dan misi khusus yang diusung oleh NU dalam

pendirian organisasi dan beragam lembaga yang ada di bawah naungannya dalam hal

memperjuangkan pendidikan di Nusantara. Visi tersebut adalah ajaran Aswaja dan misinya

adalah pemberdayaan umat. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya lembaga-lembaga

pesantren di era bangsa ini belum mengenal kemerdekaan lalu berkembang menjadi beberapa

sistem pendidikan.

Pendidikan at-tawasuth aswaja diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa visi

Aswaja adalah untuk mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada allah, berakhlaqul

karimah, intelektual, cerdas, cakap, produktif, etis, jujur dan adil (tawassuth dan i’tidal),

berdisiplin, berkesimbangan (tawazun), bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan

secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya ahlussunnah wal jama’ah (amar

ma’ruf nahi munkar).

Hal tersebut menjadi stimulus bagi siswa MI khozainul Ulum II di tengah masyarakat

yang memiliki ragam budaya. Siswa diharapkan mampu berinteraksi yang baik kepada

seluruh masyarakat yang ada disekililingnya.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya dalam proses pembelajarannya bertujuan untuk

menumbuhkan kepedulian pada diri siswa terhadap pertumbuhan sosial budaya masyarakat

dimana mereka hidup. Terkait hal tersebut MI Khozainul Ulum II muncul dengan tujuan

mencetak siswa yang mampu hidup dalam masyarakatnya. Salah satu usaha menjawab

kegelisahan tersebut adalah dengan di cantumkan pendidikan At-tawasuth Aswaja dalam

pembelajaran di MI Khozainul Ulum II Desa Bojoasri .

Pemikiran Aswaja yang moderat diharapkan nantinya mengilhami para Alumni untuk

bisa memetakan permasalahan-permasalahan yang muncul di masyarakat dengan moderat.

At-Tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim

kanan. Hal ini didasarkan dari firman Allah SWT:

ولم ويكمون الناس سم الر هداء لتكمونموا شهيدا عليكم ة عل شم وسطا أم وكذ ل جعلناكم

”Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil

dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan)

manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap

dan perbuatan) kamu sekalian”. (QS al-Baqarah: 143).3

Tinjauan tentang At-Tawasuth Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Tawassuth berarti pertengahan, maksudnya menempatkan diri antara dua kutub dalam

berbagai masalah dan keadaan untuk mencapai kebenaran serta menghindari keterlanjuran ke

kiri atau ke kanan secara berlebihan.4

2 UURI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, UURI tentang Sisdiknas (Bandung: Fermana, 2012), 65

3 Al-qur’an terjemah ( Bogor: Duta Ilmu, 2014 ), 22

4 FKI LIM, Gerbang Pesantren, Pengantar Memahami Ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (Kediri: Litbang

Lembaga Ittihadul Muballigin PP. Lirboyo, 2010, cet. 2), 3

Page 3: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

31

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

At-tawassuth dapat diartikan pula sebuah sikap tengah atau moderat yang tidak

cenderung ke kanan atau ke kiri. Dalam konteks berbangsa dan bernegara serta dalam bidang

lain. Pemikiran moderat ini sangat urgen menjadi semangat dalam mengakomodir beragam

kepentingan dan perselisihan, lalu berikhtiar mencari solusi yang paling ashlah (terbaik).5

At-Tawasuth Dalam tubuh NU terdapat karakteristik khas warga Nahdlatul Ulama

yang menbedakannya dengan warga lain. Nahdlatul Ulama didirikan untuk melestarikan

ajaran Ahlussunnah Wal Jama'ah yang murni sebagaimana diajarkan oleh Rosulullah SAW.

“Disebutkan oleh KH Ahmad Shiddiq dalam buku Khittah Nahdliyyah, ada tiga istilah

untuk menggambarkan karakteristik agama Islam, yang kemudian diadopsi sebagai

karakteristik khas warga Nahdlatul Ulama, yaitu: At-Tawasuth, Al-I’tidal dan At-

Tawazun”.6

At-Tawasuth yang berarti pertengahan. Al-I’tidal berarti tegak lurus, tidak condong ke

kanan–kananan dan tidak condong ke kiri–kirian. At-Tawazun berarti keseimbangan, tidak

berat sebelah, tidak berlebihan suatu unsur atau kekurangan unsur yang lain. Dari berbagai

sumber lain, seperti naskah Khittah NU Keputusan Muktamar XXVII NU dan beberapa buku

karya KH Abdul Muchid Muzadi.

“Ada empat karakter khas kemasyarakatan warga Nahdlatul Ulama, pertama Tawasuth

dan al-I’tidal, kedua At-Tawazun, ketiga sikap Tasamuh yang artinya toleransi terhadap

perbedaan pandangan dan ke empat Amar Ma’ruf Nahi Mungkar”.7

At-Tawasuth (termasuk Al-I’tidal dan At-Tawazun) bukan serba kompromistik dengan

mencampuradukkan semua unsur (sinkretisme). Juga bukan mengucilkan diri dari menolak

pertemuan dengan unsur apa–apa. Karena karakter bagi Islam adalah memang sejak semula

Allah SWT. Sudah meletakkan di dalam Islam segala kebaikan, dan segala kebaikan itu pasti

terdapat di antara ujung Tatharruf (التطرف ), sifat mengujung, ekstrimisma. Anggapan

mengabungkan semua karakter lainnya dengan karakter At-Tawasuth, bahwa secara konteks

semua kata–kata tersebut memang ujungnya pada maksud yang sama yaitu menempatkan

diri di tenggah–tengah dalam menghadapi sesuatu. Namun tetap saja dari semua karakter

tersebut ada sekat–sekatnya.

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Istilah Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA) merupakan gabungan dari tiga kata, yakni

Ahl, Assunnah dan Aljamâ'ah. Secara etimologis, kata ahl (أهل) berarti golongan, kelompok

atau komunitas. Etimologi kata assunah (السنة) memiliki arti yang cukup variatif, yakni:

wajah bagian atas, kening, karakter, hukum, perjalanan, jalan yang ditempuh, dll. Sedangkan

kata Al jama'ah (الجماعة) berarti perkumpulan sesuatu tiga ke atas.

Adapun terminologi Ahlussunnah Wal Jama'ah, bukan merujuk kepada pengertian

bahasa (lughawi) ataupun agama (syar'i), melainkan merujuk pada pengertian yang berlaku

dalam kelompok tertentu (urfi). Yaitu, ASWAJA adalah kelompok yang konsisten

menjalankan sunnah Nabi saw. Mentauladani para sahabat Nabi dalam akidah (tauhid),

5 Soelaman Fadeli, Antologi NU (Surabaya: Khalista, 2008), 13

6 Pelangi Mimpi, At-tawsuth Nu (Jombang: Posted In Label, 2015), 1

7 Ibid. 2

Page 4: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

32

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

amaliah badâniyah (syari’ah) dan akhlaq qalbiyah (tasawuf).8 Terminologi istilah

Ahlussunnah wal Jama'ah ini didasarkan pada sebuah hadits yang menyatakan bahwa hanya

kelompok inilah yang selamat dari 73 perpecahan kelompok umat nabi Muhammad saw.

Dengan pengertian terminologis demikian, Aswaja secara riil di tengah-tengah umat

Islam terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, Ahl Alhadits dengan sumber kajian utamanya

adalah dalil sam’iyah, yakni Alqur’an, Assunnah Ijma dan Qiyas. Kedua, para ahl alkalâm

atau ahl annadhar (teologi) yang mengintegrasikan intelegensi (asshina’ah alfikriyyah).

Mereka adalah Asy'airah dengan pimpinan Abu Hasan Al-'asy’ari dan Hanafiyah dipimpin

oleh Abu Manshur Almaturidi. Sumber penalaran mereka adalah akal dengan tetap

meletakkan dalil sam’iyyah dalam porsinya. Ketiga, Ahl Alwijdân wa Alkasyf (kaum

shufiyah). Sumber inspirasi mereka adalah penalaran Ahl Alhadits dan Ahl Annadhar sebagai

media penghantar yang kemudian dilanjutkan melalui pola kasyf dan ilham. Ketiga

kelompok inilah yang paling layak disebut ASWAJA secara hakiki.

Contoh-contoh Sikap At-Tawassuth Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Aswaja juga mengandung ajaran tentang sikap menghargai mayoritas dan perbedaan.

Oleh karenanya, NU sebagai penganut Aswaja lebih apresiatif terhadap paradigma

demokrasi. Bagi NU, perbedaan di tengah umat merupakan keniscayaan. Karena itu harus

disikapi secara arif dengan mengedepankan musyawarah. Tidak boleh disikapi secara radikal

dan ekstrim hanya karena keyakinan atas kebenaran sepihak. Dalam Aswaja dikenal dengan

prinsip Al-Sawad Al-A’dham, berdasarkan hadits Nabi: fa idza raiytum ikhtilafan

fa’alaykum bi sawad al-a’dzam.(jika kalian menjumpai perbedaan, ikutilah golongan yang

terbanyak). Prinsip al-Sawad al-A’dhom ini didasarkan atas asumsi populer sebagaimana

dalam hadits: ”La tajtami’u ummati ’ala al-dlalalah” (umatku tidak akan bersepakat atas

kesesatan).

Banyak dari kalangan ulama yang menukilkan ijma’ bahwa menghina Allah dan Rasul-

Nya adalah kekafiran yang mengeluarkan pelakunya dari agama. Banyak dari kalangan ulama

Ahlussunnah menukilkan ijma’ bahwa kekafiran bisa dilakukan dengan perkataan, perbuatan

dan keyakinan.9

Penulis, mengutip pendapat para ulama Ahlussunnah, menegaskan bahwa orang yang

kafir dalam perbuatan dan ucapan, serta menyakini dalam hati tentang hal tersebut, maka ia

betul-betul kafir.

Dalam ”Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyat Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah”

(Preambule AD-ART NU) yang ditulis Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari secara tegas

terdapat ajakan kepada para ulama Ahl al-Sunnah wal Jama’ah untuk bersatu memagari umat

dari propaganda pada ”ahli bid’ah”. Yang dimaksud tentu saja adalah orang-orang

pendukung ajaran Wahhabi yang dalam da’wahnya selalu mencela tradisi-tradisi seperti

tahlilan, ziarah kubur, qunut, tawassul dan lain-lain sebagai perbuatan Bid’ah. Selain itu,

mereka menganggap kebiasaan-kebiasaan para santri yang lain sebagai sesuatu yang

mengandung unsur Tahayyul dan Khurafat. Mereka juga menyatakan bahwa kepengikutan

8 Huda kedu jaya, Sikap Tawassuth Aswaja (temanggung: Maal, 2011), 1

9 Hasanah muslim, At-Tawasuth wal iqtishad ( jogjakarta, 2009), 10

Page 5: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

33

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

terhadap ajaran madzhab merupakan sumber bid’ah. Oleh karenanya umat Islam harus

berijtihad (ruju’ ila al-Qur’an wa al-Sunnah).10

Pada Munas Alim Ulama di Lombok, dicetuskan bahwa keterikatan terhadap madzhab

tidak hanya secara Qawlan (produk yang dihasilkan) saja, tetapi juga Manhajiyyan (metode

berpikirnya). Keputusan Ini juga menjadi jawaban atas kritikan bahwa pola bermadzhab

dalam tradisi keagamaan NU itu ternyata membuat umat jumud, tidak berkembang.

NU juga telah merumuskan pedoman sikap bermasyarakat yang dilandasi paham

Aswaja, yakni Tawasuth (moderat), Tasamuh (toleran), Tawazun (serasi dan seimbang),

I’tidal (adil dan tegas) dan Amar Ma’ruf Nahy Munkar (menyeru kepada kebajikan dan

mencegah kemunkaran).11

Dengan demikian, yang dimaksud dengan ”Ttawasuth Aswaja” oleh NU adalah pola

keberagamaan bermadzhab. Pola ini diyakini menjamin diperolehnya pemahaman agama

yang benar dan otentik, karena secara metodologis dapat dipertanggungjawabkan

transmisinya dari Rasulullah sebagai penerima wahyu sampai kepada umat di masa kini.

Metode ini mempersyaratkan adanya Tasalsul (mata rantai periwayatan).

Prinsip dan Karakter At-Tawassuth Ahlus Sunnah Wal Jam’ah

Manefestasi prinsip dan karakter tawasuth ini tampak pada segala bidang ajaran agama

Islam dan harus dipertahankan, dipelihara dan dikembangkan sebaik-baiknya,terutama oleh

pengikiut setia ASWAJA. Manifestasi dari prinsip Tawasuth itu antara lain tercermin

pada;12

1. Pada Bidang Aqidah

a. Keseimbangan antara penggunaan dalil aqli (argumentasi rasional) dengan dalil

naqli (nash Al Qur’an dan hadits).

b. Berusaha sekuat tenaga memurnikan aqidah dari segala campuran aqidah dari

luar Islam.

c. Tidak tergesa gesa menjatuhkan vonis musyrik, kufur dan sebagainya atas

mereka yang karena satu dan lain hal belum dapat memurnikan tauhid atau

aqidah secara murni

2. Bidang Syari’ah

a. Menggunakan metode dan sisitem yang dapat dipertanggung jawabkan dan

melalui jalur-jalur yang wajar sebelum langsung mengambil dari Al Qur’an dan

As Sunah.

b. Pada masalah yang sudah ada dalil nash yang sarih dan qoth’I (tegas dan pasti)

tidak boleh ada campur tangan pendapat akal.

c. Pada masalah yang zaniyat (tidak tegas dan pasti) dapat ditoleransi adanya

perbedaan pendapat selama masih tidak bertentangan dengan prinsip agama.

3. Bidang Tasawuf atau Akhlak

10

Ibid. 11 11

Adien Jauharuddin, Ahlussunah wal Jama’ah Manhajul Harakah (Jakarta: PMPI, 2008), 98 12

Muchit muzadi, NU dalam prespektif sejarah dan ajaran (Surabaya:khalista, 2007), 71

Page 6: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

34

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

a. Tidak mencegah bahkan mengajurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran

Islam, dengan riyadhah dan mujahadah menurut kaifiyat yang tidak bertentangan

dengan prinsip prinsip hokum dan ajaran agama Islam.

b. Mencegah ektrimisme yang dapat menjerumuskan orang kepada penyelewengan

aqidah dan syari’ah.

c. Berpedoman bahwa akhlak yang luhur dan selalu berada diantara dua ujung sikap

yang menjunjung atau tathruf umpamanya: sikap asy-syaja’ah atau berani yang

merupakan langkah tengah antara penakut(al-jubn) dan sembrono (at-tahawwur).

Demikian pula sikap at-tawadhu’ yang merupakan sikap menempatkan diri

secara tepat diantara at-takabbur (sombong) dan at-tadzallul atau rendah diri pun

juga sikap al jud atau al karomu (dermawan) sebagai jalan tengah diantara sikap

bakhil (kikir) dan israf (boros).

4. Bidang Mu’asyarah (pergaulan) antar golongan

a. Mengakui watak dan tabi’at manusia yang selalu senang berkelompok berdasar

atas dasar unsure pengikatnya masing masing.

b. Pergaulan antar golongan harus diusahakan berdasar saling pengertian dan saling

menghormati.

c. Permusuhan terhadap suatu golongan hanya boleh dilakukan terhadap golongan

yang nyata; memusuhi agama dan umat Islam. Terhadap yang tegas memusuhi

Islam tidak ada sikap lain kecuali tegas.

5. Pada Bidang Kehidupan Bernegara

a. Negara nasional yang didirikan bersama oleh seluruh rakyat wajib dipelihara dan

dipertahankan serta dipertahankan eksistensinya.

b. Penguasa Negara (pemerintah) yang sah harus ditempatkan pada kedudukan yang

terhormat dan ditaati, selama tidak menyeleweng dan memerintah kearah yang

bertentangan dengan hukum dan ketentuan Allah Swt.

c. Kalau terjadi kesalahan dari pihak pemerintah, memperingatkannya adalah

melalui tata cara yang sebaik baiknya.

6. Pada Bidang Kebudayaan

a. Kebudayaan, termasuk didalamnya adat istiadat, tata pakaian, kesenian dan

sebagainya adalah hasil budi daya manusia yang harus ditempatkan pada

kedudukan yang wajar bagi pemeluk agama.Kebudayaan harus dinilai dan diukur

dengan norma-norma hokum dan ajaran agama.

b. Kebudayaan yang baik, dalam arti menurut norma agama, dari manapun

datangnya dapat diterima dan dikembangkan dengan prinsip hal lama yang baik

dipelihara dan dikembangkan, sedangkan yang baru dan lebih baik untuk dicari

dan dimanfaatkan. Al-muhafadhoh ’ala al-qadim al-shalih wa al-akhd bi al-jadid

al-ashlah.

c. Tidak boleh ada sikap apriori, selalu menerima yang lama dan menolak yang baru

atau sebaliknya selalu menerima yang baru dan menolak yang lama.

7. Pada Bidang Dakwah

a. Berdakwah adalah mengajak masyarakat untuk membuat dan menciptakan

keadaan yang lebih baik, terutama menurut ajaran agama. Tidak mungkin orang

Page 7: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

35

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

berhasil mengajak seseorang dengan cara yang tidak mengenakan hati yang

diajak, Berdakwah bukan menghukum.

b. Dakwah dilakukan dengan saran tujuan yang jelas, tidak hanya sekedar mengajak

berbuat saja.

c. Berdakwah harus dilaksakan dengan keterangan yang jelas, dengan petunjuk-

petunjuk yang baik sebagaimana seorang dokter atau perawat berbuat terhadap

pasien. Kalau terdapat kesulitan, maka harus ditanggulangi dan diatasi dengan

cara yang sebaiik baiknya.

Nilai pendidikan karakter

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peratuan/hukum, etika

akademis, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi sejumlah nilai pendidikan karakter

sebagai beriku;13

1) Relegius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleram terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain.

2) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang

selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3) Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,

sikap, tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai hambatan belajaran dan tugas. Serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-

baiknya.

6) Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari

sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis

Cara berfikir, bersikap/bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban

dirinya dengan orang lain.

9) Rasa ingin tahu

13

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan Jakarta,

Kencana, 2011), 74

Page 8: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

36

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

Sikap yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas

dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

10) Semangat kebangsaan

Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yanng menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11) Cintah tanah air

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,

penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi

dan politik bangsa.

12) Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang

berguna bagi masyarakat, mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat/Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja

sama dengan orang lain.

14) Cinta damai

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang

dan aman atas kehadiran dirinya.

15) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,

yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Implementasi At-Tawassut Ahlus Sunnah Wal jama’ah Sebagai Nilai Pendidikan Karakter

Implementasi At-Tawassuth Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai Nilai Pendidikan

Karakter di Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Desa Bojoasri Kecamatan Kali Tengah

Kabupaten Lamongan sebagaimana diungkapkan oleh Kepala madrasah yang dulunya juga

pernah belajar di lembaga tersebut.

Dalam implementasi sikap Tawassut atau moderat di madrasah ini seluruh siswa sudah

di didik akan bagimana berbuat baik antar sesama. Baik kepada teman sebaya, masyarakat,

orang yang lebih tua, orang tua ataupun guru. Siswa juga kami tekankan agar tidak memiliki

sifat yang fanatik, selalu merasa dirinya paling benar dan menyalahkan orang lain.14

\“At-Tawassuth Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai Nilai Pendidikan Karakter di

Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Desa Bojoasri Kecamatan Kali Tengah, Kabupaten

Lamongan ini mempunyai gambaran dalam penerapanya. Yakni melalui tiga tahapan sebagai

berikut: In put, Proses dan Out put”.15

Tahap pertama adalah Input: dalam peneriman Siswa atau siswi baru, Madrasah ini

tidak pernah menggunakan seleksi dalam masa perekrutan peserta didik baru. Sebab, tidak

mau membatasi seseorang yang ingin menuntut ilmu. Seluruhnya tetap diterima untuk

belajar di lembaga ini. Lain cerita bila pada masa pembelajarannya siswa atau siswi tersebut

14

Hasil wawancara dengan Bapak Hamim, S.Pd Selaku kepala sekolah Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum

II Bojoasri, Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan. (Senin 16 april 2016) 15

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 20

Page 9: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

37

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

bermasalah. Disitulah pihak lembaga akan bertindak tegas untuk tetap menerima atau

mengeluarkan peserta didik tersebut. Begitulah Ungkap Bapak Hamim selaku kepala

sekolah.

“Peserta didik yang masuk atau mendaftar disini dapat diterima secara langsung

tanpa ada tes atau seleksi. Karena di lembaga ini tidak membatasi bagi seluruh

siswa yang ingin menuntut ilmu (Tholabul Ilmi)”.16

Ungkapan senada juga di ungkapkan oleh Bapak Arif salah satu guru Madrasah

Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Desa Bojoasri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten

Lamongan.

“Semua siswa itu sama namun yang berbeda adalah karakter, jadi proses penerimaan

santri tidak ada kata seleksi, diskriminasi maupun yang lainnya karena pada

dasarnya semua sama dihadapanNya. Membentuk karakter dimulai dengan

membiasakan berbuat baik sejak dini sehingga kelak akan terbiasa dan akan menjadi

karakter”.17

Beliau juga mengatakan:

“Setiap siswa yang masuk di Madrasah ini diharapkan mematuhi apa yang menjadi

peraturan-peraturan Madrasah, hal itu juga merupakan strategi awal dari

pembentukan karakter dengan sikap Tawassuth yakni saling memahami,

menghargap antara satu dengan yang lain”.18

Selanjutnya yaitu Proses: sikap At Tawassuth Aswaja di Madrasah Ibtida’iyah

Khozainul Ulum II Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan sangat berpengaruh

kepada pembentukan karakter siswa. Baik dalam hal ahlak atau tingkah laku sehari-hari

maupun pada saat pembelajaran dalam kelas, tentang suasana, antar sesama siswa,

keharmonisan dan lain sebagainya. Sebagaimana tercantum dalam judul skripsi, Bahwa

sikap Tawassuth yang di Implementasikan siswa akan menjadi nilai pendidikan karakter

siswa, Saat ini dan masa yang akan datang.

Sikap Tawassuth merupakan bagian dari prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Wal

Jama’ah. Jika di Implementasikan dalam kehidupan sehari-hari niscaya akan menjadikan

suatu sifat bijaksana pada diri siswa. Dari hal tersebut maka dipandang sangat perlu

dijadikan sebagai nilai pendidikan karakter.

“Dengan demikian siswa diajarkan untuk saling menghargai perbedaan dan

mengambil sikap tengah-tengah. Karena pada dasarnya perbedaan adalah rahmat.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan, Bahwa adanya perbedaan bukan untuk dijadikan

suatu alasan permusuhan. Namun dari perbedaan itu kita komparasikan, Agar

menjadi suatu kesatuan yang dapat menimbulkan kemaslahatan”.19

16

Hasil bincang-bincang bersama bapak Ghofur, Salah satu guru agama Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum

II Desa Bojoasri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan. (16 April 2016) 17

Hasil wawancara bersama bapak Arif, Salah satu guru Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Desa

Bojoasri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan. (16 April 2016). 18

Ibid 19

Hasil wawancara dengan Bapak hamim, S.Pd selaku kepala madrasah sekaligus Pengampuh Mata Pelajaran

Aswaja saat wawancara dikantor Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Desa Bojoasri Kecamatan Kali

Tengah Kabupaten Lamongan (16 April 2016)

Page 10: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

38

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

Argumentasi yang mendukung pendapat diatas juga di ungkapkan oleh Eli Fitrotun

Nisa’. Salah satu siswi kelas VI Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Desa Bojoasri

Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan. Ia mengatakan:

“Ia merasa senang dapat belajar di Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Desa

Bojoasri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan. Pasalnya siswa-siswi dan

gurunya mengajarkan pendidikan karakter dengan sabar dan baik. Tidak hanya

dilingkungan sekolah saja beliau mengajarkan, mengingatkan dan menegur apabila

mengetahui siswa-siswinya melakukan kesalahan. Namun hal itu juga dilakukan

diluar lingkungan sekolah. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan karena faktor sosial

dan letak geografis yang juga mendukung”.20

Terakhir adalah Out Put/ hasil yang didapatkan. Menurut Bapak Hamim, S.Pd.,

Sebagai pendidik pastinya mempunyai harapan yang besar kepada siswa-siswi agar

mengimplementasikan pelajran-pelajaran yang sudah didapatkan di Madrasah. Baik

didalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Utamanya sikap

saling menghargai perbedaan antara satu sama lain. Agar dapat mengubah masalah

menjadi maslahah dan siswa-siswi kelak tidak menjadi orang yang bersifat fanatik.

Faktor Pendukung Dan Penghambat Implementasi At-Tawassuth Ahlus Sunnah Wal

Jama’ah Sebagai Nilai Pendidikan Karakter

Berdasarkan hasil observasi Di Kelas VI MI Khozainul Ulum II Dusun Dondoman Desa

Bojo Asri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan tetang factor-faktor yang menjadi

pendukung dan penghambat Implementasi At-Tawassuth Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Sebagai Nilai Pendidikan Karakter.

Adapun faktor yang menjadi pendukung Implementasi At-Tawassuth Aswaja

sebagai Nilai Pendidikan Karakter Di Kelas VI MI Khozainul Ulum II Dusun Dondoman

Desa Bojo Asri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan adalah komunikasi antar

siswa terjalin baik, sehingga saling tahu, saling mengerti dan saling memahami apa yang

menjadi kekurangannya maupun masing-masing perbedaan karakter antar siswa.

Kesetaraan derajat juga menjadi pendukung Implementasi At-Tawassuth Aswaja sebagai

nilai pendidikan karakter dengan penyetaraan derajat. Maka dengan demikian semua

siswa menganggap semua sama, tidak ada saling membenci meskipun berbeda secara

materi, fisik maupun lainnya, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hamim.S.Pd selaku

Kepala Madrasah, beliau mengungkapkan:

“Faktor yang mendukung Implementasi At-Tawassuth Aswaja sebagai nilai

pendidikan karakter adalah terlaksananya diskusi kelompok dengan siswa supaya terbiasa

bersikap terbuka dengan orang lain dan saling memahami”.21

Beliau juga menambahkan:

“Pendukung implementasi sikap ini yaitu dengan cara kebersamaan antar siswa

harus erat, terutama pada saat mengikuti kegiatan di Madrasah”.22

20

Hasil wawancara dengan Eli Fitrotun Nisa’, Siswi kelas VI Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Desa

Bojoasri, Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan saat jam istirahat belajar (16 April 2016). 21

Hasil wawancara dengan Bapak hamim, S.Pd selaku Kepala Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Desa

Bojoasri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan sekaligus Pengampuh Mata Pelajaran Aswaja saat

wawancara di kantor sekolah, (selasa 19 Mei 2016).

Page 11: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

39

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

“Dalam mensuskseskan pendidikan karakter di Madrasah Ibtida’iyah Khozainul

Ulum II tentunya para pendidik tidak melepaskan dua hal ini, Yakni; memberikan

atention kepada peserta didik yang mentaati dan mengimplementasikan sikap At-

Tawassuth Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Serta memberikan peringatan dan sanksi

kepada siswa yang melanggar atau tidak mengimplementasikan sikap tersebut”.23

Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat Di Kelas VI MI Khozainul Ulum II

Dusun Dondoman Desa Bojo Asri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan ialah;24

a) Kurangnya controling (atau Penendalian)

controling (atau Penendalian) bukanlah hanya sekedar mengendalikan

pelaksanaan belajar mengajar. Namun juga mengawasi siswa sebagaimana bersikap

At-Tawassuth kepada teman, masyarakat. Setelah melalui penendalian atau

pengawasan harus ada evaluasi agar siswa dapat diarahkan kepada target pencapaian

yang memiliki nilai pendidikan karakter.

b) Kurangnya kesadaran siswa

Kurangnya kesadaran diri para siswa terhadap segala ancaman dari ketidak

harmonisan dengan siswa lain juga kurang bersikap terbuka antar siswa. Untuk itu,

sikap tersebut harus dilakukan secara countinue agar tercipta relasi yang harmonis

meskipun terdapat perbedaan argumen pada siswa lain.

c) Peran Orang Tua yang kurang maksimal

Peran orang tua sangat penting terhadap karakter siswa. Karena guru tidak

mungkin dapat mengawasi secara terus menerus. Maka disinilah orang tua harus

mengawasi putra atau putrinya ketika dirumah dengan cara mengontrol sikap At-

Tawassuth, memantau perkembangan siswa setelah memahami sikap-sikap tersebut.

Serta memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral dan

tingkah laku.

Ungkapan senada juga disampaikan oleh Bapak Misbahul Munir, beliau

mengatakan:

“Faktor yang menghambat implementasi At-Tawassuth ini diantaranya

kurangnya peran orang tua dalam mengawasi siswa . Karena kami sebagai

guru tidak bisa mengawasi secara terus menerus, ada saatnya siswa berada

dirumah. Pada saat itu pengawasan orang tua terhadap siswa harus

ditingkatkan agar menjadi siswa yang berkarakter”.25

22

Ibid 23

Ibid 24

Ibid 25

Hasil wawancara dengan Bapak Misbahul Munir saat istirahat di kantor MI Khozainul Ulum II Bojo Asri

(selasa, 19 Mei 2016)

Page 12: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

40

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

Solusi atau optimalisasi Implementasi At-Tawassuth Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Sebagai

Nilai Pendidikan Karakter

Dari berbagai faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

Implementasi At Tawassuth Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter yang terjadi

dilapangan.

Solusi yang dapat memaksimalkan Implementasi At Tawassuth Aswaja sebagai

Nilai Pendidikan Karakter yang yaitu; memfokuskan pengawasan terhadap siswa.

Seorang guru harus mengawasi pelaksanaan belajar mengajar sampai dengan evaluasi

terhadap santri, terutama masalah pengimplementasian bersikap Tasamuh Aswaja sebagai

Nilai Pendidikan Karakter.

Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Madrasah (Bapak Hamim,S.Pd) beliau juga

mengatakan:

“Dari berbagai faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat ada

beberapa solusi bagaimana mengimplementasikan sikap At Tawassuth Aswaja

sebagai Nilai pendidikan karakter di Madrasah ialah selalu mengawasi siswa dalam

mengimplementasikan sikap tawasuth”.26

Saat membina sikap tawassuth Aswaja sebagai nilai pendidikan karakter. Maka

faktor sikap dari diri seseorang dalam menanggapi segala perbedaan yang ada dengan

bersikap baik. Seseorang tidak boleh egois dengan pendapatnya dan menutup telinga

untuk memahami pendapat orang lain. Jika sikap egois ini terus ada maka yang akan

muncul hanyalah pertikaian dan pertengkaran. Untuk menghilangkan sifat ini maka

seseorang harus selalu berfikir positif terhadap orang lain, jangan membanding-

bandingkan diri dengan orang lain, kembangkan empati terhadap orang lain, membiasakan

mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi atau individu.

Penutup

Berdasrkan hasil dari penelitian yang dilaksanakan di lapangan terterah beberapa bab

sebelumnya. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;

1. Implementasi At-Tawassut Ahlus Sunnah Wal jama’ah Sebagai Nilai Pendidikan

Karakter Di Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Dusun Dondoman Desa Bojoasri

Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan. Pembelajaran dapat terlaksana dengan

kondusif, efektif dan efisien. Karena didukung dengan pendidik yang kompeten, sarana

prasarana yang layak dan metodologi pembelajaran yang tidak membosankan. Sehingga

pembelajaran dan penerapannya dapat dikatakan baik.

2. Faktor pendukung dan penghambat Implementasi At-Tawassut Ahlus Sunnah Wal

jama’ah Sebagai Nilai Pendidikan Karakter Di Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II

Dusun Dondoman Desa Bojoasri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan.

Diantaranya komunikasi antar siswa terjalin baik. Selain itu kebersamaan antar siswa

26

Hasil wawancara dengan Bapak hamim, S.Pd selaku Kepala Madrasah Ibtida’iyah Khozainul Ulum II Desa

Bojoasri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan sekaligus Pengampuh Mata Pelajaran Aswaja saat

wawancara di kantor sekolah, (selasa 19 Mei 2016

Page 13: IMPLEMENTASI AT-TAWASSUTH AHLUS SUNNAH WAL …journal.unisla.ac.id/...Tawassuth%20Ahlus%20Sunnah%20Wal%20Jama%92ah…developing a culture ahlussunnah wal jama'ah (commanding the good

41

AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 1, Juni 2016

yang erat dan ketegasan pihak sekolah terhadap siswa yang melanggar aturan Madrasah.

Sedangkan faktor penghambatnya adalah Kurangnya controling (atau Penendalian),

Kurangnya kesadaran siswa dan Peran Orang Tua yang kurang maksimal.

3. Solusi Optimalisasi Implementasi At-Tawassuth Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Sebagai

Nilai Pendidikan Karakter Di Kelas VI MI Khozainul Ulum II Dusun Dondoman Desa

Bojo Asri Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan yaitu memaksimalkan peran

pendidik dan orang tua dalam pengawasan dan mengontrol setiap aktifitas siswa.

Daftar Rujukan

Adien Jauharuddin, Ahlussunah wal Jama’ah Manhajul Harakah Jakarta, PMPI, 2008

Al-qur’an terjemah Bogor: Duta Ilmu, 2014

E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Eni Purwati dkk, Pendidikan Karakter, Menjadi Berkarakter Muslim-Muslimah Indonesia

Surabaya: Kopertais IV Press, 2012

FKILIM, Gerbang Pesantren, Pengantar Memahami Ajaran Ahlussunnah wal

Jama’ah Kediri: Litbang Lembaga Ittihadul Muballigin PP. Lirboyo, 2010

Hasanah muslim, At-Tawasuth wal iqtishad jogjakarta, 2009

Huda kedu jaya, Sikap Tawassuth Aswaja temanggung: Maal, 2011

Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa Jakarta: Baduose Media,

2011

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, psikologi Remaja Perkembangan Peserta Dididik

Jakarta: Bumi Aksara 2010

Muchit muzadi, NU dalam prespektif sejarah dan ajaran Surabaya:khalista, 2007

Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012

Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah Jogjakarta:

Laksana, 2011

Pelangi Mimpi, At-tawsuth Nu Jombang: Posted In Label, 2015

Soelaman Fadeli, Antologi NU Surabaya: Khalista, 2008

Sri juniadi, Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Melalui Penguatan

Pelaksanaan Kurikulum jakarta: Balitbang Kemendiknas, 2010

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan

Jakarta, Kencana, 2011

UURI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, UURI tentang Sisdiknas Bandung:

Fermana, 2012