hubungan antara fear of missing out dengan … · 2018. 5. 3. · kesejahteraan psikologis pengguna...

144
i HUBUNGAN ANTARA FEAR OF MISSING OUT DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PENGGUNA INSTAGRAM PADA MASA TRANSISI MENUJU DEWASA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Angga Dwi Putra NIM : 139114166 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    HUBUNGAN ANTARA FEAR OF MISSING OUT DENGAN

    KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PENGGUNA INSTAGRAM PADA

    MASA TRANSISI MENUJU DEWASA

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun Oleh :

    Angga Dwi Putra

    NIM : 139114166

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • HALAMAN PERS&TUJUAN DOSEN PEMBIMBING

    IIUBT}NGAh{ ANTARA FEAR AF MISSING OTITDENGAN

    KESEJAHTTRAAh{ PSKOLOGIS PENGGTINA INSTAGRAM PADA

    *IASA TRANSISI MEI\IIJJU NEWASA

    Disusun Oleh:

    gEp {f _f:_ Eryr:., R b7^tr

    G)"roK{a*

    Pembimbing Skripsi

    Paulus Eddv S ranssd:.,.'! I .try ?fll

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

    HT]BTJNGAI\ ANTARA FEAR OF MISSING OUT DENGANKESEJAHTERAAhI PSIKOLOGIS PENGGTJNA INSTAGRAM PADA

    MASA TRANSISI MENUJU DEWASA

    Dipersiapkan dan Ditulis Oleh:

    AnggaDwi Putra

    NIM: l39ll4l66

    Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

    Pada tanggal:

    Penguji I

    Penguji 2

    Penguji 3

    Ilan dinyatakan memenuhi syarat

    Susunan Panitia Penguji :

    Nama Lengkap

    Paulus Eddv Suhartanto. M. Si.

    Robertus Landung Eko Prihatmoko, M.Psi.

    Monica E. Madyaningrum, Ph.D.

    Yogy*akartq tI ? ii,u,'. ?018Fakultas Psikologi

    Ijniversitas Sanata Dharma

    da Tansan

    #--4 FFI*rr-\Lf-s'E^47' G) Sg\Fsi-F'E4*r,. A -.of.*o

    "6i:l';SF" tik Kristiyani, M.

    11I

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    Vita Est Milita

    (Hidup Adalah Perjuangan)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Untuk siapapun yang membutuhkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

    tidak memuatkarya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutrpan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta,2Mei 2018

    Peneliti,

    &rrcpFtuo\Angga Dwi Putra

    VI

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    HUBUNGAN ANTARA FEAR OF MISSING OUT DENGAN

    KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PENGGUNA INSTAGRAM PADA

    MASA TRANSISI MENUJU DEWASA

    Angga Dwi Putra

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Fear of missing out (FoMO)

    dengan kesejahteraan psikologis pengguna instagram pada masa transisi menuju dewasa. Hipotesis

    penelitian ini adalah FoMO memiliki hubungan negatif dengan kesejahteraan psikologis pengguna

    instagram pada masa transisi menuju dewasa. Subjek penelitian ini berjumlah 405 orang pengguna

    instagram yang berada pada rentang usia 18-25 tahun. Instrumen yang digunakan untuk mengukur

    data adalah skala adaptasi FoMO milik Przybylski et all dan skala kesejahteraan psikologis milik

    Carol Ryff. Skala FoMO memiliki 7 item dengan koefisien reliabilitas α =0,790 dan skala

    kesejahteraan psikologis berjumlah 36 item dengan koefisien reliabilitas α =0,919. Rentang

    korelasi item-total (rit) skala FoMO adalah 0,347 sampai 0,655 dan rentang korelasi item-total total

    (rit) skala kesejahteraan psikologis adalah 0,292 sampai 0,733. Teknik analisis data menggunakan

    uji korelasi Spearman’s rho karena sebaran data tidak normal. Penelitian ini menghasilkan korelasi

    r=-0,425 dan nilai signifikansi p=0,000

  • viii

    THE RELATION BETWEEN FEAR OF MISSING OUT AND

    PSYCHOLOGICAL WELLBEING INSTAGRAM USER IN EMERGING

    ADULTHOOD

    Angga Dwi Putra

    ABSTRACT

    This research aims to know the correlation between the fear of missing out (FoMO) and the

    psychological wellbeing of instagram users who are in the emerging adulthood. The hypothesis of

    this study is that FoMO has negative relationships with psychological wellbeing of instagram users

    who are in the emerging adulthood. This research studies 405 instagram users who are at the age

    between 18-25 years old. Data instrument used in this research is adapted from FoMO scale

    (Przybylski et all) and Ryff’s psychological wellbeing scale. FoMO Scale has 7 items with

    reliability coefficient α = 0,790 and psychological wellbeing scale has 36 items with reliability

    coefficient α = 0,919. Range of item-total correlation (rit) of foMO scale was 0,347 to 0,655 and

    range of item-total correlation (rit) of psychological wellbeing scale was 0,292 to 0,733.

    Spearman's rho correlation test is used as data analysis technique because the data distribution are

    not normal. This research showed the value of correlation was r= -0,425 with significance level

    p=0,000

  • PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

    KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

    Nama : Angga Dwi Putra

    Nomor Mahasiswa : 1391 14166

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma katya ilmiah saya yang berjudul:

    HUBUNGAN ANTARA FEAR OF MISSING OUTDENGAN

    KE S EJAHTERAAN PSIKOLOGIS PENGGUNA INSTAGRAM PADA

    MASA TRANSISI MENUJU DEWASA

    Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

    mengelolanya, di internet atau media lain untuk kepentingan akadernis tanpa perlu

    meminta izin dari saya maupun mernberikan royalti kepada saya selama tetap

    mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pemyataan ini yang saya

    buat sebenarnva

    Dibuat di Yogy*arta

    Pada tanggal: 2 Mei 2018 .

    Yang menyatakan,

    \'y{rtir$Lffi,nt.i

    ix

    (Angga Dwi Putra)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

    segala berkat, rahmat, dan penyertaan-Nya selama proses penulisan skripsi,

    sehingga penulis dapat mengerjakannya sampai selesai. Terimakasih kepada

    Bapak-Ibu sehingga saya dapat hadir, berkarya dan menikmati dunia ini.

    Terimakasih kepada Romo Bonifasius Hudiono, Pr yang menjadi bapak, pendidik,

    penuntun, penasehat, pendukung (moral dan material) sejak saya lulus SMP

    hingga saat ini. Terimakasih juga untuk Alfonsa Gredya Vania Cindy Axela yang

    dengan sabar menghadapi idealisme, mengingatkan, dan membangkitkan

    optimisme penulis.

    Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

    kepada:

    1. Bapak Johanes Eka Priyatma, Ph.D, selaku Rektor Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta yang dengan sabar memberikan waktu dan atensi

    untuk berdiskusi selama ini.

    2. Romo. Patrisius Mutiara Andalas, SJ, SS, STD, yang telah membimbing,

    menuntun selama saya diberikan kesempatan memimpin di BEM USD.

    3. Ibu Dr. Titik Kristiyanti, M. Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. Selaku Wakil Dekan Fakultas Psikologi dan

    pembimbing ketika persiapan Olimpiade Psikologi Nasional.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    5. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, Ph.D. selaku Kepala Program

    Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    6. Ibu Passchedona Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi., M. A. selaku Wakil

    Kepala Program Studi Fakultas Psikologi.

    7. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. sebagai Dosen Pembimbing

    Skripsi yang dengan sabar dan telaten membimbing penulis sehingga

    skripsi dapat selesai.

    8. Bapak Robertus Landung Eko Prihatmoko, M. Psi., selaku Dosen

    Pembimbing Akademik (2013-2016).

    9. Bapak Drs. H. Wahyudi, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik

    10. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

    membagikan ilmu pengetahuan dan berbagai pengalamannya selama

    peneliti menempuh perkuliahan.

    11. BEM USD Kabinet Driyarkara, Ikatan Lembaga Mahasiswa (ILM)

    APTIK, Gerakan Masyarakat Bhinneka (GMB) Yogyakarta, SEKARNI,

    Taruna Merah Putih (TMP) Yogyakarta, Nutrifood, yang telah menjadi

    wadah untuk saya berkembang secara softskill khususnya bidang

    kepemimpinan.

    12. Kak Anita Gultom, mentor yang senantiasa memberikan arahan dan

    nasihat.

    13. Mas Koko Edwin. Terimakasih karena sudah menjadi teman yang sabar

    dan telaten dalam mengajari penulis SPSS.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    14. Seluruh responden yang telah mengisi skala penelitian. Terimakasih atas

    waktu yang telah diluangkan dan jawaban yang jujur apa adanya.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan

    masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik

    dan saran dari pembaca yang dapat membuat skripsi ini menjadi lebih baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... iii

    HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... vi

    ABSTRAK ........................................................................................................... vii

    ABSTRACT ........................................................................................................ viii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................ 1

    B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 9

    C. TUJUAN PENELITIAN ....................................................................... 10

    D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................... 10

    1. Manfaat Teoritis ............................................................................... 10

    2. Manfaat Praktis ................................................................................. 10

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Kesejahteraan Psikologis ..................................................................... 11

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    1. Definisi Kesejahteraan Psikologis ................................................... 11

    2. Dimensi-Dimensi Kesejahteraan Psikologis ................................... 13

    3. Faktor-faktor Kesejahteraan Psikologis .......................................... 16

    B. Fear of Missing Out ............................................................................. 18

    1. Definisi Fear of Missing Out ......................................................... 18

    2. Indikator-indikator Fear of Missing Out ........................................ 20

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fear of Missing Out ............... 21

    4. Dampak Fear of Missing Out ......................................................... 22

    C. INSTAGRAM ...................................................................................... 23

    D. MASA TRANSISI MENUJU DEWASA ............................................ 25

    E. DINAMIKA ANTAR VARIABEL ..................................................... 26

    F. SKEMA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL .................................... 30

    G. HIPOTESIS PENELITIAN ................................................................ 31

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. JENIS PENELITIAN................................................................................ 32

    B. VARIABEL PENELITIAN ..................................................................... 32

    1. Variabel Dependen ........................................................................ 32

    2. Variabel Independen ..................................................................... 32

    C. DEFINISI OPERASIONAL ..................................................................... 32

    1. Fear of Missing Out....................................................................... 32

    2. Kesejahteraan Psikologis............................................................... 33

    D. SUBJEK PENELITIAN .......................................................................... 34

    E. INSTRUMEN PENELITIAN ................................................................... 34

    1. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 34

    2. Alat Pengumpulan Data ............................................................... 35

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    F. KUALITAS ALAT UKUR ...................................................................... 40

    1. Validitas ........................................................................................ 40

    2. Seleksi Item ................................................................................... 41

    3. Reliabilitas ..................................................................................... 43

    G. ANALISIS DESKRIPTIF ........................................................................ 44

    H. PROSEDUR PENGAMBILAN DATA .................................................. 45

    I. ANALISIS DATA ................................................................................... 45

    1. Uji Asumsi ................................................................................... 45

    2. Uji Hipotesis ................................................................................ 46

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. PELAKSANAAN PENELITIAN ........................................................ 47

    B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN ................................................. 47

    C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ..................................................... 51

    D. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 53

    1. Uji Asumsi ................................................................................... 53

    2. Uji Hipotesis Mayor ..................................................................... 56

    3. Uji Hipotesis Minor ..................................................................... 57

    E. PEMBAHASAN .................................................................................. 58

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN ....................................................................................... 65

    B. SARAN .................................................................................................... 65

    1. Bagi Pengguna Media Sosial Instagram ............................................. 65

    2. Bagi Pemerintah dan Perusahaan Media Sosial.................................. 66

    3. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................... 66

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 68

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 73

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel. 1 : Pemberian nilai skor pada Skala Likert FoMO .................................. 36

    Tabel. 2 : Sebaran item skala FoMO sebelum Try Out........................................ 36

    Tabel. 3 : Pemberian nilai skor pada Skala Likert Kesejahteraan Psikologis ...... 37

    Tabel. 4 : Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis ...................................... 38

    Tabel. 5 : Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis sebelum Try Out .......... 40

    Tabel. 6 : Sebaran item skala FoMO setelah Try Out .......................................... 42

    Tabel. 7 : Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis setelah Try Out ............ 43

    Tabel. 8 : Deskripsi Jenis Kelamin Subjek .......................................................... 47

    Tabel. 9 : Deskripsi Usia Subjek .......................................................................... 48

    Tabel. 10 : Deskripsi Lama Penggunaan Instagram Subjek .................................. 48

    Tabel. 11 : Deskripsi Waktu Subjek dalam Menggunakan Instagram Sehari........ 49

    Tabel. 12 : Deskripsi Waktu Subjek Untuk Menulis caption dan mengedit

    foto/video ............................................................................................. 49

    Tabel. 13 : Deskripsi Akun Instagram yang Diikuti Subjek .................................. 50

    Tabel. 14 : Deskripsi Penggunaan Hashtag (#) Subjek .......................................... 50

    Tabel. 15 : Data Empirik Skala FoMO .................................................................. 51

    Tabel. 16 : Data Empirik Skala Kesejahteraan Psikologis ..................................... 52

    Tabel. 17 : Uji Normalitas ...................................................................................... 54

    Tabel. 18 : Uji Linieritas ........................................................................................ 55

    Tabel. 19 : Uji Hipotesis Mayor ............................................................................. 56

    Tabel. 20 : Uji Hipotesis Minor ............................................................................. 57

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 : SKALA UJICOBA PENELITIAN .................................. 73

    LAMPIRAN 2 : RELIABILITAS SKALA KESEJAHTERAAN

    PSIKOLOGIS DAN FOMO ........................................... 92

    LAMPIRAN 3 : SKALA PENELITIAN .................................................. 104

    LAMPIRAN 4 : HASIL MEAN TEORITIK DAN MEAN EMPIRIK .... 117

    LAMPIRAN 5 : HASIL UJI NORMALITAS .......................................... 119

    LAMPIRAN 6 : HASIL UJI LINIERITAS .............................................. 121

    LAMPIRAN 7 : HASIL UJI HIPOTESIS MAYOR ................................ 123

    LAMPIRAN 7 : HASIL UJI HIPOTESIS MINOR .................................. 125

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Salah satu hasil dari perkembangan teknologi adalah hadirnya

    beraneka ragam media sosial. Media sosial merupakan komunitas virtual

    berbasis website yang memungkinkan untuk membuat profil individu

    maupun publik (Oberst, Wegmann, Stodt, & Brand, 2017). Kehadiran

    media sosial menyediakan ruang bagi seseorang untuk melakukan

    komunikasi aktif dengan orang lain dan memudahkan dalam mengakses

    informasi baru (Burke, Marlow, & Lento, 2010). Pendapat senada

    diungkapkan oleh Przybylski, Murayama, Dehaan, dan Gladwell (2013)

    yang mengatakan media sosial memudahkan seseorang dalam mengakses

    informasi yang sedang terjadi terkait aktivitas, kegiatan, dan percakapan.

    Media sosial menarik perhatian orang-orang pada masa ini karena

    dapat digunakan sebagai sarana yang mudah dan penting untuk menjaga

    koneksi sosial serta memuaskan kebutuhan sosial seseorang (Shapiro dan

    Margolin, 2013; Lee dan Chiou, 2013). Media sosial menarik karena

    memiliki fungsi untuk membangun identitas sosial dan memenuhi

    kebutuhan popularitas (Oberst, Renau, Chamarro, dan Carbonell, 2016;

    Utz, Tanis, dan Verm eulen, 2012). Hal ini menyebabkan media sosial

    menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam banyak hal pada kehidupan

    (Lenhart, 2015; Sampasa-Kanyinga & Lewis 2015).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Media sosial memberikan kemudahan dalam mengakses dan

    menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung yang menarik sehingga

    pengguna memiliki kecenderungan untuk berinteraksi sosial dan

    terhubung dengan teman-teman, keluarga, dan kerabat melalui gadget

    mereka. Alt (2015) mengatakan generasi millennial saat ini memiliki

    karakteristik untuk senantiasa terhubung dengan teknologi informasi dan

    mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi untuk mengerjakan banyak

    tugas dalam satu waktu. Gemmill & Peterson dalam Alt (2015)

    mengatakan kehadiran media sosial di satu sisi juga membantu seseorang

    untuk mendapatkan dukungan sosial ketika sedang mengalami stres,

    masalah pribadi, kesulitan akademik, dan tekanan sosial.

    Terdapat beraneka ragam bentuk media sosial yang digunakan saat

    ini, salah satunya adalah Instagram. Instagram merupakan platform yang

    memungkinkan seseorang untuk mengambil, mengedit, dan mengunggah

    foto serta video dengan mudah dan dalam satu rangkaian. Per September

    2017, Instagram memiliki 500 juta pengguna aktif harian (Balakrishna &

    Boorstin, 2017). Informasi yang peneliti dapatkan menunjukkan bahwa

    jumlah pengguna Instagram di Indonesia mencapai lebih dari 45 juta orang

    (Ali & Hidayat, 2017). Jumlah ini akan terus meningkat karena Instagram

    senantiasa berinovasi memberikan fasilitas-fasilitas yang menarik. Situs

    tersebut juga menginformasikan bahwa pengguna Instagram di Indonesia

    sangat produktif dalam menciptakan dan mengunggah foto atau video.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Pengguna di Indonesia menghasilkan Instagram Story, salah satu

    layanan dalam Instagram, terbanyak di dunia, jumlahnya dua kali lipat

    dibanding rata-rata global (Ali & Hidayat, 2017). Berdasarkan data yang

    dikumpulkan dari perusahaan penyedia data statistik untuk kepentingan

    bisnis, NapoleonCat menunjukkan setidaknya terdapat 40% dari pengguna

    Instagram di Indonesia atau sekitar 18 juta pengguna di Indonesia berada

    pada rentang usia 18-25 tahun (napoleoncat, 2017). Berdasarkan fakta

    tersebut, pengguna Instagram di Indonesia masih masuk dalam emerging

    adulthood atau masa transisi menuju dewasa.

    Masa transisi menuju dewasa merupakan masa perkembangan

    seseorang yang terjadi pada usia 18-25 tahun (Arnett, 2000). Masa ini

    muncul setelah seseorang melepaskan masa remaja tetapi belum memiliki

    tanggung jawab sebagai orang dewasa. Masa ini ditandai dengan semangat

    seseorang dalam mengeksplorasi kesempatan-kesempatan yang ada di

    sekitarnya dalam hal percintaan, pekerjaan, maupun cara pandangannya

    terhadap dunia (Arnett, 2000). Sependapat dengan pernyataan tersebut,

    Berk (2012) mengatakan, umumnya orang-orang pada masa transisi

    menuju dewasa senantiasa mengeksplorasi potensi-potensi dirinya dalam

    upaya untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik dan sesuai

    dengan minatnya. Usaha tersebut sekaligus berperan bagi kemajuan

    identitas seseorang. Kemp (2017) mengatakan rata-rata durasi penggunaan

    media sosial dalam sehari adalah 3 jam 16 menit.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Dalam upaya mencegah terjadinya tindakan dan dampak negatif

    penggunanya, Instagram telah menyediakan layanan yang memungkinkan

    seseorang melaporkan sesuatu yang berisikan tentang hal-hal yang

    melanggar aturan hukum. Instagram menyediakan tata cara melaporkan

    unggahan yang berisikan penyalahgunaan, spam, berita bohong, dan ujaran

    kebencian. Instagram tidak segan untuk menutup akun yang memiliki

    konten melanggar ketentuan dan hukum yang berlaku.

    Pemerintah juga memiliki Undang-Undang Informasi dan

    Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur perilaku pengguna internet

    di Indonesia. Dengan adanya UU ITE, aparat penegak hukum memiliki

    wewenang yang besar untuk menangkap pelaku penyalahgunaan informasi

    dunia maya. Haidar (21) ditangkap oleh Unit IV Cyber Crime Subdit II

    Ditreskrimsus Polda Jatim karena telah melakukan tindakan pidana

    menyebarkan berita SARA. Pelaku mengunggah konten negatif dan ujaran

    kebencian terhadap Presiden dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia

    melalui akun instagramnya, @haidar_bsa (Fahlevi, 2017). Seorang

    mahasiswa bernama Dodik Ihwanto ditangkap polisi karena telah

    melakukan penghinaan terhadap Ibu negara Iriana Jokowi. Melalui akun

    instagramnya @warga_biasa, Dodik mengunggah foto ibu Iriana Jokowi

    dengan kalimat yang menghina (Habibie, 2017). Alasan kedua pelaku,

    yaitu untuk mengkritik dan menunjukkan sikap tidak senang pada

    pemerintah menggunakan ujaran kebencian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Perilaku di atas menunjukkan bahwa pelaku memiliki kemampuan

    yang rendah dalam penguasaan lingkungan dan relasi dengan orang lain.

    Kedua kemampuan tersebut merupakan bagian dari dimensi psychological

    wellbeing (Ryff, 1995). Psychological wellbeing (yang selanjutnya akan

    disebut kesejahteraan psikologis) adalah kemampuan seseorang untuk

    mengenali diri dan mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang

    dimiliki (Ryff, 1995). Kesejahteraan psikologis sendiri secara umum

    didefinisikan sebagai kemampuan seseorang berusaha berfungsi

    sepenuhnya dan menunjukkan potensi yang unik dalam dirinya (Ryff,

    1995).

    Ryff (2014) mengatakan bahwa secara konseptual kesejahteraan

    psikologis memiliki perbedaan dengan subjective wellbeing. Kesejahteraan

    psikologis menekan pada perspektif eudaimonia yang artinya

    kesejahteraan diperoleh ketika seseorang menerima dirinya dan bertindak

    dengan nilai-nilai yang bermakna, bertujuan, dan membawa kesejahteraan

    bagi orang lain (Ryff, 2014). Ryff (2014) mengatakan eudaimonia

    memiliki persamaan konsep dengan self-actualization milik Maslow dan

    fully functioning person milik Roger. Sedangkan subjective wellbeing

    menekan pada perspektif hedonic yang artinya kesejahteraan didapatkan

    oleh seseorang ketika menilai hidupnya memuaskan dan lebih banyak

    merasakan perasaan positif (senang, puas) dibandingkan perasaan negatif

    (sedih) (Diener, 1984).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Kesejahteraan psikologis memiliki enam dimensi (Ryff, 1995).

    Pertama, self-acceptance yang berarti memiliki pengetahuan dan

    penerimaan terhadap diri mereka sendiri, termasuk kesadaran akan

    keterbatasan personal. Kedua, positive relation with others yang tampak

    dari kedalaman hubungan yang seseorang miliki dengan orang lain.

    Ketiga, autonomy yang memiliki arti apakah seorang individu memiliki

    keyakinan dengan diri mereka sendiri. Keempat, environmental mastery

    yang diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengelola situasi

    kehidupannya dengan baik. Kelima, purpose in life yang merupakan

    sejauh mana individu merasa hidup mereka memiliki makna, tujuan dan

    arahan. Keenam, personal growth yang merupakan kemampuan individu

    untuk memanfaatkan bakat dan potensi.

    Berdasarkan rangkuman Carol Ryff (2014) keenam dimensi

    tersebut menunjukkan kesejahteraan psikologis menjadi isu yang penting

    untuk diteliti karena memiliki perbedaan dari kesejahteraan lainnya.

    Kesejahteraan psikologis yang rendah sering dikorelasikan dengan

    berbagai dampak negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Qutaiba & Tamie

    (2013) menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis memiliki korelasi

    negatif dan signifikan dengan agresi. Hal ini secara tidak langsung

    disebabkan perasaan negatif, tidak bahagia dalam berinteraksi dengan

    orang lain, dan kontrol diri yang rendah (Qutaiba & Tamie, 2013).

    Penelitian lain mengungkapkan kesejahteraan psikologis berhubungan

    negatif dengan kecenderungan neurotik (Ryff, 2014). Dengan demikian,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    seseorang yang rendah pada semua dimensi kesejahteraan psikologis

    memiliki kecenderungan neurotik yang tinggi.

    Terdapat beberapa penelitian yang mengorelasikan kesejahteraan

    psikologis dengan berbagai variabel seperti perkembangan (Cheng, 2009),

    penuaan (Ward, 2010), kepribadiam (Schmutte & Ryff, 1997),

    pengalaman keluarga (Crespo, Kielpikowski, Pryor, & Jose, 2011), dan

    kecemasan (Heidrich, 1995). Terdapat fenomena yang berkaitan dengan

    kecemasan, yaitu Fear of missing out (FoMO). Penelitian ini akan

    berfokus pada FoMO karena FoMO menjadi tanda kesejahteraan

    psikologis seseorang cenderung negatif (Beyens et al, 2016). Hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Alt (2016) menunjukkan bahwa

    meningkatnya FoMO membuat seseorang memiliki emosi negatif,

    penguasaan lingkungan rendah, dan relasi negatif dengan orang lain.

    FoMO dipaparkan sebagai ketakutan seseorang akan kehilangan

    kesempatan sosial sehingga mendorong untuk selalu terkoneksi secara

    terus menerus dengan orang lain dan mengikuti berita terbaru tentang

    segala sesuatu yang orang lain lakukan (Przybylski et al, 2013). Perasaan

    takut, cemas dan khawatir yang muncul tersebut membuat seseorang tidak

    mampu untuk menguasai lingkungan, menjalin relasi positif dengan orang

    lain, dan penerimaan diri (Beyens et al, 2016). Seseorang yang memiliki

    tingkat FoMO tinggi akan merasa cemas, khawatir berlebihan dan

    menganggap bahwa orang lain sedang melakukan kegiatan yang sangat

    menyenangkan (Przybylski et al, 2013).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Penelitian lain yang dilakukan Adams, Williford, Vaccaro, Kisler,

    Francis, & Newman (2016) melaporkan FoMO menyebabkan pelajar

    menunda waktu untuk tidur. Mereka takut untuk segera tidur karena

    sesuatu yang menyenangkan dan penting mungkin akan terjadi terlebih

    ketika mengetahui teman sosial media mereka sedang melakukan aktivitas

    lain. Hal senada diungkapkan oleh Przybylski et al (2016) yang

    menyatakan individu dengan tingkat FoMO yang tinggi lebih cenderung

    mengalami perasaan bermacam-macam ketika menggunakan media sosial

    sehingga mendorong seseorang untuk selalu terkoneksi. Penelitian yang

    dilakukan Lai, Altavilla, Ronconi, dan Aceto (2016) terhadap 26 orang

    partisipan dengan metode eksperimen menunjukkan FoMO memiliki

    hubungan terhadap pengaktifan Lobus temporal tengah bagian kanan.

    Individu dengan level FoMO yang tinggi tampaknya memiliki perhatian

    besar terhadap pikiran orang lain dan menunjukkan kebutuhan yang tinggi

    untuk diterima. Beyens et al (2016) mengatakan terdapat juga hubungan

    antara FoMO dan perasaan stres pada seseorang kaitannya dengan

    penggunaan sosial media Facebook.

    Sejauh ini belum banyak penelitian yang berkaitan dengan ranah

    psikologi pada penggunaan Instagram. Salah satu penelitian yang

    berkaitan dengan keduannya adalah tentang motivasi pada pengguna

    Instagram (Sheldon, Raueshnable, Antony, & Car, 2017). Laporan dari

    Royal Society for Public Health, Instagram menempati posisi pertama

    yang memberikan dampak negatif terhadap kesejahteraan seseorang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    (RSPH, 2017). Beyens et al (2016) menyarankan kepada penelitian

    selanjutnya untuk lebih meneliti hubungan FoMO dengan wellbeing. Oleh

    sebab itu hal ini semakin mendorong penelitian saat ini untuk mengetahui

    hubungan kesejahteraan psikologis dengan FoMO pengguna Instagram

    pada masa transisi menuju dewasa.

    B. Rumusan Masalah

    Pengguna media sosial instagram di Indonesia didominasi oleh

    individu yang berada pada rentang usia 18-25 tahun, yaitu sebesar 18%

    atau 18 juta pengguna (napoleoncat, 2017). Menurut teori perkembangan,

    usia tersebut masuk pada masa transisi menuju dewasa (Arnett, 2000).

    Masa transisi menuju dewasa merupakan suatu masa yang penting bagi

    individu untuk mengekplorasi potensi-potensi diri dalam rangka

    mempersiapkan masa depan yang lebih baik (Berk, 2012). Individu yang

    memiliki kesejahteraan psikologis dengan level yang tinggi memiliki

    kemampuan untuk mengenali diri dan membangkan diri sesuai dengan

    potensi yang dimiliki (Ryff, 1995). Pada kenyataannya terdapat beberapa

    kasus di Indonesia yang menunjukkan rendahnya kesejahteraan psikologis

    pengguna instagram pada masa transisi menuju dewasa (Fahlevi, 2017;

    Habibie, 2017). Beyens et al (2016) mengatakan FoMO menjadi tanda

    kesejahteraan psikologis seseorang cenderung negatif. Berdasarkan

    pemaparan tersebut, rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Apakah ada hubungan FoMO dengan kesejahteraan psikologis

    penggunaan Instagram pada masa transisi menuju dewasa ?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan FoMO dengan

    kesejahteraan psikologis penggunaan Instagram pada masa transisi menuju

    dewasa.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoretis

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan

    dan informasi dalam bidang ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Klinis

    tentang hubungan atau korelasi FoMO dengan kesejahteraan

    psikologis pengguna Instagram pada masa transisi menuju dewasa dan

    menjadi salah satu referensi bagi penelitian lebih lanjut dengan topik

    yang sama.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini dapat memberikan wawasan pengetahuan bagi

    masyarakat luas khususnya pengguna Instagram pada masa transisi

    untuk berefleksi terkait FoMO dan kesejahteraan psikologis. Jika

    hipotesis-hipotesis yang diajukan terbukti, penelitian ini dapat

    dijadikan acuan pemerintah dan perusahaan media sosial untuk

    mempromosikan penggunaan media sosial secara sehat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kesejahteraan Psikologis

    1. Definisi Kesejahteraan Psikologis

    Pada tahun 1980-an sudah mulai dirumuskan tentang fungsi

    manusia positif (Ryff, 2014). Pada tahun-tahun berikutnya mulai

    berkembang riset berkaitan dengan wellbeing. Walaupun demikian,

    sampai tahun 1995, perkembangan pengetahuan psychology wellbeing

    senantiasa tertinggal dibanding pengetahuan disfungsi psikologi (Ryff,

    1995). Banyaknya studi tentang permasalahan psikologi

    mengkerdilkan literatur psikologi positif. Hal ini tampak dari stigma

    bahwa seorang dilihat sehat secara mental ketika tidak menderita

    kecemasan, depresi dan bentuk gejala gangguan psikologis lainnya

    (Ryff, 1995). Oleh sebab itu Ryff memutuskan untuk cenderung

    menekuni penelitian tentang psychology wellbeing dengan

    menggunakan kalimat yang bernada positif sehingga ada harapan baru

    perkembangan fungsi manusia positif.

    Secara harfiah psychology wellbeing diartikan sebagai

    kesejahteraan psikologis. Sejak dua dekade lalu, Ryff mengajukan

    model kesejahteraan psikologis. Ryff (2014) mengatakan dasar

    konseptual filosofi dari kesejahteraan psikologis terletak pada

    rumusan yang diberikan Aristoteles tentang kebaikan manusia

    tertinggi. Arsitoteles menyebutnya dengan eudaimonia (Aristoteles

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    dalam Ryff, 2014). Aristoteles mengklaim kebaikan manusia bukan

    berupa kebahagiaan, merasa baik-baik saja atau hasrat yang

    terpuaskan tetapi aktivitas-aktivitas jiwa yang sesuai dengan

    kebajikan, yang oleh Aristoteles dijabarkan bahwa perlu usaha untuk

    mencapai yang terbaik. Hal tersebut ada di dalam diri kita.

    Eudaimonia berisikan 2 hal esensi: pertama, mengenal diri sendiri,

    dan kedua, menjadi diri sendiri. Seiring berjalannya waktu konsep ini

    mengalir secara alami pada teori-teori psikologi.

    Ryff berpendapat terdapat tiga literatur teori psikologi yang

    menjadi pedoman untuk memahami makna kesejahteraan psikologi.

    Pertama, psikologi perkembangan menawarkan gambaran tentang

    kesejahteraan yang berkembang secara berkelanjutan sepanjang hidup

    seseorang. Perspektif ini termasuk model Erikson tentang tahapan

    perkembangan psikososial, Buhler tentang kecenderungan dasar hidup

    seseorang yaitu mencapai kepenuhan hidup, dan penjelasan Neugarten

    tentang perubahan kepribadian pada masa dewasa dan usia tua. Kedua,

    psikologi klinis juga menawarkan rumusan kesejahteraan seperti

    konsep aktualisasi diri Maslow, pandangan Rogers tentang manusia

    yang berfungsi seutuhnya, pandangan Jung tentang Individuasi, dan

    konsep Allport tentang kedewasaan atau maturiti. Ketiga, literatur

    kesehatan mental mencakup rumusan Jahoda tentang kriteria positif

    kesehatan mental dan konsep Birren tentang fungsi positif dalam

    kehidupan kelak (Ryff, 1995). Berbagai kerangka fungsi positif di atas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    dijadikan satu dan disajikan sebagai dasar teori untuk

    menggeneralisasi modal multidimensi kesejahteraan. Dimensi tersebut

    mencakup penerimaan diri, relasi positif dengan orang lain, otonomi,

    penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pengembangan diri.

    Berdasarkan pemaparan di atas, kesejahteraan psikologis adalah

    pencapaian seseorang ketika memiliki keyakinan terhadap diri,

    mampu mengelola situasi hidup, memanfaatkan bakat dan potensi,

    memiliki hubungan dengan orang lain, merasa hidup bermakna dan

    bertujuan, serta menerima keadaan diri dengan segala kelebihan dan

    kekurangan.

    2. Dimensi-Dimensi Kesejahteraan Psikologis

    Berdasarkan Carol Ryff dan koleganya dalam Papalia (2007)

    berikut ini adalah dimensi-dimensi dari kesejahteraan psikologis:

    a. Penerimaan diri

    Penerimaan diri dalam hal ini memiliki arti pengetahuan dan

    penerimaan terhadap diri sendiri, termasuk kesadaran akan

    keterbatasan personal. Individu yang memiliki skor penerimaan

    diri yang tinggi memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri,

    mengakui dan menerima kualitas baik dan buruk dirinya dan

    merasa positif dengan kehidupan pada masa lalunya. Individu

    dengan skor penerimaan diri yang rendah merasa tidak puas

    dengan diri sendiri, kecewa dengan segala sesuatu yang telah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    terjadi pada masa lalu, bermasalah dengan kualitas pribadi, dan

    ingin menjadi orang lain.

    b. Relasi positif dengan orang lain

    Relasi positif dengan orang lain tampak dari kedalaman

    hubungan yang seseorang miliki dengan orang lain. Individu

    dengan skor relasi positif yang tinggi memiliki hubungan yang

    hangat, memuaskan, dan saling percaya dengan orang lain. Selain

    itu prihatin dengan kesejahteraan orang lain, memiliki empati yang

    besar, serta kasih sayang dan keintiman dalam berelasi. Individu

    dengan skor relasi positif dengan orang lain yang rendah memiliki

    sedikit hubungan dekat dan kepercayaan dengan orang lain.

    Mereka merasa sulit untuk bersikap hangat, terbuka, dan prihatin

    dengan orang lain. Selain itu, mereka cenderung tidak mau

    berkompromi untuk mempertahankan ikatan dengan orang lain.

    c. Otonomi

    Otonomi memiliki arti apakah seorang individu memiliki

    keyakinan dengan diri mereka sendiri. Individu dengan skor

    otonomi yang tinggi mampu menentukan diri dan independen.

    Individu seperti ini mampu menahan tekanan supaya dapat tetap

    dapet berpikir dan bertindak dengan tepat. Selain itu individu ini

    juga dapat mengatur perilaku dari dalam diri dan mengevaluasi

    diri. Individu dengan skor otonomi rendah cenderung

    memperhatikan harapan dan evaluasi dari orang lain sehingga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    keputusan penting bergantung pada orang lain. Tekanan sosial

    mendorong individu seperti ini berpikir dan bertindak sesuai

    keinginan orang lain.

    d. Penguasaan lingkungan

    Penguasaan lingkungan dalam hal ini diartikan sebagai

    kemampuan individu untuk mengelola situasi kehidupannya

    dengan baik. Individu dengan skor penguasaan lingkungan yang

    tinggi mampu mengontrol kegiatan eksternal yang kompleks,

    memanfaatkan kesempatan di sekitar secara efektif, dan mampu

    memiliki konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi.

    Individu dengan skor penguasaan lingkungan yang rendah

    memiliki kesulitan dalam mengatur urusan sehari-hari, merasa

    tidak dapat memperbaiki lingkungan sekitarnya, tidak menyadari

    peluang, dan cenderung tidak mampu untuk mengontrol dunia luar.

    e. Tujuan hidup

    Tujuan hidup merupakan sejauh mana individu merasa hidup

    mereka memiliki makna, tujuan dan arahan. Individu yang

    memiliki skor tinggi pada tujuan hidup merasa memiliki makna

    dari pengalaman masa lalunya, memiliki keyakinan yang memberi

    tujuan hidup, dan memiliki tujuan untuk hidup. Individu dengan

    skor tujuan hidup rendah cenderung tidak memiliki makna dalam

    hidup, memiliki sedikit tujuan hidup, tidak dapat memaknai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    peristiwa kehidupan masa lampau, dan tidak memiliki kepercayaan

    yang memberikan makna hidup.

    f. Pengembangan diri

    Merupakan kemampuan individu untuk memanfaatkan bakat

    dan potensi. Individu dengan skor pengembangan diri tinggi

    memiliki perasaan terus berkembang, terbuka dengan pengalaman

    baru, menyadari potensi yang ada dalam dirinya, dan senantiasa

    memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Individu dengan skor

    rendah pada dimensi ini cenderung stagnan, tidak memiliki daya

    untuk memperbaiki diri dari waktu ke waktu, merasa bosan dan

    tidak tertarik dengan kehidupan, dan merasa tidak mampu

    mengembangkan sikap dan perilaku baru.

    3. Faktor-Faktor Kesejahteraan Psikologis

    a. Perkembangan dan Usia

    Seseorang yang senantiasa mampu menunjukkan kemajuan

    dalam melalui tugas perkembangan pada kehidupan dewasa

    memiliki hubungan kesejahteraan yang tinggi (Ryff, 2014).

    Walaupun demikian penuaan cenderung mengakibatkan penurunan

    pada dimensi tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi.

    Seseorang yang merasa muda tetapi tidak ingin menjadi lebih muda

    dilaporkan memiliki kesejahteraan yang tinggi (Ryff, 2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    b. Jenis kelamin

    Wanita pada segala usia dilaporkan secara konsisten menilai

    diriniya memiliki hubungan positif yang lebih tinggi dibanding pria

    dan perempuan cenderung memiliki skor yang tinggi pada

    pertumbuhan personal dibanding pria (Ryff, 1995). Untuk keempat

    dimensi kesejahteraan psikologi lainnya tidak ada perbedaan

    signifikan yang ditunjukkan pria dan wanita.

    c. Kepribadian

    Psikologi memiliki perhatian tentang hubungan kesejahteraan

    dengan perbedaan individual, seperti sifat kepribadian. Dengan

    menggunakan model big five ditemukan bahwa keterbukaan pada

    pengalaman memiliki hubungan dengan pertumbuhan pribadi,

    agreeableness memiliki hubungan dengan relasi positif terhadap

    orang lain, dan extraversion, conscientiousness dan neuroticism

    semuanya memiliki hubungan dengan penguasaan lingkungan,

    tujuan hidup dan penerimaan diri (Ryff, 2014).

    d. Social Networking Sites (SNSs)

    Kross, Verduyn, Demiralp, Park, Lee, Lin, Shablack, Jonides,

    Ybarra (2013) mengatakan bahwa penggunaan SNSs berpotensi

    berdampak membahayakan bagi kesejahteraan seseorang. Terdapat

    hubungan antara stress dengan ketakutan ketika seseorang tidak

    terkoneksi (Beyens et al, 2016). Dilaporkan juga remaja mengalami

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    gangguan tidur disebabkan memiliki dorongan kuat untuk

    menggunakan SNSs sepanjang waktu (Adams et al, 2016).

    B. Fear of Missing Out

    1. Definisi Fear of Missing Out

    Turkle dalam Przybylski et al (2013) mengatakan kemajuan

    teknologi memediasi komunikasi dan membawa dampak positif

    maupun negatif. Dia berpendapat seseorang yang tertambat pada

    teknologi akan selalu berusaha untuk berkomunikasi dan terhubung

    melalui teknologi tersebut sehingga seringkali mengganggu

    pengalaman sosial yang secara nyata sedang terjadi. Kecenderungan

    seseorang untuk berusaha selalu terhubung karena takut akan

    kehilangan momen disebut fear of missing out (FoMO).

    FoMO merupakan konstruk kepribadian yang relatif baru

    sehingga sangat sedikit literatur dan teori pendukung yang tersedia

    (Oberst et al, 2017). Tidak diketahui pasti kapan istilah ini muncul

    tetapi laporan FoMO dibahas oleh dua jurnalis The New York Times

    (Wortham, 2011) dan San Francisco Chronicle (Morford, 2010).

    Wortham (2011) menyatakan FoMO mungkin merupakan sumber

    perasaan negatif atau perasaan depresi karena dapat melemahkan

    perasaan bahwa seseorang telah membuat keputusan terbaik dalam

    hidupnya. Morford (2010) mengatakan dorongan adiktif terhadap

    peristiwa yang dianggap luar biasa dan terjadi di sekitar yang akan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    menjadi seperti mimpi buruk ketika tidak terlibat di dalamnya. Selain

    keduanya, J. Walter Thompson Intelligence (JWT), sebuah lembaga

    riset, penemuan, dan inovasi. JWT (2012) mengungkapkan bahwa

    FoMO merupakan perasaan tidak nyaman dan kadang-kadang

    membuat perasaan bahwa anda kehilangan. Lebih lanjut, media sosial

    membuat orang menyadari hal-hal yang mungkin tidak mereka

    ketahui. Hal ini dapat memicu keinginan untuk berpartisipasi dalam

    diri seseorang.

    Untuk pertama kalinya Przybylski et al (2013) melakukan riset

    mengembangkan dasar empiris dan teoretis untuk membingkai

    fenomena FoMO. Przybylski et al (2013) mengartikan FoMO sebagai

    kekhawatiran yang dirasakan seseorang bahwa orang lain mungkin

    melakukan pengalaman memuaskan, hal ini mendorong untuk

    terhubung secara terus menerus. Dia menggunakan self-determination

    theory (SDT; Deci & Ryan, 1985), sebuah teori makro tentang

    motivasi manusia yang menyediakan sudut pandang yang berguna

    untuk membingkai dasar empiris pemahaman FoMO. Melalui sudut

    pandang teori ini FoMO dipahami sebagai bentuk regulasi diri yang

    muncul akibat kurangnya kepuasan kebutuhan dasar psikologi

    seseorang. Dengan kata lain rendahnya kebutuhan psikologi

    memungkinkan meningkatkan sensitivitas FoMO seseorang.

    Berdasarkan gagasan dan definisi di atas maka dapat

    disimpulkan bahwa fear of missing out (FoMO) adalah perasaan takut,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    khawatir, dan cemas yang muncul karena anggapan bahwa kejadian,

    pengalaman atau pembicaraan yang sedang dialami oleh orang lain

    lebih memuaskan sehingga mendorong seseorang untuk senantiasa

    terkoneksi melalui media sosial

    2. Indikator-indikator Fear of Missing Out

    Berdasarkan penelitian Przybylski et al (2013) peneliti melihat

    terdapat 3 indikator-indikator dari FoMO. Indikator-indikator ini

    didasarkan atas rangkuman dari tulisan populer dan survei industri

    oleh Przybylski et al tentang FoMO (JWT, 2012; Morford, 2010;

    Wortham, 2011). Indikator- indikator tersebut sebagai berikut:

    a. Ketakutan

    Ketakutan diartikan sebagai keadaan emosional yang

    timbul pada seseorang yang merasa terancam ketika seseorang

    sedang terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau

    pengalaman atau percakapan dengan pihak lain.

    b. Kekhawatiran

    Kekhawatiran diartikan sebagai perasaan yang timbul

    ketika seseorang menemukan bahwa orang lain sedang mengalami

    peristiwa menyenangkan tanpanya dan merasa telah kehilangan

    kesempatan bertemu dengan orang lain.

    c. Kecemasan

    Kecemasan diartikan sebagai respons seseorang terhadap

    sesuatu yang tidak menyenangkan ketika seseorang sedang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau

    pengalaman atau percakapan dengan pihak lain.

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fear of Missing Out

    a. Usia dan Gender

    Survei yang dilakukan lembaga komunikasi pemasaran

    terkemuka, JWT (2012) ditemukan bahwa laki-laki (dari Amerika)

    lebih mudah mengalami FoMO melalui media sosial. Mereka

    merasa kehilangan ketika melihat teman-teman sebaya melakukan

    aktifitas tanpanya. Sejalan dengan bukti penelitian tersebut,

    penelitian yang dilakukan oleh Przybylski et al (2013) menemukan

    bahwa partisipan muda dan berjenis kelamin laki-laki memiliki

    kecenderungan memiliki level FoMO tinggi. Tidak ada bukti

    perbedaan tingkat FoMO pada gender antar orang yang lebih tua.

    b. Penggunaan SNSs

    Teknologi memainkan peran yang signifikan dalam

    menjaga konektivitas dengan orang-orang di sekitar. McMahon &

    Pospisil dalam Alt (2015) mengatakan generasi saat ini memiliki

    fokus pada interaksi sosial dan konektivitas dengan teman,

    keluarga, dan kolega menggunakan media sosial pada mobile

    phone. Alabi (2013) mengungkapkan media sosial dapat

    mendorong seseorang berperilaku adiktif.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    c. Motivasi

    Studi yang dilakukan Przybylski et al (2013)

    mengindikasikan bahwa individu yang rendah akan kepuasan

    kebutuhan psikologi terhadap kompetensi, otonomi, dan hubungan

    dengan orang lain dilaporkan memiliki level FoMO yang tinggi.

    4. Dampak Fear of Missing Out

    Prsybylski et al (2013) menemukan bukti tingginya level FoMO

    berhubungan dengan rendahnya suasana hati dan kepuasan akan

    kebutuhan dasar psikologis seseorang untuk kompetensi, otonomi, dan

    relasi. Hal ini disebab FoMO membuat seseorang tidak mampu untuk

    mengendalikan ketakutan akan kehilangan suatu hal dalam dirinya,

    sehingga berdampak pada ketidakmampuan dalam emosi dan perilaku.

    FoMO akan membuat seseorang senantiasa terikat dengan

    media sosial yang dimiliki. FoMO membuat seseorang mengalami

    kesusahan tidur (Adams et al, 2016). Hal ini disebabkan karena

    seseorang merasa cemas apabila orang lain sedang mengalami

    peristiwa menarik, sehingga orang senantiasa terkoneksi dengan

    gawainya.

    Alt (2015) menemukan FoMO memiliki hubungan dengan tidak

    adanya motivasi seseorang untuk belajar. Sebaliknya, Beyens et al

    (2016) rendahnya FoMO membuat seseorang menjadi tidak stres

    dalam menggunakan media sosial. Orang menjadi memahami

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    penggunaan sosial media dan tidak sensitif dengan umpan balik orang

    lain terhadap unggahannya (Beyens et al, 2016).

    C. Instagram

    a. Ikhtisar Instagram

    Instagram adalah jejaring media sosial yang memungkinkan

    pengguna untuk mengambil foto atau video yang kemudian dapat

    dibagikan pada pengguna Instagram lainnya (Frommer, 2010).

    Instagram diluncurkan pada 2010 sebagai aplikasi berbagi photo dan

    video. Saat ini lebih dari 600 juta pengguna aktif setiap bulan dan

    menduduki sebagai aplikasi media sosial paling terkenal. Di Indonesia,

    pengguna Instagram lebih dari 45 juta. Pengguna Instagram dapat

    menggunakan fitur edit foto dan mengunggahnya dengan kualitas

    gambar yang tinggi (Lee, Lee, Moon, dan Sung, 2015).

    Aplikasi yang sederhana dan kreatif ini memungkinkan

    pengguna untuk membagikan dan mengetahui tentang kehidupan

    orang lain melalui foto. Tidak seperti Twitter dan Facebook, Instagram

    lebih mengunggulkan gambar untuk menciptakan budaya visual yang

    kuat. Instagram tampil sebagai album foto virtual. Instagram beberapa

    jenis filter yang dapat digunakan pengguna untuk mengubah warna

    dan resolusi foto/video sebelum diunggah ke akun instagram mereka.

    Fitur lain adalah photo map, seorang pengguna dapat memberitahukan

    lokasi foto tersebut diambil dan diunggah. Pada aplikasi ini, pengguna

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    lain dapat memberikan “like” dan komentar pada foto yang diunggah.

    Pada aplikasi ini kita dapat menggunakan hashtag atau tanda pagar (#)

    yang berfungsi untuk memudahkan pengguna mendapatkan konten

    yang spesifik. Smith & Smith (2012) berpendapat tanda pagar

    digunakan sebagai penunjukkan unggahan foto dan menunjukkan

    anggota kelompok.

    b. Penelitian tentang Instagram

    Lee et al (2015) meneliti terdapat lima motivasi menggunakan

    Instagram, yaitu; interaksi sosial, arsip, ekspresi diri, menghindari

    keadaan tidak menyenangkan, mengintip apa yang orang lain

    ungkapkan melalui foto yang diunggah. Interaksi sosial adalah faktor

    kuat yang memotivasi pengguna Instagram untuk menjaga hubungan

    sosial dengan orang lain melalui aplikasi ini. Pendapat senada

    diungkapkan oleh Sheldon & Bryant (2016) yang mengungkapkan

    bahwa mengetahui tentang orang lain lakukan, arsip pribadi, ingin

    menunjukkan diri supaya terkenal, dan menunjukkan salah satu

    kemampuan diri serta menemukan orang yang memiliki ketertarikan

    sama merupakan motivasi orang menggunakan Instagram.

    Sheldon & Bryant (2016) mengatakan interaksi interpersonal

    memiliki hubungan positif terhadap penggunaan Instagram untuk

    tujuan kreativitas, dan upaya menunjukkan diri supaya terkenal. Faktor

    aktivitas sosial memiliki hubungan positif dengan upaya untuk

    mendokumentasi foto kejadian masa lalu sebagai arsip pada Instagram.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Narsisme memiliki hubungan positif dengan penggunaan Instagram

    untuk terlihat keren. Narsisme juga mendorong orang untuk

    menghabiskan waktu lama untuk mengedit foto sebelum diunggah di

    Instagram.

    D. Masa Transisi Menuju Dewasa

    Masa transisi menuju dewasa atau emerging adulthood merupakan

    teori baru perkembangan manusia yang diajukan oleh J.J. Arnett. Masa

    transisi ini terjadi ketika seseorang berada pada usia 18-25 tahun. Arnett

    (2000) menegaskan bahwa secara empiris dan teoretis, masa ini berbeda

    dengan masa remaja maupun dewasa awal.

    Transisi dari remaja menuju dewasa merupakan masa yang penting

    bagi seorang individu dalam mempersiapkan kehidupan di masa

    dewasanya (Arnett, 2000). Papalia mengatakan emerging adulthood terjadi

    pada usia 18 sampai pertengahan sampai akhir usia 20an. Pada masa ini

    seseorang banyak melakukan eksperimen sebelum menanggung peraturan

    dan tanggung jawab sebagai pribadi (Papalia, 2007). Seseorang mulai

    bekerja dan tinggal sendiri di kos atau apartemen. Mereka berusaha

    menemukan pekerjaan yang stabil dan membangun hubungan romantis

    jangka panjang dengan orang lain.

    Pada masa ini pertemanan sangat penting (Papalia, 2007).

    Pertemanan memungkinkan seseorang mendapatkan dukungan dan

    melakukan aktivitas menarik bersama. Bahkan beberapa pertemanan yang

    baik membawa mereka pada hubungan percintaan (Papalia, 2007). Riset

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    yang dilakukan Carbery dan Buhrmester (1998) menemukan bahwa pada

    seseorang yang masih sendiri lebih menunjukkan dorongannya untuk

    menjalin pertemanan dari pada seseorang yang sudah menikah. Seseorang

    yang memiliki teman akan merasa bahagia (Myers dalam Papalia, 2007).

    Berdasarkan pemaparan di atas, masa transisi menuju dewasa adalah

    masa perkembangan seseorang berusia 18-25 tahun yang memiliki

    karakteristik untuk menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain,

    bereksperimen dengan berbagai macam hal dalam upaya untuk

    mempersiapkan masa dewasa dengan identitas diri dan arah hidup yang

    jelas.

    E. Dinamika Hubungan Antara FoMO dan Kesejahteraan Psikologis

    Pada Pengguna Instagram Di Masa Transisi Menuju Dewasa

    Perkembangan media sosial seperti dua mata pisau, ada yang

    memberikan dampak positif dan negatif. Media sosial menjadi sarana yang

    mudah dan penting untuk menjaga koneksi sosial serta memuaskan

    kebutuhan sosial seseorang (Shapiro dan Margolin, 2013; Lee dan Chiou,

    2013). Di sisi lain, media sosial dapat membuat seseorang menjadi cemas,

    takut, dan khawatir karena menganggap pengalaman atau pembicaraan

    yang sedang dialami orang lain lebih memuaskan. Kondisi seperti ini

    disebut fear of missing out (FoMO) (Przybylski et al, 2013; Beyens et al,

    2016; Alt, 2016). Terdapat tiga indikator FoMO, yaitu ketakutan,

    kekhawatiran, dan kecemasan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Dalam banyak penelitian seseorang yang mengalami FoMO

    diletakkan dalam konteks penggunaan media sosial (Alt, 2016; Beyens et

    al, 2016; Lai et all, 2016; Oberst et al, 2017). Terdapat banyak media

    sosial saat ini, salah satunya adalah Instagram. Instagram merupakan

    platform yang memungkinkan seseorang untuk mengambil, mengedit, dan

    mengunggah foto serta video dengan mudah dan dalam satu rangkaian.

    Berdasarkan data yang dikumpulkan dari perusahaan penyedia data

    statistik untuk kepentingan bisnis, NapoleonCat menunjukkan setidaknya

    terdapat 40% dari pengguna Instagram di Indonesia atau sekitar 18 juta

    pengguna di Indonesia berada pada rentang usia 18-25 tahun (napoleoncat,

    2017). Berdasarkan fakta tersebut, pengguna Instagram di Indonesia masih

    masuk dalam emerging adulthood atau masa transisi menuju dewasa.

    Masa ini muncul setelah seseorang melepaskan masa remaja tetapi belum

    memiliki tanggungjawab sebagai orang dewasa. Masa ini ditandai dengan

    semangat seseorang dalam mengeksplorasi kesempatan-kesempatan yang

    ada di sekitarnya dalam hal percintaan, pekerjaan, maupun cara

    pandangannya terhadap dunia (Arnett, 2000).

    Instagram adalah media sosial nomor satu yang memberikan

    dampak negatif terhadap kesejahteraan seseorang berdasarkan laporan

    Royal Society for Public Health (RSPH, 2017). FoMO disinyalir memiliki

    hubungan terhadap kesejahteraan psikologi (Beyens et al, 2016). Salah

    satu dampak negatif dari FoMO adalah munculnya kecemasan berlebihan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    sehingga seseorang senantiasa terikat dengan media sosialnya (Elhai,

    Leveni, Dvorak, Hall,Gliem 2016).

    Przybylski et al (2013) menemukan FoMO memiliki hubungan

    dengan kesejahteraan psikologis. Seseorang yang memiliki tingkat FoMO

    yang tinggi memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah. Hal ini

    tampak dari kepuasan hidup dan suasana hati yang rendah (Przybylski et

    al, 2013). Kesejahteraan psikologis adalah pencapaian seseorang ketika

    memiliki keyakinan terhadap diri, mampu mengelola situasi hidup,

    memanfaatkan bakat dan potensi, memiliki hubungan dengan orang lain,

    merasa hidup bermakna dan bertujuan, serta menerima keadaan diri

    dengan segala kelebihan dan kekurangan.

    Kesejahteraan psikologis memiliki enam dimensi. Pertama,

    penerimaan diri arti memiliki pengetahuan dan penerimaan terhadap diri

    mereka sendiri, termasuk kesadaran akan keterbatasan personal. Kedua,

    relasi positif dengan orang lain yang tampak dari kedalaman hubungan

    yang seseorang miliki dengan orang lain. Ketiga, otonomi yang memiliki

    arti apakah seorang individu memiliki keyakinan dengan diri mereka

    sendiri. Keempat, penguasaan lingkungan yang diartikan sebagai

    kemampuan individu untuk mengelola situasi kehidupannya dengan baik.

    Kelima, tujuan hidup yang merupakan sejauh mana individu merasa hidup

    mereka memiliki makna, tujuan dan arahan. Keenam, pengembangan diri

    yang merupakan kemampuan individu untuk memanfaatkan bakat dan

    potensi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Seseorang dengan FoMO yang tinggi memiliki ketakutan akan

    perasaan terancam ketika sedang terhubung atau tidak terhubung pada

    suatu kejadian atau pengalaman atau percakapan dengan pihak lain.

    Seseorang dengan FoMO yang tinggi memiliki kekhawatiran bahwa orang

    lain sedang mengalami peristiwa menyenangkan tanpanya dan merasa

    telah kehilangan kesempatan bertemu dengan orang lain. FoMO yang

    tinggi akan menimbulkan kecemasan sebagai respon seseorang terhadap

    sesuatu yang tidak menyenangkan ketika seseorang sedang terhubung atau

    tidak terhubung pada suatu kejadian atau pengalaman atau percakapan

    dengan pihak lain (Przybylski et al (2013).

    Sebaliknya, seseorang dengan FoMO yang rendah mampu

    mengatasi perasaan takut yang muncul saat sedang terhubung atau tidak

    terhubung pada suatu kejadian atau pengalaman atau percakapan dengan

    pihak lain. Seseorang dengan FoMO yang rendah mampu mengelola rasa

    khawatir yang timbul akibat orang lain sedang mengalami peristiwa

    menyenangkan tanpanya dan tidak merasa kehilangan kesempatan bertemu

    dengan orang lain. Seseorang dengan FoMO yang rendah tidak mudah

    mengalami kecemasan sebagai respon seseorang terhadap sesuatu yang

    tidak menyenangkan ketika seseorang sedang terhubung atau tidak

    terhubung pada suatu kejadian atau pengalaman atau percakapan dengan

    pihak lain (Przybylski et al (2013). Dari pemaparan tersebut, maka FoMO

    yang tinggi akan membuat seseorang cenderung memiliki kesejahteraan

    psikologis rendah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    F. Skema Hubungan Antar Variabel

    FoMO

    Tinggi

    Seseorang memiliki ketakutan akan perasaan terancam ketika seseorang

    sedang terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau

    pengalaman atau percakapan dengan pihak lain.

    Seseorang memiliki ketakutan akan perasaan terancam ketika seseorang

    sedang terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau

    pengalaman atau percakapan dengan pihak lain

    Seseorang memiliki kecemasan sebagai respon seseorang terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan ketika seseorang sedang terhubung

    atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau pengalaman atau percakapan dengan pihak lain

    Kesejahteraan psikologis rendah

    Rendah

    Seseorang mampu mengatasi perasaan takut yang muncul sedang

    terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau

    pengalaman atau percakapan dengan pihak lain.

    Seseorang dapat mengelola rasa kuatir yang timbul akibat orang

    lain sedang mengalami peristiwa menyenangkan tanpanya dan

    merasa tidak merasa kehilangan kesempatan bertemu dengan orang

    lain.

    Seseorang tidak mudah mengalamii kecemasan sebagai respon

    seseorang terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan ketika

    seseorang sedang terhubung atau tidak terhubung pada suatu

    kejadian atau pengalaman atau percakapan dengan pihak lain

    Kesejahteraan psikologis tinggi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    G. Hipotesis

    Hipotesis penelitian ini adalah:

    1. Hipotesis Mayor

    FoMO berhubungan negatif dengan kesejahteraan psikologis

    pengguna Instagram pada masa transisi menuju dewasa. Semakin

    tinggi FoMO maka semakin rendah kesejahteraan psikologis

    pengguna Instagram pada masa transisi menuju dewasa. Sebaliknya,

    semakin rendah FoMO maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis

    pengguna Instagram pada masa transisi menuju dewasa.

    2. Hipotesis Minor

    FoMO berhubungan negatif dengan semua dimensi kesejahteraan

    psikologis pengguna Instagram pada masa transisi menuju dewasa.

    Semakin tinggi FoMO maka semakin rendah semua dimensi

    kesejahteraan psikologis logis pengguna Instagram pada masa transisi

    menuju dewasa. Sebaliknya, semakin rendah FoMO maka semakin

    tinggi semua dimensi kesejahteraan psikologis logis pengguna

    Instagram pada masa transisi menuju dewasa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Dari pendekatan analisis, penelitian ini menggunakan pendekatan

    kuantitatif yang menitikberatkan pada analisis data angka yang kemudian

    diolah dengan pengujian statistik. Berdasarkan tujuan dan hipotesis,

    penelitian ini masuk dalam penelitian korelasional karena bertujuan

    menyelidiki variasi satu variabel berkaitan dengan variasi satu atau lebih

    variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012).

    B. Variabel Penelitian

    Variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a. Variabel bebas : Fear of missing out

    b. Variabel tergantung : Kesejahteraan psikologis

    C. Definisi Operasional

    1. Fear of Missing Out

    Fear of missing out (FoMO) adalah perasaan takut, khawatir, dan

    cemas yang muncul karena anggapan bahwa kejadian, pengalaman

    atau pembicaraan yang sedang dialami oleh orang lain lebih

    memuaskan sehingga mendorong seseorang untuk senantiasa

    terkoneksi melalui media sosial. FoMO diukur menggunakan skala

    FoMO yang diadaptasi dari Przybylski et al (2013). Przybylski adalah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    profesor psikologi terapan Universitas Oxford, Inggris. Skala yang dia

    buat dikumpulkan dari responden yang banyak dan merepresentasikan

    sampel nasional. Semakin tinggi skor total FoMO yang diperoleh

    individu, semakin tinggi pula tingkat FoMO individu. Sebaliknya,

    semakin rendah skor total FoMO yang diperoleh individu, semakin

    rendah pula tingkat FoMO individu.

    2. Kesejahteraan psikologis

    Kesejahteraan psikologis adalah pencapaian seseorang ketika

    memiliki keyakinan terhadap diri, mampu mengelola situasi hidup,

    memanfaatkan bakat dan potensi, memiliki hubungan dengan orang

    lain, merasa hidup bermakna dan bertujuan, serta menerima keadaan

    diri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kesejahteraan psikologis

    diukur menggunakan skala kesejahteraan psikologis hasil adaptasi

    skala milik C. Ryff yang telah digunakan lebih dari 200 penelitian

    terkait variabel ini (Ryff, 2014). Skala ini terdiri dari 6 dimensi:

    otonomi, penguasaan lingkungan, pengembangan diri, relasi positif

    dengan orang lain, tujuan hidup, penerimaan diri. Semakin tinggi pada

    dimensi-dimensi kesejahteraan psikologi individu, semakin tinggi pula

    tingkat kesejahteraan psikologi individu. Sebaliknya semakin rendah

    dimensi-dimensi kesejahteraan psikologi individu, semakin rendah

    juga kesejahteraan psikologi individu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    D. Subjek Penelitian

    Subjek pada penelitian ini dipilih menggunakan teknik

    nonprobabily sampling karena besarnya peluang anggota populasi untuk

    terpilih menjadi sampel tidak diketahui (Azwar, 2012). Jenis sampel yang

    digunakan adalah sampling purposive yaitu teknik pengambilan sampel

    sumber data dengan pertimbangan tertentu yang menjadi kriteria peneliti

    (Sugiyono, 2015). Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang

    berada pada masa transisi menuju dewasa (berusia 18-25 tahun) karena

    individu pada masa ini memiliki dorongan kuat untuk berinteraksi melalui

    media sosial khususnya instagram. Selain itu subjek penelitian ini adalah

    individu yang menggunakan media sosial instagram. Penelitian ini

    menggunakan teknik convenience sampling yaitu teknik mengambil

    sampel tanpa mempertimbangkan keterwakilan populasi (Clark-Carter,

    2010).

    E. Instrumen Penelitian

    1. Metode Pengumpulan Data

    Dalam rangka mengumpulkan data untuk mendapatkan

    jawaban dari permasalahan, penelitian ini akan menyebarkan skala

    penelitian kepada subjek yang telah ditentukan dengan kriteris tertentu

    sehingga data yang diperolah merupakan data primer. Azwar (2012)

    mengatakan data primer diperoleh dari sumber pertama melalui

    prosedur dan teknik pengambilan data yang khusus dirancang sesuai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    dengan tujuannya. Jenis skala yang digunakan pada penelitian ini

    adalah skala likert, yaitu subjek diarahkan untuk memilih satu dari

    beberapa jenis respon yang telah tersedia. Terdapat dua skala yang

    akan digunakan pada penelitian ini, yaitu skala fear of missing out

    milik Przybylski et al (2013) dan skala kesejahteraan psikologis miliki

    Carol Ryff. Semua skala tersebut merupakan skala adaptasi dari

    penelitian terdahulu dan sudah diberikan ijin.

    2. Alat Pengumpulan Data

    a. Skala Fear of Missing Out(FoMO)

    Skala fear of missing out (FoMO) diadaptasi dari alat ukur

    yang dikembangkan oleh Przybylski et al (2013). Terdapat tiga

    indikator pada variabel FoMO yaitu ketakutan, kecemasan, dan

    kekhawatiran dengan jumlah item sebanyak 10 item. Peneliti

    memiliki dua alasan untuk melakukan adaptasi skala miliki

    Przybylski et al (2013). Pertama, sampai saat ini baru Przybylski et

    al yang membuat instrument pengukuran diri tentang konstrak

    FoMO dengan dasar empiris dan arti teoretis yang berusaha dia

    bangun. Kedua, instrumen yang disajikan oleh Przybylski et al

    (2013) sejauh ini memiliki reliabilitas yang tinggi yaitu 0,87 - 0,90.

    Peneliti menyediakan 5 pilihan respons jawaban pada skala

    fear of missing out yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai

    (TS), Cukup Sesuai (CS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS).

    Variabel ini menggunakan opsi jawaban ganjil untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    meningkatkan konsistensi internal skala (Anderson, dalam

    Supratiknya, 2014). Pemberian skor pada skala ini dapat dilihat

    pada tabel berikut:

    Tabel. 1

    Pemberian nilai skor pada Skala Likert FoMO

    Sangat

    Sesuai

    (SS)

    Sesuai

    (S)

    Cukup

    Sesuai

    (CS)

    Tidak

    Sesuai

    (TS)

    Sangat

    Tidak

    Sesuai

    (STS) Skor item 5 4 3 2 1

    Contoh item pertanyaannya adalah “Saya khawatir jika

    orang lain memiliki pengalaman yang lebih berharga daripada

    saya”.

    Tabel. 2

    Sebaran item skala FoMO sebelum Try Out

    Indikator Nomor item Jumlah Persentase

    Adanya ketakutan,

    kekuatiran, dan kecemasan

    ketika seseorang sedang

    terhubung atau tidak

    terhubung pada suatu

    kejadian atau pengalaman

    atau percakapan dengan pihak

    lain.

    1,2,3,4,5,6,7,8,9

    ,10

    10 100%

    b. Skala Kesejahteraan Psikologis

    Skala kesejahteraan psikologis diadaptasi dari skala yang

    dikembangan oleh C. Ryff. Skala ini berjumlah 84 item yang

    dibuat berdasarkan 6 dimensi kesejahteraan psikologis yaitu

    otonomi, penguasaan lingkungan, perkembangan diri, relasi positif

    dengan orang lain, tujuan hidup, penerimaan diri. Pertimbangan

    peneliti menggunakan skala kesejahteraan psikologis milik Ryff

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    karena sejauh ini reliabilitas pada tiap-tiap dimensi tinggi. Selain

    itu, alat ukut milik Ryff ini banyak digunakan oleh peneliti lain

    yang menggunakan pada penelitiannya sehingga peneliti skripsi ini

    berasumsi skala Ryff memiliki kredibilitas sebagai skala

    pengukuran yang baik.

    Pada skala kesejahteraan psikologis, variasi pilihan respons

    jawaban yang disediakan penelitian adalah Sangat Tidak Setuju

    (STS), Tidak Setuju (TS), Kurang Setuju (KS), Cukup setuju (CS),

    Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Peneliti menggunakan pilihan

    jawaban genap untuk mengarahkan subjek supaya tidak

    memberikan jawaban netral, (Anderson, dalam Supratiknya, 2014).

    Pemberian skor pada skala ini dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel. 3

    Pemberian nilai skor pada Skala Likert Kesejahteraan

    Psikologis

    Skor item Sangat

    Setuju

    (SS)

    Setuju

    (S)

    Cukup

    Sesuai

    (CS)

    Kurang

    Setuju

    (KS)

    Tidak

    Setuju

    (TS)

    Sangat

    Tidak

    Setuju

    (STS) Favorable 6 5 4 3 2 1

    Unfavorable 1 2 3 4 5 6

    Contoh item pernyataannya adalah “Kebanyakan orang

    melihat saya sebagai sosok yang penuh cinta dan kasih sayang”.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Tabel. 4

    Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis

    Dimensi Indikator Item

    Favorable

    Item

    Unfavorable

    Jumlah

    Otonomi Keyakinan pada

    diri sendiri, tahan

    terhadap tekanan,

    kemampuan

    menentukan diri,

    independen, dan

    mengatur

    perilaku serta

    mengevaluasi

    diri.

    7

    7

    14

    Penguasaan

    lingkungan

    Kemampuan

    mengelola situasi

    kehidupan,

    mengontrol

    kegiatan eksternal

    yang kompleks,

    memanfaatkan

    kesempatan

    disekitar secara

    efektif, dan

    mampu memiliki

    konteks yang

    sesuai dengan

    kebutuhan dan

    nilai pribadi.

    8

    6

    14

    Perkembangan

    diri

    Kemampuan

    untuk

    memanfaatkan

    bakat dan potensi,

    memiliki

    perasaan terus

    berkembang,

    terbuka dengan

    pengalaman baru,

    menyadari

    potensi yang ada

    dalam dirinya,

    senantiasa

    memperbaiki diri

    dari waktu ke

    waktu.

    8

    6

    14

    Relasi positif

    dengan orang

    lain

    Kemampuan

    menjalin

    hubungan yang

    dalam, hangat,

    7

    7

    14

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    memuaskan, dan

    saling percaya

    dengan orang lain,

    prihatin dengan

    kesejahteraan

    orang lain,

    memiliki empati

    yang besar, serta

    kasih sayang dan

    keintiman dalam

    berelasi.

    Tujuan hidup Kemampuan

    untuk memaknai

    hidup, memiliki

    keyakinan dalam

    menentukan

    tujuan dan arahan

    hidup.

    7

    7

    14

    Penerimaan

    diri

    Pengetahuan dan

    penerimaan

    terhadap diri,

    kesadaran akan

    keterbatasan

    personal, sikap

    positif terhadap

    dirinya sendiri,

    mengakui dan

    menerima kualitas

    baik dan buruk

    dirinya dan

    merasa positif

    dengan kehidupan

    pada masa

    lalunya.

    7

    7

    14

    TOTAL 42 42 84

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Tabel. 5

    Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis sebelum Try Out

    Dimensi Item

    Favorable

    Item

    Unfavorable

    Jumlah Persentase

    Autonomy 8, 14, 26, 38,

    50, 68, 80

    2, 20, 32, 44,

    56, 62, 74

    14 16,66%

    environmental

    mastery

    3, 21, 33, 39,

    51, 57, 69, 81

    9, 15, 27, 45,

    63, 75

    14 16,66%

    personal growth 10, 16, 28, 40,

    46, 52, 64, 70.

    4, 22, 34, 58,

    76, 82

    14 16,66%

    positive relation

    with others

    1, 19, 25, 37,

    49, 67, 79

    7, 13, 31, 43,

    55, 61, 73

    14 16,66%

    purpose in life 5, 23, 47, 53,

    59, 71, 77

    11, 17, 29, 35,

    41, 65, 83

    14 16,66%

    self-acceptance 6, 12, 30, 36,

    48, 72, 78

    18, 24, 42, 54,

    60, 66, 84

    14 16,66%

    Total 44 40 84 100%

    F. Kualitas Alat Ukur

    1. Validitas

    Supratiknya (2014) mengatakan validitas merupakan bagian

    penting dalam penelitian untuk mengetahui sejauh mana temuan-

    temuan empiris dan teoretis mendukung cara menafsirkan skor tes

    sesuai tujuan penggunaan tes. Lebih lanjut dia mengatakan, pada tahap

    validasi yang ditinjau kembali adalah kualitas penafsiran skor tes

    sesuai dengan tujuan penggunaan tes (Supratiknya, 2014). Penelitian

    ini menggunakan validitas isi. Validitas isi dilakukan untuk

    memperoleh kesesuaian antara isi tes dan konstruk yang diukur

    (Supratiknya, 2014). Penelitian ini menggunakan analisis dari expert

    judgement atau penilaian pakar di bidangnya. Peneliti meminta

    bantuan kepada Dosen Pembimbing Skripsi (DPS) sebagai expert

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    judgement yang memvalidasi skala penelitian. Peneliti juga

    menggunakan 3 orang translator: dua orang lulusan Pendidikan Bahasa

    Inggris dan yang lain dari Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma.

    Hal ini dilakukan karena skala yang diadaptasi menggunakan bahasa

    inggris.

    2. Seleksi Item

    Untuk mendapatkan item-item yang berkualitas, maka peneliti

    melakukan seleksi item. Seleksi item dilakukan melalui uji coba (try

    out) pada kedua skala penelitian yang kemudian diproses

    menggunakan komputasi statistik Pearson’s product moment

    correlation sehingga diperoleh nilai korelasi item-total. Koefisien

    korelasi item total berada pada rentang angka 0 – 1,00. Gliem & Gliem

    (2003) mengatakan item-item yang baik adalah item-item yang

    memiliki korelasi item total ≥ 0,4. Try out dilaksanakan pada hari

    Senin, 27 November 2017 dengan jumlah subjek 90 responden yang

    berada pada masa transisi menuju dewasa dan menggunakan sosial

    media Instagram. Untuk memudahkan perhitungan, peneliti

    menggunakan program SPSS for Windonws versi 21. Berikut ini hasil

    seleksi item pada kedua variabel:

    a. Skala Fear of Missing Out (FoMO)

    Pada skala FoMO terdapat 3 item yang memiliki rit

  • 42

    Tabel. 6

    Sebaran item skala FoMO setelah Try Out

    Indikator Nomor item Jumlah Persentase

    Adanya ketakutan,

    kekuatiran, dan kecemasan

    ketika seseorang sedang

    terhubung atau tidak

    terhubung pada suatu

    kejadian atau pengalaman

    atau percakapan dengan pihak

    lain.

    1,2,3,4,5,6*,

    7,8*,9,10*

    7 100%

    *: item-item yang gugur

    b. Skala Kesejahteraan Psikologis

    Pada skala kesejahteraan psikologis terdapat beberapa item yang

    memiliki rit

  • 43

    Tabel. 7

    Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis setelah Try Out

    Dimensi Item

    Favorable

    Item

    Unfavorable

    Jumlah Persentase

    Otonomi 8, 14, 26*,

    38*, 50, 68*,

    80*

    2*, 20, 32, 44*,

    56*, 62, 74*

    6

    16,66%

    Penguasaan

    lingkungan

    3, 21, 33*,

    39*, 51, 57*,

    69*, 81*

    (9), (15), 27,

    45*, 63, 75

    6

    16,66%

    Pengembangan

    diri

    10*, 16*, 28,

    40, (46), 52,

    64*, 70.

    4,* 22, 34*,

    58*, 76, 82*

    6

    16,66%

    Relasi positif

    dengan orang

    lain

    1*, 19*, 25*,

    (37), 49*,

    67, 79

    (7), 13, 31, 43,

    (55), 61, 73*

    6

    16,66%

    Tujuan hidup 5*, (23),

    (47), 53, 59,

    71*, 77*

    (11),17,(29),

    35, 41, 65*, 83

    6

    16,66%

    Penerimaan diri (6), 12, 30*,

    36*, (48),

    72*, (78)

    18, 24*, 42, 54,

    60*, 66, 84

    6

    16,66%

    Total 15 21 36 100%

    *: item-item yang gugur (): item-item sengaja digugurkan

    3. Reliabilitas

    Kualitas alat ukur yang baik juga dilihat dari reliabilitas.

    Reliabilitas dilakukan untuk melihat konsistensi hasil pengukuran

    (Supratiknya, 2014). Alat ukur memiliki reliabilitas yang baik

    memiliki hasil skor yang cermat dengan kesalahan pengukuran yang

    kecil. Penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach untuk

    mendapatkan perkiraan konsistensi internal item-item pada alat ukur.

    Supratiknya (2014) mengatakan koefisien reliabilitas yang dinilai

    memuaskan adalah 0,7.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    a. Skala Fear of Missing Out

    Koefisien Alpha’s Cronbach pada skala fear of missing out setelah

    seleksi item menghasilkan α = 0,790. Nilai tersebut menunjukkan

    bahwa skala fear of missing out secara keseluruhan memiliki

    reliabilitas yang tinggi dan memuaskan.

    b. Skala Kesejahteraan Psikologis

    Koefisien Alpha’s Cronbach pada skala kesejahteraan

    psikologissecara keseluruhan item menghasilkan nilai α = 0,919.

    Sedangkan besaran koefisien Alpha’s Cronbach pada masing-

    masing dimensi sebagai berikut: Dimensi otonomi menghasilkan α

    = 0,713, dimensi penguasaan lingkungan menghasilkan α = 0,749,

    dimensi pengembangan diri menghasilkan α = 0,716, dimensi

    relasi positif dengan orang lan menghasilkan α = 0,836, dimensi

    tujuan hidup menghasilkan α = 0,737, dan dimensi penerimaan diri

    menghasilkan α = 0,828. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa

    dimensi-dimensi pada skala kesejahteraan psikologis memiliki

    reliabilitas yang tinggi dan memuaskan.

    G. Analisis Deskriptif

    Azwar (2012) mengatakan analisis depkriptif dapat memberikan

    pemaparan yang lebih jelas tentang subjek penelitian berdasarkan data

    penelitian. Analisis deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.

    Deskripsi subjek akan memaparkan secara jelas tentang usia, jenis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    kelamin, lama penggunaan Instagram, durasi waktu penggunaan Instagram

    dalam sehari, durasi waktu yang digunakan untuk menulis caption dan

    mengedit foto/video sebelum diunggah di Instagram, jumlah akun yang

    diikuti, dan frekuensi penggunaan hashtag. Deskripsi data penelitian akan

    membahas tentang mean dan standar deviasi secara empiris dan teoritis.

    H. Prosedur Pengambilan Data

    Pengambilan data dilakukan pada waktu yang telah dijadwalkan

    sebelumnya dengan persetujuan dosen pengajar. Peneliti membagikan

    informed consent yang kemudian diisi oleh subjek. Peneliti membagikan

    skala ketiga variabel dan menjelaskan cara pengisian skala tersebut.

    Peneliti tetap mendampingi selama proses pengisian skala dan memastikan

    semua pernyataan diisi oleh subjek.

    I. Analisa Data

    1. Uji Asumsi

    a. Uji Normalitas

    Pengujian normalitas dilakukan untuk membuktikan apakah

    data yang akan dianalisis memililiki distribusi normal atau tidak

    (Sugiyono, 2015). Penelitian ini menggunakan metode statistik

    Kolmogorov-Smirnov untuk pengujian normalitas. Santoso (2010)

    mengatakan pengujian normalitas terpenuhi jika nilai signifikansi

    lebih dari 0,1.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    b. Uji Linearitas

    Santoso (2010) mengatakan salah satu syarat dilakukannya

    analisis korelasi adalah pengujian linieritas. Pengujian linearitas ini

    bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan data kedua variabel

    terletak pada garis lurus atau tidak (Santoso, 2010). Uji linieritas

    dilakukan menggunakan komputasi SPSS test for linearity.

    Apabila nilai p

  • 47

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. PELAKSANAAN PENELITIAN

    Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2017 sampai dengan 7

    Desember 2017. Skala penelitian ini disebar menggunakan googleform dengan

    tautan bit.ly/instagramuse2017 ke beberapa group WhatsApp, LINE, dan

    Instagram peneliti. Peneliti memberikan reward berupa pulsa kepada 15

    partisipan yang beruntung berdasarkan undian masing-masing sebesar Rp.

    10.000. Skala penelitian ini diisi oleh 405 responden.

    B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

    Subjek penelitian ini adalah individu berusia 18-25 tahun dan memiliki

    akun Instagram. Subjek dalam penelitian ini terdapat 405 responden dengan

    deskripsi sebagai berikut:

    Tabel. 8

    Deskripsi Jenis Kelamin Subjek

    Jenis Kelamin Jumlah Persentase

    Laki-laki 120 29,6%

    Perempuan 285 70,4%

    405 100%

    Subjek penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan (70,4%).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    Tabel. 9

    Deskripsi Usia Subjek

    Usia Jumlah Persentase

    18 26 6,4%

    19 49 12,1%

    20 95 23,5%

    21 127 31,4%

    22 76 18,8%

    23 24 5,9%

    24 5 1,2%

    25 3 0,7%

    405 100%

    Subjek mayoritas penelitian ini mayoritas berusia 21 tahun (31,4%).

    Tabel. 10

    Deskripsi Lama Penggunaan Instagram Subjek

    Lama Penggunaan Instagram Jumlah Persentase

    Kurang dari 2 bulan 1 0,2%

    2-6 bulan 9 2,2%

    7-11 bulan 5 1,2%

    1-2 tahun 112 27,7%

    3-4 tahun 208 51,4%

    5-7 tahun 70 17,3%

    405 100%

    Subjek mayoritas penelitian ini mayoritas telah memiliki akun Instagram

    selama 3-4 tahun (51,4%).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI