horizon edisi 1

6
@HIMASISKAL_ITS www.twier.com/HIMASISKAL_ITS Himasiskal Ftk www.facebook.com/hima.siskal follow us : www.youtube.com/user/ HIMASISKALITS [email protected] contact us : Edisi I | November 2013 Horizon Bulletin Pimpinan Redaksi : Bawono Putra Penanggung jawab : Ardian Yudha Reporter : Akram Faisal Dyah Arina Dhina Gustiana C. Layouter : Akram Faisal Fotografer: Agung Bimo Dyah Arina Dhina Gustiana C. HIMA SISKAL.

Upload: himasiskal-its

Post on 19-Mar-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

This is a bulletin of Department of Marine Engineering, Faculty of Marine Technology, Institut Teknologi Sepuluh Nopember #1

TRANSCRIPT

Page 1: Horizon Edisi 1

@HIMASISKAL_ITS www.twitter.com/HIMASISKAL_ITS

Himasiskal Ftk www.facebook.com/hima.siskalfollow us : www.youtube.com/user/

HIMASISKALITS

[email protected] us :

Edisi I | November 2013

HorizonBulletin

Pimpinan Redaksi :Bawono Putra

Penanggung jawab :Ardian Yudha

Reporter :Akram FaisalDyah ArinaDhina Gustiana C.

Layouter :Akram Faisal

Fotografer:Agung BimoDyah ArinaDhina Gustiana C.

HIMASISKAL.

Page 2: Horizon Edisi 1

HorizonEdisi I | November 2013

#1h o t n e w s

PIMNAS 26 Mataram Tiga orang mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perka-palan (JTSP) berjuang di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasi-onal (PIMNAS) yang ke 26 di Mataram. Sebut saja Ilham Khoirul Irsyad mahasiswa angkatan 2010 serta mahasiswa 2011 yaitu Frengki M Felayati dan Windy Kamesworo. Meskipun berbeda kelompok mereka menyumbangkan satu medali perak dan satu medali perunggu. Ketiga maha-siswa tersebut mengangkat tema kelautan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk PIMNAS 26 Mataram kali ini. Bersama mahasiswa jurusan lain mereka membentuk tim untuk membuat karyanya. Perjuangan yang keras mereka lewati untuk menjadi wakil JTSP dalam ajang bergengsi ini.

#Gagasan tertulis “Semua pasti bisa jika dilakukan dengan semangat dan sungguh-sungguh semoga mampu memotivasi adik-adik FTK terutama siskal untuk terus berkarya demi bangsa Indonesia,” ujar Ilham.Mahasiswa tahun ke empat ini mendapatkan medali perunggu katagori PKM Gagasan Tertulis (GT). Proposalnya yang berjudul “Penerapan DAM LP (Lepas Pantai) Menuju Indonesia Bebas Banjir ROB, Pembangkit Energi Alternatif dan Penyedia Air Tawar Bagi Kawasan Pesisir Indonesia” berhasil memikat dewan juri. Dengan mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan FTK ITS, dia membuat konsep pembangkit listrik pasang surut air laut dengan memanfaatkan banjir ROB.

Siskal Dua Medali

Inovasi Media Pembersih Sampah dalam Upaya Menin-gkatkan Potensi Kelautan Di Teluk Jakarta” dipresenta-sikan juga. Lolosnya menuju PIMNAS 26 menunjukkan bahwa karyanya memiliki potensi besar untuk direal-isasikan. Bekerjasama dengan 4 mahasiswa jurusan yang berbeda dia mewujudkan karyanya dengan sebuah prototipe. Ketua Departemen RISTEK BEM FTK 2013-2014 berharap bisa mengikuti PIMNAS lagi tahun de-pan dan mendapat medali. Selain itu dia juga bertekad lebih banyak delegasi FTK yang bisa berangkat ke PIMNAS 27 serta menyumbangkan medali untuk men-dukung ITS juara umum PIMNAS yang ke dua kali.

#Karsa Cipta Begitu juga Frengki, mahasiswa kelahiran Luma-jang ini membuat inovasi pembangkit listrik pada PIMNAS 26 kali ini. Dengan judul PKM Karsa Cipta “Rancang Bangun Prototipe Vortech (Vortex Technol-ogy) sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Vorteks untuk Kemandirian Penerangan Jembatan Suramadu,” dia mendapatkan dana DIKTI untuk merealisasikan alat-nya. Meskipun ada kesalahan teknis saat presentasi, dia memperoleh perunggu perak untuk katagori presen-tasi poster. “Pak Menteri Pendidikan M Nuh sempat mengatakan poster VORTECH bagus saat melihat gelar poster di Universitas Mataram,” cerita mantan staff RISTEK HIMASISKAL 2012-2013 ini. Tidak kalah bagus juga milik Windy Kamesworo, PKM nya yang berjudul “The Ganers (The Garbage Cleaner Ship) :

Himpunan Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan

Page 3: Horizon Edisi 1

P r o f i l e #2Horizon

mendapat banyak pengala-man, pelajaran dan makna kehidupan. “Tertarik masuk lab ini karena lab ini lebih memperlihatkan output mahasiswa-mahasiswanya” pendapat Agustinus. Dari sinilah dia belajar banyak hal seperti kedisiplinan, kerja keras, kerjasama, berorganisasi, dan tentunya belajar tentang seputar mata kuliah yang ada di JTS. Pelajaran dan wawasan juga didapatkannya dari pengalamannya menjadi panitia seminar-seminar Internasional yang diadakan lab RAMS. Sebuah keuntun-gan tersendiri baginya men-jadi member di Lab RAMS. Selain di lab RAMS, dia juga menjadi anggota pengurus Himpunan Mahasiswa JTSP. Kuliah dan

Agustinus Wibowo, lahir di Bogor dan besar di Klaten ini masuk dalam Jurusan Teknik Sistem Perkapalan pada tahun 2009. Berawal dari tahun kedua kuliah te-patnya semester 4, Agustinus masuk sebagai member dari RAMS’s laboratory, dari lab ini Agustinus merasa

Wardhana dan Agung Sondana. Ketiga mahasiswa ini awalnya tidak tahu mendapat kesempatan mengikutitahapan seleksi untuk mendapat gelar profesi RINA ini, “awalnya kita dipanggil P.Kajur dan dosen-dosen lainnya dan kita mendapat kabar buruk yaitu kita dibilang plagiat atas TA kita bertiga se-hingga kita dihukum untuk mengirim presentasi TA dan Paper juga” ujar Agus-tinus. Namun setelah ketiga mahasiswa ini mengirim Presentasi TA dan Paper kemudian mereka diberi pemberitahuan bahwa mereka berkesempatan mengikuti seleksi penerima apresiasi dari RINA-DPS Award. Proses seleksi pun sangat ketat, dengan adanya beberapa juri yang berasal

Berorganisasi memang harus imbang dalam pelak-sanaannya dan hal ini telah dibuktikan oleh seorang Agustinus. Selama berkuliah 4 tahun, Akhirnya Agustinus Wi-bowo menjadi salah satu wisudawan 107 yang lulus dengan prestasi yang mem-banggakan. Mahasiswa yang be-rasal dari Klateng-Jateng ini mendapat apresiasi dari RINA-DPS Award kepada hasil riset Tugas Akhir (TA). Gelar profesi ini diberikan oleh lembaga RINA “The Royal Institution of Naval Architects” dari Inggris dan bekerja sama dengan DPS “PT.Dok dan Perkapalan Surabaya”. Berawal dari 3 Mahasiswa JTSP yang diajukan mendapat gelar profesi RINA menurut IPK tertinggi yaitu Agustinus Wibowo, Ede Mehta

Ini merupakan hasil usaha yang selama 4 tahun berkuliah di JTSP dan juga awal dari kesuksesan di-masa mendatang seorang Agustinus.“Semoga menjadi motivasi para mahasiswa-maha-siswa JTSP dan semoga sukses buat mas Agusti-nus” (Dhn)

dari RINA, PT DPS dan per-wakilan dari setiap jurusan di FTK. Proses presentasi TA didepan Juri dengan menggunakan bahasa Inggris menjadi tahapan akhir penilaian para juri dimana yang dinilai tidak hanya kreativitas maupun objektivitas, melainkan juga metodologi dan sisi manfaat hasil penelitian para maha-siswa tersebut. Dari 9 mahasiswa FTK terdapat 3 mahasiswa yang mendapat RINA-DPS Award, masing-masing 1 mahasiswa dari setiap jurusan. “yang paling mem-banggakan saat nama saya menjadi salah satu nama yang dipanggil kedepan untuk penerimaan apresiasi RINA-DPS Award pada saat prosesi wisuda di Graha kemarin” ulas Agustinus.

Mahasiswa Siskal,RaihRINA-DPS Award

Page 4: Horizon Edisi 1

HorizonP r o f i l e #3

Setelah berhasil memenangkan Mawapres ITS, Yolanda Putri Yuda, akhirnya berjuang lagi dalam Mawapresnas. Nanda, sapaan akrab Yolanda, bersama ke-15 rekannya mewakili Jawa Timur dalam kancah nasi-onal tersebut. Acara yang

yang dinilai kurang fair. Sedangkan dalam ke-mampuan unggulan, Nanda menampilkan macapat. Macapat adalah tembang atau puisi jawa. gan jempol dari para juri. ingannya sejak jauh-jauh hari,alam penyampaian macapat sendiri Nanda tidak menemui kendala yang berarti karena Nanda yang notabene dilahir-kan dalam keluarga yang mencintai seni, terutama kesenian Jawa. Meski gagal membawa penghargaan Mawapresnas, Nanda ma-sih berbangga hati karena karya tulisnya mendapat acungan jempol dari para juri. Namun beberapa dewan juri menyayang-kan karena Nanda tidak melakukan penelitian ilmiah terhadap karya tulisnya.

Tidak seperti Pimnas yang pembibingannya sejak jauh-jauh hari, Nanda menilai bahwa pihak ITS kurang mempedulikan ajang pe-milihan mahasiswa berprestasi tingkat nasional tersebut.Bahkan selama pelaksanaan Mawapresnas, berbeda dengan Universitas lain yang men-girimkan dosen pembimbing kepada para delegasi kampus, sedangkan dari ITS sendiri Nanda tidak mendapatkan perhatian yang seperti itu. “Bukannya manja atau bagaimana. Hanya saja kalau ada dosen pembimbing kan dosen bisa menilai sendiri mengenai sistem penilaian Mawapresnas. Misalkan ada penilaian yang dinilai kurang fair kan dosen bisa konfirmasi dengan pihak Mawapresnas. Nah, kalau hanya saya sendiri, mau bagaimana lagi,”

Di hari terakhir sebelum pen-gumuman pemenang Mawa-presnas, Nanda beserta peserta Mawapresnas diajak berwisata ke Saung Angklung mang Ujo. Di sana ia diperkenalkan kepada permainan musik tradisional Indonesia, yakni Angklung. Banyak wisatawan mancanegara yang datang ke tempat tersebut, dan bahkan pemain angklung hampir 90% WNA (Warga Negara Asing).Pada malam harinya, acara ditutup dengan pengumuman pemenang Mawapresnas.

Juara I diperoleh IPB, juara II UI, dan juara III diduduki Uness. Meski gagal mem-bawa pulang penghargaan Mawapresnas, Nanda masih berniat menjadikan karya tulis sebagai tugas akhirnya.Ditanya mengenai harapan ke depannya kepada pihak ITS, Nanda hanya men-ginginkan supaya Mawa-presnas bisa dieksplorasi lagi. Terutama dalam karya tulis yang menuntut adanya pembuktian-pembuktian ilmiah. Seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa Universitas lain.

dilaksanakan di Bandung, 18-21 Juli 2013 lalu mem-berikan pengalaman yang tidak akan terlupakan bagi Nanda. Serangkaian tes selama tiga hari tersebut adalah tes karya tulis, tes bahasa Inggris, tes kemampuan unggulan, dan tes Psikologi. Kemampuan Nanda yang cu-kup mumpuni dalam bahasa Inggris tidak menemui ha-langan dalam hal berkomu-nikasi. Bahkan menurutnya, ada beberapa peserta yang kurang menguasai bahasa Inggris. “Banyak diantara para peserta yang kurang menguasai bahasa Inggris. Ditanya A, dia menjawabnya B. Tapi anehnya dia malah bisa mendapatkan juara,” jelasnya setengah menyay-angkan penilaian dewan juri

Kurangnya ”Greget” ITS dalam Mawapresnas

Page 5: Horizon Edisi 1

P r o f i l e Horizon #4

Natya An-Nuur Bestari patut berbangga hati setelah ia dan ke-empat finalis lain-nya dinyatakan lolos untuk mengikuti Sail Komodo 2013. Acara yang diseleng-garakan oleh Kemenpora (Kementrian Pemuda dan Olah raga) tersebut berlang-sung selama 25 hari, dan dilaksanakan di atas KRI Makassar 590. Serangkaian tes yang telah ia lewati adalah tes interview, tes tulis, tes kebudayaan, tes lari, dan berenang. Dalam tes kebudayaan tersebut Natya menampilkan tari Ngapoteh yang berasal dari Madura. Sedangkan untuk tes lari dan berenang, dari Jakarta menuju Bali, Labuan

Bajo lagi sebelum akhirnya kembali ke Jakarta.“hampir setiap malam, kami disuguhkan dengan parade budaya dari masing-masing delegasi provinsi yang ada di Indonesia. Saya sendiri menampilkan tarian rek ayo rek,” ucap gadis kelahiran Jakarta, 20 Desember 1994 tersebut.Selain menampilkan budaya dan sekaligus memperke-nalkan Jawa Timur, Natya juga mempresentasikan proposalnya yang berjudul “D Werc 57”. Proposal terse-but memaparkan mengenai destilasi air laut.“kami juga mendapatkan materi-materi dari Men-teri Pertahanan, Menpora, Menkokesra, dan banyak lagi pemateri-pemateri hebat lain seperti

Pak Pong Hendratmo, Sekretaris Dewan Kelau-tan,” tambahnya.Acara pertukaran pemuda tersebut menekankan kepada para pemuda In-donesia, khususnya, agar mereka lebih bisa mema-jukan maritim Indonesia.

mereka, karena saya bisa bertukar pengalaman, ide, dan juga mempela-jari bahasa daerah mereka. Tentunya sangat senang karena bisa bertemu dengan Presiden dan beberapa menteri yang hadir,” ungkap gadis pemilik tinggi 172 cm ini lantas tertawa. Setelah berdiskusi dengan beberapa peserta yang lain,

Total peserta yang mengikuti kegiatan terse-but adalah 287 peserta yang dikirim dari BKKBN, Kesra, Kemenag, BP2IP, Kemenpora, dan juga beberapa delegasi dari Filipina dan Vietnam.“senang sekali bisa ber-temu

Natya mengaku bahwa masih banyak pemuda yang konsen kepada daratan saja. Sehingga perhatian mereka terhadap dunia maritim tidak terlalu besar. Natya berharap dengan adanya acara seperti ini bisa menumbuhkan ketertari-kan para pemuda terhadap perkembangan dunia maritim Indonesia. (arn)

25 Haridi Atas KRI Makassar 590

Page 6: Horizon Edisi 1

P r o f i l e Horizon #5

Usia 18 Tahun,Prestasi Tingkat Dunia

Walau berkuliah di bidang permesinan ka-pal, bukan berarti tidak bisa berprestasi di bidang permesinan mobil, hal itulah yang dibuktikan oleh Yasin, dia berhasil mewakili Indonesia dalam ajang Worldskill bidang Automo-bile Technology di Leipzig, Jerman. Perjuangan untuk men-capai Jerman tidak mudah, sebelum berhasil mewakili Indonesia, Yasin harus mengikuti berbagai seleksi, mulai dari seleksi tingkat provinsi hingga regional ASEAN, dari 3 tahap terse-but ia berhasil mengalahkan lebih dari 100 peserta.

Setelah lolos dari seleksi ASEAN dengan predikat juara 1, Yasin menjalani pelatihan selama 6 bulan di Jakarta, mulai dari Januari – Juni 2013. Selama masa pelatihan tersebut ia mene-tap sementara di daerah Cilincing. Setelah 6 bulan dia berangkat ke Jerman untuk mengikuti World-skill Automobile Tech-nology, sesuai namanya, lomba tersebut diikuti oleh berbagai negara, termasuk Indonesia. Worldskill Automobile Technology memiliki 6 bi-dang lomba, yaitu : Engine Petrol Tube, Transmis-sion Over Houl, Engine Mechanical, Brake ABS System, Troubleshooting, Body Electrical, Steering & Suspension system.

Bidang mayoritas yang diu-jikan yaitu : Troubleshoot, Analisa & Rakit Engine. Sedangkan tipe mobil yang digunakan adalah, Audi, SCODA, dan VW. Sayang sekali Yasin gagal menjuarai kompetisi ini. Perbedaan teknologi yang digunakan ketika pelatihan di Jakarta dengan teknologi yang digunakan untuk lomba di Jerman menjadi salah satu faktor yang menyulitkann

Terlepas dari kekalahan-nya di Jerman, prestasi yang diraih Yasin sudah sangat luar biasa, dia bisa menjadi 1 dari sedikit pemuda yang berkesempatan meraih prestasi bidang dunia. Saat ini Indonesia memang belum menjadi juara, tapi yakinlah bahwa Indonesia bisa ! (akr)

nya. Selain itu di Indonesia tidak ada mobil SCODA, pa-dahal mobil jenis itu dilom-bakan saat di Jerman. Ke depannya, Yasin ber-harap agar pelatihan lebih dibenahi, karena Indonesia tidak boleh lagi tertinggal dalam bidang teknologi, akan menjadi hal yang memalukan jika pada lomba beberapa tahun ke depan Indonesia masih kalah karena teknologi yang ketinggalan zaman.