geokimia panas bumi - ciputranim

Upload: wahyudidonny

Post on 01-Jun-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    1/14

    BAB IV

    SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

    4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum

    Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah

    umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume tertentu pada

    kerak bumi dimana panas dipindahkan dari sebuah sumber panas ke

    pembuangan panas pada suatu permukaan. Sedangkan menurut Ellis dan

    Mahon (1977), sistem panas bumi adalah istilah umum yang digunakan untuk

    membahas keterkaitan atau interaksi antara sistem batuan-air yang memiliki

    temperatur air yang tinggi.

    Sistem panas bumi memiliki tiga elemen penting yaitu reservoir, fluida,

    dan sumber panas (Goff dan Janik, 2000). Reservoir tersusun atas batuan

    yang bersifat permeabel. Reservoir tersebut dapat merupakan batuan beku,

    batuan sedimen maupun batuan metamorf. Sedangkan fluida panas bumi

    dapat berupa air maupun uap. Sumber panas pada sistem panas bumi

    merupakan fungsi dari aspek geologi dan tatanan tektonik. Jika yang memicu

    aliran panas adalah magma, maka sistem panas bumi ini disebut sebagai

    sistem volkanogenik, sedangkan sistem yang dipicu oleh aktivitas tektonik

    berupa pengangkatan batuan dasar yang panas, perlipatan pada zona

    permeabel atau sesar dikenal dengan sistem non volkanogenik (Goff dan

    Janik, 2000).

    Sistem panas bumi yang dipicu oleh aktivitas gunung api berasosiasi

    dengan vulkanisme berumur Kuarter dan intrusi magmatik. Sistem panas

    bumi yang berkaitan dengan aktivitas gunung api hadir sepanjang batas

    lempeng dan hot spot . Sistem panas bumi ini memiliki temperatur hingga

    370 0C dengan kedalaman reservoir pada umumnya 1,5 km (Hochstein dan

    Browne, 2000). Sedangkan sistem panas bumi yang tidak berhubungan

    dengan sistem gunung api memiliki temperatur 50-250 0C dengan kedalaman

    reservoir ≥ 1,5 km.

    38

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    2/14

    Temperatur reservoir dari berbagai sistem panas bumi tersebut dapat

    diketahui dengan geotermometer air dan mineral. Geotermometer air dapat

    diterapkan pada manifestasi berupa mata air alami maupun pemboran sumur.

    Geotermometer air dapat dihitung berdasarkan solubilitas mineral (silika) dan

    reaksi pertukaran ion (Na-K, Na-K-Ca) (Nicholson, 1993).

    4.2 Manifestasi Air Hangat Daerah Penelitian

    Pengamatan mata air hangat dilakukan untuk menempatkan manifestasi

    permukaan dalam dimensi ruang dan waktu. Kegiatan yang dilakukan berupa

    pengamatan manifestasi, perekaman data, pengambilan sampel air dan batuan

    untuk analisis kimia air dan petrografi.

    Dari hasil pengamatan lapangan sedikitnya terdapat 3 manifestasi panasbumi yang diidentifikasikan di daerah penelitian, yaitu Cipanas-1 (Foto

    4.1), Cipanas-2 (Foto 4.2 A dan 4.2 C), dan Cileungsing (Foto 4.2 B dan 4.2

    D). Selain mata air panas, di daerah penelitian juga ditemukan alterasi berupa

    kaolinit (Gambar 4.1).

    Foto 4.1 Rembesan air panas di tepi Sungai Cipanas (foto diambil di

    lokasi G.14.4 menghadap tenggara)

    39

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    3/14

    Gambar 4.1. Peta manifestasi permukaan

    Cipanas-1

    Cipanas-2

    Cileungsing

    40

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    4/14

    4.2.1 Tahapan Pengambilan Sampel dan Analisis Air Panas

    Analisis komposisi kimia dan tipe air panas ini terdiri dari beberapa tahap,

    yaitu tahap pengambilan sampel, analisis kimia, pengolahan data dan

    penarikan kesimpulan. Tahap pengambilan sampel dilakukan pada tiga

    kelompok mata air, yaitu kelompok Cipanas-1 yang merupakan rembesan di

    sepanjang sungai Cipanas, kelompok Cipanas-2 yang merupakan mata air

    panas diluar Sungai Cipanas, dan Cileungsing yang merupakan air panas di

    daerah Cileungsing, sebelah utara Cipanas.

    Analisis kimia yang dilakukan pada sampel air hangat adalah untuk

    mengetahui kandungan kation utama, seperti Ca, Na, K, Mg dan anion utama

    seperti Cl, HCO 3, dan SO 4 serta senyawa oksida. Hasil analisis kimia

    selanjutnya diolah untuk mengetahui komposisi air panas, tipe dan

    karakteristik fluida reservoir panas bumi serta hubungan antara sistem panas

    bumi dengan pola alterasi yang terjadi di sekitarnya. Selain itu juga dilakukan

    pengukuran daya hantar listrik dan kesadahan (CaCO 3) serta tingkat

    keasaman larutan di laboratorium. Hasil analisis kimia tersebut dapat dilihat

    pada Tabel 4.1

    A B

    C D

    Foto 4.2 A)Kolam airhangat Cipanas-2. (fotodiambil di kolamCipanas-2)

    B) Kolam air hangatCileungsing (fotodiambil di kolamCileungsing)

    C) Mata air yang hadirdi dalam kolam airhangat Cipanas-2 (fotodiambil di kolamCipanas-2)

    D) Mata air yang hadirdi dalam kolam airhangat Cileungsing(foto diambil di kolamCileungsing)

    41

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    5/14

    Tabel 4. 1. Tabel komposisi kimia dan karakteristik air panas

    4.2.2 Geokimia Air Panas

    4.2.2.1 Karakteristik Umum dan Tipe Air Panas

    Secara umum, berdasarkan pengukuran di lapangan, air panas di daerah

    penelitian mempunyai temperatur yang hangat, yaitu 44 hingga 50°C, dengan

    No Parameter Analisis SatuanHasil Analisis

    Cipanas-1 Cipanas-2 Cileungsing

    1 Daya Hantar Listrik uS/cm 1747 1536 3340

    2 pH (laboratorium) 8,30 8,27 7,97

    3 pH pengukuran 6,2 5,9 6,2

    4Temperatur

    pengukuran0C 48 49,3 44

    5 Besi (Fe) mg/L 1,54 0,85 1,24

    6 Boron (B) mg/L 1,40 0,39 1,12

    7 Fluorida (F) mg/L 1,09 0,99 1,028 Kesadahan (CaCO 3) mg/L 192,60 210,60 277,80

    9 Kalsium (Ca) mg/L 4,03 8,06 11,28

    10 Magnesium (Mg) mg/L 44,35 46,29 60,67

    11 Klorida (Cl) mg/L 259,60 254,60 635,30

    12 Mangan (Mn) mg/L < 0,05 0,12 < 0,05

    13 Natrium (Na) mg/L 306 221,30 455

    14 Kalium (K) mg/L 25,30 22,60 35,40

    15 Ammonium (NH 3) mg/L 0,02 0,01 1,66

    16 Sulfat (SO 4) mg/L 1,12 < 0,50 2,22

    17 Bikarbonat (HCO 3) mg/L 461,40 444,50 519,50

    18 Karbonat (CO 3) mg/L 47,52 30,87 23,76

    19 Silika (SiO 2) mg/L 43,31 53,54 52,72

    20 Arsen (As) mg/L 0,0046 0,0037 0,0027

    21 Lithium (Li) mg/L 0,28 0,22 0,75

    42

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    6/14

    pH sekitar netral, yaitu 6-8 (Tabel 4.1). Sedangkan berdasarkan pengukuran

    laboratorium, derajat keasaman air hangat ini berkisar antara netral hingga

    mendekati basa, yaitu 7,9 hingga 8,3. Hasil analisa kimia pada Tabel 4.1

    menunjukkan, bahwa nilai kesadahan (CaCO 3) air panas berkisar antara 190-

    280 mg/L.

    Secara umum, tipe air panas terdiri atas air klorida (Cl), sulfat (SO 4), dan

    bikarbonat (HCO 3). Tipe air panas ditentukan berdasarkan kandungan relatif

    anion Cl, SO 4, dan HCO 3. Tipe air klorida merupakan fluida panas bumi yang

    berasal dari reservoir. Air klorida didominasi oleh anion klorida dengan

    konsentrasi yang dapat mencapai 10.000 mg/kg (Nicholson, 1993).

    Manifestasi air klorida umumnya berupa kolam berwarna jernih atau

    kehijauan atau endapan (sinter) silika. Tipe air sulfat umumnya ditemukan pada daerah dengan muka air tanah yang dekat dengan permukaan (< ~100

    m) (Nicholson, 1993). Air sulfat terbentuk karena adanya oksidasi H 2S

    menjadi H 2SO 4. Manifestasi di permukaan umumnya berupa kolam lumpur.

    Sedangkan air bikarbonat merupakan air dengan ion HCO 3 yang dominan.

    Air ini menghasilkan endapan travertin di permukaan jika mengandung kadar

    Ca yang tinggi.

    Berdasarkan anion Cl, SO 4, dan HCO 3, tipe air panas di daerah penelitian

    merupakan air klorida-bikarbonat dan bikarbonat (Gambar 4.2). SampelCipanas-1 merupakan sampel air panas yang berasal dari rembesan di

    sepanjang Sungai Cipanas. Rembesan air panas ini keluar melalui rekahan

    pada breksi vulkanik. Air panas Cipanas-1 didominasi oleh anion HCO 3

    (bikarbonat). Seperti halnya Cipanas-1, air panas Cipanas-2 digolongkan ke

    dalam air bikarbonat (HCO 3) yang didominasi oleh anion HCO 3.

    Berbeda halnya dengan Cipanas-1 dan Cipanas-2, Cileungsing memiliki

    kandungan Cl lebih tinggi, yaitu 635,30 mg/L dibandingkan dengan HCO 3

    (519,50 mg/L) dan SO 4 (2,22 mg/L). Dengan demikian, sampel Cileungsingdigolongkan sebagai air klorida-bikarbonat, dengan anion utama adalah Cl.

    Air panas Cileungsing diduga berasal langsung dari reservoir panasbumi di

    bawah permukaan. Meskipun air panas tersebut dipengaruhi oleh ion HCO 3

    43

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    7/14

    (bikarbonat) dan sulfat (SO 4), derajat keasaman air panas di daerah penelitian

    menunjukkan pH sekitar netral (Tabel 4.1)

    4.2.2.2 Reservoir dan Asal Air Panas

    Kandungan relatif Cl, Li, dan B pada Gambar 4.3 menunjukkan, bahwa air

    panas di daerah penelitian mengandung Cl yang relatif tinggi dibanding unsur

    Li dan B. Gambar 4.3 juga menunjukkan, bahwa rasio B/Cl air panas di

    daerah penelitian mempunyai nilai sangat rendah, yaitu kurang dari 0,02. Hal

    ini menunjukkan, bahwa air panas di daerah penelitian berasal dari satu

    reservoir dan dipengaruhi oleh aktivitas vulkanomagmatik.

    Umumnya kandungan Mg pada fluida bertemperatur tinggi berkisar 0,01-

    0,1 ppm (Nicholson, 1993). Peningkatan kandungan Mg pada fluida panas

    dapat diakibatkan adanya proses pencampuran fluida panas dengan air tanah

    yang memiliki kadar Mg tinggi, yaitu sekitar 1-40 ppm (Davis dan DeWiest,

    1966). Peningkatan konsentrasi Mg ini pun terjadi pada sampel air hangat di

    Gambar 4. 2. Rasio Cl, SO 4, HCO 3 menunjukkan tipe air panas

    44

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    8/14

    daerah penelitian yaitu sebesar 44-60 ppm. Berdasarkan Gambar 4.4 yang

    menunjukkan kadar Mg yang lebih tinggi dibandingkan kadar K dan Na,

    maka dapat disimpulkan bahwa fluida panas di daerah penelitian telah

    mengalami proses pencampuran dengan air tanah di dekat permukaan.

    Pengaruh air tanah dan pencampuran di permukaan sebenarnya juga terlihat

    dari tipe air panas yang berupa air HCO 3.

    Gambar 4. 3. Perbandingan B, Li dan Cl yang menunjukkan bahwa air hangat di daerahpenelitian berhubungan dengan aktivitas vulkanomagmatik

    Gambar 4. 4. Perbandingan kandungan relatif Na - K - Mg mata air hangat didaerah penelitian yang menunjukkan bahwa air hangat tersebut merupakan

    immature water (Giggenbach, 1988 dalam Nicholson, 1993)

    45

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    9/14

    4.2.2.3 Pola Aliran Air Panas

    Apabila dilihat dari tipe air panas yang hadir di daerah penelitian, ketiga

    manifestasi air hangat tersebut berada pada zona outflow . Tipe air bikarbonat

    yang hadir tersebut menunjukkan bahwa fluida reservoir telah mengalami

    kondensasi dan pencampuran dengan air permukaan. Hal tersebut

    mengindikasikan pula bahwa fluida panas tersebut mengalami aliran lateral.

    Gambar 4.3 menunjukkan, bahwa air panas di daerah penelitian

    mempunyai nilai Cl tinggi dibandingkan B dan Li. Hal ini menandakan,

    bahwa air panas di daerah penelitian dipengaruhi oleh aktivitas

    vulkanomagmatik. Perbandingan Na/K dan K/Mg yang ditunjukkan dengan

    Gambar 4.4 semakin memperkuat bahwa ketiga mata air berada pada zona

    outflow. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di daerah ini umumnyaterjadi reaksi antara air panas, air tanah, dan batuan sekitar di dekat

    permukaan.

    Berdasarkan Hochstein dan Browne (2000), manifestasi yang hadir pada

    sistem panas bumi yang bersifat volkanogenik sangat dipengaruhi oleh relief

    dan topografi dari gunung api (Gambar 4.5). Pada bagian puncak, manifestasi

    yang hadir dapat berupa fumarol dan solfatara yang mengandung uap dan gas

    yang tidak terkondensasi. Selain itu, manifestasi yang mungkin hadir adalah

    mata air sulfat yang merupakan hasil kondensasi uap yang bercampur denganair meteorik dangkal sehingga H 2S teroksidasi menjadi H 2SO 4. Air klorida

    berada lebih dalam dibanding air sulfat (Hochstein dan Browne, 2000).

    Karena topografi dan gradien hidrologi, mata air klorida biasanya ditemukan

    jauh dari sumber panas dan reservoir utama hingga beberapa kilo meter

    jauhnya. Jadi, pada sistem panas bumi dengan relief terjal berupa

    pegunungan, air klorida akan ditemukan pada zona outflow bukan pada zona

    upflow seperti pada sistem panas bumi relief datar.

    Model konseptual yang menggambarkan kemunculan manifestasi permukaan tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam mengetahui Sistem

    Panas Bumi Gunung Tampomas. Manifestasi permukaan hadir di kaki

    Gunung Tampomas yang berupa mata air panas bikarbonat dan klorida-

    bikarbonat dan berada pada outflow . Mengacu pada model konseptual, air

    46

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    10/14

    klorida yang berasal langsung dari reservoir kemungkinan berada di kaki

    Gunung Tampomas yang elevasinya lebih rendah dan lebih jauh dari puncak

    Gunung Tampomas. Jadi, untuk mendapat sampel air klorida yang langsung

    berasal dari reservoir dan tidak mengalami pencampuran dengan air tanah,

    pengambilan sampel harus dilakukan di daerah dengan elevasi lebih rendah

    menjauhi puncak Gunung Tampomas. Lokasi manifestasi berupa mata air

    hangat klorida tersebut mungkin akan berjarak beberapa kilometer dari

    manifestasi air hangat yang diteliti saat ini.

    4.2.2.4 Isotop Air Panas

    Pada studi ini hanya dilihat kandungan isotop stabil. Isotop stabil yang

    umum digunakan pada studi panas bumi adalah isotop hidrogen ( 1H, 2H atau

    Gambar 4. 5. Model konseptual sistem panas bumi yang dipicu oleh stratovolkanoandesitik. Temperatur reservoir umumnya ≥ 200 0C. Kedalaman reservoir ≤ 1,5 kmdengan kedalaman intrusi berkisar 2-10 km. Dimensi lateral dan outflow minimal 20

    km. (Hochstein dan Browne, 2000)

    47

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    11/14

    D-deutrium), karbon ( 12C, 13C), oksigen ( 16O, 18O), dan sulfur ( 32S, 34S).

    Isotop-isotop tersebut digunakan untuk mengetahui proses atau asal air atau

    gas.

    Kandungan D pada fluida panas bumi sama seperti D yang terkandung

    pada air meteorik, sedangkan nilai 18O pada fluida panas bumi akan bernilai

    lebih positif daripada air meteorik (Craig dkk., 1956; Craig, 1963 dalam

    Nicholson, 1993). Perubahan nilai 18O tersebut dapat disebabkan karena

    adanya reaksi pertukaran dengan isotop yang lebih berat. Beberapa nilai

    isotop menunjukkan bahwa kontribusi fluida magmatik pada fluida panas

    bumi memang sangat kecil (5-10% dari total fluida) sedangkan sisanya

    berasal dari air meteorik. Adanya pengaruh fluida magmatik akan

    menunjukkan nilai D fluida geothermal tidak akan sama dengan D airmeteorik (Nicholson, 1993).

    Isotop stabil yang digunakan untuk sampel air hangat di daerah penelitian

    adalah D-deutrium dan 18O. Kedua nilai isotop ini digunakan untuk

    mengetahui bahwa fluida panas pada sistem panas bumi di daerah penelitian

    berasal dari air meteorik atau fluida magmatik.

    Berdasarkan data nilai isotop deutrium dan Oksigen-18 (Tabel 4.2), ketiga

    mata air panas berada di sekitar garis biru yang merupakan garis air meteorik

    global ( Global Mateoric Water Line ) (Gambar 4.6). Hal ini menunjukkan

    bahwa recharge Sistem Panas Bumi Gunung Tampomas berasal dari air

    meteorik.

    4.2.3 Geotermometer

    Geotermometer merupakan metode untuk menghitung temperatur fluida

    dalam reservoir. Geotermometer yang digunakan disesuaikan dengan sifat

    dari sistem panas bumi tersebut. Temperatur fluida reservoir memiliki

    toleransi kesalahan hingga 10 0C. Berdasarkan temperatur, sistem geotermal

    dapat dibagi menjadi tiga yaitu sistem panas bumi temperatur tinggi (T ≥

    250 0C), sistem panas bumi temperatur sedang (T=125-250 0C), dan sistem

    panas bumi bertemperatur rendah (T ≤ 125 0C).

    48

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    12/14

    Tabel 4.2. Nilai isotop deutrium dan oksigen-18 mata air hangat

    No Lokasi Deutrium Oksigen-18 Unit Metode

    1 Cipanas-1 -28,87 ± 0,8 -5,23 ± 0,4 o/oo Vs SMOW Mass Spektrometer

    2 Cipanas-2 -27,37 ± 0,5 -5,11 ± 0,6 o/oo Vs SMOW Mass Spektrometer

    3 Cileungsing -28,57 ± 0,8 -4,94 ± 0,1 o/oo Vs SMOW Mass Spektrometer

    Gambar 4. 6. Grafik nilai isotop mata air Cipanas 1, Cipanas-2, dan Cileungsingyang menunjukkan bahwa recharge Sistem Panas Bumi Gunung Tampomas berasal

    dari air meteorik

    49

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    13/14

    Sistem panas bumi yang berhubungan dengan aktivitas gunung api pada

    umumnya merupakan sistem panas bumi bertemperatur tinggi. Temperatur

    reservoir pada sistem ini dapat mencapai ≥ 200 0C (Hochstein dan Browne,

    2000). Dengan demikian, geotermometer yang baik digunakan untuk

    menghitung temperatur fluida reservoir pada Sistem Panas Bumi Gunung

    Tampomas adalah geotermometer K-Na dan silika karena kedua

    geotermometer ini valid untuk digunakan dalam perhitungan sistem panas

    bumi yang memiliki temperatur sekitar 250 0C (Nicholson, 1993). Rumus

    untuk perhitungan geotermometer K-Na adalah :

    t oC = 1217/ [log (Na/K) + 1.483] – 273 (Fournier, 1979 dalam Nicholson, 1993)

    t oC = 1390/ [log (Na/K) + 1.750] – 273 (Giggenbach, 1988 dalam Nicholson,

    1993)

    Penggunaan geotermometer K-Na memiliki beberapa batasan, yaitu:

    1. Digunakan untuk air yang diperkirakan memiliki temperatur reservoir

    >180 0C.

    2. Digunakan jika air mengandung Ca rendah berdasarkan perhitungan (log

    (Ca 1/2 / Na) + 2,06) menghasilkan nilai negatif.

    3. Digunakan untuk air klorida dengan pH mendekati netral.

    Geotermometer silika yang digunakan adalah geotermometer kuarsa

    adiabatik dan kuarsa konduktif. Rumus untuk kedua geotermometer ini

    adalah:

    Kuarsa Adiabatik ( Maximum Steam Loss ):

    t oC = 1522/ (5,75-log SiO 2) – 273 (Nicholson, 1993)

    Kuarsa Konduktif ( No Steam Loss ):

    t oC = 1309/ (5,19-log SiO 2) – 273 (Nicholson, 1993)

    Penggunaan geotermometer kuarsa baik digunakan untuk kondisi reservoir

    yang kemungkinan bertemperatur > 150 0C contohnya sistem panas bumi

    yang dipicu oleh aktivitas magmatik. Penggunaan geotermometer ini

    memiliki beberapa batasan, yaitu:

    1. Geotermmometer kuarsa adiabatik baik digunakan untuk sumur dan mata

    air panas boiling atau kolam dengan debit hingga ≥ 2 kg/detik khususnya

    50

  • 8/9/2019 Geokimia Panas Bumi - Ciputranim

    14/14

    yang memiliki sinter silika. Temperatur maksimum yang dihitung oleh

    geotermometer ini untuk manifestasi berupa mata air adalah ~ 210 0C.

    2. Geotermometer kuarsa konduktif baik digunakan untuk mata air dengan

    temperatur sub-boiling .

    Tabel 4. 3. Temperatur reservoir berdasarkan perhitungan berbagai geotermometer

    Geotermometer Cileungsing

    T Na-K(Fournier,1979) (oC) 200

    T Na-K (Giggenbach, 1988) (oC) 210

    T Kuarsa Konduktif (oC) 105

    Air panas yang bisa digunakan untuk perhitungan geotermometer adalah

    tipe air klorida (Cl), karena air klorida memiliki pH sekitar netral yang paling

    baik untuk menunjukkan kondisi reservoir. Pada daerah penelitian, air panas

    dengan anion Cl yang lebih dominan dibanding anion HCO 3 dan SO 4

    hanyalah air hangat Cileungsing, sehingga perhitungan geotermometer hanya

    berlaku pada air tersebut.

    Dari penghitungan geotermometer-geotermometer tersebut didapat

    temperatur reservoir sebesar 200-210 0C untuk geotermometer K-Na dan

    105 0C untuk geotermometer kuarsa konduktif. Berdasarkan syarat-syarat

    geotermometer K-Na, dengan (log (Ca 1/2/Na) + 2,06) = -1,9, dan

    geotermometer silika maka geotermometer yang paling baik digunakan

    adalah geotermometer K-Na. Selain itu, mengingat Sistem Panas Bumi

    Gunung Tampomas merupakan sistem panas bumi yang berhubungan dengan

    aktivitas gunung api yang memiliki temperatur ≥ 200 0C (Hochstein dan

    Browne), maka geotermometer yang digunakan adalah geotermometer K-Na

    dengan temperatur reservoir 200-210 0C. Dengan demikian, temperatur fluida

    reservoir pada Sistem Panas Bumi Gunung Tampomas adalah 200-210 0C.

    51