gabungan analisa jurnal fix

19
1. IDENTIFIKASI A. Judul ‘’Comparison of Catheter-associated Urinary Tract Infection Rates by Perineal Care Agents in Intensive Care Units’’ B. Pengarang Ihnsook Jeong, PhD, RN Associate Professor, College of Nursing, Pusan National University, Busan, Korea Soonmi Park, MSN, RN dan Young Soon Lee, RN Team Manager, Department of Nursing, Pusan National University Yangsan Hospital, Yangsan, Korea Jae Sim Jeong, PhD, RN, Associate Professor, Department of Clinical Nursing, University of Ulsan, Seoul, Korea Duck Sun Kim, PhD, RN Team Manager, Department of Nursing, Pusan National University Hospital, Busan, Korea Young Sun Choi, RN dan Young Mi Park, RN Unit Manager, Department of Nursing, Pusan National University Hospital, Busan, Korea C. Nama dan Edisi Jurnal Elsivier, Asian Nursing Research Volume : 4. Nomor : 3. September 2010 D. Topik Topik yang diangkat pada penelitian ini adalah tentang infeksi saluran kemih pada pasien yang

Upload: dwi-setyo-purnomo

Post on 20-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Analisa jurnal Urin

TRANSCRIPT

1. IDENTIFIKASIA. Judul Comparison of Catheter-associated Urinary Tract Infection Rates by Perineal Care Agents in Intensive Care UnitsB. PengarangIhnsook Jeong, PhD, RN Associate Professor, College of Nursing, Pusan National University, Busan, KoreaSoonmi Park, MSN, RN dan Young Soon Lee, RNTeam Manager, Department of Nursing, Pusan National University Yangsan Hospital, Yangsan, KoreaJae Sim Jeong, PhD, RN,Associate Professor, Department of Clinical Nursing, University of Ulsan, Seoul, KoreaDuck Sun Kim, PhD, RNTeam Manager, Department of Nursing, Pusan National University Hospital, Busan, KoreaYoung Sun Choi, RN dan Young Mi Park, RNUnit Manager, Department of Nursing, Pusan National University Hospital, Busan, KoreaC. Nama dan Edisi JurnalElsivier, Asian Nursing Research Volume : 4. Nomor : 3. September 2010D. Topik Topik yang diangkat pada penelitian ini adalah tentang infeksi saluran kemih pada pasien yang berkaitan dengan pemasangan kateter urine indwelling di Intensive Care Units (ICU). Dimana pada paraktik klinisnya sudah dilakukan tindakan pencegahan dengan tindakan perawatan perineal menggunakan agen perawatan perineal seperti : air dan sabun, foam pembersih kulit, 100% povidon-iodin, normal salin. Namun perawat dilapangan tidak mengetahui, diantara agen perawatan perineal yang digunakan, mana yang mempunyai efektivitas yang lebih baik terhadap infeksi saluran kemih.E. Latar Belakang MasalahPenulis dalam hal ini mengangkat topik Infeksi saluran kemih berkaitan dengan pemasangan kateter urine indwelling dilator belakangi oleh karena infeksi saluran kemih merupakan masalah kesehatan tersering yang ditemukan pada pasien dengan pemasangan kateter urine. Terhitung lebih dari 30% dari infeksi yang terjadi di Rumah sakit, khususnya pada pasien yang di Intensive Care Unit (ICU). Pemasangan kateter urine indwellingjuga merupakan penyebab infeksi yang paling sering yaitu, 80% dari infeksi nosokomial yang terjadi di Rumah sakit.Tindakan pencegahan terhadap infeksi yang disebabkan oleh pemasang kateter urine juga sudah dilakukan dengan berbagai strategi, salah satunya dengan mengatur periode pemasangan. Tapi dalam keadaan yang emergency infeksi dicegah dengan menyesuaikan ukuran, bahan kateter dan dilakukan perawatan perineal. Pemberian antibiotic juga dilakukan untuk mencegah infeksi.Perawatan perineal sebelum dilakukan pemasangan kateter urine indwelling sangat penting. Namun terbatasanya penelitian yang mengangkat topik ini membuat praktik klinis tidak bisa mengetahui efektivitas dari agen perawatan yang digunakan. Tercatat hanya Enam penelitian yang dipublikasikan dari tahun 1980 2008. Mengingat praktik klinis dilapangan perawat lebih sering menggunakan air dan sabun, foam pembersih kulit, 100% povidon-iodin, normal salin untuk perawatan perineal maka dari itu penulis mengangkat topik ini untuk dijadikan penelitian.F. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah :i. Untuk membandingkan hasil dari penggunaan agen perawatan perineal diantaranya, dan sabun, foam pembersih kulit, 100% povidon-iodin, normal salin untuk mencegah infeksi saluran kemih yang berkaitan dengan pemasangan kateter urine indwelling.ii. Membatu perawat di ICU untuk memilih agen perawatan perineal yang lebih efektif untuk mencegah infeksi saluran kemih yang berkaitan dengan pemasangan kateter urine indwelling.Studi desainTerdapat empat kelompok dalam penelitian ini yang membandingkan tingkat CAUTI (catheter-associated urinary tract infections) yaitu dengan menggunakan perawatan perineum termasuk sabun dan air, skin cleansing foam care (Menalind), povidone-iodine 10%, dan normal saline pada pasien di ICU. Metode ini digunakan sebelum penggunaan agen (baseline,0 minggu), pada 1 minggu, 2 minggu, dan 4 minggu.

Intervensi perawatan perineum diberikan untuk setiap pasien di ICU dengan segera , sebelum kateter dimasukkan(insersi) dan perawatan perineal dilakukan setiap harinya. Variabel dalam penelitian ini adalah usia, penggunaan antibiotik, fecal inkontinensia, tingkat kesadaran, demam dan diabetes (Gould et al, 2010;. Tsuchida et al, 2008.).Peserta PenelitianKriteria inklusi tertentu didasarkan pada definisi dari perawatan kesehatan terkait dengan infeksi (Garner, Jarvis, Emori, Horan, & Hughes, 1988)a. Pasien yang baru dirawat di emergensi, medical or neurosurgical ICU di Nasional University Hospital di Korea antara 1 April 2008 sampai 31 Juli 2008; b. Perempuan usia lebih dari 20 tahunc. Tidak memiliki diagnosis infeksi saluran kemih, yaitu dengan kultur urin negatif sebelum penelitiand. Tidak memakai kateter ketika dirawat di ICU atau pasien dengan kateter yang masuk ke dalam ruang emergensi di rumah sakit studi dalam waktu 12 jam sebelum masuk ke ICU, dan yang memiliki kultur urin awale. Terus memakai kateter in situ minimal 2 hari setelah insersi.Hanya pasien perempuan yang terdaftar dengan control kelompok untuk konsistensi perawatan perineum, karena perawatan untuk wanita dilakukan oleh perawat dan untuk laki-laki adalah dilakukan oleh dokter.Seratus dua puluh (120) pasien perempuan dirawat di ICU selama masa studi. 23 pasien dikeluarkan karena bakteriuria sudah ada sebelumnya atau periode kateterisasi kurang dari 2 hari. Dari 97 peserta yang tersisa perawatan perineum dibagi dalam beberapa kelompok studi yaitu :a. Sabun dan air (n = 22)b. Skin cleansing foam care (n = 24)c. Povidoneiodine 10% (n = 28)d. Normal saline (n = 23).Persetujuan etis untuk studi ini diberikan oleh Rumah Sakit Institutional Review Board.Instrumen penelitianInstrumen penelitian adalah pengumpulan data terstruktur dikembangkan oleh tim riset peneliti. Itu terdiri dari empat bagian: a) karakteristik umum peserta (usia, diagnosis saat masuk, yang mendasari penyakit, penggunaan antibiotik, fecal incontinence, tingkat kesadaran, demam lebih dari 38 C)b) Karakteristik kateter berhubungan dengan (tanggal dan tempat insersi, ukuran dan jenis, alasan insersi dan tanggal pelepasan )c) perawatan perineum terkait karakteristik seperti pemeliharaan dari sistem tertutup, fiksasi dan perawatan perineum yang telah dilakukan perawatd) catheter-associated urinary tract infections (CAUTIs)Kejadian CAUTI diselesaikan oleh satu penelitian berdasarkan definisi CDC(United States Centers for Disease Control and Prevention) ISK, khususnya, bakteriuria asimptomatik (Horan, Andrus, & Dudeck, 2008) setelah mengevaluasi kultur urin dan hasil tes urinalisis.

Intervensi (prosedur perawatan perineum)Penulis mengembangkan protokol dan daftar untuk menentukan bagaimana memasukkan(insert) dan merawat(menage) indwelling kateter , dan bagaimana menerapkan agen perawatan perineum berdasarkan pedoman pencegahan ISK (Gould et al., 2010) untuk meminimalkan pengaruh faktor eksogen terhadap kejadian CAUTIs pada pemasangan kateter dan mengontrol konsistensi perawatan perineum yang dilakukan perawat. Protokol dan checklist termasuk :a. penanganan aseptik dan pemeliharaan sistem tertutupb. membatasi pelepasan indwelling katerter dan urobagc. bagaimana melepas kateter dan urobag, jika perlu, pengelolaan aseptic urobagd. pengambilan sample urin menggunakan syringes dengan aseptice. fiksasi dari indwelling kateter. Protokol ini diuji selama Februari 2008, dan dievaluasi selama beberapa pertemuan dengan kepala perawat dan peneliti. Sebelum memulai intervensi, kepala perawat disetiap ICU memberi pengarahan tentang protokol kepada setiap perawat, memastikan bahwa protokol di amati, dan melengkapi checklist setiap pergantian shift untuk memastikan kepatuhan mereka.Para staff perawat ICU memberikan perawatan perineum dengan pasien sekali sehari sesuai dengan protokol. a. Untuk perawatan sabun dan air, dalam daerah perineum dicuci dari labia minora ke labia majora menggunakan liquid soap ball. Soap ball dipegang dengan Kelly clamp, yang dipegang dengan tangan bersarung steril. Membilas dilakukan dari depan ke belakang menggunakan bola kapas basah.b. Untuk skin cleansing foam care, Menalind disemprotkan pada daerah perineum. Botol semprot digenggam dengan tangan bersarung steril. Membilas dilakukan dari depan ke belakang menggunakan bola kapas basah.c. Perawatan povidone-iodine 10% dan perawatan normal saline dilakukan dengan cara yang sama dengan perawatan sabun dan air dengan povidone-iodine 10% balls dan normal saline balls tanpa membilas.Staff perawat ICU diizinkan untuk memberikan perawatan perineum lebih dari sekali sehari dengan menggunakan perawatan yang sama dalam situasi seperti fecal inkontinensia. Mengingat karakteristik yang berbeda pada pasien di setiap ruang ICU penelitian ini dilakukan ,sehingga empat macam perawatan perineum dapat diterapkan pada pasien dalam tiga ruang ICU yang berbeda selama penelitian.

Pengumpulan urinPengumpulan urin dilakukan oleh staf perawat dengan perintah. Jika pasien dirawat di ICU dengan insersi indwelling kateter di ruang emergensi, staff perawat konfirmasi ada atau tidak baseline mengumpulkan sampel urin di ruang emergensi, dan memastikan bahwa urin dikumpulkan dalam waktu 12 jam setelah insersi kateter. Pengumpulan urin dilakukan pada 1 minggu, 2 minggu, dan 4 minggu setelah mulai kateterisasi, atau pada saat pelepasan kateter untuk alasan apapun. Urin yang dikumpulkan dikirim ke laboratorium rumah sakit sesegera mungkin, dan selalu dalam waktu 2 jam setelah pengumpulan, bakteri di kultur dengan menggunakan metode mikrobiologi standar (Barrow & Feltham, 1993). Identifikasi bakteri dilakukan dengan metode konvensional sesuai Kirby-Bauer disc diffusion technique dengan VITEK 2 sistem (bioMerieux, Marcy l'Etoile, france) dan Sistem Microscan (AutoScan-4; Siemens, Munich, Jerman).Analisis statistikSemua analisa dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 14.0 (SPSS Inc, Chicago, IL, USA).Untuk semuaanalisis statistik, tingkat signifikan yang ditetapkan sebagaip