[g-d104-5] pp.275-280 rancang bangun pengaturan suhu dan kelembaban untuk optimasi proses ferment

Upload: itaaaminoto

Post on 02-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 [G-D104-5] Pp.275-280 Rancang Bangun Pengaturan Suhu Dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Ferment

    1/6

    The 14thIndustrial Electronics Seminar 2012 (IES 2012)Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 24, 2012

    ISBN: 978-602-9494-28-0 275

    Rancang Bangun Pengaturan Suhu Dan Kelembaban

    Untuk Optimasi Proses Fermentasi Tempe

    Muhammad Adib Hadiyan Shah, Dita Aprilia Sutama, Rusiana, Hendik Eko Hadi S

    Program Studi D3 Teknik Elektro Industri - Departemen Teknik Elektro

    Politeknik Elektronika Negeri SurabayaInstitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

    Email : [email protected],[email protected],[email protected]

    Abstrak

    Proses fermentasi tempe dengan cara

    konvensional memerlukan waktu yang lama. Hal ini

    tergantung pada kondisi suhu dan kelembaban di

    lingkungan sekitar yang berubah-ubah. Seharusnya

    suhu dan kelembaban optimum untuk membantu

    proses fermentasi tempe adalah antara 300

    C-350

    Cdan 60%-70% RH. Tidak menentunya suhu dan

    kelembaban sekitar dapat memperlama waktu prosesfermentasi. Untuk mengatasinya,diperlukan suatu

    sistem yang dapat menjaga kestabilan suhu dan

    kelemababan sesuai yang diinginkan. Sistem tersebut

    terdiri dari heater sebagai alat yang menghasilkan

    panas untuk dialirkan ke seluruh permukaan

    inkubator fermentasi tempe dibantu sirkulasi udara

    oleh exhaust dan blower. Penggunaan buck converter

    sebagai driver Fan DC untuk blower pada inkubator

    dan menggunakan AC AC converter untuk mengatur

    tengangan heater. Dalam perancangan sistem

    peralatan elektronik yang mempunyai kemampuanuntuk membantu proses fermentasi tempe secaraotomatis, digunakan rangkaian mikrokontroller

    ATMEGA 16 dan dengan sensor temperatur dan

    kelembaban berupa IC SHT 11. Sensor tersebut

    digunakan untuk membaca suhu dan kelembaban

    ruang inkubator, sehingga suhu dan kelembaban

    inkubator dapat dijaga konstan. Hasil dari proses

    fermentasi tempe secara otomatis ini adalah pada

    proses fermentasi tempe jenis bungkus plastik

    berlangsung selama 19 jam dibandingkan dengan

    cara konvensional yang membutuhkan waktu 27 jam,

    sedangkan pada tempe jenis bungkus daun

    berlangsung selama 21 jam dibandingkankonvensional yang membutuhkan waktu 30 jam, dan

    pada tempe tanpa bungkus secara otomatis

    berlngsung selama 20 jam yang lebih cepat

    dibandingkan konvensional yang membutuhkan

    waktu selama 28 jam.

    Kata kunci: Mikrokontroler ATMega 16, SHT 11,

    Buck Converter , AC to AC Voltage Controller

    1.PendahuluanTempe merupakan salah satu makanan

    tradisional yang dibuat dari proses fermentasi dari

    biji kedelai yang menggunakan beberapa jeniskapang seperti Rhizopus oligosporus dan Rhizopus

    oryzae[1].Jenis kapang ini dapat tumbuh optimumpada suhu antara 30-35 C dan kelembaban udarasekitar 60-70% RH.Sehingga banyak digunakan oleh

    para produsen tempe untuk membantu pada saatproses fermentasi. Namun pada umumnya, dalampembuatan tempe para produsen masih menggunakan

    cara manual khususnya pada saat prosesfermentasi.Sering kali timbul masalah

    dalamfermentasi tempe khususnya di musim yangsuhu dankelembabannya tidak menentu. Berubah-ubahnyacuaca membuat suhu dan kelembaban didalam ruangan pembuatan tempe juga berubah-ubah.

    Hal ini dapatmengakibatkan tempe tidak bisaterbentuk tepat padawaktunya dan kualitasnya jugaberkurang. Pada cuaca dingin, tempe biasanya

    ditutupi dengan kain atau penutup lain supaya suhupada tempe tetap stabil dan tempe dapat matang tepatwaktu. Saat melakukan ini, produsen tidak

    mengetahui berapa suhu dibutuhkan.

    2.Metode

    2.1 Sensor temperature dan kelembapan (SHT 11)Module SHT11 merupakan modul sensor suhu

    dan kelembaban relatif dariSensirion. Spesifikasidari SHT11 ini adalah sebagai berikut:

    1. Berbasis sensor suhu dan kelembaban relatifSensirion SHT11.

    2.

    Mengukur suhu dari -40C hingga +123,8C, atau

    dari -40F hingga+254,9F dan kelembaban relatifdari 0%RH hingga 1%RH.

    3.

    Memiliki ketetapan (akurasi) pengukuran suhu

    hingga 0,5C pada suhu 25C dan ketepatan(akurasi) pengukuran kelembaban relatif hingga3,5%RH.

    4.

    Memiliki atarmuka serial synchronous 2-wire,bukan I2C.

    5.

    Jalur antarmuka telah dilengkapi dengan

    rangkaian pencegah kondisi sensor lock-up.6.

    Membutuhkan catu daya +5V DC dengankonsumsi daya rendah30 mW.

    7. Modul ini memiliki faktor bentuk 8 pin DIP0,6sehingga memudahkan pemasangannya.

    (a)

  • 8/10/2019 [G-D104-5] Pp.275-280 Rancang Bangun Pengaturan Suhu Dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Ferment

    2/6

    Control Systems, Technologies and Applications

    276

    (b)

    Gambar 1. a)SHT-11[2]. b)Rangkaian Standart

    Sensor SHT 11 [2]

    Sensor SHT11 memiliki ADC (Analog toDigital Converter) di dalamnya sehingga keluaran

    data SHT 11 sudah terkonversi dalam bentuk datadigital dan tidak memerlukan ADC eksternal dalampengolahan data pada mikrokontroler.[2]

    2.2

    Buck ConverterBuck chopper adalah konverter daya yang

    digunakan untuk merubah suatu tegangan dcmasukan (Va) ke tegangan keluaran dc yang lebih

    kecil (Vs). Seperti halnya tranformator pada teganganAC.

    Konverter buck dibangun dengan 5 komponen utama,

    yaitu:1.

    PWM generator, yaitu pembangkit pulsaberfrekuensi tinggi (diatas 20 KHz) yang

    duty cycle-nya dapat diubah-ubahbergantung besar tegangan output yangdiinginkan dan tegangan input yang ada.

    Output dari PWM generator ini digunakanuntuk memberi sinyal MOSFET yangberfungsi sebagai saklar elektronik. Besar

    duty cycle untuk mengeluarkan teganganoutput yang diinginkan dapat dihitungdengan rumus

    (2.1)

    Dimana:Vo = tegangan output yangdiinginkan

    d = duty cyclePWMVi = tegangan input.

    2. MOSFET sebagai saklar elektronik yangmengalirkan dan memutus arus dari sumbertegangan.

    3. Diode freewheel yang berfungsi sebagaitempat mengalirnya arus saat MOSFET off.

    4.

    Induktor sebagai filter arus yang

    mengurangi ripple arus switching. Untuk

    perhitungan nilai Induktor dapat dihitungdengan rumus :

    (2.2)Dimana:

    L = Induktor (H)Vo = tegangan output yang diinginkan

    (V)

    D = duty cyclePWMVd = tegangan input. (V)f = frekuensi switching

    = delta arus5.

    Kapasitor sebagai filter tegangan untukmengurangi ripple tegangan. Untukperhitungan nilai Induktor dapat dihitung

    dengan rumus :

    (2.3)

    Dimana:C = kapasitor (H)

    Vo = tegangan output yang diinginkan(V)

    F = frekuensi switching

    = riple arus

    = ripletegangan

    2.3.

    AC to AC Voltage ConverterUntuk mengubah tegangan bolak-balik (AC)

    menjadi tetap tegangan bolak-balik (AC) , tetapibesarnya tegangan output dapat diubah-ubah maka

    digunakan rangkaian AC Voltage Controller. Padatugas akhir ini jenis rangkaianAC Voltage Controlleryang digunakan adalah rangkaian pengontrol

    gelombang penuh satu fasa dengan bebanresistif.Selama tegangan masukan setengah sikluspositif, daya yang mengalir dikontrol oleh beberapa

    sudut tunda dari TRIAC.Pulsa-pulsa yang dihasilkanpada TRIAC terpisah 180.

    Tegangan keluaran rms dapat ditentukan melaluipersamaan :

    Vo = Vs [ 1/( + (0,5 sin 2)) ] (2.4)Dengan variasi sudut dari 0 sampai . Vo dapat

    divariasikan dari Vs sampai 0 volt.

  • 8/10/2019 [G-D104-5] Pp.275-280 Rancang Bangun Pengaturan Suhu Dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Ferment

    3/6

    Control Systems, Technologies and Applications

    277

    3.

    Perancangan Sistem

    3.1 Perencanaan Perangkat Keras

    Gambar 2.Blok diagram sistem

    Blok diagram secara keseluruhan dari sistemditunjukkan pada gambar diatas. Dalam pengaturansuhu dan kelembaban inkubator fermentasi

    memerlukan alat untuk menjaga agar suhu dankelembabannya ideal sesuai yang diperlukan. Yaitu

    exhaustdan bloweruntuk mensirkulasikan udara dari

    luar ke dalam plan agar suhu dalam plandapat dijagaagar tidak melebihi suhu 30-35C.Nilai teganganpenyulutan yang diberikan pada heaterdisesuaikandengan kebutuhan panas didalam ruang inkubatormengingat kontrol pada inkubator menggunakan PI

    kontrollersehingga kebutuhan panas akan disesuaikansecara otomatis. Jika heater menghasilkan panasyang tinggi maka kipas akan berputar lebih kencang

    dengan rpm sebesar 1000 rpm. Sebaliknya jika heatermenghasilkan panas yang rendah maka kipas akanberputar lebih pelan dengan rpm sebesar 500 rpm.Kontrol otomatis blowerdan exhaustakan dilakukan

    oleh mikrokontroler ATmega16 yang diatur agar

    blower danexhaust nyala dan mati secara bergantian,tujuannya agar terjadi sirkulasi udara pada inkubator.

    3.2 Perancangan Buck ConverterKonverter buck yang pada proyek ini digunakan

    sebagai pengatur tegangan fan DCsebagai blowerpada heater dalam inkubator sehingga dapat diatur

    putarannya, konverter buck terdiri dari beberapakomponen utama, yaitu mosfet sebagai switch,induktor, kapasitor, diode, dan beban. Gambarrangkaian konverter buck terlihat seperti Gambar 3.

    Vi nput

    MOSFET

    Di ode

    L

    Load Vout put

    AA

    C

    Gambar 3.RangkaianBuck converter

    Untuk mendesain konverter yang baik diperlukanperhitungan nilai komponen-komponen yang tepat.

    Karena nilai komponen yang tidak tepat, dapatmenyebabkan hasil output yang kurang baik, sepertikeluarnya ripple tegangan dan arus yang terlalu

    besar. Untuk mendesain rangkaian konverter, perlu

    ditetapkan beberapa variabel, yaitu:

    Desain buck converterTegangan input (Vs) = 20 volt

    Tegangan output(Vo) = 12 voltArus output (Io) = 2 AFrekuensi (F) = 40 khziL = 20% x IL= 0.2x 2 =0.4 A

    vo = 0.5% x Vo = 0.005x12= 0.06 V

    3.3. Perancangan AC to AC Voltage ControllerRangkaian pengontrol AC to AC satu fasa

    yang tampak pada Gambar 4. dirancang untuk

    bekerja sebagai pengontrol tegangan AC untukmensuplai tegangan ke beban dengan nilai tahananyang tetap, sehingga diperoleh nilai arus bervariasi

    yang akan digunakan untuk menguji karakteristikperalatan pengaman arus lebih.

    Gambar 4.Rangkaian AC-AC konverter 1 fasa

    4. Hasil Pengujian Sistem

    4.1 Pengujian SHT 11Pengujian SHT 11 ini berfungsi untuk

    mengatahui apakah sensor dapat membaca suhu dankelembaban secara benar.

    Tabel 1.Perbandingan Data Suhu dan Kelembaban

    Alat Temp. C Humy RH

    SHT11 30.75 56

    ThermoHygro 29.7 51

    ThermoHygro merupakan alat pengukur suhu

    dan kelembaban ruangan secara digital. Dalam hal inidata yang diperoleh dari sensor akan dibandingkandengan data hasil pengukuran alat digital. Dari hasilpengukuran didapatkan hasil seperti pada tabel diatas

    dan dapat diketahui bahwa keduanya mempunyaiperbedaan data yang kecil.

    4.2 Buck ConverterPengujian buck converter digunakan untuk

    mengetahui respon buck converter terhadap

    perubahan duty cycle. Dalam pengujiannya, buckconverterdiberi input 20 volt dan diberi sinyal drive

    dengan duty cycle mulai dari 20% hingga 80%.

    Secara teoritis, output konverter akan bernilaisebanding dengan duty cycle PWM yang digunakanuntuk menyulut mosfet. Seperti yang terlihat pada

    MikrokontroolerAT Me a 16

    PLN

    220 V

    Trafo

    Stepdown220V:110V

    AC-AC

    Converter

    TrafoStepdown

    220V:24VAC-DCRectifie

    Buck

    Converter

    Driver

    Sensor SHT11

    DAC

    LCD

    Fan

    DC

    Inkubator

    Fermentasi Tempe

  • 8/10/2019 [G-D104-5] Pp.275-280 Rancang Bangun Pengaturan Suhu Dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Ferment

    4/6

    Control Systems, Technologies and Applications

    278

    Tabel 2.Output buck converter mempunyaiperbedaan dengan teorinya. Terdapat beberapa hal

    yang menyebabkan munculnya nilai yang berbedaantara perhitungan secara teori dengan pengukurandalam pengujian, salah satu diantaranya yaitu dutycycle yang berubah setelah sinyal PMW dari

    mikrokontroler masuk ke rangkaian totempole. Halini dikarenakan kecepatan respon dari opto-isolatoryang lebih rendah dari pada kecepatan switchingPWM dari mikrokontroler.

    Tabel 2.Tabel pengujian buck converter beban

    motor dc fan

    Buck converterkami gunakan untuk blower padaDC fan pada ruang inkubator. Pada pengujian initegangan inputBuck converteradalah 20 volt dengan

    dutycycle sebesar 60% sehingga menghasilkantegangan output sebesar 12 volt berdasarkanperhitungan di bawah ini :

    Vout = Vin x D= 20 x (60/100)

    = 12 VoltSedangkan pada hasil pengujian ketika diberi

    dutycycle 60% didapatkan nilai Vout = 11.92 Volt,

    sehingga didapatkan % error sebesar 0.67% .Pada pengujian buck converter yang kami

    lakukan adalah mengubah dutycycle mulai dari 20%sampai dengan 80% dengan step 20% seperti terlihat

    pada tabel 2. diatas. Tujuan dari pengujian ini adalahmengetahui tegangan keluaran buck converter yangnantinya akan dibandingkan dengan perhitungansecara teori sehingga diketahui kelebihan dankekurangan desain buck converter yang telah kami

    lakukan sebelumnya.

    4.3 AC to AC Voltage ControllerPengujian dilakukan dengan menggunakan

    beban heater 200 watt dengan dicatu tegangansebesar 110V. rangkaian ini berfungsi untukmengubah-ubah tegangan output ac sesuai dengan

    yang diharapkan. Untuk mengatur output tegangandari rangkaian AC-AC konverter dilakukan dengancara mengubah sudut penyulutan pada TRIAC sesuaidengan siklus kerjanya menggunakan TCA 785.

    Perbandingan Nilai Vac Teori dan Vac Praktek

    yang didapatkan dengan mengatur sudut penyalaanpada triac terlihat pada tabel 3, dibawah. Terdapaterror yang kecil pada setiap perubahan penyulutan

    Tabel 3.Perbandingan Vac Teori dan PraktekSudut

    ()

    Vac Teori

    (V)

    Vac Praktek

    (V)

    Error

    (%)

    0 110 109.3 0.6

    30 91.93 87 5.36

    60 73.59 70.03 4.83

    120 36.4 35 3.84

    180 0 0.14 0.6

    Pengaturan suhu dari heater dilakukan denganmelakukan penyulutan pada AC-AC VoltageController dimana output dari AC-AC Voltage

    Controller digunakan sebagai tegangan inputan dari

    heater. Untuk menghasilkan suhu 300C-35

    0C, AC-

    AC Voltage Controller disulut pada penyulutan

    pada triac sebesar 90o yang akan menghasilkan

    tegangan output sebesar 55 volt.

    4.4 Pengujian Hasil Pembuatan Tempe

    Dari hasil percobaan baik secara manual maupunotomatis, alat pembuatan tempe ini sudah cukup

    bagus karena memiliki tingkat keberhasilan sesuaiyang diharapkan. Pada tabel 4 diketahui bahwajumlah tempe yang jadi atau layak di konsumsi

    adalah 20 bungkus dari 20 tempe bungkus yang telahdibuat pada percobaan pembuatan secarakonvensional.

    Tabel 4. Pengujian pembuatan tempe secarakonvensional

    Untuk hasil pembuatan tempe secara otomatisternyata memiliki tingkat keberhasilan sesuai yang

    diinginkan dari total 20 bungkus tempe yang dibuat .Sedangkan yang menjadi perbedaan antara

    pembuatan secara manual dengan otomatis adalahperbedaan waktunya, pada pembuatan tempe secaraotomatis diperlukan waktu 19-20 jam, sedangkanpembuatan secara manual lamanya 27-30 jam.

    Tabel 5. Pengujian pembuatan tempe secara otomatis

    No. DutyCycle(%)

    Vin(V)

    Iin(A)

    Voutpraktik

    (V)

    Voutteori

    (V)

    Iout(A)

    Error

    (%)

    Eff()(%)

    1. 20 20 0.0

    25

    3.86 4 0.1 3.5 77.2

    2. 40 20 0.0

    8

    7.76 8 0.18 3 87.3

    3. 60 20 0.1

    8

    11.92 12 0 .28 0.67 92.71

    4. 80 20 0.3 15.87 16 0.34 0.81 89.93

    Jenis Tempe Suhu

    dan

    Kelemba

    ban

    Tertingg

    i

    Suhu

    dan

    Kelemba

    ban

    Terenda

    h

    Wakt

    u

    (Jam)

    Keteran

    gan

    Bungkus Daun 30.3 oC

    59 %RH

    27.8oC

    47%RH

    30 Berhasil

    Bungkus Plastik 30.3 oC

    59 %RH

    27.8oC

    47%RH

    27 Berhasil

    Tanpa Bungkus 30.3 oC

    59 %RH

    27.8oC

    47%RH

    28 Berhasil

    Jenis Tempe Suhu dan

    Kelembaban

    Tertinggi

    Suhu dan Kelembaban

    Terendah

    Waktu

    (Jam)

    Keterangan

    Bungkus

    Daun

    34.81 oC

    69 %RH

    30.53oC

    59%RH

    21 Berhasil

    BungkusPlastik

    34.81 oC69 %RH

    30.53oC59%RH

    19 Berhasil

    TanpaBungkus

    34.81 oC69 %RH

    30.53oC59%RH

    20 Berhasil

  • 8/10/2019 [G-D104-5] Pp.275-280 Rancang Bangun Pengaturan Suhu Dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Ferment

    5/6

    Control Systems, Technologies and Applications

    279

    Berdasarkan tabel hasil pembuatan tempetersebut dapat diketahui bahwa keberhasilan sesuai

    yang diharapkan karena pada saat membuat tempesemua alat kontroller dapat berfungsi maksimalsesuai dengan tugasnya sehingga suhu dan

    kelembaban tetap konstan sesuai. Perbedaan untuk

    hasil pengujian pembuatan secara otomatis denganmanual adalah terletak pada faktor suhu maupunkelembaban. Mengingat pada alat otomatis, besarnyasuhu dan kelembaban sudah dikontrol secara

    otomatis sehingga akan selalu konstan danmempercepat proses fermentasi sedangkan padaproses konvensional berlangsung lebih lama, hal inidikarenakan suhu dan kelembaban pada lingkungan

    sekitar yang berubah-ubah tergantung pada cuaca.

    4.5 Perbandingan EfisiensiPerbandingan effisiensi ini dimaksudkan untuk

    membandingkan keuntungan dan kerugian yang

    didapat jika memilih fermentasi tempe konvensionalataupun secara otomatis menggunakan inkubatorPerbandingan dilakukan dalam 3 hal yaitu dari segi

    waktu, biaya dan hasil yang didapat

    Tabel 6 Perbandingan pendapatan fermentasikonvensional dengan otomatis

    Konvensional Inkubator

    Waktu (jam) 30 19

    Hasil produksi

    Dalam 1 bulan

    25 x produksi 40 x produksi

    Pendapatan

    perbulan (Rp)

    25 x 20 x 2000

    = Rp 1000.000

    40 x 20 x 2000

    = Rp 1.600.000

    Tentang perhitungan biaya, fermentasi carakonvensional lebih hemat karena tidak membutuhkanbiaya sama sekali sedangkan fermentasi dengan

    inkubator membutuhkan tambahan biaya danbanyaknya tempe yang difermentasi terbatas olehruang inkubator. Untuk masing-masing metode

    fermentasi perhitungan biaya pengeluaran danpendapatannya adalah sebagai berikut.

    a.

    Konvensional

    Biaya fermentasi = 0,-Banyak tempe didapat = 20 x 25produksi = 500bungkus

    Hasil jual tempe = 500 bungkus x Rp 2.000,-= Rp1.000.000,-

    b.

    Dengan inkubator

    Total daya beban = daya heater + daya DC fan= 3.74 W + 19.56 W = 23.3W= 0.0233 KW

    Biaya inkubator = 0.0233 KWH x 18 jam x 40produksi x Rp.750,-= RP 12.582,-/bulan

    Jumlah tempe yang didapat = 20 x40 produksi=800 bungkus.Hasil jual tempe = 800 bungkus x Rp 2.000,- =

    Rp 1.600.000,-

    Hasil bersih= Rp 1.600.000 Rp 12.582= Rp1.587.418,-

    Dari perhitungan diatas dapat kitaketahui bahwa fermentasi secara konvensional lebih

    hemat dibandingkan dengan inkubator. Namun disisilain fermentasi secara elektrik dengan inkubatormemakan waktu lebih cepat sehingga hasil yang

    didapatkan juga lebih banyak dibandingkan dengan

    metode konvensional dengan catatan tempe yangdifermentasi sebanyak 20 bungkus.

    5.

    KesimpulanSetelah melakukan pengujian dan analisa data,

    maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :1.

    Untuk membaca serta mengukur suhu dan

    kelemababan pada inkubator fermentasitempe menggunakan sensor SHT 11 yangmemiliki tingkat kepresisian dan akurasi

    yang tinggi yaitu hingga 0,5C pada suhu25C dan ketepatan (akurasi) pengukuran

    kelembaban relatif hingga 3,5%RH karenamenggunakan . prinsip atarmuka serial

    synchronous2-wire.

    2. Dengan adanya sensor SHT 11, maka suhudan kelembaban pada ruang inkubator dapatterbaca sehingga dapat digunakan sebagaiumpan balik ke mikrokontroller untuk

    menjaga nilai suhu dan kelembaban tetapkonstan.

    3.

    Pengaturan suhu dari heater dilakukandengan melakukan penyulutan pada AC-ACVoltage Controller dimana output dari AC-

    AC Voltage Controller digunakan sebagai

    tegangan inputan dari heater.4.

    Untuk menghasilkan suhu 300C-350C, AC-

    AC Voltage Controller disulut padapenyulutan pada triac sebesar 90

    o yang

    akan menghasilkan tegangan output sebesar

    55 volt.5. Untuk mengatur kecepatan blower(DC fan)

    digunakan Buck converter yang disulutdengan dutycycle sebesar 60% yang akanmenghasilkan tegangan 12 Volt sebagaiinputan DC fan.

    6. Dengan adanya heater dan DC fan tersebutmaka suhu dan kelembaban pada ruang

    inkubator menjadi merata.7. Dari hasil percobaan, tingkat keberhasilan

    pembuatan tempe secara otomatis sesuaiyang diinginkan yang memerlukan waktu

    selama 19 jam yang lebih cepatdibandingkan dengan cara konvensionalyang membutuhkan waktu 30 jam.

    8. Selain besar suhu dan kelembaban, cepatlambatnya proses fermentasi dipengaruhioleh komposisi dari ragi yang diberikan

    serta metode pembungkusan tempe. Jikakomposisi tidak pas, akan mempengaruhilama proses fermentasi dan kualitas dari

    tempe nantinya. Dan jika metodepembungkusan tempe menggunakan plastik

  • 8/10/2019 [G-D104-5] Pp.275-280 Rancang Bangun Pengaturan Suhu Dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Ferment

    6/6

    Control Systems, Technologies and Applications

    280

    akan lebih cepat berfermentasi dibandingkandengan menggunakan daun atau tanpa

    bungkus.9.

    Jumlah tempe yang akan di fermentasidengan inkubator terbatas oleh besarnya

    ruang inkubator.

    10.

    Dengan adanya alat pembuatan tempeotomatis ini dapat memberikan kemudahandalam proses pembuatan tempedibandingkan dengan cara konvensional,

    sehingga menjadi lebih praktis dan efisien

    Daftar Pustaka[1] Atsirur Romdhoni. Rancang Bangun Alat

    Pengering jagung berbasis mikrokontroler.PENS-ITS, Surabaya 2010.

    [2] Andik TriSusanto. Implementasi BuckConverter dan Sensor Hall Effect Pada Kursi

    Roda Elektrik Dilengkapi Dengan AutobreakSystem Berbasis Fuzzy Logic Controller.Surabaya, 2007.

    [3] Sarwono, B. Membuat Tempe dan Oncom.PT. Penebar Swadaya. Jakarta, 1982.

    [4] Muhammad H. Rasyid, Power electroniccircuit. Devices and Applicatoins, second

    edition , Prentice-hall international, Inc, 1993.[5] Andrianto,Heri.2008. Pemrograman

    Mikrokontroler AVR Atmega16. Informatika,Bandung.

    [6] www.alldatasheet.com/ATMega 16. AtmelCorporation (diakses pada tanggal 21 Maret

    2012).[7] www.alldatasheet.com/SHT11, sensirion

    company (diakses pada tanggal 28 Maret 2012).[8] www.alldatasheet.com/IC TCA 785,Siemens

    (diakses pada tanggal 2 April 2012).