full thesis ver. wityanto (2016) is everything under control-(1).pdf
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
1/85
I S EVERYTHING UNDER CONTROL?
PERAN TRAIT SELF-CONTROL DALAM STRUKTUR
PENGALAMAN AFEKTIF
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Psikologi
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya
Disusun Oleh:
Fitra Hermawandhika Wityanto
NIM. 125120300111062
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
2/85
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
I S EVERYTH ING UNDER CONTROL?
PERAN TRAIT SELF-CONTROL DALAM STRUKTUR PENGALAMAN
AFEKTIF
SKRIPSI
Disusun Oleh:Fitra Hermawandhika Wityanto
NIM. 125120300111062
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Cleoputri Al Yusainy, Ph.D Ika Herani, S.Psi., M.Si., Psi
NIP. 19760823 200812 2 002 NIP. 19770628 200812 2 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Psikologi
Ilhamuddin Nukman, S.Psi., M.A. NIP. 19840730 201012 1 004
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
3/85
iii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
I S EVERYTH ING UNDER CONTROL?
PERAN TRAIT SELF-CONTROL DALAM STRUKTUR PENGALAMAN
AFEKTIF
Disusun Oleh:
Fitra Hermawandhika Wityanto
NIM. 125120300111062
Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam ujian Sarjana
Pada tanggal 5 Februari 2016
Tim Penguji
Pembimbing I Pembimbing II
Cleoputri Al Yusainy, Ph.D Ika Herani, S.Psi., M.Si., Psi
NIP. 19760823 200812 2 002 NIP. 19770628 200812 2 002
Anggota Penguji I Anggota Penguji II
Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi. Ika Rahma S., S.Psi., M.Psi.
NIP. 19810725 200801 2 012 NIK. 2011028402202001
Malang, Februari 2016
Dekan
Prof. Dr. Ir. Darsono Wisadirana, M.S.
NIP. 19561227 198312 1 001
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
4/85
iv
PERNYATAAN
Nama: Fitra Hermawandhika Wityanto
NIM. 125120300111062
Menyatakan dengan kesungguhan bahwa skripsi berjudul IS
EVERYTHING UNDER CONTROL? PERAN TRAIT SELF-CONTROL DALAM
STRUKTUR PENGALAMAN AFEKTIF adalah benar-benar karya saya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda kutipan dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan
gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
Malang, 5 Februari 2016
Yang membuat pernyataan,
Fitra Hermawandhika Wityanto
NIM. 125120300111062
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
5/85
v
KATA PENGANTAR
Hanya kata Alhamdulillah yang dapat penulis ucapkan ketika menyelesaikan
skripsi ini. Beribu ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak
yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Suharmanto dan Wiwik Setyowati, ayah dan ibu saya. Terimakasih atas semua
doa, support , dan bantuan finansial yang tidak pernah putus.
2.
Cleoputri Al Yusainy, Ph.D, orang pertama yang memperkenalkan saya pada
dunia sains yang mengagumkan. Terimakasih banyak untuk bimbingannya
selama ini.
3.
Ika Herani, M.Si, Psi. Terimakasih banyak atas kebaikan dan kesabarannya
dalam membimbing saya yang terlalu sering menguji kesabaran anda.
4. Rinanda Rizky, partner peneliti. Terimakasih sudah bersedia berbagi kegilaan,
kepanikan, keluh-kesah, ide-ide, dan perasaan putus asa tanpa kenal waktu
hingga dini hari selama proses penulisan skripsi yang tidak sebentar ini.
Finally, we made it.
5. Bima Pusaka dan Ignatius Ryan. Terimakasih sudah menjadi orang paling
sabar dalam menghadapi saya yang penuh kebodohan ini. Semoga sukses
mengejar mimpi ke negeri orang. Doakan saya segera menyusul juga.
6.
Teman-teman placebo research group: Susmita, Deir, Fitryanda, Dian Safitri,
Anantha, Meilita, Dian Lestari, Veronika, dan Diandra. Sesungguhnya kerja
keras, air mata, keringat, dan menghitamnya kantung mata kita pasti akan
dibalas dengan sesuatu yang manis di masa depan.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
6/85
vi
7.
Ratri Nurwanti, M.Psi, ibu suri tidak bersayap yang berbaik hati membantu
penulis mengatasi hambatan intelektualnya. Terimakasih sudah menjadi teman
dan dosen yang baik untuk saya.
8. Sukaesi Marianti, Ph.D. Terimakasih banyak untuk bantuannya di saat-saat
terakhir. Thank you, thank you so much.
9. Teman-teman LPM Perspektif: Jehan, Nabila, Saumi, Rany, Dewi, Biyan,
Bayu, Nuril, Asido, Ghifar, Widia, Bela, Puput, Igo, Indri, Ade, Jihan, Rifky,
Marwah, Nevie, Zilvi, Zeydan, Kumba, Theo, Atni, Syifa, Ika, Ana, dan Niki.
Terimakasih untuk support tidak langsung berupa “hinaan” dan “bullying
ver bal” yang selalu ditujukan kepada saya selama proses pengerjaan skripsi,
sehingga memacu saya untuk menyelesaikan “kegilaan” ini secepat yang saya
bisa. Terimakasih juga sudah menjadi sahabat-sahabat terdekat saya selama
tiga tahun terakhir. See you on top, mates.
10. Wahyu Wicaksono, Ph.D. Terimakasih sudah mengajarkan saya untuk berfikir
kritis layaknya seorang peneliti.
11. Agaputra Awali, sahabat satu atap yang berhasil membuat kata “skripsi”
menjadi terlarang untuk disebut. Terimakasih banyak untuk waktunya.
12.
(Alm.) Yoyon Supriyono, M.Psi, pembimbing akademik saya. Terimakasih
telah mengantarkan saya ke tingkat paling akhir ini. Tanggung jawab bapak
kepada saya sekarang sudah selesai. Semoga bapak tenang disana.
13. Mahasiswa Psikologi angkatan 2015, terimakasih atas keikutsertaannya
sebagai partisipan penelitian.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
7/85
vii
14.
Dwi Hardani Oktawirawan dan Riski Saumi, terimakasih atas bantuannya
sebagai asisten peneliti. Semoga sukses dan berhasil di masa depan.
15. Seluruh teman-teman Psikologi 2012, saya ucapkan terimakasih banyak atas
support -nya selama ini. segera menyusul ya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna. Oleh karena itu,
masukan, saran, dan kritik akan penulis terima dengan tangan dan pikiran yang
terbuka melalui alamat surel saya di [email protected]. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan psikologi yang lebih baik di masa depan.
Malang, Februari 2016
Fitra Hermawandhika Wityanto
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
8/85
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. iiLEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
ABSTRAK ............................................................................................................ xiii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1B.
Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D.
Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
E. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 6
F.
Urgensi Penelitian ..................................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10A. Dasar Teori ................................................................................................ 10
1. Proses Emosi-Afek .............................................................................. 10
2. Struktur Pengalaman Afektif............................................................... 12
3.
Trait Self-control ................................................................................. 16
4.
Peran Trait Self-control dalam Struktur Pengalaman Afektif ............. 17
B. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 20
C. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 20
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 20A. Desain Penelitian ....................................................................................... 21
B. Identifikasi Variabel .................................................................................. 22
C. Definisi Operasional.................................................................................. 22
D. Instrumen Penelitian.................................................................................. 23
E.
Partisipan Penelitian .................................................................................. 27F. Tahapan Penelitian .................................................................................... 28
G.
Data ........................................................................................................... 32
H. Analisis Data ............................................................................................. 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 33A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 33
1.
Gambaran Umum Partisipan ............................................................... 33
2. Reliability Analysis.............................................................................. 33
3.
Manipulation Check ............................................................................ 34
4. Uji Hipotesis ....................................................................................... 35
5.
Analisis Tambahan .............................................................................. 35
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
9/85
ix
B.
Pembahasan ............................................................................................... 36
1. Pembahasan Utama ............................................................................. 36
2.
Pembahasan Tambahan ....................................................................... 38C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 39
BAB V. PENUTUP .............................................................................................. 41
A. Kesimpulan ............................................................................................... 41
B. Saran .......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
10/85
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 6Tabel 2 Grand Design Penelitian ............................................................... 20
Tabel 3 Deskripsi Partisipan ....................................................................... 33
Tabel 4 Reliabilitas Instrumen SCS dan Stimulus IAPS ............................ 34
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
11/85
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Emosi-Afek ..................................................................... 11Gambar 2 Affect Circumplex Model ............................................................... 13
Gambar 3 Affect Alarm Model of Self-control ................................................ 18
Gambar 4 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 20
Gambar 5 Slide Pertama IAPS ....................................................................... 25
Gambar 6 Slide Ketiga IAPS.......................................................................... 25
Gambar 7 Self Assessment Manikin (SAM) ................................................... 26
Gambar 8 Alur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 29
Gambar 9 Rating Valence dan Arousal terhadap Stimulus Afektif dan nilai
mean .............................................................................................. 35
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
12/85
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Etika PenelitianLampiran 2 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen
Lampiran 3 Lembar Informasi Partisipan
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Partisipan ( Informed Consent )
Lampiran 5 Lembar Debriefing
Lampiran 6 Dokumentasi Pilot Study dan Pelaksanaan Eksperimen
Lampiran 7 Berita Acara Pelaksanaan Eksperimen
Lampiran 8 Daftar Stimulus IAPS dan Skor Normatif
Lampiran 9 Contoh Stimulus Gambar IAPS
Lampiran 10 Brief Self-control Scale
Lampiran 11 Lembar Monitoring Dosen Pembimbing
Lampiran 12 Berita Acara Seminar ProposalLampiran 13 Berita Acara Ujian Skripsi
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
13/85
xiii
ABSTRAK
I s Everything Under Control?Peran Trait Self -control dalam Struktur Pengalaman Afektif
Disusun Oleh
Fitra Hermawandhika Wityanto
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan individual dalam hal
trait self-control memiliki peran dalam struktur pengalaman afektif individu, yaitu
dimensi valence dan arousal . Penelitian ini menggunakan desain within-subject
experiment dengan melibatkan 81 orang mahasiswa baru prodi PsikologiUniversitas Brawijaya sebagai partisipan. Afek partisipan diinduksi menggunakan
stimulus gambar dari IAPS yang diukur melalui rating SAM dan trait self-control
diukur menggunakan Brief Self-control Scale (SCS). Hasil analisis statistik
menggunakan teknik one-way repeated measures ANOVA menunjukkan bahwa
trait self-control tidak memiliki peran signifikan dalam struktur pengalaman
afektif partisipan, baik pada dimensi valence ( F (1.88) = .324, p = > .05) maupun
pada dimensi arousal ( F (.70) = 1.499, p = > .05). Namun, analisis tambahan
menunjukkan bahwa partisipan perempuan cenderung memaknai stimulus negatif
lebih ekstrim ( M = 2.67, SD = .496) dibandingkan dengan partisipan laki-laki ( M
= 3.23, SD = .676).
Kata Kunci: struktur pengalaman afektif, valence, arousal, trait self-control ,
IAPS, SCS
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
14/85
xiv
ABSTRACT
I s Everything Under Control?The Role of Tr ait Self -control in the Structure of Curr ent Aff ect
Authored By:
Fitra Hermawandhika Wityanto
This study aims to investigate whether individual differences on the level of trait
self-control has a role in individual’s structure of current affect, specifically on
valence and arousal dimension. Within-subject experiment was used as a research
design which involve 81 undergraduate Psychology students of BrawijayaUniversity as participants. IAPS pictures was used to evoke participant’s affect
and measured by SAM’s rating while trait self-control was measured using Brief
Self-control Scale (SCS). Statistical analysis using one-way repeated measures
ANOVA technique shown that trait self-control has no significant role in
participant’s structure of current affect, both on valence (F (1.88) = .324, p = >
.05) neither on arousal dimension (F (.70) = 1.499, p = > .05). However,
additional analysis indicate that female participant tend to rate negative valenced
stimuli as more extreme (M = 2.67, SD = .496) compared with male participant
(M = 3.23, SD = .676).
Keywords: structure of current affect, valence, arousal, trait self-control,
IAPS, SCS
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
15/85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emosi-afek merupakan unsur paling fundamental dari setiap aspek di
kehidupan manusia, mulai dari proses pengambilan keputusan, peristiwa yang kita
ingat, hingga interaksi sosial yang kita bina dengan orang lain (Yusainy, 2015).
Afek, atau yang biasa disebut dalam istilah sehari-hari sebagai “perasaan”,
merupakan pemaknaan secara subjektif dari emosi (Panksepp, 2010).
Menurut Barrett & Russell (1999), afek terdiri dari dua dimensi bipolar yang
independen satu sama lain, yaitu valence dan arousal . Valence merupakan
dimensi hedonis yang bergerak dari perasaan menyenangkan (afek positif) hingga
tidak menyenangkan (afek negatif), sementara arousal merujuk pada dimensi
aktivasi yang bergerak dari perasaan tergugah dan menggebu-gebu (arousal
tinggi) hingga perasaan tenang, malas dan mengantuk (arousal rendah). Bersama-
sama, kombinasi antara valence dan arousal akan membentuk berbagai macam
pengalaman afektif manusia seperti bahagia, tenteram, marah, rasa bersalah,
sedih, jijik, takut, cemas, dan sebagainya. Berbagai macam pengalaman afektif
tersebut merupakan respon manusia terhadap stimulus yang muncul dari
lingkungan (Agustiningsih, 2015).
Kuppens (2008) mengemukakan bahwa perasaan menyenangkan dan tidak
menyenangkan akan bervariasi dari satu individu ke individu lain, diikuti oleh
kombinasi tingkat valence dan arousal yang berbeda-beda. Pada beberapa
individu, afek yang menyenangkan (positif) mungkin diikuti dengan tingginya
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
16/85
2
level arousal yang kemudian dipersepsikan sebagai perasaan tergugah dan
antusias. Sementara itu pada individu yang lain, afek menyenangkan mungkin
akan diikuti dengan level arousal yang rendah, sehingga dipersepsikan sebagai
perasaan rileks dan tenteram. Sebaliknya, afek yang tidak menyenangkan (negatif)
kadangkala diikuti oleh tingginya level arousal sehingga memunculkan suatu
perasaan cemas dan tertekan, sementara pada individu lain afek tidak
menyenangkan biasanya disertai dengan level arousal yang rendah sehingga
dimaknai sebagai suatu perasaan sedih dan depresi.
Salah satu hal yang menjelaskan mengapa tiap individu dapat memaknai
pengalaman afektifnya dengan berbeda-beda tentu tidak lepas dari peran variasi
individual terutama trait kepribadian, yaitu suatu pola-pola perilaku dan respon
yang menetap pada diri individu (Revelle & Scherer, tanpa tahun). Trait
kepribadian diketahui memiliki peran dalam proses pemaknaan pengalaman
afektif seseorang melalui proses trait-congruent processing, dimana respon
individu terhadap suatu stimulus atau peristiwa akan berbeda-beda bergantung
pada trait kepribadian yang dominan dalam dirinya (Vuoskoski, 2012). Contohnya
dalam trait kepribadian Big Five, individu dengan trait extraversion yang tinggi
akan cenderung untuk lebih memaknai pengalaman yang positif dan
menyenangkan, karena trait extraversion sendiri berkorelasi kuat dengan
optimisme dan kecenderungan untuk menghindari emosi yang negatif. Sementara
itu, individu dengan trait neuroticism yang tinggi akan cenderung untuk lebih
memaknai pengalaman yang negatif dan tidak menyenangkan, karena trait
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
17/85
3
neuroticism sendiri berhubungan kuat dengan ketidakstabilan emosi dan perasaan-
perasaan negatif seperti cemas dan takut (Vuoskoski, 2012).
Salah satu aspek perbedaan individual yang dapat mempengaruhi perbedaan
pemaknaan seseorang terhadap pengalaman afektifnya adalah pada kapasitas
individu dalam hal kontrol diri atau self-control sebagai bagian dari trait
kepribadian. Kontrol diri atau yang biasa disebut sebagai self-control merupakan
kapasitas individu untuk secara sadar mengendalikan proses mental dan perilaku
agar sesuai dengan standar yang telah ia tetapkan sebelumnya (Inzlicht & Legault,
2014). Menurut Baumeister (2012), kontrol diri bertujuan untuk “merubah”
respon individu agar sesuai dengan standar atau kriteria yang ideal menurut
dirinya atau menurut orang lain.
Kemampuan manusia dalam mengendalikan diri menjadi penting sebagai
salah satu antisipasi kita untuk bertahan hidup. Menurut pendekatan evolusioner,
suatu perilaku dikatakan adaptif apabila perilaku tersebut mendukung
kelangsungan manusia untuk bertahan hidup dari waktu ke waktu (Del Giudice,
2013). Sama halnya dengan intelegensi, self-control merupakan salah satu sifat
atau trait paling adaptif yang dimiliki manusia. Hal tersebut dibuktikan melalui
temuan dari De Ridder dan kolega (2012) yang menemukan bahwa self-control
memiliki asosiasi dengan berbagai macam aspek positif dalam kehidupan seperti
hubungan interpersonal yang sehat, popularitas, keterampilan coping stres yang
efektif, performa akademik, kesehatan mental, serta lebih kebal terhadap berbagai
perilaku maladaptif seperti penyalahgunaan alkohol dan zat, agresivitas, perilaku
kriminal, dan gangguan makan.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
18/85
4
Menurut Gillebaart & De Ridder (2015), self-control muncul ketika individu
berada dalam suatu dilema dimana terdapat konflik dalam diri yang perlu
diselesaikan. Pada level trait , self-control merupakan kecenderungan yang
dimiliki oleh setiap individu untuk “memunculkan” proses kontrol diri. Trait self-
control cenderung stabil keberadaannya sepanjang umur manusia. Walaupun
individu dengan trait self-control yang tinggi akan cenderung mengenali potensi-
potensi konflik dan dilema dalam diri mereka, namun mereka tidak menjadikan
konflik dan dilema internal itu sebagai masalah yang berarti bagi mereka
dibandingkan dengan individu yang memiliki level trait self-control yang rendah.
Dengan demikian, tinggi rendahnya trait self-control yang dimiliki individu akan
mepengaruhi persepsi individu terhadap pengalaman afektif yang dirasakannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana trait self-control
berperan dalam pembentukan pengalaman afektif seseorang, dalam hal ini
dimensi valence dan arousal . Sejauh ini, belum banyak penelitian yang berfokus
pada peran trait self-control terhadap dimensi valence dan arousal . Adapun
penelitian serupa berfokus pada peran trait kepribadian Big Five terhadap valence
dan arousal (lihat Komulainen dan kolega, 2014; Tok, Koyuncu, Dural, &
Catiikas, 2010), salah satunya adalah trait conscientiousness yang secara teoritik
berkaitan erat dengan trait self-control (Tangney, Baumeister, & Boone, 2004;
Navarro, 2011). Roberts, Chernyshenko, Stark, & Goldberg (2005)
mengungkapkan bahwa self-control merupakan salah satu sub-faset atau
komponen yang menyusun trait kepribadian conscientiousness.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
19/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
20/85
6
b.
Memperluas kajian teoritis mengenai trait self-control dan perannya
dalam struktur pengalaman afektif.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi para praktisi kesehatan mental untuk senantiasa mempertimbangkan aspek
perbedaan individual terutama trait self-control sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan intervensi psikologis.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang telah dirangkum oleh penulis disajikan pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian,
Peneliti, dan
Tahun
Deskripsi Temuan
1. Individual
differences in the
relationship
between pleasure
and arousal
(Kuppens, 2008)
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif.
Partisipan (N: 80,
mahasiswa) diminta untuk
mengukur secara subjektif
perasaan mereka yang
mencakup dua dimensi afek
yaitu valence dan arousal
sembilan kali sehari selama
satu minggu dengan
kompensasi berupa uangtunai maksimal sebesar 20
EURO. Peran perbedaan
individual diprediksi dengan
mengukur trait reward
responsiveness.
Terdapat hubungan yang
positif antara valence dan
arousal pada individu
dengan trait reward
responsiveness yang
tinggi, dan sebaliknya.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
21/85
7
No. Judul Penelitian,
Peneliti, dan
Tahun
Deskripsi Temuan
2. Yes, but are they
happy? Effects of
trait self-control
on affective well
being and life
satisfaction
(Hofmann,
Luhmann, Fisher,
Vohs, &
Baumeister, 2013)
Penelitian ini merupakan
gabungan dari tiga studi
kuantitatif-ekperimental (N
total: 856, mean usia: 25-35
tahun) yang saling terkait
yang berusaha memprediksi
affective well being dan
kepuasan hidup melalui
level trait self-control yang
dimiliki individu.
Trait self-control
berperan sebagai variabel
mediator yang dapat
memprediksi affective
well-being dan kepuasan
hidup. Lebih lanjut pada
studi kedua ditemukan
bahwa individu yang
memiliki trait self-
control yang tinggi
cenderung mengalamiafek yang positif, dan
sebaliknya.
3. Effortless self-
control: A novel
perspective on
response conflict
strategies in trait
self-control
(Gillebaart & de
Ridder, 2015)
Riset ini merupakan meta-
analisis yang berusaha
mengajukan gagasan teoritis
baru mengenai mekanisme
yang terjadi pada individu
dengan trait self-control
yang tinggi dengan individu
dengan trait self-control
yang rendah.
Peneliti menemukan
bahwa individu dengan
trait self-control yang
rendah akan cenderung
memaknai suatu
peristiwa secara lebih
negatif dan memicu
konflik dibandingkan
dengan individu dengan
trait self-control yang
tinggi.
4. Control me or I
will control you:
Impulses, trait self-
control, and the
guidance of
behavior (Friese &
Hofmann, 2009)
Penelitian ini terdiri atas dua
studi paralel (eksperimen
konsumsi keripik kentang
dan self-report konsumsi
alkohol, N: 194 mahasiswa).
Kecenderungan untuk
berperilaku impulsif
(konsumsi keripik
kentang dan alkohol yang
lebih banyak) lebih besar
pada individu dengan
trait self-control yang
rendah.5. Feeling full or
empty inside?
Peran perbedaan
individual dalam
struktur
pengalaman afektif
(Yusainy, 2015)
Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen (N:
85, mahasiswa) yang
bertujuan untuk mengetahui
peran perbedaan individual
pada trait rumination,
alexithymia, dan self-control
dalam struktur pengalaman
afektif. Afek partisipan
diinduksi menggunakan
stimulus IAPS.
trait rumination,
alexithymia, dan self-
control memiliki
pengaruh dalam struktur
pengalaman afektif
individu.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
22/85
8
No. Judul Penelitian,
Peneliti, dan
Tahun
Deskripsi Temuan
6. Evaluation of
International
Affective Picture
System (IAPS)
ratings in an
athlete population
and its relations to
personality (Tok,
Koyuncu, Dural, &
Catikkas, 2010)
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah
pemaknaan valence dan
arousal dari stimulus
gambar IAPS pada populasi
atlet dipengaruhi oleh trait
kepribadian atau tidak (N:
219)
Pemaknaan subjek
terhadap stimulus
gambar IAPS diketahui
dipengaruhi oleh empat
dari lima trait Big Five
Personality, diantaranya
extraversion,
neuroticism,
agreeableness, dan
openness to experience.
7. The effect of personality on
daily life emotional
processes
(Komulainen, et
al., 2014)
Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengetahui
peran dari trait kepribadian
Big Five terhadap struktur
pengalaman afektif
individu, yaitu dimensi
valence dan arousal . Afek
partisipan diukur secara
berkelanjutan selama kurang
lebih satu minggu
menggunakan metode
experience sampling method
dalam kehidupan sehari-hari
(N: 104, mahasiswa).
Studi ini menunjukkan bahwa trait extraversion,
neuroticism,
agreeableness, dan
conscientiousness
memiliki peran pada
bagaimana individu
mempersepsikan
pengalaman afektifnya.
F. Urgensi Penelitian
Penelitian ini perlu dilakukan karena alasan sebagai berikut:
1. Masih sangat terbatasnya literatur yang berfokus pada aspek perbedaan
individual terutama trait self-control dan perannya terhadap dimensi dari
struktur pengalaman afektif, yaitu valence dan arousal . Penelitian
terdahulu pada umumnya berfokus pada peran trait kepribadian secara
umum, terutama trait kepribadian big five dalam pembentukan struktur
pengalaman afektif.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
23/85
9
2.
Trait self-control merupakan faktor resiko sekaligus faktor protektif dari
berbagai macam perilaku negatif seperti penyalahgunaan alkohol dan zat,
agresivitas, perilaku kriminal, dan gangguan makan (Friese & Hofmann,
2009). Oleh karena itu, penelitian yang berfokus pada aspek variasi
individual dalam hal self-control penting untuk dilakukan.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
24/85
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Proses Emosi-Afek
Istilah afek, mood , dan emosi seringkali digunakan secara bergantian tanpa
adanya usaha untuk membedakan istilah-istilah tersebut secara konseptual
sehingga memunculkan definisi yang tumpang tindih satu sama lain. Namun saat
ini, literatur-literatur yang membahas tentang afek, mood , dan emosi semakin
bertambah dan batasan konseptual antar istilah-istilah tersebut semakin terlihat
jelas (lihat Russell, 2003).
Lisetti (2002) mendefinisikan emosi sebagai perubahan kecenderungan
individu untuk menampilkan perilaku tertentu yang dipengaruhi oleh faktor
kondisi dan lingkungan saat itu. Namun, Panksepp (2010) menganggap bahwa
istilah emosi dianggap kurang tepat untuk menggambarkan suatu keadaan yang
dapat membuat seseorang bertindak terhadap situasi tertentu. Menurutnya, istilah
yang tepat digunakan adalah afek. Emosi dianggap sebagai sesuatu yang bersifat
spontan, berbeda dengan afek, yang merupakan pemaknaan secara subjektif dari
emosi.
Literatur terkini di bidang affective neuroscience membagi proses emosi-afek
manusia kedalam tiga tingkatan, yaitu primer, sekunder, dan tersier (Panksepp,
2010). Di tingkat primer, proses emosi dasar dikendalikan oleh area subkortikal
otak yang disebut periaqueductal grey (PAG). Sampai saat ini, diketahui terdapat
tujuh emosi dasar yang bersumber dari proses emosi primer yaitu seeking
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
25/85
11
(ekspektasi atau pengharapan), fear (rasa takut), rage (kemarahan), care
(pengasuhan), lust (seksualitas), grief/panic (kesedihan), dan play (sosialisasi).
Emosi-emosi dasar tersebut merupakan kemampuan bawaan yang bersifat
instingtif dan merupakan produk dari proses evolusi manusia selama jutaan tahun
yang terkode secara genetik, oleh karena itu proses yang sama juga ditemukan
pada mamalia lainnya.
Gambar 1. Struktur Emosi-Afek (dikutip dari Panksepp & Biven, 2012)
Seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, emosi-emosi dasar tersebut
kemudian mulai diwarnai oleh objek intensi melalui proses belajar pengkondisian
di area basal ganglia. Pada tingkat sekunder ini, individu belajar baik melalui
proses pengkondisian klasik (mengasosiasikan emosi yang muncul dengan
pengalaman-pengalaman tertentu) dan pengkondisian operan (belajar
menampilkan atau menyembunyikan respon emosional sesuai dengan konteks
situasi). Melalui proses tersebut, emosi-afek menjadi sinyal bagi individu untuk
mengenali apakah dirinya berada di zona nyaman (afek positif) yang mendukung
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
26/85
12
fungsi pertahanan hidup atau di zona tidak nyaman (afek negatif) yang
menghambat proses bertahan hidup sehingga memicu individu untuk
menampilkan perilaku seperti menarik diri, menghindar, atau menyerang. Hampir
sama seperti di tingkat primer, proses emosi-afek di tingkat sekunder ini sebagian
besar bersifat unconcious atau tidak disadari oleh individu yang tengah
mengalaminya.
Pada tingkat tersier, proses emosi-afek dikendalikan di area otak yang
bernama neokorteks. Area neokorteks merupakan pusat dari concious state
(kesadaran) manusia dan bertanggung jawab atas seluruh proses kognitif dan
perencanaan. Pada tahap inilah, emosi dasar lantas berkembang menjadi
afek−pengalaman emosional subjektif yang dialami oleh individu. Berbeda
dengan proses emosi-afek di tingkat primer dan sekunder yang sifatnya
unconscious, di tingkat tersier proses emosi-afek sifatnya conscious atau disadari
oleh individu yang mengalaminya sehingga upaya-upaya regulasi afek biasanya
terjadi pada proses ini. Penelitian di bidang psikologi rata-rata berfokus pada
proses emosi-afek di tingkat tersier atau tingkatan yang paling tinggi (Panksepp,
2012).
2.
Struktur Pengalaman Afektif
Barrett & Russell (1999) berusaha menjelaskan pengalaman afektif manusia
melalui model Affect Circumplex, dimana pada dasarnya pengalaman afektif
disusun oleh dua dimensi yang independen satu sama lain, yaitu valence
( pleasant-unpleasant ) dan arousal (activation-deactivation). Kombinasi antara
valence dan arousal yang berbeda-beda akan membentuk berbagai macam
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
27/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
28/85
14
depan diketahui terkait dengan berbagai macam fungsi eksekutif dan motorik serta
atensi, seperti pada area dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC), midcingulate
cortex (MCC), dan daerah supplementary motor area (SMA). Aktivitas pada
hemisfer kanan otak kecil (cerebellum) juga terlihat meningkat ketika stimulus
negatif ditampilkan kepada subjek.
Aktivitas pada area midcingulate cortex (MCC), supplementary motor area
(SMA), dan hemisfer kanan otak kecil (cerebellum) diketahui meningkat seiring
dengan tingginya afek negatif yang dirasakan oleh individu. area-area tersebut erat
kaitannya dengan proses interaksi antara emosi dan perencanaan pergerakan
motorik. Sementara itu, area dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC) diketahui
bertanggung jawab atas fungsi-fungsi eksekutif dan atensi pada manusia, seperti
tugas-tugas yang berkaitan dengan goal-relevant features yang membutuhkan
kemampuan regulasi diri ( self-control ). Area DLPFC juga diketahui berperan
dalam aktivitas regulasi afeksi manusia, terutama yang berkaitan dengan proses
monitoring . Aktivasi pada area DLPFC dipicu oleh afek negatif yang dialami
individu, dimana hal itu kemungkinan terjadi karena afek negatif merupakan
sinyal bagi individu untuk menjauhi stimulus negatif tersebut.
Bukti-bukti diatas memberikan penjelasan bahwa ketika individu mengalami
perasaan yang tidak menyenangkan (afek negatif), area-area seperti dorsolateral
prefrontal cortex (DLPFC), midcingulate cortex (MCC), supplementary motor
area (SMA), dan hemisfer kanan cerebellum aktif sebagai suatu sistem antisipasi
individu untuk menjauhi stimulus yang memicu perasaan tidak menyenangkan
tersebut karena dianggap membahayakan.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
29/85
15
b.
Arousal
Arousal merupakan dimensi aktivasi yang bergerak dari perasaan excited atau
tertarik dan bergairah (arousal tinggi atau activation) hingga perasaan malas dan
mengantuk (arousal rendah atau deactivation). Stimulus afektif yang memicu
tingginya arousal pada individu diketahui memiliki asosiasi positif dengan
aktivasi pada area limbik seperti di daerah hipokampus, parahipokampus, dan
amigdala. Daerah-daerah tersebut, terutama area hipokampus dan parahipokampus
diketahui bertanggungjawab atas proses pembentukan dan penyimpanan
pengalaman emosional di memori jangka panjang.
Jejak-jejak memori menjadi aktif bersamaan dengan adanya stimulus yang
mengandung konten arousal yang tinggi, sehingga stimulus tersebut mampu
dikenali oleh individu, lalu dikaitkan pada pengalaman kontekstual di masa lalu,
dan kemudian diberikan label secara subjektif sebagai suatu atribut emosional.
Stimulus yang mengandung konten arousal yang tinggi kemudian bertindak
sebagai “sinyal” bahwa stimulus tersebut dikenali oleh individu.
Dalam membentuk pengalaman afektif individu, valence dan arousal bisa
berhubungan secara positif, bisa tidak saling berhubungan, dan bisa juga
berhubungan secara negatif (Kuppens, 2008). Tinggi rendahnya valence dan
arousal pada individu juga tidak terlepas dari pengaruh variasi individual seperti
trait kepribadian (Komulainen dan kolega, 2014; Revelle & Scherer, tanpa tahun)
dan pengaruh sosial-budaya.
Kuppens, Tuerlinckx, Russell, & Barrett (2012) berusaha membuktikan suatu
hipotesis bahwa terdapat suatu “hukum universal” dalam hubungan antara valence
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
30/85
16
dan arousal dalam struktur pengalaman afektif manusia, dimana valence dan
arousal saling terkait dan membentuk pola-pola yang statis. Namun, Kuppens dan
koleganya tidak berhasil membuktikan hipotesis tersebut sehingga semakin
memperkuat gagasan bahwa valence dan arousal merupakan dimensi yang
independen satu sama lain dan hubungan antara keduanya bervariasi antar
individu. Ketidakterkaitan antara dimensi valence dan arousal juga ditemukan
oleh Colibazzi dan kolega (2010) pada pengukuran di level neurobiologis melalui
fMRI ( functional Magnetic Resonance Imaging).
Pada beberapa individu, perasaan senang mungkin muncul bersamaan dengan
arousal tinggi yang direfleksikan sebagai rasa riang, sedangkan pada individu lain
perasaan senang bisa jadi muncul bersamaan dengan arousal rendah yang
direfleksikan sebagai perasaan tenang atau santai. Namun, adanya perbedaan
individual dalam struktur pengalaman afektif bukan merupakan variasi sepele
yang tidak berarti apapun. Pengetahuan akan variasi individu ini penting untuk
memahami struktur dasar pengalaman afektif seseorang sehingga dapat
mempengaruhi bagaimana individu merespon situasi tertentu dengan berbagai
macam cara (Kuppens, Tuerlinckx, Russell, & Barrett, 2012).
3.
Trait Self -control
Istilah self-control sering bertumpang tindih dengan beberapa istilah yang
serupa, seperti self-regulation, disiplin diri, fungsi eksekutif, kontrol kognitif, dan
kekuatan ego (Yusainy, 2015). Namun secara umum, istilah self-control
digunakan untuk mendefinisikan kapasitas subjek untuk secara sadar
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
31/85
17
mengendalikan proses mental dan perilaku agar sesuai dengan standar yang telah
ia tetapkan sebelumnya (Inzlicht & Legault, 2014).
Menurut Tangney, Baumeister, & Boone (2004), self-control dapat diukur
pada dua tingkatan, yaitu di level state dan level dispositional atau trait. State
self-control memiliki berbagai macam variasi tergantung pada konteks waktu,
motivasi, kondisi afek, dan situasi dimana individu itu berada. Sementara di level
dispositional , trait self-control merujuk pada tinggi rendahnya kapasitas subjek
dalam mengendalikan proses mental dan perilakunya terlepas dari konteks situasi,
waktu, kondisi afek, dan motivasi. Trait self-control memiliki variasi yang
berbada-beda antar individu sebagai bagian dari trait kepribadian yang cenderung
stabil dan menetap.
De Ridder dan kolega (2011) membuktikan bahwa tingginya trait self-control
dalam diri individu memiliki korelasi dengan berbagai macam aspek positif dalam
kehidupan seperti hubungan interpersonal yang sehat, popularitas, keterampilan
mengatasi stres yang efektif, performa akademik, kesehatan mental, serta lebih
kebal terhadap resiko penyalahgunaan alkohol dan zat, agresivitas, perilaku
kriminal, dan gangguan makan. Oleh karena itu, trait self-control disebut-sebut
sebagai salah satu trait kepribadian paling menguntungkan yang dimiliki oleh
seseorang.
4. Peran Trait Self -control Dalam Struktur Pengalaman Afektif
Sebagaimana digambarkan dalam teori feedback loops (Carver & Sceier,
1982), self-control mencakup empat proses TOTE (Test – Operate – Test – Exit ).
Pada fase Testing , subjek membandingkan dirinya dengan standar tertentu yang
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
32/85
18
ditetapkan, yaitu suatu keadaan dimana perilaku individu “ideal” atau sesuai
dengan yang diharapkan. Kesenjangan antara diri subjek dengan standar “ideal”
tersebut menjadi sinyal bahwa subjek harus melakukan Operations untuk
mengubah elemen proses mental dan perilakunya. Fase Testing selanjutnya
dilakukan untuk mengevaluasi apakah diri subjek sudah sesuai dengan standar.
Subjek memasuki fase Exit ketika sudah tidak ada lagi upaya yang dibutuhkan
untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi. Selama fase Testing , afek negatif
biasanya muncul ketika diri berada di bawah standar, afek positif muncul jika diri
sudah melewati standar (Baumeister, Schmeichel, & Vohs, 2007).
Gambar 3. Affect Alarm Model of Self-control (dikutip dari Saunders &
Inzlicht, 2015)
Berdasarkan affect alarm model of self-control , pengalaman afektif
khususnya afek negatif, bertindak sebagai sinyal yang memotivasi subjek untuk
mengaktifkan self-control agar proses mental dan perilakunya menjadi lebih
adaptif (Inzlicht dkk, 2015). Menurut Saunders, Milyavskaya, & Inzlicht (2015),
situasi emosional yang biasanya membutuhkan proses self-control memiliki
karakteristik afek yang negatif dengan aktivasi yang tinggi dan saling terkait
dengan berbagai macam respon afektif seperti peningkatan kecemasan dan distres,
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
33/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
34/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
35/85
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen dengan
menghadirkan stimulus afektif yang disajikan melalui International Affective
Picture System (IAPS; Lang, Bradley, & Cuthbert, 2008). Penelitian ini
merupakan studi adaptasi dari Yusainy (2015) dan merupakan bagian dari
penelitian payung Yusainy dan Herani (2016) dengan melibatkan dua variabel
independen yaitu stimulus valence yang memiliki tiga variasi (positif, negatif,
netral) dan stimulus arousal yang memiliki dua variasi (tinggi, rendah). Selain itu,
terdapat pula dua variabel dependen berupa rating valence dan rating arousal
serta tiga variabel moderator yakni trait rumination, trait alexythimia, dan trait
self-control . Peneliti sendiri berfokus untuk mengetahui peran trait self-control
dalam struktur pengalaman afektif individu (lihat gambar grand design
penelitian).
Tabel 2. Grand Design Penelitian
Variabel Independen Moderator Variabel Dependen
Stimulus Valence/Stimulus
Arousal
Trait Self-control Rating Valence/Rating
ArousalTrait RuminationTrait Alexithymia
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah within-subject experiment
dengan melibatkan 86 orang mahasiswa sebagai partisipan penelitian. Partisipan
dibagi ke dalam 6 sesi eksperimen dengan masing-masing sesi diikuti oleh 10-16
orang partisipan. Tidak terdapat perbedaan perlakuan dan randomisasi pada tiap
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
36/85
22
sesi ekperimen, sehingga tiap partisipan mendapatkan perlakuan yang sama di tiap
sesinya.
B. Identifikasi Variabel
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
(Field, 2009). Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel dependen, yaitu stimulus
valence (X1) dan stimulus arousal (X2). Stimulus valence terdiri dari tiga variasi
yaitu positif, negatif, dan netral, sementara stimulus arousal terdiri dari dua
variasi yaitu tinggi dan rendah.
2.
Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi akibat atau dipengaruhi oleh
variabel independen (Field, 2009). Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel
dependen yaitu rating valence (Y1) dan rating arousal (Y2).
3. Variabel Moderator (M)
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen (MacKinnon & Luecken, 2008).
Variabel moderator yang terdapat dalam penelitian ini adalah trait self-control .
C.
Definisi Operasional
1.
Stimulus Valence dan Arousal
stimulus valence dan arousal disajikan melalui gambar-gambar IAPS yang
pada masing-masing gambarnya memiliki kombinasi konten valence dan arousal
yang berbeda-beda mengacu pada norma Huang dan kolega (2015). Kombinasi
stimulus yang ditampilkan diantaranya adalah positive-high (PH), positive-low
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
37/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
38/85
24
dan peristiwa yang merepresentasikan ragam pengalaman manusia. Instrumen
IAPS dipilih karena diketahui telah digunakan secara luas pada studi-studi yang
terkait dengan emosi-afek (Mikels dan kolega, 2005). Selain itu, stimulus berupa
gambar juga dipilih karena diketahui bersifat statis, mudah disajikan, dan non-
invasif (Kory & D'Meelo, 2014).
Dalam penelitian ini, jumlah stimulus gambar IAPS yang harus dinilai oleh
partisipan adalah sebanyak 60 foto (masing-masing kategori diwakili 10 foto). Di
samping pemberian 60 foto tersebut, partisipan juga diberikan 6 foto yang harus
mereka nilai di sesi practice II dimana masing-masing foto mewakili setiap
kategori yang akan digunakan sebagai data manipulation check . Setiap gambar
akan ditampilkan selama 6 detik secara acak. Segera setelah gambar menghilang
dari monitor, partisipan diberi waktu 10 detik untuk menilai valence dan arousal
dari gambar tersebut melalui penskalaan SAM.
Pemilihan stimulus gambar dilakukan berdasarkan kiteria norma dari Huang
dan kolega (2015), dimana stimulus gambar yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada database IAPS yang telah diujicobakan kepada masyarakat
Tiongkok. Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan hasil riset dari
Huang dan koleganya (2015) yang menemukan bahwa masyarakat Amerika dan
masyarakat Tiongkok cenderung memaknai stimulus gambar IAPS secara
berbeda, sehingga perlu dilakukan modifikasi (penormaan ulang) apabila stimulus
gambar IAPS akan digunakan kepada masyarakat Asia.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
39/85
25
Gambar 5. Slide Pertama IAPS
Gambar 6. Slide Ketiga IAPS
2. Self Assesment M anikin (SAM)
Penilaian kedua dimensi afektif masing-masing gambar dilakukan dengan
menggunakan paradigma label non-verbal yang dinamai Self-Assessment Manikin
(SAM) dari Peter J. Lang (1980). Masing-masing dimensi afektif, yaitu valence
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
40/85
26
dan arousal diberi label dari 1 sampai 9 (dimensi valence: skor 9 = ekspresi
senyum dan 1 = ekspresi cemberut; dimensi arousal : skor 9 = ekspresi antusias,
mata terbuka lebar dan 1 = ekspresi santai, mata mengantuk). Skor rerata valence
dan arousal yang diberikan partisipan terhadap masing-masing kategori foto
menghasilkan rating valence dan arousal . Instrumen IAPS dan rating SAM
dipresentasikan di layar komputer melalui pemograman dasar Phyton yang
dikembangkan oleh Dharmawan (2015).
Gambar 7. Self Assessment Manikin (SAM)
3. Br ief Self -control Scale (SCS)
Trait self-control sebagai variabel moderator yang mengukur aspek perbedaan
individual diukur dengan menggunakan kuesioner Brief Self-control Scale atau
SCS (Lampiran 10). Partisipan diminta untuk mengisi kuesioner yang terdiri atas
13 item pernyataan yang merefleksikan kebiasaan sehari-hari (contoh, “saya
mampu mengendalikan godaan dengan baik”) dalam skala likert lima poin (1 =
“sangat tidak akurat” hingga 5 = “sangat akurat”). Dalam SCS terdapat 4
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
41/85
27
pernyataan favorable (item nomor 1, 6, 8, dan 11) dan 9 pernyataan unfavorable
(2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 12, dan 13; reversed score). Semakin tinggi skor pada Brief
Self-control Scale merepresentasikan tingginya trait self-control yang dimiliki
individu. Pada penelitian Yusainy (2015), brief self-control scale memiliki
reliabilitas yang cukup baik dengan nilai alpha cronbach sebesar 0.745.
4. Video Humor
Video humor ditampilkan dengan tujuan untuk menetralisir dampak dari
induksi afek tidak menyenangkan yang dilakukan selama sesi eksperimen. Video
humor tersebut berjudul “ Hillarious: Don’t judge too quickly by Ameriquest
series” dan diunduh dari situs youtube (url:
https://youtube.com/watch?v=uNdapXryZ98) berdurasi 1 menit 31 detik dan
ditayangkan kepada partisipan di sesi akhir eksperimen. Video humor ini
sebelumnya telah diujicobakan pada pilot study yang dilaksanakan pada 10
November 2015, dimana lima orang partisipan pilot study menilai bahwa video
yang ditampilkan cukup menghibur.
E. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru prodi Psikologi
Universitas Brawijaya yang mengambil mata kuliah Biopsikologi sebanyak 86
orang. Peneliti memilih mahasiswa sebagai partisipan karena penelitian ini
merupakan penelitian adaptasi dari Yusainy (2015) yang juga melibatkan
mahasiswa sebagai partisipannya. Sebagai imbalan, partisipan akan mendapatkan
kompensasi kredit nilai kuis sebesar 10% dari mata kuliah Biopsikologi atas
https://youtube.com/watch?v=uNdapXryZ98https://youtube.com/watch?v=uNdapXryZ98https://youtube.com/watch?v=uNdapXryZ98
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
42/85
28
keikutsertaan mereka karena penelitian ini bekerjasama dengan dosen pengampu
mata kuliah Biopsikologi.
Jumlah total partisipan yang terlibat dalam grand design penelitian adalah 86
orang. Perhitungan G*Power 3.1.9.2 menunjukkan bahwa untuk memperoleh
effect size medium ( f = 0,25) dengan power = 0,8, jumlah minimum keseluruhan
sampel yang diperlukan adalah 65 partisipan. Jadi, jumlah total partisipan dalam
penelitian payung ini sudah mencukupi.
F. Tahapan Penelitian
Penelitian ini akan diselenggarakan melalui beberapa tahapan dimulai dari
tahap pengajuan etika penelitian, tahap uji coba penelitian ( pilot study), tahap
pelaksanaan penelitian, hingga tahap analisis data. Tahapan penelitian dijelaskan
lebih lanjut melalui bagan berikut:
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
43/85
29
Gambar 8. Alur Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melakukan proses penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta
persetujuan etika dengan menyertakan lembar persetujuan etika penelitian yang
ditandatangani oleh kedua dosen pembimbing, kepala laboratorium psikologi, dan
kepala program studi psikologi UB. Selanjutnya, peneliti melakukan uji coba
penelitian ( pilot study) yang dilaksanakan pada 10 November 2015 di
laboratorium komputer 2 FISIP UB pukul 08.30 dengan subjek sebanyak lima
orang mahasiswa FISIP UB. Hasil evaluasi dan perubahan dari pilot study adalah
sebagai berikut:
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
44/85
30
a.
Alokasi waktu untuk pengisian lembar persetujuan kurang efektif karena
partisipan harus membaca terlebih dahulu lembar informasi dan kemudian
mengisi informed consent . setelah pilot study, disepakati bahwa informasi
kepada partisipan diberikan secara lisan melalui eksperimenter dan
pengisian informed consent dipandu oleh eksperimenter.
b. Peneliti tidak menyediakan alat tulis untuk partisipan. Untuk
mengantisipasi terlupakannya hal-hal partikular seperti itu, peneliti
membuat checklist yang berisi daftar seluruh instrumen penelitian untuk
memastikan instrumen penelitian tidak ada yang terlupakan.
c.
Tirai dan kaca di pintu laboratorium perlu ditutup untuk menghindari
adanya distraksi dari luar.
d. Wallpaper di tiap desktop perlu diganti dengan warna hitam polos untuk
menghindari induksi afek partisipan diluar kondisi eksperimen.
e. Penempatan proyektor kurang pas sehingga membuat partisipan kesulitan
untuk melihat slide contoh pengerjaan. Hal tersebut diantisipasi dengan
menempatkan proyektor dengan tepat agar dapat dilihat oleh seluruh
partisipan.
f.
Instruktur masih kurang fasih dan lancar dalam memberikan instruksi.
Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti melatih instruktur eksperimen untuk
memahami instruksi dengan memberikan poin-poin utama dari setiap
bagian alur eksperimen agar instruktur lebih mudah memahami instruksi.
Selanjutnya, peneliti melakukan sosialisasi terkait pelaksanaan penelitian
kepada para calon partisipan penelitian, yaitu mahasiswa Psikologi angkatan 2015
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
45/85
31
yang mengambil mata kuliah biopsikologi kelas A, C, dan D. Baru setelah itu,
peneliti menentukan tanggal pelaksanaan eksperimen.
Penelitian eksperimen dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Desember 2015
pukul 08.00-16.00 yang dibagi menjadi 6 sesi. Pelaksanaan eksperimen dimulai
dengan registrasi peserta di depan laboratorium komputer. Setelah itu, partisipan
dipersilakan memasuki laboratorium komputer dan duduk di hadapan komputer
sesuai dengan urutan nomor partisipan. Sebelumnya, wallpaper pada desktop tiap
komputer diganti dengan warna hitam polos. Pencahayaan dan suhu ruangan juga
diatur dengan menutup seluruh tirai dan kaca jendela serta mengkondisikan
pendingin udara pada suhu 23-25o celcius.
Selanjutnya, instruktur memberikan pengantar dan informasi singkat
mengenai penelitian ini (Lampiran 3, Lembar Informasi Partisipan) dilanjutkan
dengan penandatangananan informed consent oleh tiap partisipan (Lampiran 4,
Informed Consent ). Kemudian, partisipan diminta untuk mengisi skala SCS
(Lampiran 10, Brief Self-control Scale). Setelah selesai mengisi skala, instruktur
memandu partisipan untuk mengerjakan tugas penilaian gambar pada program
IAPS. Setelah menyelesaikan program IAPS, video humor diputarkan di depan
ruangan untuk menetralisir afek partisipan seperti sedia kala. Eksperimen
kemudian diakhiri dengan membagikan makanan ringan kepada partisipan dan
mereka diperbolehkan untuk meninggalkan ruangan. Lembar debrief dikirimkan
melalui email kepada para partisipan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut
mengenai tujuan sebenarnya dari penelitian ini (lampiran 5, Lembar Debriefing ).
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
46/85
32
Setelah pelaksanaan eksperimen berakhir, data dikumpulkan untuk dianalisis
lebih lanjut (lihat sub-bab G dan H) melalui uji hipotesis statistik untuk kemudian
dilaporkan sebagai hasil dari penelitian (Lihat Bab IV, Hasil dan Pembahasan).
G. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dari International Affective Picture System (IAPS) dan Brief Self-control Scale
(SCS). Data IAPS pada sesi practice 2 akan digunakan sebagai manipulation
check , sementara data pada sesi practice 3 akan digunakan sebagai uji hipotesis.
Data SCS akan dihitung secara manual dari lembar kuesioner yang diisi oleh
partisipan dengan terlebih dahulu mengkoreksi item revised , sementara data IAPS
akan terekam secara otomatis dalam format microsoft excel yang kemudian akan
diolah dan dianalisis lebih lanjut sesuai hipotesis yang diajukan.
H.
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan software SPSS ver. 16.0 for Windows dengan
metode one-way repeated measures ANOVA untuk menjawab hipotesis penelitian.
Analisis data dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada stimulus valence terhadap
rating valence dan pada stimulus arousal terhadap rating arousal . Sedangkan
untuk menginterpretasi dan menganalisis hasil, akan dilakukan analisis
berdasarkan teori terkait dengan pembahasan mengenai peran trait self-control
dalam struktur pengalaman afektif dan mengomparasi dengan penelitian
sebelumnya.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
47/85
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Partisipan
Partisipan dalam penelitian adalah 86 orang mahasiswa kelas Biopsikologi
FISIP Universitas Brawijaya. Namun, 4 orang partisipan sudah tidak lagi terdaftar
sebagai mahasiswa aktif sementara 1 orang partisipan tidak hadir ketika proses
pelaksanaan eksperimen, sehingga jumlah total partisipan yang mengikuti
penelitian ini adalah 81 orang. Persentase mahasiswa perempuan dan laki-laki
ditampilkan melalui tabel dibawah. Selain itu, partisipan memiliki rentang usia
antara 17 hingga 20 tahun (mean = 18.17 , SD = .667).
Tabel 3. Deskripsi Partisipan
Karakteristik N Persentase
Jenis Kelamin Laki-laki 25 30.86 %
Perempuan 56 69.14 %
Usia 17 9 11.11 %
18 52 64.19 %
19 17 20.99 %
20 3 3.71 %
2. Reli abili ty Analysis
Sebelum dilakukan interpretasi dan analisis terhadap data yang telah
didapatkan, peneliti terlebih dahulu melakukan reliability analysis untuk
mengetahui konsistensi internal atau reliabilitas dari instrumen utama yang
digunakan pada penelitian ini, yaitu skala Brief Self-control Scale (SCS) dan
stimulus gambar dari International Affective Picture System (IAPS).
Koefisien reliabilitas alpha cronbach (α) disajikan melalui tabel dibawah ini.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
48/85
34
Tabel 4. Reliabilitas Instrumen Skala SCS & Stimulus IAPS
Instrumen α Cronbach
Brief Self-control Scale .736
Stimulus Positif .845
Stimulus Netral .612
Stimulus Negatif .806
Stimulus High Arousal .867
Stimulus Low Arousal .895
3. Manipulation Check
Untuk memastikan bahwa partisipan mampu membedakan stimulus afektif
berdasarkan pembagian kategori stimulus yang telah ditentukan sebelumnya,
manipulation check dilakukan terhadap data yang didapatkan di sesi practice 2
menggunakan analisis one-way repeated measures ANOVA yang dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu pada rating valence dan pada rating arousal .
Dari hasil analisis, diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan pada
stimulus valence terhadap rating valence ( F (1.78, 142.16) = 231.035, p =
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
49/85
35
Gambar 9. Rating Valence dan Arousal terhadap Stimulus Afektif dan nilai mean
(sesi practice).
4.
Uji Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan oleh peneliti, dilakukan analisis
menggunakan teknik one-way repeated measures ANOVA pada data mean dari
masing-masing kelompok stimulus IAPS terhadap rating valence dan rating
arousal . Analisis dilakukan sebanyak dua kali, yang pertama terhadap rating
valence dan yang kedua terhadap rating arousal .
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat peran trait self-control dalam
struktur pengalaman afektif partisipan baik pada dimensi valence (H1; F (1.88) =
.324, p = > .05) maupun pada dimensi arousal (H2; F (.70) = 1.499, p = > .05).
5. Analisis Tambahan
Peneliti melakukan analisis tambahan dengan menempatkan variabel jenis
kelamin sebagai variabel kovariat. Hasilnya, diketahui bahwa jenis kelamin
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
50/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
51/85
37
lanjut, dijelaskan oleh Saunders & Inzlicht (2015) sebagai suatu “perubahan tiba-
tiba” pada struktur pengalaman afektif (valence dan arousal ) yang disebabkan
oleh peristiwa tertentu. Peneliti menduga, stimulus yang digunakan tidak mampu
menginduksi konflik yang bermakna dalam diri partisipan sehingga mereka tidak
mempersepsikan perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan dalam kondisi
eksperimen sebagai suatu ancaman.
Walaupun sebelumnya dikatakan bahwa afek tidak menyenangkan dibutuhkan
untuk mengaktivasi self-control , namun beberapa literatur (Goldsmith, Cho, &
Dhar, 2012; Zemack-Rugar, Bettman, & Fitzsimons, 2006) menginterpretasikan
afek tidak menyenangkan yang dimaksud sebagai perasaan bersalah atau guilt .
Perasaan bersalah atau guilt sendiri diketahui memiliki peran yang penting dalam
proses pengendalian diri (Amodio, Devine, & Harmon-Jones, 2007). Zemack-
Rugar, Bettman, & Fitzsimons (2006) mengungkapkan bahwa individu yang
mengalami perasaan bersalah cenderung menunjukkan kemampuan self-control
yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengalami perasaan sedih.
Dalam penelitian ini, afek dalam bentuk perasaan bersalah tidak dapat
dibangkitkan dalam kondisi eksperimen, mengingat afek partisipan diinduksi
secara pasif menggunakan gambar. Kory & D'Meelo (2014) menjelaskan bahwa
untuk menginduksi kondisi afek yang lebih kompleks seperti rasa bersalah,
empati, dan marah perlu dilakukan induksi afek secara aktif lewat skenario yang
melibatkan manipulasi perilaku dan proses interaksi sosial dimana partisipan
terlibat secara langsung dalam skenario tersebut.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
52/85
38
Hal lain yang mungkin membuat individu tidak mengalami konflik adalah
karena stimulus gambar yang ditampilkan tidak memiliki makna personal atau
tidak relevan bagi partisipan. Lohani, Gupta, & Srinivasan (2013) dalam studinya
tentang norma lintas budaya pada stimulus gambar IAPS di India mengemukakan
bahwa relevansi kultural dari konten gambar perlu dijadikan bahan pertimbangan
dalam penggunaan stimulus IAPS. Dengan kata lain, dalam pemilihan stimulus
IAPS harus disesuaikan dengan konteks budaya Indonesia, agar stimulus gambar
tersebut memiliki makna personal bagi para subjek dengan tidak memilih gambar
yang memiliki konten-konten yang berisi representasi dari kehidupan masyarakat
Amerika Utara dimana norma gambar IAPS dibuat.
Walaupun begitu, studi sebelumnya yang dilakukan oleh Yusainy (2015)
menemukan bahwa trait self-control hanya memiliki peran terhadap individu
ketika ditampilkan stimulus netral, dimana semakin tinggi trait self-control yang
dimiliki maka rating valence yang diberikan terhadap stimulus tersebut semakin
rendah. Temuan tersebut tidak konsisten dengan gagasan yang dikemukakan oleh
Inzlicht & Leghault (2014) yang menyatakan bahwa afek negatif dengan arousal
tinggi yang seharusnya berkaitan erat dengan self-control , bukan malah afek
netral.
2. Pembahasan Tambahan
Walaupun pengalaman afektif individu tidak dipengaruhi oleh tingkat kontrol
diri atau self-control, analisis tambahan menunjukkan bahwa variasi individual
dalam struktur pengalaman afektif, lebih spesifik pada dimensi valence, terletak
pada perbedaan jenis kelamin dimana perempuan cenderung memaknai stimulus
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
53/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
54/85
40
Magnetic Resonance Imaging), EEG (electroencephalogram), dan skin
conductance measurements.
Kedua, perlu diperhatikan bahwa stimulus gambar IAPS yang digunakan
pada penelitian ini diambil dari konteks masyarakat Amerika Utara yang secara
sosiokultural memiliki banyak perbedaan dengan masyarakat Indonesia, walaupun
hal tersebut telah diantisipasi dengan memilih ulang stimulus sesuai dengan
norma Asia yang dibuat oleh Huang dan koleganya (2015). Perbedaan konteks
sosiokultural dari konten gambar tersebut dapat mempengaruhi persepsi partisipan
terhadap stimulus gambar yang ditampilkan, karena partisipan kurang familiar
dengan stimulus gambar yang disajikan tersebut.
Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah
stimulus yang digunakan cukup mampu untuk memunculkan konflik pada
individu atau tidak dan apakah self-control benar-benar teraktivasi atau tidak
melalui pengukuran state self-control sesaat setelah subjek ditampilkan stimulus
dengan berbagai muatan emosional melalui pengukuran berbasis psikofisiologis
seperti fMRI .
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
55/85
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Trait self-control tidak memiliki peran dalam struktur pengalaman afektif
individu, baik pada dimensi valence maupun pada dimensi arousal . Peneliti
menduga bahwa hal tersebut diakibatkan oleh inaktivasi self-control , dimana
stimulus tidak menyenangkan yang ditampilkan melalui kondisi perlakuan
tidak mampu memunculkan konflik dalam diri partisipan yang membuat self-
control mereka teraktivasi.
2. Variasi individual dalam pembentukan pengalaman afektif ditemukan pada
perbedaan jenis kelamin, dimana partisipan perempuan cenderung
mempersepsikan stimulus dengan valence negatif dengan lebih ekstrim
dibandingkan dengan partisipan laki-laki.
B. Saran
1. Saran Metodologis
a.
Perlu dilakukan pengukuran berbasis neurobiologis menggunakan fMRI
ketika partisipan dihadapkan dengan stimulus gambar IAPS. hal tersebut
juga bertujuan agar pengukuran dapat lebih objektif dan membuktikan
apakah self-control partisipan teraktivasi atau tidak ketika dihadapkan
dengan stimulus gambar yang menginduksi valence dan arousal .
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
56/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
57/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
58/85
44
Gillebaart, M., & de Ridder, D. T. (2015). Effortless self-control: A novel
perspective on response conflict strategies in trait self-control. Social and
Personality Psychology Compass, 88-99.
Goldsmith, K., Cho, E. K., & Dhar, R. (2012). When guilt begets pleasure: the
positive effect of a negative emotion. Journal of Marketing Research, 1-
10. doi:10.1509/jmr.09.0421
Hofmann, W., Luhmann, M., Fisher, R. R., Vohs, K. D., & Baumeister, R. F.
(2013). Yes, but are they happy? Effects of trait self-control on affective
well being and life satisfaction. Journal of Personality, 1-13.
Huang, J., Xu, D., Peterson, B. S., Hu, J., Cao, L., Wei, N., . . . Hu, S. (2015).
Affective reactions differ between Chinese and American healthy youngadults: A cross cultural study using the international affective picture
system. BioMedCentral Psychiatry, 1-7.
Inzlicht, M., & Legault, L. (2014). No pain, no gain: How distress underlies
effective self-control (and unites diverse social psychological phenomena).
Komulainen, E., Meskanen, K., Lipsanene, J., Lahti, J. M., Jylha, P., Melartin, T.,
. . . Ekelund, J. (2014). The effect of personality on daily life emotional
processess. Plos One, 1-9.
Kory, J. M., & D'Meelo, S. K. (2014). Affect elicitation for affective computing.
Firstproofs, hal. 371-383.
Kuppens, P. (2008). Individual differences in the relationship between pleasure
and arousal. Journal of Research in Personality, 1053-1059.
Kuppens, P., Tuerlinckx, F., Russell, J. A., & Barrett, L. F. (2012). The relation
between valence and arousal in subjekctive experience. Psychological
Bulletin, 1-89.
lang, P. J., Bradley, M. M., & Cuthbert, B. N. (2008). International affective
picture system (IAPS): Affective ratings of pictures and instruction
manual. University of Florida.
Lisetti, C. L. (2002). Personality, affect, and emotion taxonomy for socially
intelligent agents. American Association for Artificial Intelligence, 1-5.
Lohani, M., Gupta, R., & Srinivasan, N. (2013). Cross-cultural evaluation of the
International Affective Picture System on an Indian sample. Psychological
Studies, 58(3), 233-241.
MacKinnon, D. P., Luecken, L. J. (2008). How and for whom? Mediation and
moderation in health psychology. Health Psychology, 1-4
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
59/85
45
Mikels, J. A., Fredrickson, B. L., Larkin, G. L., Lindberg, C. M., Maglio, S. J., &
Reuter-Lorenz, P. A. (2005). Emotional category data on images from the
international affective picture system. Behavior Research Methods, 4(37),626-630.
Navarro, F. H. (2011). Self-control, conscientiousness, and adverse health
behavior. Health Psychology, 10-18.
Panksepp, J. (2010). Affective neuroscience of the emotional brainmind:
evolutionary perspectives and implications for understanding depression.
Dialogues in Clinical Neuroscience, 533-545.
Panksepp, J. (2012). The philosophical implications of affective neuroscience.
Journal of Consciousness Studies, 6-48.
Revelle, W., & Scherer, K. R. (t.thn.). Personality and emotion. Oxford University
Press, 1-4.
Ridder, D. T., Lensvelt-Mulders, G., Finkenauer, C., Stok, F. M., & Baumeister,
R. F. (2011). Taking stock of self-control: A meta analysis of how trait
self-control relates to a wide range of behaviors. Personality and Social
Psychology Review, 1-24.
Russell, J. A. (2003). Core affect and the psychological construction of emotions.
Psychological Review by American Psychological Association, 145-172.
Roberts, B. W., Chernyshenko, O. S., Stark, S., Goldberg, L. R. (2005). The
structure of conscientiousness: An empirical investigation based on seven
major personality questionnaires. Personnel Psychology, 103-139.
Saunders, B., & Inzlicht, M. (2015). Vigour and vatigue: How variation in affect
underlies effective self-control. Motivation and Self-Control .
Saunders, B., Milyavskaya, M., & Inzlicht, M. (2015). Variation in cognitive
control as emotion regulation. Psychological Inquiry, 108-115.
Stevens, J. F., & Hamann, S. (2012). Sex differences in brain activation toemotional stimuli: A meta-analysis of neuroimaging studies.
Neuropsychologia(50), 1578-1593.
doi:10.1016/j.neuropsychologia.2012.03.011
Tangney, J. P., Baumeister, R. F., & Boone, A. L. (2004). High self-control
predicts a good adjustment, less pathology, better grades, and interpersonal
success. Journal of Personality, 271-322.
Tok, S., Koyuncu, M., Dural, S., & Catikkas, F. (2010). Evaluation of IAPS
ratings in an athlete population and its relations to personality. Personality
and Individual Differences, 461-466.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
60/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
61/85
47
LAMPIRAN
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
62/85
Lampiran 1
Lembar Etika Penelitian
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
63/85
Lampiran 1
Lembar Etika Penelitian
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
64/85
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
65/85
Lampiran 2
Prosedur Pelaksanaan
Eksperimen
Anda yang dekat dengan jalan supaya rekan kami dapat dengan mudah
mengambilnya.”
Asisten eksperimenter mengambil lembar persetujuan sekaligus membagikan kuesioner
trait diikuti instruksi berikut:
-------part 2, isi kuesioner trait-------
“Sekarang rekan kami akan membagikan kuesioner yang tidak ada hubungannya
dengan eksperimen. Cara mengisinya adalah dengan memberikan angka di samping
pernyataan yang ada. Rentang angka sudah dicontohkan di bagian atas setiap lembar.
Silakan diisi sesuai dengan keadaan diri Anda masing-masing. Apakah ada pertanyaan?
Kalau tidak ada silakan diisi sesuai dengan instruksi yang tercantum. Jika sudah selesai
boleh diletakkan di tepi meja yang dekat dengan jalan supaya rekan kami dapat
mengambilnya.”
Instruktur memperkenalkan instrumen IAPS & SAM dengan instruksi berikut:
-------part 3, introducing IAPS-------
“Baik, sekarang pastikan bahwa di layar Anda sudah ditampilkan sebuah kotak kecil
bertuliskan “participant” dan “session”. Bagi yang belum silakan angkat tangan Anda
supaya rekan kami bisa membantu. Bagi yang sudah silakan langsung isikan kotak
“participant” sesuai dengan nomor yang sudah Anda peroleh di meja registrasi.
Sedangkan pada kotak “session” tetap dibiarkan 001 dan jangan dirubah. Jika sudah
silakan klik ‘OK’ atau tekan ‘enter’.
Tugas Anda nanti adalah memberikan penilaian terhadap sebuah gambar. Silakan tetap
fokus ke layar Anda masing-masing. Tidak perlu melihat rekan di kanan-kiri dan depan-
belakang karena gambar yang akan muncul bersifat acak dan berbeda antara 1
komputer dengan komputer yang lain.
Perlu kami tekankan bahwa yang Anda gunakan selama eskperimen ini adalah tombol
spasi di keyboard dan mouse. Jangan menekan tombol lainnya karena dapat
mengganggu jalannya sistem. Jadi apabila data Anda tidak terekam karena Anda
menekan tombol yang lain, maka Anda tidak akan mendapatkan kompensasi nilai
sebesar 10%.
Sekarang silakan tekan SPASI.
Nanti Anda akan menilai gambar dengan menggunakan ikon-ikon yang akan muncul
setelah gambar. Sebagai contoh, silakan tekan SPASI.
--Masuk ke sesi Example--
Gambar yang akan tampil nanti serupa dengan yang Anda lihat sekarang: yaitu
ditampilkan dengan ukuran penuh. Gambar-gambar tersebut nanti akan muncul selama
6 detik dan tidak ditayangkan ulang. Jadi perhatikan baik-baik gambar yang muncul.
Sekarang silakan tekan SPASI.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
66/85
Lampiran 2
Prosedur Pelaksanaan
Eksperimen
Selanjutnya akan muncul tampilan seperti berikut. Ada 2 baris gambar dan angka dari 1
hingga 9. Tugas Anda adalah memberikan penilaian terhadap gambar yang tadi sudah
ditampilkan. Cara memberi nilainya adalah dengan mengklik pada angka dibawahkursor/slider yang berbentuk segitiga terbalik dan berwarna biru. Anda bisa menggeser-
gesernya. Silakan dicoba, apabila ada masalah langsung saja mengangkat tangan. Beri
nilai sesuai dengan perasaan yang anda rasakan.
Gambar yang ada di baris atas menunjukkan sifat positif dan sifat negatif dari
perasaan Anda. Semakin ke kanan, maka semakin positif karena ada gambar karikatur
yang tersenyum. Semakin ke kiri semakin negatif karena ada gambar karikatur yang
sedih. Anda bisa menggesernya dari rentang 1 hingga 9. Sekali lagi, gambar yang atas
mewakili sifat positif dan negatif dari perasaan yang anda rasakan setelah melihat
gambar .
Kalau tidak ada yang ditanyakan sekarang kita lanjutkan ke gambar yang ada di bawah.
Gambar yang ada di bawah mewakili intensitas dari perasaan anda. Jadi, apakah Anda
merasa tenang, datar, dan biasa saja atau anda merasa tergugah dan menggebu-gebu.
Semakin ke kiri maka perasaan yang Anda rasakan intensitasnya semakin tenang,
datar, dan biasa saja. Semakin ke kanan maka perasaan yang Anda rasakan
intensitasnya semakin besar, semakin terasa tergugah, dan menggebu-gebu. Apakah
bisa dipahami? Jadi, gambar yang ada di bawah mewakili intensitas perasaan yang
Anda rasakan.
Jadi sekali lagi , gambar di atas mewakili sifat perasaan anda dari negatif hingga
positif , sementara gambar di bawah mewakili intensitas dari perasaan anda , apakah
tenang, datar, dan biasa saja ataukah tergugah, besar, dan menggebu-gebu.
Perlu diperhatikan, Anda harus menilainya dengan menggunakan 2 baris gambar
tersebut, tidak boleh hanya salah satu saja.
Satu hal lagi, nanti gambar akan ditayangkan selama 6 detik dan Anda tidak perlu
menekan tombol SPASI seperti tadi. Sedangkan waktu penilaian Anda hanya 10 detik.
Nanti di sesi selanjutnya akan muncul timer di pojok kanan atas yang menghitung
mundur dari 10 hingga 1. Jadi silakan Anda atur waktu sebaik mungkin dalam
memberikan penilaian. Sebelum kita melanjutkan ke sesi latihan, kita akan melihat
contohnya sebagai percobaan. Silakan tekan SPASI.”
---masuk ke sesi Trial---
Partisipan mencoba sesi practice I dengan dibatasi waktu.
“Sesi latihan pertama telah selesai. Sekarang silakan tekan SPASI untuk masuk ke sesi
latihan kedua.”
---masuk ke Session I---
Instruktur menunggu partisipan mengerjakan session I, jika sudah selesai diikuti
panduan berikut:
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
67/85
Lampiran 2
Prosedur Pelaksanaan
Eksperimen
“Apakah selama pengerjaan tadi terdapat kesulitan? Jika ada kesulitan silakan
mengangkat tangan supaya kami dapat membantu. Jika tidak ada, sesaat lagi Anda
akan masuk ke sesi eksperimen sesungguhnya. Silakan kerjakan dengan sungguh-sungguh. Mekanisme pengerjaan sama seperti di sesi latihan. Gambar akan ditampilkan
6 detik dan dilanjutkan dengan penilaian menggunakan ikon selama 10 detik. Timer
akan muncul di kanan atas sama seperti tadi. Ingat, jangan gunakan tombol apapun
selain mouse dan spasi . Jika Anda sudah siap, silakan tekan SPASI”.
---masuk ke session III (eksperimen sebenarnya)---
Instruktur menunggu partisipan mengerjakan sesi penilaian gambar.
“apakah semuanya sudah selesai? Apabila sudah, silakan tekan SPASI untuk mengakhiri
sesi eksperimen”
-------part 4, video netralisir afek-------
“ Sekarang, anda dipersilakan untuk menyaksikan video yang akan diputarkan melalui
proyektor di depan ruangan.”
-------part 5, penutup-------
“ Baik, rangkaian sesi penelitian ini telah berakhir. Terima kasih atas partisipasi Anda.
Kami mohon agar Anda tidak menyampaikan pengalaman apapun yang Anda terima di
ruangan ini kepada partisipan lain yang masih ada di luar sana karena mungkin saja
tugas mereka nanti berbeda dengan tugas Anda. Untuk lembar debrief akan kami
kirimkan melalui email Anda dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Sekali lagi
terima kasih dan boleh meninggalkan ruangan”.
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
68/85
Lampiran 3
Lembar Informasi
Partisipan
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
69/85
Lampiran 4
Lembar Persetujuan
Partisipan ( Informed
Consent )
-
8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf
70/85
Lampiran 5
Lembar Debriefing
Halo!
Bagaimana kabar anda hari ini?
Perkenalkan, nama saya Fitra. Saya adalah mahasiswa Psikologi angkatan
2012 sekaligus asisten peneliti Placebo Research Group yang mengundang anda
sebagai