full thesis ver. wityanto (2016) is everything under control-(1).pdf

Upload: fahmi-ananda

Post on 05-Jul-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    1/85

    I S EVERYTHING UNDER CONTROL?  

    PERAN TRAIT SELF-CONTROL  DALAM STRUKTUR

    PENGALAMAN AFEKTIF

    SKRIPSI

    Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Psikologi

    di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

    Disusun Oleh:

    Fitra Hermawandhika Wityanto

    NIM. 125120300111062

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2016

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    2/85

     

    ii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    I S EVERYTH ING UNDER CONTROL?

    PERAN TRAIT SELF-CONTROL  DALAM STRUKTUR PENGALAMAN

    AFEKTIF

    SKRIPSI

    Disusun Oleh:Fitra Hermawandhika Wityanto

     NIM. 125120300111062

    Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing

    Pembimbing I Pembimbing II

    Cleoputri Al Yusainy, Ph.D  Ika Herani, S.Psi., M.Si., Psi 

     NIP. 19760823 200812 2 002 NIP. 19770628 200812 2 002

    Mengetahui

    Ketua Program Studi Psikologi

    Ilhamuddin Nukman, S.Psi., M.A. NIP. 19840730 201012 1 004

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    3/85

     

    iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    SKRIPSI

    I S EVERYTH ING UNDER CONTROL?

    PERAN TRAIT SELF-CONTROL  DALAM STRUKTUR PENGALAMAN

    AFEKTIF

    Disusun Oleh:

    Fitra Hermawandhika Wityanto

    NIM. 125120300111062

    Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam ujian Sarjana

    Pada tanggal 5 Februari 2016

    Tim Penguji

    Pembimbing I Pembimbing II

    Cleoputri Al Yusainy, Ph.D  Ika Herani, S.Psi., M.Si., Psi 

     NIP. 19760823 200812 2 002 NIP. 19770628 200812 2 002

    Anggota Penguji I Anggota Penguji II

    Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi.  Ika Rahma S., S.Psi., M.Psi. 

     NIP. 19810725 200801 2 012 NIK. 2011028402202001

    Malang, Februari 2016

    Dekan

    Prof. Dr. Ir. Darsono Wisadirana, M.S.

     NIP. 19561227 198312 1 001

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    4/85

     

    iv

    PERNYATAAN

     Nama: Fitra Hermawandhika Wityanto 

     NIM. 125120300111062 

    Menyatakan dengan kesungguhan bahwa skripsi berjudul  IS

     EVERYTHING UNDER CONTROL? PERAN TRAIT SELF-CONTROL DALAM

    STRUKTUR PENGALAMAN AFEKTIF adalah benar-benar karya saya sendiri.

    Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda kutipan dan

    ditunjukkan dalam daftar pustaka.

    Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar,

    maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan

    gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

    Malang, 5 Februari 2016

    Yang membuat pernyataan,

    Fitra Hermawandhika Wityanto

     NIM. 125120300111062

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    5/85

     

    v

    KATA PENGANTAR

    Hanya kata  Alhamdulillah yang dapat penulis ucapkan ketika menyelesaikan

    skripsi ini. Beribu ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak

    yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    1.  Suharmanto dan Wiwik Setyowati, ayah dan ibu saya. Terimakasih atas semua

    doa, support , dan bantuan finansial yang tidak pernah putus.

    2. 

    Cleoputri Al Yusainy, Ph.D, orang pertama yang memperkenalkan saya pada

    dunia sains yang mengagumkan. Terimakasih banyak untuk bimbingannya

    selama ini.

    3. 

    Ika Herani, M.Si, Psi. Terimakasih banyak atas kebaikan dan kesabarannya

    dalam membimbing saya yang terlalu sering menguji kesabaran anda.

    4.  Rinanda Rizky, partner  peneliti. Terimakasih sudah bersedia berbagi kegilaan,

    kepanikan, keluh-kesah, ide-ide, dan perasaan putus asa tanpa kenal waktu

    hingga dini hari selama proses penulisan skripsi yang tidak sebentar ini.

     Finally, we made it. 

    5.  Bima Pusaka dan Ignatius Ryan. Terimakasih sudah menjadi orang paling

    sabar dalam menghadapi saya yang penuh kebodohan ini. Semoga sukses

    mengejar mimpi ke negeri orang. Doakan saya segera menyusul juga.

    6. 

    Teman-teman placebo research group: Susmita, Deir, Fitryanda, Dian Safitri,

    Anantha, Meilita, Dian Lestari, Veronika, dan Diandra. Sesungguhnya kerja

    keras, air mata, keringat, dan menghitamnya kantung mata kita pasti akan

    dibalas dengan sesuatu yang manis di masa depan.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    6/85

     

    vi

    7. 

    Ratri Nurwanti, M.Psi, ibu suri tidak bersayap yang berbaik hati membantu

     penulis mengatasi hambatan intelektualnya. Terimakasih sudah menjadi teman

    dan dosen yang baik untuk saya.

    8.  Sukaesi Marianti, Ph.D. Terimakasih banyak untuk bantuannya di saat-saat

    terakhir. Thank you, thank you so much. 

    9.  Teman-teman LPM Perspektif: Jehan, Nabila, Saumi, Rany, Dewi, Biyan,

    Bayu, Nuril, Asido, Ghifar, Widia, Bela, Puput, Igo, Indri, Ade, Jihan, Rifky,

    Marwah, Nevie, Zilvi, Zeydan, Kumba, Theo, Atni, Syifa, Ika, Ana, dan Niki.

    Terimakasih untuk  support   tidak langsung berupa “hinaan” dan “bullying  

    ver  bal” yang selalu ditujukan kepada saya selama proses pengerjaan skripsi,

    sehingga memacu saya untuk menyelesaikan “kegilaan” ini secepat yang saya

     bisa. Terimakasih juga sudah menjadi sahabat-sahabat terdekat saya selama

    tiga tahun terakhir. See you on top, mates.

    10. Wahyu Wicaksono, Ph.D. Terimakasih sudah mengajarkan saya untuk berfikir

    kritis layaknya seorang peneliti.

    11. Agaputra Awali, sahabat satu atap yang berhasil membuat kata “skripsi”

    menjadi terlarang untuk disebut. Terimakasih banyak untuk waktunya.

    12. 

    (Alm.) Yoyon Supriyono, M.Psi, pembimbing akademik saya. Terimakasih

    telah mengantarkan saya ke tingkat paling akhir ini. Tanggung jawab bapak

    kepada saya sekarang sudah selesai. Semoga bapak tenang disana.

    13. Mahasiswa Psikologi angkatan 2015, terimakasih atas keikutsertaannya

    sebagai partisipan penelitian.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    7/85

     

    vii

    14. 

    Dwi Hardani Oktawirawan dan Riski Saumi, terimakasih atas bantuannya

    sebagai asisten peneliti. Semoga sukses dan berhasil di masa depan.

    15. Seluruh teman-teman Psikologi 2012, saya ucapkan terimakasih banyak atas

     support -nya selama ini. segera menyusul ya.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna. Oleh karena itu,

    masukan, saran, dan kritik akan penulis terima dengan tangan dan pikiran yang

    terbuka melalui alamat surel saya di [email protected].  Akhir kata, semoga

    skripsi ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu

     pengetahuan psikologi yang lebih baik di masa depan.

    Malang, Februari 2016

    Fitra Hermawandhika Wityanto

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    8/85

     

    viii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. iiLEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... iv 

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

    ABSTRAK ............................................................................................................ xiii

    BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    A. 

    Latar Belakang .......................................................................................... 1B.

     

    Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

    C.  Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

    D. 

    Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

    E.  Penelitian Terdahulu ................................................................................. 6

    F. 

    Urgensi Penelitian ..................................................................................... 8

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10A.  Dasar Teori ................................................................................................ 10

    1.  Proses Emosi-Afek .............................................................................. 10

    2.  Struktur Pengalaman Afektif............................................................... 12

    3. 

    Trait Self-control ................................................................................. 16

    4. 

    Peran Trait Self-control  dalam Struktur Pengalaman Afektif ............. 17

    B.  Kerangka Pemikiran .................................................................................. 20

    C.  Hipotesis Penelitian ................................................................................... 20

    BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 20A.  Desain Penelitian ....................................................................................... 21

    B.  Identifikasi Variabel .................................................................................. 22

    C.  Definisi Operasional.................................................................................. 22

    D.  Instrumen Penelitian.................................................................................. 23

    E. 

    Partisipan Penelitian .................................................................................. 27F.  Tahapan Penelitian .................................................................................... 28

    G. 

    Data ........................................................................................................... 32

    H.  Analisis Data ............................................................................................. 32

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 33A.  Hasil Penelitian ......................................................................................... 33

    1. 

    Gambaran Umum Partisipan ............................................................... 33

    2.   Reliability Analysis.............................................................................. 33

    3. 

     Manipulation Check ............................................................................ 34

    4.  Uji Hipotesis ....................................................................................... 35

    5. 

    Analisis Tambahan .............................................................................. 35

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    9/85

     

    ix

    B. 

    Pembahasan ............................................................................................... 36

    1.  Pembahasan Utama ............................................................................. 36

    2. 

    Pembahasan Tambahan ....................................................................... 38C.  Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 39

    BAB V. PENUTUP .............................................................................................. 41

    A.  Kesimpulan ............................................................................................... 41

    B.  Saran .......................................................................................................... 41

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 47

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    10/85

     

    x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 6Tabel 2 Grand Design Penelitian ............................................................... 20

    Tabel 3 Deskripsi Partisipan ....................................................................... 33

    Tabel 4 Reliabilitas Instrumen SCS dan Stimulus IAPS ............................ 34

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    11/85

     

    xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Struktur Emosi-Afek ..................................................................... 11Gambar 2   Affect Circumplex Model ............................................................... 13

    Gambar 3   Affect Alarm Model of Self-control ................................................ 18

    Gambar 4  Kerangka Pemikiran ...................................................................... 20

    Gambar 5  Slide Pertama IAPS ....................................................................... 25

    Gambar 6 Slide Ketiga IAPS.......................................................................... 25

    Gambar 7 Self Assessment Manikin (SAM) ................................................... 26

    Gambar 8 Alur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 29

    Gambar 9  Rating Valence dan Arousal  terhadap Stimulus Afektif dan nilai

    mean .............................................................................................. 35

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    12/85

     

    xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1  Lembar Etika PenelitianLampiran 2  Prosedur Pelaksanaan Eksperimen

    Lampiran 3  Lembar Informasi Partisipan

    Lampiran 4  Lembar Persetujuan Partisipan ( Informed Consent )

    Lampiran 5  Lembar Debriefing  

    Lampiran 6  Dokumentasi Pilot Study dan Pelaksanaan Eksperimen

    Lampiran 7  Berita Acara Pelaksanaan Eksperimen

    Lampiran 8 Daftar Stimulus IAPS dan Skor Normatif

    Lampiran 9 Contoh Stimulus Gambar IAPS

    Lampiran 10  Brief Self-control Scale 

    Lampiran 11 Lembar Monitoring Dosen Pembimbing

    Lampiran 12 Berita Acara Seminar ProposalLampiran 13 Berita Acara Ujian Skripsi

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    13/85

     

    xiii

    ABSTRAK

    I s Everything Under Control?Peran Trait Self -control  dalam Struktur Pengalaman Afektif

    Disusun Oleh

    Fitra Hermawandhika Wityanto

    [email protected]

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan individual dalam hal

    trait self-control  memiliki peran dalam struktur pengalaman afektif individu, yaitu

    dimensi valence  dan arousal . Penelitian ini menggunakan desain within-subject

    experiment   dengan melibatkan 81 orang mahasiswa baru prodi PsikologiUniversitas Brawijaya sebagai partisipan. Afek partisipan diinduksi menggunakan

    stimulus gambar dari IAPS yang diukur melalui rating  SAM dan trait self-control  

    diukur menggunakan  Brief Self-control Scale  (SCS). Hasil analisis statistik

    menggunakan teknik one-way repeated measures ANOVA  menunjukkan bahwa

    trait self-control   tidak memiliki peran signifikan dalam struktur pengalaman

    afektif partisipan, baik pada dimensi valence ( F (1.88) = .324, p = > .05) maupun

     pada dimensi arousal   ( F (.70) = 1.499,  p  = > .05). Namun, analisis tambahan

    menunjukkan bahwa partisipan perempuan cenderung memaknai stimulus negatif

    lebih ekstrim ( M  = 2.67, SD = .496) dibandingkan dengan partisipan laki-laki ( M  

    = 3.23, SD = .676).

    Kata Kunci: struktur pengalaman afektif, valence, arousal, trait self-control ,

    IAPS, SCS

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    14/85

     

    xiv

    ABSTRACT

    I s Everything Under Control?The Role of Tr ait Self -control in the Structure of Curr ent Aff ect

     Authored By:

     Fitra Hermawandhika Wityanto

    [email protected]

    This study aims to investigate whether individual differences on the level of trait

     self-control has a role in individual’s structure of current affect, specifically on

    valence and arousal dimension. Within-subject experiment was used as a research

    design which involve 81 undergraduate Psychology students of BrawijayaUniversity as participants. IAPS pictures was used to evoke participant’s affect

    and measured by SAM’s rating while trait self-control was measured using Brief

    Self-control Scale (SCS). Statistical analysis using one-way repeated measures

     ANOVA technique shown that trait self-control has no significant role in

     participant’s structure of current affect, both on valence (F (1.88) = .324, p = >

    .05) neither on arousal dimension (F (.70) = 1.499, p = > .05). However,

    additional analysis indicate that female participant tend to rate negative valenced

     stimuli as more extreme (M = 2.67, SD = .496) compared with male participant

    (M = 3.23, SD = .676).

     Keywords: structure of current affect, valence, arousal, trait self-control,

     IAPS, SCS

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    15/85

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Emosi-afek merupakan unsur paling fundamental dari setiap aspek di

    kehidupan manusia, mulai dari proses pengambilan keputusan, peristiwa yang kita

    ingat, hingga interaksi sosial yang kita bina dengan orang lain (Yusainy, 2015).

    Afek, atau yang biasa disebut dalam istilah sehari-hari sebagai “perasaan”,

    merupakan pemaknaan secara subjektif dari emosi (Panksepp, 2010).

    Menurut Barrett & Russell (1999), afek terdiri dari dua dimensi bipolar yang

    independen satu sama lain, yaitu valence  dan arousal . Valence  merupakan

    dimensi hedonis yang bergerak dari perasaan menyenangkan (afek positif) hingga

    tidak menyenangkan (afek negatif), sementara arousal   merujuk pada dimensi

    aktivasi yang bergerak dari perasaan tergugah dan menggebu-gebu (arousal  

    tinggi) hingga perasaan tenang, malas dan mengantuk (arousal  rendah). Bersama-

    sama, kombinasi antara valence  dan arousal   akan membentuk berbagai macam

     pengalaman afektif manusia seperti bahagia, tenteram, marah, rasa bersalah,

    sedih, jijik, takut, cemas, dan sebagainya. Berbagai macam pengalaman afektif

    tersebut merupakan respon manusia terhadap stimulus yang muncul dari

    lingkungan (Agustiningsih, 2015).

    Kuppens (2008) mengemukakan bahwa perasaan menyenangkan dan tidak

    menyenangkan akan bervariasi dari satu individu ke individu lain, diikuti oleh

    kombinasi tingkat valence  dan arousal   yang berbeda-beda. Pada beberapa

    individu, afek yang menyenangkan (positif) mungkin diikuti dengan tingginya

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    16/85

    2

    level arousal   yang kemudian dipersepsikan sebagai perasaan tergugah dan

    antusias. Sementara itu pada individu yang lain, afek menyenangkan mungkin

    akan diikuti dengan level arousal   yang rendah, sehingga dipersepsikan sebagai

     perasaan rileks dan tenteram. Sebaliknya, afek yang tidak menyenangkan (negatif)

    kadangkala diikuti oleh tingginya level arousal   sehingga memunculkan suatu

     perasaan cemas dan tertekan, sementara pada individu lain afek tidak

    menyenangkan biasanya disertai dengan level arousal   yang rendah sehingga

    dimaknai sebagai suatu perasaan sedih dan depresi.

    Salah satu hal yang menjelaskan mengapa tiap individu dapat memaknai

     pengalaman afektifnya dengan berbeda-beda tentu tidak lepas dari peran variasi

    individual terutama trait   kepribadian, yaitu suatu pola-pola perilaku dan respon

    yang menetap pada diri individu (Revelle & Scherer, tanpa tahun). Trait

    kepribadian diketahui memiliki peran dalam proses pemaknaan pengalaman

    afektif seseorang melalui proses trait-congruent processing, dimana respon

    individu terhadap suatu stimulus atau peristiwa akan berbeda-beda bergantung

     pada trait kepribadian yang dominan dalam dirinya (Vuoskoski, 2012). Contohnya

    dalam trait kepribadian  Big Five, individu dengan trait extraversion yang tinggi

    akan cenderung untuk lebih memaknai pengalaman yang positif dan

    menyenangkan, karena trait extraversion  sendiri berkorelasi kuat dengan

    optimisme dan kecenderungan untuk menghindari emosi yang negatif. Sementara

    itu, individu dengan trait neuroticism  yang tinggi akan cenderung untuk lebih

    memaknai pengalaman yang negatif dan tidak menyenangkan, karena trait

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    17/85

    3

    neuroticism sendiri berhubungan kuat dengan ketidakstabilan emosi dan perasaan-

     perasaan negatif seperti cemas dan takut (Vuoskoski, 2012).

    Salah satu aspek perbedaan individual yang dapat mempengaruhi perbedaan

     pemaknaan seseorang terhadap pengalaman afektifnya adalah pada kapasitas

    individu dalam hal kontrol diri atau  self-control   sebagai bagian dari trait  

    kepribadian. Kontrol diri atau yang biasa disebut sebagai  self-control  merupakan

    kapasitas individu untuk secara sadar mengendalikan proses mental dan perilaku

    agar sesuai dengan standar yang telah ia tetapkan sebelumnya (Inzlicht & Legault,

    2014). Menurut Baumeister (2012), kontrol diri bertujuan untuk “merubah”

    respon individu agar sesuai dengan standar atau kriteria yang ideal menurut

    dirinya atau menurut orang lain.

    Kemampuan manusia dalam mengendalikan diri menjadi penting sebagai

    salah satu antisipasi kita untuk bertahan hidup. Menurut pendekatan evolusioner,

    suatu perilaku dikatakan adaptif apabila perilaku tersebut mendukung

    kelangsungan manusia untuk bertahan hidup dari waktu ke waktu (Del Giudice,

    2013). Sama halnya dengan intelegensi,  self-control   merupakan salah satu sifat

    atau trait   paling adaptif yang dimiliki manusia. Hal tersebut dibuktikan melalui

    temuan dari De Ridder dan kolega (2012) yang menemukan bahwa  self-control  

    memiliki asosiasi dengan berbagai macam aspek positif dalam kehidupan seperti

    hubungan interpersonal yang sehat, popularitas, keterampilan coping   stres yang

    efektif, performa akademik, kesehatan mental, serta lebih kebal terhadap berbagai

     perilaku maladaptif seperti penyalahgunaan alkohol dan zat, agresivitas, perilaku

    kriminal, dan gangguan makan.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    18/85

    4

    Menurut Gillebaart & De Ridder (2015),  self-control  muncul ketika individu

     berada dalam suatu dilema dimana terdapat konflik dalam diri yang perlu

    diselesaikan. Pada level trait ,  self-control   merupakan kecenderungan yang

    dimiliki oleh setiap individu untuk “memunculkan” proses kontrol diri. Trait self-

    control   cenderung stabil keberadaannya sepanjang umur manusia. Walaupun

    individu dengan trait self-control  yang tinggi akan cenderung mengenali potensi-

     potensi konflik dan dilema dalam diri mereka, namun mereka tidak menjadikan

    konflik dan dilema internal itu sebagai masalah yang berarti bagi mereka

    dibandingkan dengan individu yang memiliki level trait self-control  yang rendah.

    Dengan demikian, tinggi rendahnya trait self-control  yang dimiliki individu akan

    mepengaruhi persepsi individu terhadap pengalaman afektif yang dirasakannya.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana trait self-control  

     berperan dalam pembentukan pengalaman afektif seseorang, dalam hal ini

    dimensi valence dan arousal . Sejauh ini, belum banyak penelitian yang berfokus

     pada peran trait   self-control   terhadap dimensi valence  dan arousal . Adapun

     penelitian serupa berfokus pada peran trait  kepribadian Big Five terhadap valence 

    dan arousal   (lihat Komulainen dan kolega, 2014; Tok, Koyuncu, Dural, &

    Catiikas, 2010), salah satunya adalah trait conscientiousness yang secara teoritik

     berkaitan erat dengan trait self-control   (Tangney, Baumeister, & Boone, 2004;

     Navarro, 2011). Roberts, Chernyshenko, Stark, & Goldberg (2005)

    mengungkapkan bahwa  self-control   merupakan salah satu sub-faset atau

    komponen yang menyusun trait kepribadian conscientiousness. 

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    19/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    20/85

    6

     b. 

    Memperluas kajian teoritis mengenai trait self-control   dan perannya

    dalam struktur pengalaman afektif.

    2.  Manfaat Praktis

    Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

     bagi para praktisi kesehatan mental untuk senantiasa mempertimbangkan aspek

     perbedaan individual terutama trait self-control   sebagai salah satu faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan intervensi psikologis.

    E.  Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu yang telah dirangkum oleh penulis disajikan pada tabel

    dibawah ini:

    Tabel 1. Penelitian Terdahulu

    No. Judul Penelitian,

    Peneliti, dan

    Tahun

    Deskripsi Temuan

    1.  Individual

    differences in the

    relationship

    between pleasure

    and arousal

    (Kuppens, 2008)

    Penelitian ini merupakan

     penelitian kuantitatif.

    Partisipan (N: 80,

    mahasiswa) diminta untuk

    mengukur secara subjektif

     perasaan mereka yang

    mencakup dua dimensi afek

    yaitu valence  dan arousal  

    sembilan kali sehari selama

    satu minggu dengan

    kompensasi berupa uangtunai maksimal sebesar 20

    EURO. Peran perbedaan

    individual diprediksi dengan

    mengukur trait reward

    responsiveness. 

    Terdapat hubungan yang

     positif antara valence dan

    arousal   pada individu

    dengan trait reward

    responsiveness  yang

    tinggi, dan sebaliknya.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    21/85

    7

    No. Judul Penelitian,

    Peneliti, dan

    Tahun

    Deskripsi Temuan

    2. Yes, but are they

    happy? Effects of

    trait self-control

    on affective well

    being and life

     satisfaction

    (Hofmann,

    Luhmann, Fisher,

    Vohs, &

    Baumeister, 2013)

    Penelitian ini merupakan

    gabungan dari tiga studi

    kuantitatif-ekperimental (N

    total: 856, mean usia: 25-35

    tahun) yang saling terkait

    yang berusaha memprediksi

    affective well being   dan

    kepuasan hidup melalui

    level trait self-control   yang

    dimiliki individu.

    Trait self-control  

     berperan sebagai variabel

    mediator yang dapat

    memprediksi affective

    well-being dan kepuasan

    hidup. Lebih lanjut pada

    studi kedua ditemukan

     bahwa individu yang

    memiliki trait self-

    control   yang tinggi

    cenderung mengalamiafek yang positif, dan

    sebaliknya.

    3.  Effortless self-

    control: A novel

     perspective on

    response conflict

     strategies in trait

     self-control  

    (Gillebaart & de

    Ridder, 2015)

    Riset ini merupakan meta-

    analisis yang berusaha

    mengajukan gagasan teoritis

     baru mengenai mekanisme

    yang terjadi pada individu

    dengan trait self-control  

    yang tinggi dengan individu

    dengan trait self-control  

    yang rendah.

    Peneliti menemukan

     bahwa individu dengan

    trait self-control   yang

    rendah akan cenderung

    memaknai suatu

     peristiwa secara lebih

    negatif dan memicu

    konflik dibandingkan

    dengan individu dengan

    trait self-control   yang

    tinggi.

    4. Control me or I

    will control you:

     Impulses, trait self-

    control, and the

     guidance of

    behavior (Friese &

    Hofmann, 2009) 

    Penelitian ini terdiri atas dua

    studi paralel (eksperimen

    konsumsi keripik kentang

    dan  self-report   konsumsi

    alkohol, N: 194 mahasiswa).

    Kecenderungan untuk

     berperilaku impulsif

    (konsumsi keripik

    kentang dan alkohol yang

    lebih banyak) lebih besar

     pada individu dengan

    trait self-control   yang

    rendah.5.  Feeling full or

    empty inside? 

    Peran perbedaan

    individual dalam

    struktur

     pengalaman afektif

    (Yusainy, 2015)

    Penelitian ini merupakan

     penelitian eksperimen (N:

    85, mahasiswa) yang

     bertujuan untuk mengetahui

     peran perbedaan individual

     pada trait rumination,

    alexithymia, dan self-control  

    dalam struktur pengalaman

    afektif. Afek partisipan

    diinduksi menggunakan

    stimulus IAPS.

    trait rumination,

    alexithymia, dan  self-

    control memiliki

     pengaruh dalam struktur

     pengalaman afektif

    individu.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    22/85

    8

    No. Judul Penelitian,

    Peneliti, dan

    Tahun

    Deskripsi Temuan

    6.  Evaluation of

     International

     Affective Picture

    System (IAPS)

    ratings in an

    athlete population

    and its relations to

     personality (Tok,

    Koyuncu, Dural, &

    Catikkas, 2010)

    Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui apakah

     pemaknaan valence  dan

    arousal   dari stimulus

    gambar IAPS pada populasi

    atlet dipengaruhi oleh trait  

    kepribadian atau tidak (N:

    219)

    Pemaknaan subjek

    terhadap stimulus

    gambar IAPS diketahui

    dipengaruhi oleh empat

    dari lima trait   Big Five

     Personality, diantaranya

    extraversion,

    neuroticism,

    agreeableness, dan

    openness to experience. 

    7. The effect of personality on

    daily life emotional

     processes 

    (Komulainen, et

    al., 2014)

    Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengetahui

     peran dari trait   kepribadian

     Big Five  terhadap struktur

     pengalaman afektif

    individu, yaitu dimensi

    valence  dan arousal . Afek

     partisipan diukur secara

     berkelanjutan selama kurang

    lebih satu minggu

    menggunakan metode

    experience sampling method  

    dalam kehidupan sehari-hari

    (N: 104, mahasiswa).

    Studi ini menunjukkan bahwa trait  extraversion,

    neuroticism,

    agreeableness, dan 

    conscientiousness

    memiliki peran pada

     bagaimana individu

    mempersepsikan

     pengalaman afektifnya.

    F.  Urgensi Penelitian

    Penelitian ini perlu dilakukan karena alasan sebagai berikut:

    1.  Masih sangat terbatasnya literatur yang berfokus pada aspek perbedaan

    individual terutama trait self-control  dan perannya terhadap dimensi dari

    struktur pengalaman afektif, yaitu valence  dan arousal . Penelitian

    terdahulu pada umumnya berfokus pada peran trait kepribadian secara

    umum, terutama trait kepribadian big five dalam pembentukan struktur

     pengalaman afektif.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    23/85

    9

    2. 

    Trait self-control  merupakan faktor resiko sekaligus faktor protektif dari

     berbagai macam perilaku negatif seperti penyalahgunaan alkohol dan zat,

    agresivitas, perilaku kriminal, dan gangguan makan (Friese & Hofmann,

    2009). Oleh karena itu, penelitian yang berfokus pada aspek variasi

    individual dalam hal self-control  penting untuk dilakukan.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    24/85

    10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.  Dasar Teori

    1.  Proses Emosi-Afek

    Istilah afek, mood , dan emosi seringkali digunakan secara bergantian tanpa

    adanya usaha untuk membedakan istilah-istilah tersebut secara konseptual

    sehingga memunculkan definisi yang tumpang tindih satu sama lain. Namun saat

    ini, literatur-literatur yang membahas tentang afek, mood , dan emosi semakin

     bertambah dan batasan konseptual antar istilah-istilah tersebut semakin terlihat

     jelas (lihat Russell, 2003).

    Lisetti (2002) mendefinisikan emosi sebagai perubahan kecenderungan

    individu untuk menampilkan perilaku tertentu yang dipengaruhi oleh faktor

    kondisi dan lingkungan saat itu. Namun, Panksepp (2010) menganggap bahwa

    istilah emosi dianggap kurang tepat untuk menggambarkan suatu keadaan yang

    dapat membuat seseorang bertindak terhadap situasi tertentu. Menurutnya, istilah

    yang tepat digunakan adalah afek. Emosi dianggap sebagai sesuatu yang bersifat

    spontan, berbeda dengan afek, yang merupakan pemaknaan secara subjektif dari

    emosi.

    Literatur terkini di bidang affective neuroscience membagi proses emosi-afek

    manusia kedalam tiga tingkatan, yaitu primer, sekunder, dan tersier (Panksepp,

    2010). Di tingkat primer, proses emosi dasar dikendalikan oleh area subkortikal

    otak yang disebut periaqueductal grey (PAG). Sampai saat ini, diketahui terdapat

    tujuh emosi dasar yang bersumber dari proses emosi primer yaitu  seeking  

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    25/85

    11

    (ekspektasi atau pengharapan),  fear   (rasa takut), rage  (kemarahan), care 

    (pengasuhan), lust   (seksualitas),  grief/panic  (kesedihan), dan  play  (sosialisasi).

    Emosi-emosi dasar tersebut merupakan kemampuan bawaan yang bersifat

    instingtif dan merupakan produk dari proses evolusi manusia selama jutaan tahun

    yang terkode secara genetik, oleh karena itu proses yang sama juga ditemukan

     pada mamalia lainnya.

    Gambar 1. Struktur Emosi-Afek (dikutip dari Panksepp & Biven, 2012)

    Seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, emosi-emosi dasar tersebut

    kemudian mulai diwarnai oleh objek intensi melalui proses belajar pengkondisian

    di area basal ganglia. Pada tingkat sekunder ini, individu belajar baik melalui

     proses pengkondisian klasik (mengasosiasikan emosi yang muncul dengan

     pengalaman-pengalaman tertentu) dan pengkondisian operan (belajar

    menampilkan atau menyembunyikan respon emosional sesuai dengan konteks

    situasi). Melalui proses tersebut, emosi-afek menjadi sinyal bagi individu untuk

    mengenali apakah dirinya berada di zona nyaman (afek positif) yang mendukung

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    26/85

    12

    fungsi pertahanan hidup atau di zona tidak nyaman (afek negatif) yang

    menghambat proses bertahan hidup sehingga memicu individu untuk

    menampilkan perilaku seperti menarik diri, menghindar, atau menyerang. Hampir

    sama seperti di tingkat primer, proses emosi-afek di tingkat sekunder ini sebagian

     besar bersifat unconcious  atau tidak disadari oleh individu yang tengah

    mengalaminya.

    Pada tingkat tersier, proses emosi-afek dikendalikan di area otak yang

     bernama neokorteks. Area neokorteks merupakan pusat dari concious state 

    (kesadaran) manusia dan bertanggung jawab atas seluruh proses kognitif dan

     perencanaan. Pada tahap inilah, emosi dasar lantas berkembang menjadi

    afek−pengalaman emosional subjektif yang dialami oleh individu. Berbeda

    dengan proses emosi-afek di tingkat primer dan sekunder yang sifatnya

    unconscious, di tingkat tersier proses emosi-afek sifatnya conscious atau disadari

    oleh individu yang mengalaminya sehingga upaya-upaya regulasi afek biasanya

    terjadi pada proses ini. Penelitian di bidang psikologi rata-rata berfokus pada

     proses emosi-afek di tingkat tersier atau tingkatan yang paling tinggi (Panksepp,

    2012).

    2. 

    Struktur Pengalaman Afektif

    Barrett & Russell (1999) berusaha menjelaskan pengalaman afektif manusia

    melalui model  Affect Circumplex, dimana pada dasarnya pengalaman afektif

    disusun oleh dua dimensi yang independen satu sama lain, yaitu valence

    ( pleasant-unpleasant ) dan arousal (activation-deactivation). Kombinasi antara

    valence  dan arousal   yang berbeda-beda akan membentuk berbagai macam

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    27/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    28/85

    14

    depan diketahui terkait dengan berbagai macam fungsi eksekutif dan motorik serta

    atensi, seperti pada area dorsolateral prefrontal cortex  (DLPFC), midcingulate

    cortex  (MCC), dan daerah  supplementary motor area  (SMA). Aktivitas pada

    hemisfer kanan otak kecil (cerebellum) juga terlihat meningkat ketika stimulus

    negatif ditampilkan kepada subjek.

    Aktivitas pada area midcingulate cortex  (MCC),  supplementary motor area 

    (SMA), dan hemisfer kanan otak kecil (cerebellum) diketahui meningkat seiring

    dengan tingginya afek negatif yang dirasakan oleh individu. area-area tersebut erat

    kaitannya dengan proses interaksi antara emosi dan perencanaan pergerakan

    motorik. Sementara itu, area dorsolateral prefrontal cortex  (DLPFC) diketahui

     bertanggung jawab atas fungsi-fungsi eksekutif dan atensi pada manusia, seperti

    tugas-tugas yang berkaitan dengan  goal-relevant features yang membutuhkan

    kemampuan regulasi diri ( self-control ). Area DLPFC juga diketahui berperan

    dalam aktivitas regulasi afeksi manusia, terutama yang berkaitan dengan proses

    monitoring . Aktivasi pada area DLPFC dipicu oleh afek negatif yang dialami

    individu, dimana hal itu kemungkinan terjadi karena afek negatif merupakan

    sinyal bagi individu untuk menjauhi stimulus negatif tersebut.

    Bukti-bukti diatas memberikan penjelasan bahwa ketika individu mengalami

     perasaan yang tidak menyenangkan (afek negatif), area-area seperti dorsolateral

     prefrontal cortex  (DLPFC), midcingulate cortex  (MCC),  supplementary motor

    area (SMA), dan hemisfer kanan cerebellum aktif sebagai suatu sistem antisipasi

    individu untuk menjauhi stimulus yang memicu perasaan tidak menyenangkan

    tersebut karena dianggap membahayakan.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    29/85

    15

     b. 

     Arousal

     Arousal  merupakan dimensi aktivasi yang bergerak dari perasaan excited  atau

    tertarik dan bergairah (arousal  tinggi atau activation) hingga perasaan malas dan

    mengantuk (arousal   rendah atau deactivation). Stimulus afektif yang memicu

    tingginya arousal   pada individu diketahui memiliki asosiasi positif dengan

    aktivasi pada area limbik seperti di daerah hipokampus, parahipokampus, dan

    amigdala. Daerah-daerah tersebut, terutama area hipokampus dan parahipokampus

    diketahui bertanggungjawab atas proses pembentukan dan penyimpanan

     pengalaman emosional di memori jangka panjang.

    Jejak-jejak memori menjadi aktif bersamaan dengan adanya stimulus yang

    mengandung konten arousal   yang tinggi, sehingga stimulus tersebut mampu

    dikenali oleh individu, lalu dikaitkan pada pengalaman kontekstual di masa lalu,

    dan kemudian diberikan label secara subjektif sebagai suatu atribut emosional.

    Stimulus yang mengandung konten arousal   yang tinggi kemudian bertindak

    sebagai “sinyal” bahwa stimulus tersebut dikenali oleh individu. 

    Dalam membentuk pengalaman afektif individu, valence dan arousal  bisa

     berhubungan secara positif, bisa tidak saling berhubungan, dan bisa juga

     berhubungan secara negatif (Kuppens, 2008). Tinggi rendahnya valence  dan

    arousal  pada individu juga tidak terlepas dari pengaruh variasi individual seperti

    trait  kepribadian (Komulainen dan kolega, 2014; Revelle & Scherer, tanpa tahun)

    dan pengaruh sosial-budaya.

    Kuppens, Tuerlinckx, Russell, & Barrett (2012) berusaha membuktikan suatu

    hipotesis bahwa terdapat suatu “hukum universal” dalam hubungan antara valence 

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    30/85

    16

    dan arousal   dalam struktur pengalaman afektif manusia, dimana valence  dan

    arousal  saling terkait dan membentuk pola-pola yang statis. Namun, Kuppens dan

    koleganya tidak berhasil membuktikan hipotesis tersebut sehingga semakin

    memperkuat gagasan bahwa valence  dan arousal   merupakan dimensi yang

    independen satu sama lain dan hubungan antara keduanya bervariasi antar

    individu. Ketidakterkaitan antara dimensi valence  dan arousal   juga ditemukan

    oleh Colibazzi dan kolega (2010) pada pengukuran di level neurobiologis melalui

     fMRI  ( functional Magnetic Resonance Imaging).

    Pada beberapa individu, perasaan senang mungkin muncul bersamaan dengan

    arousal tinggi yang direfleksikan sebagai rasa riang, sedangkan pada individu lain

     perasaan senang bisa jadi muncul bersamaan dengan arousal rendah yang

    direfleksikan sebagai perasaan tenang atau santai. Namun, adanya perbedaan

    individual dalam struktur pengalaman afektif bukan merupakan variasi sepele

    yang tidak berarti apapun. Pengetahuan akan variasi individu ini penting untuk

    memahami struktur dasar pengalaman afektif seseorang sehingga dapat

    mempengaruhi bagaimana individu merespon situasi tertentu dengan berbagai

    macam cara (Kuppens, Tuerlinckx, Russell, & Barrett, 2012).

    3. 

    Trait Self -control

    Istilah  self-control   sering bertumpang tindih dengan beberapa istilah yang

    serupa, seperti self-regulation, disiplin diri, fungsi eksekutif, kontrol kognitif, dan

    kekuatan ego (Yusainy, 2015). Namun secara umum, istilah  self-control  

    digunakan untuk mendefinisikan kapasitas subjek untuk secara sadar

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    31/85

    17

    mengendalikan proses mental dan perilaku agar sesuai dengan standar yang telah

    ia tetapkan sebelumnya (Inzlicht & Legault, 2014).

    Menurut Tangney, Baumeister, & Boone (2004),  self-control   dapat diukur

     pada dua tingkatan, yaitu di level  state  dan level dispositional atau trait. State

     self-control   memiliki berbagai macam variasi tergantung pada konteks waktu,

    motivasi, kondisi afek, dan situasi dimana individu itu berada. Sementara di level

    dispositional , trait self-control   merujuk pada tinggi rendahnya kapasitas subjek

    dalam mengendalikan proses mental dan perilakunya terlepas dari konteks situasi,

    waktu, kondisi afek, dan motivasi. Trait self-control   memiliki variasi yang

     berbada-beda antar individu sebagai bagian dari trait  kepribadian yang cenderung

    stabil dan menetap.

    De Ridder dan kolega (2011) membuktikan bahwa tingginya trait self-control  

    dalam diri individu memiliki korelasi dengan berbagai macam aspek positif dalam

    kehidupan seperti hubungan interpersonal yang sehat, popularitas, keterampilan

    mengatasi stres yang efektif, performa akademik, kesehatan mental, serta lebih

    kebal terhadap resiko penyalahgunaan alkohol dan zat, agresivitas, perilaku

    kriminal, dan gangguan makan. Oleh karena itu, trait self-control   disebut-sebut

    sebagai salah satu trait   kepribadian paling menguntungkan yang dimiliki oleh

    seseorang.

    4.  Peran Trait Self -control  Dalam Struktur Pengalaman Afektif

    Sebagaimana digambarkan dalam teori  feedback loops  (Carver & Sceier,

    1982),   self-control   mencakup empat proses TOTE (Test  – Operate – Test  –  Exit ).

    Pada fase Testing , subjek membandingkan dirinya dengan standar tertentu yang

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    32/85

    18

    ditetapkan, yaitu suatu keadaan dimana perilaku individu “ideal” atau sesuai

    dengan yang diharapkan. Kesenjangan antara diri subjek dengan standar “ideal”

    tersebut menjadi sinyal bahwa subjek harus melakukan Operations  untuk

    mengubah elemen proses mental dan perilakunya. Fase Testing   selanjutnya

    dilakukan untuk mengevaluasi apakah diri subjek sudah sesuai dengan standar.

    Subjek memasuki fase  Exit   ketika sudah tidak ada lagi upaya yang dibutuhkan

    untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi. Selama fase Testing , afek negatif

     biasanya muncul ketika diri berada di bawah standar, afek positif muncul jika diri

    sudah melewati standar (Baumeister, Schmeichel, & Vohs, 2007).

    Gambar 3. Affect Alarm Model of Self-control  (dikutip dari Saunders &

    Inzlicht, 2015)

    Berdasarkan affect alarm model of self-control , pengalaman afektif

    khususnya afek negatif, bertindak sebagai sinyal yang memotivasi subjek untuk

    mengaktifkan  self-control   agar proses mental dan perilakunya menjadi lebih

    adaptif (Inzlicht dkk, 2015). Menurut Saunders, Milyavskaya, & Inzlicht (2015),

    situasi emosional yang biasanya membutuhkan proses  self-control   memiliki

    karakteristik afek yang negatif dengan aktivasi yang tinggi dan saling terkait

    dengan berbagai macam respon afektif seperti peningkatan kecemasan dan distres,

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    33/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    34/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    35/85

    21

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A.  Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen dengan

    menghadirkan stimulus afektif yang disajikan melalui  International Affective

     Picture System  (IAPS; Lang, Bradley, & Cuthbert, 2008). Penelitian ini

    merupakan studi adaptasi dari Yusainy (2015) dan merupakan bagian dari

     penelitian payung Yusainy dan Herani (2016) dengan melibatkan dua variabel

    independen yaitu stimulus valence yang memiliki tiga variasi (positif, negatif,

    netral) dan stimulus arousal yang memiliki dua variasi (tinggi, rendah). Selain itu,

    terdapat pula dua variabel dependen berupa rating valence dan rating arousal

    serta  tiga variabel moderator yakni trait rumination, trait alexythimia, dan trait

     self-control . Peneliti sendiri berfokus untuk mengetahui peran trait self-control  

    dalam struktur pengalaman afektif individu (lihat gambar  grand design 

     penelitian).

    Tabel 2. Grand Design Penelitian

    Variabel Independen Moderator Variabel Dependen

    Stimulus Valence/Stimulus

     Arousal  

    Trait Self-control Rating Valence/Rating

     ArousalTrait RuminationTrait Alexithymia

    Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah within-subject experiment  

    dengan melibatkan 86 orang mahasiswa sebagai partisipan penelitian. Partisipan

    dibagi ke dalam 6 sesi eksperimen dengan masing-masing sesi diikuti oleh 10-16

    orang partisipan. Tidak terdapat perbedaan perlakuan dan randomisasi pada tiap

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    36/85

    22

    sesi ekperimen, sehingga tiap partisipan mendapatkan perlakuan yang sama di tiap

    sesinya.

    B.  Identifikasi Variabel

    1.  Variabel Independen (X)

    Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

    (Field, 2009). Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel dependen, yaitu stimulus

    valence (X1) dan stimulus arousal  (X2). Stimulus valence terdiri dari tiga variasi

    yaitu positif, negatif, dan netral, sementara stimulus  arousal   terdiri dari dua

    variasi yaitu tinggi dan rendah.

    2. 

    Variabel Dependen (Y)

    Variabel dependen adalah variabel yang menjadi akibat atau dipengaruhi oleh

    variabel independen (Field, 2009). Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel

    dependen yaitu rating  valence (Y1) dan rating  arousal  (Y2). 

    3.  Variabel Moderator (M)

    Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara

    variabel independen dan variabel dependen (MacKinnon & Luecken, 2008).

    Variabel moderator yang terdapat dalam penelitian ini adalah trait self-control .

    C. 

    Definisi Operasional

    1. 

    Stimulus Valence dan Arousal  

    stimulus valence  dan arousal   disajikan melalui gambar-gambar IAPS yang

     pada masing-masing gambarnya memiliki kombinasi konten valence dan arousal  

    yang berbeda-beda mengacu pada norma Huang dan kolega (2015). Kombinasi

    stimulus yang ditampilkan diantaranya adalah  positive-high  (PH),  positive-low 

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    37/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    38/85

    24

    dan peristiwa yang merepresentasikan ragam pengalaman manusia. Instrumen

    IAPS dipilih karena diketahui telah digunakan secara luas pada studi-studi yang

    terkait dengan emosi-afek (Mikels dan kolega, 2005). Selain itu, stimulus berupa

    gambar juga dipilih karena diketahui bersifat statis, mudah disajikan, dan non-

    invasif (Kory & D'Meelo, 2014).

    Dalam penelitian ini, jumlah stimulus gambar IAPS yang harus dinilai oleh

     partisipan adalah sebanyak 60 foto (masing-masing kategori diwakili 10 foto). Di

    samping pemberian 60 foto tersebut, partisipan juga diberikan 6 foto yang harus

    mereka nilai di sesi  practice  II   dimana masing-masing foto mewakili setiap

    kategori yang akan digunakan sebagai data manipulation check . Setiap gambar

    akan ditampilkan selama 6 detik secara acak. Segera setelah gambar menghilang

    dari monitor, partisipan diberi waktu 10 detik untuk menilai valence dan arousal  

    dari gambar tersebut melalui penskalaan SAM.

    Pemilihan stimulus gambar dilakukan berdasarkan kiteria norma dari Huang

    dan kolega (2015), dimana stimulus gambar yang digunakan dalam penelitian ini

    mengacu pada database  IAPS yang telah diujicobakan kepada masyarakat

    Tiongkok. Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan hasil riset dari

    Huang dan koleganya (2015) yang menemukan bahwa masyarakat Amerika dan

    masyarakat Tiongkok cenderung memaknai stimulus gambar IAPS secara

     berbeda, sehingga perlu dilakukan modifikasi (penormaan ulang) apabila stimulus

    gambar IAPS akan digunakan kepada masyarakat Asia.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    39/85

    25

    Gambar 5. Slide Pertama IAPS

    Gambar 6. Slide Ketiga IAPS

    2.  Self Assesment M anikin (SAM)

    Penilaian kedua dimensi afektif masing-masing gambar dilakukan dengan

    menggunakan paradigma label non-verbal yang dinamai Self-Assessment Manikin 

    (SAM) dari Peter J. Lang (1980). Masing-masing dimensi afektif, yaitu valence 

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    40/85

    26

    dan arousal   diberi label dari 1 sampai 9 (dimensi valence: skor 9 = ekspresi

    senyum dan 1 = ekspresi cemberut; dimensi arousal : skor 9 = ekspresi antusias,

    mata terbuka lebar dan 1 = ekspresi santai, mata mengantuk). Skor rerata valence

    dan arousal   yang diberikan partisipan terhadap masing-masing kategori foto

    menghasilkan rating   valence  dan arousal . Instrumen IAPS dan rating   SAM

    dipresentasikan di layar komputer melalui pemograman dasar Phyton yang

    dikembangkan oleh Dharmawan (2015).

    Gambar 7. Self Assessment Manikin (SAM)

    3.  Br ief Self -control Scale (SCS)  

    Trait self-control  sebagai variabel moderator yang mengukur aspek perbedaan

    individual diukur dengan menggunakan kuesioner  Brief Self-control Scale  atau

    SCS (Lampiran 10). Partisipan diminta untuk mengisi kuesioner yang terdiri atas

    13 item pernyataan yang merefleksikan kebiasaan sehari-hari (contoh, “saya

    mampu mengendalikan godaan dengan baik”) dalam skala likert lima poin (1 =

    “sangat tidak akurat” hingga 5 = “sangat akurat”). Dalam SCS terdapat 4

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    41/85

    27

     pernyataan favorable (item nomor 1, 6, 8, dan 11) dan 9 pernyataan unfavorable 

    (2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 12, dan 13; reversed score). Semakin tinggi skor pada  Brief

    Self-control Scale merepresentasikan tingginya trait self-control   yang dimiliki

    individu. Pada penelitian Yusainy (2015), brief self-control scale  memiliki

    reliabilitas yang cukup baik dengan nilai alpha cronbach sebesar 0.745.

    4.  Video Humor

    Video humor ditampilkan dengan tujuan untuk menetralisir dampak dari

    induksi afek tidak menyenangkan yang dilakukan selama sesi eksperimen. Video

    humor tersebut  berjudul “ Hillarious: Don’t judge too quickly by  Ameriquest

     series” dan diunduh dari situs  youtube (url:

    https://youtube.com/watch?v=uNdapXryZ98)  berdurasi 1 menit 31 detik dan

    ditayangkan kepada partisipan di sesi akhir eksperimen. Video humor ini

    sebelumnya telah diujicobakan pada  pilot study  yang dilaksanakan pada 10

     November 2015, dimana lima orang partisipan  pilot study menilai bahwa video

    yang ditampilkan cukup menghibur.

    E.  Partisipan Penelitian

    Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru prodi Psikologi

    Universitas Brawijaya yang mengambil mata kuliah Biopsikologi sebanyak 86

    orang. Peneliti memilih mahasiswa sebagai partisipan karena penelitian ini

    merupakan penelitian adaptasi dari Yusainy (2015) yang juga melibatkan

    mahasiswa sebagai partisipannya. Sebagai imbalan, partisipan akan mendapatkan

    kompensasi kredit nilai kuis sebesar 10% dari mata kuliah Biopsikologi atas

    https://youtube.com/watch?v=uNdapXryZ98https://youtube.com/watch?v=uNdapXryZ98https://youtube.com/watch?v=uNdapXryZ98

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    42/85

    28

    keikutsertaan mereka karena penelitian ini bekerjasama dengan dosen pengampu

    mata kuliah Biopsikologi.

    Jumlah total partisipan yang terlibat dalam  grand design  penelitian adalah 86

    orang. Perhitungan G*Power 3.1.9.2 menunjukkan bahwa untuk memperoleh

    effect size medium ( f = 0,25) dengan  power = 0,8, jumlah minimum keseluruhan

    sampel yang diperlukan adalah 65 partisipan. Jadi, jumlah total partisipan dalam

     penelitian payung ini sudah mencukupi.

    F.  Tahapan Penelitian

    Penelitian ini akan diselenggarakan melalui beberapa tahapan dimulai dari

    tahap pengajuan etika penelitian, tahap uji coba penelitian ( pilot study), tahap

     pelaksanaan penelitian, hingga tahap analisis data. Tahapan penelitian dijelaskan

    lebih lanjut melalui bagan berikut:

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    43/85

    29

    Gambar 8. Alur Pelaksanaan Penelitian

    Sebelum melakukan proses penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta

     persetujuan etika dengan menyertakan lembar persetujuan etika penelitian yang

    ditandatangani oleh kedua dosen pembimbing, kepala laboratorium psikologi, dan

    kepala program studi psikologi UB. Selanjutnya, peneliti melakukan uji coba

     penelitian ( pilot study) yang dilaksanakan pada 10 November 2015 di

    laboratorium komputer 2 FISIP UB pukul 08.30 dengan subjek sebanyak lima

    orang mahasiswa FISIP UB. Hasil evaluasi dan perubahan dari pilot study adalah

    sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    44/85

    30

    a. 

    Alokasi waktu untuk pengisian lembar persetujuan kurang efektif karena

     partisipan harus membaca terlebih dahulu lembar informasi dan kemudian

    mengisi informed consent . setelah pilot study, disepakati bahwa informasi

    kepada partisipan diberikan secara lisan melalui eksperimenter dan

     pengisian informed consent dipandu oleh eksperimenter.

     b.  Peneliti tidak menyediakan alat tulis untuk partisipan. Untuk

    mengantisipasi terlupakannya hal-hal partikular seperti itu, peneliti

    membuat checklist   yang berisi daftar seluruh instrumen penelitian untuk

    memastikan instrumen penelitian tidak ada yang terlupakan.

    c. 

    Tirai dan kaca di pintu laboratorium perlu ditutup untuk menghindari

    adanya distraksi dari luar.

    d.  Wallpaper  di tiap desktop perlu diganti dengan warna hitam polos untuk

    menghindari induksi afek partisipan diluar kondisi eksperimen.

    e.  Penempatan proyektor kurang pas sehingga membuat partisipan kesulitan

    untuk melihat  slide  contoh pengerjaan. Hal tersebut diantisipasi dengan

    menempatkan proyektor dengan tepat agar dapat dilihat oleh seluruh

     partisipan.

    f. 

    Instruktur masih kurang fasih dan lancar dalam memberikan instruksi.

    Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti melatih instruktur eksperimen untuk

    memahami instruksi dengan memberikan poin-poin utama dari setiap

     bagian alur eksperimen agar instruktur lebih mudah memahami instruksi.

    Selanjutnya, peneliti melakukan sosialisasi terkait pelaksanaan penelitian

    kepada para calon partisipan penelitian, yaitu mahasiswa Psikologi angkatan 2015

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    45/85

    31

    yang mengambil mata kuliah biopsikologi kelas A, C, dan D. Baru setelah itu,

     peneliti menentukan tanggal pelaksanaan eksperimen.

    Penelitian eksperimen dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Desember 2015

     pukul 08.00-16.00 yang dibagi menjadi 6 sesi. Pelaksanaan eksperimen dimulai

    dengan registrasi peserta di depan laboratorium komputer. Setelah itu, partisipan

    dipersilakan memasuki laboratorium komputer dan duduk di hadapan komputer

    sesuai dengan urutan nomor partisipan. Sebelumnya, wallpaper  pada desktop tiap

    komputer diganti dengan warna hitam polos. Pencahayaan dan suhu ruangan juga

    diatur dengan menutup seluruh tirai dan kaca jendela serta mengkondisikan

     pendingin udara pada suhu 23-25o celcius.

    Selanjutnya, instruktur memberikan pengantar dan informasi singkat

    mengenai penelitian ini (Lampiran 3, Lembar Informasi Partisipan) dilanjutkan

    dengan penandatangananan informed consent   oleh tiap partisipan (Lampiran 4,

     Informed Consent ). Kemudian, partisipan diminta untuk mengisi skala SCS

    (Lampiran 10,  Brief Self-control Scale). Setelah selesai mengisi skala, instruktur

    memandu partisipan untuk mengerjakan tugas penilaian gambar pada program

    IAPS. Setelah menyelesaikan program IAPS, video humor diputarkan di depan

    ruangan untuk menetralisir afek partisipan seperti sedia kala. Eksperimen

    kemudian diakhiri dengan membagikan makanan ringan kepada partisipan dan

    mereka diperbolehkan untuk meninggalkan ruangan. Lembar debrief   dikirimkan

    melalui email kepada para partisipan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut

    mengenai tujuan sebenarnya dari penelitian ini (lampiran 5, Lembar Debriefing ).

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    46/85

    32

    Setelah pelaksanaan eksperimen berakhir, data dikumpulkan untuk dianalisis

    lebih lanjut (lihat sub-bab G dan H) melalui uji hipotesis statistik untuk kemudian

    dilaporkan sebagai hasil dari penelitian (Lihat Bab IV, Hasil dan Pembahasan).

    G.  Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh

    dari  International Affective Picture System (IAPS) dan  Brief Self-control Scale

    (SCS). Data IAPS pada sesi  practice 2 akan digunakan sebagai manipulation

    check , sementara data pada sesi  practice 3 akan digunakan sebagai uji hipotesis.

    Data SCS akan dihitung secara manual dari lembar kuesioner yang diisi oleh

     partisipan dengan terlebih dahulu mengkoreksi item revised , sementara data IAPS

    akan terekam secara otomatis dalam format microsoft  excel  yang kemudian akan

    diolah dan dianalisis lebih lanjut sesuai hipotesis yang diajukan.

    H. 

    Analisis Data

    Data dianalisis menggunakan software SPSS ver. 16.0 for Windows  dengan

    metode one-way repeated measures ANOVA untuk menjawab hipotesis penelitian.

    Analisis data dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada stimulus valence  terhadap

    rating   valence  dan pada stimulus arousal   terhadap rating arousal . Sedangkan

    untuk menginterpretasi dan menganalisis hasil, akan dilakukan analisis

     berdasarkan teori terkait dengan pembahasan mengenai peran trait self-control  

    dalam struktur pengalaman afektif dan mengomparasi dengan penelitian

    sebelumnya.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    47/85

    33

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A.  Hasil Penelitian

    1.  Gambaran Umum Partisipan

    Partisipan dalam penelitian adalah 86 orang mahasiswa kelas Biopsikologi

    FISIP Universitas Brawijaya. Namun, 4 orang partisipan sudah tidak lagi terdaftar

    sebagai mahasiswa aktif sementara 1 orang partisipan tidak hadir ketika proses

     pelaksanaan eksperimen, sehingga jumlah total partisipan yang mengikuti

     penelitian ini adalah 81 orang. Persentase mahasiswa perempuan dan laki-laki

    ditampilkan melalui tabel dibawah. Selain itu, partisipan memiliki rentang usia

    antara 17 hingga 20 tahun (mean = 18.17 , SD = .667).

    Tabel 3. Deskripsi Partisipan

    Karakteristik N Persentase

    Jenis Kelamin Laki-laki 25 30.86 %

    Perempuan 56 69.14 %

    Usia 17 9 11.11 %

    18 52 64.19 %

    19 17 20.99 %

    20 3 3.71 %

    2.  Reli abili ty Analysis

    Sebelum dilakukan interpretasi dan analisis terhadap data yang telah

    didapatkan, peneliti terlebih dahulu melakukan reliability analysis  untuk

    mengetahui konsistensi internal atau reliabilitas dari instrumen utama yang

    digunakan pada penelitian ini, yaitu skala  Brief Self-control Scale  (SCS) dan

    stimulus gambar dari International Affective Picture System (IAPS).

    Koefisien reliabilitas alpha cronbach (α) disajikan melalui tabel dibawah ini. 

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    48/85

    34

    Tabel 4. Reliabilitas Instrumen Skala SCS & Stimulus IAPS

    Instrumen α Cronbach

     Brief Self-control Scale .736

    Stimulus Positif .845

    Stimulus Netral .612

    Stimulus Negatif .806

    Stimulus High Arousal   .867

    Stimulus Low Arousal   .895

    3.  Manipulation Check

    Untuk memastikan bahwa partisipan mampu membedakan stimulus afektif

     berdasarkan pembagian kategori stimulus yang telah ditentukan sebelumnya,

    manipulation check   dilakukan terhadap data yang didapatkan di sesi  practice 2 

    menggunakan analisis one-way repeated measures ANOVA yang dilakukan

    sebanyak dua kali, yaitu pada rating valence dan pada rating arousal .

    Dari hasil analisis, diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan pada

    stimulus valence terhadap rating valence ( F  (1.78, 142.16) = 231.035, p =

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    49/85

    35

    Gambar 9. Rating Valence dan Arousal terhadap Stimulus Afektif dan nilai mean 

    (sesi practice).

    4. 

    Uji Hipotesis

    Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan oleh peneliti, dilakukan analisis

    menggunakan teknik one-way repeated measures ANOVA  pada data mean  dari

    masing-masing kelompok stimulus IAPS terhadap rating   valence  dan rating  

    arousal . Analisis dilakukan sebanyak dua kali, yang pertama terhadap rating  

    valence dan yang kedua terhadap rating  arousal .

    Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat peran trait self-control   dalam

    struktur pengalaman afektif partisipan baik pada dimensi valence (H1; F (1.88) =

    .324, p = > .05) maupun pada dimensi arousal  (H2; F  (.70) = 1.499, p = > .05).

    5.  Analisis Tambahan

    Peneliti melakukan analisis tambahan dengan menempatkan variabel jenis

    kelamin sebagai variabel kovariat. Hasilnya, diketahui bahwa jenis kelamin

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    50/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    51/85

    37

    lanjut, dijelaskan oleh Saunders & Inzlicht (2015) sebagai suatu “perubahan tiba-

    tiba” pada struktur pengalaman afektif (valence  dan arousal ) yang disebabkan

    oleh peristiwa tertentu. Peneliti menduga, stimulus yang digunakan tidak mampu

    menginduksi konflik yang bermakna dalam diri partisipan sehingga mereka tidak

    mempersepsikan perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan dalam kondisi

    eksperimen sebagai suatu ancaman.

    Walaupun sebelumnya dikatakan bahwa afek tidak menyenangkan dibutuhkan

    untuk mengaktivasi  self-control , namun beberapa literatur (Goldsmith, Cho, &

    Dhar, 2012; Zemack-Rugar, Bettman, & Fitzsimons, 2006) menginterpretasikan

    afek tidak menyenangkan yang dimaksud sebagai perasaan bersalah atau  guilt .

    Perasaan bersalah atau guilt  sendiri diketahui memiliki peran yang penting dalam

     proses pengendalian diri (Amodio, Devine, & Harmon-Jones, 2007). Zemack-

    Rugar, Bettman, & Fitzsimons (2006) mengungkapkan bahwa individu yang

    mengalami perasaan bersalah cenderung menunjukkan kemampuan  self-control

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengalami perasaan sedih.

    Dalam penelitian ini, afek dalam bentuk perasaan bersalah tidak dapat

    dibangkitkan dalam kondisi eksperimen, mengingat afek partisipan diinduksi

    secara pasif menggunakan gambar. Kory & D'Meelo (2014) menjelaskan bahwa

    untuk menginduksi kondisi afek yang lebih kompleks seperti rasa bersalah,

    empati, dan marah perlu dilakukan induksi afek secara aktif lewat skenario yang

    melibatkan manipulasi perilaku dan proses interaksi sosial dimana partisipan

    terlibat secara langsung dalam skenario tersebut.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    52/85

    38

    Hal lain yang mungkin membuat individu tidak mengalami konflik adalah

    karena stimulus gambar yang ditampilkan tidak memiliki makna personal atau

    tidak relevan bagi partisipan. Lohani, Gupta, & Srinivasan (2013) dalam studinya

    tentang norma lintas budaya pada stimulus gambar IAPS di India mengemukakan

     bahwa relevansi kultural dari konten gambar perlu dijadikan bahan pertimbangan

    dalam penggunaan stimulus IAPS. Dengan kata lain, dalam pemilihan stimulus

    IAPS harus disesuaikan dengan konteks budaya Indonesia, agar stimulus gambar

    tersebut memiliki makna personal bagi para subjek dengan tidak memilih gambar

    yang memiliki konten-konten yang berisi representasi dari kehidupan masyarakat

    Amerika Utara dimana norma gambar IAPS dibuat.

    Walaupun begitu, studi sebelumnya yang dilakukan oleh Yusainy (2015)

    menemukan bahwa trait self-control   hanya memiliki peran terhadap individu

    ketika ditampilkan stimulus netral, dimana semakin tinggi trait self-control  yang

    dimiliki maka rating valence yang diberikan terhadap stimulus tersebut semakin

    rendah. Temuan tersebut tidak konsisten dengan gagasan yang dikemukakan oleh

    Inzlicht & Leghault (2014) yang menyatakan bahwa afek negatif dengan arousal  

    tinggi yang seharusnya berkaitan erat dengan  self-control , bukan malah afek

    netral.

    2.  Pembahasan Tambahan

    Walaupun pengalaman afektif individu tidak dipengaruhi oleh tingkat kontrol

    diri atau  self-control,  analisis tambahan menunjukkan bahwa variasi individual

    dalam struktur pengalaman afektif, lebih spesifik pada dimensi valence, terletak

     pada perbedaan jenis kelamin dimana perempuan cenderung memaknai stimulus

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    53/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    54/85

    40

     Magnetic Resonance Imaging), EEG (electroencephalogram), dan  skin

    conductance measurements.

    Kedua, perlu diperhatikan bahwa stimulus gambar IAPS yang digunakan

     pada penelitian ini diambil dari konteks masyarakat Amerika Utara yang secara

    sosiokultural memiliki banyak perbedaan dengan masyarakat Indonesia, walaupun

    hal tersebut telah diantisipasi dengan memilih ulang stimulus sesuai dengan

    norma Asia yang dibuat oleh Huang dan koleganya (2015). Perbedaan konteks

    sosiokultural dari konten gambar tersebut dapat mempengaruhi persepsi partisipan

    terhadap stimulus gambar yang ditampilkan, karena partisipan kurang familiar

    dengan stimulus gambar yang disajikan tersebut.

    Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah

    stimulus yang digunakan cukup mampu untuk memunculkan konflik pada

    individu atau tidak dan apakah  self-control   benar-benar teraktivasi atau tidak

    melalui pengukuran  state self-control   sesaat setelah subjek ditampilkan stimulus

    dengan berbagai muatan emosional melalui pengukuran berbasis psikofisiologis

    seperti fMRI .

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    55/85

    41

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A.  Kesimpulan

    1. 

    Trait self-control   tidak memiliki peran dalam struktur pengalaman afektif

    individu, baik pada dimensi valence maupun pada dimensi arousal . Peneliti

    menduga bahwa hal tersebut diakibatkan oleh inaktivasi  self-control , dimana

    stimulus tidak menyenangkan yang ditampilkan melalui kondisi perlakuan

    tidak mampu memunculkan konflik dalam diri partisipan yang membuat  self-

    control  mereka teraktivasi.

    2.  Variasi individual dalam pembentukan pengalaman afektif ditemukan pada

     perbedaan jenis kelamin, dimana partisipan perempuan cenderung

    mempersepsikan stimulus dengan valence  negatif dengan lebih ekstrim

    dibandingkan dengan partisipan laki-laki.

    B.  Saran

    1.  Saran Metodologis

    a. 

    Perlu dilakukan pengukuran berbasis neurobiologis menggunakan  fMRI  

    ketika partisipan dihadapkan dengan stimulus gambar IAPS. hal tersebut

     juga bertujuan agar pengukuran dapat lebih objektif dan membuktikan

    apakah  self-control   partisipan teraktivasi atau tidak ketika dihadapkan

    dengan stimulus gambar yang menginduksi valence dan arousal .

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    56/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    57/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    58/85

    44

    Gillebaart, M., & de Ridder, D. T. (2015). Effortless self-control: A novel

     perspective on response conflict strategies in trait self-control. Social and

     Personality Psychology Compass, 88-99.

    Goldsmith, K., Cho, E. K., & Dhar, R. (2012). When guilt begets pleasure: the

     positive effect of a negative emotion.  Journal of Marketing Research, 1-

    10. doi:10.1509/jmr.09.0421

    Hofmann, W., Luhmann, M., Fisher, R. R., Vohs, K. D., & Baumeister, R. F.

    (2013). Yes, but are they happy? Effects of trait self-control on affective

    well being and life satisfaction. Journal of Personality, 1-13.

    Huang, J., Xu, D., Peterson, B. S., Hu, J., Cao, L., Wei, N., . . . Hu, S. (2015).

    Affective reactions differ between Chinese and American healthy youngadults: A cross cultural study using the international affective picture

    system. BioMedCentral Psychiatry, 1-7.

    Inzlicht, M., & Legault, L. (2014). No pain, no gain: How distress underlies

    effective self-control (and unites diverse social psychological phenomena).

    Komulainen, E., Meskanen, K., Lipsanene, J., Lahti, J. M., Jylha, P., Melartin, T.,

    . . . Ekelund, J. (2014). The effect of personality on daily life emotional

     processess. Plos One, 1-9.

    Kory, J. M., & D'Meelo, S. K. (2014). Affect elicitation for affective computing.

     Firstproofs, hal. 371-383.

    Kuppens, P. (2008). Individual differences in the relationship between pleasure

    and arousal. Journal of Research in Personality, 1053-1059.

    Kuppens, P., Tuerlinckx, F., Russell, J. A., & Barrett, L. F. (2012). The relation

     between valence and arousal in subjekctive experience.  Psychological

     Bulletin, 1-89.

    lang, P. J., Bradley, M. M., & Cuthbert, B. N. (2008).  International affective

     picture system (IAPS): Affective ratings of pictures and instruction

    manual. University of Florida.

    Lisetti, C. L. (2002). Personality, affect, and emotion taxonomy for socially

    intelligent agents. American Association for Artificial Intelligence, 1-5.

    Lohani, M., Gupta, R., & Srinivasan, N. (2013). Cross-cultural evaluation of the

    International Affective Picture System on an Indian sample. Psychological

    Studies, 58(3), 233-241.

    MacKinnon, D. P., Luecken, L. J. (2008). How and for whom? Mediation and

    moderation in health psychology. Health Psychology, 1-4

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    59/85

    45

    Mikels, J. A., Fredrickson, B. L., Larkin, G. L., Lindberg, C. M., Maglio, S. J., &

    Reuter-Lorenz, P. A. (2005). Emotional category data on images from the

    international affective picture system.  Behavior Research Methods, 4(37),626-630.

     Navarro, F. H. (2011). Self-control, conscientiousness, and adverse health

     behavior. Health Psychology, 10-18.

    Panksepp, J. (2010). Affective neuroscience of the emotional brainmind:

    evolutionary perspectives and implications for understanding depression.

     Dialogues in Clinical Neuroscience, 533-545.

    Panksepp, J. (2012). The philosophical implications of affective neuroscience.

     Journal of Consciousness Studies, 6-48.

    Revelle, W., & Scherer, K. R. (t.thn.). Personality and emotion. Oxford University

     Press, 1-4.

    Ridder, D. T., Lensvelt-Mulders, G., Finkenauer, C., Stok, F. M., & Baumeister,

    R. F. (2011). Taking stock of self-control: A meta analysis of how trait

    self-control relates to a wide range of behaviors.  Personality and Social

     Psychology Review, 1-24.

    Russell, J. A. (2003). Core affect and the psychological construction of emotions.

     Psychological Review by American Psychological Association, 145-172.

    Roberts, B. W., Chernyshenko, O. S., Stark, S., Goldberg, L. R. (2005). The

    structure of conscientiousness: An empirical investigation based on seven

    major personality questionnaires. Personnel Psychology, 103-139.

    Saunders, B., & Inzlicht, M. (2015). Vigour and vatigue: How variation in affect

    underlies effective self-control. Motivation and Self-Control .

    Saunders, B., Milyavskaya, M., & Inzlicht, M. (2015). Variation in cognitive

    control as emotion regulation. Psychological Inquiry, 108-115.

    Stevens, J. F., & Hamann, S. (2012). Sex differences in brain activation toemotional stimuli: A meta-analysis of neuroimaging studies.

     Neuropsychologia(50), 1578-1593.

    doi:10.1016/j.neuropsychologia.2012.03.011

    Tangney, J. P., Baumeister, R. F., & Boone, A. L. (2004). High self-control

     predicts a good adjustment, less pathology, better grades, and interpersonal

    success. Journal of Personality, 271-322.

    Tok, S., Koyuncu, M., Dural, S., & Catikkas, F. (2010). Evaluation of IAPS

    ratings in an athlete population and its relations to personality. Personality

    and Individual Differences, 461-466.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    60/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    61/85

    47

    LAMPIRAN

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    62/85

     

    Lampiran 1

    Lembar Etika Penelitian

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    63/85

     

    Lampiran 1

    Lembar Etika Penelitian

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    64/85

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    65/85

      Lampiran 2

    Prosedur Pelaksanaan

    Eksperimen

     Anda yang dekat dengan jalan supaya rekan kami dapat dengan mudah

    mengambilnya.”  

    Asisten eksperimenter mengambil lembar persetujuan sekaligus membagikan kuesioner

    trait  diikuti instruksi berikut:

    -------part 2, isi kuesioner trait-------

    “Sekarang rekan kami akan membagikan kuesioner yang tidak ada hubungannya

    dengan eksperimen. Cara mengisinya adalah dengan memberikan angka di samping

     pernyataan yang ada. Rentang angka sudah dicontohkan di bagian atas setiap lembar.

    Silakan diisi sesuai dengan keadaan diri Anda masing-masing. Apakah ada pertanyaan?

    Kalau tidak ada silakan diisi sesuai dengan instruksi yang tercantum. Jika sudah selesai

    boleh diletakkan di tepi meja yang dekat dengan jalan supaya rekan kami dapat

    mengambilnya.”  

    Instruktur memperkenalkan instrumen IAPS & SAM dengan instruksi berikut:

    -------part 3, introducing IAPS-------

    “Baik, sekarang pastikan bahwa di layar Anda sudah ditampilkan sebuah kotak kecil

    bertuliskan “participant” dan “session”. Bagi yang belum silakan angkat tangan Anda

    supaya rekan kami bisa membantu. Bagi yang sudah silakan langsung isikan kotak

    “participant” sesuai  dengan nomor yang sudah Anda peroleh di meja registrasi.

    Sedangkan pada kotak “session” tetap dibiarkan 001 dan jangan dirubah. Jika sudah

    silakan klik ‘OK’ atau tekan ‘enter’. 

    Tugas Anda nanti adalah memberikan penilaian terhadap sebuah gambar. Silakan tetap

     fokus ke layar Anda masing-masing. Tidak perlu melihat rekan di kanan-kiri dan depan-

    belakang karena gambar yang akan muncul bersifat acak dan berbeda antara 1

    komputer dengan komputer yang lain.

    Perlu kami tekankan bahwa yang Anda gunakan selama eskperimen ini adalah tombol  

    spasi  di keyboard dan mouse. Jangan menekan tombol lainnya karena dapat

    mengganggu jalannya sistem. Jadi apabila data Anda tidak terekam karena Anda

    menekan tombol yang lain, maka Anda tidak akan mendapatkan kompensasi nilai  

    sebesar 10%.

    Sekarang silakan tekan SPASI.

    Nanti Anda akan menilai gambar dengan menggunakan ikon-ikon yang akan muncul

    setelah gambar. Sebagai contoh, silakan tekan SPASI.

    --Masuk ke sesi Example--

    Gambar yang akan tampil nanti serupa dengan yang Anda lihat sekarang: yaitu

    ditampilkan dengan ukuran penuh. Gambar-gambar tersebut nanti akan muncul selama

    6 detik dan tidak ditayangkan ulang. Jadi perhatikan baik-baik gambar yang muncul.

    Sekarang silakan tekan SPASI.

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    66/85

      Lampiran 2

    Prosedur Pelaksanaan

    Eksperimen

    Selanjutnya akan muncul tampilan seperti berikut. Ada 2 baris gambar dan angka dari 1

    hingga 9. Tugas Anda adalah memberikan penilaian terhadap gambar yang tadi sudah

    ditampilkan. Cara memberi nilainya adalah dengan mengklik pada angka dibawahkursor/slider  yang berbentuk segitiga terbalik dan berwarna biru. Anda bisa menggeser-

    gesernya. Silakan dicoba, apabila ada masalah langsung saja mengangkat tangan. Beri

    nilai sesuai dengan perasaan yang anda rasakan.

    Gambar yang ada di baris atas menunjukkan sifat positif dan sifat negatif  dari

     perasaan Anda. Semakin ke kanan, maka semakin positif karena ada gambar karikatur

    yang tersenyum. Semakin ke kiri semakin negatif karena ada gambar karikatur yang

    sedih. Anda bisa menggesernya dari rentang 1 hingga 9. Sekali lagi, gambar yang atas

    mewakili sifat positif dan negatif dari perasaan yang anda rasakan setelah melihat

    gambar .

    Kalau tidak ada yang ditanyakan sekarang kita lanjutkan ke gambar yang ada di bawah.

    Gambar yang ada di bawah mewakili intensitas dari perasaan anda. Jadi, apakah Anda

    merasa tenang, datar, dan biasa saja atau anda merasa tergugah dan menggebu-gebu.

    Semakin ke kiri maka perasaan yang Anda rasakan intensitasnya semakin tenang,

    datar, dan biasa saja. Semakin ke kanan maka perasaan yang Anda rasakan

    intensitasnya semakin besar, semakin terasa tergugah, dan menggebu-gebu. Apakah

    bisa dipahami? Jadi, gambar  yang ada di bawah mewakili intensitas  perasaan yang

     Anda rasakan.

     Jadi sekali lagi  , gambar di atas mewakili sifat perasaan anda dari  negatif hingga

     positif  , sementara gambar di bawah mewakili intensitas dari perasaan anda , apakah

    tenang, datar, dan biasa saja ataukah tergugah, besar, dan menggebu-gebu.

    Perlu diperhatikan, Anda harus menilainya dengan menggunakan 2 baris gambar  

    tersebut, tidak boleh hanya salah satu saja.

    Satu hal lagi, nanti gambar akan ditayangkan selama 6 detik dan Anda tidak perlu

    menekan tombol SPASI seperti tadi. Sedangkan waktu penilaian Anda hanya 10 detik.

    Nanti di sesi selanjutnya akan muncul timer di pojok kanan atas yang menghitung

    mundur dari 10 hingga 1. Jadi silakan Anda atur waktu sebaik mungkin dalam

    memberikan penilaian. Sebelum kita melanjutkan ke sesi latihan, kita akan melihat

    contohnya sebagai percobaan. Silakan tekan SPASI.”  

    ---masuk ke sesi Trial---

    Partisipan mencoba sesi practice I dengan dibatasi waktu.

    “Sesi latihan pertama telah selesai. Sekarang silakan tekan SPASI untuk masuk ke sesi

    latihan kedua.”  

    ---masuk ke Session I---

    Instruktur menunggu partisipan mengerjakan session I, jika sudah selesai diikuti

    panduan berikut:

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    67/85

      Lampiran 2

    Prosedur Pelaksanaan

    Eksperimen

    “Apakah selama pengerjaan tadi terdapat kesulitan? Jika ada kesulitan silakan

    mengangkat tangan supaya kami dapat membantu. Jika tidak ada, sesaat lagi Anda

    akan masuk ke sesi eksperimen sesungguhnya. Silakan kerjakan dengan sungguh-sungguh. Mekanisme pengerjaan sama seperti di sesi latihan. Gambar akan ditampilkan

    6 detik dan dilanjutkan dengan penilaian menggunakan ikon selama 10 detik. Timer

    akan muncul di kanan atas sama seperti tadi. Ingat, jangan gunakan tombol apapun

    selain mouse dan spasi . Jika Anda sudah siap, silakan tekan SPASI”. 

    ---masuk ke session III (eksperimen sebenarnya)---

    Instruktur menunggu partisipan mengerjakan sesi penilaian gambar.

    “apakah semuanya sudah selesai? Apabila sudah, silakan tekan SPASI untuk mengakhiri

    sesi eksperimen”

    -------part 4, video netralisir afek-------

    “ Sekarang, anda dipersilakan untuk menyaksikan video yang akan diputarkan melalui

     proyektor di depan ruangan.”  

    -------part 5, penutup-------

    “ Baik, rangkaian sesi penelitian ini telah berakhir. Terima kasih atas partisipasi Anda.

    Kami mohon agar Anda tidak menyampaikan pengalaman apapun yang Anda terima di

    ruangan ini kepada partisipan lain yang masih ada di luar sana karena mungkin saja

    tugas mereka nanti berbeda dengan tugas Anda. Untuk lembar debrief akan kami

    kirimkan melalui email Anda dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Sekali lagi

    terima kasih dan boleh meninggalkan ruangan”. 

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    68/85

     

    Lampiran 3

    Lembar Informasi

    Partisipan

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    69/85

     

    Lampiran 4

    Lembar Persetujuan

    Partisipan ( Informed

    Consent )

  • 8/16/2019 Full Thesis ver. Wityanto (2016) Is Everything Under Control-(1).pdf

    70/85

     

    Lampiran 5

    Lembar   Debriefing  

    Halo!

    Bagaimana kabar anda hari ini?

    Perkenalkan, nama saya Fitra. Saya adalah mahasiswa Psikologi angkatan

    2012 sekaligus asisten peneliti  Placebo Research Group yang mengundang anda

    sebagai