esterifikasi asam asetat dengan etanol dengan variabel suhu operasi
TRANSCRIPT
1
ESTERIFIKASI ASAM ASETAT DENGAN ETANOL DENGAN
VARIABEL SUHU OPERASI
Imam Rizki Arianto, Ayu Chyntia R., Apryan Tri K., Raizka Kharisma M
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof. Sudharto SH, Tembalang,Semarang 50147 Jawa Tengah,Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRACT
Ethyl acetate is an ester of ethanol and acetic acid. This compound is colorless liquid shape, has a distinctive aroma. Ethyl acetate widely applied as a solvent because of its high solubility. Manufacture of ethyl acetate (ethyl ester) is called esterification process. In this experiment, the ethyl acetate is made by reacting acetic acid with ethanol.
In this experiment, ethyl acetate was made on a three neck flask with two different temperatures, at a temperature of 40°C and 60°C and fixed variables include reactant 1:3 mole ratio = 1 mol CH3COOH : 3 mol C2H5OH, catalyst H2SO4, with basis 500 ml. then analyzed the results to test the levels of residual acetic acid with the addition of 1N NaOH as titrant with indicator PP.
Esterification reaction is a reversible reaction, this is indicated by the value of the equilibrium constant (K) at a temperature of 40°C and 60°C for less than one. By using a variable temperature of 60°C the conversion is obtained with a temperature higher than 40oC, the reaction rate constant (k) and the equilibrium constant (K) is achieved when the highest operation temperature used was 60°C. This shows that esterification would be running a temperature optimum at 60oC rather than 40oC temperature.
Keywords : esterification , ethyl ester, ethyl acetate
INTISARI
Etil asetat merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan
tak berwarna, memiliki aroma khas. Etil asetat banyak diaplikasikan sebagai pelarut karena
daya larutnya yang tinggi. Pembuatan etil asetat (etil ester) disebut sebagai proses esterifikasi.
Dalam percobaan ini, etil asetat dibuat dengan cara mereaksikan asam asetat dengan etanol.
Pada percobaan ini etil asetat dibuat pada labu leher tiga dengan dua suhu yang
berbeda, yaitu pada suhu 40oC dan 60oC dan variable tetap meliputi perbandingan mol
pereaktan 1:3 = 1 mol CH3COOH : 3 mol C2H5OH, katalis H2SO4 , basis 500 ml. kemudian
dilakukan analisa hasil untuk menguji kadar asam asetat sisa dengan penambahan titran
NaOH 1N dengan indikator PP.
2
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversible (dapat balik), hal ini ditunjukan oleh
nilai konstanta kesetimbangan (K) pada suhu 40oC maupun 60oC kurang dari satu. Dengan
menggunakan variable suhu 60oC diperoleh konversi yang lebih tinggi daripada dengan suhu
40oC, harga konstanta kecepatan reaksi (k) dan harga konstanta kesetimbangan (K) tertinggi
dicapai ketika suhu operasi yang digunakan adalah 60oC. hal ini menunjukan bahwa
esterifikasi akan lebih berjalan optimum pada suhu 60oC daripada suhu 40oC.
Kata kunci : esterifikasi, etil ester, etil asetat
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan IPTEK
pada bidang perindustrian di Indonesia
yang sedang berkembang, beragam industri
terus melakukan inovasi dan perkembangan
salah satunya adalah industri kimia.
Perkembangan tersebut memacu kebutuhan
produksi industri kimia yang terus
meningkat, baik kebutuhan bahan baku
maupun bahan penunjang lainnya. Bahan
baku maupun bahan penunjang di industri
kimia sangatlah beragam, salah satu bahan
yang banyak digunakan adalah etil asetat.
Etil asetat merupakan salah satu jenis
pelarut yang memiliki rumus molekul
CH3COOC2H5. Produk turunan dari asam
asetat ini memiliki banyak kegunaan serta
pasar yang cukup luas seperti pengaroma
buah dan pemberi rasa seperti untuk es
krim, kue, kopi, teh atau juga untuk
parfum, digunakan pada industri tinta
cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer
cair dalam industri kertas, serta banyak
industri penyerap lainnya seperti industri
farmasi, dan sebagainya (Mc Ketta and
Cunningham, 1992)
Etil asetat adalah senyawa organik
yang merupakan ester dari etanol dan
asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan
tak berwarna, memiliki aroma
khas.Esterifikasi merupakan suatu cara
untuk pembentukan ester, dalam
pembuatan etil asetat proses esterifikasi
dilakukan dengan cara mereaksikan antara
asam asetat dengan alkohol yang akan
menghasilkan ester (etil asetat) dan air.
Reaksi ini sering disebut sebagai reaksi
esterifikasi Fischer.
Reaksi esterifikasi ini merupakan
reaksi eksotermis (Hill,1977), bersifat
reversible dan umumnya berjalan sangat
lambat sehingga memerlukan katalis agar
diperoleh ester yang maksimal sehingga
perlu dipelajari faktor-faktor menurut
berbagai tinjauan dan melakukan berbagai
percobaan guna mengetahui berbagai
3
variable proses yang berpengaruh terhadap
proses esterifikasi tersebut.
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh suhu operasi
terhadap konversi, harga konstanta
keseimbangan reaksi (K) dan konstanta laju
reaksi (k) di dalam proses esterifikasi etil
asetat dari reaksi antara asam asetat dengan
alkohol.
LANDASAN TEORI
Reaksi esterifikasi adalah reaksi
antara asam karboksilat dan alcohol
membentuk ester. Turunan asam
karboksilat akan membentuk ester asam
karboksilat. Esterifikasi dikatalisis asam
dan bersifat balik (Fesenden. 1981)
Mekanisme Reaksi Esterifikasi
Mekanisme reaksi esterifikasi
terjadi menurut mekanisme berikut ini :
1. Oksigen karbonil di protonisasi oleh
asam
2. Alcohol nukleofilik menyerang karbon
positif
3. Eliminasi molekul air dan diikuti
penambahan H+ oleh H2O akan
menghasilkan ester
Tinjauan Kinetika Reaksi
Esterifikasi atau pembuatan ester
merupakan reaksi antara asam karboksilat
dan alcohol dengan hasil reaksi ester dan
air. Reaksi esterifikasi:
CH3COOH+C2H5OH=>CH3COOC2H5+H2O
Persamaan reaksi kimia dapat dituliskan
dalam bentuk yang lebih sederhana untuk
memudahkan penulisak kecepatan
penulisan reaksi kimia sebagai berikut:
A + B C + D
Persamaan kecepatan reasi kimia
rc=−dCa
dt=k1 [ A ] [ B ]−k2 [C ][ D ]
Ditinjau dari kinetika reaksinya kecepatan
reaksinya pembentukan ester akan makin
besar dengan kenaikan suhu, adanya
pengadukan dan ditambahakan katalis. Hal
ini dapat dijelaskan oleh persamman
arrenius yaitu
k=A e−E A
RT
Dimana:
k =kontanta laju reaksi
A = Faktor frekuensi tumbukan
T = Suhu
EA = Energi Aktivasi
R = konstanta tetapan gas
Berdasarkan persamaaan arrenius dapat
dilihat bahwa konstanta laju reaksi
4
dipengaruhi oleh nilai A, E, dan T dimana
semakin besar faktor tumbukan (A) maka
konstanta laju reaksinya semakin besar.
Nilai energi aktivasi (E) dipengaruhi oleh
penggunaan katalis, adanya katalis akan
menurunkan energi aktivasi sehingga nilai
k semakin besar. Semakin tinggi suhu (T)
maka nilai k juga semakin besar.
Tinjauan Thermodinamika
Berdasarkan pada tinjauan
thermodinamika kita dapat mengetahui
apakah reaksi tersebut searah atau bolak-
balik dengan meninjau memalui perubahan
energy gibbs (ΔG°). Reaksi esterifikasi
antara asam asetat dan etanol. Dari
perhitungan energy gibbs didapat nilai K<1
(pada suhu 40oC = 0,0302; pada suhu
60oC=0,037) , maka dapat disimpulakan
reaksi esterifikasi asam asetat dengan
etanol merupakan reaksi reversible.
Selain dapat mengetahui reaksi
tersbut reversible, berdasarkan tinjauan
thermodinamika juga dapat diketahui
bahwa reaksi esterifikasi bersifat
eksotermis ( ∆H = -5640 kJ/kg)
Variabel yang Berpengaruh
1. Perbandingan mol zat pereaksi
Perbandingan mol zat pereaksi
mempengaruhi pergeseran hasil reaksi
bila ditinjau dari segi keseimbangan.
Pemakaian salah satu reaktan yang
berlebih (excess) akan dapat
memperbesar kemungkinan tumbukan
antar molekul zat yang bereaksi
sehingga kecepatan reaksinya
bertambah besar.
2. Konsentrasi katalis
Secara kinetika konsentrasi katalis yang
semakin besar akan semain
menurunkan energy aktivasi sehingga
reaksi berjalan lebih cepat.
3. Kecepatan pengadukan.
Secara kinetika pengadukan dilakukan
untuk memperbesar kemungkinan
terjadinya tumbukan sehingga
kecepatann reaksi semakin besar.
4. Suhu
Berdasarkan tinjauan termodinamika
kenaikan suhu dapat menggeser
kesetimbangan kearah kiri (kearah
pembentukan reaktan) dikarenakan
reaksi esterifikasi antara asam asetat
dan etanol bersifat eksotermis dan
reversible.
METODOLOGI PERCOBAAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah Asam asetat, Etanol, H2SO4 1N
sebagai katalis, NaOH 0,5N 200 ml,dan
Indikator PP
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini
meliputi labu leher tiga, pendingin balik,
kompor listrik, magnetic stirrer,
5
termometer, pengaduk, buret, pipet,
erlenmeyer, statif dan klem.
Variabel Percobaan
Dalam percobaan varibel tetap meliputi
perbandingan mol pereaktan 1:3 = 1mol
CH3COOH : 3mol C2H5OH, katalis H2SO4,
basis 500 ml. Sedangkan variabel berubah
meliputi suhu operasi 40oC dan 60oC
Prosedur percobaan
Prosedur esterifikasi didahului dengan
merangkai alat percobaan, lalu asam asetat
119,64 ml dan katalis H2SO4 1 N 13,59 ml
dicampurkan dalam labu leher tiga dan
dipanaskan sampai suhu 400C. Disiapkan
etanol 366,76 ml dan dipanaskan sampai
suhu 40 0C.Setelah suhu kedua reaktan
sama , kedua reaktan tersebut dicampurkan
ke dalam labu leher tiga. Setelah tercapai
suhu 400C kembali, sampel diambil 5 ml
mulai dati to dengan waktu pengambilan
setiap 5 menit dan dihentikan setelah
mendapat hasil volume titran konstan
sebanyak 3 kali.
Metode Analisis
Sampel sebanyak 5 ml diambil lalu
ditambahkan 3 tetes indikator PP,
kemudian sampel dititrasi dengan NaOH
0,5 N. Amati perubahan warna yang terjadi
yaitu dari tidak berwarna menjadi warna
merah muda keunguan. Catat kebutuhan
titran pengambilan sampel dihentikan
setelah diperoleh volume titran yang
konstan.
Setelah didapat volume titran tiga
kali konstan, maka dilakukan percobaan
yang sama dengan variable berubahnya
berupa suhu 60oC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Suhu terhadap Konversi Ester
yang Terbentuk
Dari grafik hubungan konversi
terhadap waktu dapat dilihat bahwa
konversi ester pada suhu 60oC lebih besar
dari pada suhu 40oC. Hal tersebut dapat
dijelaskan dengan persamaan Arhenius
k=AoCACBexp(-E/RT) yang berarti
dengan peningkatan suhu akan
mempercepat laju reaksi, sehingga bergeser
kekanan dan menyebabkan produk yang
terentuk lebih banyak dan meningkatkan
konversi. Selain itu, menurut penelitian
yang telah dilakukan oleh Nuryoto (2008).
Suhu optimum untuk menghasilkan
konversi tertinggi ada reaksi esterifikasi
etanol dan asam asetat dicapat pada suhu
358 (85oC). Suhu tersebut lebih berdekatan
dengan suhu 60oC dibandingkan suhu 40oC.
6
Sehingga konversi yang didapatkan lebih
tinggi.
Pengaruh Suhu terhadap Konstanta
Laju Reaksi (k)
Pada grafik dapat dilihat bahwa
konstanta laju reaksi bertambah besar
seiring dengan naiknya suhu operasi, baik
itu pada k1 (untuk reaksi kearah kanan atau
produk) dan k2 (untuk reaksi kearah kiri
atau reaktan). Hal tersebut sesuai dengan
persamaan Arrhenius k=koexp(-E/RT)
dimana ko=factor frekuensi, E=energy
aktivasi, R=konstanta gas ideal, T=suhu
(Levenspiel, 1999) karena energi aktivasi
yang diperlukan pda reaksi esterifikasi
bernilai positif (E= 104,129 KJ/kmol) maka
kenaikan suhu akan memperbesar harga k.
Pengaruh Suhu Terhadap Konstanta
Keseimbangan (K)
Dari grafik pengaruh suhu terhadap
konstanta keseimbangan dapat dilihat
bahwa konstanta keseimbangan meningkat
dengan meningkatnya suhu. Hal tersebut
terjadi karena menurut persamaan
Arrhenius k=AoCACBexp(-E/RT) saat
suhu dinaikkan, maka laju reaksi akan
meningkat, sehingga reaksi kekanan akan
lebih cepat terjadi atau Cc.CDmeningkat:
A + B C + D
Menurut persamaan K=CC . CDCA .CB
, maka
apabila Cc (konsentrasi C) dan CD
(konsentrasi D) meningkat, maka nilai K
akan meningkat pula.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu
reaksi maka konversi ester yang terbentuk
semakin tinggi pula. Disamping itu jika
semakin tinggi suhu reaksi, konstanta laju
reaksi semakin tinggi serta semakin tinggi
suhu reaksi maka konstanta keseimbangan
semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Widhiarso, Purwito, 2011,
Prarancangan Pabrik Etil Asetat dari
Asam Asetat dan Etanol dengan Katalis
Asam Sulfat Kapasitas 70.000
7
ton/tahun, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran, Yogyakarta.
Fesseden, 1981, Kimia Organik, 3th edition,
Erlangga, Jakarta.
Nuryoto, 2008, Studi Kinerja Katalisator
Lewati Monoplus s-100 pada reaksi
Esterifikasi antara Etanol dan Asam
Asetat, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, Banten.
Levenspiel, O,1970, Chemical Reaction
Engineering, 2nd edition, McGraw Hill
Kogakusha Ltd., Tokyo.
Perry, R. H and Green,1984, Perry’s
Chemical Engineering Hand Book, 6th
edition. McGraw Hill Book Co.
Singapore.
Smith,J.M, H.C. Van Ness and M.M.
Abbott, Intoduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6th
edition, McGraw Hill Kogakusha Ltd.,
Tokyo.
Sulastri, Prarancangan Pabrik Etil Asetat
Dari Asam Asetat Dan Etanol Kapasitas
25.000 ton/tahun, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Yuliani, Fitri dkk, Pengaruh Katalis Asam
(H2SO4) dan Suhu Reaksi pada Reaksi
Esterifikasi Minyak Biji Karet (Hevea
brasiliensis) Menjadi Biodiesel,
Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya.
Yuniwati, Murni dan Amelia Abdul Karim,
2009, Kinetika Reaksi Pembuatan
Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas
(Jelantah) Dan Metanol Dengan
Katalisator KOH, Institut Sains dan
Teknologi AKPRIND, Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Etil_Asetat
Diunduh pada sabtu, 2 Juni 2012
pukul 22.12.