effect of self help group (shg) to stop smoking attitudes
TRANSCRIPT
1
VOL. 1 NO. 1 DESEMBER 2016
ABSTRACTThe smoking prevalence among youth aged more than 15 years old
and so, raising 34,8 % of male and 2,7 % among those female one. Thus, health education program is needed in order to improve youth knowledge on the negative impacts of smoking. This study has been conducted among students of Mexhanical Engineering school in Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. This study was a quasy-experimental study. The sample were 52 students who smoked and were divided into two groups, intervention and control gruop. The sampling technique used was random sampling method. Test analysis used Wilcoxon test and Mann-Whitney for attitude. Results : The analysis test showed there was a significant effect of Self Help Group (SHG) on attitude with p=0,000 (0,05). There was a differences on knowledge between intervention and control groups with p=0,000 (p<0,05). This new invention on health education method using social media, is important to be developed. Facebook as one of the easy platform of social media to access, will giving more benefit to the community in achieving distance health education.
Key words : smoking behavior, Self Help Group, Facebook, health education, smoking prevalence
ABSTRAKPrevalensi perokok remaja usia lebih dari 15 tahun meningkat 34,8%
pada remaja laki-laki dan 2,7% pada remaja perempuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terhadap efek negatif bahaya rokok. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Teknik Mesin UMY., design penelitian dalah quasi eksperimen. Sampel penelitian diambil dengan sistem random, menghasilkan sebanyak 52 sampel mahasiswa perokok yang dibedakan menjadi dua grup, intervensi dan kontrol.
Fitri Aspatrianti1, Dianita Sugiyo1 Program Studi Ilmu Keperawatan, FKIK, UMY, Kasihan, Bantul, IndonesiaE-mail: [email protected]
Info Artikel:Masuk : 28 Agustus 2016Revisi : 20 November 2016Diterima : 28 November 2016DOI Number : 10.18196/ijnp.1145
Effect of Self Help Group (SHG) to Stop Smoking Attitudes Among Students
2
Analisis data emnggunakan Wilcoxon test dan Mann-Whitney. Hasil analisis menunjukkan pengaruh yang signifikan SHG terhadap perilaku merokok mahasiswa dengan nilai p=0,000. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan antara kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Penemuan baru dalam metode pendidikan kesehatan ini menggunakan media sosial, sangat penting untuk dikembangkan. Facebook merupakan salah satu bentuk media sosial untuk diakses, akan memberikan banyak manfaat terhadap masyarakat dalam hal pendidikan kesehatan jarak jauh.
Kata kunci: perilaku merokok, Self Help Group, Facebook, pendidikan kesehatan, prevalensi merokok.
PENDAHULUANIndonesia sekarang ini merupakan surga bagi
para perokok dengan pertumbuhan konsumsi rokok
yang terbanyak didunia. Survey yang dilakukan oleh
Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki posisi
teratas di antara 16 negara berkembang lainnya dengan
prevalensi perokok aktif tertinggi. Tingginya angka
perokok aktif laki-laki di indonesia mencapai 67%
yang akan mempengaruhi kesehatan dan membuat
ketidaknyamanan mereka ketika berdekatan dengan
orang yang merokok (Aula, 2010).
Rokok membunuh hampir enam juta orang
pertahunnya serta lebih dari lima juta perokok yang
berasal dari perokok aktif dan lebih dari 600.000
perokok pasif. Sekitar satu orang setiap enam detik
akibat dari rokok. Pada tahun 2030, rokok diperkirakan
akan menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan
yang menewaskan 10 juta orang setiap tahun, sekitar 2
juta diantaranya terdapat di Cina. Oleh karena itu, rokok
dapat menyebabkan lebih banyak kematian di seluruh
dunia, lebih banyak dari gabungan kematian yang
disebabkan oleh HIV, TBC dan kematian persalinan. Satu
dari dua perokok pada usia muda dan terus merokok
seumur hidup dan akhirnya akan meninggal karena
penyakit yang berhubungan dengan rokok dan saat
ini rokok menjadi suatu permasalahan yang kompleks,
Indonesia sendiri adalah salah satu Negara dengan
jumlah penduduk yang terbesar dan menduduki posisi
peringkat ketiga dengan jumlah perokok terbesar di
dunia (Dinkes, 2012).
Merokok merupakan suatu masalah yang ada
di dalam masyarakat yang sampai saat ini sulit
untuk diselesaikan. Mengkonsumsi rokok juga dapat
menimbulkan banyak kerugian dan dapat menjadi
sumber berbagai masalah kesehatan bahkan kematian
(Kemenkes RI, 2011). Perilaku merokok merugikan
kesehatan karena dapat mengakibatkan banyak
penyakit, diantaranya kanker paru (90 %), 75% penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga menjadi 25%
penyebab dari serangan jantung serta menjadi salah satu
penyumbang kematian terbesar di indonesia yang telah
mencapai 57.000 orang pertahunnya (RISKESDES,2013).
Pada tahun 2013, terdapat sejumlah 56.860.457
perokok aktif laki-laki dan 1.890.135 perokok aktif
perempuan atau sekitar 58.750.591 perokok aktif secara
keseluruhan dengan usia 10 tahun ke atas. Proporsi
perokok aktif terbanyak terlihat pada kelompok usia 25-
29 tahun yaitu totalnya sebesar 7.785.730 orang. Pada
kelompok laki-laki, proporsi tertinggi pada usia 25-29
tahun sebanyak 7.641.892, sedangkan proporsi untuk
terbesar pada kelompok perempuan yaitu usia 45-49
tahun sebanyak 253.273 (TCSIAKMI,2014).
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013
masih sama dengan tahun 2010 yaitu satu dari tiga
orang satu orang didalamnya adalah perokok. Perilaku
merokok sangat bervariasi dari berbagai aspek usia, jenis
kelamin, dan kelompok kerja, seperti pada penduduk
berusia 10-14 tahun ditemukan 1,4 % perokok dan usia
15 tahun keatas dilaporkan terjadi peningkatan perilaku
merokok dari 34,2 % tahun 2007 menjadi 36,3 tahun
2013. Sementara presentase pengguna rokok 64,9
% pada laki-laki dan 2,1 % perempuan tahun 2013
(Riskesdas,2013).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia
(World Health Organization) pada tahun 2011 terdapat
3,8 milyar perokok di dunia. Prevalensi kelompok
terbanyak umur 15 tahun ke atas yang merokok setiap
harinya pada 5 provinsi di Indonesia tertinggi ditemukan
3
VOL. 1 NO. 1DESEMBER 2016
di provinsi Kalimantan tengah (36 %), Kepulauan Riau
(33,4 %), Sumatera Barat (33,1 %), NTT dan Bengkulu
masing-masing (33 %). Dan 5 provinsi dengan prevalensi
perokok terendah yaitu di provinsi Sulawesi tengah (22
%), DKI Jakarta (23,9 %), Jawa timur (25,1 %), Bali
(25,1%), dan Jawa tengah (25,3 %) (RISKESDAS, 2010).Indonesia merupakan negara berkembang dengan
tingkat penggunaan rokok yang cukup tinggi. jumlah perokok dari hari ke hari semakin meningkat, usia e”15 tahun sebanyak 34,2% tahun 2007 (Depkes RI, 2007), kemudian meningkat prevalensinya menjadi 34,7% di tahun 2010 (Kemenkes RI, 2010) dan meningkat kembali tahun 2011, menurut GATS 2011 jumlah perokok usia 15 tahun sebanyak 34,8 % dengan prevalensi pria 67% dan perempuan 2,7% (WHO, 2013).
Adapun faktor yang berpengaruh terhadap tingginya prevalensi merokok di Indonesia yaitu terkait kebiasaan atau budaya di Indonesia. Merokok dianggap sebagai hal yang wajar bagi masyarakat dan bahkan setiap ada acara di mayarakat akan selalu disuguhkan rokok sebagai suguhan utamanya. Apalagi sebagian besar orang Indonesia makan tidak makan yang penting bisa merokok yang dilambangkan dengan kejantanan seseorang (Aula,2010). Kebiasaan – kebiasaan inilah yang akan menghambat untuk mengurangi angka prevalensi merokok di masyarakat, karena secara tidak langsung mereka memberi ruang bagi perokok untuk tetap merokok secara bebas dan menganggap merokok itu sebagai hal yang wajar.
Dari hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika (BPS). 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Provinsi Yogyakarta sebanyak 3.457.491 jiwa (BPS,2010). Sementara untuk prevalensi perokok remaja di Provinsi Yogyakarta menurut (BPS,2012), menunjukkan bahwa prevalensi perokok yang paling banyak yaitu remaja dan rata – rata batang rokok yang dihisap oleh remaja di Provinsi DI Yogyakarta sebanyak 31,6 %.
Umumnya penyakit yang terkait dengan rokok memerlukan waktu yang lama sekitar 15 – 20 tahun setelah perilaku merokok di mulai, sehingga penyakit yang terkait dengan rokok dan jumlah kematian dimasa
mendatang terus meningkat (TCSIAKMI,2014).
Berbagai peraturan ataupun kebijakan serta program yang sudah dijalankan oleh pemerintah Di Yogyakarta, usaha ini tidak akan berjalan apabila kurangnya keinginan untuk benar-benar berhenti merokok. Upaya berhenti merokok secara eksklusif akan menargetkan para perokok yang memiliki keinginan untuk berhenti, terutama untuk individu yang tidak memiliki rencana untuk berhenti merokok dalam waktu dekat (Donovan & marlatt,2007; Celik,2013;Zakaria,2015).
Menurut data diatas terjadinya peningkatan usia mulai merokok di kalangan remaja sangat mengkhawatirkan karena sangat berisiko bagi kesehatan, resiko kesehatan merokok pada remaja jauh lebih buruk dibandingkan dengan orang dewasa yang merokok karena remaja masih berada pada masa pertumbuhan. Rokok tidak hanya menyebabkan masalah pada kesehatan fisik dan juga emosional (bararah,2012). Remaja yang merokok akan terlihat lebih tua dari umurnya, kulit kering dan bergaris – garis, gigi menjadi rusak, perkembangan dan fungsi paru – paru menjadi terganggu, sesak nafas serta batuk-batuk karena banyaknya sekret di paru – paru, sistem imun tubuh menurun, resiko terkena penyakit jantung, rambut rontok dan merusak otak dan indera (Ellizabet, 2010).
Melihat kebiasaan masyarakat merokok disertai dengan tingginya prevalensi merokok dimasyarakat tidak sebanding dengan tersedianya pelayanan berhenti merokok di masyarakat. Sedangkan menurut WHO 2012, saat ini hampir 50% dari perokok di Indonesia berpikir untuk berhenti merokok dan lebih dari 30% dari mereka membuat upaya untuk berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir(WHO,2012). Akan tetapi sampai saat ini belum diketahui metode yang baik untuk membantu masyarakat untuk berhenti merokok (United State Department of health and human Servise [USDHHS], 2012). Walaupun ada beberapa metode yang sudah terbukti efektif untuk membantu perokok menghentikan kebiasaan buruknya, belum ada bukti ilmiah yang menguatkan tentang efektifitas terapi berhenti merokok pada remaja (Grimshaw & Stanton,2006). Terapinya yaitu dengan intervensi psikososial dan farmakoterapi, ini adalah dua pendekatan berhenti merokok yang sudah dilakukan pada remaja.
4
Mengingat bahwa sebagian besar remaja mulai
merokok dibawah usia 18 tahun, dan ketergantungan
nikotin bisa terjadi sejak dini, maka membantu remaja
untuk berhenti merokok merupakan hal yang paling
penting. Oleh karena itu,menemukan terapi yang
efektif bagi remaja sangat penting. Self Help Group
(SHG) atau kelompok swabantu adalah suatu kelompok
yang memiliki masalah yang sama dan tiap anggotanya
saling berbagi masalah baik fisik maupun emosiaonal
(Ahmadi,2007). SHG merupakan suatu bentuk terapi
kelompok yang dapat dilakukan pada berbagai situasi
dan kondisi yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang memiliki masalah yang sama untuk saling berbagi
pengalaman dan cara menghadapi masalah yang
dihadapinya ( Keliat et al., 2008).
Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku
merokok pada remaja. Perilau merokok merupakan
fungsi dari lingkungan dan individu. Perilaku merokok
disebabkan oleh faktor – faktor dari dalam diri , juga
disebabkan oleh faktor lingkungan. Green (1980)
menyatakan bahwa perilaku seseorang termasuk
perilaku merokok, dipengaruhi oleh faktor pendahulu
(predisposing) yang meliputi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilai serta faktor
pemungkin (enabling) yang meliputi ketersediaan
fasilitas dan faktor pendorong (reinforsing) yang
meliputi sikap dan perilaku orang – orang disekitanya
(Notoatmodjo, 2010)
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa merokok
dapat merusak kesehatan. Untuk itu kita dianjurkan
untuk menjaga kesehatan dan dilarang menjatuhkan
diri pada kebinasaan.
Sebagaiamana kaidah fiqih menyebutkan sebagai
berikut:
Hukum asal sesuatu yang membahayakan adalah
haram.
Menurut kaidah di atas menyebutkan bahwa segala
sesuatu yang membahayakan manusia dilarang oleh
syara’i termasuk di dalamnya yaitu merokok. Di mana
rokok sangat membahayakan bagi manusia terutama
bagi kesehatannya.
Mempertimbangkan bahaya merokok bagi kesehatan remaja, kurangnya perhatian dari pemerintah tentang pengendalian tembakau, serta tingginya prevalensi merokok pada remaja di Indonesia, maka hal ini mengindikasikan pentingnya untuk menerapkan program berhenti merokok yang efektif bagi remaja. Ditambah lagi saat ini program berhenti merokok pada remaja belum terlalu familiar di Indonesia. Dari alasan tersebut SHG dapat dilakukan untuk menjadi salah satu program untuk berhenti merokok karena SHG itu dapat merubah perilaku seseorang (Keliat et al.,2008). Apalagi salah satu alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja adalah sikap dan perilaku orang – orang disekitarnya (Notoatmodjo,2010), diharapkan dengan menggunakan SHG bisa merubah perilaku remaja yang merokok dengan dukungan orang-orang disekitarnya yang sama-sama perokok.
Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Program Studi Teknik karena masih banyak mahasiswa yang merokok. Mahasiswa yang merokok ini dapat dilihat diarea kampus terutama di kantin kampus dan dilorong – lorong dekat kelas. Peneliti menanyakan tentang bahaya merokok dan mereka mengetahui tentang bahaya merokok dan mengerti kalau merokok itu perilaku yang buruk.
Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah ada Pengaruh Self Help Group terhadap Sikap Berhenti Merokok pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2015.
TUJUAN PENELITIANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
Self Help Group Terhadap Sikap Berhenti Merokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Angkatan 2015.
METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Jenis penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control group design. Penelitian ini terdapat dua kelompok, dimana kelompok perlakuan diberikan intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok perlakuan
5
VOL. 1 NO. 1DESEMBER 2016
pretest, dan setelah diberikan intervensi diadakan pengukuran kembali (post-test). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa perokok di Fakultas Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yoyakarta Angkatan 2015 yang berjumlah 107 orang. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 25% dari jumlah populasi sehingga didapatkan total 26 responden, 26 orang sebagai kelompok yang diberikan perlakuan dan 26 orang sebagai kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
VOL. 1 NO. 1JANUARI 2017
5
perlakuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian iniadalah kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisaunivariat dan analisa bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1Karakteristik Responden Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Umur F %
Kelompok Kontrol 19 14 53,8 20 8 30,8 21 3 11,5 22 1 3,8 Total 26 100
Kelompok Intervensi 18 1 3,8 19 15 57,7 20 8 30,8 21 1 3,8 22 1 3,8 Total 26 100
Hasil tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besarresponden pada kelompok kontrol berusia 19 tahun yaitusebanyak 14 responden (53,8%) dan responden padakelompok intervensi sebagian besar berusia 19 tahun yaitusebanyak 15 responden (57,8%).
2. Distribusi Frekuensi Sikap Berhenti Merokok padaMahasiswa Teknik Mesin Universitas MuhammadiyahYogyakarta angkatan 2015 Kelompok Kontrol danKelompok Intervensi.Hasil tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar
respoden pada kelompok pretest kontrol mendukung sikapberhenti merokok sebanyak18 responden (69,2) dan padakelompok postest kontrol meningkat menjadi 5 responden(96,%) sedangkan sebagian besar respoden pada kelompokpretest intervensi mendukung sikap berhenti merokoksebanyak 25 responden (96,2) dan pada kelompok postest
kontrol meningkat menjadi 26 responden (100%)
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Sikap Berhenti Merokok pada
Mahasiswa Teknik Mesin
Kelompok Kontrol Intervensi
Sikap Mahasiswa F % F % Pretest Mendukung 18 69,2 25 96,2 Tidak Mendukung 8 30,8 1 3,8
Total 26 100 26 100
Postest Mendukung 25 96,2 26 100 Tidak Mendukung 1 3,8 0 0
Total 26 100 26 100
3. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswatentang berhenti merokok pada kelompok kontrol danintervensi.Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dengan menggunakan
uji wilcoxon didapakan nilaip value< 0,05. Sehingga
terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan setelahdilakukan Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentangberhenti merokok pada kelompok kontrol dan kelompokintervensi.
Tabel 4.3Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswa
tentang berhenti merokok pada kelompok kontrol danintervensi
Post Kontrol – Pre Kontrol
Post Intervensi – Pre Intervensi
Z -4,390a -4,464a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000
4. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswatentang berhenti merokok pada kelompok PretestIntervensi-Pretest Kontrol
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dengan menggunakanuji Mann-Withney didapakan nilai p value 0,134 > 0,05.
Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara pretestkelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dilakukanSelf Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhentimerokok.
Hasil tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok kontrol berusia 19 tahun yaitu sebanyak 14 responden (53,8%) dan responden pada kelompok intervensi sebagian besar berusia 19 tahun yaitu sebanyak 15 responden (57,8%).
2. Distribusi Frekuensi Sikap Berhenti Merokok pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2015 Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi.Hasil tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar
respoden pada kelompok pretest kontrol mendukung
sikap berhenti merokok sebanyak18 responden (69,2) dan pada kelompok postest kontrol meningkat menjadi 5 responden (96,%) sedangkan sebagian besar respoden pada kelompok pretest intervensi mendukung sikap berhenti merokok sebanyak 25 responden (96,2) dan pada kelompok postest kontrol meningkat menjadi 26 responden (100%)
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sikap Berhenti Merokok pada Mahasiswa Teknik Mesin
VOL. 1 NO. 1JANUARI 2017
5
perlakuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian iniadalah kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisaunivariat dan analisa bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1Karakteristik Responden Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Umur F %
Kelompok Kontrol 19 14 53,8 20 8 30,8 21 3 11,5 22 1 3,8 Total 26 100
Kelompok Intervensi 18 1 3,8 19 15 57,7 20 8 30,8 21 1 3,8 22 1 3,8 Total 26 100
Hasil tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besarresponden pada kelompok kontrol berusia 19 tahun yaitusebanyak 14 responden (53,8%) dan responden padakelompok intervensi sebagian besar berusia 19 tahun yaitusebanyak 15 responden (57,8%).
2. Distribusi Frekuensi Sikap Berhenti Merokok padaMahasiswa Teknik Mesin Universitas MuhammadiyahYogyakarta angkatan 2015 Kelompok Kontrol danKelompok Intervensi.Hasil tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar
respoden pada kelompok pretest kontrol mendukung sikapberhenti merokok sebanyak18 responden (69,2) dan padakelompok postest kontrol meningkat menjadi 5 responden(96,%) sedangkan sebagian besar respoden pada kelompokpretest intervensi mendukung sikap berhenti merokoksebanyak 25 responden (96,2) dan pada kelompok postest
kontrol meningkat menjadi 26 responden (100%)
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Sikap Berhenti Merokok pada
Mahasiswa Teknik Mesin
Kelompok Kontrol Intervensi
Sikap Mahasiswa F % F % Pretest Mendukung 18 69,2 25 96,2 Tidak Mendukung 8 30,8 1 3,8
Total 26 100 26 100
Postest Mendukung 25 96,2 26 100 Tidak Mendukung 1 3,8 0 0
Total 26 100 26 100
3. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswatentang berhenti merokok pada kelompok kontrol danintervensi.Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dengan menggunakan
uji wilcoxon didapakan nilaip value< 0,05. Sehingga
terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan setelahdilakukan Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentangberhenti merokok pada kelompok kontrol dan kelompokintervensi.
Tabel 4.3Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswa
tentang berhenti merokok pada kelompok kontrol danintervensi
Post Kontrol – Pre Kontrol
Post Intervensi – Pre Intervensi
Z -4,390a -4,464a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000
4. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswatentang berhenti merokok pada kelompok PretestIntervensi-Pretest Kontrol
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dengan menggunakanuji Mann-Withney didapakan nilai p value 0,134 > 0,05.
Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara pretestkelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dilakukanSelf Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhentimerokok.
3. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap
mahasiswa tentang berhenti merokok pada
kelompok kontrol dan intervensi.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dengan menggunakan
uji wilcoxon didapakan nilaip value< 0,05. Sehingga
terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah
dilakukan Self Help Group terhadap sikap mahasiswa
tentang berhenti merokok pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi.
Tabel 4.3. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok pada kelompok
kontrol dan intervensi
VOL. 1 NO. 1JANUARI 2017
5
perlakuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian iniadalah kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisaunivariat dan analisa bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1Karakteristik Responden Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Umur F %
Kelompok Kontrol 19 14 53,8 20 8 30,8 21 3 11,5 22 1 3,8 Total 26 100
Kelompok Intervensi 18 1 3,8 19 15 57,7 20 8 30,8 21 1 3,8 22 1 3,8 Total 26 100
Hasil tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besarresponden pada kelompok kontrol berusia 19 tahun yaitusebanyak 14 responden (53,8%) dan responden padakelompok intervensi sebagian besar berusia 19 tahun yaitusebanyak 15 responden (57,8%).
2. Distribusi Frekuensi Sikap Berhenti Merokok padaMahasiswa Teknik Mesin Universitas MuhammadiyahYogyakarta angkatan 2015 Kelompok Kontrol danKelompok Intervensi.Hasil tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar
respoden pada kelompok pretest kontrol mendukung sikapberhenti merokok sebanyak18 responden (69,2) dan padakelompok postest kontrol meningkat menjadi 5 responden(96,%) sedangkan sebagian besar respoden pada kelompokpretest intervensi mendukung sikap berhenti merokoksebanyak 25 responden (96,2) dan pada kelompok postest
kontrol meningkat menjadi 26 responden (100%)
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Sikap Berhenti Merokok pada
Mahasiswa Teknik Mesin
Kelompok Kontrol Intervensi
Sikap Mahasiswa F % F % Pretest Mendukung 18 69,2 25 96,2 Tidak Mendukung 8 30,8 1 3,8
Total 26 100 26 100
Postest Mendukung 25 96,2 26 100 Tidak Mendukung 1 3,8 0 0
Total 26 100 26 100
3. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswatentang berhenti merokok pada kelompok kontrol danintervensi.Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dengan menggunakan
uji wilcoxon didapakan nilaip value< 0,05. Sehingga
terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan setelahdilakukan Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentangberhenti merokok pada kelompok kontrol dan kelompokintervensi.
Tabel 4.3Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswa
tentang berhenti merokok pada kelompok kontrol danintervensi
Post Kontrol – Pre Kontrol
Post Intervensi – Pre Intervensi
Z -4,390a -4,464a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000
4. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswatentang berhenti merokok pada kelompok PretestIntervensi-Pretest Kontrol
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dengan menggunakanuji Mann-Withney didapakan nilai p value 0,134 > 0,05.
Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara pretestkelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dilakukanSelf Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhentimerokok.
4. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap
mahasiswa tentang berhenti merokok pada
kelompok Pretest Intervensi-Pretest Kontrol
Tabe l 4 .4 menun jukkan bahwa dengan
menggunakan uji Mann-Withney didapakan nilai p
6
value 0,134 > 0,05. Sehingga tidak ada pengaruh
yang signifikan antara pretest kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum dilakukan Self Help Group
terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok.
Tabel 4.4. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok pada kelompok
Pretest Intervensi-Pretest Kontrol
6
Tabel 4.4 Pengaruh Self Help Group terhadap sikapmahasiswa tentang berhenti merokok pada kelompok
Pretest Intervensi-Pretest Kontrol
Kod.Pre.Intervensi Mann-Whitney U 63,000 Wilcoxon W 234,000 Z -1,500 Asymp. Sig. (2-tailed) ,134 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,644a
5. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswatentang berhenti merokok pada kelompok PosttestIntervensi-Posttest Kontrol
Tabel 4.5Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswatentang berhenti merokok pada kelompok Posttest
Intervensi-Posttest Kontrol
Kod.Post.Intervensi Mann-Whitney U 12,500 Wilcoxon W 13,500 Z -1,000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000a
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dengan menggunakanuji Mann-Withney didapakan nilai p value 1.000 > 0,05.Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara postestkelompok intervensi dan postest kelompok kontrol sebelum
setelahSelf Help Group terhadap sikap mahasiswa tentangberhenti merokok
PEMBAHASAN
1. Karakteristik RespondenBerdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik umur
responden sebagian besar adalah responden dengan umur19 tahun. pada kelompok kontrol berusia 19 tahun yaitusebanyak 14 responden (53,8%) dan responden padakelompok intervensi sebagian besar berusia 19 tahun yaitusebanyak 15 responden (57,8%). Umur responden padapenelitian ini berkisar antara 18-22 tahun yang masih
tergolong remaja pertengahan dan remaja akhir. Untukremaja akhir seorang anak biasanya cendrung mulaimelakukan pengungkapan kebebasan dalam dirinya danlebih banyak bergaul dengan dengan teman sebaya diluarrumah sehingga berpotensi membuat anak cendrung untukmerokok (Amelia,2009).
Umur sangat mempengaruhi bagaimana responden
mengambil keputusan dalam hal mengkosumsi rokok atautidak, karena semakin bertambahnya umur makapengalaman dan pengetahuan seseorang semakin bertambah(Notoatmodjo,2010). Menurut Rahmadi et al. (2013),
remaja mulai merokok dikarenakan kurangnya aturan dariorang tua. Mereka mencoba pertama kali merokok sebelumusia 10 tahun. Penentu remaja merokok adalah pengaruhorang tua,saudara dan teman sebaya. Pengaruh masyarakatyang didominasi oleh perokok juga berpengaruh terhadapperilaku remaja untuk memulai merokok. Hal ini juga
dipengaruhi karena pada usia remaja mereka mencobamengeksplorasi peran mereka. Orang tua berpengaruh dalammemberi pola asuh dan menentukan pola asuh seperti or-ang tua yang memberikan uang saku berlebihan danmendukung orang tua dalam perilaku merokok yang sangatkurang.
Pada mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2015 didapatkanseluruh respondennya berjenis kelamin laki-laki. Mahasiswateknik mesin 2015 merupakan sasaran utama untukdijadikan sebagai responden penelitian mengenai rokokkarena mereka masih sangat rentan, rendahnya pengetahuanmengenai rokok dan mudah terpengaruh oleh dengan kondisi
yang ada dilingkungan sekitarnya (KEMENKES,2012).Jumlah perokok paling banyak saat ini berasal dari kalanganlaki-laki yaitu mencapai 61%. Hal ini dikarenakan pengaulandan tekanan dari lingkungan. Remaja pada usia ini sangatcepat menerima informasi yang didapat dan diaplikasikankedalam kehidupan nyata (Aditama,2004). Dalam Self Help
Group mahasiswa dibantu untuk mendapatkan informasiyang positif dengan memberitahukan kerugian-kerugianyang dialami serta mendapat pengalaman dari teman-temanyang bisa menyelesaikan masalahnya.
Data yang diperoleh peneliti sesuai dengan dataRISKESDAS mengenai prevalensi konsumsi tembakau
penduduk berdasarkan umur >15 tahun di Indonesia padatahun 2013 yaitu laki-laki lebih dominan n64,9% danperempuan 2,1% (TCSCIAKMI,2014).
2. Pengaruh Self Help Group Terhadap Sikap
Mahasiswa Tentang Berhenti MerokokHasil penelitian menunjukkan sikap mahasiswa berhenti
merokok di mahasiswa teknik mesin sebelum diberikan Self-
5. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap
mahasiswa tentang berhenti merokok pada
kelompok Posttest Intervensi-Posttest Kontrol
Tabel 4.5. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok pada kelompok
Posttest Intervensi-Posttest Kontrol
6
Tabel 4.4 Pengaruh Self Help Group terhadap sikapmahasiswa tentang berhenti merokok pada kelompok
Pretest Intervensi-Pretest Kontrol
Kod.Pre.Intervensi Mann-Whitney U 63,000 Wilcoxon W 234,000 Z -1,500 Asymp. Sig. (2-tailed) ,134 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,644a
5. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswatentang berhenti merokok pada kelompok PosttestIntervensi-Posttest Kontrol
Tabel 4.5Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswatentang berhenti merokok pada kelompok Posttest
Intervensi-Posttest Kontrol
Kod.Post.Intervensi Mann-Whitney U 12,500 Wilcoxon W 13,500 Z -1,000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000a
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dengan menggunakanuji Mann-Withney didapakan nilai p value 1.000 > 0,05.Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara postestkelompok intervensi dan postest kelompok kontrol sebelum
setelahSelf Help Group terhadap sikap mahasiswa tentangberhenti merokok
PEMBAHASAN
1. Karakteristik RespondenBerdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik umur
responden sebagian besar adalah responden dengan umur19 tahun. pada kelompok kontrol berusia 19 tahun yaitusebanyak 14 responden (53,8%) dan responden padakelompok intervensi sebagian besar berusia 19 tahun yaitusebanyak 15 responden (57,8%). Umur responden padapenelitian ini berkisar antara 18-22 tahun yang masih
tergolong remaja pertengahan dan remaja akhir. Untukremaja akhir seorang anak biasanya cendrung mulaimelakukan pengungkapan kebebasan dalam dirinya danlebih banyak bergaul dengan dengan teman sebaya diluarrumah sehingga berpotensi membuat anak cendrung untukmerokok (Amelia,2009).
Umur sangat mempengaruhi bagaimana responden
mengambil keputusan dalam hal mengkosumsi rokok atautidak, karena semakin bertambahnya umur makapengalaman dan pengetahuan seseorang semakin bertambah(Notoatmodjo,2010). Menurut Rahmadi et al. (2013),
remaja mulai merokok dikarenakan kurangnya aturan dariorang tua. Mereka mencoba pertama kali merokok sebelumusia 10 tahun. Penentu remaja merokok adalah pengaruhorang tua,saudara dan teman sebaya. Pengaruh masyarakatyang didominasi oleh perokok juga berpengaruh terhadapperilaku remaja untuk memulai merokok. Hal ini juga
dipengaruhi karena pada usia remaja mereka mencobamengeksplorasi peran mereka. Orang tua berpengaruh dalammemberi pola asuh dan menentukan pola asuh seperti or-ang tua yang memberikan uang saku berlebihan danmendukung orang tua dalam perilaku merokok yang sangatkurang.
Pada mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2015 didapatkanseluruh respondennya berjenis kelamin laki-laki. Mahasiswateknik mesin 2015 merupakan sasaran utama untukdijadikan sebagai responden penelitian mengenai rokokkarena mereka masih sangat rentan, rendahnya pengetahuanmengenai rokok dan mudah terpengaruh oleh dengan kondisi
yang ada dilingkungan sekitarnya (KEMENKES,2012).Jumlah perokok paling banyak saat ini berasal dari kalanganlaki-laki yaitu mencapai 61%. Hal ini dikarenakan pengaulandan tekanan dari lingkungan. Remaja pada usia ini sangatcepat menerima informasi yang didapat dan diaplikasikankedalam kehidupan nyata (Aditama,2004). Dalam Self Help
Group mahasiswa dibantu untuk mendapatkan informasiyang positif dengan memberitahukan kerugian-kerugianyang dialami serta mendapat pengalaman dari teman-temanyang bisa menyelesaikan masalahnya.
Data yang diperoleh peneliti sesuai dengan dataRISKESDAS mengenai prevalensi konsumsi tembakau
penduduk berdasarkan umur >15 tahun di Indonesia padatahun 2013 yaitu laki-laki lebih dominan n64,9% danperempuan 2,1% (TCSCIAKMI,2014).
2. Pengaruh Self Help Group Terhadap Sikap
Mahasiswa Tentang Berhenti MerokokHasil penelitian menunjukkan sikap mahasiswa berhenti
merokok di mahasiswa teknik mesin sebelum diberikan Self-
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dengan menggunakan
uji Mann-Withney didapakan nilai p value 1.000 > 0,05.
Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara
postest kelompok intervensi dan postest kelompok
kontrol sebelum setelahSelf Help Group terhadap sikap
mahasiswa tentang berhenti merokok
PEMBAHASAN
1. Karakteristik RespondenBerdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik
umur responden sebagian besar adalah responden dengan umur 19 tahun. pada kelompok kontrol berusia 19 tahun yaitu sebanyak 14 responden (53,8%) dan responden pada kelompok intervensi sebagian besar berusia 19 tahun yaitu sebanyak 15 responden (57,8%). Umur responden pada penelitian ini berkisar antara 18-22 tahun yang masih tergolong remaja pertengahan
dan remaja akhir. Untuk remaja akhir seorang anak biasanya cendrung mulai melakukan pengungkapan kebebasan dalam dirinya dan lebih banyak bergaul dengan dengan teman sebaya diluar rumah sehingga berpotensi membuat anak cendrung untuk merokok (Amelia,2009).
Umur sangat mempengaruhi bagaimana responden mengambil keputusan dalam hal mengkosumsi rokok atau tidak, karena semakin bertambahnya umur maka pengalaman dan pengetahuan seseorang semakin bertambah (Notoatmodjo,2010). Menurut Rahmadi et al. (2013), remaja mulai merokok dikarenakan kurangnya aturan dari orang tua. Mereka mencoba pertama kali merokok sebelum usia 10 tahun. Penentu remaja merokok adalah pengaruh orang tua,saudara dan teman sebaya. Pengaruh masyarakat yang didominasi oleh perokok juga berpengaruh terhadap perilaku remaja untuk memulai merokok. Hal ini juga dipengaruhi karena pada usia remaja mereka mencoba mengeksplorasi peran mereka. Orang tua berpengaruh dalam memberi pola asuh dan menentukan pola asuh seperti orang tua yang memberikan uang saku berlebihan dan mendukung orang tua dalam perilaku merokok yang sangat kurang.
Pada mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2015 didapatkan seluruh respondennya berjenis kelamin laki-laki. Mahasiswa teknik mesin 2015 merupakan sasaran utama untuk dijadikan sebagai responden penelitian mengenai rokok karena mereka masih sangat rentan, rendahnya pengetahuan mengenai rokok dan mudah terpengaruh oleh dengan kondisi yang ada dilingkungan sekitarnya (KEMENKES,2012). Jumlah perokok paling banyak saat ini berasal dari kalangan laki-laki yaitu mencapai 61%. Hal ini dikarenakan pengaulan dan tekanan dari lingkungan. Remaja pada usia ini sangat cepat menerima informasi yang didapat dan diaplikasikan kedalam kehidupan nyata (Aditama,2004). Dalam Self Help Group mahasiswa dibantu untuk mendapatkan informasi yang positif dengan memberitahukan kerugian-kerugian yang dialami serta mendapat pengalaman dari teman-teman yang bisa menyelesaikan masalahnya.
Data yang diperoleh peneliti sesuai dengan data
RISKESDAS mengenai prevalensi konsumsi tembakau
7
VOL. 1 NO. 1DESEMBER 2016
penduduk berdasarkan umur >15 tahun di Indonesia
pada tahun 2013 yaitu laki-laki lebih dominan n64,9%
dan perempuan 2,1% (TCSCIAKMI,2014).
2. Pengaruh Self Help Group Terhadap Sikap Mahasiswa Tentang Berhenti Merokok
Hasil penelitian menunjukkan sikap mahasiswa
berhenti merokok di mahasiswa teknik mesin sebelum
diberikan Self-Help Group yaitu yang mendukung 25
orang (96,2%) dan tidak mendukung 1 orang (3,8%). Hasil
uji beda pada nilai mean yang meningkat menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tiap
kelompok perlakuan (p=0.000). Hal tersebut dikarenakan
banyak faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan
kuesioner yang telah dibagikan bahwa faktor keluarga
dan faktor teman yang lebih banyak mempengaruhi
sikap remaja untuk merokok ( Musaeni,2011).
Terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap sikap
mahasiswa sebelum dilakukan intervensi dan setelah
dilakukan intervensi atau sikap mahasiswa mendukung
setelah diberikan SHG. Sikap adalah suatu penilaian
atau pendapat seseorang terhadap stimulus atau objek
(masalah kesehatan, termasuk penyakit). Sikap yang
terdapat pada individu akan memberikan warna atau
perbuatan individu yang bersangkutan.
Sebagian besar tindakan individu ditentukan
bagaiman individu membentuk dunianya. Berbagai
pikiran yang dimiliki individu ditentukan oleh bagaimana
sikap dan reaksinya (Efendi,2005). Sikap dapat diartikan
sebagai suatu respon yang tertutup dari seseorang yang
tidak dapat dilihat secara langsung. Sikap seseorang bisa
menjadi pondasi yang kuat untuk membentuk perilaku.
Baik buruknya perilaku seseorang ditentukan oleh
sikap seseorang terhadap situasi yang dihadapi. Jadi,
membentuk sikap yang positif mungkin diperlukan untuk
membentuk suatu kepribadian serta perilaku yang baik.
Self-Help Group memiliki kualitas yang lebih
positif karena SHG ini berkaitan dengan hubungan
sosial. Tercapainya tujuan yang diinginkan dalam Self-
Help Group yang ditentukan dinamika kelompok itu
sendiri. Jika dinamika utama dalam Self-Help Group itu
adalah jika kekuatan hubungan interpersonal kurang,
maka tujuan kelompok tidak akan tercapai. Sebaliknya,
jika hubungan interpersonal dari masing-masing
anggota kelompok terjalin dengan baik, anggota
saling mendukung satu sama lainnya maka tujuannya
akan tercapai. Keberhasilan dari Self-Help Group itu
dapat dilihat dari tercapainya tujuan kelompok yang
diharapkan (Chamberlin & Roger,1990).
Dalam Self-Help Group peserta dapat mengeksplor
perasaannya dan menceritakan masalah-masalah yang
mereka hadapi tentang rokok. Melalui SHG responden
dapat berbagi pengalaman dan berbagi informasi
yang nereka dapatkan yang dapat mempengaruhi
sikap dan pengetahuan responden terhadap rokok.
Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman
pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,
pengaruh budaya, media massa, serta faktor emosional
(Azwar,2011).
3. Pengaruh Self-Help GroupTerhadap Sikap Berhenti Merokok Pada Kelompok Intervensi Pre –Test dan Post-Test
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan uji wilcoxon tentang perbedaan nilai
pre-test dan pos-test didapakan nilai signifikansi 0,000
(p< 0,05). Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap peningakatan sikap berhenti merokok pada
mahasiswa setelah diberikan SHG. Dengan kata lain,
kelompok intervensi memiliki nilai sikap yang tinggi
karena kelompok intervensi mendapat perlakuan SHG.
Pada kelompok perlakuan sebelum diberikan
intervensi didapatkan hasil bahwa 1 orang (3,8%) yang
tidak mendukung hal ini dikarenakan belum diberikan
intervensi dengan melakukan diskusi sesama orang yang
mempunyai masalah mengenai rokok.
Pada kelompok perlakuan setelah diberikan intervensi
berupa Self Help Group atau melakukan diskusi antara
sesama orang yang memiliki masalah rokok, didapatkan
hasil bahwa Self Help Group memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap sikap berhenti merokok pada
mahasiswa teknik mesin. Setelah diberikan intervensi
respoden pada kelompok postest intervensi meningkat
menjadi 26 responden (100%). Penelitian ini dalam
kelompok intervensi mendapat perlakuan SHG dimana
dalam SHG mahasiswa dibantu untuk mendapatkan
8
informasi yang positif dan memberitahukan kerugian-
kerugian yang dialami serta pengalaman dari teman-
teman lainnya yang merokok. Hal ini didukung dengan
penelitian dari mafika (2011) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh teman sebaya (Peer Education)
terhadap peningkatan sikap untuk tidak merokok baik
dirumah maupun diluar rumah.
Penelitian ini didukung dengan penelitian Ekawati
(2012), menyatakan bahwa terdapat peningkatan
sikap setelah dilakukan SHG atau kelompok swabantu
pada remaja. Menurut penelitian Lizam (2009), yang
menyatakan bahwa terdapat perubahan sikap yang
positif terhadap sikap tidak merokok dan kecendrungan
untuk berhenti merokok setelah dilakukan diskusi
kelompok sesama perokok. Intervensi dalam penelitian ini menggunakan Self
Help Group dimana dalam kelompok ini dikumpulkan orang-orang yang memiliki permasalahn yang sama dengan tujuan agar mereka dapat bertukar pikiran, saling berbagi pengalaman dan terbuka antar kelompok. Apabila terdapat permasalahan dapat terpecahkan bersama sehingga penelitian memperoleh peningkatan sikap setelah diberikan SHG. Hal ini didukung dengan pernyataan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek dan sikap sering diperoleh dengan pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain yang paling dekat (Notoatmodjo,2010).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gayatri at al.(2009) mengatakan bahwa Self Help Group telah terbukti cukup efektif dalam menanggani masalah dan meningkatkan koping keluarga. Efektifitasnya kelompok-kelompok berasal dari beberapa pernyataan, yaitu pertama, bahwa dukungan emosional dari orang lain dapat mengurangi isolasi sosial yang dialami oleh banyak orang dengan kondisi kronis. Kedua,dapat memunculkan identitas diri seseorang yang kolektif melalui partisipasi kelompok, tiap anggota kelompok juga dapat mengembangkan konsep baru yang didapatkan pada dirinya sendiri. Ketiga, partisipasi antar anggota kelompok memungkinkan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan saran untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap
seseorang untuk merokok yaitu teman sebaya, keluarga,
pengetahuan, media massa. Hal ini dapat dilihat pada
kelompok perlakuan pada saat melakukan Self Help
Group responden mengatakan bahwa faktor teman
lah yang paling banyak mempengaruhi mereka untuk
merokok dan dari hasil evaluasi bahwa dari 26 responden
didapatkan 13 orang (50%) yang merokok karena faktor
teman sebaya. Pernyataan ini didukung oleh Amelia
(2009) bahwa Untuk remaja akhir seorang anak biasanya
cendrung mulai melakukan pengungkapan kebebasan
dalam dirinya dan lebih banyak bergaul dengan dengan
teman sebaya diluar rumah sehingga berpotensi
membuat anak cendrung untuk merokok.
Selain faktor teman, keluarga juga sangat
mempengaruhi sikap remaja untuk berhenti merokok.
Remaja dengan orang tuanya seorang perokok akan
berisiko tinggi untuk merokok apabila kurang aturan dari
orang tua dan lingkungannya yang tidak memberikan
dukungan yang positif. Dari pernyataan responden
saat melakukan Self Help Group bahwa keluarga
dan lingkungan yang paling mempengaruhi untuk
merokok, seorang anak yang biasanya mengikuti pola
orang tuanya. Dan dari hasil evaluasi dari 26 responden
didapatkan 20 responden (76,9%) yang merokok karena
dipengaruhi oleh keluarga. Hal ini didukung dengan
pernyataan bahwa remaja mulai merokok dikarenakan
kurangnya aturan dari keluarga termasuk orang tua.
Mereka mencoba pertama kali merokok sebelum usia
10 tahun. Penentu sikap remaja untuk berhenti merokok
adalah dukungan orang tua yang sangat penting
(Rahmadi,2013).
Berdasarkan hasil evaluasi dari 26 responden
didapatkan 9 responden (34,6%) yang menyatakan
bahwa merokok dapat menghilangkan strees. Dalam
penelitian Amelia (2009) menyatakan bahwa perilaku
merokok pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini berkaitan dengan stress yang dialami
laki-laki. Remaja pada umumnya memiliki tingkat stress
yang sama tapi ketika laki-laki mengalami stress mereka
cendrung menunjukkan perilaku yang agresif sehingga
melakukan hal-hal yang negatif seperti merokok.
9
VOL. 1 NO. 1DESEMBER 2016
Levental dan Clearly (dalam Sukma,2011) mengung-
kapkan terdapat empat tahap dalam perilaku merokok
sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu: Tahap
perpatory, seseorang mendapatkan gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara
mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini
menimbulkan minat untuk merokok. Tahap initiation,
tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang
akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
Tahap becoming a smoker, apabila seseorang telah
mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari
maka mempunyai kecendrungan menjadi perokok.
Tahap maintenance of smoking, tahap ini merokok sudah
menjadi salah satu bagian dari cara penga turan diri (self
regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek
psikologis yang menyenangkan (Aula,2010).Berdasarkan pernyataan responden pada saat
melakukan Self Help Group mengenai adanya zat-zat berbahaya dalam rokok yang berisiko terkena kanker paru-parusebagian responden mengatakan bahwa mereka akan berhenti merokok. Dan dari hasil evaluasi dari 26 responden didapatkan 22 responden (84,6%) akan berhenti merokok karena mengingat adanya zat-zat yang berbahaya didalam rokok yang akan menyebabkan terjadinya kanker paru-paru. Pernyataan ini di dukung oleh penelitian Virly (2013) menyatakan bahwa Merokok akan menimbulkan masalah kesehatan, seperti gangguan jantung, stroke, kanker paru-paru dan masalah kesehatan lainnya. Permasalahan saat ini terletak pada proses yang salah yaitu proses pembakaran yang mengubah tembakau menjadi racun dan rokok adalah jendela awal terjadinya penggunaan narkoba. Akibat kronik yang dikhawatirkan dari penggunaan nikotin adalah ketergantungan. Sekali saja seseorang mencoba menjadi perokok, maka dia akan sulit untuk mengakhiri kebiasaan itu, baik secara fisik maupun psikologis.
Merokok bila dilihat dari berbagai aspek sangat merugikan, baik bagi diri perokok itu sendiri maupun orang yang disekitanya yang terpapar asap rokok dan hampir setiap saat dapat kita temui dan lihat orang yang merokok. Saat ini perilaku merokok dianggap sangat wajar dipandang oleh remaja khususnya remaja laki-laki.
perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangan yang ditandai dengan peningkatan frekuensi dan intensitas merokok dan sering mengakibatkan seorang yang merokok ketergantungan akan nikotin (Ariani & Margawati, 2011).
Zaman moderenisasi, banyak hal yang dilakukan
untuk berhenti merokok. Berhenti merokok dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara
farmakologi, informasi non-sosial, Dukungan suportif
interpersonal dan membentuk kelompok kecil sukarela.
Kelompok kecil sukarela itu adalah Self Help Group. Self
Help Group (SHG) atau Kelompok swabantu adalah
suatu kelompok yang umumnya dibentuk oleh individu
yang sebaya, yang telah datang bersama-sama untuk
saling membantu dalam memenuhi kebutuhan umum,
seperti mengatasi masalah yang menganggu mereka
(Keliat,2008). Self Help Group lebih berorientasi pada
perubahan kognitif dan perilaku, dimana setiap anggota
belajar dari perilaku yang adaptif melalui proses berbagi
pengalaman antar sesama anggota kelompok yang
terdiri dari 7-10 orang dengan waktu 60-120 menit
yang digunakan untuk diskusi (Huriah,2012).
Self Help Group merupakan salah satu program
berhenti merokok yang lebih berorientasi pada
perubahan perilaku seseorang yang harus di ikuti
dengan adanya niat,minat, semangat dan keinginan
yang kuat untuk mengubahnya. Keberhasilan dari
membentuk kelompok suka rela ini ditentukan dengan
adanya keinginan,niat dan minat yang disertai akan
dengan adaya bukti yang realistis yang harus dimiliki
oleh partisipan sehingga proporsi droup-out nya dapat
terminimalisir ( Ashfrod & Lecroy, 2009; Zastrow, 2008).
Pada dasarnya orang – orang dengan isolasi sosial akan
lebih cendrung memilih dukungan sosial ini karena Self
Help Group dapat menjadi sumber dukungan sosial
yang signifikan, dan anggota kelompoknya dapat
menuangkan isi hatinya, mengungkap masalahnya dan
anggota yang lain menanggapi, memberikan saran atau
cara untuk mengatasi masalahnya. Dalam pelaksanaan
swabantu ini ada beberapa orang yang berperan penting
sebagai pemimpin (leader), anggota kelompok dan
10
fasilitator. Fasilitator dalam diskusi ini adalah seorang
tenaga kesehatan yang tugasnya akan mebimbing atau
memantau pelaksanaan Self Help Group, memberikan
penjelasan dan memotivasi anggota kelompok untuk
mengeluarkan pendapatnya (Keliat at al.2008).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Park, et al.
(2012) menyebutkan bahwa keefektifan beberapa
intervensi untuk pengontrolan tembakau dapat
dilakukan dalam rentang waktu 50 menit sampai dengan
1,5 jam setiap sesinya dalam 4-8 minggu. Pada kelompok
swabantu ini memiliki kualitas yang sangat positif
karena berkaitan dengan hubungan sosial. Tercapainya
sutu tujuan dalam kelompok didasarkan kelompok itu
sendiri, dalam Self Help Group jika kekuatan hubungan
interpersonal dan anggota kelompok kurang maka
tujuan kelompok juga kemungkinan tidak akan tercapai.
Sebaliknya jika dalam kelompok hubungan interpersonal
dan anggota kelompoknya saling mendukung maka
tujuan kelompoknya akan tercapai karena kekompakan
dan adanya dukungan sosial sangat dibutuhkan dan
merupakan suatu faktor penetu dari kesuksesan usaha
untuk berhenti merokok ( Brockman, at al.,2014).
Kelompok-kelompok swadaya ini didasarkan pada
sekelompok individu yang akan berbagi perilaku,
kemudian mereka dapat mengidentifikasikan berbagai
permasalahan kemudian dapat saling mendukung,
mengendalikan atau menghilangkan perilaku dan
sikap tersebut. Dalam Self Help Group setiap anggota
bisa mengungkapkan isi pikirannya terhadap apa yang
dibahas,membicarakan pengalaman masing-masing.
Peserta ataupun anggota juga akan mendapatkan saran
dan dukungan dari anggota lainnya, hal inilah yang
akan memberikan semangat bagi peserta (Knight,2006).
4. Pengaruh Self-Help Group Terhadap Sikap Berhenti Merokok Pada Kelompok Kontrol Pre –Test dan Post-Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan uji wilcoxon tentang perbedaan nilai
pre-test dan pos-test pada kelompok kontrol didapakan
nilai signifikansi 0,000 (p< 0,05). Sehingga terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap peningakatan sikap
berhenti merokok pada mahasiswa setelah diberikan
leflet. Dengan kata lain, kelompok kontrol memiliki nilai
sikap yang tinggi sama dengan kelompok intervensi.
Pada kelompok kontrol di Mahasiswa Teknik Mesin
Angkatan 2015 sebelum diberikan leflet menunjukkan
bahwa terdapat 8 responden (30,8%) yang tidak
mendukung dan yang mendukung 18 responden
(69,2%).
Pada kelompok kontrol setelah diberikan leflet
jumlah responden yang mendukung meningkat dari
18 responden (69,2%) menjadi 25 responden (96,2%).
5. Pengaruh Self Help Group Terhadap Sikap Mahasiswa Tentang Berhenti Merokok pada kelompok intervensi pre-test dan pos-test
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan uji wilcoxon tentang perbedaan nilai
pre-test dan pos-test didapakan nilai signifikansi 0,000
(p< 0,05). Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap peningakatan sikap berhenti merokok pada
mahasiswa stelah diberikan SHG. Dengan kata lain,
kelompok intervensi memiliki nilai sikap yang tinggi
karena kelompok intervensi mendapat perlakuan
SHGsebelum dan setelah dilakukan Self Help Group
terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok
pada kelompok intervensi. Sebelum menjadi perokok,
seseorang melalui beberapa tahapan yang dilaluinya
terlebih dahulu. Levental dan Clearly (dalam Sukma,2011)
mengungkapkan terdapat empat tahap dalam perilaku
merokok sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu:
Tahap perpatory, seseorang mendapatkan gambaran
yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara
mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini
menimbulkan minat untuk merokok. Tahap initiation,
tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang
akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
Tahap becoming a smoker, apabila seseorang telah
mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari
maka mempunyai kecendrungan menjadi perokok.
Tahap maintenance of smoking, tahap ini merokok sudah
menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self
regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek
psikologis yang menyenangkan (Aula,2010).
11
VOL. 1 NO. 1DESEMBER 2016
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gayatri at al.(2009) mengatakan bahwa Self Help Group telah terbukti cukup efektif dalam menanggani masalah dan meningkatkan koping keluarga. Efektifitasnya kelompok-kelompok berasal dari beberapa pernyataan, yaitu pertama, bahwa dukungan emosional dari orang lain dapat mengurangi isolasi sosial yang dialami oleh banyak orang dengan kondisi kronis. Kedua,dapat memunculkan identitas diri seseorang yang kolektif melalui partisipasi kelompok, tiap anggota kelompok juga dapat mengembangkan konsep baru yang didapatkan pada dirinya sendiri. Ketiga, partisipasi antar anggota kelompok memungkinkan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan saran untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
Self Help Group lebih berorientasi pada perubahan perilaku seseorang yang harus di ikuti dengan adanya niat,minat, semangat dan keinginan yang kuat untuk mengubahnya. Keberhasilan dari membentuk kelompok suka rela ini ditentukan dengan adanya keinginan,niat dan minat yang disertai akan dengan adaya bukti yang realistis yang harus dimiliki oleh partisipan sehingga proporsi droup-out nya dapat terminimalisir ( Ashfrod & Lecroy, 2009; Zastrow, 2008). Pada dasarnya orang – orang dengan isolasi sosial akan lebih cendrung memilih dukungan sosial ini karena Self Help Group dapat menjadi sumber dukungan sosial yang signifikan, dan anggota kelompoknya dapat menuangkan isi hatinya, mengungkap masalahnya dan anggota yang lain menanggapi, memberikan saran atau cara untuk mengatasi masalahnya. Dalam pelaksanaan swabantu ini ada beberapa orang yang berperan penting sebagai pemimpin (leader), anggota kelompok dan fasilitator. Fasilitator dalam diskusi ini adalah seorang tenaga kesehatan yang tugasnya akan mebimbing atau memantau pelaksanaan Self Help Group, memberikan penjelasan dan memotivasi anggota kelompok untuk mengeluarkan pendapatnya (Keliat at al.2008).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Park, et al. (2012) menyebutkan bahwa keefektifan beberapa intervensi untuk pengontrolan tembakau dapat dilakukan dalam rentang waktu 50 menit sampai dengan 1,5 jam setiap sesinya dalam 4-8 minggu. Pada kelompok
swabantu ini memiliki kualitas yang sangat positif karena berkaitan dengan hubungan sosial. Tercapainya sutu tujuan dalam kelompok didasarkan kelompok itu sendiri, dalam Self Help Group jika kekuatan hubungan interpersonal dan anggota kelompok kurang maka tujuan kelompok juga kemungkinan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dalam kelompok hubungan interpersonal dan anggota kelompoknya saling mendukung maka tujuan kelompoknya akan tercapai karena kekompakan dan adanya dukungan sosial sangat dibutuhkan dan merupakan suatu faktor penetu dari kesuksesan usaha untuk berhenti merokok ( Brockman, at al.,2014).
6 Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok pada kelompok Pretest Intervensi-Pretest Kontrol dan pada kelompok Posttest Intervensi-Posttest Kontrol
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan uji Mann-Withney didapakan nilai p
value 0,134 > 0,05. Sehingga tidak ada pengaruh
yang signifikan antara pretest kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum dilakukan Self Help Group
terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok.
Hasil penelitian jua menunjukkan bahwa dengan
menggunakan uji Mann-Withney didapakan nilai p
value 1.000 > 0,05. Sehingga tidak ada pengaruh yang
signifikan antara postest kelompok intervensi dan postest
kelompok kontrol sebelum setelah Self Help Group
terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok.
Zaman moderenisasi, banyak hal yang dilakukan
untuk berhenti merokok. Berhenti merokok dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara
farmakologi, informasi non-sosial, Dukungan suportif
interpersonal dan membentuk kelompok kecil sukarela
. Kelompok kecil sukarela itu adalah Self Help Group.
Self Help Group (SHG) atau Kelompok swabantu adalah
suatu kelompok yang umumnya dibentuk oleh individu
yang sebaya, yang telah datang bersama-sama untuk
saling membantu dalam memenuhi kebutuhan umum,
seperti mengatasi masalah yang menganggu mereka
(Keliat,2008). Self Help Group lebih berorientasi pada
perubahan kognitif dan perilaku, dimana setiap anggota
12
belajar dari perilaku yang adaptif melalui proses berbagi
pengalaman antar sesama anggota kelompok yang
terdiri dari 7-10 orang dengan waktu 60-120 menit
yang digunakan untuk diskusi (Huriah,2012).
Kelompok-kelompok swadaya ini didasarkan pada
sekelompok individu yang akan berbagi perilaku,
kemudian mereka dapat mengidentifikasikan berbagai
permasalahan kemudian dapat saling mendukung,
mengendalikan atau menghilangkan perilaku dan
sikap tersebut. Dalam Self Help Group setiap anggota
bisa mengungkapkan isi pikirannya terhadap apa yang
dibahas,membicarakan pengalaman masing-masing.
Peserta ataupun anggota juga akan mendapatkan saran
dan dukungan dari anggota lainnya, hal inilah yang
akan memberikan semangat bagi peserta (Knight,2006).
KESIMPULAN DAN SARANHasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar responden pada kelompok kontrol berusia 19 taahun yaitu sebanyak 14 responden (53,8%) dan responden pada kelompok intervensi sebagian besar berusia 19 tahun yaitu sebanyak 15 responden (57,8%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar respoden pada kelompok pretest kontrol mendukung sikap berhenti merokok sebanyak18 responden (69,2) dan pada kelompok postest kontrol meningkat menjadi 5 responden (96,%) sedangkan sebagian besar respoden pada kelompok pretest intervensi mendukung sikap berhenti merokok sebanyak 25 responden (96,2) dan pada kelompok postest kontrol meningkat menjadi 26 responden (100%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji wilcoxon didapakan nilai p value < 0,05. Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji Mann-Withney didapakan nilai p value 0,134 > 0,05. Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara pretest kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dilakukan Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji
Mann-Withney didapakan nilai p value 1.000 > 0,05. Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara postest kelompok intervensi dan postest kelompok kontrol sebelum setelah Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok.
DAFTAR PUSTAKAAriani, R. D.,Margawati,A.(2011). Hubungan Antara Iklan
Dengan Sikap Dan Perilaku Merokok Pada Remaja
(SMA Negeri 4 Semarang). Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Badan Pusat Statistik. (2010). Statistik Pemuda Provinsi DI.
Yogyakarta 2010. Yogyakarta
Badan Pusat Statistika. (2012). Indikator Pembangunan
Berkelanjutan 2012. Jakarta
Bhanji, S., Andrades, M., Taj, F., Khuwaja, A. K. (2011).
Factors Related To Knowledge And Perception Of
Women About Smoking: A Cross Sectional Study From
A Developing Country.
Brockman, L. N,. Christakis. D A,. & Moreno,. M A,. (2014).
Friending Adolescents on Sosial Networking Websites:
A Feasible Reseach Tool. Journal of interaction science,
2(1),10.1186/2194-0827-2-1. Diakses 5 Desember 2015,
dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMCC4255910.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2012).
Kemenkes Luncurkan Hasil Survey Tembakau. Jakarta.
Diakses pada tanggal 4 Desember 2015 dari http://
www.depkes.go.id/index.php/berita/pres-release/2048-
kemenkes-luncurkan-hasil-survey-tembakau.html.
Depkes. (2013). Kemenkes luncurkan survey tembakau
diakses 25 november 2015 dari http://www.depkes.
go.id/index.php?vw=2&id=2048
Elma ,Huda; Haddad, Linda; Alzyoud, Sukaina et al.(2011).
Knowledge, Attitudes, and Behavior in Avoiding
Secondhand Smoke Exposure Among Non-Smoking
Employed Women with Higher Education in Jordan.
Int. J. Environ. Res. Public Health 8 : 4207-4219.
Febriani, Tria (2014). Pengaruh Persepsi Mahasiswa
Terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Dukungan
13
VOL. 1 NO. 1DESEMBER 2016
penerapannya di Universitas Sumatera Utara. Karya Tulis
Ilmiah stara satu Universitas Sumatera Utara,Sumatera.
Gayatri Dewi., Keliat Anna Budi.,Sutini.(2009). Pengaruh
Terapi Self Help Group terhadap Koping Keluarga
dengan Anak Retardasi Mental di SLB Kabupaten
Sumedang (Tesis). Depok: Universitas Indonesia.
Gerungan. (2009). Psikologi sosial bandung: Refika Aditama.
Haryoko, S. (2009). Efektifitas Pemanfaatan Media Audio-
Visual Sebagai Alternatif Optimalisasi Model
Pembelajaran. Jurnal Edukasi. Diakses 5 Oktober
2013, dari journal.uny.ac.id/index.php/jee/article/
download/972/781.
Hasanah, A.U & Sulastri. (2011). Hubungan Antara
Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan
Rokok dengan Perilaku Merokok pada Siswa Laki-Laki
Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali. Gaster, 8 (1), 695-
705.
Huriah. (2012). Analisis Faktor yang Mempengruhi perilaku
Merokok pada Mahasiswa Fakultas Siswa SMK Kesatrian
Solo Kartasura Sukoharjo. The Soedirman Journal of
Nursing, Volume 6, No.
Ilyas, Y. 2010. Muhammadiyah Merokok Haram. Diakses tgl
1 Desember 2015 dari www.kompas.com
Kemenkes, RI. (2013). Melindungi Generasi Bangsa dari
Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok, Menkes Luncurkan
Peraturan Pencantuman Peringatan dan Informasi
Kesehatan pada Kemasan Rokok. (Online)(http://
www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2310) Diakses
13 November 2015
Kemenkes, RI. (2013). Melindungi Generasi Bangsa dari
Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok, Menkes Luncurkan
Peraturan Pencantuman Peringatan dan Informasi
Kesehatan pada Kemasan Rokok. (Online). Diakses 13
November 2015 dari http://www.depkes.go.id/index.
php?vw=2&id=2310.
Knight., Hafeez Qadri, Majid., Fatima, Kiran., et al.(2006). A
Community Based Study about Knowledge and Practices
Regarding Tobacco Consumption and Passive Smoking
in Gadap Town, Karachi.JPMA 57 (4):186-188.
Komalasari, D., Helmi, A. F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab
Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi, (1),
37-47.
Kumboyono. (2011). Analisis Faktor Penghambat Motivasi
Berhenti Merokok Berdasarkan Health Belief Model
Pada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang. Jurnal Keperawatan Soedirman. Volume 6,
No.1. Diakses 3 Desember 2015 dari http://download.
portalgaruda.org/article.php?article=10549&val=715.
Laksono Tri.(2008). Hubungan antara Dukungan Sosial
dengan Intensi Berhenti Merokok pada Mahasiswa
Mar’at. (1984). Sikap Manusia. Perubahan ser ta
Pengukurannya, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Mafika, D.(2011). Pengaruh Pendidikan Sebaya (Peer
Education) dari Istri pada Suami dtidai Dusun
Kweden, Desa Trirenggo Bantul Terhadap Peningkatan
Pengetahuan, Sikap, Perilaku Suami untuk tidak merokok
di dalam Rumah. Karya tulis ilmiah.Yogyakarta: Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiya Yogyakarta.
Musaeni, YN., Ichsan, B., Basuki, SW. (2011). Pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap
merokok pada siswa laki-laki kelas kelas IX SMK Murni
1 Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, vol.4
No.2.
Notoadmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipt
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodelogi
Penelitian Ilmu Keperawatan (EdII). Jakarta. Salemba
Medika
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Putra, Bimma (2013). Hubungan Antara Intensitas Perilaku
Merokok dengan Tingkat Insomnia. Karya Tulis Ilmiah
stara satu Universitas Negeri Semarang.
Putri. (2010). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Tentang Rokok Terhadap Perilaku Merokok Pada
Siswa Kelas II SMK Bhinneka Patebon Kendal. Kendal
: STIKES Kendal.
Rahmadi, A., Lestari, Y., Yenita. (2013). Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Rokok Dengan
Kebiasaan Merokok Siswa SMP Di Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas.
Sari, N.I.(2011). Hubungan Antara Tingkat Stres dengan
PerilakuMerokok pada Siswa Laki-Laki Perokok Smkn
14
2 Batusangkar. Skripsi, strata satu. Universitas Andalas,
Padang.
Sismanto. (2015). Persepsi Bahaya Merokok Bagi Kesehatan
pada Mahasiswa Prodi Pgsd Fkip. Skripsi, strata.
Universitas Muhammadiyah Surakarta,Surakarta.
Siswanta, K., Sudarsana, K., Sudipta, K. (2014). Analisa Sikap
d an Perilaku Kobsumen Terhadap Pemilihan Rumah
Tinggal pada Kawasan Sunset Garden di Kota Denpasar,
Bali. Jurnal Spektran, 44-51. Diakses pada 17 Desember
2015, dari http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/article/
view/7902/0.
Susilo, Suko. (2009). Psikologi Sosial.Surabaya: Jenggala
Pustaka Utama
Tobacco Control Support Center. Fakta Tembakau
Permasalahannya di Indonesia tahun 2010. Jakarta:
TCSCIAKMI; 2014
Tulenan, M., Rompas, S., Ismanto, A.Y. (2015). Hubungan
Perilaku Merokok dengan Prestasi Belajar pada
Remaja Perokok di Sma Negeri 1 Remboken. ejournal
Keperawatan (e-Kp), 3 (2).
Virly Monica.(2013). Hubungan Persepsi Tentang Bahaya
Merokok dengan Perilaku Merokok pada Karyawan di
PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk
Kujang Cikampek. Skripsi, strata satu. UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
World Health Organization. (2011). WHO report on the
global tobacco epidemic warning about the dangers of
tobacco. Geneva 27 Switzerland.
Yusnia Ita. (2015). Meningkatkan Sikap Tidak Merokok
Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Model
PBL. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling, 1,
No. 2, Mei 2015.