ease magazine fifth edition

33
AGUSTUS2012//EDISIV Hobby, Pleasure, Leisure Wanderlust The Taste of Western Indonesia Suit Up Simply Androgynous

Upload: ease-magazine

Post on 11-Mar-2016

255 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

EASE Magazine is a free magazine by AIESEC LC Bandung, Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: EASE Magazine fifth edition

AGUSTUS2012//EDISIV

Hobby, Pleasure, Leisure

WanderlustThe Taste of Western Indonesia

Suit UpSimply Androgynous

Page 2: EASE Magazine fifth edition
Page 3: EASE Magazine fifth edition

ModelAkifan Fariz Rahman, Dini ArianiPhotographerRaymond HerlindoWardrobeModel’s

“A hobby is hard work you wouldn’t do for a living.”

Page 4: EASE Magazine fifth edition

Letterfrom Editorial

t’s a new term here in EASE Magazine! Be thrilled dengan konten-konten EASE yang dipersembahkan oleh editor-editor baru EASE. We’ll try our best to bring you the fun and excit-ing magazine to inspire you. Issue kali ini adalah hobbies! Setiap individu memiliki ketertarikan-

nya masing-masing. Ada yang tertarik dengan film, kesenian, otomotif, kuliner, dan lain-lain. Ketertarikan tersebut lah yang mendasari adanya hobi. Hampir setiap individu memiliki hobi, dan mereka menjadikan-nya sebuah hobi karena mereka melakukan hal yang mereka sukai sesuai dengan ketertarikan mereka. Tidak jarang kita mendengar tentang orang-orang dan hobinya, seperti bermain bola, travelling dan lainnya. Hobi sendiri bila ditekuni dengan baik, dapat men-datangkan keuntungan. Tentu kita sering mendengar kisah sukses pengusaha yang berawal dari hobi. Maka tidak ada salahnya untuk menekuni hobi kita, after all it’s something that you love. Bila nantinya hobi kita mendatangkan keuntungan, then it’s a bonus!

Pada edisi kali ini, EASE mengangkat tentang hobi-hobi yang dimiliki oleh anak muda dan bagaimana mereka menekuni hobinya. EASE akan membawa kalian up close and personal dengan hobi unik dan menarik yang mereka miliki. So let’s flip trough the pages and be inspired! Do what you love!

Editor in Chief

Michaela Talitha

I

LETT

ER F

ROM E

DITO

RIAL

| 4

Page 5: EASE Magazine fifth edition

Letterfrom Editorial

Konten

Redaksi

Editor in ChiefMICHAELA TALITHAManaging EditorKHARISMA LARASNDARU P.Fashion Editor

ALDILA RIANY ANANDAFeature and Lifestyle EditorDIMAS FERDIANDIKARIFAN NUGRAHAMarketing and BudgetingARINA RESYTA RAHMACreative Director

ZAKKY HIRZA AULIA

FOCUSHobi

ICONTarian Jawa: Bercerita dengan Keanggunan

COFFEE TALKSejarah Untuk Kini dan Nanti

WANDERLUSTThe Big Apple, A Place to StopoverA Letter to Indonesian Environment

SUIT UPLearn from The Legend

RADARKasta Baju

AIESEC ALERTEco-Tourism Project

BLAST OFFStar Wars Day

PING REPORTNasib Negara Hukum

7

8

12

16

22

24

26

28

30

AIESEC LC BandungJl. Tubagus Ismail No.40 lt.2Bandung - Jawa Barat 40132www.aiesecbandung.org@AIESECBANDUNG

20

AGUSTUS2012

CEOAMANDA PUTRI

Page 6: EASE Magazine fifth edition

KontributorAlfredo Surtano yang biasa di pang-gil Edo ini adalah mahasiswa FIB jurusan Sastra Perancis Unpad. Je-jaka asli Bandung ini sangat menyu-kai segala hal berbau fashion dan selalu mengikuti perkembangannya. penasaran dengan hobinya dibi-dang fashion? let’s check his article about Kasta Baju on Radar issue.

Capricious, culture enthusiast, chatter mind writer, employee-slash-volunteer and love to travel. currently play a role as job seeker & master student wannabe. Mau tahu cerita Mishella tentang hobinya dengan tari daerah? Let’s check her awesome story on Icon issue :)

Nandya Gita atau yang biasa di-panggil Tata. Gadis yang menyukai travelling, nonton konser, dan baca buku ini memiliki mimpi suatu hari nanti ingin tinggal dan menetap di New York City.Let’s check her amazing traveling story to the USA on Wanderlust.

ALFREDO SURTANO

MISHELLA SARASWATI

NANDYA GITA

KONT

RIBU

TOR

| 6

ADITYA ANANDA

FEBI INAS ANISAH

SARAH YUNIARNI

Kontributor lainnya:

Page 7: EASE Magazine fifth edition

stilah hobi dalam Bahasa Indonesia merupa-kan sebuah kata serapan dari Bahasa Inggris “hobby” yang berarti kegiatan rekreasi yang

dilakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang.

Hobi biasanya bertujuan untuk memenuhi keingi-nan dan mendapatkan kesenangan. Contoh dari hobi seperti mengumpulkan sesuatu (koleksi), membuat, memperbaiki, bermain dan pendidikan dewasa, aku tambah satu lagi “melakukan sesuatu”, membaca buku, bermain sepak bola, futsal, mendengarkan musik, dan lain-lain. Hobi akan lebih mengasikan apa bila dilakukan bersama teman yang memiliki kegema-ran yang sama. Sekarang ini banyak sekali orang yang menekuni Hobi dan menjadikan hal tersebut sebagai mata pencaharian utama mereka. Sebut saja, Anton Ismael, pria yang memiliki hobi fotografi ini sekarang telah menjadi fotografer terkenal dan diperhitungakan di dunia fotografi Indonesia. Selain menyenangkan hobi juga bisa menghasilkan sedikit uang jajan. So, enjoy your hobby, it might be ordinary for some people but it could be extraordinary for the future :D (khl)

oleh Kharisma Laras

IHobi

7 | FOCUS

Page 8: EASE Magazine fifth edition

ICO

N | 8

-9

Page 9: EASE Magazine fifth edition

Tarian Jawa:Bercerita dengan Keanggunanoleh Mishella Saraswati

“There is a vitality, a life force, an energy, a quickening that is translated through you into action, and because there is only one of you in all time, this expression is unique. And if you block it, it will never exist through any other medium and will be lost.”

Martha Graham

Page 10: EASE Magazine fifth edition

aya Mishella. Entah kenapa sejak kecil saya memang sudah senang menari. Setiap mendengar lagu, selalu saja kaki tak pernah

bisa diam. Waktu SD, saya turut terlibat dalam pemen-tasan perpisahan kelas dengan menari seperti seorang anggota girl band. Waktu itu Westlife sedang naik daun, wajar saja sekumpulan anak SD sangat bangga berjoget seperti mereka.

Memasuki SMP dan SMA, saya banyak olah-raga, hampir jarang menari. Namun ada rasa kangen untuk menari lagi, hanya saja waktu itu masih mencari tarian mana yang kira-kira pas dan memang sesuai dengan karakter saya. Pada dasarnya saya menyukai budaya manapun, sehingga saya terbiasa membaca cerita rakyat, membaca dan juga mengamati perilaku manusia.

Ketika kuliah, ada keinginan untuk menari lagi, tapi kali ini berbeda. Saya ingin belajar sesuatu hal yang sangat diri saya. Akhirnya, karena saya ingin mengenal budaya eyang dan keluarga saya, saya memutuskan untuk mempelajari tari Jawa.

Ayah selalu bercerita bahwa beliau mempelajari tari Jawa ketika masih kecil, beliau selalu menunjuk-kan rumah Bung Karno semasa kecil di Blitar sebagai tempatnya berlatih tari. Bagi saya, tari Jawa bukanlah sekadar tari, ada satu nilai kekhasan dan keanggunan yang saya rasakan ketika menari. Setiap jentikan jari, goyangan kepala, ayunan tangan, dan kaki, terasa begitu menenangkan.

Bagi beberapa orang, tarian Jawa bisa saja membosankan karena gerakannya yang lambat dan durasi yang lama. Hal tersebut tidak berlaku bagi saya. Setiap gerakan tarian yang dilakukan perlahan memiliki sebuah arti. Menari bagi saya ibarat bercerita. Bagaimana seorang wanita mempercantik dirinya, dilakukan dengan sebuah gerakan. Bagaimana perang antara Raden Inu Kertapati dengan raksasa dicerita-kan dengan sebuah gerakan. Bagi saya hal tersebut sangatlah indah.

S

Dengan menari, saya memiliki suatu hal yang bisa saya banggakan ketika saya berada di Polandia. Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa tarian yang saya pelajari ini akan berguna sekali, karena awalnya hanyalah sebuah hobi. Saya memperkenalkan tarian Jawa kepada anak TK dan SD di Region Dolnośląskie Polandia. Mereka semua senang melihat Indonesia melalui tarian yang saya bawakan. Mereka pun tak segan diajarkan gerakan dasar tari Jawa, seperti gera-kan tangan, ayunan kepala, bahkan gerakan seorang ksatria.

Bagi saya, tak ada ruginya mempelajari budaya kita sendiri. Hal tersebut merupakan satu proses per-jalanan kita mengenal sejarah dan juga siapa diri kita yang sebenarnya. Mempelajari budaya sendiri adalah satu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi saya pribadi.

Mishella saat membawakan peran sebagai Raden Inu Kertapati pada acara tahunan komunitas Kediri di Bandung

ICO

N | 1

0-11

Page 11: EASE Magazine fifth edition

Tips & tricks

• Banyak membaca & mengamati orang • Jangan pernah ragu mencoba hal

yang baru, karena hal tersebut adalah proses untuk mencari tahu siapa diri kita yg sebenarnya

Mishella sedang mengajarkan tarian tradisional kepada anak-anak SD di Polandia

7 | ICON

Page 12: EASE Magazine fifth edition

COFF

EE T

ALK

| 12-

13

Aditya Fauzan Hakim

Sejarah Untuk Kini dan Nantioleh Kharisma Laras

Page 13: EASE Magazine fifth edition

amanya Adit. Berprofesi sebagai seorang copywriter atau penulis naskah iklan. Pekerjaannya sehari-hari antara lain menulis cerita untuk iklan televisi, naskah iklan radio, headline iklan di majalah dan

billboard, atau pun memikirkan strategi-strategi dan inovasi-inovasi baru untuk pemasaran sebuah brand. Kerjaan yang menyenangkan walaupun menguras tenaga. Sudah hampir setahun ini Adit mengerjakan iklan sebuah produk provider telekomunikasi yang tone and manner-nya kocak dan absurd.

Lulus setahun lalu dari sebuah institut teknologi di kota Bandung, fakultasnya seni rupa dan desain, jurusannya Desain Komunikasi Visual. Hmmm. Nggak nyambung? Masih nyambung kok, cuma beda medium aja akhirnya. Waktu kuliah belajar visual, dan kerjanya nulis. Karena pada dasarnya Adit sangat suka storytelling (baca: curhat) dibandingkan menggambar

Semenjak kuliah, sudah magang sebagai copywriter. Di samping itu juga aktif di komunitas film pendek semasa kuliah dan sekolah. Jadi udah cukup akrab berurusan dengan videografi maupun fotografi. Masa-masa kuliah sangat menyenangkan. Banyak main, organisasi, tapi kuliah nggak ketinggalan. Malah nyesel kecepetan lulus, masih pengen banyak main.

N Apa yang menyebabkan kamu ter-tarik dengan Sejarah?Gue adalah orang yang sangat interested dengan sejarah dan budaya, dari kecil banget. Waktu umur 3 tahun gue seneng banget sama kebudayaan tradi-sional Indonesia. Bacaannya tentang pakaian adat, rumah adat, serta kebudayaan-kebudayaan lain. Lagu-lagu yang pertama gue denger juga adalah lagu-lagu tradisional seluruh Indonesia. Memang, bokap gue yang juga seorang seniman mendidik gue dengan aura seni yang sangat menyenangkan. Bahkan waktu ulang tahun ke-4 gue keliling Taman Mini Indonesia Indah dari pagi banget sampe sore banget, buat ngeliat kebudayaan Indonesia secara utuh! Beranjak dewasa, gue mulai tertarik dengan sejarah dan politik. Pada awalnya gue suka banget sejarah Mesir, Yunani, Ro-mawi, Mesopotamia, dsb. Tapi belakangan gue lebih banyak baca dan nonton tentang sejarah Indonesia. Yup. Gue bangga sebagai orang Indonesia dan gue ingin paham banget tentang cikal bakal terbentuknya bangsa ini. Berhubung gue orang Bandung, maka gue freak banget sama sejarah Bandung. Dari berdiri tahun 1810 sampe sekarang gue apal banget :p Belakangan gue banyak mengoleksi foto-foto dan video Indonesia tempo doeloe alias Hindia Belanda.

Sejarah Untuk Kini dan Nanti

7 | COFFEE TALK

Page 14: EASE Magazine fifth edition

memulai karier politiknya. Aidit terlibat dalam banyak peristiwa kemerdekaan seperti Peristiwa Rengas-dengklok dan Rapat Raksasa di Lapangan Ikada. Tapi namanya dihapus oleh rezim Orde Baru. Aidit memimpin Partai Komunis Indonesia di usia 20-30an dan membuat PKI yang bukan apa-apa menjadi partai terbesar ke-4 di Pemilu 1955. Aidit adalah sosok pemuda inspiratif dengan kemampuan leadership yang luar biasa. Sayangnya beliau harus jatuh ketika G30S yang hingga saat ini masih kontroversial.

Selain itu, saya memperhatikan bahwa kamu beberapa kali menulis di blog dan juga Twitter mengguna-kan ejaan lama, yang bisa dikatakan hampir semua orang jarang meng-gunakannya. Apa yang menarik dari ejaan lama Bahasa Indonesia ?Pertanyaan yang menarik. Sebenarnya bukan hanya ejaan tetapi juga grammar lama. Di akhir abad 19 dan awal abad 20, cikal bakal Bahasa Indonesia disebut dengan bahasa ‘Melayu-Pasar’, yaitu bahasa Melayu rendah yang digunakan dalam perdagangan di pasar-pasar seluruh Nusantara sebagai bahasa pengantar. Bahasa Melayu-Pasar, walaupun mirip dengan bahasa Indonesia dan Melayu namun sebenarnya berbeda (bisa dilihat contohnya di willemwolff.wordpress.com). Bahasa Melayu-Pasar ditulis dengan huruf latin dan ejaan Van Ophuijsen (mengacu pada ejaan Belanda). Saat ini, saya sedang terus mempelajari bahasa tersebut, dari buku-buku serta tulisan sastrawan era tersebut, seperti Lie Kimhok (1853-1912).Ah, mengapa jadi berpanjang lebar? Sebetulnya, kenapa saya suka menulis Melayu-Pasar karena sayabener-bener suka dengan bahasa ini. Terlebih, ini adalah bahasa yang sudah tidak digunakan lagi. Di samping itu, dengan menulis dan terus mempelajari literatur Melayu-Pasar, saya berharap akan semakin banyak orang-orang yang peduli akan sejarah. Karena, seperti yang kita tahu, masyarakat Indonesia sangat buruk dalam hal pengarsipan sejarah maupun budaya. Di Indonesia, banyak naskah-naskah kuno hingga foto-foto dan film yang hancur akibat ceroboh dalam

Banyak juga loh yang udah berwarna! Rata-rata gue dapet dari koleksi online milik orang-orang Belanda maupun Amerika. Last but not least, berhubung gue adalah seorang penulis yang punya cita-cita jadi sas-trawan, maka gue tengah mempelajari perkembangan bahasa Indonesia, semenjak bahasa Melayu-Rendah (Melayu Pasar) dengan ejaan lama hingga bahasa Indonesia EYD masa kini. Gue sedang berusaha men-gumpulkan literatur-literatur dari akhir abaad 19 hingga awal abad 20. Terakhir, untuk mempertajam keahlian gue memahami bahasa-bahasa tersebut, gue mulai menulis dengan bahasa Melayu–Rendah, dari Twitter hingga blog. Itulah gue. Pria masa lalu ;)

Menurut kamu, Apa yang menarik dari Sejarah?Sejarah tidak bisa kita saksikan secara langsung dengan mata kita. Sejarah hanya bisa kita lihat di arsip-arsip dan dokumen, foto-foto dan video, serta pening-galan-peninggalan berupa bangunan, benda, maupun situs. Walaupun ada peninggalan, mereka hanyalah saksi daripada peristiwa-peristiwa sejarah. Itulah yang membuat sejarah menjadi menarik.

Siapakah tokoh sejarah yang paling kamu kagumi dan menjadi inspirasi?Ada dua. Yang pertama Sukarno. Sukarno adalah se-orang pemimpin besar. Beliau adalah seorang pembe-rani sejati. Kemampuan intelektualnya tidak diragukan lagi. Di samping itu, beliau punya banyak keahlian lain seperti public speaking dan menaklukkan hati wanita. Akibatnya, beliau ditakuti oleh dunia barat. Dunia pun mengakui Sukarno sebagai pemimpin sekelas Nehru, Churchill, hingga Mao Zedong.

Lalu siapa yang kedua?Yang kedua adalah D.N Aidit. Aidit adalah momok bagi orangtua kita yang hidup di era Orde Baru. Tapi sebenarnya Aidit adalah tipe pemuda ideal (di luar kon-troversi komunisme). Tak banyak yang tahu, masa kecil Aidit hampir mirip dengan masa kecil Andrea Hirata di ‘Laskar Pelangi’. Aidit lahir dan dibesarkan di Belitung, seorang yang rajin mengaji dan dijuluki ‘Tukang Adzan’. Lalu saat remaja Aidit pun merantau ke Batavia dan

COFF

EE T

ALK

| 14-

15

Page 15: EASE Magazine fifth edition

Cintailah produk-produk Indonesia! Sebagai orang Indonesia, berbanggalah menggunakan produk Indo-nesia, di antaranya produk budaya. Di era globalisasi ini, justru kita harus menguatkan akar budaya kita di samping menerima pasokan budaya impor. Jadilah tuan rumah di negeri sendiri. Jangan pernah merasa malu dengan apa yang kita punya. Tanamkanlah dalam diri masing-masing: Sebagai pemudi-pemuda Indone-sia, gue bertekad untuk membuat bangsa Indonesia merasa bangga akan diri gue, atas apa yang gue lakuin buat Indonesia! (khl)

pengelolaan. Sedangkan peninggalan sejarah kita yang disimpan di museum-museum Malaysia, Sin-gapura, hingga Belanda sangat dijaga keutuhannya. Ironis memang. Saya berharap, tulisan-tulisan saya bisa menginspirasi masyarakat Indonesia untuk lebih menghargai sejarah :)

Dari pribadi kamu sendiri, hal apa sih yang kamu harapkan pada generasi muda Indonesia saat ini?

7 | COFFEE TALK

Page 16: EASE Magazine fifth edition

The Big Apple,A Place to Stop Over

oleh Nandya Gita

“New York juga terkenal sebagai tempat shooting film dan saya sempat mengunjungi

salah satu lokasi shooting dari one of my fa-vourite TV series, How I Met Your Mother!”

WAN

DERL

UST

| 16-

17

Page 17: EASE Magazine fifth edition

reams do come true. Mungkin itulah ka-limat yang paling tepat menggambarkan

seluruh perjalanan saya ke New York City. After 5 years of waiting, wishing, daydreaming, and saving, I finally got a chance to visit The Big Apple.

Kedatangan saya di New York bertepatan banget dengan peringatan 10 tahun peristiwa 9/11 dan hotel tempat saya menginap lokasinya pas di depan gedung World Trade Centre, jadi banyak sekali polisi disekitar situ. Tidak banyak yang bisa dilihat dari sisa-sisa ban-gunan Twin Tower/Ground Zero yang hancur karena daerah itu tertutup untuk umum dan sedang dalam proses konstruksi. Tetapi memorial 9/11 sudah dibuka untuk publik tepat pada peringatan sepuluh tahun peri-stiwa 9/11. Pengamanan pun sangat ketat, ketika baru turun dari taksi di depan hotel, saya dan Ayah saya langsung dihampiri seorang polisi yang mengajukan beberapa pertanyaan. Malam pertama di New York saya habiskan dengan berjalan jalan di sekitar Times Square. Disana terdapat Broadway Theatres, ABC Time Square Studio dan lain lain. Berada diantara ra-mainya orang-orang berlalu lalang dan gedung-gedung yang dipasangi papan iklan dan televisi lebar membuat saya speechless.

Kunjungan kedua yaitu Statue of Liberty. Untuk menuju ke Patung Liberty, saya harus nyebrang dan naik cruise dari New York Battery Park di Manhattan dan membayar tiket $13 yaitu sekitar 115.000 rupiah yang udah termasuk tiket kapal dan tiket masuk ke dalam statue. Bangunan Patung Liberty terdiri dari 2 bagian, pedestalnya dan patung itu sendiri. Untuk bisa sampai ke atas pedestal, bisa naik lift dan tangga. Tapi, buat menaiki patung tersebut, mulai dari kaki sampai ke kepala harus naik tangga.

Anyway, because my dad had to attend a semi-nar with Bank of New York for 4 days, so I became a solo traveler. So here I am, explored the city all by myself. Saya yang emang suka banget sama museum, memutuskan The National Museum of the American Indian yang terletak di Bowling Green dekat dengan Wall Street sebagai tujuan pertama saya. Museum ini free admission dan luar biasa edukatif. Kamu bisa menemukan display artefak dari Native American dan juga pameran kontemporer dari seniman asli Amerika yang menarik. Next destination is American Museum of Natural History!

Kedatangan saya ke New York di bulan Septem-ber bukan cuma bertepatan dengan peringatan sepu-luh tahunnya peristiwa 9/11. Tapi juga dengan New

D

York Fashion Week! Hampir setiap hari saya sempe-tin buat mampir ke Lincoln Center, tempat dimana Mercedes-Benz Fashion Week berlangsung dengan harapan saya bisa gak sengaja senggolan sama Anna Wintour atau tabrakan sama Alexa Chung. Tapi say-angnya beberapa kali saya kesana saya cuma ketemu sama beberapa model-model dan orang-orang stylish yang berlalu lalang disekitar lokasi.

Karena New York terkenal dengan pizza nya, jadi kamu bisa menemukan banyak restoran pizza dimana-mana. Bahkan di satu blok bisa terdapat 3 restoran pizza yang letaknya bersebelahan! Saya sendiri sempat

Page 18: EASE Magazine fifth edition

mencoba one of the famous pizza from New York, yaitu Lombardi’s. Restoran yang katanya merupa-kan restoran pizza pertama di New York ini ada di 32 Spring St di kawasan Little Italy. Harga nya cukup mu-rah untuk pizza standar yaitu $10.5 untuk enam slice ukuran small dan $12.5 untuk ukuran large. Rasanya juga lumayan enak. Karena satu slice nya saja beruku-ran besar, jadi saya hanya memesan dua slice saja.

Selain terkenal dengan pizza, New York juga terkenal sebagai tempat shooting film dan saya sempat mengunjungi salah satu lokasi shooting dari one of my favourite tv series, How I Met Your Mother! Sebenernya it wasn’t the actual Mac’Larens bar yang biasa muncul di tv, nama aslinya adalah McGee’s Pub and Restau-rant dan Mac’Larens terinspirasi dari pub itu. Walaupun saya gak sempat masuk dan merasakan duduk di dalam, tapi bisa melihat dari luar sudah membuat saya happy!

WAN

DERL

UST

| 18

Page 19: EASE Magazine fifth edition

Untuk urusan transportasi, selama disana saya kemana-kemana naik subway. Dengan membayar $29 untuk metrocard selama 7 hari. Keretanya sendiri sih bersih, aman dan gak bau, kecuali kamu duduk di dekat homeless (experience talks). Cuma ada bebera-pa station yang bau dan kotor penuh dengan coretan-coretan di dinding, yaaa gak jauh beda lah sama tembok-tembok di Jakarta. 9 days in the heart of New York and I’m already feel like home. Saya gak berhenti bersyukur dikasih kesempatan sebesar ini. Luckiest girl I am to experience this. Well, thanks for letting me to share! I hope you guys like my stories. New York, I’ll come back soon!

19 | WANDERLUST

Page 20: EASE Magazine fifth edition

by Merel Hoogetorn

A Letter toIndonesian Environment

WAN

DERL

UST

| 20

Page 21: EASE Magazine fifth edition

Bandung, Friday 1 June, 2012

Environmental sustainabilityThe day after one of my presentations about the Millennium Development Goals, in my case number seven, environmental sustainability. It was the end of the week and I was heading for Jogjakarta to spend the weekend there with my friend. Since I arrived in Band-ung, Aiesec made me responsible for the Millennium Development Goal environmental sustainability, like I said before. So since that, I have been doing a lot of research about this subject. How about the environment in Indonesia and how about the environment in Belanda, the Netherlands. Before this I actually never really immersed in this subject I guess because I grew up in a country where it is all quite well developed already. So for me being responsible regarding to the environment is very normal. For example, we have different bins for trash, so we separate waste. People try to use as much green energy as possible and use water saving showerheads. Shops do not sell incandescent bulbs anymore but only energy saving bulbs. Supermarkets also ask money for plastic bags instead of giving them away for free. And so on. So when I went deeper in the subject Indonesian environ-ment it kind of shocked me and the reality was actually shown right in front of me in that train to Jogja. A father and daughter were sitting across from me. Along the way they bought some drinks and snacks and by that in the end they piled up some garbage. So what happens… The father collects the empty bottles and the wrapping papers and put it all in a plastic bag. Good beginning I would say so, but the next step was giving the bag to his daughter and orders her to throw it out of the window! There it goes, right into the most beautiful sceneries I have ever seen. Ironically, two minutes later a train employee walks down the aisle with a big grey rubbish bag, where we can put our garbage in. Unfortunately too late for the big bag of trash left behind in the green landscape between Bandung and Jogja.

I should have said something… But I didn’t. I should have told the father to be a better example, and I should have told the girl that that is not good behavior and by such behavior she is damaging the environment and by that damaging her own future. But blown away by this observation and sort of culture shocked I did not do say anything. So I hope by writing this article to make up my mistake. I want to tell you what I should have told the little girl in the train. That we have to change some things here in the world, we have to fight for the future, the next generation, our children. The world ones started with the energy of the sun, oxygen and water, nature it is. That is what generated the lives of you and me. But over the years, it changed, or differently said, over the years it was people who have changed this. The sun is now dangerous because of the holes in the ozone layer, the air is dangerous to breath because of the chemicals in the air. The nature is falling apart because of us destroying what was ones given to us. A per-son itself is not capable of fixing this. But what you can do, is stop destroying. So please, stop destroying, stimulate creating and support maintaining environmental sustainability. Use the free gifts of nature in a responsible way and let’s begin with doing this yourself.

Merel HogetoornIntern in AIESEC LC Bandung, Indonesia

A Letter toIndonesian Environment

21 | WANDERLUST

Page 22: EASE Magazine fifth edition

SUIT

UP

| 22

the LegendLearn from

by Rifan Nugraha“Style is a simple way to say complicated

things.” - Jean Cocteau

PHOTOS www.mrporter.com

Page 23: EASE Magazine fifth edition

It’s probably too soon to claim he is a legend. But suffice to say for now, everyone hails over him for his immaculate sense of style, dominating the cover of one of the biggest fashion magazine.

JOSEPH GORDON-LEVITT

1. Cotton- Corduroy Blazer by Richard James2. D-Frame Acetate Sunglasses by Cutler and Gross3. Kane Washed Straight-Leg Jeans

INSPIRATION

CLINT EASTWOODHe’s the legend arose from action movies. Behind

those explosions, fighting scenes, there lies a sartorial distinction that puts everyone in awe.

1. Donegal Wool-Tweed Blazer by Richard James2. Wool and Silk-Blend Tie by Burberry London

3. Embroidered Wool Sweater by Gucci

INSPIRATION

23 | SUIT UP

1

2

3

1 2

3

Page 24: EASE Magazine fifth edition

Kasta Bajuoleh Alfredo Surtano“Bukan hanya masyarakat Bali yang memiliki kasta, baju pun memilikinya.”

alam masyarakat Bali terdapat kelas-kelas dalam tatanan sosial bermasayarakat yakni Brahmana, Ksatria dan Sudra. Dalam

fashion pun ternyata mengenal yang namanya kasta. Mari kita mengenal satu persatu kasta tersebut

DHaute CoutureHaute Couture diambil dari bahasa Prancis yang

berarti jahitan kelas tinggi, dimana untuk dikatakan sebuah pakaian dikatakan haute couture (ot-kutur) haruslah memiliki syarat-syarat yang telah ditentukan oleh suatu perkumpulan yang bernama Chambre syn-dicale de l’haute couture. Dari bahasanya kita bisa me-nilai bahwa kumpulan ini adanya di negara fashion yak-ni Prancis, syarat-syaratnya yakni desain yang dibuat khusus untuk satu klien atau lebih, memiliki workshop minimal 15 pegawai dan bertempat di Paris, dan 2 kali setahun mengadakan show di Paris dengan menge-luarkan minimal 35 pakaian baik pakaian sehari-hari ataupun malam hari. Namun untuk dikatakan sebuah karya Haute Couture seorang desainer harus membuat pakaian dari bahan nomor satu dan pengerjaan yang menggunakan tangan atau hand made. Dikarenakan pengerjaannya mengunakan tangan, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pakaian bisa memakan waktu sekitar 100-150 jam untuk sebuah jaket dan 1000 jam untuk sebuah gaun yang penuh aplikasi. Untuk klien pun dirahasikan karena untuk mendapatkannya seseorang harus rela mengeluarkan uang minimal 50.000 euro ato sekitar 500 juta rupiah, dan untuk dapat diundang ke acara Haute Couture show dan duduk dibarisan paling depan seseorang harus melalui suatu tes yang dilakukan oleh anggota senior. Oleh karena untuk sebuah pakaian dengan label Haute Couture tidak bisa semudah itu didapatkan dan ditiru. Rumah mode yang masih memiliki lini Haute Couture adalah Christian Dior, Chanel, Givenchy, Jean Paul Gaultier, Armani Privé, Elie Saab, serta Valentino. Di Indonesia sendiri banyak desainer yang melabeli karyanya dengan label baju inggil ini dalam bahasa Jawa, namun pada kenyataan masih banyak desainer yang mencontek dan masih mengerjakan karyanya jauh dari syarat sebuah karya high fashion ini.

Pakaian Haute Couture

Prét-à-porterPrét-à-porter yang dalam bahasa Inggris berarti

ready-to-wear ini lahir akibat dari perubahan gaya hidup masyarakat karena kesibukan yang semakin tinggi maka manusia pun terutama wanita membutuh-kan pakaian yang cepat, jika menunggu penjahit akan memakan waktu, serta akibat perang dunia kedua di-mana terjadi resesi ekonomi yang besar-besaran maka kurangnya uang maka berawal dari gerakan anak muda yang menciptakan gaya jalanan makan baju siap pakai ini pun lahir, dan desainer yang melihat peluang

SOURCE Muara Bagja, Wikipedia FOTO Special

RADA

R | 2

4-25

Page 25: EASE Magazine fifth edition

Kasta Bajuoleh Alfredo Surtano ini adalah Pierre Cardin. Yup, merk yang lebih terkenal

untuk baju dalam wanita ini adalah pelopor lahirnya baju ready-to-wear. Baju siap pakai ini dibuat den-gan berbagai ukuran yang standar adalah S,M dan L dan berasal dari satu desain. Baju siap pakai ini tidak dibuat untuk pelanggan namun diproduksi dalam jumlah tertentu agar tetap menjaga keeksklusifannya dan tentu saja harganya pun dibawah harga Haute Couture namun diatas manufaktur pakaian massal, rumah mode yang mengeluarkan pakaian jenis ini adalah rumah mode yang besar seperti Louis Vuit-ton, Salvatore Ferragamo, Gucci, Fendi, dan lain lain. Namun pada perkembangannya,banyak desainer yang mengeluarkan lini lain ready-to-wear ini yang harga lebih murah dari lini utama,ini dikatakan dengan lini sekunder. Contoh rumah mode yang mengelurakan lini sekunder adalah Prada dengan Miu-Miu, Versace dengan Versus. Untuk Indonesia banyak desainer yang memilih jalur ini salah satunya Biyan Wanaatmadja de-sainer ini tidak hanya memiliki 2 lini tetapi 4 lini busana, yang pertama adalah Biyan Gold label utama, Biyan Bride untuk busana perkawinan, Studio 133, serta (X)SML untuk merangkul kaum muda.

Pakaian Prét-à-porter

RetailPada jenis pakaian ini produk yang sangat dian-

dalkan bukan nama desainer karena biasanya ber-bentuk tim desainer untuk merancang sebuah koleksi retail dan biasanya jenis pakaian ini selalu mengikuti trend yang berlaku sehingga model yang dikeluarkan pun tidak jauh berbeda dengan tren dari busana siap pakai, namun yang membedakan adalah jumalh atau kuantitas pada pakaian jenis ini,biasanya diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak sehingga harga yang ditwarkan pun cukup terjangkau. Zara, Mango, GAP, Topman,Topshop dan H&M tergolong kedalam kelas Retail ini. Dengan harga yang cukup terjangkau bisa mengikuti trend dunia. Pakaian Retail

Page 26: EASE Magazine fifth edition

Eco-Tourism ProjectAI

ESEC

ALE

RT |

26-2

7

co-Tourism Project adalah salah satu pro-gram yang mengutamakan lingkungan dan juga objek pariwisata yang ada di Indonesia khususnya Bandung dan Jakarta. AIESEC

Bandung dan AIESEC UI bekerja sama untuk mem-buat program yang hasilnya dapat memberikan kontri-busi kepada masyarakat disekitar. Proyek ini kami buat sebagai kontribusi dalam pergerakan lingkungan agar menjadi lebih baik lagi dan untuk menjaga kelestar-ian kebudayaan dan pariwisata kami. Dengan adanya proyek ini, diharapkan bahwa AIESEC Bandung dan AIESEC UI dapat memenuhi harapan masyarakat terhadap adanya suatu organisasi yang peduli dengan lingkungan dan kebudayaan dan pariwisata di Indone-sia.

Pada project ini kami telah mengundang para ma-hasiswa asing yang kami sebut Exchange Participant (EP) untuk saling membagi pandangan mereka menge-nai lingkungan dan obyek-obyek pariwisata yang ada di Indonesia dan juga dapat memberikan saran

oleh Febi Inas Anisah

E yang mereka telah terapkan di negara asal mereka agar dapat diterapkan di lingkungan dan objek-objek wisata dan budaya yang ada di Indonesia.

Project ini telah berlangsung cukup lama yang bermulai dari 2 Juli, berikut ini adalah timeline mereka:

2 dan 3 Juli: “IPS (Incoming Preparation Seminar)”, disini kita mengadakan seminar tentang bagaimana mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan dan budaya Indonesia dan apa saja yang akan mereka lakukan di project ini. 4 Juli 2012: “Amazing race” , ini adalah pre-event dari project kita. Disini mereka keliling kota Jakarta untuk lebih mengetahui lagi tentang objek-objek pariwisata di Jakarta, ibu kota Indonesia5-8 Juli 2012: “Jepara-Karimun Jawa”, disini mereka mengenal dan mengetahui lebih dalam lagi tentang obyek-obyek wisata dan budaya Indonesia.10 Juli 2012: “Bandung Berkebun Day”, disini kami bekerja sama dengan NGO Bandung Berkebun

Page 27: EASE Magazine fifth edition

Eco-Tourism Projectoleh Febi Inas Anisah

untuk lebih merawat lagi lingkungan yang kurang tera-wat di Kota Bandung dan berinteraksi bersama warga sekitar.11 Juli 2012: “City Bus Trip”, disini para EP pergi ke Universitas Padjajaran yang terletak di Jatinangor untuk mengunjungi fakultas pertanian dan mempelajari lebih jauh tentang agrikultur yang diterapkan di Indonesia, setelah itu kami bertemu dinas pariwisata untuk berd-iskusi lebih jauh dan melihat fashion show baju batik, para EP pun belajar bagaimana cara membuat batik. Mereka pun disini mennyaksikan pertunjukan lagu dan dansa tradisional.12-19 Juli 2012: “Traveling, Learning, and Giving” , disini para EP mengunjungi tempat-tempat pariwisata di Bandung seperti Tangkuban Parahu, Pemandian Air Panas Gracia, Dago Pakar, kebun binatang, Museum Geologi, Museum KAA, dan Jalan Braga dan mem-nuhi tantangan-tantangan yang kita berikan. Di kebun binatang, kami pun bekerjasama untuk membantu lingkungan di kebun binatang lebih baik lagi dengan menanam tanaman-tanaman yang layak. Lalu kami pun memunguti sampah sampah di sepanjang jalan braga sambil para EP pun bisa melihat sejarah dari kota Bandung yang diwakili oleh Jalan Braga. Disini pun para EP mempelajari tari saman. 20 Juli 2012: “Cooking Fest” menyambut datangnya bulan Ramadhan di Indonesia, kami pun berniat untuk member dengan cara memberikan kepada anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan Amanah. Kita pun mema-sak bersama masakan masakan tradisional Indonesia yang hasilnya kami berikan kepada para anak yatim piatu.23 Juli 2012: “Saung Angklung Udjo” , disini para EP mempelajari bagaimana cara bermain alat musik tradisional yang sangat terkenal di lingkungan Sunda, yaitu alat musik angklung. Mereka pun mempelajari bagaimana cara membuatnya dan menonton pertun-jukannya.24 Juli 2012: “Ciwidey”, disini para EP akan berkun-jung ke wisata alam “Kawah Putih” untuk mengetahui

keindahan obyek wisata alam lainnya.25 Juli 2012: “Lembang”, disini para EP akan melihat lebih jauh lagi objek wisata alam26 Juli 2012: “School Workshop at Equal Bright” , disi-ni para EP dan AIESECer akan memberikan workshop tentang lingkungan dan objek wisata dan budaya. Setelah mereka selesai melakukan rancangan dari AIESEC Bandung, mereka pun akan melanjutkan pro-ject ini bersama AIESEC UI.

Page 28: EASE Magazine fifth edition

Star Wars Day

ada hari itu Minggu, 24 Juni 2012, ada yang sedikit berbeda dengan Ge-dung Indonesia Menggugat. Gedung yang biasanya hanya dilewati begitu

saja oleh orang-orang dalam perjalanan ke pusat kota Bandung kini nampak ramai dan penuh sesak dengan pengunjung karena adanya event “Star Wars Day Bandung 2012”. Secara garis besar acara yang diprakarsai oleh Kang Aldo Khalid (pendiri museum mainan tahun 80-an Zerotoys) ini terbagi ke dalam em-pat zona. Zona pertama yang terletak di bagian pintu masuk hingga aula utama gedung diisi oleh pameran mainan, diorama, komik dan pameran seni (Art Project) bertajuk “Perang Bintang”. Untuk Art Project ini sendiri panitia menggaet 35 artist yang harus membuat suatu karya dengan tema “Star Wars Menurut Gue”. 35 karya artist tersebut merepresentasikan 35 tahun peringatan dirilisnya film Star Wars untuk pertama kalinya. Karya favorit saya adalah lukisan nan absurd dari Amenk yang menggambarkan dua orang muslim dan muslimah menatap ke langit luas bertabur bintang (satu-satunya yang tidak menggambarkan tokoh dari film Star Wars).

Zona kedua terletak di sebelah kanan aula utama berisikan Toy Fair dan bazaar yang menjual berbagai macam action figure dan pernak-pernik yang ber-hubungan dengan Star Wars, di zona ini pengunjung dapat memuaskan nafsu berbelanja mereka karena banyak stand yang menawarkan diskon special dan menjual barang-barang “rare” untuk dikoleksi. Yang paling menarik perhatian saya adalah stand penjual mesin pencetak diorama 3D. Anda dapat membuat sendiri diorama 3D anda dengan model cetakan plastik dari mesin ini.

Zona ketiga terletak di sebelah kiri aula utama, di sini pengunjung dapat menonton film Star Wars epi-sode I-VI yang diputar dari jam 8 pagi hingga 8 malam.

Zona terakhir terletak di luar gedung utama dan merupakan tempat berlangsungnya acara foto-foto cosplayer, street art, dan “Light Saber Tournament”. Untuk acara yang disebut terakhir beberapa komunitas pecinta lightsaber dari Bandung (Urban Jedi), Jakarta (Jak-Saber) hingga Singapura (Fight Saber) turut serta memeriahkan acara yang digelar pada malam harinya. Mereka saling berduel satu lawan satu menggunakan lightsaber rakitan sendiri. Permainan ini mengguna-kan dasar olahraga anggar dan poin akan didapatkan apabila lightsaber peserta mengenai anggota tubuh lawannya. Pertandingan yang cukup menarik adalah

antara cosplayer Princess Leia melawan seorang perempuan yang awalnya malu-malu namun ternyata sangat lihai memainkan lightsaber. Ayunan lightsaber yang berwarna-warni dan kelihaian seorang duelist dalam memainkan lighstabernya menjadi tontonan menarik tersendiri bagi pengunjung.

P

oleh Aditya Ananda

BLAS

T O

FF |

28

Page 29: EASE Magazine fifth edition

Executive Board 12/13AIESEC LC Bandung

Page 30: EASE Magazine fifth edition

NasibNegaraHukumoleh Michaela Talitha

Page 31: EASE Magazine fifth edition

Hanya ada satu Negara yang pantas menjadi negaraku. Ia tumbuh dengan perbuatan dan perbuatan itu adalah perbuatanku,” tutur Bung Hatta di Den Haag, Belanda 1928. Kutipan tersebut adalah isi pledoi yang menggambar-

kan betapa bangganya ia terhadap bangsa Indonesia yang ia bela dengan darah dan keringat. Secara luas menggambarkan bahwa perbuatan tiap-tiap manu-sianya merupakan cerminan bangsa tersebut.

Jika ia melihat Indonesia di masa sekarang, me-nangis lah beliau. Penyimpangan terjadi dimana-mana. KKN, suap, rekayasa hukum dan politik. Buronan membawa lari uang 500 triliun tetapi masih sempat mengikuti peresmian acara-acara negara, kasus petinggi sebuah departemen anti korupsi yang penuh konspirasi dan rekayasa, atau Papua yang kaya SDA namun masih saja melarat. Hampir diseluruh instansi negara terdapat penyimpangan. Lalu, kemana orang-orang bersih, taat membayar pajak dan takut Tuhan? Ada, cukup banyak, namun mustahil mencapai pun-cak jabatan. Karirnya sulit karena idealismenya.

Apakah tragedi Mei 1998 akan terulang lagi? Ya, jika masyarakat sudah muak melihat penyimpangan di depan mata tanpa ada yang bertindak, jika koruptor masih melenggang bebas tanpa diadili, jika Indonesia belum juga berhenti ‘menjajah’ Papua.

Dulu mahasiswa beramai-ramai menduduki gedung DPR, mengekspresikan kemuakannya terhadap pemerintahan. Mungkin di masa kini korup-tor akan diarak keliling kota dan digantung di Monas. Jika pengadilan dunia belum sanggup mendakwakan pelaku korupsi, biar pengadilan akhirat yang membalas semua. Seperti kata Bung Karno, “Dan agar yang tidak murni terbakar mati.”

30-31 | PING REPORT

Page 32: EASE Magazine fifth edition
Page 33: EASE Magazine fifth edition