Download - Proposal Disty
-
8/13/2019 Proposal Disty
1/50
1
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(Teams GamesTurnament) Untuk MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWAKELAS X SMA
N 1 MATUR
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
DISTI ANDRIANI
2411.002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013 M / 1434 H
-
8/13/2019 Proposal Disty
2/50
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGKita semua mengetahui bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan
social. Dalam dunia pendidikan saat ini kita dihadapkan pada masalah yang lebih
kompleks dimana sumber daya yang berkualiatas dan mampu menghadapi tantangan
zaman yang dapat bertahan. Pada kenyataannya semua bidang keilmuan maupun
sector kehidupan kita selalu dihadapkan pada masalah-masalah yang memerlukan
matematika sebagai pemecahannya.
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan, maka kita perlu memperoleh
dan menguasainya. Hal ini dijelaskan dalam surah At-Taubah ayat 122 yang berbunyi:
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
-
8/13/2019 Proposal Disty
3/50
3
Berdasarkan surah At-Taubah ayat 122 di atas, jelas bahwa hukum dalam
menuntut ilmu adalah fadhlu kifayah, termasuk dalam mempelajari matematika.
Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang berpengaruh dan mempunyai
peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan memajukan
daya pikir manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Erman Suherman, dkk yang
menyatakankan bahwa para pelajar memerlukan matematika untuk memenuhi
kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
dapat berhitung, menghitung isi dan berat, mengumpulkan, mengolah, menyajikan
dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu agar
siswa mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, untuk membantu
memahami bidang studi lain, dan agar para siswa dapat berpikir logis, kritis, dan
praktis, serta bersikap positif dan berjiwa kreatif.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang membantu
ilmu pengetahuan lainnya, seperti Kedokteran, Fisika, Kimia, Ekonomi dan lain-
lainnya. Untuk itu matematika seharusya dapat dipelajari dengan senang hati tanpa
paksaan.
Adapun tujuan dari pengajaran matematika adalah:
a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan polapikir dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan
b. Mempersipakn siswa menggunakan matematika dan pola pikir matematikadalam kehidupan sehari dan dalam mepelajari berbagai ilmu pengetahuan*
Dari uraian di atas jelas bahwa kehidupan dunia ini akan terus sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh karena itu siswa harus mem\liki
kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada
keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang kritis,
-
8/13/2019 Proposal Disty
4/50
4
sistematis, logis, kreatif dan kemamuan bekerja sama yang efektif. Dengan demikian,
maka seorang guru harus terus mengikuti perkembangan matematika dan selalu
berusaha agar kreatif dalam pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membawa
siswa ke arah yang diinginkan.
Secara khusus tujuan kurikulum pengajaran matematika di Sekolah Menengah
Atas yang disebutkan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menerik kesimpulan, misalnya melaluikegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksprimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsisten dan ekonsisten.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuandengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat
predeksi serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan grafik, peta, diagram dalam
menjelaskan gagasan.1
Mengingat begitu pentingnya peran matematika, maka pemerintah melalui
departemen pendidikan nasional melakukan berbagai usaha perbaikan dalam
pengajaran matematika. Hal ini terlihat dengan diadakannya penyempurnaan
kurikulum, peningkatan kualitas guru matematika dengan diadakannya sertifikasi
guru, pelatihan-pelatihan dan sosialisasi suatu program pendidikan dan banyak lagi
1Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
sekolah menengah Atas dan MA, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h.11.
http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-matematika.(diakses tanggal 13-1-
2012)
http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-matematika.(diakseshttp://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-matematika.(diakses -
8/13/2019 Proposal Disty
5/50
5
lainnya. Pemerintah berupaya menyediakan buku-buku pelajaran guna menunjang
proses pembelajaran. Untuk meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran
matematika, pemerintah melaksanakan pelajaran matematika melalui siaran
pendidikan pada media elektronik seperti televisi, dengan adanya TV e-dukasi .
Semua usaha yang dilakukan pemerintah tersebut seharusnya dapat mendukung dan
meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar.
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa hal terutama ketersediaan fasilitas
belajar, pemanfaatan waktu, dan penggunaan metode belajar. Pada pelaksanaan
pembelajaran di kelas guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat
karena cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi
kelancaran proses pembelajaran dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Bahar menyatakan bahwa
guru berkewajiban untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang mampu
mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif bagi siswa agar
mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Dari hasil wawancara dengan seorang guru matematika SMA N 1 MATUR
diketahui bahwa prestasi belajar matematika siswa di sekolah tersebut rendah.
Rendahnya prestasi belajar matematika di kelas tersebut diduga karena guru secara
aktif menjelaskan materi, memberi contoh, dan latihan sedangkan siswa hanya
mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan. Pembelajaran seperti itu kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, membentuk, dan
mengembangkan pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tersebut
kurang mampu menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Selain itu, kecil
sekali peluang terjadinya proses sosial antar siswa yaitu hubungan siswa satu dengan
siswa lainnya dalam rangka membangun pengetahuan bersama.
-
8/13/2019 Proposal Disty
6/50
6
Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang lahir
dari gagasan Jean Peaget. Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh
dan berkembang melalui pengalaman.
Menurut Suherman dkk. didalam kelas konstruktivisme, pengetahuan yang
berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara
yang satu dengan yang lainnya, dan berpikir secara kritis tentang cara terbaik untuk
menyelesaikan setiap masalah.
Salah satu model pelajaran yang berpijak pada pandangan Konstruktivis
adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada para siswa melaksanakan kegiatan belajar bersama
dengan kelompok kecil (antara 3 sampai 5 orang). Dalam pembelajaran kooperatif
masing-masing siswa anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan
diri dan anggotanya. Mereka harus saling membantu melaksanakan tugas yang
diberikan kepada kelompoknya sehingga setiap anggota kelompok mencapai potensi
optimal yang mungkin diraihnya. Sampai saat ini sudah cukup banyak tipe
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan, diantaranya adalah Students Team
Achievement Divisions (STAD), Teams Games Turnament (TGT), Jigsaw, Team
Assisted Individralization (TAI), Group Investigation (GI), dan lain-lain.2
Teams Games Turnament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan adanya kerjasama antar anggota kelompok untuk
mencapai tujuan belajar. Terdapat empat tahap dalam TGT yaitu mengajar, belajar
kelompok, turnamen/perlombaan, dan penghargaan kelompok. Hal yang menarik dari
TGT dan yang membedakannya dengan tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah
turnamen.
2Noornia, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di Kelas IV SD Islam Maarif
02 Singosari, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Program Pasca Sarjana. Hal. 14
-
8/13/2019 Proposal Disty
7/50
7
Di dalam turnamen, siswa yang berkemampuan akademiknya sama akan
saling berlomba untuk mendapatkan skor tertinggi di meja turnamennya. Jadi siswa
yang berkemampuan akademiknya tinggi akan berlomba dengan siswa yang
berkemampuan akademiknya tinggi, siswa yang berkemampuan akademiknya sedang
akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya sedang, siswa yang
berkemampuan akademiknya rendah akan berlomba dengan siswa yang
berkemampuan akademiknya rendah juga. Oleh karena itu, setiap siswa punya
kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik di meja turnamennya. Hal ini
tentu akan memotivasi siswa dalam belajar sehingga berpengaruh juga terhadap
prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu suatu tindakan
guru untuk mencari dan menerapkan suatu model pembelajaran yang sekiranya dapat
memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Dalam rangka itu
peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Turnament) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika SiswaKelas X SMA N 1 MATUR
B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah dari penelitan ini
adalah :
a. Metode pembelajaran kurang menunjang keaktifan siswab. Pembelajaran yang dilakukan masih terpusat pada guruc. Strategi belajar yang kurang bervariasid. Aktifitas siswa masih rendahe. Respon siswa dalam pembelajaran masih rendah
-
8/13/2019 Proposal Disty
8/50
8
f. Hasil belajar matematika siswa rendah
C. Batasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, respon siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar
matematika siswa . Hal ini diperkirakan dapat diatasi dengan menggunakan strategi
belajar aktif tipe TGT (Teams GamesTurnament)
D. Rumusan MasalahBerdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah :
a. Bagaimana aktifitas siswa yang mengikuti strategi belajar aktif tipe TGT(Teams GamesTurnament) di kelas X SMA 1 Matur?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran oleh guru dalam melaksanakanpembelajaran dengan strategi belajar aktif tipe TGT (Teams Games
Turnament)di kelas X SMA 1 Matur?
c. Bagaimana respon siswa kelas X SMA 1 Matur terhadap pembelajaranMatematika dengan strategi belajar aktif tipe TGT (Teams Games
Turnament)?
d. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan mengikuti strategi belajar aktiftipe TGT (Teams Games Turnament) lebih baik dari pada pembelajaran
konvensional di kelas X SMA N 1 Matur?
-
8/13/2019 Proposal Disty
9/50
9
E. Tujuan Penelitian.Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan strategi belajar aktif tipe TGT (Teams GamesTurnament)pada
kelas X SMA 1 Matur.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas yangdilakukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3. Untuk melihat respon siswa dalam mengikuti pembelajaran matematikadengan menggunakan strategi belajar aktif tipe TGT (Teams Games
Turnament)di kelas X SMA 1 Matur.
4. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaranmatematika dengan menggunakan strategi belajar aktif tipe TGT (Teams
GamesTurnament) di kelas X SMA 1 Matur.
F. Defenisi OperasioanalBelajar dan pembelajaran, belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan, baik itu perubahan kognitif,
afektif, dan psikomotor sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan.
Belajar matematika pada hakekatnya adalah berkenaan dengan ide-ide, struktur yang
diatur menurut aturan yang logis.
Metode pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar oleh kelompok kecil
siswa yang di dalamnya terjadi kerja sama, saling menyumbangkan pikiran untuk
menyelesaikan tugas-tugas kelompok, pemecahan masalah dan tanggung jawab
terhadap pencapaian hasi belajar secara individu maupun kelompok Metode
-
8/13/2019 Proposal Disty
10/50
10
pembelajaran kooperatif model teams games tournament (TGT) adalah salah satu
model pembelajaran yang merupakan bagian dari metode belajar kooperatif.
Melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement. Prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.5
Aktifitas siswa adalah keikutsertaan siswa secara aktif dalam pembelajaran,
aktifitas ini meliputi kegiatan mengeluarkan pendapat atau member tanggapan,
mengajukan pendapat, menjawab pertanyaan, menyalin dan melengkapi catatan atau
menyalin kesimpulan serta menyelesaikan soal dan memecahkan soal dengan diskusi
serta prilaku yang relevan dalam pembelajaran.
Respon yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tanggapan siswa
terhadap strategi belajar aktif tipe teams games tournament (TGT) dalam
pembelajaran matematika. Meliputi tanggapan siswa tentang materi yang diajarkan,
perangkat yang digunakan guru, cara belajar, cara guru mengajar dan minat siswa
mengikuti pembelajaran.
Hasil belajar adalah hasil kognitif yang diperoleh siswa setelah melakukan
atau mengikuti tes hasil belajar dengan strategi belajar aktif tipe teams games
tournament (TGT)yang dilakukan dengan pemberian tes belajar. Hasil belajar dapat
dijadikan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui
dan memahami suatu pelajaran.
G. Kegunaan Penelitiana. Sebagai pedoman guru matematika dalam menerapkan strategi belajar aktif
tipe.
-
8/13/2019 Proposal Disty
11/50
11
b. Sebagai bekal pengetahuan dan pengalaman, baik bagi guru maupun penulisdalam upaya meningkatkan motivasi dan aktifitas siswa dalam belajar
matematika.
c. Sebagai input bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika.d. Sebagai pedoman bagi penulis sebagai calon guru dalam pembelajaran
matematika dimasa mendatang.
e. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha meningkatkan mutu pendidikanmatematika dimasa mendatang.
-
8/13/2019 Proposal Disty
12/50
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika1. Belajar dan Pembelajaran Matematika
Menurut Arifin belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan
memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik
individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing. Dorongan untuk
belajar ini bisa berasal dari dirinya sendiri yang disebut motivasi instrinsik dan
dorongan yang datang dari luar dirinya yaitu disebut dengan motivasi ekstrinsik.3
Menurut Dimyati & Mudjiono belajar merupakan hal yang kompleks.
Kompleks belajar ini dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari siswa dan dari guru.
Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental
dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru proses belajar tersebut tampak
sebagai perilaku tentang suatu hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks
yang meliputi seluruh ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor4.
Dalam belajar siswa akan mengalami proses perubahan tingkahlaku baik itu
perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Slameto mengemukakan belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya 5. Perubahan yang terjadi dalam hal
ini banyak sekali, dan tentunya tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar.
3Arifin, Strategi Belajar Mengajar Kimia (Jakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia, 2003), hal. 84
Dimyati & Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: DPDIKBUD bekerjasama dengan Rineka Cipta,2002), hal. 175Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal. 2
-
8/13/2019 Proposal Disty
13/50
13
Menurut Fontana belajar adalah proses perubahan tingkahlaku individu yang
relatif tetap sebagai hasil pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya
penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program pembelajaran tumbuh dan
berkembang secara optimal6.
Menurut Djamarah belajar yaitu serangkaian kegiatan jiwa pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik 7.
Menurut Setyosari pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang
dilakukan dengan tujuan untuk membantu memfasilitasi belajar orang lain. Menurut
Dick & Carey pembelajaran merupakan suatuproses yang sistematis dimana setiap
komponen memiliki arti sangat penting untuk keberhasilan belajar. Dalam setiap
komponen tentunya ada unsur saling bekerjasama daolam mencapai tujuan tertentu.
Menurut Setyosari pembelajaran merupakan penyajian informasi dan
aktivitasaktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa atau si
belajar dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan8.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan, baik itu perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan
pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memudahkan siswa
dalam mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan.
6
Selvia,Belajar. 2008, (http://tpers.net/?p=935) hal. 1. Diakses tanggal 28 Maret 20097Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 12
8Punaji Setyosari,Rancangan Pembelajarani: Teori dan Praktek (Malang: Elang Mas, 2001) hal. 1-4
-
8/13/2019 Proposal Disty
14/50
14
2. Tujuan Pembelajaran Matematika.Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan atau diinginkan dari belajar, sehingga
memberikan arah kemana kegiatan belajar mengajar itu harus di bawa dan
dilaksanakan. Tujuan utama pertama, pembelajaran matematika pada jenjang
pendidikan dan menenggah adalah memberikan penekanan pada nalar dan
pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah memberikan penekanan pada
keterampilan dalam penalaran matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan yang lainnya. Adapun tujuan khusus
pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah terbagi dua
bagian besar, pertama tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dan kedua
tujuan pengajaran matematika di SMP. Sedangkan tujuan khusus pengajaran
matematika di SMA secara tersendiri dimuat di dalam kurikulum pendidikan
menengah.
Perlu diketahui, tujuan umum matematika di jenjang pendidikan dasar dan
menengah merupakan tujuan yang paling umum. Sedangkan tujuan yang lebih khusus
yang merupakan tujuan pembelajaran matematika di SD, SMP dan SMU. Semua
tujuan tersebut bersifat dinamis dan cukup luwes sesuai dengan tuntutan yang
mungkin muncul. Namun demikian secara umum setiap tujuan tersebut penjabarannya
tetap mengacu pada materi matematika itu sendiri.
Jadi tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada
dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses
pembelajaran matematika tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran
matematika tersebut dianggap tercapai bila siswa telah memiliki sejumlah
pengetahuan dan kemampuan di bidang matematika yang dipelajari9.
9R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 1999/2000)
hal17-21
-
8/13/2019 Proposal Disty
15/50
15
B. Strategi Belajar Aktifa. Strategi Pembelajaran
Strategi merupakan kiat atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang optimal. Jadi strategi berarti cara dan seni menggunakan
sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya
membelajarkan siswa. Dengan demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seni
untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.
Strategi pembelajaran merupakan garis besar haluan bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Wena Sanjaya strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien10.
Strategi pembelajaran adalah yang sengaja direncanakan berkenaan dengan
segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan
lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal11.
Pencapaian tujuan dalam strategi pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam
menata pembelajaran dan menutup kelemahan yang kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa kegiatan. Wena juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: strategi pengorganisasian, strategi penyampaian
dan strategi pengelolaan.
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk
mempermudah proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang optimal. Bagi
10 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), h.12611
Erman Suherman. Dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UnivesitasPendidikan Indonesia, 2003), hlm..5
-
8/13/2019 Proposal Disty
16/50
16
guru strategi pembelajaran dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang
sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa, strategi
pembelajaran dapat mempermudah proses belajar seperti mempermudah dan
mempercepat memahami materi pelajaran, karena setiap strategi di rancang untuk
mempermudah proses belajar mengajar.
b. Belajar AktifSalah satu fungsi strategi adalah untuk mengaktifkan siswa dalam belajar.
Belajar aktif (active learning) merupakan belajar dengan memaksimalkan untuk
dibahas dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat berbagi
pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan tetapi juga kemampuan analitis
dan sintesis.
Belajar aktif ini siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan
ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikannya
apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan
nyata. Agar belajar menjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas,
mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan
menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
Dalam kegiatan belajar aktif, siswa harus menggunakan seluruh kemampuan
untuk mengkaji gagasan-gagasan, memecahkan masalah yang diberikan dan
menerapkan apa yang mereka pelajari. Dengan belajar aktif ini siswa diajak untuk
turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga
melibatkan fisik. Dalam proses belajar siswa harus lebih kreatif dalam
mengembangkan informasi yang telah didapatnya agar proses pembelajaran lebih
-
8/13/2019 Proposal Disty
17/50
17
bermakna. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasa lebih menyenangkan
sehingga hasil belajar siswa tercapai secara maksimal12.
C.
Pembelajaran Kooperatif
1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata asing yaitu Cooperate yang
artinya bekerja sama. Pembelajaran kooperatif menurut Kahfi merupakan
pembelajaran yang mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang dirancang
untuk mendapatkan tujuan bersama. Siswa dituntut untuk bisa bekerja sama untuk
mencapai sukses bersama dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan individu
dalam kelompoknya13.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dalam
kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda, saling bekerjasama untuk
belajar dan bertanggung jawab atas teman sekelompoknya. Dalam menyelesaikan
tugas kelompok setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami
suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman atau kelompok
belum menguasai bahan pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup
jika hanya mempelajari materi saja, tetapi mereka juga harus mempelajari ketrampilan
untuk memperlancar hubungan pada saat kerja kelompok14.
Menurut Thomson, pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur
interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa
belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain.
12Ayu Aryani, Sekar, 2008, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
13 Khusnul Hidayah, Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan Pembelajaran
kooperatif Model TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada Pokok Bahasan Toerema
Phytagoras di MTSN II Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal. 4.14
Siti Rosmawar Is, Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dan Kaitannya DalamMeningkatkan Kapasitas Siswa (|http://jurnal-kompetensi.blogspot.com /2008/02/model-pembelajaran-
kooperatif.html diakses 28 Maret 2009)
-
8/13/2019 Proposal Disty
18/50
18
Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan
heterogen. Maksud kelompok heterogen terdiri dari campuran kemampuan siswa,
jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pendapat
dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar
dapat bekerjasama didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik,
memberikan penjelasan kepada teman kelompok dengan baik, siswa diberi lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan dalam
belajar15.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswauntuk belajar bersama dalam kelompok kecil, dan masing-masing anggota
mempunyai tanggungjawab terhadap keberhasilan diri dan kelompoknya.
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim adalah sebagai berikut:
a. siswa belajar bekerja pada kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
c. Apabila mungkin anggota kelompok belajar berasal dari ras, budaya, agama,
jenis kelamin yang berbeda.
d.Pembelajaran lebih berorentasi pada kelompok bukan individu.
15Dr. Wahyudin Nur Nasution, M. Ag. Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif dan kspositori Terhadap Hasil
Belajar Sains Ditinjau Dari Cara Berpikir (http://rafiud.wordpress.com/assalamualaikum/ciri kooperatifhttp://one.indoskripsi.com/judulskripsi/ pendidikan-kewarganegaraan/upaya-peningkatan-aktivitas-siswa-dalam-
pembelajaran-pkndengan-menggunakan-model-pe diakses 28 Maret 2009)
http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/ -
8/13/2019 Proposal Disty
19/50
19
3.Unsur-Unsur Pembelajaran KooperatifMenurut Roger dan David Johnson ada lima unsur yang harus dipenuhi agar kerja
kelompok dapat dikatakan sebagai model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Saling ketergantungan positif antara anggota kelompokKeberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggota
kelompok untuk dapat mempelajari anggota teman-temannya sehingga teman
sekelompoknya paham. Sistem penilaian dalam model ini mampu memacu
siswa yang berkemampuan rendah untuk belajar tanpa ada rasa minder karena
bagaimanapun mereka bisa menyumbangkan nilai pada kelompoknya, dan
sebaliknya siswa yang mempunyai kemapuan tinggi tidak merasa dirugikan
oleh teman yang berkemampuan rendah.
Dengan kata lain bahwa keberhasilan individu tergantung pada
keberhasilan kelompoknya, disini siswa harus yakin bahwa hubungan antar
siswa yang satu dengan yang lain akan membuat siswa yang kurang sukses
menjadi lebih sukses. Tanggung jawab individu Untuk dapat memperoleh
nilai yang tinggi agar dia mampu menyumbangkan poin kepada
kelompoknya, maka masing-masing siswa harus saling mendukung dan
membantu satu sama lain untuk menguasai materi pembelajaran.
b. Tatap muka antar anggota
Siswa dapat bertatap muka antar satu dengan yang lainnya dan
bediskusi agar setiap anggota dapat berinteraksi untuk memadukan fikiran
yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta rasa saling
menghargai, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-
masing anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga
memperluas wawasan untuk lebih memahami materi. Inti dari kerja sama
-
8/13/2019 Proposal Disty
20/50
20
ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masing-masing anggota.
Jadi masing-masing angota perlu diberi kesempatan untuk saling
mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan
interaksi pribadi.
c. Komunikasi antar anggota
Dalam kelompok ini setiap anggota akan berusaha untuk saling
berkomunikasi secara baik dalam rangka mencapai kata mufakat untuk
menyelesaika masalah. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota berasal
dari latar belakang yang berbeda, yang memiliki kemampuan dan
emosional yang berbeda pula.
d. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilaksanakan saat proses
pembelajaran kelompok16.
4. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran KooperatifAdapun Peran guru selama proses belajar kooperatif:
a. Membantu siswa untuk menyelesaikan tugas Guru berkeliling ketiap-tiap
kelompok dengan mengarahkan siswa untuk mencari alternatif jawaban
lain, mencari sumber-sumber belajar lain atau memberikan umpan balik
yang positif terhadap usaha-usaha siswa dalam menyelesaikan tugas.
b. Membantu siswa bekerja secara kooperatif
Karena kecenderungan siswa untuk belajar individu, maka tugas guru untuk
meningkatkan usaha kooperatif antara lain memacu siswa untuk
16Srie N' Oedhien,Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw
(http://s1pgsd.blogspot.com/2008/12/penerapan-model-cooperative-learning.html diakses 29 november 2013)
-
8/13/2019 Proposal Disty
21/50
21
memusatkan pada tugas-tugas belajar, saling memberi semangat satu sama
lainnya, merefleksikan dan mengecek pertanyaan anggota kelompok
c. Evaluasi
Ada dua macam evaluasi yang harus dilakukan guru, antara lain evaluasi
hasil belajar dan evaluasi keterampilan berkolaborasi.
o Evaluasi hasil belajarDigunakan untuk menilai pencapaian tujuan belajar kelompok dan
memfokuskan pada penilaian akademik. Hasil belajar yang dinilai antara
lain hasil turnamen pada saat TGT dan tes hasil belajar
o Evaluasi berketerampilan berkolaborasiEvaluasi ini bertujuan untuk menemukan seberapa baik siswa bekerja
dalam kelompok, untuk melaksanakan evaluasi ini guru harus
mengelilingi masing-masing kelompok. Evaluasi yang berkolaborasi yang
harus dinilai antara lain hasil pengerjaan LKS dan soal-soal latihan pada
saat belajar kelompok.
5. Keuntungan Pembelajaran KooperatifSedangkan keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Johnson
dan Johnson adalah sebagai berikut:
1. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat aktif dan
memiliki usaha yang lebih besar untuk meningkatkan prestasi belajarnya,
baik bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
2. Siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran kooperatif, memiliki
konsentrasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang senang
mendengarkan ceramah. Hal ini disebabkan karena waktu mereka lebih
-
8/13/2019 Proposal Disty
22/50
22
banyak digunakan untuk mengintegrasikan berbagai konsep yang terdapat
dalam materi.
3. Menimbulkan motivasi belajar siswa karena adanya tuntutan untuk
menyelesaikan tugas
4. Hubungan lebih positif, hal ini mencakup hubungan akademik secara
perseorangan atau kelompok, menghormati perbedaan dan pandangan antar
siswa. Dengan saling mendengarkan pendapat, maka akan dapat
meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan bersosialisasi serta
kemampuan mengatasi kesulitan17.
Menurut Arend ada enam fase atau langkah utama dalampembelajaran kooperatif.
Secara lengkap yaitu:
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasisiswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
padapembelajaran tersebut dan memotivasisiswa belajar
Fase 2 Menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan(demonstrasi)
atau teks
Fase 3 Mengorganisasikan siswa terhadap
kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
perubahan yang efisien
Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam
17Sri rahayu,Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Ipa Jurnal Matematika Ipa
Dan Pengajarannya,(1998) hal. 153
-
8/13/2019 Proposal Disty
23/50
23
Belajar Guru membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas
Fase 5 Mengetes materi
Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil
pekerjaan mereka
Fase 6
Guru memberikan cara-cara untuk untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok18
6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran KooperatifSebagai metode pembelajaran tentunya pembelajaran kooperatif juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa ahli dalam Depdiknas
menegaskan dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
mempunyai kelebihan sebagai berikut:
a. Lebih meningkatkann pencerahan waktu untuk tugas;b. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan siswa
(StudentCenter)
c. Mendidik siswa untuk lebih bersosialisasi dengan orang lain;d. Memperbaiki kehadirane. Motivasi belajar tinggif. Hasil belajar lebih tinggi19
18http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. Hal. 15 Diakses 14 November
19 Siti Nurlailah Azizah, Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Siswa Yang Diajar Dengan
Pembelajaran Kooperatif Model TGT Dan Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Konvensional Pada PokokBahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang Tahun Ajaran 2003/2004, Skripsi, FMIPA UM Malang,
2004, Hal.10
-
8/13/2019 Proposal Disty
24/50
24
Sedangkan menurut Suarjana beberapa kelemahan dalam pembelajaran kooperatif
adalah:
1. Bagi guru
a. Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari
segi prestasi akademik
b. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi siswa cukup banyak sehingga siswa
melewati waktu yang sudah ditetapkan bahkan dapat menyebabkan materi tidak
dapat terealisasikan sesuai dengan kurikulum apabila ada guru yang belum
berpengalaman
2. Bagi Siswa
Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi belum terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada temannya yang membutuhkan bantuan20.
Selain itu semua, pembelajaran kooperatif juga membutuhkan perhatian
khusus dalam penggunaan ruang kelas dan membutuh perabot yang bisa
dipindahkan. Pengaturan model Cluser dan Swing dua contohpengaturan ruang
kelas yang cocok digunakan dalam pembelajaran kooperatif21
Menurut Robert Slavin (1991). terdapat banyak model pembelajaran kooperatif
yang berhasil dikembangkan peneliti-peneliti pendidikan dan telah diterapkan pada
beragam pembelajaran diantaranya adalah:
1. Student TeamsAchievement Devisions (STAD)
Student Team-Achievement Devision (STAD) strategi pembelajaran
kooperatif yang memadukan penggunaan metode ceramah, questioning dan
diskusi. Sebelum pembelajaran dimulai, peserta didik dibagi menjadi beberapa
20 Siti Nurlailah Azizah, Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Siswa Yang Diajar Dengan
Pembelajaran Kooperatif Model TGT Dan Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Pokok
Bahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang Tahun Ajaran 2003/2004, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2004,Hal.2021
Ibid,. hal. 20
-
8/13/2019 Proposal Disty
25/50
25
kelompok tim dan tempat duduk ditata sedemikian rupa sehingga satu kelompok
peserta didik dapat duduk berdekatan. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan
penyajian materi pelajaran oleh guru. Setelah penyajian materi selesai,
kelompok/tim mendiskusikan materi yang diajarkan guru untuk memastikan bahwa
semua anggota kelompok/tim sudah dapat menguasai materi pelajaran yang
diajarkan guru. Apabila ada anggota kelompok yang belum memahami, maka
anggota kelompok yang lain berusaha untuk membantunya sampai semua anggota
benar-benar menguasai materi yang diajarkan guru. Setelah semua kelompok
menyatakan siap diuji, guru kemudian memberi soal ujian kepada seluruh peserta
didik. Pada saat menjawab soal, anggota kelompok tidak boleh saling membantu.
Nilai ujian dihitung berdasarkan jumlah nilai semua anggota kelompok.
STAD dapat digunakan pada hampir semua mata pelajaran. Metode STAD
mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan berkompetisi dengan
kelompok lainnya. Contoh materi pelajaran yang menggunakan metode STAD
antara lain:
1) Sumber dan fungsi-fungsi zat gizi bagi tubuh.
2) Sejarah perang Diponegoro, diikuti dengan soal ujian tokoh-tokoh pahlawan,
kronologis kejadian dan hasil akhir yang dicapai sesudah perang selesai.
2. Team-Game-Tournament (TGT)
Metode TGT memiliki tipe yang hampir sama dengan STAD. Metode TGT
melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran peserta didik sebagai tutor teman sebaya dan mengandung unsur
permainan dan penguatan (reinforcement). Metode TGT memberi peluang kepada
-
8/13/2019 Proposal Disty
26/50
26
peserta didik untuk belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
3. Team Accelerated Instruction (TAI)
TAI merupakan kombinasi antara pembelajaran individual dan kelompok.
Peserta didik belajar dalam tim yang heterogen sama seperti metode belajar tim
yang lain tetapi peserta didik juga mempelajari materi akademik sendiri. Masing-
masing anggota tim saling mengecek pekerjaan temamnya. Skor tim berbasis pada
skor rerata jumlah unit yang dapat diselesaikan per minggu oleh anggota tim dan
keakuratan unit tugas yang telah diselesaikan. Tim yang telah menyelesaikan satu
tugas dapat mengambil tugas berikutnya. Waktu yang diperlukan untuk belajar dan
menyelesaikan tugas antara tim yang satu dengan tim lainnya tidak sama. Tim
dapat memperoleh skor tinggi apabila dapat menyelesaikan materi yang lebih cepat
dan lebih berkualitas dari tim lainnya. Metode ini sebaiknya dilengkapi dengan
teknik pemberian reward dan punishment supaya motivasi belajar perserta didik
terjaga dengan baik.
4. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
CIRC merupakan metode yang komprehenship untuk pembelajaran membaca
dan menulis paper. Metode ini mengatur supaya peserta didik belajar atau bekerja
dengan cara berpasangan. Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok dan diberi
tugas membaca secara terpisah, kemudian masing-masing anggota kelompok
mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dibaca. Ketika satu kelompok sedang
menyajikan paper hasil membacanya, maka kelompok lain bertugas sebagai
-
8/13/2019 Proposal Disty
27/50
-
8/13/2019 Proposal Disty
28/50
28
melapor kemudian dilanjutkan dengan nomor peserta didik dari kelompok yang
lain.
7. Make - A Match (Mencari Pasangan)
Metode pembelajaran make a match merupakan metode pembelajaran
kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok
tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan misalnya
pasangan soal dan jawaban. Guru membuat dua kotak undian, kotak pertama berisi
soal dan kotak kedua berisi jawaban. Peserta didik yang mendapat soal mencari
peserta didik yang mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya.
Metode ini dapat digunakan untuk membangkitkan aktivitas peserta didik belajar
dan cocok digunakan dalam bentuk permainan.
8. Think Pair And Share
Metode think pair and share merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
dengan cara sharing pendapat antar siswa. Metode ini dapat digunakan sebagai
umpan balik materi yang diajarkan guru. Pada awal pembelajaran, guru
menyampaikan materi pelajaran seperti biasa. Guru kemudian menyuruh dua orang
peserta didik untuk duduk berpasangan dan saling berdiskusi membahas materi
yang disampaikan guru. Pasangan peserta didik saling mengoreksi kesalahan
masing-masing dan dan menjelaskan hasil diskusinya di kelas. Guru menambah
materi yang belum dikuasai peserta didik berdasarkan penyajian hasil diskusi.
-
8/13/2019 Proposal Disty
29/50
29
9. Peer tutoring
Istilah peer tutoring mengandung makna yang sama dengan tutor teman
sejawat ataupeer teaching. Silberman (2006) dalam Iva (2009) menjelaskan bahwa
peer-teaching merupakan salah satu pendekatan mengajar yang menuntut seorang
peserta didik mampu mengajar pada peserta didik lainnya. Dengan pendekatan
peer-teaching siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan sesama temannya atau
mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru, baik tugas itu
dikerjakan di rumah maupun di sekolah.
Boud, Cohen and Sampson's (2001) menjelaskan bahwa apabila peer
teaching menjadi bagian dari proses pembelajaran di sekolah, peserta didik yang
menjadi guru dapat menunjukkan berbagai macam peran seperti: pure teacher,
mediator, work partner, coach, atau role model. Peserta didik yang berperan
sebagai guru dapat menunjukkan hanya satu peran atau beberapa peran sekaligus
tergantung pada tanggungjawab yang diberikan oleh guru. Peserta didik yang
berperan sebagai guru (pure teacher) dapat dilibatkan dalam penyusunan dan
penyampaian informasi dan keterampilan, memberi umpan balik dan evaluasi
kepada peserta didik lain yang menjadi bimbingannya. Apabila peserta didik yang
berperan sebagai guru kurang memiliki otonomi atau kekuasaan di kelompoknya,
guru sejawat (peer tutor) tersebut dinamakan mediator22.
Berdasarkan uraian diatas diketahui terdapat bermacam-macam model
pembelajaran kooperatif. Slavin (Noornia), menyatakan walaupun model
pembelajaran kooperatif berbeda-beda, akan tetapi semua mendasarkan
pelaksanaannya pada enam karakteristik berikut:22
Dr.endang mulyatiningsih, pembelajaran aktif,kreatif, inovatif dan menyenangkan(paikem), diklatpeningkatan ko petensi pengawas dalam rangka penjaminan mutu pendidikan, depok,jawa barat,2005 agustus
2010
-
8/13/2019 Proposal Disty
30/50
30
1. Tujuan kelompok
2. Tanggung jawab individual
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
4. Spesialisasi tugas
5. Adaptasi terhadap kebutuhan individual23.
7. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
Model ini dikembangkan oleh De Vries dan Slavn pada tahun 1978 di John
Hopkins University24. Aktivitas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
GamesTournament) memungkinkan siswa dapat belajar lebih semangat di samping
dapat menumbuhkan tanggungjawab, kerjasama, persaingan sehat serta
keterlibatan belajar. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling
bekerjasama dan membantu dalam memahami bahan pembelajaran. Belajar belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai materi
pembelajaran. Johnson 1999 (Teams Games Tournament) merupakan bentuk
pembelajaran kooperatif dimana setelah siswa belajar secara individu untuk
selanjutnya dalamkelompok masing-masing anggota kelompok mengadakan
turnamen atau lomba dengan kelompok lainnya sesuai dengan tingkat
kemampuannya25.
Menurut Sasmito pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat mudah karena
dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas pendukung yang harus tersedia
seperti peralatan khusus. Selain mudah diterapkannya dalam penerapannya TGT
juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang
23Noornia, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di Kelas IV SD Islam Maarif
02 Singosari, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Program Pasca Sarjana. Hal. 1724
Khusnul Hidayah, Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan Pembelajaran kooperatifModel TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada Pokok Bahasan Toerema Phytagoras di MTSN II
Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal. 15.25Anton Noornia, Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan STAD (Student Teams Achievment Divisioan) pada
Pengajaran Persen Kelas VI SD Islam Maarif 02 Singosari, Skripsi,FMIPA UM Malang 2005 Hal. 4
-
8/13/2019 Proposal Disty
31/50
31
diinginkan. Misalnya, kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan
turnamen yaitu setelah masingmasing anggota kelompok menjawab pertanyaan,
untuk selanjutnya saling mengajukan pertanyaan dan saling belajar bersama26.
Siswa yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda akan
dijadikan dalam sebuah kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Dari masing-
masing anggota kelompok tersebut diperbandingkan dengan anggota kelompok
lainnya yang berkemampuan homogen dalam meja turnamen. Materi yang
dilombakan adalah masalah yang berkaitan dengan konsep atau prinsip yang
dipelajari.
1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model TGT
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Kahfi disusun
dalam dua tahap, yaitu pra kegiatan pembelajaran dan detail kegiatan
pembelajaran. Pra kegiatan pembelajaran menggambarkan hal-hal yang perlu
dipersiapkan dan rencana kegiatan. Adapun langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe TGT secara rinci akan diuraikan di bawah ini:
A. Pra kegiatan pembelajaran TGT:
1. Persiapan
a. Materi
Materi dalam pembelajaran kooperatif model TGT dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran berkelompok, oleh karena itu, guru harus
mempersiapkan work sheet yaitu materi yang akan dipelajari pada saat belajar
kelompok, dan lembar jawaban dari work sheet tersebut. Selain itu guru juga
harus mempersiapkan soal-soal turnamen.
26
Heri Sasmito, Perbedaan Efektivitas Pembelajaran Matematika yang Menggunakan Pendekatan Kooperatif modelTGT dengan yang Menggunakan Metode Ekspositori di SLTP LAB UM, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal.
22.
-
8/13/2019 Proposal Disty
32/50
32
Membagi siswa kedalam beberapa kelompok Guru harus
mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi 4-5 kelompok yang
kemampuannya heterogen. Cara pembentukan kelompok dilakukan dengan
mengurutkan siswa dari atas kebawah dan dari bawah keatas berdasarkan
kemampuan akademiknya, dan daftar siswa yang telah diurutkan tersebut
dibagi menjadi lima bagian yaitu kelompok tinggi, sedang 1, sedang 2, dan
rendah.
Kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang baik
dalam hal kemampuan akademik maupun jenis kelamin dan rasnya, pada kerja
kelompok ini guru bertugas sebagai fasilitator yaitu berkeliling bila ada
kelompok yang ingin bertanya tentang work sheet. Pada kerja kelompok
tersebut diperlukan waktu 40 menit, kemudian diadakan validasi kelas artinya
hasil kerja kelompok dicocokkan bersama dari soal work sheet tersebut.
2. Membagi siswa kedalam meja turnamen Dalam pembelajaran kooperatif
model TGT tiap meja turnamen terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai
homogen dan berasal dari kelompok yang berlainan.
Detail kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT
a. Penyajian kelas
i. PembukaanPada awal pembelajaran guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi (prasyarat
belajar). Saat pembelajaran kelas ini guru harus sudah mempersiapkan
work sheet dan soal turnamen.
-
8/13/2019 Proposal Disty
33/50
33
ii. Pengembangan Guru memberikan penjelasan materi secara garisbesar
b. Belajar kelompok Guru membacakan anggota kelompok dan meminta siswa
untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kelompok
biasanya terdiri dari 4 atau 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnis.
Guru memerintahkan kepada siswa untuk belajar dalam kelompok
(kelompok asal). Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi
bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Biasanya
belajar kelompok ini mendiskusikan masalah bersama-sama,
membandingkan jawaban dan memperbaiki pemahaman yang salah tentang
suatu materi.
Kelompok merupakan bagian yang utama dalam TGT. Dalam segala
hal, perhatian ditempatkan pada anggota kelompok agar melakukan yang
terbaik untuk kelompok dan dalam kelompok melakukan yang terbaik
untuk membantu sesama anggota. Jika ada satu anggota yang tidak bisa
mengarjakan soal atau memiliki pertanyaan yang terkait dengan soal
tersebut, maka teman sekelompoknya mempunyai tanggungjawab untuk
menjelaskan soal atau pertanyaan tersebut.
Jika dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang bisa mengerjakan
maka siswa bisa meminta bimbingan guru. Setelah belajar kelompok selesai
guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompok. Dalam pembelajaran TGT guru bertugas sebagai fasilitator
berkeliling dalam kelompok jika ada kelompok yang mengalami kesulitan.
-
8/13/2019 Proposal Disty
34/50
34
c. Validasi kelas
Artinya guru meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab soal-soal
yang sudah didiskusikan sesama kelompoknya dan guru menyimpulkan
jawaban dari masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama.
d.Turnamen
Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi siswa kedalam meja-meja
turnamen. Setelah masing-masing siswa berada dalam meja turnamen
berdasarkan unggulan masing-masing kemudian guru membagikan satu set
seperangkat soal turnamen. Satu set seperangkat turnamen terdiri dari soal
turnamen, kartu soal, lembar jawaban, poin gambar smile, dan lembar skor
turnamen. Semua seperangkat soal untuk masing-masing meja adalah sama.
Bentuk turnamen secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Dalam meja turnamen telah disediakan satu set seperangkat pembelajaran
yang sama untuk semua meja turnamen.
2. Guru membagikan kartu bernomor kepada masing-masing meja
turnamen. Kartu tersebut dikocok dan kemudian dibagikan kepada
anggota kelompok dalam meja turnamen. Siswa yang mendapatkan kartu
dengan angka yang paling tinggi maka dia bertindak sebagai lider,
sedangkan kartu dari siswa lain dikembalikan lagi. Lider adalah orang
yang membaca soal sekaligus yang menjawabnya. Soal yang dibacakan
oleh lider merupakan soal yang harus dikerjakan oleh seluruh siswa
dalam meja turnamen tersebut (celing). Searah dengan putaran jarum
jam maka celing-1, celing-2, celing-3, celing-4 juga menjawab soal.
Celing-4 bertugas melihat kunci jawaban setelah semua siswa
menjawab.
-
8/13/2019 Proposal Disty
35/50
35
Gambar 2.5
Urutan Celling Dalam Meja Turnamen
Misalnya lider mendapatkan kartu dengan angka 12 maka lider
membaca soal 12. dari soal 12 tersebut lider menjawab A, celing 1 menjawab
C, celing 2 menjawab C, celing 3 menjawab E, dan celing 4 menjawab E,
ternyata setelah celing 4 membuka jawaban maka yang benar adalah C,
sehingga kartu yang angkanya paling besar tadi berpindah ke C1, celing 2 dan
celing 4 tidak dapat kartu ini karena aturan mainnya berjalan searah dengan
putaran jarum jam, dan C1 yang menjawab pertanyaan benar pertama tadi.
Sehingga C1 bertindak sebagai lider.
Selanjutnya C1 mengambil kartu diatas meja, misalnya mendapatkan
kartu no. 9 maka C1 membuka soal no. 9 dan lider C2 C4 C1 Lider yang tadi
bertugas membuka kunci jawaban. Begitu selanjutnya,jika soal yang tidak
Lider
C2
C1
C4
C3
-
8/13/2019 Proposal Disty
36/50
36
dapat dijawab oleh semua anggota turnamen, maka nomor kartu tersebut
dikembalikan di atas meja sekaligus jawaban kartu yang tidak terjawab
dibacakan oleh celing dan kemudian dikocok kembali.
Lider berikutnya disesuaikan urutan searah putaran jarum jam. Setelah
waktu yang ditentukan pada turnamen selesai, selanjutnya menentukan poin
berdasarkan benar salahnya jawaban, apabila menjawab dengan benar maka
akan mendapatkan 1 poin yang berupa gambar smile. Semua anggota
turnamen berhak mengambil sendiri poin yang telah disediakan asalkan soal
dijawab dengan benar. Setelah usai turnamen, maka masing-masing anggota
turnamen mengumumkan siswa yang paling banyak mendapatkan poin dan
selanjutnya kelompok turnamen kembali kekelompok asal sambil membawa
poin-poin yang telah mereka dapat, kemudian masing-masing kelompok akan
menjumlah poin-poin tersebut. Kelompok yang mendapat poin terbanyak
maka dialah yang akan menjadi juaranya. Juara yang diambil yaitu juara I, II
dan III.
e. Penghargaan kelompok
Setelah turnamen selesai, siswa kembali kekelompok asal kemudian
menjumlahkan poin yang mereka dapat. Guru mengumumkan tiga kelompok
yang mempunyai poin tertinggi diantara kelompok yang lain yang akan
mendapatkan piagam penghargaan27.
2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Model TGT
Seperti halnya metode pembelajaran yang lain TGT juga mempunyai
kelebihan dan kekurangan, kelebihan TGT antara lain:
27Shohibul Kahfi,Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam Pembelajaran Matematika (Malang: FMIPA
UM, 2003), hal. 4
-
8/13/2019 Proposal Disty
37/50
37
a. Keterlibatan siswa dalam belajar mengajar
b. Siswa menjadi semangat dalam belajar
c. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi juga
melalui konstruksi oleh siswa itu sendiri
d. Dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri sendiri seperti: kerjasama,
toleransi, dan bisa menerima pendapat orang lain.
Sedangkan kekurangan TGT diantaranya adalah:
a. Bagi para pengajar pemula, model ini menumbuhkan waktu yang banyak
b. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan soal
turnamen
c. Siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah28.
28
Shohibul Kahfi,Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam Pembelajaran Matematika (Malang: FMIPAUM, 2003), hal. 8
-
8/13/2019 Proposal Disty
38/50
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru dan peneliti dengan upaya
meningkatan pemahaman sifat-sifat bangun datar trapesium melalui metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil dari penelitian tersebut dapat dimanfaatkan
secara langsung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas secara umum.
Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang
dimulai dari : a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c)pengumpulan data
(observing), d) penganalisis data/informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan
atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting).
PTK bercirikan perbaikan terus-menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi
tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut. Dalam penelitian ini
digunakan pendekatan kualitatif mengingat data yang diambil bukan berupa angka-
angka statistik tetapi berupa aktivitas siswa dalam pembelajaran ditambah dengan
hasil tes formatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan gejala-gejala atau
peristiwa yang tampak melalui observasi dan pengumpulan data.
B. Populasi dan Sampel1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti.29Populasi
dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA N 1 MATUR yang tahun
pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 32 orang. Penentuan kelas ini dilaksanakan
29Bambang Prasetyo dan Lina miftahul jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:PTRaja
Grafindo Persada, 2005), h.118
-
8/13/2019 Proposal Disty
39/50
39
peneliti berdasarkan hasil pengamatan terhadap kelas yang diajar oleh peneliti ketika
praktek kerja lapangan (PKLI). peneliti memprediksi bahwa kelas ini akan terjadi
peningkatan prestasi belajar jika dilakukan dengan pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Turnament).
2. SampelSampel adalah sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi.Dalam
pengambilan sampel, Suharsimi Arikunto menjelaskan:
Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar,
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung kemampuan waktu,
tenaga, dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dan besar kecilnya resiko yang
ditanggung oleh peneliti.30
Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka penulis mengambil sampel
penelitian sebesar 100 % dari total populasi sampel yaitu 32 orang siswa.
C. Variabel, Data dan Sumber Data1. Variabel
Variabel adalah sesuatu yang berbeda atau bervariasi/ symbol atau konsep yang
diasumsikan sebagai seperangkat nilainilai.31Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabelbebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Turnament) di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol.
30
Suharsimi Arikunto,h.13431Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006),
h.53
-
8/13/2019 Proposal Disty
40/50
40
b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabelterikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa.
2. Data.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang ditelitiyaitu data aktifitas, respon siswa, data kegiatan pengelolaan pembelajaran
oleh guru dan hasil belajar siswa
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari orang lain yaitu data tentangsiswa yang menjadi populasi dan sampel juga nilai ujian tengah semester
genap bidang studi Matematika kelas X SMA N 1 MATUR
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1) Data primerSumber data primer merupakan sumber data yang peneliti himpun sendiri
dalam penelitian ini. Sumber datanya adalah dari siswa kelas X SMA N 1
MATUR yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
2) Data sekunderSumber data sekunder merupakan sumber data yang sudah diarsipkan yang
diperoleh dari orang lain. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
diperoleh dari Tata Usaha dan guru bidang studi matematika SMA N 1
MATUR.
Data pada penelitian ini sebagai berikut:
-
8/13/2019 Proposal Disty
41/50
41
1. Hasil tes
2. Hasil observasi
3. Hasil angket
4. Hasil wawancara
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 1 MATUR
yang berjumlah siswa. Pengambilan data secara klasikal dilakukan dengan metode tes
dan angket. Sedangkan metode observasi digunakan untuk mengambil data dari
aktivitas guru mata pelajaran dan peneliti dan 5 siswa yang menjadi subyek
penelitian. Subyek penelitian terdiri dari: 1 siswa berkemampuan akademik tinggi, 3
siswa berkemampuan akademik sedang, dan 1 siswa berkemampuan akademik
rendah, ditinjau dari kemampuan akademik secara keseluruhan anggota kelas berupa
nilai ulangan harian terakhir.
Tujuan pengambilan 5 siswa tersebut supaya dapat mengungkapkan aktivitas
dan motivasi siswa secara mendalam. Wawancara yang hanya dilakukan terhadap
subyek penelitian analisis terhadap data yang diperoleh dari metode tes, angket,
wawancara dan observasi dilakukan untuk melihat ketuntasan indikator keberhasilan
tindakan.
3. Siklus PenelitianPada penelitian ini pelaksanaan siklus II, III dan seterusnya akan dilanjutkan
jika tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85% siswa
harus tuntas belajar. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus selama 3 kali
pertemuan. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak
lanjut pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi siklus II digunakan sebagai acuan
tindak lanjut pembelajaran selanjutnya.
-
8/13/2019 Proposal Disty
42/50
42
Dalam siklus penelitian ini terdapat beberapa tahap, antara lain: Tahap
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan/ implementasi tindakan, tahap observasi,
dan tahap refleksi.
4. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
Data tentang skor awal siswa diperoleh dari nilai ulangan harian pada materi
sebelumnya. Skor awal siswa didapatkan peneliti sebelum melakukan penelitian. Skor
awal ini digunakan untuk membentuk kelompok belajar siswa dan untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I yaitu dengan membandingkan
persentase siswa yang tuntas belajar pada tes akhir siklus I. Pada saat penelitian,
terdapat 2 macam tes yaitu turnamen dan tes akhir siklus. Turnamen digunakan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada
pembelajaran tersebut.
Selain itu, juga untuk memotivasi siswa dalam belajar. Turnamen
dilaksanakan setiap akhir pembelajaran. Pada saat turnamen, siswa diberi beberapa
soal untuk dikerjakan dilembar jawaban. Dari lembar jawaban itu siswa akan
mendapatkan skor turnamen. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor
turnamen setiap anggota kelompok. Skor setiap kelompok akan diurutkan dari yang
tertinggi sampai yang terendah. Dan tiga kelompok dengan skor tertinggi akan
mendapatkan penghargaan kelompok.
Tes akhir siklus dilakukan setiap akhir siklus. Pada penelitian ini, dilakukan
dua kali tes yaitu tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II. Tes skhir siklus digunakan
untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklus yaitu dengan
membandingkan persentase siswa yang tuntas belajar pada masing-masing siklus.
-
8/13/2019 Proposal Disty
43/50
43
Cara melaksanakan tes akhir siklus adalah dengan tes tulis. Siswa menjawab soal
yang diberikan oleh peneliti secara tertulis pada lembar jawaban. Soal yang diberikan
berupa soal uraian dengan tujuan tidak ada unsure untunguntungan/tebakan dalam
menjawabnya.
2. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan/pernyataan yang perlu dijawab oleh
orang yang akan dievaluasi (responden)55. Responden dalam penelitian ini adalah
siswa di kelas V semester II MI Ar-Rahmah Bendo Sukolilo Jabung Malang tahun
ajaran 2008/2009 yang menjadi sumber data dalam penelitian. Format angket yang
digunakan mengikuti model Likert. Responden diminta untuk membaca dengan
seksama setiap pernyataan itu. Derajat penelitian siswa secara bertingkat, mulai dari
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Skala kualitatif ini akan ditransfer ke dalam skala kuantitatif pada saat menganalisa
hasil angket. Angket ini diberikan sekali yaitu setelah akhir siklus II.
3. Observasi
Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa. Observasi ke siswa
dilakukan secara menyeluruh akan tetapi observasi lebih diintensifkan terhadap 4
siswa yang menjadi subyek penelitian. Observasi dilakukan oleh 2 orang pengamat
dan data observasi dicatat dalam lembar observasi. Instrumen ini digunakan untuk
mengetahui aktivitas guru dan siswa yang menjadi subyek penelitian sebagai fokus
pengamatan (4 siswa) selama berlangsungnya pembelajaran kooperatif. Tiga orang
pengamat bertugas mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa ke dalam lembar
observasi tersebut. Lembar observasi merupakan hasil adaptasi.
-
8/13/2019 Proposal Disty
44/50
44
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat oleh peneliti secara langsung setiap selesai
melakukan penelitian dengan mengingat dan membayangkan apa yang telah terjadi di
kelas baik peristiwa maupun percakapan.
5. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini bersifat terbuka dan terstruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara
terbuka karena subyek penellitian mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai
dan juga mengetahui apa maksud dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
Penelitian ini juga menggunakan wawancara terstruktur karena peneliti
membuat dan menetapkan sendiri masalah dan menyusun dengan rapi pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara dilakukan pada akhir tindakan I dan
dilakukan terhadap 4 siswa yang menjadi subjek pengamatan. Pemilihan 4 siswa ini
selain didasarkan kemampuan akademik juga berdasarkan pertimbangan keterampilan
mereka dalam berbicara.
5. Analisis Data
Sesuai dengan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif
maka data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
metode analisis data kualitatif.
Analisis data penelitian ini mengacu pada model analisis miles dan huberman
yang meliputi kegiatan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.
-
8/13/2019 Proposal Disty
45/50
45
Ketiga kegiatan ini dilakukan secara berurutan. Proses mereduksi data dilakukan
dengan menyeleksi dan menyederhanakan data mentah yang diperoleh dari berbagai
sumber dilapangan.
Data yang dimaksud adalah meliputi hasil tes, hasil wawancara, hasil angket,
hasi observasi dan catatan lapangan. Penyajian data dilakukan untuk memaparkan
hasil reduksi dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang telah
diperoleh dari hasil reduksi sehingga memberikan kemungkinan penarikan
kesimpulan. Informasi yang dimaksud adalah uraian kegiatan pembelajaran, hasil tes,
hasil pengamatan, catatan lapangan, dan wawancara. Penarikan kesimpulan
merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari
PTK yang dilakukan maupun efektivitas pembelajaran yang dilakukan.
Adapun analisis data dari hasil tes, lembar observasi, dan angket respon siswa sebagai
berikut :
1. tes
Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan cara melihat adanya
peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu persentase siswa yang tuntas
pada siklus I lebih dari persentase siswa yang tuntas pada data awal, dan persentase
siswa yang tuntas pada sikus II lebih dari persentase siswa yang tuntas pada siklus I.
siswa dikatakan tuntas belajar jika mendapatkan skor 42.5
Perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar sebagai berikut :
Keteranagan :
P = persentase siswa yang tuntas belajar
n = banyak siswa yang tuntas belajar
-
8/13/2019 Proposal Disty
46/50
46
N = banyak siswa keseluruhan
Selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar, juga harus
memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85% siswa harus tuntas
belajar.
2. lembar observasi
Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar
observasi yang diisi oleh pengamat. Analisis data hasil observasi menggunakan
analisis persentase. Skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan
hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata dengan
cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal yang dikalikan 100% yaitu :
()
Persentase terendah adalah 0%
Persentase tertinggi adalah 100%
Pada pembelajaran ini terdapat 4 kriteria aktivitas guru mata pelajaran yaitu :
sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik.
Sehingga kriteria aktivitas guru mata pelajaran dan siswa ditentukan sebagai
berikut :
75% < NR 100% = sangat baik
50% < NR 75% = baik
25% < NR 50% = cukup baik
0% < NR 25% = kurang baik
-
8/13/2019 Proposal Disty
47/50
47
Guru dinyatakan melaksanakan pembelajaran dengan baik jika berdasarkan
lembar observasi, guru mendapat skor dari pengamat minimal berkriteria baik
sedangkan subjek penelitian berdasarkan observasi siswa, mendapat skor dari
pengamat minimal berkriteria baik.
3. Angket
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan
informasi yang diperlukan oleh peneliti.
Angket ini digunakan untuk melengkapi data mengenai motivasi siswa dalam
pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis angket atau kuesioner
berstruktur. Kuesioner ini disebut juga kuesioner tertutup, berisi pertanyaan-
pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan. Responden
dalam menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan yang sudah disediakan. Data
yang dikumpulkan dengan angket adalah respon siswa terhadap pembelajaran dengan
metode kooperatif tipe TGT. Angket yang digunakan adalah angket tertutup, dimana
dalam mengisi jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapatnya masing-masing.
5 . Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah (1) tahap
pra-tindakan dan (2) tahap pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian ini direncanakan
dilakukan 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Rincian tahap-tahap pada setiap siklus
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Siklus I
a. Kegiatan pra-tindakan
-
8/13/2019 Proposal Disty
48/50
48
i. Menetapkan subjek penelitian Penetapan subjek penelitian dilakukan padakelas X SMA N 1 MATUR, di dalamnya terdapat sejumlah kelompok yang
telah ditetapkan berdasarkan nilai ulangan harian dan bedasarkan
pertimbangan dari guru bidang studi matematika pada kelas yang diteliti. Pada
tiap kelompok tersebut ditetapkan sebanyak 5 siswa yaitu seorang siswa
berkemampuan akademik tinggi, 3 orang siswa berkemampuan akademik
sedang, dan seorang siswa berkemampuan akademik rendah.
ii. Pembentukan kelompok belajarPembentukan kelompok belajar disusun sedemikian rupa sehingga terbentu
kelompok yang heterogen dari segi kemampuan akademik dan jenis kelamin.
b. Kegiatan tindakan
i. PerencanaanAdapun perencanaan ini berdasarkan pada observasi pendahuluan yang menjadi
acuan dalam perencanaan tindakan.
Langkahlangkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a) melakukan pertemuan awal dengan guru bidang studi untuk membicarakan
persiapan tindakan dan waktu tindakan.
b) Mempersiapkan sumber pelajaran dan bahan yang akan dipakai dalam
pembelajaran.
c) Mempersiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan materi yang ditetapkan.
d) Mempersiapkan lembar kegiatan.
e) Mempersiapkan lembar tes akhir tindakan.
f) Mempersiapkan angket.
ii. Pelaksanaan tindakan
-
8/13/2019 Proposal Disty
49/50
49
Tahap pemberian tindakan dimaksudkan yaitu melaksanakan kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah dijelaskan dibagian depan, yaitu
penyajiaan materi, belajar kelompok, perlombaan/turnamen, dan penghargaan
kelompok.
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan tujuan agar memperoleh informasi yang lebih
mendalam komprehensif tentang data aktifitas mulai dari awal sampai akhir tindakan.
Observasi ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh teman sejawat dan guru mata
pelajaran. Hasil observasi akan dicatat dalam lembar observasi dan catatan lapangan.
d. Refleksi
Refeksi digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu siklus dan dilakukan
pada setiap akhir siklus. Kegiatan ini untuk melihat keberhasilan dan kelemahan dari
suatu perencanaan yang dilaksanakan pada siklus tersebut. Refleksi juga merupakan
acuandalam menentukan perbaikan atas kelemahan pelaksanaan siklus sebelumnya
untuk diterapkan pada siklus selanjutnya.
2. Siklus II
Siklus II akan dilanjutkan apabila tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar
secara klasikal yaitu 85% siswa harus tuntas belajar. Pelaksanaan alur siklus II sama
dengan pelaksanaan alur pada siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan
yang ada pada siklus I. Sub bahasan yang dibahas pada siklus II adalah sama dengan
siklus II yaitu tentang trigonometri Pelaksanaan masing-masing siklus digambarkan
dengan sebuah spiral penelitian tindakan kelas yang meliputi 4 fase seperti gambar
3.1.
-
8/13/2019 Proposal Disty
50/50
keempat fase meliputi tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (action),
pengematan (observation), dan refleksi (reflection).
Gambar 3.1
Spiral Penelitian Tindakan Kelas