1
PENGARUH INTERNAL AUDIT TERHADAP AUDIT FEE
DENGAN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Ika Kurnia Aryani
Drs. Sudarno, M.Si., Akt. PhD.
ABSTRACT
The aim of this study is to examine the influence of internal audit on the
audit fee, through the implementation of good corporate governance. Internal
audit role as evaluators is expected to improve company performance ratings of
corporate governance so that companies are willing to pay higher audit fees.
This study used secondary data taken from the website CGPI as corporate
governance rating agencies and the annual report of listed companies in
Indonesia Stock Exchange from the years 2005-2008. Using purposive sampling
method, data analysis includes the classical assumption test, analysis of
coefficient of determination (R2), F test, t test, and using path analysis as the
instrument of analysis. Analyzing data using SPSS software version 17.
Based on the results, internal audit showed that has significant positive
influence to the implementation of good corporate governance and the
implementation of good corporate governance has a significant positive influence
on audit fees and then internal audit affect the audit fees through the
implementation of good corporate governance. This means the variable
implementation of good corporate governance is an intervening variable of the
internal audit and audit fees.
Key words: internal audit, audit fee, good corporate governance.
2
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, maka
komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya sangat diperlukan.
Perekonomian masyarakat tersebut dicerminkan dalam bentuk organisasi badan
usaha yang besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah menyebar
ke segala pelosok daerah dan operasinya yang sudah mejangkau secara luas
bahkan sampai ke luar negeri. Para stakeholder atau pemangku kepentingan
menghendaki diadakan pengawasan atau pengendalian terhadap perusahaan agar
mereka dapat menggunakan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Agar penilaian audit terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen
dilakukan secara bebas dan tidak memihak, perusahaan menggunakan jasa
akuntan publik. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan
tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan
keputusan. Dengan memeriksa opini yang dikeluarkan oleh akuntan publik,
masyarakat dapat mengetahui perusahaan mana yang memiliki keadaan keuangan
yang wajar dan tidak terdapat kecurangan dalam proses bisnisnya.
Karena jasa akuntan publik merupakan jasa professional, maka perusahaan
harus memberikan fee kepada akuntan publik yang melakukan jasa audit (auditor
eksternal) terhadap laporan keuangannya. Menurut Gatot (2010), pasar audit di
Indonesia sangat ketat dan tidak hanya didominasi Kantor Akuntan Publik (KAP)
big four saja. Selain itu, pasar audit di Indonesia juga masih bersifat cost focus
dibandingkan brand/quality focus. Maksudnya perusahaan-perusahaan di
Indonesia yang menggunakan jasa audit kebanyakan masih menggunakan
pertimbangan pemilihan KAP melalui audit fee-nya daripada nama besar atau
kualitas dari KAP tersebut.
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi besar audit fee. Orang
yang pertama kali memformulasikan faktor-faktor yang mempengaruhi fee audit
adalah Simunic (1980). Ia membuat model yang menyatakan bahwa fee audit
3
ditentukan oleh besar-kecilnya perusahaan yang diaudit (client size), risiko audit
(atas dasar current ratio, quick ratio, D/E, litigation risk) dan kompleksitas audit
(subsidiaries, foriegn listed). Model inilah kemudian yang dijadikan acuan untuk
melihat fenomena di seputar penawaran jasa audit.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, terdapat hal lain yang dapat
mempengaruhi audit fee, yaitu internal audit. Internal audit sangat diperlukan
bagi organisasi yang membutuhkan informasi dari pihak yang independen
mengenai berbagai aktivitas organisasi guna pengambilan keputusan yang lebih
obyektif dan accountable. Internal audit juga berfungsi untuk mengendalikan
jalannya organisasi karena internal auditor bertugas mengevaluasi kinerja pihak
yang diaudit guna mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan, baik
penyimpangan yang bersifat kepatuhan (compliance), inefisiensi, kecurangan
(fraud), aktivitas, operasi, atau pekerjaan yang tidak efektif, serta laporan
keuangan yang tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya.
Tanggung jawab keefektifan audit internal dipegang oleh Komite Audit.
Setiap internal audit melakukan perencanaan atau pelaporan, maka hasilnya akan
dievaluasi oleh Komite Audit. Selanjutnya akan dilaporkan ke dewan komisaris
agar komisaris memberi petunjuk dewan direksi untuk melakukan tindakan yang
diperlukan.
Namun, terjadi perkembangan dalam peran internal audit yaitu dari
sekedar unit yang mengecek kepatuhan, menjadi sebuah fungsi yang berperan
aktif sebagai mitra bagi manajemen dalam mendukung penerapan GCG dengan
melakukan evaluasi dan perbaikan proses kerja perusahaan yang berpengaruh
pada penerapan nilai perusahaan dan terjaganya akuntabilitas; membantu menjaga
efektivitas pengendalian dengan melakukan evaluasi terhadap efektivitas dan
efisiensi serta memberikan input untuk perbaikan yang berkesinambungan; serta
melakukan identifikasi dan evaluasi risiko signifikan yang dihadapi perusahaan
dan memberikan masukannya untuk perbaikan sistem pengendalian dan
manajemen risiko.
4
Menurut Daniri, internal audit merupakan bagian dari praktik Good
corporate governance (GCG), juga praktik manajemen, dimana didalamnya
mencakup pengawasan yang memadai, etika bisnis, independensi, pengungkapan
yang akurat dan tepat waktu, akuntabilitas dari seluruh pihak yang terlibat dalam
proses pengelolaan perusahaan, serta mekanisme untuk memastikan adanya tindak
lanjut yang seksama jika terjadi pelanggaran dalam perusahaan. Seperti terdapat
dalam penelitian Muhammadinah (2010), audit internal berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan good corporate governance di PT. Pertamina.
Terdapat dua pandangan terhadap hubungan antara internal audit,
corporate governance, serta audit eksternal yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap audit fee. Pandangan pertama adalah apa yang disebut sebagai control
pengganti (substitution control view) yang menyatakan bahwa hubungan antara
audit eksternal dan sumber-sumber pengendalian atau control yang ada saling
menggantikan. Misalnya internal audit, didasarkan pada asumsi bahwa keputusan
terhadap pengurangan risiko mencerminkan penggantian atau subtitusi yang
potensial auatu pengendalian terhadap pengendalian yang lain. Sebagai contoh,
penelitian Simunic (2006) menyatakan bahwa auditee dapat mengganti audit
eksternal dengan internal audit ketika terdapat pengetahuan unutk mengurangi
biaya audit eksternal serta menyimpulkan bahwa internal audit yang baik akan
mengurangi pekerjaan audit eksternal.
Pandangan kedua adalah apa yang disebut control tambahan
(complementary control view) yang menyatakan bahwa hubungan antara
pengendalian atau control, corporate governance, dan auditing saling melengkapi
dan bukan saling menggantikan serta penambahan terhadap suatu komponene
pengendalian akan menguatkan komponen pengendalian yang lain. Penelitian
Goodwin-Steward (2006) menguatkan pandangan ini dengan menemukan adanya
hubungan yang positif antara keberadaan fungsi internal audit dan peningkatan
permintaan terhadap audit eksternal yang menyebabkan peningkatan terhadap
audit fee.
5
Pemeriksaan hubungan antara internal audit dan audit fee penting
mengingat saat ini fokus yang kuat pada good corporate governance harus peduli
dengan bagaimana internal dan audit eksternal meningkatkan integritas pelaporan
keuangan (Goodwin-Stewart dan Kent, 2006; dan Page Spira, 2003). Penelitian
ini penting bagi mereka yang mengelola perusahaan dan bagi perusahaan audit,
terutama mengingat banyaknya perusahaan yang runtuh sehubungan dengan
masalah dengan kualitas laporan keuangan dan dengan praktek-praktek audit
seperti kasus Enron dan Arthur Andersen.
2. TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Internal Audit
The Institute of Internal Auditors (2000) memberikan definisi bahwa :
Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organization's operations. It
helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic,
disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control, and governance processes.
Internal audit adalah akitivitas independen, keyainan objektif, dan
konsultasi yang dirancang untuk menmbah nilai dan eningkatkan operasi
organisasi. Internal Auidt ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan
melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektifitas manajemn resiko, pengendalian dan proses tata kelola.
Fungsi internal audit merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang
terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi,
keuangan, dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam
melaksanakan tanggung jawab mereka (Mulyadi, 2002). Tugas fungsi internal
audit adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi
pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi.
6
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor intern memiliki kegiatan sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektifitas pengendalian intern yang
efektif dengan biaya yang minimum.
2. Menentukan sampai berapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen
puncak dipatuhi.
3. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan
dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari segala macam kerugian
4. Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
dalam perusahaan
5. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan – kegiatan perusahaan
Good Corporate governance
Konsep Corporate governance menurut The Indonesian Institute of
Corporate governance (IICG) dapat didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme
yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional
perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan
(stakeholders).
Corporate governance Perception Index (CGPI) adalah program riset dan
pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. CGPI
diikuti oleh Perusahaan Publik (Emiten), BUMN, Perbankan dan Perusahaan
Swasta lainnya. Program CGPI secara konsisten telah diselenggarakan pada setiap
tahunnya sejak tahun 2001. CGPI diselenggarakan oleh IICG sebagai lembaga
swadaya masyarakat independen bekerjasama dengan Majalah SWA sebagai
mitra media publikasi. Program ini dirancang untuk memicu perusahaan dalam
meningkatkan kualitas penerapan konsep CG melalui perbaikan yang
berkesinambungan (continous improvement) dengan melaksanakan evaluasi dan
melakukan studi banding (benchmarking). Program CGPI akan memberikan
apresiasi dan pengakuan kepada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan
CG melalui CGPI Awards dan penobatan sebagai Perusahaan Terpercaya.
7
Penghargaan CGPI Awards dan hasilnya dipaparkan di Majalah SWA salam
Sajian Utama.
Audit fee
DeAngelo dalam Rizkiasih (2010) menyatakan bahwa audit fee
merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa
faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa
audit yang dihadapi auitor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien, serta
nama KAP yang melakukan jasa audit.
Simunic (2006) menyataan bahwa audit fee ditentukann oleh besar
kecilnya perusahaan yang diaudit, risiko audit (atas asar current ratio, quick ratio,
D/E, litigation risk), dan kompleksitas audit (subsidiaries, foreign listed). Al-
Harshani dari Kuwait dalam Widiasari (2009) juga melakukan penelitian yang
sama ditambah variable ratio profitabilitas dan menunjukkan hasil yang
signifikan.
Penelitian Terdahulu
Singh dan Newby (2009) meneliti mengenai hubungan antara fungsi
internal audit dan external audit fee dan menemukan ada hubungan yang positif
signifikan. Penelitian ini memperluas dari penelitian Goodwin-Stweart dan Kent
(2000) tetapi menggunakan inormasi data yang telah dipublikasikan. Studi ini
hanya mencakup 300 perusahaan terbesar sehingga tidak dapat digeneralisasi ke
perusahaan yang lebih kecil.
Hubungan mengenai karakteristik Komite Audit dan external audit fees
diteliti oleh Yatim et al. (2006) dan menghasilhan hubungan yang positif dan
signifikan. Menggunakan uji regresi berganda untuk menganalisis 736 perusahaan
terdaftar di Bursa Malaysia. Akan tetapi hasil ini tidak berlaku perusahaan yang
dimiliki pemerintah Malaysia (Bumiputera) atau yang di Indonesia dikenal dengan
nama BUMN.
8
Sedangkan Indriyani dan Muhammadinah (2010) meneliti pengaruh
kualitas internal audit terhadap pelaksanaan good corporate governance pada PT.
Pertamina. Menggunakan analisis regresi linier sederhana dan menyatakan bahwa
audit internal berpengaruh signifikan terhadap peningkatan good corporate
governance di PT. Pertamina. Audit internal yang dilaksanakan di PT Pertamina
telah memadai hal ini dapat dilihat dari independensi, kompetensi, program audit,
pelaksanaan audit, laporan hasil audit dan tindak lanjut audit yang dilaksanakan
sudah dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menganalisis faktor adanya fungsi internal audit untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap audit fee yang dibayarkan perusahaan pada
auditor independen.. Selain itu, penerapan good corporate governance juga
memediasi hubungan kedua faktor tersebut. Berdasarkan telaah pustaka dan
penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini nampak pada
gambar :
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Internal Audit Audit fee
Penerapan Good
Corporate Governance
9
Pengembangan Hipotesis
Internal Audit dan Penerapan Good Corporate Governance
Dalam meningkatkan good corporate governance suatu perusahaan
memerlukan peran auditor internal (Muhammadinah, 2010). Auditor internal
bertugas meneliti dan mengevaluasi suatu system akuntansi serta menilai
kebijakan dan program kerja manajemen yang dilaksanakan. Auditor internal
merupakan salah satu profesi yang menunjang peningkatan GCG, yang pada saat
ini telah berkembang menjadi komponen utama dalam meningkatkan pengelolaan
perusahaan secara efektif dan efisien.
Profesi audit internal megalami perubahan dari waktu ke waktu,
sedangkan keberadaan audit internal diharapkan dapat memberikan nilai tambah
bagi perusahaan sebagai fungsi yang independen dalam menciptakan sikap
profesional dalam setiap aktivitasnya, sehingga mendorong pihak terkait untuk
terus melakukan pengkajian terhadap profesi ini.
H1 = Internal Audit berpengaruh terhadap Penerapan Good Corporate
Governance
Penerapan Good Corporate Governance dan Audit Fee
Menurut penelitian Yatim et al. (2006), struktur corporate governance
berpengaruh positif dengan audit fee eksternal. Selain itu Carcello et al. (2000)
dalam “Board Characteristics and Audit Fees” menguji pengaruh antara
karakteristik dewan dalam perusahaan dengan fee yang dibayarkan untuk auditor
eksternal. Penelitian ini menggunakan sampel dari Fortune 1000 Companies dan
menggunakan analisis OLS untuk menguji hipotesisnya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan positif antara board
independence, diligence and expertise dan fee audit.
H2 = Penerapan Good Corporate Governance berpengaruh terhadap Audit
Fee
10
Internal Audit dan Audit Fee
Apabila suatu perusahaan memiliki fungsi internal audit dalam mekanisme
operasionalnya, maka perusahaan tersebut akan rela mengeluarkan audit fee lebih
besar demi kualitas laporan keuangan yang dapat dipercaya. Seperti terdapat
dalam penelitian Singh dan Newby (2009) bahwa
H3 = Penerapan Internal Audit berpengaruh terhadap Audit Fee melalui
Penerapan Good Corporate Governance
3. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode sampel yang digunakan adalah
pursposive sampling (dipilih berdasarkan kriteria tertentu dari pertimbangan
peneliti). Metode ini dipilih dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representative sesuai denan kriteria yang ditentukan . Kriteria penarikan sampel
dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan yang termasuk dalam pelaksanaan survey CGPI yang
dilaksanakan IICG tahun 2005-2008.
2. Saham perusahaan listed (terdaftar) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
sejak 1 Januari 2005 sampai 31 Desember 2008 dan tidak delisting
selama periode penelitian.
3. Mencantumkan professional fee dan jumlah rapat Komite Audit dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
11
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak langsung dari
objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun tulisan Data sekunder ini
diambil dari Annual Report (Laporan Tahunan) diunduh dari website Bursa Efek
Indonesia (BEI), majalah SWA, serta publikasi dari IICG..
Metode Pengumpulan Data
Data sekunder dikumpulkan dari website dan sumber lainnya , lalu
dilanjutkan dengan pencatatan, perekapan, kemudian penghitungan.
Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit fee.
Data tentang audit fee akan diambil dari akun professional fees yang terdapat
dalam laporan keuangan dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Eek Indonesia
(BEI). Data mengenai audit fee belum banyak ditemukan di Indoensia karena
kebanyakan perusahaan dalam mengungkapkan audit fee-ny
a masih berupa voluntary disclosure, sehingga digunakan akun professional fees
untuk mengukur audit fee yang dikeluarkan perusahaan (Rizkiasih, 2010 dan
Widiasari, 2009). Dalam persaaan, variabel ini disimbolkan dengan AF.
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Internal Audit. Biasanya
alat pengukuran internal audit mengunakan faktor ada tidaknya fungsi tersebut.
Namun, sejak Bapepam mengeluarkan Peraturan Nomor IX.1.7 mengenai Unit
Audit Internal dimana perusahaan publik wajib memiliki unit audit internal
sehingga alat pengukuran tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi.
Internal Audit dalam penelitian ini yaitu jumlah laporan aktivitas yang
diserahkan kepada Komite Audit untuk mengukur jumlah aktivitas yang
12
dilaporkan kepada auditor. Variabel ini diproksikan pada jumlah rapat Komite
Audit. Dalam persamaan, variabel ini disimbolkan dengan IA.
Variabel Intervening
Variabel intervening dalam penelitian ini adalah penerapan Good
Corporate Govenance atau Tata Kelola Perusahaan yang baik. Variabel ini
diwakili oleh peringkat dalam Good Governance Perception Index yang
dikeluarkan IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance) dan Majalah
SWA sebagai media publikasi. Variabel ini menggunakan skala rating. Dalam
persamaan, variabel ini disimbolkan CGPI.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif didasarkan pada data yang telah dikumpulkan lalu
dianalisis. Analisis ini digunakan unutk memberikan deskripsi mengenai variabel-
variabel penelitian (Internal audit, Good Corporate Govenance, dan Audit fee)
yang dapat dilihat dari jumlah data, angka rata-rata, kisaran, dan standar deviasi.
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Internal Audit (IA) 40 4 51 17.55 11.732
Penerapan Good Corporate
(CGPI)
40 65.98 90.65 79.8732 6.05806
LN Audit Fee (LNAF) 40 -.80 5.40 3.0870 1.59051
Valid N (listwise) 40
(sumber : data sekunder yang diolah, 2011)
13
Asymp. Sig (2-tailed) pada persamaan I sebesar 1,000 dan persamaan II
sebesar 0,614, semua nilai diatas 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
data berdistribusi normal dan model regresi dapat digunakan sebagai pengujian
berikutnya.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk melihat apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari (1) nilai
tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Jika nilai tolerance lebih dari 10% dan nilai VIF kurang dari 10 maka
dapat diambil kesimpulan tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2006). Hasil uji
multikolinieritas model persamaan I dan persamaan II dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut :
Tabel 2
Hasil Uji Multikolinieritas
Model Regresi Nilai Sig Kesimpulan
Tolerance VIF
Persamaan I
Internal audit 1,000 1,000 Tidak ada multikolinearitas
Persamaan II
Internal audit 0,894 1,118 Tidak ada multikolinearitas
Penerapan good corporate 0,894 1,118 Tidak ada multikolinearitas
Sumber : Data sekunder yang diolah,2011
Dari hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF) tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih
dari 10. Hasil perhitungan juga didukung oleh nilai tolerance yang menunjukkan
14
tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10
yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari
95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoliniaritas antar variabel
independen dalam model regresi.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan melihat apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat
grafik scatterplot. Berikut ini adalah hasil dari grafik scatterplot persamaan I dan
II:
Gambar 2
Grafik Scatterplot Persamaan I
Gambar 3
Grafik Scatterplot Persamaan II
15
Berdasarkan Gambar 4.7, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi. Hal ini berdasarkan gambar grafik dimana
titik-titik yang ada dalam grafik tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2006).
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan melihat apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan uji Run Test yaitu menguji apakah
antar residual terdapat korelasi yang tinggi, jika antar residual tidak terdapat
korelasi maka dapat dikatakan residual adalah acak atau random. Hasil uji
autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 3
Hasil Uji Autokorelasi
Nama Variabel Bebas Nilai Sig Keterangan
Persamaan I 0,524 Tidak terdapat autokorelasi
Persamaan II 0,149 Tidak terdapat autokorelasi
Dari hasil pengujian diatas diperoleh besarnya nilai Asymp Sig. (2-tailed)
pada persamaan I sebesar 0,524 > 0,05 yang berarti dapat disimpulkan bahwa
residual tidak random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual sehingga
model persamaan I tidak terdapat masalah autokorelasi begitu juga dengan model
pada persamaan II dengan nilai sig sebesar 0,149 > 0,05 (Ghozali, 2006).
Uji Hipotesis
Uji Persamaan I
Uji persamaan pertama adalah analisis regresi sederhana melihat
pengaruh variabel internal audit terhadap penerapan good corporate governance.
Persamaan I digunakan untuk menguji hipotesis I.
16
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemmapuan model dalam menerangkan variasi variable independen (Ghozali,
2006). Berdasarkan hasil olah data program SPSS maka terlihat seperti table
berikut:
Tabel 4
Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .325a .106 .082 5.80341
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Tabel di atas diketahui besarnya nilai R2 sebesar 0,082, hal ini berarti
8,2% variasi penerapan good corporate governance yang dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen yaitu internal audit. Sedangkan sisanya (100% - 8,2%
= 91,8%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
Sedangkan Uji Signifikansi Simultan (Uji F) bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh variabel internal audit terhadap penerapan good corporate
governance secara simultan.
Tabel 5
Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 151.481 1 151.481 4.498 .041a
Residual 1279.824 38 33.680
Total 1431.304 39
Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 4,489 dengan
tingkat signifikansi 0,041. Karena probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi good corporate atau
dapat dikatakan bahwa internal audit berpengaruh terhadap good corporate.
17
Selain itu, uji signifikansi parameter individual (Uji t Statistik) digunakan
untuk melihat pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 6
Hasil Uji t
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 76.925 1.666 46.183 .000
Internal Audit (IA) .168 .079 .325 2.121 .041
Tadi tabel didapatkan hasil nilai t hitung 2,121 dan sig. 0,041. Nilai t
hitung bertanda positif dan signifikan atau t hitung lebih besar dari t tabel (2,0244)
dan nilai sig. < 0,05, maka variabel internal audit berpengaruh terhadap penerapan
good corporate jadi hipotesis pertama yang mengatakan bahwa Internal Audit
berpengaruh terhadap Penerapan Good Corporate Governance diterima.
Kesimpulan uji persamaan pertama bahwa H1 : Internal Audit berpengaruh
terhadap Penerapan Good Corporate Governance dinyatakan diterima.
Uji Persamaan II
Uji persamaan kedua adalah analisis regresi berganda melihat pengaruh
variabel internal audit dan penerapan good corporate terhadap audit fee.
Persamaan II digunakan untuk menguji Hipotesis II dan III.
Tabel 7
Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .411a .169 .124 1.48861
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
18
Tabel di atas diketahui besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,124, hal ini
berarti 12,4% variasi audit fee yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen. Sedangkan sisanya (100% - 12,4% = 88,6%) dijelaskan oleh sebab-
sebab lain di luar model.
Sedangkan Uji Signifikansi Simultan (Uji F) bertujuan untuk mengetahui
apakah variabel internal audit dan penerapan good corporate governance
berpengaruh secara bersama-sama terhadap audit fee.
Tabel 8
Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16.668 2 8.334 3.761 .033a
Residual 81.991 37 2.216
Total 98.659 39
Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 3,761 dengan
tingkat signifikansi 0,033. Karena sig lebih kecil dari 0,05, maka secara simultan
ada pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kemudian uji signifikansi parameter individual (Uji t Statistik) untuk
melihat pengaruh variabel bebas secara parsial.
Tabel 9
Hasil Uji t
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -4.886 3.229 -1.513 .139
Internal Audit (IA) .013 .021 .097 .611 .545
Penerapan Good Corporate
(CGPI)
.097 .042 .369 2.330 .025
19
Dari tabel didapatkan hasil nilai t hitung CGPI senilai 2,330 dengan sig.
0,025 (<0,05), yang artinya ada pengaruh variabel penerapan good corporate
berpengaruh terhadap audit fee. Sedangkan nilat t hitung Internal audit sebesar
0,611 dengan sig 0,545 (>0,05) berarti tidak ada pengaruh langsung variabe
internal audit terhadap penerapan good corporate governance.
Untuk melihat pengaruh langsung atau tidak langsung variabel internal
audit terhadap audit fee dilihat dari nilai standardized koefisien. Hasil output
memberikan nilai standardized beta IA pada persamaan I sebesar 0,325 dan
signifikan pada 0,041 yang berarti IA mempengaruhi CGPI. Nilai standardized
koefisien beta 0,325 yang merupakan nilai path atau jalur p2.
Kemudian pada persamaan II nilai standardized koefisien untuk IA 0,97
dengan sig 0,545 artinya IA tidak berpengaruh langsung terhadap AF sedangkan
nilai standardized koefisien CGPI 0,369 dengan sig 0,025 artinya CGPI
berpengaruh terhadap AF. Pengaruh tidak langsung IA terhadap AF = 0,325 x
0,369 = 0,119. Koefisien ini bernilai positif sehingga antara IA dan AF memiliki
hubungan tidak langsung. Nilai standardized beta IA 0,97 merupakan nilai jalur
path 1 dan nilai standardized beta CGPI 0,369 merupakan nilai jalur path 3.
Besarnya nilai e1 = = 0,945 dan besarnya nilai e2 =
= 0, 911.
Kesimpulan uji persamaan kedua bahwa
H2 : Penerapan Good Corporate Governance berpengaruh terhadap
Audit Fee dinyatakan Diterima
H3 : Internal Audit berpengaruh terhadap Audit Fee melalui
Penerapan Good Corporate Governance dinyatakan Diterima
20
Gambar 4
Diagram Path
Pembahasan
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 = Internal Audit berpengaruh terhadap Penerapan Good Corporate
Governance
Dari table 4.x diketahui bahwa variable IA memiliki pengaruh positif
dengan koefisien 0,325 dan sig 0,024 (dibawah 0,05) terhadap CGPI. Dengan
demikian berarti hasil penelitian menduung hipotesis yang diajukan karena berarti
variable Internal Audit memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
Penerapan Good Corporate Governance.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Gumilang (2010) dalam
penelitiannya yang berjudul Pengaruh Peranan Internal Audit terhadap Penerapan
Good Corporate Governance pada PTPN III Medan bahwa korelasi/hubungan
antara peranan audit internal dengan penerapan GCG tidak mempunyai hubungan
yang kuat.
Namun, hasil ini sesuai dengan penelitian Muhammadinah dan Indriyani
(2010) bahwa audit internal berpengaruh signifikan terhadap good corporate
governance di PT. Pertamina. Dalam penelitian ini dibuktikan bahwa dalam
Internal Audit
Penerapan Good Corporate
Governance
Audit fee p1 = 0,097
p2 = 0,325 p3 = 0,369
e1 = 0,945
e2 = 0, 911
21
meningkatkan corporate governance dibutuhkan peran auditor internal untuk
meneliti dan mengevaluasi tugas manajemen.
Hipotesis Kedua dalam penelitian ini adalah :
H2 = Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Audit Fee
Dari table 4.x diketahui bahwa variable CGPI berpengaruh positif dengan
koefisien 0,369 dan sig 0,025 (dibawah 0,05) terhadap LNAF. Dengan demikian
berarti hasil penelitian mendukung hipotesis yang diajukan karena berarti
Penerapan Good Corporate Governance memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap Audit Fee.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Boo dan Sharma (2008) bahwa tidak
ada hubungan signifikan antara corporate governance dan audit fee karena
perusahaan dengan corporate governance yang baik tidak membutuhkan
assurance (keamanan) lebih dari auditor eksternal sebab perusahaan telah diawasi
berbagai regulator. Hal ini berbeda di tiap negara tergantung regulasi dan hukum
yang berlaku.
Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Carcello et al. (2000),
Yatim et al. (2003) dan Goodwin-Steward dan Kent (2006) bahwa good corporate
governance terutama strukturnya berpengaruh positif terhadap audit fee karena
perusahaan dengan corporate governance yang kuat cenderung dituntut kualitas
audit yang tinggi, sehingga membayar lebih tinggi untuk audit fee.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah :
H3 = Pengaruh Penerapan Internal Audit terhadap Audit Fee melalui
Penerapan Good Corporate Governance
Dari gambar 4.x dapat dihitung koefisien tidak langsung IA terhadap
LNAF = 0,325 x 0,369 = 0,119. Koefisien ini bernilai positif sehingga antara IA
dan LNAF memiliki hubungan tidak langsung. Namun demikian IA dan AF tidak
memiliki hubungan langsung karena pada uji parsial variavel IA terhadap AF
22
memiliki signifikansi 0.545 (diatas 0.05) sehingga IA tidak berpengaruh langsung
terhadap AF, harus melalui variable CGPI.
Ada beberapa penelitian yang menemukan hubungan negative signifikan
antara internal audit dan audit fees yaitu penelitian Felix et al. (2001) dan Turpin
(1990). Mereka menyatakan bahwa internal audit dan audit fees tidak memiliki
hubungan positif karena internal audit hanya sebagai pengganti audit eksternal
atau sebaliknya.
Sedangkan banyak pula penelitian yang meendukung hubungan positif
dari internal audit dan audit fee misalnya Goodwin_steward dan Kent (2006) serta
Singh dan Newby (2009). Hubungan positif ini disebabkan kebutuhan untuk
memperkuat control lingkungan perusahaan semakin tinggi sehingga banyak
perusahaan menggunakan internal audit bersamaan dengan audit fee yang tinggi.
5. KESIMPULAN DAN KETERBATASAN
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa :
1. Intenal audit berpengaruh positif signifikan terhadap penerapan good
corporate governance.
2. Penerapan good corporate governance berpengaruh positif signifikan
terhadap audit fee.
3. Internal audit berpengaruh terhadap audit fee melalui penerapan good
corporate governance.
Penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan :
1. Belum semua perusahaan mencantumkan data audit fee sehingga peneliti
menggunakan data professional fees yang tercantum dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan perusahaan untuk mengukur variable Audit Fee.
2. Peraturan Bapepam no IX.I.7 tahun 2008 mewajibkan perusahaan listing
di BEI wajib mempunyai fungsi Internal Audit sehingga proxy
keberadaan internal audit sebagai alat pengukur variable Internal Audit
23
tidak dapat digunakan lagi. Oleh karena itu, untuk mengkur variable IA,
peneliti menggunakan proxy jumlah rapat Komite Audit. Hal ini
disebabkan karena hasil pekerjaan fungsi internal audit harus dilaporkan
dan dievaluasi oleh Komite Audit sehingga proxy tersebut digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L. J., S. Parker, G. F. Peters, K. Raghunandan. 2003. “An Empirical
Investigation of Audit Fees, Nonaudit Fees, and Audit Committees,”
Contemporary Accounting Research, Vol. 20, h. 215-234.
Boo, El’fred., Divesh Sharma. 2008. “Effect of Regulatory Oversight on the
Association Between Internal Governance Characteristics and Audit Fees”,
Journal of Accounting and Finance, No. 48, H. 51-71
Boynton. W., dan Kell Walter G. 1996. Modern Auditing 6th
. New York : John
Wiley and Sons.
Cadburry Committee (1992), Report on the Financial Aspects of Corporate
Governance, Gee and Company Limited, London.
Carcello, J.V., D. R. Hermanson, T. L. Neal, dan R. A. Riley. 2002. “Board
Characteristic and Audit Fees,” Contemporary Accounting Research, Vol.
19, h. 365-384.
Felix, W.L., Gramling, A.A. dan Maletta, M.J. (2001), “The contribution of
internal audit as a determinant of external audit fees and factors
influencing this contribution”, Journal of Accounting Research, Vol. 39
No. 3, pp. 513-34.
Gatot. 2010. “Internal Audit Forum.” http://internal-audit-forum.blogspot.com,
diakses tanggal 15 Mei 2010
Gay, G. dan R. Simnett. Auditing and Assurance in Australia. Australia :
McGraw-Hill.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Proram SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Undip.
24
Goodwin-Stewart, J. dan P. Kent. 2006. “Relation between external audit fees,
audit committee characteristics and internal audit,” Journal of Accounting
and Finance, Vol. 46, No. 4, h. 387-404.
Hay, D., Knechel, W. Robert dan N. Wong. 2006. “Audit Fees: A Meta-Analysis
of the Effect of Supply and Demand Attributes”, Contemporary
Accounting Research, Vol. 23, No. 1, h.91-141
Hayland, M.M. dan D. A. Verrault. 2003. “Developing a strategic internal audit –
human resource management relationship: a model survey,” Managerial
Auditing Journal, Vol. 18 No. 6/7, h.. 465-78.
McNamee, D. dan G. Selim. 1998. “Risk Management: Changing the Internal
Auditor’s Paradigm”, IIA Research Foundation.
Indonesian Institute of Corporate Governance(IICG). www.iicg.org.
Indriantono, dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Indriyani, H. dan Muhammadinah. 2010. “Pengaruh Kualitas Audit Internal
Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada PT. Pertamin,”
http://www.blog.binadharma.ac.id. Diakses tanggal 10 Maret 2010
Jensen, M. C., dan Meckling W. H. 1976. Theory of The Firm : Managerial
Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics. Vol.3. no. 4, h. 305-360.
Mulyadi. 2002 Auditing.. Jakarta : Salemba Empat
Mulyadi dan K. Puradiredja. 1998. Auditing. Jakarta : Salemba Empat.
Page, M. dan L. F. Spira. 2003. “Risk management: the reinvention of internal
control and the changing role of internal audit,” Accounting, Auditing and
Accountability Journal, October, Vol. 16, No. 4, h. 640-661
Rizqiasih, Putri Dyah, 2010. “Pengaruh Struktur Governance terhadap Fee Audit
Eksternal”, Skripsi S-1. Universitas Diponegoro.
Sekaran, Uma. 2006. Research Method For Business. New York : John Wiley and
Sons.
Silvoso, J. A. 1971. “Report of the Committee on Basic Auditing Concepts,” The
Accounting Review, Vol. 47, h. 15-74
25
Simunic, Dan A. 1980. “The Pricing of Audit Services : Theory and Evidence”.
Journal of Accounting Research, Vol. 18, h. 161-189.
Simunic, Dan. A. dan Stein M. 1996. “The impact of litigation risk on audit
pricing: a review of the economic and the evidence", Auditing: A Journal of
Practice & Theory, Vol. 15, h. 119-34
Singh, H. and R. Newby. 2009. “Internal audit and audit fees : further evidence.”
http://www.emeraldinsight.com. Diakses tanggal 5 Januari 2010.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Supriyanta. 2007. “Fee Audit Minimal Bagi Akuntan Publik”.
http://soepriyanta.blogspot.com/. Diakses 25 Agustus 2010.
Turpin, R.A. 1995. “Audit fees – what research tells us”, CPA Journal, Vol. 12
No. 1, h.. 54-6.
Widiasari, Esti. 2009. “Pengaruh Pengendalian Internal Perusahaan dan Struktur
Corporate Governance Terhadap Fee Audit”, Skripsi S-1, Universitas
Diponegoro.
Yatim, P., P. Kent and P. Clarkson. 2006. “Governance Structures, Ethicity, and
Audit Fees of Malaysian Listed Firms.” Managerial Auditing Journal.
Vol. 21, h. 757-782