dampak risiko pajak dan faktor lain terhadap biaya …
TRANSCRIPT
83
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi ISSN : 2442 - 9708 (Online)
Vol. 20 No. 1 April 2020 : 83-98 ISSN : 1411 - 8831 (Print)
Doi: http://dx.doi.org/10.25105/mraai.v20i1.6491
DAMPAK RISIKO PAJAK DAN FAKTOR LAIN TERHADAP
BIAYA MODAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Dewi Kusuma Wardani
1*
Safira Widya Putriane2
1,2Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Abstract
This research examined tax risk, audit quality, institutional ownership, and firm size on
cost of capital. We used listed manufacture companies in Indonesia during 2013-2017.
Based on purposive sampling method was obtained 48 companies. Tax risk variable is
proxy by CETR, audit quality is proxy by KAP Big 4, institutional ownership uses a
percentage of the amount spent by reserves, firm size by Ln total asset. The dependent
variable is proxy by the cost of debt. We used multiple linear regression method. The
research found that the tax risk and audit quality have negatif effect on cost of capital.
While, institutional ownership and firm size do not have significant effect on the cost of
capital.
Keywords: Audit Quality; Cost of Capital; Firm Size; Institutional Ownership; Tax
Risk.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak risiko pajak, kualitas audit, kepemilikan
institusi, dan ukuran perusahaan terhadap biaya modal. Peneliti menggunakan
perusahaan manufaktur listing di BEI 2013-2017. Berdasarkan metoda purposive
sampling, diperoleh 48 perusahaan sehingga terdapat 240 amatan. Risiko pajak
diwakili oleh CETR, kualitas audit diwakili KAP big 4, ukuran perusahaan dengan ln
total harta. Variabel dependen diwakili oleh cost of debt. Peneliti menggunakan
metode regresi linier berganda. Hasil penelitian ini adalah risiko perusahaan dan
kualitas audit berdampak negatif terhadap biaya modal, sedangkan kepemilikan
institusi dan ukuran perusahaan tidak berdampak pada biaya modal.
Kata Kunci: Biaya Modal; Kepemilikan Institusi; Kualitas Audit; Risiko Pajak;
Ukuran Perusahaan.
JEL Classification: M41, M42, H20, H21
Submission date: February 2020 Accepted date: April 2020
*Corresponding Author
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 20 No. 1 April 2020
84
PENDAHULUAN
Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa pertumbuhan industri manufaktur
2017 naik sebesar 4,74% karena kenaikan produksi industri food and beverages sebesar
9,93%. Fenomena tersebut memiliki dampak positif terhadap surplus dagang di
Indonesia. Kenaikan harga komoditas domestik meningkatkan ekspor bulan Januari
sebesar 28 persen sehingga perdagangan di Indonesia mengalami surplus hampir $1,4
Miliar (Sakinah, 2018).
Dalam pertumbuhan yang telah diperoleh oleh industri manufaktur tersebut
pastinya memerlukan modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan guna
berusaha untuk semakin unggul dalam bidang-bidang tertentu seperti dalam bidang
teknologi, Sumber Daya Manusia (SDM), maupun produk yang dihasilkan agar dapat
melawan ketatnya pesaingan usaha. Pendanaan perusahaan biasanya bersumber dari
modal perusahaan sendiri maupun bersumber dari pihak eksternal seperti hutang dari
bank atau kreditur dan ekuitas. Dari laman Sistem Informasi Penelusuran Perkara
(SIPP) pada 5 pengadilan niaga Indonesia yaitu Surabaya, Jakarta, Medan, Semarang,
serta Makasar terdapat 58 surat permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
atau PKPU dan perusahaan manufakturlah yang tercatat paling banyak yaitu sejumlah
18 permohonan PKPU yang dilaporkan ke pengadilan. Sektor properti menduduki
peringkat kedua, sebesar 13 surat permohonan (Septiadi, 2018). Dengan adanya
fenomena tersebut berarti kemampuan perusahaan manufaktur dalam membayarkan
hutangnya kepada kreditor tepat waktu dapat dinilai kurang baik dibandingkan
perusahaan sektor lain.
Sumber permodalan hutang dari kreditor maupun ekuitas dari investasi
pemegang saham ini nantinya akan menimbulkan adanya cost of capital atau biaya
modal, baik itu kos ekuitas maupun kos hutang. Setyaningrum dan Zulaikha (2013)
berpendapat bahwa biaya modal merupakan sejumlah pengembalian yang diminta oleh
kreditor dan investor atas penanaman modal pada perusahaan. Estimasi risiko yang
muncul mempengaruhi tingkat pengembalian yang diharapkan ini. Kreditor dan
investor berharap tingkat pengembalian tinggi bila estimasi risikonya besar, dan
sebaliknya bila estimasi risiko kecil maka tingkat pengembalian yang diminta juga
rendah.
Selain faktor kondisi ekonomi, biaya modal disebabkan beberapa hal. Faktor
pertama, risiko pajak (tax risk). Neuman dkk dalam Abduh, dkk (2014)
mengungkapkan bahwa risiko pajak adalah potensi risiko hasil pajak berbeda dari
harapan akibat pilihan tindakan atau kegagalan pengambilan keputusan terkait pajak.
Penghindaran pajak yang sering dilakukan akan menimbulkan adanya risiko pajak di
masa depan (Wardani dan Juliani, 2018). Salah satu contoh risiko pajak di masa depan
ialah pengenaan sanksi pajak jika suatu perusahaan diketahui melakukan
penyelewengan atas pajaknya seperti tidak melaporkan sebagian hasil penjualan atau
dengan memperbesar biaya secara fiktif. Jika suatu perusahaan mendapatkan sanksi
atas pajaknya tentu hal itu akan mempengaruhi kepercayaan investor dan kreditor
terhadap perusahaan dan akan menyebabkan peningkatan biaya modal yang tersirat.
Dengan demikian, risiko pajak sangat berdampak pada biaya modal. Hasil penelitian
Hutchens dan Rego (2013) mendukung pendapat ini.
Faktor kedua, kualitas audit. Sesuai dengan teori agensi, principal sebagai
pemilik perusahaan cenderung memilih agen yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
bereputasi baik supaya memperoleh hasil kualitas audit dan independen serta dapat
Dampak Risiko Pajak dan Faktor Lain Terhadap Biaya Modal Perusahaan Manufaktur
85
mengurangi biaya modal (Ahmadzedeh dkk, 2013; Coffie dkk., 2018; Ibrahim dan
Badawi, 2018, Thu dkk., 2018). Kualitas audit tinggi dapat meningkatkan kepercayaan
kreditor dan investor yang telah menanamkan modalnya ke dalam perusahaan sehingga
meminta tingkat pengembalian yang relatif rendah. Ibrahim dan Badawi (2018)
mengungkapkan bahwa penelitian-penelitian yang sering dilakukan menggunakan
reputasi KAP Big 4 sebagai proksi dari suatu kualitas audit. Namun demikian, terdapat
kasus pengenaan denda US$1 juta (kurang lebih Rp13,3 milyar) pada KAP Purwanto,
Suherman & Surja, yang merupakan mitra KAP Big 4 Ernst & Young’s (EY) di
Indonesia, akibat kegagalan dalam pengauditan laporan keuangan kliennya (Malik,
2017). Kasus ini merupakan insiden baru oleh kantor akuntan publik, sehingga dapat
menimbulkan kekhawatiran kantor akuntan publik dalam menjalankan praktek
usahanya dengan baik serta sesuai dengan kode etik di masyarakat (Malik, 2017).
Penelitian Ahmadzedeh dkk (2013), Coffie dkk. (2018), Ibrahim dan Badawi (2018),
Thu dkk. (2018), dan Setiawan dan Daljono (2014) menemukan bahwa kualitas audit
dapat menurunkan biaya modal. Berbeda dengan temuan Andriana dan Friska (2014)
bahwa kualitas audit meningkatkan biaya modal.
Faktor ketiga yaitu kepemilikan institusi. Besarnya jumlah kepemilikan institusi
dalam sebuah perusahaan dapat meningkatkan pengawasan serta menghalangi perilaku
menyimpang yang dilakukan
oleh manajer, termasuk dalam penggunaan modal (Hayat
dkk., 2018). Semakin banyak kepemilikan institusi maka dapat mencegah manajer
dalam melakukan pengelolaan laba dan menurunkan tingkat hutang pada perusahaan
sehingga dapat meningkatkan tingkat kualitas laba dan menurunkan biaya modal suatu
perusahaan. Hal ini dikarenakan pemilik institusi lebih memiliki kemampuan untuk
menugaskan divisi tertentu dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan
manajemen perusahaan. Dengan demikian, kepemilikan institusi dapat menurunkan
biaya modal. Pendapat ini didukung hasil penelitian Andriana dan Friska (2014).
Sebaliknya, hasil penelitian Hayat dkk. (2018) menyimpulkan bahwa pemilik institusi
tidak berdampak pada biaya modal.
Faktor ukuran perusahaan adalah faktor keempat yang berpengaruh pada biaya
modal. Perusahaan besar dianggap lebih transparan dalam membuat laporan keuangan
dibandingkan yang kecil. Selain merupakan kewajibannya, hal tersebut tentu dilakukan
untuk menarik para investor dan kreditor. Perusahaan besar juga dianggap lebih stabil
dalam menghasilkan laba daripada perusahaan kecil (Agustinik, 2016). Dengan begitu
perusahaan besar akan dinilai berisiko lebih rendah daripada perusahaan kecil.
Rendahnya risiko perusahaan besar menimbulkan kepercayaan kreditor maupun
investor terhadap perusahaan sehingga menurukan tingkat biaya modal. Hal ini sama
dengan penelitian Agustinik, 2016 dan Kurnia dan Arafat (2015) yang menemukan
ukuran perusahaan berdampak negatif pada biaya modal yang akan dikeluarkan
perusahaan. Penelitian mereka tidak sesuai dengan hasil penelitian Embong dkk. (2012)
dan Ichwan & Widyawati (2015) yang dalam penelitiannya membuktikan ukuran
perusahaan berdampak positif pada biaya modal dan penelitian Hamyat dkk. (2017).
Berdasarkan fenomena serta kajian teoritis yang dipaparkan di atas, maka
peneliti berusaha menganalisis dampak risiko pajak, kualitas audit, kepemilikan
institusi, serta ukuran perusahaan terhadap biaya modal. Kebaharuan penelitian adalah
penggunaan variabel independen risiko pajak (tax risk) karena penelitian mengenai hal
ini masih jarang diteliti di Indonesia dan mengkombinasi beberapa variabel independen
dari penelitian-penelitian terdahulu. Motivasi dari penelitian ini adalah ingin
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 20 No. 1 April 2020
86
memperkaya penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi biaya modal di Indonesia,
terutama dalam hal risiko pajak.
REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Semakin besar perusahaan serta luasan usahanya, pemilik tidak dapat
melakukan pengelolaan sendiri pada perusahaannya maka mereka harus
mendelegasikan kepada pihak lain (Ahmadzedeh dkk, 2013). Teori keagenan (agency
theory) menyatakan hubungan keagenan muncul bila pemilik (principal)
mempekerjakan orang lain atau agent untuk mengelola usaha dan menyerahkan
wewenang untuk mengambil keputusan pada agent tersebut (Jensen dan Meckling,
1976).
Principal ialah pemegang saham dan agen ialah orang yang ditugaskan oleh
principal untuk mengelola perusahaannya (Setiawan dan Daljono, 2014). Agent
dipekerjakan oleh principal untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai kesepakatan
kontrak kerja. Kontrak kerja tersebut dapat terjadi antara principal atau pemilik dengan
manajemen, maupun kontrak pinjaman antara principal atau pemilik perusahaan
dengan pihak yang meminjam atau kreditur (Ahmadzedeh dkk, 2013). Jika terjadi
konflik kepentingan antara masing-masing pihak maka principal maupun agen wajib
dapat memegang komitmen seperti kontrak yang telah disepakati (Tertius dan
Christiawan, 2015).
Manajer sebagai pengelola perusahaan akan memiliki informasi tentang
keadaan perusahaan sekarang maupun dimasa depan lebih banyak daripada pemegang
saham. Akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan informasi yang akan dimiliki
principal dan agent, yang dikenal dengan istilah asimetri informasi (Setiawan dan
Daljono, 2014). Kesalahan informasi mengenai kualitas manajemen maupun nilai
perusahaan tersebut akan menimbulkan adanya risiko agensi (agency risk) yang
dibebankan pada investor menjadi lebih besar dan investor akan meminta premi untuk
menanggung risiko agensi tersebut sehingga akan meningkatkan biaya modal
(Ahmadzedeh dkk, 2013).
Biaya Modal
Modal diperlukan perusahaan untuk beroperasi (Dewi dan Ariyanto, 2017).
Dalam memperoleh modal diperlukan biaya modal. Biaya modal merupakan tingkat
kembalian yang diminta investor dari penanaman modal (Setyaningrum dam Zulaikha,
2013, dikutip dari Botosan, 2006). Terdapat dua jenis biaya modal, yaitu kos hutang
dan kos ekuitas. Kos ekuitas merupakan kembalian yang diminta investor atas
pembelian saham. Dalam memberikan modal, investor meminta kembalian berupa
dividen, disebut dengan kos ekuitas. Di sisi lain, kreditor meminta kembalian berupa
bunga (Setiawan dan Daljono, 2014). Bunga inilah biaya hutang yang dikeluarkan
untuk mendapatkan hutang sebagai suatu tingkat pengembalian yang diperlukan
(Ahmadzedeh dkk, 2013; Coffie dkk., 2018; Ibrahim dan Badawi, 2018; Thu dkk.,
2018).
Risiko Pajak
Risiko adalah kejadian yang merugikan dan timbul karena adanya
ketidakpastian (Hanafi, 2009). Risiko pajak merupakan probabilitas hasil pajak berbeda
Dampak Risiko Pajak dan Faktor Lain Terhadap Biaya Modal Perusahaan Manufaktur
87
dengan yang diharapkan akibat dari kegagalan dalam keputusan perencanaan pajak
(Abduh dkk., 2014, dikutip dari Neuman, dkk, 2013). Menurut Hutchens dan Rego
(2013) risiko pajak merupakan semua yang terkait dengan risiko dan ketidakpastian
pajak mengenai operasi perusahaan, investasi, dan keputusan pembiayaan, termasuk
ketidakpastian dalam penerapan undang-undang pajak terhadap fakta perusahaan, risiko
audit, termasuk penilaian pajak tambahan, bunga, denda, dan ketidakpastian dalam
akuntansi keuangan untuk pajak penghasilan. Guenther dkk (2017) menyampaikan
bahwa risiko pajak merupakan ketidakpastian pembayaran pajak di masa depan.
Artinya, semakin tinggi risiko pajak menyebabkan naiknya ketidakpastian arus kas
setelah pajak di masa depan. Risiko pajak ini dapat terjadi karena perusahaan
melakukan penghindaran pajak dengan memanfaatkan zona abu-abu dalam aturan.
Zona abu-abu ini merupakan aturan yang dapat dimaknai ganda dan menimbulkan
perbedaan persepsi antara wajib pajak dengan fiscus maupun antar fiscus sendiri.
Ketika area abu-abu yang dihindari wajib pajak ini dipersepsikan oleh fiscus sebagai
kewajiban pajak maka wajib pajak akan dikenai sanksi dan denda sehingga
menyebabkan pembayaran pajak perusahaan di masa depan meningkat. Oleh sebab itu,
perusahaan yang melakukan penghindaran pajak cenderung tinggi ketidakpastian atas
pembayaran pajaknya. Ketidakpastian ini menyebabkan turunnya kepercayaan investor
terhadap perusahaan sehingga menyebabkan peningkatan biaya modal perusahaan yang
tersirat (Hutchens dan Rego, 2013, dikutip dari Rego and Wilson, 2012).
H1 : Risiko pajak berdampak positif terhadap biaya modal
Kualitas Audit
Auditing merupakan proses sistematik dalam mendapatkan serta secara objektif
mengevaluasi bukti pada pernyataan-pernyataan kegiatan serta kejadian ekonomi yang
bermanfaat bagi penetapan tingkat kecocokan maupun kesesuaian antara pernyataan
dengan kriteria yang disyaratkan dan penyampaian hasilnya untuk pengguna laporan
keuangan (Setiawan dan Daljono, 2014, dikutip dari Mulyadi, 2002:4). Kemampuan dan
independensi auditor sangat penting dalam melakukan fungsi audit (Setiawan dan
Daljono, 2014). Auditor harus melakukan pengevaluasian bukti-bukti yang diperoleh
serta secara objektif mengungkapkan fakta secara apa adanya dan sejelasnya
senyatanya, tidak bias dan tidak memihak (Halim, 2008). Dengan begitu terciptalah
hasil audit yang memiliki kualitas baik. Kualitas audit dapat membuat informasi yang
dapat dipercaya sehingga dapat digunakan oleh para kreditor dan investor dalam
mengambil keputusan. Kualitas audit akan mempengaruhi proses pengambilan
keputusan sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi pengguna (Dewi dan
Ariyanto, 2017). Dengan tingginya kualitas audit maka akan menciptakan laporan
keuangan yang baik pula sehingga dapat menimbulkan kepercayaan para kreditor dan
investor yang ingin menanamkan modalnya maupun yang telah menanamkan modalnya
ke dalam perusahaan. Hal tersebut akan menurunkan biaya modal yang diharapkan para
investor maupun kreditor.
H2 : Kualitas audit berdampak negatif tehadap biaya modal
Kepemilikan Institusi
Menurut Cahyani dan Handayani (2017) kepemilikan institusi adalah bagian
saham yang dimiliki institusi pada akhir tahun yang dinyatakan dalam suatu persentase.
Kepemilikan institusi merupakan pemilik saham oleh investor institusional, seperti
perusahaan asuransi, perusahaan perbankan, perusahaan investasi, maupun instansi lain
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 20 No. 1 April 2020
88
dalam bentuk perusahaan (Hayat dkk., 2018). Dengan adanya kepemilikan institusi
dapat lebih mendorong peningkatan pengawasan terhadap kinerja manajemen
(Ahmadzedeh dkk, 2013). Investor institusi memiliki kapasitas yang lebih besar dalam
mengawasi manajemen dan kebijakan perusahaan sehingga memonitor perusahaan
secara lebih efektif (Coffie dkk., 2018).
Dengan tingginya kepemilikan institusi pada perusahaan akan dapat membatasi
para manajer dalam melakukan suatu pengelolaan laba perusahaan sehingga dapat
meningkatkan kualitas laba (Ahmadzedeh dkk, 2013). Kepemilikan institusi akan lebih
ketat mengawasi kinerja perusahaan yang akan menurunkan risiko perusahaan sehingga
investor maupun kreditor akan menurunkan kembalian yang diharapkan (Ahmadzedeh
dkk, 2013; Coffie dkk., 2018; Ibrahim dan Badawi, 2018; Thu dkk., 2018). Menurut
Ahmadzedeh dkk (2013) kepemilikan institusi lebih mampu mengawasi tindakan
manajemen dibandingkan investor individu sehingga sebagai pemilik saham institusi
diyakini mampu menemukan maupun mendeteksi kesalahan yang terjadi.
H3 : Kepemilikan institusi berdampak negatif terhadap biaya modal
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dilihat
dari klasifikasi besarnya perusahaan, yakni
dari
aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar (Kurnia dan Arafat, 2015). Besar kecilnya
perusahaan dapat berdampak pada kemampuan perusahaan dalam menghadapi risiko
yang akan dihadapi (Mindra dan Erawati, 2014). Perusahaan yang besar biasanya lebih
banyak mengungkapkan informasi daripada yang kecil (Subair, 2013). Beban politis
perusahaan besar lebih besar karena masyarakat atau pengguna laporan keuangan
menuntut lebih banyak informasi pada perusahaan besar (Setyaningrum dan Zulaikha,
2013). Menurut Cahyani dan Handayani (2017), besarnya perusahaan adalah alat ukur
bagi investor untuk melakukan penanaman modal dan bagi kreditor untuk melakukan
pemberian pinjaman. Selain itu, semakin besar perusahaan maka semakin mudah dalam
mendapatkan pinjaman serta dapat menurunkan tingkat biaya modal yang timbul.
H4 : Ukuran perusahaan berdampak positif terhadap biaya modal
METODE PENELITIAN
Varibel Terikat
Penelitian ini menggunakan biaya modal sebagai variabel terikat. Biaya modal
merupakan tingkat kembalian yang diminta investor dari penanaman modal
(Setyaningrum dan Zulaikha, 2013). Biaya hutang digunakan sebagai proksi dalam
pengukurannya. Biaya hutang diperoleh dengan membagi beban bunga yang
dibayarkan dalam 1 tahun dengan rata-rata total pinjaman jangka panjang dan pinjaman
jangka (Coffie dkk., 2018).
Dampak Risiko Pajak dan Faktor Lain Terhadap Biaya Modal Perusahaan Manufaktur
89
Variabel Bebas
Risiko Pajak
Risiko pajak merupakan probabilitas hasil pajak berbeda dengan yang
diharapkan akibat dari kegagalan dalam keputusan perencanaan pajak sehingga
menyebabkan adanya ketidakpastian pembayaran pajak di masa depan (Abduh dkk.,
2014, dikutip dari Neuman, dkk, 2013). Semakin tinggi risiko pajak menyebabkan
meningkatnya ketidakpastian arus kas setelah pajak di masa depan (Guenther dkk,
2017). Penelitian ini menggunakan cash effective tax rate (CETR) untuk menghitung
risiko pajak. CETR dihitung dengan membagi kas keluar untuk membayar pajak
dengan laba sebelum pajak (Ilmani dan Sutrisno, 2014, dikutip dari Budiman dan
Setiyono, 2012). Semakin besar CETR maka semakin kecil penghindaran pajak,
sebaliknya semakin kecil CETR maka semakin besar penghindaran pajak (Ilmani &
Sutrisno, 2014). Tinggi rendahnya penghindaran pajak akan mempengaruhi risiko pajak
perusahaan. Tingginya penghindaran pajak dapat mengekspos perusahaan untuk risiko
pajak yang cukup besar (Hutchens dan Rego, 2013). Artinya, semakin besar CETR
maka semakin rendah penghindaran pajak dan risiko pajak. Sebaliknya, semakin
rendah CETR maka semakin tinggi penghindaran pajak dan risiko pajak.
Berikut cara menghitung CETR:
Kualitas Audit
Kualitas audit ditandai dengan apakah perusahaan diaudit oleh KAP big four
atau tidak. Kualitas audit diukur dengan menggunakan variabel dummy. Nilai 1 untuk
perusahaan yang diaudit KAP big four dan nilai 0 untuk yang tidak. Skala auditor yang
digunakan adalah auditor big four yang terdiri dari:
1. Price Water House (PWC) yang bermitra dengan Tanudiredja, Wibisana, Rintis, &
Rekan.
2. Deloitte yang bermitra dengan Satrio Bing Eny & Rekan.
3. Kylnveld Peat Marwick Goerdeler (KMPG) yang bermitra dengan Siddharta
Widjaja & Rekan.
4. Ernst & Young (EY) yang bermitra dengan Purwantono, Sungkoro & Surja.
Alasan menggunakan KAP big four sebagai proksi dari kualitas audit adalah
karena KAP big four atau yang berafiliasi dengan big four memiliki sumber daya yang
lebih baik untuk melaksanakan audit sehingga audit yang dilakukan dapat lebih
berkualitas.
Kepemilikan Institusi
Kepemilikan institusi ialah bagian saham yang dimiliki investor institusional,
seperti perusahaan asuransi, perusahaan perbankan, perusahaan investasi, maupun
instansi lain dalam bentuk perusahaan, pada akhir tahun yang dinyatakan dalam suatu
persentase (Hayat dkk., 2018). Indikator variabel ini adalah prosentase saham dimiliki
institusi (Andriana dan Friska, 2014). Dengan rumus perhitungan:
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 20 No. 1 April 2020
90
Ukuran Perusahaan
Peneliti menggunakan logaritma natural keseluruhan harta yang dimiliki
perusahaan. Perusahaan dengan keseluruhan harta yang banyak berada pada tahap
perkembangan dewasa, dimana arus kas positif, mempunyai kemampuan jangka
panjang yang baik, serta mampu menghasilkan laba yang tinggi (Murhadi, 2013).
Logaritma natural keseluruhan harta digunakan untuk mengurangi adanya fluktuasi
data karena keseluruhan harta yang bernilai ratusan miliar atau triliun dapat
disederhanakan tanpa mengubah proporsi dari jumlah aset yang sesungguhnya
(Murhadi, 2013).
Ukuran Perusahaan = Ln.Total Aset
Teknik Pengumpulan Data
Data laporan keuangan perusahaan manufaktur listed di BEI digunakan dalam
penelitian ini. Periode amatan 2013-2017. Peneliti mendapatkan annual report dari
www.idx.co.id dan website perusahaan. Metode dokumentasi digunakan dalam
mengumpulkan data.
Teknik Pengambilan Sampel
Peneliti menggunakan purposive sampling dalam menentukan sampel, dimana
perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan:
1. Kelompok perusahaan manufaktur go public dan konsisten listing BEI selama
2013-2017.
2. Menyampaikan laporan keuangan tahunan auditan selama periode penelitian.
3. Memiliki data lengkap.
4. Membukukan laba positif.
5. Menyajikan laporan keuangan dalam rupiah.
Berikut tahapan pengambilan sampel yang didasari persyaratan:
Tabel 1
Data Pemilihan Sampel No Kriteria Jumlah
1 Termasuk kategori manufaktur listing di BEI 2013-2017 143
2 Menyajikan laporan keuangan dalam mata uang non rupiah (9)
3 Membukukan laba negative (59)
4 Data tidak lengkap (27)
Jumlah Sampel 48
Tabel 1 memperlihatkan bahwa terdapat 143 perusahaan manufaktur listing di
BEI 2013-2017. Sembilan perusahaan menyajikan laporan keuangan dalam mata uang
non rupiah, 59 perusahaan membukukan laba negatif, dan 27 perusahaan datanya tidak
lengkap. Dengan demikian penelitian ini menggunakan 48 perusahaan dengan 5 tahun
periode amatan sehingga terdapat 240 laporan tahunan perusahaan yang akan dijadikan
objek penelitian.
Dampak Risiko Pajak dan Faktor Lain Terhadap Biaya Modal Perusahaan Manufaktur
91
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil statistik deskriptif menunjukkan hasil:
Tabel 2
Statistik Deskriptif Minimum Maksimum Mean Deviasi Standar
CETR 0,008 9,893 0,447 0,7590
Kualitas audit 0 1 0,46 0,499
Kepemilikan institusi 0,000 92,012 16,672 27,033
Ukuran Perusahaan 11,479 33,320 26,537 5,704
Biaya Modal 0,000 0,535 0,0748 0,0696
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa variabel risiko
pajak dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan CETR memiliki nilai rata-rata
sebesar 0.447 artinya rata-rata perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI memiliki
tingkat penghindaran pajak sebesar 44,7% dari laba sebelum pajak. Rata-rata kualitas
audit adalah 16,672 artinya terdapat 16,672% perusahaan manufaktur menggunakan
jasa audit dari Kantor Akuntan Publik big four atau afiliasinya. Variabel kepemilikan
institusi memiliki nilai rata-rata sebesar 16,672, artinya rata-rata perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI hanya memiliki kepemilikan institusional sebesar
1,667%. Deviasi standar ukuran perusahaan sebesar 5,704, lebih kecil dari rata-rata
sehingga varibel ukuran perusahaan mamiliki varian sebarannya kecil dilihat dari rata-
rata sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Deviasi standar biaya modal sebesar
0,696 kurang dari rata-rata menunjukkan data variabel kualitas audit tidak berfluktuasi.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hasil:
Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis
Model Prediction
Sign
Unstandardized
Coefficient
Std.
Coeff. Sig. Simpulan
β Std. Error βeta
(Constant) .089 .021 .000
CETR (X1) (-) *) .021 .006 .225 .000 H1 ditolak
Kualitas audit (X2) (-) -.033 .009 -.235 .000 H2 diterima
Kepemilikan institusi (X3) (-) -006 .000 -.003 .967 H3 ditolak
Ukuran Perusahaan (X4) (+) .000 .001 -.025 .689 H4 ditolak
R2 .108
Adjusted R2 .092
F-value 1.159 .000
Keterangan: *) Hipotesis 2 (H2) berarah positif namun koefisien yang diharapkan berarah negatif karena
risiko pajak diproksikan dengan CETR yang berarah sebaliknya. Semakin tinggi CETR maka semakin
rendah risiko pajak. Sebaliknya, semakin rendah CETR maka semakin tinggi risiko pajak (Hutchens dan
Rego, 2014).
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3 di atas didapatkan nilai p-value 0,000 di
bawah 0,05. Artinya, salah satu dari keempat variabel independen tersebut yaitu risiko
pajak, kualitas audit, kepemilikan institusi, dan ukuran perusahaan berdampak pada
biaya modal dan dapat disimpulkan mempunyai model Good of Fit antara variabel.
Tabel 3 memperlihatkan Adjusted R Square 0,092. Artinya, biaya modal dapat
diterangkan oleh faktor risiko pajak, kualitas audit, kepemilikan institusi, dan ukuran
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 20 No. 1 April 2020
92
perusahaan 9,2%, sedangkan 90,8% disebabkan oleh variabel bebas lain yang tidak
diteliti. Penelitian tentang biaya modal sejenis yang dilakukan oleh Sukarti & Suwarti
(2018) yang meneliti tentang biaya modal juga memperoleh Adjusted R Square yang
rendah yaitu sebesar 7%.
Tabel 3 memperlihatkan bahwa kepemilikan institusi dan ukuran perusahaan
tidak signifikan, dimana p-value kepemilikan institusi 0,967 dan p-value ukuran
perusahaan 0,689 lebih besar dari 0,05. Risiko pajak dan kualitas audit memiliki p-
value 0,00 lebih kecil dari 0,05 sehingga biaya modal dipengaruhi oleh risiko pajak dan
kualitas audit dengan persamaan:
Biaya Modal = 0,089 + 0,021 CETR - 0,033 Kualitas audit – 0,006 Kepemilikan
institusi + 0,000 Ukuran Perusahaan
Dampak Risiko Pajak pada Biaya Modal
Pengujian statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis dampak risiko pajak
pada biaya modal. Hasilnya menunjukkan CETR berdampak positif pada biaya modal
atau risiko pajak berdampak negatif pada biaya modal sehingga dapat disimpulkan
bahwa H1 tidak dapat didukung.
Hasil pengujian ini membuktikan bahwa semakin rendah CETR maka
penghindaran pajaknya semakin tinggi sehingga risiko pajak yang akan timbul juga
tinggi dan tingkat biaya modal menurun. Penghindaran pajak yang berdampak risiko
pajak yang tinggi ini ternyata tidak selamanya menurunkan kepercayaan kreditor.
Sebagian kreditor justru menganggap penghindaran pajak sebagai penghematan pajak
sehingga mengurangi biaya modal yang diproksikan dengan biaya hutang (Lim, 2011).
Penghematan pajak ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal seperti dapat digunakan
untuk tambahan operasional perusahaan guna memperoleh laba yang lebih tinggi
sehingga akan menguntungkan para investor dan kreditor. Penghindaran pajak juga
dianggap sebagai pengganti dalam penggunaan hutang karena dapat menurunkan biaya
kebangkrutan, kualitas kredit meningkat, menurunkan risiko default, sehingga akan
mengurangi kos hutang (Lim, 2011) .
Hasil ini sejalan dengan teori stewardship yang menyatakan bahwa manajer
memiliki tujuan yang sama atau sejalan pada tujuan pemilik (Anton, 2010). Manajer
melakukan penghindaran pajak sebagai penghematan pajak guna memperoleh dana
tambahan untuk operasional perusahaan agar mendapatkan laba yang lebih tinggi sesuai
yang diminta pemegang saham. Dengan semakin tingginya laba yang dihasilkan oleh
perusahaan maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk membayar hutang.
Hal ini menyebabkan kreditur percaya pada kemampuan pengembalian hutang
perusahaan dan menurunkan tingkat pengembalian yang diharapkan atau biaya
modalnya karena risiko gagal bayar yang dihadapi kecil.
Hasil penelitian ini sama seperti hasil riset Lim (2011) yang menemukan
penghindaran berdampak negatif pada biaya modal yang diproksikan dengan kos
hutang. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan Hutchens dan Rego (2013),
Santosa dan Kurniawan (2016) yang membuktikan risiko pajak berdampak positif pada
biaya modal.
Dampak Risiko Pajak dan Faktor Lain Terhadap Biaya Modal Perusahaan Manufaktur
93
Dampak Kualitas Audit pada Biaya Modal
Penelitian ini ingin membuktikan hipotesis dampak negatif kualitas audit pada
biaya modal. Hasilnya menunjukkan kualitas audit (X2) berdampak negatif pada biaya
modal sehingga dapat disimpulkan H2 terdukung.
Perusahaan yang baik mengungkapkan laporan keuangan dengan transparan dan
menggunakan KAP yang yang besar dan terpercaya seperti halnya KAP bermitra
dengan KAP Big 4 sehingga auditnya berkualitas tinggi. Banyak penelitian
membuktikan audit yang dilakukan KAP Big 4 lebih berkualitas dibandingkan non-Big
4 karena KAP Big 4 dinilai sebagai KAP besar dan memberikan jasa kualitas audit
tinggi karena harus melindungi reputasinya (Ahmadzedeh dkk, 2013). Dengan kualitas
audit yang dimiliki perusahaan ini nantinya meningkatkan kepercayaan kreditor
sehingga kembalian yang diminta menjadi rendah.
Hal ini juga membuktikan bahwa kualitas audit baik dapat meminimalisir
masalah keagenan pada agency theory. Kualitas audit menyebabkan laporan keuangan
lebih andal sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga dapat meminimalisir
asimetri informasi antara principal dan agent.
Penelitian ini membuktikan hal yang sama dengan penelitian Li dkk (2009),
Ahmadzedeh dkk (2013), Coffie dkk (2018), Ibrahim dan Badawi (2018) Thu dkk.
(2018), Setiawan dan Daljono (2014), serta Samhudi (2016) yang menemukan bahwa
kualitas audit berdampak negatif terhadap biaya modal. Sebaliknya, bertolak belakang
dengan Andriana dan Friska (2014) yang menunjukkan bahwa kualitas audit berdampak
positif pada biaya modal.
Dampak Kepemilikan Institusi pada Biaya Modal
Penelitian ini berharap dapat membuktikan dampak negatif kepemilikan institusi
pada biaya modal. Hasilnya menunjukkan kepemilikan institusi (X3) tidak berdampak
pada biaya modal sehingga H3 tidak mampu didukung.
Kepemilikan institusi tidak berdampak pada biaya modal karena rendahnya
tingkat kepemilikan institusi perusahaan sampel. Hal ini dapat dilihat dari rerata pemilik
institusi pada perusahaan sampel 16,67% karena mayoritas perusahaan di Indonesia
dikuasai oleh pemilik keluarga (Arnold dkk., 2018). Pemilik keluarga ialah pemilik
individu atau pemilik dari perusahaan (di atas 5%) yang bukan merupakan perusahaan
publik, negara ataupun institusi keuangan (La Porta et. al., 1998). Hal tersebut
mengakibatkan perusahaan dikendalikan dan diawasi oleh keluarga yang memiliki
saham terbesar sehingga adanya kepemilikan institusi sebagai pemegang saham
minoritas mampu mempengaruhi biaya modal perusahaan (Hsieh dkk., 2019).
Hasil tersebut sejalan dengan agency theory dimana menurut Faisal (2013)
masalah keagenan dapat terjadi antara pemilik saham mayoritas dan minoritas. Pemilik
saham mayoritas yaitu kepemilikan keluarga lebih memiliki wewenang dalam
pengambilan keputusan dibanding pemilik saham minoritas yaitu kepemilikan
institusional pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dengan begitu pemilik
saham mayoritas juga dapat lebih meningkatkan kemakmurannya sendiri dengan
melakukan tindakan yang lebih menguntungkannya sehingga dapat merugikan pemilik
saham minoritas.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Arnold dkk. (2018) dan Hsieh dkk.
(2019). Penelitian ini bertolak belakang dengan Andriana dan Friska (2014) yang
menemukan bahwa kepemilikan institusi berdampak negatif pada biaya modal.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 20 No. 1 April 2020
94
Dampak Ukuran Perusahaan pada Biaya Modal
Penelitian ini ingin membuktikan dampak negatif ukuran perusahaan pada biaya
modal. Hasilnya menunjukkan ukuran perusahaan (X4) tidak berdampak pada biaya
modal sehingga H4 tidak mampu didukung.
Perusahaan besar ternyata tidak selalu diikuti dengan transparansi, begitu juga
perusahaan yang kecil belum tentu tingkat transparansinya rendah. Perusahaan besar
juga dapat melakukan manipulasi laporan keuangannya guna kepentingan-kepentingan
perusahaan seperti untuk menghindari pajak. Perusahaan besar belum tentu mampu
menjamin kreditur atas pinjaman yang mereka berikan (Juniarti dan Sentosa, 2009). Hal
ini menyebabkan kreditor tidak selalu melihat tingkat besar kecilnya perusahaan sebagai
tingkat keputusan biaya modal. Dengan begitu ukuran besar kecilnya perusahaan tidak
dapat menentukan tinggi rendahnya biaya modal.
Penelitian ini sesuai dengan Hamyat dkk (2017) dan Juniarti dan Sentosa (2009)
yang menemukan ukuran perusahaan tidak berdampak pada biaya modal yang
diproksikan kos hutang. Penelitian ini bertolak belakang dengan Embong dkk. (2012),
dan Ichwan dan Widyawati (2015) dimana mampu membuktikan ukuran perusahaan
berdampak positif pada biaya modal selain itu Agustinik (2016) serta Sukarti dan
Suwarti (2018) yang membuktikan ukuran perusahaan berdampak negatif pada biaya
modal.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian dilakukan membuktikan dampak risiko pajak, kualitas audit,
kepemilikan institusi, dan ukuran perusahaan pada biaya modal dilihat dari annual
report perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penggunaan variabel independen risiko
pajak (tax risk) karena penelitian mengenai hal ini masih jarang diteliti di Indonesia.
Implikasi dari penelitian ini adalah risiko pajak dan kualitas audit berdampak negatif
terhadap biaya modal, sedangkan kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan tidak
berdampak pada biaya modal.
Keterbatasan Penelitian ini menguji dampak risiko pajak, kualitas audit, kepemilikan
institusional, dan ukuran perusahaan terhadap biaya modal pada perusahaan
manufaktur. Keterbatasan penelitian ini:
1. Peneliti fokus membahas faktor risiko pajak, kualitas audit, kepemilikan
institusional, dan ukuran perusahaan saja, belum memasukkan faktor lain yang
dapat mempengaruhi biaya modal. Secara umum, biaya modal dipengaruhi oleh
kondisi pasar, kondisi ekonomi, instrumen pendanaan, dan faktor internal
perusahaan, antara lain kepemilikan manajerial, dewan komisaris, komite audit, dan
profitabilitas.
2. Peneliti terfokus pada sisi kreditor.
3. Periode amatan hanya 5 tahun, yaitu 2013-2017, sehingga hasilnya kurang mampu
digeneralisasi.
Dampak Risiko Pajak dan Faktor Lain Terhadap Biaya Modal Perusahaan Manufaktur
95
Saran
Sebaiknya penelitian ke depan menambah variabel good corporate governace,
dan karakteristik perusahaan yang lainnya seperti kepemilikan manajerial, komite audit,
dewan komisaris, serta profitabilitas. Variabel corporate governance lainnya tidak
boleh dilupakan karena struktur kepemilikan perusahaan publik di Indonesia didominasi
oleh kepemilikan keluarga. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi bagaimana
perusahaan dijalankan sehingga dapat mempengaruhi penilaian kreditur atas
kemampuan pembayaran utang dan dapat meningkatkan biaya modal.
Penelitian selanjutnya juga dapat menambah jangka waktu tahun penelitian dan
melakukan update sehingga data lebih memperlihatkan kondisi perusahaan yang
sebenarnya. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian pada sisi investor.
Saran untuk investor adalah untuk tidak takut akan risiko pajak karena risiko
pajak berdampak negatif terhadap biaya modal. Hal ini dikarenakan risiko pajak yang
tinggi malah akan meningkatkan kepercayaan kreditor karena penghematan pajak dapat
dimanfaatkan untuk operasional perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba dan
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang, sehingga dapat
menurunkan biaya hutang.
Selain itu, investor sebaiknya memperhatikan kualitas audit dengan melihat
Kantor Akuntan Publik yang melaksanakan audit atas laporan keuangan perusahaan.
Hal ini penting diperhatikan karena kualitas audit dapat meningkatkan kepercayaan dari
kreditur sehingga dapat menurunkan biaya yang diminta oleh kreditur atas pinjaman
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, A., Andreas, & Ratnawati, V. (2014). Pengaruh Kebutuhan Koordinasi,
Ketidakpastian dan Risiko Pajak Terhadap Tax Avoidance. Magister Akuntansi
Universitas Riau. Jurnal Akuntansi, Vol 3(No 1), Hal 16-28.
Agustinik, A. T. (2016). The Effect of Firm Size and Rate of Inflation on Cost of
Capital: The Role of IFRS Adoption in the World. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, Vol 219, Hal 47-54.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.04.031
Ahmadzedeh, D., Nahandi, Y.B., dan Hazansadeh, R.B. (2013). The Relationship
between Auditor Reputation and the Cost of Equity Capital(With an Emphasis
on Client Size). Advances in Environmental Biology, Vol 7(No 10), Hal 2705-
2712.
Andriana, D., & Friska, R. (2014). Pengaruh Manajemen Laba, Ukuran Dewan
Komisaris, Kepemilikan Institusional, Dan Kualitas Audit Terhadap Biaya
Modal Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Program Studi
Akuntansi Fakultas, Vol 2(No 2), Hal 364-375.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17509/jrak.v2i2.6591
Anton, F. (2010). Menuju Teori Stewardship Manajemen. Majalah Ilimiah
INFORMATIKA, 1(2), 53–59.
Arnold, A., Konde, Y.T., dan Subhan, M. (2018). Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional Dan Komisaris Independen Terhadap Biaya Utang.
Jurnal Ilmu Akuntansi Mulawarman, Vol 3(No 2), Hal 65-75.
Cahyani, N. I., & Handayani, N. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Size,
Kepemilikan Institusional, dan Tangibility Terhadap Struktur Modal. Jurnal
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 20 No. 1 April 2020
96
Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol 6(No 2), Hal 615-630.
Coffie, W., Bedi, I. dan Amidu, M. (2018). The Effects of Audit Quality on the Costs of
Capital of Firms in Ghana. Journal of Financial Reporting and Accounting, Vol.
16(No 4), Hal 639-659
Dewi, N. P. A. P., & Ariyanto, D. (2017). Fee Audit Memorasi Pengaruh Kualitas Audit
Terhadap Manajemen Laba dan Biaya Modal Ekuitas. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, Vol 20(No 3), Hal 2244-2272.
Embong, Z., Mohd, N. S. & Hassan, M. S. (2012). Firm size, disclosure and cost of
equity capital. Asian Review of Accounting. 20. 119-139.
Faisal. (2013). Dr. Faisal: Konflik Keagenan Berdampak Pada Nilai Perusahaan.
Diambil 24 Desember 2018, dari https://www.ugm.ac.id/id/berita/7963-
dr.faisal:.konflik.keagenan.berdampak.pada.nilai.perusahaan
Guenther, D. A., Matsunaga, S. R., & Williams, B. M. (2017). Is Tax Avoidance
Related to Firm Risk? The Accounting Review, Vol 92(No 1), Hal 115-136
Ibrahim, A dan Badawi, H. (2018). Effect of Audit Quality on Non-Professional
Investors Decisions: Experimental Evidence from Egypt.International Journal
of Accounting Research, Vol 6(No 2), Hal 1-14.
Halim, A. (2008). Auditing (Edisi Keem). Yogyakarta: STIM YKPN.
Hamyat, H., Sarita, B., Hasbudin, Sujono. (2017). The Effect of Firm size and
Diversification on Capital Structure and FirmValue (Study in Manufacturing
Sector in Indonesia Stock-Exchange. The International Journal of Engineering
and Science, Vol 6 (no 6), Hal 50-61.
Hanafi, M. (2009). Manajemen Resiko. Yogyakarta: STIM YKPN.
Hayat, M, Yu, Y., .Wang, M., dan Jebran, K. (2018). Impact of Managerial and
Institutional Ownership on Capital Structure: A Comparison Between China &
USA. European Journal of Business and Management, Vol 10(No 24), Hal 69-
80.
Hsieh, T., Shiu, Y., dan Chang, A. (2019). Does Institutional Ownership Affect The
Relationship Between Accounting Quality and Cost Of Capital? A Panel Smooth
Transition Regression Approach. Asia Pasific Management Review, Vol 24(No
4), Hal 327-334.
Hutchens, M., & Rego, S. (2013). Tax Risk and the Cost of Equty Capital. Working
Paper of Indiana University.
Ichwan, F. Yuniar, & Widyawati, D. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur
Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi, Vol 4(No 6), Hal 1-19.
Ilmani, A., & Sutrisno, C. R. (2014). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai
Perusahan Dengan Transparansi Perusahaan Sebagai Variabel Moderating.
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol 14(No 1), Hal 30-39.
Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency
costs, and ownership structure. The Economic Nature of the Firm: A Reader,
Third Edition, 283–303. https://doi.org/10.1017/CBO9780511817410.023
Juniarti, & Sentosa, A. A. (2009). Pengaruh Good Corporate Governance, Voluntary
Disclosure terhadap Biaya Hutang (Costs of Debt). Jurnal Akuntansi dan
Keuangan2, Vol 11(No 2), Hal 88-100.
Kurnia, L., & Arafat, M. Y. (2015). Pengaruh Manajemen Laba Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Biaya Modal Ekuitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, Vol 10(No
Dampak Risiko Pajak dan Faktor Lain Terhadap Biaya Modal Perusahaan Manufaktur
97
1), Hal 45-70.
LaPorta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., dan Vishny, R.W. (1998). Law and
Finance. Journal of Political Economy, Vol 106 (No 6), Hal 1113-1155.
Li, Y., Stokes, D. J., Taylor, S. L., & Wong, L. (2009). Audit Quality, Accounting
Attributes and the Cost of Equity Capital. SSRN Electronic Journal.
10.2139/ssrn.1481823.
Lim, Y. (2011). Tax avoidance, cost of debt and shareholder activism: Evidence from
Korea. Journal of Banking and Finance, Vol 35(No 2), Hal 456-470.
https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2010.08.021
Malik, A. (2017). Ernst & Young Indonesia Didenda di AS, Ini Tanggapan Indosat.
Diambil 31 Oktober 2018, dari https://bisnis.tempo.co/read/845617/ernst-young-
indonesia-didenda-di-as-ini-tanggapan-indosat/full&view=ok
Mindra, S., & Erawati, T. (2014). Pengaruh Earning Per Share (EPS), Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Akuntasi, Vol 2(No 2), Hal 10-22.
Murhadi, W.R. (2013). Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham.
Jakarta: Salemba Empat.
Sakinah, S. (2018). Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Indonesia Naik.
Diambil 13 Maret 2018, dari
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/01/132657026/produksiindustri-
manufaktur-besar-dan-sedang-indonesia-naik
Samhudi, A. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Dan Voluntary
Disclosure Terhadap Biaya Hutang (Cost Of Debt) Pada Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar Di BEI. AL-Ulum Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol 2(No 3), Hal
226-132.
Santosa, J. E., & Kurniawan, H. (2016). Analisis Pengaruh Tax Avoidance Terhadap
Cost of Debt Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI Selama
Periode 2010-2014. MODUS Vol 28 (No 2), Hal 139-154.
Septiadi, A. (2018). SepanjangQ1-2018, manufaktur paling banyak diminta rekstruturasi
utang dal. Diambil 16 November 2018, dari https://nasional.kontan.co.id/news/
sepanjang-q1-2018- manufaktur-paling-banyak-diminta-restrukturisasi-utang-dal
Setiawan, J. A., & Daljono. (2014). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen
Laba dan Biaya Modal Ekuitas. Diponegoro Journal of Accounting, Vol 3(No 1),
Hal 1-9. https://doi.org/10.9744/jak.16.1.52-62
Setyaningrum, D. P. O., & Zulaikha. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dan Implikasinya Terhadap Biaya
Modal Ekuitas. Diponegoro Journal of Accounting, Vol 2(No 2), Hal 1-13.
Subair, F. (2013). Karakteristik Perusahaan dan Industri Terhadap Pengungkapan dalam
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Publik. Jurnal EMBA,
Vol 1(No 3), Hal 763-774.
Sukarti, & Suwarti, T. (2018). Perusahaan dan Kepemilikan Institusional Terhadap Cost
of. Prosiding SENDI_U, Hal 692-698.
Tertius, M. A., & Christiawan, Y. J. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Perusahaan. Business Accounting Review, Vol 3 (No 1), Hal
223-232. https://doi.org/10.17509/jaset.v1i1.8907.
Thu, P. A, Khanh, T.H.T, Ha, N.T.T, dan Khuong, N.V. (2018). Perceived Audit
Quality, Earnings Management and Cost of Debt Capital: Evidence from the
Energy Listed Firms on Vietnam’s Stock Market. International Journal of
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 20 No. 1 April 2020
98
Energy Economics and Policy, Vol. 8(Np 6), Hal 120-127.
Wardani, Dewi Kusuma dan Juliani. (2018). Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai
Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai Pemoderasi. Nomina, Vol (7),
No.2, Hal 47-61.