repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/142918/4/bab_iv.pdf · created date: wéÂ\·îßz Ë:w...
TRANSCRIPT
19
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian,
data yang diperlukan untuk digunakan pada tahap pengolahan data. Setelah diperoleh
data-data yang diperlukan, maka akan dilakukan pengolahan data menggunakan teori
yang digunakan agar diperoleh suatu penyelesaian terhadap permasalahan yang diteliti.
4.1 Sejarah Perusahaan
4.1.1 Sejarah PT PERTAMINA
Pada 1950-an, ketika penyelenggaraan negara mulai berjalan normal seusai perang
mempertahankan kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia mulai
menginventarisasi sumber-sumber pendapatan negara, di antaranya dari minyak dan
gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak peninggalan Belanda terlihat
tidak terkendali dan penuh dengan sengketa. Di Sumatera Utara misalnya, banyak
perusahaan-perusahaan kecil saling berebut untuk menguasai ladang-ladang tersebut.
Untuk meredamnya, Pemerintah menyerahkan penguasaan ladang-ladang itu kepada
Angkatan Darat, yang kemudian mendirikan PT Eksploitasi Tambang Minyak Sumatera
Utara. Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi PT Perusahaan Minyak
Nasional, disingkat PERMINA pada 10 Desember 1957. Pada tahun 1960, PT
PERMINA direstrukturisasi menjadi PN PERMINA sebagai tindak lanjut dari kebijakan
Pemerintah, bahwa pihak yang berhak melakukan eksplorasi minyak dan gas di
Indonesia adalah negara. Melalui satu Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan Presiden
pada 20 Agustus 1968, PN PERMINA yang bergerak di bidang produksi digabung
dengan PN PERTAMINA yang bergerak di bidang pemasaran guna menyatukan
tenaga,modal dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas. Perusahaan gabungan
tersebut dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (Pertamina).
Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah menerbitkan
Undang-Undang No. 8 tahun 1971, dimana di dalamnya mengatur peran Pertamina
sebagai satu-satunya perusahaan milik negara yang ditugaskan melaksanakan
pengusahaan migas mulai dari mengelola dan menghasilkan migas dari ladang-ladang
minyak di seluruh wilayah Indonesia, mengolahnya menjadi berbagai produk dan
menyediakan serta melayani kebutuhan bahan bakar minyak &LPG di seluruh
Indonesia. Seiring dengan waktu, menghadapi dinamika perubahan di industri minyak
20
dan gas nasional maupun global, Pemerintah menerapkan Undang- Undang No.
22/2001. Paska penerapan tersebut, Pertamina memiliki kedudukan yang sama dengan
perusahaan minyak lainnya. Penyelenggaraan kegiatan bisnis PSO tersebut akan
diserahkan kepada mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan
dengan penetapan harga sesuai yang berlaku di pasar.
Pada 17 September 2003 Pertamina berubah bentuk menjadi PT PERTAMINA
(Persero) berdasarkan PP No. 31/2003. Undang-Undang tersebut antara lain juga
mengharuskan pemisahan antara kegiatan usaha migas di sisi hilir dan hulu. Pada 10
Desember 2005, sebagai bagian dari upaya menghadapi persaingan bisnis, PT
Pertamina mengubah logo dari lambang kuda laut menjadi anak panah dengan
tigawarna dasar hijau-biru-merah. Logo tersebut menunjukkan unsur kedinamisan serta
mengisyaratkan wawasan lingkungan yang diterapkan dalam aktivitas usaha Perseroan.
Selanjutnya pada 20 Juli 2006, PT PERTAMINA mencanangkan program
transformasi perusahaan dengan 2 tema besar yakni fundamental dan bisnis. Untuk
lebih memantapkan program transformasi itu, pada 10 Desember 2007 PT
PERTAMINA mengubah visi perusahaan yaitu, “Menjadi Perusahaan Minyak Nasional
Kelas Dunia”. Menyikapi perkembangan global yang berlaku, PT PERTAMINA
mengupayakan perluasan bidang usaha dari minyak dan gas menuju ke arah
pengembangan energi baru dan terbarukan, berlandaskan hal tersebut di tahun 2011
Pertamina menetapkan visi baru perusahaannya yaitu, “Menjadi Perusahaan Energi
Nasional Kelas Dunia”.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi merupakan tujuan yang akan dicapai, sedangkan misi adalah perwujudan untuk
mencapai misi. Berikut merupakan visi dari PT PERTAMINA.
a. Visi : Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia
b. Misi : Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat
4.1.3 Logo dan Arti
Berikut merupakan logo dari PT PERTAMINA yang ditunjukkan pada Gambar
4.1.
21
Gambar 4.1 Logo PT PERTAMINASumber : PT PERTAMINA
Arti dari logo PT PERTAMINA yang baru ini adalah :
1. Elemen logo membentuk huruf ”P” yang keseluruhan representasi bentuk panah,
dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak maju dan progresif.
2. Warna–warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil PERTAMINA
dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis dimana :
a. Warna biru berarti handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
b. Warna hijau berarti sumber energi yang berwawasan lingkungan.
c. Warna merah berarti keuletan dan keberanian dalam menghadapi masalah.
4.1.4 Perusahaan Asosiasi dan Anak Perusahaan
PT PERTAMINA adalah perusahaan yang sangat terkenal di Indonesia.
Perusahaan ini adalah perusahaan yang memiliki manfaat yang sangat besar di
Indonesia, PT PERTAMINA dalam kinerjanya dibantu oleh anak perusahaan yang
bernama PT PERTAMINA PATRA NIAGA dimana fungsi dari anak perusahaan ini
untuk membantu PT PERTAMINA dalam mengatur pengiriman dan mengatur jadwal
dari suatu pendistribusian yang dilakukakan oleh PT PERTAMINA. Alur kerja PT
PERTAMINA PATRA NIAGA dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Alur kerja PT PERTAMINA PATRA NIAGASumber : PT PATRA NIAGA Surabaya
22
Pada Gambar 4.2 menjelaskan tentang alur kerja dari PT PERTAMINA PATRA
NIAGA dimana awalnya dari pihak PERTAMINA PATRA NIAGA memberikan
mandate kepada bagian PRODLINDO dimana untuk mengatur truk tangki yang akan
masuk, setelah ditu truk tangki masuk kedalah Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM)
dan melalukan pengisian bahan bakar truk tangki itu sendiri. Setelah melakukan
pengisian own use maka dilanjutkan dengan pengisian bahan bakar tangki setelah itu
truk tangki keluar dan melakukan pengiriman ke SPBU.
4.1.5 PT.PERTAMINA (Persero) dan TBBM UPms V Surabaya
PT PERTAMINA (Persero) TBBM Surabaya adalah pusat pengiriman Bahan
Bakar Minyak (BBM) dilingkupan wilayah Jawa TImur, Bali dan Nusa Tenggara. PT
PERTAMINA memiliki 124 truk tangki yang akan mendistribusikan bahan bakar ke
wiayah Jawa Timur, di Jawa Timur memiliki hampir 600 SPBU yang menyebar di
setiap daerah yang ada di Jawa TImur. Untuk Bali dan Nusa Tenggara, PT
PERTAMINA mengirimkan bahan bakar dengan menggunakan kapal laut
Kegiatan PT PERTAMINA dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi dan
petrokimia terbagi ke dalam dua secktor, yaitu Hulu dan Hilir.
1. Usaha Hulu
Kegiatan usaha PERTAMINA Hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas,
dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan di
beberapa wilayah Indonesia maupun luar negeri.Pengusahaa di dalam negeri di kerjakan
oleh PERTAMINA Hulu dan melalui kerjasama dengan mitra sedangkan untuk
pengusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan
mitra.Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi, kegiatan
eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri. Untuk
mendukung kegiatan intinya,PERTAMINA Hulu juga memiliki usaha di bidang
pemboran minyak dan gas.
2. Usaha Hilir (Pengolahan,Pemasaran & Niaga dan Perkapalan)
Kegiatan usaha PERTAMINA Hilir meliputi pengolahan, pemasaran & niaga dan
perkapalan serta distribusi produk Hilir baik didalam maupun luar negeri yang berasal
dari kilang PERTAMINA maupun impor yang didukung oleh sarana transportasi darat
dan laut. Usaha hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha
Niaga, dan Usaha Perkapalan.
23
3. Usaha pengolahan
Bidang pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total 1.041,02 Ribu
Barrel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang Petrokimia dan
memproduksi NBBM.Disamping kilang minyak, PERTAMINA Hilir mempunyai
kilang LNG di Arun dan di Bontang. Kilang LNG Arun dengan 6 train dan LNG Badak
di Bontang dengan 8 train. Kapasitas LNG Arun sebesar 12,5 juta ton sedangkan LNG
Badak 18,5 juta ton per tahun. Beberapa Kilang tersebut juga menghasilkan LNG,
seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Musi, Cilacap, Balikpapan, Balongan dan
Mundu. Kilang Cilacap adalah satu satunya penghsil lube base oil dengan grade HVI-
60, HVI-95, HVI-160 S dan HVI-650. Produksi lube base ini disalurkan ke lube oil
blending plant (LOBP) untuk diproduksi menjadi produk pelumas dan kelebihannya di
ekspor.
Produk – produk yang dijual oleh PT.PERTAMINA Terminal BBM Surabaya yaitu
ada beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non Bahan Bakar Minyak :
1. Liquid Petroleum Gas (LPG) 3 kg, 12 kg,50 kg, BULK
2. BBM (Bahan Bakar Minyak)
a) Solar
Minyak ini adalah bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan yang
jernih. Penggunaan minyak solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada
semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas1.00 RPM), yang juga dapat
di pergunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur
kecil, yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa
disebut juga Gas Oil Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel.
b) Premium
Bahan bakar minyak ini adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna
kekuingan yang jernih, Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan
(dye). Penggunan Premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan
bermotor bermesin bensin. Misalkan : mobil, sepeda motor, motor tempel dan lain-
lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.
c) Pertamax
Adalah motor gasoline tanpa timbale dengan kandungan aditif lengkap generasi
mutakhir yang akan membersihkan Intake Valve Port Fuel Injector dan Ruang
Bakar dari Carbon deposit dan mempunyai RON 92 (Research Octane Number)
24
dan dianjurkan juga untuk kendaraan berbahan bakar bensin dengan perbandingan
kompresi tinggi.
d) Avtur
Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi
minyak bumi. Avtur didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin
turbin (external combution). performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur
ditentukan oleh karakteristik kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin
dan daya tahan struktur pada suhu yang rendah. Pada bahan bakar sering banyak
digunakan pada pesawat.
4.1.6 Struktur Organisasi TBBM UPms V Surabaya
Struktur organisasi pada PT PERTAMINA (Persero) Terminal Bahan Bakar
Minyak Surabaya dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Struktur Organisasi TBBM SurabayaSumber : PT PERTAMINA Surabaya
Dari bagan diatas ada beberapa jabatan penting secara struktural di Terminal BBM
& Gas Surabaya dimana masing-masing posisi memiliki tugas yang saling terikat.
Beberapa di antaranya adalah :
a. Operation Head / Kepala Depot
Operation Head atau di singkat OH adalah posisi tertinggi di Depot, yang mana
posisi in memiliki tugas untuk merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan, dan
mengawasi semua aktivitas yang ada di Depot,seperti aktivitas penerimaan,
penimbunan, pengendalian kualitas, K3, administrasi, keuanan dll.
25
b. Pengawas Penerimaan, Penimbunan, dan Penyaluran (Pws PPP)
Pengawas PPP ini memiliki tugas untuk mengawasi dan mengkoordinasikan sesuai
aktifitas operasional seperti proses penerimaan, penimbunan, penyaluran BBM ke
konsumen, pengendalian kualitas, dll.
c. Penata Umum dan Sekuriti
Bidang ini memiliki tugas untuk mengatur semua kegiatan administrasi personalia
yang dilakukan secara tertib administrasi , seperti kegiatan Talper(Tata Laksana
Personalia), kepegawaian, serta pengawasan keamanan Depot.
d. Pengawas Keuangan
Bidang keuangan ini memiliki tugas untuk melakukan pengawasan semua aktivitas
keuangan, administrasi pembukuan pembelian BBM oleh SPBU,serta mengurus
dokumen dokumen yang ada.
e. Pengawas Layanan Jasa dan Pemeliharaan
Bidang ini memiliki tugas untuk membuat MRK/MR material / jasa untuk
pemeliharaan fasilitas operasional depot,pembuatan dokumen teknik, mutasi
pemindahan asset ,serta filling yang rapid an tertib.
f. Pengawas Layanan Jual
Bidang ini memiliki tugas untuk berkomunikasi langsung dengan SPBU dalam hal
penjualan BBM, pebuatan Leading Order, mendata jumlah permintaan dan jumlah
stock SPBU setiap harinya.
g. Pengawas Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LK3)
Bidang LK3 ini memiliki tugas untuk melakukan antisipasi pencegahan kecelakaan
dalam pekerjaan di depot secara rutin.Seperti pencegahan terjadinya kebakaran,
pencemaran lingkungan, pemeliharaan peralatan keselamatan, dll.
4.1.7 Layout Tata Letak Fasilitas TBBM Surabaya
Sarana dan prasarana yang ada di Instalasi Surabaya Group bisa dibagi 2 area, area
kantor dan area plant. Tapi secara umum sarana prasarana yang ada di sana antara lain :
1. Sekuriti
2. Gedung Instalasi Surabaya Group
3. Aula Bersama
4. Kantor Patra Niaga
5. Tempat Parkir
6. Mushola dan Kantin
26
7. Gate in/out
8. Gudang Kantor dan Gudang Pelumas
9. Rumah Generator
10. Ruang Laboratorium
11. Filling Shed
12. Tangki Timbun
13. LPG Area
14. Ruang mesin Pompa Foam
Gambar 4.4 Layout lokasi TBBM SurabayaSumber : PT PERTAMINA Surabaya
4.2 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan untuk menyelesaikan permasalahan antara lain adalah data
gabungan waktu set-up dan antrian, data waktu pemenuhan tangki, data permintaan dan
pengiriman, data jumlah truk tangki.
4.2.1 Data Gabungan Waktu Set Up dan Antrian Truk Tangki
Data gabungan waktu set up dan antrian truk tangki diambil sebanyak 30 kali
pengamatan untuk melihat rata-rata gabungan waktu set up dan antrian pada truk tangki
24 KL, 32 KL, dan 40 KL. Data tersebut adalah salah satu data yang akan digunakan
untuk mencari waktu seluruh proses pengisian yang akan dilakukan oleh masing-masing
truk tangki yang memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Data yang telah didapatkan
dengan observasi langsung dan berdasarkan masing-masing kapasitas truk tangki dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
27
Tabel 4.1 Gabungan Waktu Set Up dan Antrian Truk TangkiNO Kapasitas 24 KL Kapasitas 32 KL Kapasitas 40 KL
Waktu Set-Updan Antrian
(menit)
Waktu Set-Updan Antrian
(menit)
Waktu Set-Up dan Antrian
(menit)1 8,13 9,95 11,242 8,35 9,24 11,873 8,81 9,48 10,934 8,28 10,22 10,565 8,72 9,32 10,776 8,47 9,13 11,327 9,11 9,27 11,478 8,33 9,82 11,689 8,25 9,38 10,86
10 9,07 9,71 10,8311
8,75 9,89 11,4512 8,92 9,42 11,3513 8,38 10,12 10,4114
9,17 10,07 11,2415 8,22 10,02 11,3716 8,17 9,92 11,5817 8,47 9,73 10,9118 8,66 9,56 11,6719 8,78 9,44 11,9120 9,22 9,65 11,8721 9,12 9,03 11,7722 8,77 9,17 10,9423 9,01 9,35 10,8724 8,55 9,53 10,9625 8,36 9,57 11,6826 8,54 9,08 11,8527 8,31 9,78 11,8828 8,79 9,67 10,8229 8,72 9,45 11,6630 8,43 10,15 10,66
Data yang telah dikumpulkan adalah 30 truk tangki berkapasitas 24 KL, 30 truk
tangki berkapasitas 32 KL, dan 30 truk tangki berkapasitas 40 KL. Aktivitas yang ada
pada gabungan waktu set up dan antrian meliputi persiapan pengisian yaitu membuka
saluran pengisian sebelum pengisian tangki, menutup saluran pengisian tangki, dan
28
antrian setiap truk tangki. Terjadi perbedaan gabungan waktu set up dan antrian pada
truk tangki dikarenakan pada truk tangki berkapasitas 24 KL memiliki 3 (tiga) saluran
pengisian, truk tangki 32 KL memiliki 4 (empat) saluran pengisian, dan truk tangki 40
KL memiliki 5 (lima) saluran pengisian.
4.2.2 Data Waktu Pemenuhan Tangki
Data waktu pemenuhan tangki didapatkan dari data sekunder yaitu berupa data
dari pihak PT PERTAMINA, dikarenakan pada penelitian ini memiliki tujuan
menentukan banyaknya gentry dengan optimasi sehingga pada penelitian ini
mengabaikan gentry yang mengalami kerusakan baik itu berupa kecepatan pengisian
yang melambat hingga kerusakan pada gentry itu sendiri sehigga harus dilakukan
maintenance. Data pemenuhan tangki dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Waktu Pemenuhan Tangki
No Kapasitas Truk Tangki Waktu Pengisian
1 24 KL 4,5 menit
2 32 KL 4,5 menit
3 40 KL 11 menit
Sumber : PT PERTAMINA Surabaya
Pada truk tangki berkapasitas 24 KL dan 32 KL mengalami waktu yang sama yaitu
4,5 menit dan truk tangki berkapasitas 40 KL mengalami waktu pengisian selama 11
menit. Perbedaan pengisian ini dikarenakan pada truk tangki yang berkapasitas 24 KL
memiliki 3 (tiga) saluran pengisian, truk tangki 32 KL memiliki 4 (empat) saluran
pengisian, dan truk tangki 40 KL memiliki 5 (lima) saluran pengisian. Gentry memiliki
4 selang pengisian, sehingga pada truk tangki 24 KL dan 32 KL dapat langsung mengisi
tangki tersebut sedangkan pada truk tangki 40 KL pengisian bahan bakar pada tangki
mengalami 2 (dua) kali waktu pengisian dikarenakan gentry tidak dapat sekaligus
melakukan pengisian dengan adanya 5 (lima) saluran pengisian pada truk tangki 40 KL.
4.2.3 Data Permintaan dan Pemenuhan Permintaan
Pada penelitian ini, untuk menentukan optimasi banyaknya gentry yang ada pada
PT PERTAMINA harus melihat output yang ingin dicapai oleh PT PERTAMINA.
Dengan adanya data banyaknya permintaan diharapkan optimasi banyaknya gentry
dapat diketahui. Tabel 4.3 menunjukkan banyaknya permintaan yang terjadi dan
pemenuhan permintaan yang dapat dilakukan PT PERTAMINA.
29
Tabel 4.3 Data Permintaan dan Pemenuhan PermintaanNo Tanggal Permintaan (KL) Pemenuhan Permintaan (KL)
1 03 Maret 2014 11.418 10.450
2 10 Maret 2014 10.988 10.760
3 17 Maret 2014 11.774 11.326
4 24 Maret 2014 11.240 9.550
5 31 Maret 2014 10.888 10.700
Sumber : PT PERTAMINA Surabaya
Dari Tabel 4.3 diatas dapat diketahui banyaknya permintaan yang ada dan
pemenuhan permintaan yang dilakukan PT PERTAMINA. Terjadi perbedaan
pemenuhan permintaan dikarenakan pengiriman bahan bakar yang berbeda tempat
sehingga memerlukan waktu pengiriman yang berbeda-beda dan kembali pada
pengisian BBM yang ada di PT PERTAMINA Surabaya yang berbeda-beda pula,
sehingga route operasi truk tangki bergantung pada pengiriman yang dilakukan.
Permintaan tertinggi pada tabel diatas adalah 11.774 KL sedangkan PT PERTAMINA
mampu memenuhi permintaan sebesar 11.326 KL.
4.2.4 Data Jumlah Truk Tangki
Truk tangki adalah salah satu alat transportasi untuk mengirimkan bahan bakar
kepada konsumen. Data jumlah truk tangki yang tersedia pada PT.PERTAMINA
Surabaya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Truk Tangki PT PERTAMINA SurabayaKapasitas Truk
TangkiJumlah Truk Tangki
Unit Pengiriman Unit Pengiriman KLKap. 24 KL 43 4 172 4128Kap. 32 KL 35 4 140 4480Kap. 40 KL 27 3 81 3240Total 105 393 11848
4.3 Pengolahan Data
4.3.1 Perhitungan Rata-Rata Gabungan Waktu Set Up dan Antrian
Perhitungan rata-rata gabungan waktu set up dan antrian akan dilakukan pada truk
tangki yang berkapasitas 24 KL, 32 KL, dan 40 KL. Untuk mendapatkan rata-rata
gabungan waktu set up dan antrian pada truk tangki yang berkapasitas berbeda maka
dibutuhkan pula kecukupan data dimana diharapkan data yang telah didapatkan sudah
mencukupi dari seluruh truk tangki yang berkapasitas 24 KL, 32 KL, dan 40 KL.
30
4.3.1.1 Rata-Rata Gabungan Waktu Set Up dan Antrian
Pada Tabel 4.1 terdapat 30 data gabungan waktu set up dan antrian yang dilakukan
truk tangki yang berkapasitas 24 KL, 32 KL, dan 40 KL. Berikut ini merupakan hasil
perhitungan rata-rata waktu set up pada truk tangki.
a. Truk Tangki 24 KL
Rata-rata ( ) = ∑ datawaktu
∑ data (n)=
8,13+8,35+8,81+8,28+8,72+8,47+9,11+8,33+8,25+9,07+8,75+8,92+8,38+9,17+8,22+8,17+8,47+8,66+8,78+9,22+9,12+8,77+9,01+8,55+8,36+8,54+8,31+8,79+8,72+8,4330=
258,8630
= 8,628 menit
b. Truk Tangki 32 KL
Rata-rata ( ) = 9,704 menit
c. Truk Tangki 40 KL
Rata-rata ( ) = 11,279 menit ≈ 11,28 menit
Berdasarkan perhitungan diatas rata-rata gabungan waktu set up dan antrian truk
tangki berkapasitas 24 KL, 32 KL, dan 40 KL adalah sebesar 8,628 menit, 9,704
menit, dan 11,28 menit.
4.3.1.2 Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dilakukan agar data yang diperoleh dari pengamatan sesuai
dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian seperti yang diinginkan. Dengan
menggunakan tingkat kepercayaan 95% (k=2) dan derajat ketelitian (s) sebesar 0,05
maka dengan menggunakan rumus kecukupan data untuk menentukan kecukupan data
sebagai contoh truk tangki berkapasitas 24 KL adalah sebagai berikut.
a. Truk Tangki 24 KL
Dimana :
= = ,
31
e = tingkat ketelitian (0,05)
s = standar deviasi
= waktu rata-rata
= = , x ,, x , = ,, = ,
′ = , ≈ 2
n = 30
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan
data gabungan waktu set up dan antrian pada truk tangki berkapasitas 24 KL telah
memenuhi syarat atau cukup karena bersar nilai n > n’, yaitu 30 > 2. Rekapitulasi
perhitungan standar deviasi dan uji kecukupan data pada setiap jenis truk tangki dapat
dilihat pada lampiran 2.
4.3.2 Waktu Proses Pengisian
Waktu proses pengisian truk tangki didapatkan dari penjumlahan (waktu set up dan
antrian+ waktu pemenuhan tangki). Berikut merupakan waktu proses pengisian truk
tangki berkapasitas 24 KL, 32 KL, dan 40 KL.
a. Waktu Proses Pengisian Truk Tangki 24 KL
Waktu Proses Pengisian = (8,628 + 4,5)
= 13,128 menit
= 13,13 menit
Jadi, waktu proses pengisian truk tangki kapasitas 24 KL adalah 13,13 menit
b. Waktu Proses Pengisian Truk Tangki 32 KL
Waktu Proses Pengisian = (9,704 + 4,5)
= 14,204 menit
= 14,2 menit
Jadi, waktu proses pengisian truk tangki kapasitas 32 KL adalah 14,2 menit
32
c. Waktu Proses Pengisian Truk Tangki 40 KL
Waktu Proses Pengisian = (11,279 + 11)
= 22,279 menit
= 22,28 menit
Jadi, waktu proses pengisian truk tangki kapasitas 40 KL adalah 22,28 menit
Hasil perhitungan waktu proses pengisian bahan bakar minyak truk tangki
berkapasitas 24 KL, 32 KL, dan 40 KL dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Pehitungan Waktu Proses Pengisian24 KL 32 KL 40 KL
Waktu Proses Pengisian 13,13 menit 14,2 menit 22,28 menit
4.3.3 Model Matematis
Model matematis pada program linier dibentuk dari masalah yang timbul dan
diharapkan dapat membantu untuk menyelesaikan masalah yang ada. Pada penelitian ini
terdapat dua model matematis dimana kedua model ini akan dibandingkan seberapa
jauh perubahan ataupun persamaan antara dua model matematis yang akan dikerjakan
dengan Integer Linear Programming (ILP) dan kombinasi optimasi lokal dan model
logika yang dirumuskan.
Definisi Parameter
Berikut merupakan definisi parameter yang akan digunakan untuk pembentukan
model matematis:
Z : fungsi tujuan
Y : banyaknya gentry (variabel keputusan model matematis 1)
X1 : truk tangki 24 KL (variabel keputusan model matematis 2)
X2 : truk tangki 32 KL (variabel keputusan model matematis 2)
X3 : truk tangki 40 KL (variabel keputusan model matematis 2)
t : waktu pengisian truk tangki
1. Model Matematis pada Integer Linear Programming
Fungsi Tujuan (minimasi)
Z (MIN) = Y
Fungsi Kendala atau Batasan
a. Banyaknya Jenis Truk Dengan Mengoptimalkan Waktu Total Operasi, dimana
total waktu operasi PT PERTAMINA adalah 1200 menit (20 jam)
1200 Y- t X1 - t X2 - t X3 ≥ 0
33
b. Banyaknya Jenis Truk Dengan Mengoptimalkan Kapasitas seluruh Gentry,
dimana kapasitas setiap gentry adalah 2500 KL
2500 Y- 24 X1 - 32 X2 - 40 X3 ≥ 0
c. Batasan Jumlah Permintaan Terhadap Pengoptimalan Setiap Jenis Truk Tangki
24 X1 + 32 X2 + 40 X3 ≥ 11774
d. Batasan Jumlah Truk Tangki
X1 ≤ 172
X2 ≤ 140
X3 ≤ 81
e. Non-Negative
X1 ≥ 0 dan Integer
X2 ≥ 0 dan Integer
X3 ≥ 0 dan Integer
Y ≥ 0 dan Integer
Pada sub - bab 4.3.2 telah didapatkan waktu proses pengisian dari masing-
masing kapasitas dari truk tangki, sehingga model matematis di atas dapat dimasukkan
dengan waktu yang telah didapatkan pada sub - bab 4.3.2. Berikut merupakan model
matematis setelah dimasukkannya kendala nilai dari kendala t.
Fungsi Tujuan (minimasi)
Z (MIN) = Y
Fungsi Kendala atau Batasan
1200 Y- 13,13 X1- 14,2X2 - 22,28 X3 ≥ 0
2500 Y- 24 X1 - 32 X2 - 40 X3 ≥ 0
24 X1 + 32 X2 + 40 X3 ≥ 11774
X1 ≤ 172
X2 ≤ 140
X3 ≤ 81
X1 ≥ 0 dan Integer
X2 ≥ 0 dan Integer
X3 ≥ 0 dan Integer
Y ≥ 0 dan Integer
34
2. Model Matematis Kombinasi Optimasi Lokal (Model Logika)
Fungsi Tujuan (maksimasi)
Z (MAX) = 24 X1 + 32 X2 + 40 X3
Fungsi Kendala atau Batasan
13.13 X1 - 14.2 X2 - 22.28 X3 ≤ 1200
24 X1 - 32 X2 - 40 X3 ≤ 2500
X1 ≤ 172
X2 ≤ 140
X3 ≤ 81
X1 ≥ 0
X2 ≥ 0
X3 ≥ 0
X1, X2, X3 (Integer)
4.4 Model Matematis dengan Solver Microsoft Excel
Setelah membentuk model matematis pada proram linier, maka model matematis
yang telah dibentuk tersebut dapat dituliskan pada software Microsoft Excel dimana
yang nantinya akan dilakukan pengolahan dengan menggunakan solver pada Microsoft
Excel.
4.4.1 Pembuatan Model Matematis pada Microsof Excel
Model matematis pada Microsoft Excel adalah langkah utama untuk menemukan
solusi optimal pada program linier yang telah dibentuk. Model Matematis Integer
Linear Programming dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Model Matematis Integer Linear Programming
Y
5
Z MIN Y X1 X2 X3 b
K1 1200 -13,13 -14,2 -22,28 ≥ 0
K2 2500 -24 -32 -40 ≥ 0
K3 24 32 40 ≥ 11774
K4 1 ≤ 172
K5 1 ≤ 140
K6 1 ≤ 81
K7 1 ≥ 0
35
Lanjutan Tabel 4.6 Model Matematis Integer Linear Programming
K8 1 ≥ 0
K9 1 ≥ 0
K10 1 ≥ 0
Pada Tabel 4.6 telah dimasukkan fungsi tujuan dan fungsi kendala yang telah
dirumuskan sebelumnya. Setelah selesai membentuk model matematis pada Microsoft
Excel maka dapat diselesaikan dengan Solver pada Microsoft Excel.
4.4.2 Output Solver Microsot Excel
Dengan adanya solver, maka akan didapatkan solusi yang optimal pada model
matematis yang telah dibentuk. Pada model matematis ini gentry awal adalah berjumlah
5, sehingga pada model matematis gentry yang akan diisi adalah 5 dan dilihat solusi
optimal yang dihasilkan. Hasil output dengan menggunakan solver pada Microsoft
Excel dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.7 Output pada Microsoft ExcelZ MIN Y X1 X2 X3 b Hasil Slack
5K1 1200 -13.13 -14.2 -22.28 ≥ 0 1,48 1,48K2 2500 -24 -32 -40 ≥ 0 748 748K3 24 32 40 ≥ 11774 11752 -22K4 1 ≤ 172 168 4K5 1 ≤ 140 140 0K6 1 ≤ 81 81 0K7 1 ≥ 0 172 168K8 1 ≥ 0 140 140K9 1 ≥ 0 81 81
K10 1 ≥ 0 5
Dengan adanya 5 gentry yang beroperasi dapat dilihat kemampuan optimal
pengiriman adalah sebesar 11.752 KL, dan dapat dilihat dengan adanya 5 gentry ini
masih belum dapat memenuhi permintaan sebesar 11.774 ditunjukkan dengan slack
(selisih) yang masih bernilai negatif dan pada slack juga dapat diketahui masih terdapat
sisa truk tangki berkapasitas 24 KL sebanyak 4 truk tangki. Dengan adanya
penambahan gentry diharapkan permintaan dapat dipenuhi. Solusi optimal ILP dengan
adanya penambahan gentry dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut.
Tabel 4.8 Hasil Solusi Optimal Untuk Memenuhi PermintaanZ MIN Y X1 X2 X3 B Hasil Slack
6K1 1200 -13.13 -14.2 -22.28 ≥ 0 1185,44 1185,44K2 2500 -24 -32 -40 ≥ 0 3224 3224
36
Lanjutan Tabel 4.8 Hasil Solusi Optimal Untuk Memenuhi PermintaanK3 24 32 40 ≥ 11774 11776 2K4 1 ≤ 172 172 0K5 1 ≤ 140 139 1K6 1 ≤ 81 80 1K7 1 ≥ 0 172 172K8 1 ≥ 0 140 140K9 1 ≥ 0 81 81
K10 1 ≥ 0 6 Integer
Pada Tabel 4.8 didapatkan solusi optimal yaitu dengan penambahan gentry menjadi
6 (enam) gentry maka permintaan dapat dipenuhi yaitu sebesar 11.776 dari 11.774.
Integer Linear Programming pada intinya berkaitan dengan pemrograman-
pemrograman linier dimana atau semua varibel memiliki nilai-nilai integer (bulat),
dengan adanya ILP ini maka gentry dapat di integer-kan yaitu menjadi 6 gentry. Pada
model matematis 1 dijelaskan bahwa seluruh kendaraan truk tangki dapat masuk pada 6
gentry yang tersedia tanpa harus adanya aturan untuk masuk pada setiap gentry. Pada
tabel juga dijelaskan bahwa sudah tidak ada nilai slack (selisih) yang bernilai negatif
sehingga dapat disimpulkan seluruh waktu proses, kapasitas tangki, dan seluruh
permintaan yang ada pada fungsi kendala atau batasan sudah dapat terpenuhi. Terjadi
sisa 1 truk tangki berkapasitas 32 KL dan 1 truk tangki berkapasitas 40 KL.
4.4.3 Penulisan Model Matematis Pada LINGO 14.0
Model matematis pada LINGO 14.0 adalah langkah awal untuk menemukan solusi
optimal pada program linier yang telah dibentuk melalui model matematis tersebut.
Pembuatan serta penulisan model matematis pada software LINGO 14.0 dapat dilihat
pada Gambar 4.5 sebagai berikut.
Gambar 4.5 Penulisan model matematis pada LINGO 14.0
Pada gambar diatas merupakan model matematis yang dituliskan dalam software
LINGO 14.0. Dengan memasukkan fungsi tujuan dan kendala-kendala yang telah
37
dibentuk, maka model tersebut dapat diolah dengan solver yang ada pada LINGO 14.0
dan dengan adanya solver tersebut maka model matematis yang telah dituliskan
kedalam LINGO 14.0 akan mencari solusi optimal dari seluruh elemen model
matematis yang ada. Model matematis optimasi kombinasi lokal merupakan model
matematis untuk mencari maksimasi dari truk tangki pada setiap gentry.
4.4.4 Output Solver LINGO 14.0
Hasil dari LINGO 14.0 dapat dilihat pada gambar 4.6 sebagai berikut.
Gambar 4.6 Hasil solver LINGO 14.0
Gambar 4.6 diatas menunjukkan bahwa hasil optimal yang dihasilkan dari model
matematis adalah sebesar 2496 KL pada gentry 1 dengan memaksimalkan truk tangki
yang tersedia berdasarkan kendala yang ada didalam model matematis tersebut.
Pembagian truk tangki dari hasil solver pada LINGO 14.0 dapat dilihat pada gambar
4.7.
Gambar 4.7 Pembagian Truk Tangki
Gambar 4.7 menunjukkan pembagian truk tangki pada gentry 1 (satu) dimana
banyaknya variabel X2 (truk tangki 32 KL) yang keluar saat pengisian adalah 78 truk
tangki. Setelah didapatkan Objective value dan pembagian truk tangki, maka diketahui
kapasitas yang dapat dikeluarkan oleh 1 gentry dan truk tangki yang beroperasi pada
gentry tersebut. Pada PT PERTAMINA terdapat 5 gentry yang tersedia maka
berdasarkan langkah-langkahnya pada model matematis kombinasi optimasi lokal
memiliki 5 langkah dengan mengurangi output truk tangki yang beroperasi dengan
batasan yang tersedia pada truk tangki tersebut sehingga dapat didapatkan
pengoptimalan truk tangki sesuai dengan banyaknya masing-masing truk tangki.
Langkah 2 pada perubahan batasan dan pengerjaan dengan LINGO 14.0 ditunjukkan
pada Lampiran1. Pengoptimalan truk tangki dapat dilihat pada Tabel 4.9.
38
Tabel 4.9 Pengoptimalan Truk TangkiGentry Truk Tangki
X1 (24 KL)Truk TangkiX2 (32 KL)
Truk TangkiX3 (40 KL)
Jumlah(KL)
1 0 78 0 24962 24 60 0 24963 89 2 0 22004 59 0 19 21765 0 0 53 2120
Jumlah 172 140 72 11.488Tersedia 172 140 81 11.774
Sisa 0 0 9 -286
Dari hasil pengoptimalan truk tangki dapat diketahui bahwa dengan adanya 5
(lima) gentry masih terdapat sisa truk tangki yang belum beroperasi dan pemenuhan
permintaan masih belum dapat tercapai yaitu sebesar 286 KL. Hal ini menunjukkan
bahwa perlu adanya penambahan gentry untuk mengoptimalkan penggunaan sisa truk
tangki dalam memenuhi permintaan. Berikut ini merupakan model matematis akhir
dalam penggunaan truk tangki jika ditambahkan 1 gentry yang ditunjukkan pada
Gambar 4.8 sebagai berikut.
Gambar 4.8 Model Matematis Penggunaan Jumlah Truk Optimal
Dengan adanya penambahan gentry maka penggunaan sisa truk tangki dapat
dioptimalkan, gentry awal adalah sebanyak 5 dan ditambahkan menjadi 6 gentry dimana
hasil penambahan gentry dan hasil dari solver dapat ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Pengoptimalan Truk Tangki (6 gentry)Gentry Truk Tangki
X1 (24 KL)Truk TangkiX2 (32 KL)
Truk TangkiX3 (40 KL)
Jumlah(KL)
1 0 78 0 24962 24 60 0 24963 89 2 0 22004 59 0 19 21765 0 0 53 21206 0 0 9 360
Jumlah 172 140 81 11.848Tersedia 172 140 81 11.774
Sisa 0 0 0 74
39
Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa kemampuan optimal pemenuhan permintaan
yang dapat dilakukan adalah sebesar 11.848, sedangkan permintaan adalah sebesar
11.774 dijelaskan yaitu dengan adanya sisa sebesar 74 KL. Dengan adanya kombinasi
optimasi lokal dengan menambahkan 5 gentry menjadi 6 gentry dapat memenuhi
permintaan serta batasan atau kendala yang membatasi sudah terpenuhi.
4.5 Analisis Hasil ILP dan Kombinasi Optimasi Lokal
Pada sub – bab ini akan dijelaskan mengenai hasil optimasi dari model matematis
dengan menggunakan Integer Linear Programming pada solver Microsoft Excel dan
hasil optimasi dari model matematis kombinasi optimasi lokal dari software LINGO
14.0 yang merupakan model logika yang dibentuk.
4.5.1 Analisis Solver Integer Linear Programming pada Microsoft Excel
Analisis dari hasil Integer Linear Programming pada Microsoft Excel dapat dilihat
pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Integer Linear Programming5 Gentry 6 Gentry
Hasil Optimal 11.752 KL 11.776Permintaan 11.774 KL 11.774
Sisa -22 KL +2 KL
Dapat dilihat pada Tabel 4.11 hasil dari solver pada Microsoft Excel, pada 5 gentry
dihasilkan 11.752 KL dari permintaan sebesar 11.774 dan masih terdapat sisa 22 KL
permintaan yang belum dapat terpenuhi, sedangkan pada 6 gentry adalah sebesar 11.776
KL dari 11.774 permintaan. Dengan adanya penambahan gentry dari 5 gentry menjadi 6
gentry maka pemenuhan permintaan dapat tercapai dimana pada penambahan gentry
menjadi 6 gentry menunjukkan hasil optimal 11.776 dimana melebihi 2 KL dari
permintaan yang ada, sedangkan pada 5 gentry permintaan masih kurang sebesar 22 KL
dari hasil optimal yang dihasilkan. Teknis pelaksanaan model matematis ILP pada
Microsoft Excel adalah tidak dapat diketahui truk tangki mana saja yang masuk pada
setiap gentry yang tersedia tetapi dengan adanya ILP pada Microsoft Excel hasil yang
diberikan (output) gentry lebih maksimal dibandingkan output awal yang digunakan
model matematis optimasi kombinasi lokal saat menggunakan 5 gentry dikarenakan
pada model matematis ILP seluruh truk tangki dapat masuk pada semua gentry tanpa
adanya batasan.
40
4.5.2 Analisis Solver Kombinasi Optimasi Lokal pada LINGO 14.0
Analisis dari hasil kombinasi optimasi lokal pada LINGO 14.0 dapat dilihat pada
Tabel 4.12 sebagai berikut.
Tabel 4.12 Hasil Kombinasi Optimasi Lokal5 Gentry 6 Gentry
Hasil Optimal 11.488 11.848Permintaan 11.774 11.774
Sisa -286 KL +74 KL
Pada Tabel 4.12 diketahui bahwa hasil optimal yang menggunakan 5 gentry dan
yang menggunakan penambahan menjadi 6 gentry terlihat pada sisa yang dihasilkan
dari kedua hasil tersebut yaitu dengan menambahkan gentry menjadi 6 gentry maka
seluruh permintaan yang ada dapat terpenuhi. Pada model matematis optimasi
kombinasi lokal memiliki kelebihan yaitu pada model tersebut dapat diketahui truk
tangki dengan kapasitas 24 KL, 32 KL, dan 40 KL beroperasi pada banyaknya gentry
yang tersedia sehingga jika terdapat truk tangki yang berkapasitas diluar optimasi yang
dihasilkan maka truk tangki tidak dapat memasuki gentry selain yang ditentukan. Model
matematis kombinasi optimasi lokal meskipun berbeda fungsi tujuan dengan model
matematis ILP, tetap didapatkan hasil atau output yang sama yaitu tetap melakukan
penambahan gentry dari 5 menjadi 6 gentry untuk memenuhi permintaan.