blok 17 up 1
DESCRIPTION
love itTRANSCRIPT
LEARNING OBJECTIVE
1. Jelaskan mengenai Anatomi kaki Kuda ?2. Sebutkan abnormalitas konformasi kaki Kuda ?3. Sebutkan jenis dan teknik Anastesi Lokal ?
PEMBAHASAN
1. ANATOMI KAKI KUDA
Gambar 1. Anatomi ekstremitas kuda bagian depan dan belakang
Bagian kaki kuda terdiri dari epidermal hoof, jaringan corium (dermis), digital cushion,
phalang ke 3 (coffin bone), kartilago distal phalang, distal interphalang (coffin joint), phalang ke 2
(pastern bone), tulang sesamoid (tulang navicular), podothrochlear bursa (bursa navicular ),
ligament, tendon, otot extensor dan fleksor, pembuluh darah, saraf, dan kulit diantara heels
(Stashak, 2001).
Gambar 2. Susunan tulang pada kaki kuda
1 | N O N R U M I N A N S I A
Pertumbuhan kuku kuda berasal dari coronary band. Lokasinya berada tepat di atas hoof dan
dilindungi oleh kulit dan rambut yang tebal. Pada kaki yang sehat, kuku akan tumbuh sekitar 3/8
inchi setiap bulan. Perubahan pertumbuhan kuku dapat disebabkan oleh intensitas latihan dan
kondisi kesehatan kuda secara umum. Adanya luka pada coronary band dapat menyebabkan
pertumbuhan kuku yang tidak rata. Biasanya kuku bagian belakang lebih cepat tumbuh
dibandingkan kuku bagian belakang.
Kuku kuda disusun oleh dinding kuku, sole, dan frog. Dinding kuku adalah bagian terluar kuku
yang membungkus phalank ke 3 atau coffin bone, terdiri dari toe (bagian depan), quarters
(bagian samping) dan heel. Sementara itu, sole adalah bagian yang melindungi bagian dalam
kaki, berstruktur kuat, agak cekung, dan tidak menyentuh tanah. Selain itu, terdapat pula frog
yang merupakan bentukan V pada bagian tengah sole. Frog memiliki struktur yang kenyal,
fleksibel, dan digunakan untuk menahan bobot tubuh.
Gambar 3. Bagian-bagian pada hoof
Pada heels, terdapat struktur flexible yang disebut digital cushion. Struktur ini berfungsi sebagai
shock absorber pada kaki. Digital cushion akan menjadi datar ketika kaki menginjak tanah dan
akan mengembang kembali ketika kaki diangkat dari tanah.
.
Gambar 4. Digital cushion akan menjadi datar ketika
kaki menginjak tanah dan akan mengembang
kembali ketika kaki diangkat dari tanah.
2 | N O N R U M I N A N S I A
Secara mikroskopis, hoof tersusun oleh beberapa lapisan sebagaimana yang tercantum dalam
gambar 3.
Gambar 5. Hoof tersususn atas dinding kuku, lamella primer, lamella sekunder, dan laminar
corium.
Lamina adalah struktur yang menyerupai daun yang membungkus dan menyatukan coffin bone
dengan dinding hoof. Lamina terdiri dari lamina primer dan lamina sekunder. tiap lamina
tersebut memiliki cabang yang akan melekatkan coffin bone dengan dinding kuku, menggantung
coccin bone dan membantu coffin bone dalam menyangga bobot tubuh.
Pada bagian dalam hoof, terdapat kartilago yang memanjang dan membungkus bagian phalank
ke 3. Kartilago ini bersifat fleksibel, namun seiring bertambahnya umur kuda, kartilago ini
biasanya akan terosifikasi dan tergantikan oleh tulang. Diantara phalang ke 2 dan ke 3 terdapat
tulang kecil yang disebut navicular bone. Navicular bone beserta navicular bursa (sac berisi
cairan) berfungsi mengurangi friksi antara tendon dan tulang.
Gambar 6. Kartilago lateral membungkus bagian phalank ke 3
A. Konformasi bentuk kaki kuda
3 | N O N R U M I N A N S I A
Gambar 7. Struktur anatomi kaki kuda bagian depan dan belakang
Pada kaki kuda baik bagian depan maupun belakang, terdapat beberapa deviasi dan
abnormalitas yang sering terjadi, diantaranya:
a. Base wide : kaki bagian bawah (dimulai dari fetlock/phalang 1) melebar ketika kuda
berdiri
b. Base narrow : kaki bagian bawah (dimulai dari fetlock/phalang 1) menyempit ketika kuda
berdiri
c. Toe in : ujung kuku/hoof menyudut ke bagian medial tubuh
d. Toe out : ujung kuku/hoof menyudut ke lateral tubuh, disebut juga splay footed
4 | N O N R U M I N A N S I A
Gambar 8. Beberapa contoh abnormalitas pada kaki depan tampak depan dan belakang
Beberapa abnormalitas konformasi juga biasa terjadi pada kaki belakang sebagaimana
digambarkan pada gambar dibawah ini:
Gambar 9. Beberapa gambaran abnormalitas kaki belakang
5 | N O N R U M I N A N S I A
Cara Berjalan dan Berlari
Cara Berdiri
6 | N O N R U M I N A N S I A
B. Laminitis dan Vesicular Disease
Etiologi
Definisi sederhana dari laminitis adalah suatu proses inflamasi yang melibatkan lapisan
dermal dan epidermal dari kuku, atau suatu penyakit yang disebabkan oleh kegagalan pertautan
antara distal phalanx (coffin bone) dan dinding kuku dalam. Seekor kuda menderita laminitis
waktu lamellae pada dinding kuku dalam, yang biasanya menangguhkan distal phalanx dari
permukaan dalam kapsul kuku, mengalami degenerasi dan gangguan. Tanpa kedudukan distal
phalanx yang semestinya, maka berat kuda dan arah pergerakkan tulang akan terdorong ke
dalam kapsul kuku. Proses ini akan memotong arteri dan vena serta menghancurkan lapisan
corium dari sole dan coronet, sehingga menyebabkan rasa sakit yang sangat dan kepincangan
yang khas.
Pada dasarnya laminitis dapat disebabkan oleh faktor metabolik dan fisikal, seperti
kelebihan karbohidrat dalam pakan (terlalu banyak pemberian biji-bijian dan rumput), kelebihan
berat badan, masalah pada saluran pencernaan (radang usus), endotoxemia, kolik, stress/shock,
terlalu lelah bekerja maupun pemberian konsumsi air dingin yang terlalu banyak saat kehausan.
Peradangan pada lamina sensitif, namun dapat sering kali disebabkan kelebihan pakan dan
kurangnyaexercise pada kelompok kuda poni, dan pada kuda betina biasanya setelah
melahirkan. Laminitis seringkali terjadi hanya pada kaki depan saja, walaupun terkadang kaki
depan juga bisa (Bone, 1963).
Patogenesis
Perubahan pakan mendadak, ketidakseimbangan konsentrat dan serat yang disertai
penyakit lain (radang ambing dan endometritis sesudah melahirkan) akan
menyebabkan tubuhmengalami asidosis dan mengeluarkan antihistamin sebagai reaksi asing
adanya perubahan, ketidakseimbangan dan penyakit. Kondisi ini memicu pembuluh darah untuk
mengalami vasokontriksi. Vasokonstriksi pembuluh darah akan berakibat jelas pada daerah kaki
dan kuku karena kaki dan kuku merupakan penyangga berat tubuh sehingga akan tertekan pada
daerah tersebut. Semakin lama, darah yang beredar ke daerah tersebut berkurang dan bahkan
berhenti sehingga pembuluh darah akan mengalami nekrosa yang berdampak pada
perubahan fisik jaringan disekitarnya. Akhirnya terjadilah laminitis yang ditandai
dengan kepincangan parah yang disertai pertumbuhan kuku yang tidak normal.
Laminitis merupakan penyakit akibat banyak faktor.
Penerapan manajemen kandang merupakan faktor risiko laminitis. Terdapat dua langkah
pencegahan terpenting untuk mengurangi laminitis berhubungan dengan luka terkait
7 | N O N R U M I N A N S I A
dengan pakan dan kandang. Untuk mencegah laminitis, kandang ternak harus dibuat nyaman
dengan menghindari penggunaankandang yang beralaskan beton karena dapat berpengaruh
negatif pada kesehatan kuku. Sebaiknya kandang dibuat beralaskan karet untuk mengurangi
perlukaan kuku.
Kebanyakan kasus laminitis berawal dari proses pencernaan yang buruk. Ketika makanan
tidak tercerna sempurna pada bagian hindgut seekor kuda, asam dan toksin yang dihasilkan akan
masuk dalam tubuh dan melalui aliran pembuluh darah menyebabkan kerusakan organ
diseluruh tubuh. Bila pembuluh darah dan sel pada kaki terkena maka hal ini akan
mengakibatkan penurunan aliran darah pada laminae dan akan menjadi bengkak (beberapa
teori menyatakan bahwa toksin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan lapisan tanduk kuku
dan hal inilah yang paling banyak menjadi penyebab laminitis). Kebengkakan atau inflamasi dari
laminae berarti bahwa laminae tidak dapat melakukan fungsinya secara maksimal dalam
menahan pedal bone pada posisinya sehingga mengakibatkan rasa sakit yang sangat. Sewaktu
kondisi menjadi sangat buruk dan aliran toksin tidak dapat dikurangi kemudian kerusakan
laminae akan menjadi lebih karena pertumbuhan tulang kaki yang terus menuju pada bagian
sole dan pada akhirnya harus dilakukan euthanasia apabila sudah tidak dapat disembuhkan lagi
demi kesejahteraan satwanya.
Pada tahap awal pendiri akut dapat dilihat bahwa 'rotasi' falang distal pada kenyataannya
merupakan kebalikan dari rotasi kuku dalam kaitannya dengan falang distal. Setelah peregangan
dan detasemen obligasi antar-laminar extravasates cairan ke dalam ruang dibuat antara lamina
dermal dan epidermis. Hubungan paralel antara korteks dorsal falang distal dan dinding kuku
punggung hilang. Namun penyelarasan tiga falang tidak berubah yakni, tidak ada rotasi benar.
Akumulasi perdarahan dan serum di bawah dinding kuku berada di bawah tekanan dan
menciptakan rasa sakit yang hebat. Sebuah prosedur dinding punggung pemboran akan
mengeluarkan cairan ini. Dalam beberapa kasus laminitis otot fleksor mendalam digital
tampaknya menjadi kejang atau sebenarnya mempersingkat. Hal ini kemudian menjadi mungkin
untuk kembali menyelaraskan kolom phalangeal dengan berjalan kaki ganti. Divisi Bedah
ligamen cek inferior atau tendon fleksor mendalam digital akan diperlukan.
Gejala Klinis
Pada laminitis akut, biasanya kedua kaki depan diestensikan di depan tubuh sehingga berat
badan ditopang pada bagian belakang teracak (Hills). Pada kuda yang sedang rebahan biasanya
terjadi kesulitan untuk bangun tidur kembali. Terkadang laminitis akut ditandai dengan gejala
sistemik, seperti peningkatan suhu tubuh, kesulitan bernapas, anoreksia, dan depresi. Pada
laminitis kronis, yang biasanya diakibatkan kuda obesitas dengan exercise yang terbatas. Gejala
8 | N O N R U M I N A N S I A
klinisnya lebih ringan daripada ksus akut. Tetapi kaki belakang biasanya ditempatkan di bawah
tubuh. Biasanya, bila dipalpasi adanya kaki berasa panas, dan ada pulsasi arteri digitalis yang
meningkat. Eksudat radang biasanya terlihat dan pakan memperlemah perlekatan antara lamina
sensitif dan lamina ygh kasar. Sehingga ujung depan tilang jari kan jatuh di atas permukaan sol,
sehingga ketika dilihat dari bawah, permukaan teracak yang seharusnya cekung menjadi
cembung (Bone, 1963).
Terapi
Dapat dilakukan anestesi intraartikular untuk memblok nervus plantaris sehigga rasa sakit
akibat radang dapat dihilangkan untuk sementara. Dapat dilakukan juga pemberiaan
antihistamin yang dikombinasikan dengan fenilbutazon sebagai antiinflamasi. Pemberian obat
suportif juga disarankan dengan menjaga kaki tetap dingin dan lembab, perbaikan pakan, dan
manajemen perkandangan yang baik, seperti pemberian serbuk kayu sebagai alas kandang
(Bone, 1963).
Navicular Disease
Etiologi
Navicular disease adalah penyakit yang menyerang tulang navicular yang berada pada bagian
belakang coffin joint. Pada tulang navicular sering kali mengalami tekanan yang sangat tinggi
yang berasal dari phalank ke-2. Hal ini dapat menyebabkan perubhan posisi ke arah belakang
dari tempat seharusnya. Posisi ini akan memperbesar kemungkinan terjadi fraktur terutama
pada bagian tulang yang paling lemah. Navicular disease biasanya ditandai dengan osteitis kronis
disertai kartilago artikular yang makin kasar dan adanya produksi osteofit atau deposit kalsium
yang berproliferasi, terkadang juga terjadi kalsifikasi pada ligamen tulang navicular. Penyakit ini
dapat disebabkan akibat hereditas, konformasi kaki kuda yang tidak sempurna biasanya pada
bagian pastern. Sebab lain diantaranya luka yang berprenetrasi pada bagian kuneus, hills yang
berkontraksi, osifikasi ligamentum suspensorium pada bagian samping tulang navicular (Bone,
1963).
Gejala Klinis
Gejala klinis yang menciri yakni terjadi kepincangan yang terjadi secara bertahap yang akan
terdeteksi ketika kuda berjalan pada permukaan yang kasar. Gejala yang sangat menciri lainnya
yakni kuda akan menempatkan salah satu kaki yang terasa sakit di depan kaki lainnya sehingga
seolah menunjuk posisi yang sakit. Diagnosis dapat didasari oleh gejala klinis, rekording,
pemeriksaan hoof tester dan radiografi. Pada hasil pencitraan X-ray dapat diidentifikasi
9 | N O N R U M I N A N S I A
kerusakan navicular tetapi sangat sulit untuk menginterpretasikan perubahan yang terjadi pada
navicular dan pada jaringan lunak seperti ligament (Casey, 2011).
Diagnosa
Untuk itu perlu dilakukan percobaan Spat, yakni :
Kaki belakang yang diduga sakit diflexio pada persendian tarsus selama lima menit
Kemudian dilarikan
Maka jika positif Spat, terlihat pada lima langkah pertama
Diperhatikan apakah kaki diabduksi, adduksi, diseret, terantuk, atau diangkat. Selain ketiga
cara di atas, ada cara lain sebagai tambahan pemeriksaan yaitu jalan berputar/melangkah
berputar, bisa ke kanan atau ke kiri.
Hoof tester memiliki beberapa desain yang berbeda-beda. Model yang lama berbentuk
seperti tang besar, bulat, dan cukup panjang (12-18 inci). Desain yang lebih baru dapat
disesuaikan dengan ukuran kuku. Ada pula model yang yang dapat diseauaikan dengan
jangkauan, tebuat dari stainless steel.
Pemeriksaan kuku harus sistematis, konsisten, dan harus mencakup semua bagian kuku.
Urutan yang sebenarnya dari pemeriksaan ini tidak terlalu penting, yang penting adlah
penerapannya harus sama dari waktu ke waktu sehingga tidak ada yang terlewatkan. Tekanan
yang diberikan pada kuku harus sama. Respon positif berupa refleks penarikan kaki. Hal ini harus
dibedakan dengan refleks gugup atau kesal. Kuncinya adalah konsistensi. Respon nyeri sejati
adalah respon yang dihasilkan dengan stimulus yang sama berkali-kali pada tempat yang sama
dengan hasil yang sama pula. Sebaliknya penarikan karena respon gugup tidak akan terjadi
kembali walaupun dilakukan berulang-ulang pada tempat yang sama (Smith, 2000).
3. Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah obat yang mampu menghambat konduksi saraf (terutama
nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik. Anestetika lokal terdiri dari 3
bagian, gugus amin hidrofilik yang dihubungkan dengan gugus aromatik hidrofobik oleh
gugus antara. Gugus antara dan gugus aromatik dihubungkan oleh ikatan amida atau ikatan
ester. Berdasarkan ikatan ini, anestetika lokal digolongkan menjadi :
- senyawa ester (prokain, tetrakain, benzokain, kokain)
- senyawa amida (lidokain, dibukain, mepivakain, prilokain) (Wahyudiono, 2011).
Mekanisme Kerja
Cara kerja obat anestetik local dan regional adalah dengan menghambat transmisi
saraf dari neumuskular ke ganglia. Pada saat obat anestesi local mengenai saraf perifer,
10 | N O N R U M I N A N S I A
maka transmisi dalam serabut tersebut dihambat, sebagai akibatnya rasa nyeri hilang untuk
sementara, diawali dari serabut tidak bermielin kemudian serabut bermielin, hal ini terjadi
karena sel saraf bermielin lebih tahan dibanding sel saraf tidak bermielin. (Sardjana, 2004)
Farmakokinetik
Struktur obat anestetika lokal mempunyai efek langsung pada efek terapeutiknya.
Semuanya mempunyai gugus hidrofobik (gugus aromatik) yang berhubungan melalui rantai
alkil ke gugus yang relatif hidrofilik (amina tertier). Kecepatan onset anestetika lokal
ditentukan oleh:
- kadar obat dan potensinya
- jumlah pengikatan obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan lokal
- kecepatan metabolisme
- perfusi jaringan tempat penyuntikan obat.
Pemberian vasokonstriktor (epinefrin) + anestetika lokal dapat menurunkan aliran
darah lokal dan mengurangi absorpsi sistemik. Vasokonstriktor tidak boleh digunakan pada
daerah dengan sirkulasi kolateral yang sedikit dan pada jari tangan atau kaki dan penis.
Golongan ester (prokain, tetrakain) dihidrolisis cepat menjadi produk yang tidak aktif oleh
kolinesterase plasma dan esterase hati. Bupivakain terikat secara ekstensif pada protein
plasma (Wahyudiono, 2011).
Farmakodinamik
Onset, intensitas, dan durasi blokade saraf ditentukan oleh ukuran dan lokasi
anatomis saraf. Saluran Na+ penting pada sel otot yang bisa dieksitasi seperti jantung.
Efeknya terhadap saluran Na+ jantung adalah dasar terapi anestetika lokal dalam terapi
aritmia tertentu (biasanya yang dipakai lidokain). Anestetika lokal umumnya kurang efektif
pada
jaringan yang terinfeksi dibanding jaringan normal, karena biasanya infeksi mengakibatkan
asidosis metabolik lokal, dan menurunkan pH.
Efek Samping
Efek sistem saraf pusat : depresi, stimulasi, atau keduanya, tergantung jalur saraf
yang dipengaruhi anestetika lokal. Overdosis anestetika lokal dapat menyebabkan :
- penurunan transmisi impuls pada neuromuscular junction dan sinaps ganglion
- mengakibatkan kelemahan dan paralisis otot (Wahyudiono, 2011).
11 | N O N R U M I N A N S I A
Metode yang umum digunakan untuk anestesi lokal:
1. Anestesi Topikal
Anestesi ini diberikan pada mukosa/selaput lendir permukaan tubuh. Dapat di mukosa
hidung, mulut, dan mata (Widyananta, 2011).
2. Anestesi Intrasynovial
Diberikan pada sendi, bursa dan pelinsung tendon. Digunakan untuk diagnosis kepincangan
atau untuk menghilangkan rasa nyeri. Anestetisi lokal yang digunakan iritasi minimal dan
dijaga sterilitas karena infeksi pada daerah ini mudah terjadi.
3. Anestesi Infiltrasi
Merupakan anestesi Line Block.
Suntik kulit, otot, peritoneum.
Jarum 20G atau kurang untuk kulit : 2,5 cm, jarum 18 G untuk lapisan di bawah kulit 7,5-
10 cm.
50 ml Lidocaine 2%
0,5-1 ml tiap 1-2cm (Widyananta, 2011).
4. Anestesi Spinal
Anestesi spinal dibagi menjadi 2 tipe:
a. Anestesi epidural (extradural) menempatkan anestetik lokal ke daerah extradural.
Jarum masuk melewati canal spinal, namun tidak mempenetrasi meninges. Anestetik
terbatas hingga canal di sebelah luar duramater.
b. True spinal anesthesia tentang akses subaracnoid dimana jarum mempenetrasi
duramater dan analgesic di injeksi ke cairan cerebrospinal.
5. Anestesi Regional
a. Inverted L-block
Target: laparatomy flank/ laparatomy paramedial.Vertical: sepanjang costae terakhir
(T13). Horisontal: L1-L4
100 ml Lidocaine 2%, jarum 18G.
b. Paravertebral / Paralumbal Block
Target: kulit, fascia, muskulus, peritoneum dari flank. Paravertebral: T13, L1, L2.
Paralumbal : L1, L2, L3 (Widyananta, 2011).
6. Anestesi Intraartikular
Dilakukan pada sendi kaki kuda (Widyananta, 2011).
Anastesi Regional (Intra Articular)
12 | N O N R U M I N A N S I A
Teknik anestesi intraartikular ditujukan untuk memblokade saraf ektremitas untuk
membantu diagnosis kepincangan pada kuda dan operasi neurektomi. Blokade ini ditujukan
pada saraf sensoris yang menginrvasi regio tertentu. Untuk injeksi intraartikular, penempatan
yang benar dari jarum di ruas sendi dapat ditunjukkan dari tetesan cairan senofial pada jarum
atau dapat diperoleh dari aspirasi jarum. Bagian yang biasanya diinjeksikan terletak pada celah
antara tendon fleksor profunda dengan ligamentum suspensorium sekitar 2 inci di atas fetlog
joint dan berdekatan dengan percabangan nervus. Jika yang teraspirasi pada jarum adalah darah
maka jarum harus diposisikan ke arah caudal. Blokade pada bagian ini menganastesi regio
teracak dan pastern joint. Pada anestesi ini dibutuhkan jarum sepanjang 1 inci dan ukuran gauge
20. Jenis anestesi yang diberikan berupa lidokain, prokain, prilokain, dan mepivakain.
Sebelumnya perlu dilakukan deinfeksi pada tempat yang akan dianestesi. Terkadang setelah
anestesi terjadi edema lokal yang dapat diminimalisasi dengan perban selama 24-48 jam paska
injeksi (Bone, 1963).
Gambar lokasi Injeksi Intra-Artikular
13 | N O N R U M I N A N S I A
DAFTAR PUSTAKA
Stashak, T. 2001. Adams' Lameness in Horses. Williams & Wilkins, London.
Smith, B.P. 2001. Large Animal Internal Medicine: fourth edition. Mosby, London.
Bone, J. F, 1963, Equine Medicine and Surgery, American Veterinery Publication;
California.
Casey, James M., 2011, Navicular Disease in Horse. Diakses pada tanggal 13 April
2011,www.equinehorsevet.com.
Widyananta, B. J. 2011. Lokal dan Regional Anestesia. Diakses
http://mokhamad10.student.ac.id 13 April 2011
14 | N O N R U M I N A N S I A
15 | N O N R U M I N A N S I A