bab 2 landasan teori 2.1 teori umum 2.1.1...
TRANSCRIPT
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Marketing
Sebelum memasuki pengertian akan e-marketing, perlu dibahas
pengertian akan kata marketing itu sendiri. Pengertian marketing menurut
UK’s Chartered Institute of Marketing, mengutip Chaffeyet al. (2006:9),
“Marketing is the management process responsible for identifying,
anticipating and satisfying customer requirements profitably,” yang dengan
kata lain mengatakan bahwa marketing merupakan proses bisnis yang
berfokus pada konsumen untuk meraih keuntungan.
Kotler dan Armstrong (2012:4) sendiri memiliki pengertian yang
lebih singkat namun semakna: “Marketing is managing profitable customer
relationships.” Menurut mereka, marketing atau pemasaran memiliki tujuan
ganda yaitu menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai dan harga
terbaik serta terus dan mengembangkan pelanggan saat ini dengan
memberikan kepuasan. Kedua pengertian tersebut menyinggung akan
perlunya kesadaran untuk melayani konsumen sebaik mungkin dan di saat
yang sama mendapatkan keuntungan dari upaya tersebut.
Kotler dan Armstrong (2012:5) pun melanjutkan bahwa dewasa ini
marketing harus dipahami tidak hanya melalui pengertian lama seperti
“melakukan penjualan” saja, tapi dalam arti baru, yaitu “memuaskan
konsumen”. Penjualan dan iklan hanyalah bagian dari “marketing mix”—
sekumpulan marketing tool yang bekerjasama untuk memuaskan kebutuhan
konsumen dan membentuk hubungan dengan konsumen. Kotler dan
Armstrong pun mendefinisikan marketing sebagai suatu proses di mana
perusahaan membuat nilai bagi konsumennyadan membuat hubungan yang
kuat untuk mendapat nilai dari konsumen sebagai imbalannya. Bisa dinilai
bahwa pengertian marketing menurut Kotler dan Armstrong sangat erat
kaitannya dengan konsumen, dan terdapat penekanan yang cukup besar bagi
perusahaan bukan untuk menjual produk yang ingin dijual/dibuat saja namun
lebih pada memberikan apa yang konsumen inginkan atau memberi nilai
tambah bagi konsumen.
6
Definisi lain yang lebih luas akan marketing juga dikembangkan oleh
Dibb, Simkin, Pride dan Ferrell, mengutip Chaffeyet al. (2006:9): “Marketing
terdiri dari kegiatan individu dan organisasi yang memfasilitasi dan
memperlancar hubungan dalam kegiatan tukar-menukar yang memuaskan
dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan, distribusi, promosi dan
pemberian harga atas barang, jasa dan ide-ide. ”Definisi yang satu ini lebih
menyoroti aktivitas pemasaran berbeda yang diperlukan untuk mencapai apa
yang disebut sebagai “hubungan dalam kegiatan tukar-menukar” (exchange
relationship), yang notabene adalah pengembangan produk, pemberian harga,
promosidan distribusi.
2.1.2 E-Marketing
Secara umum, internet marketing,electronic marketing, atau e-
marketing merupakan istilah yang bisa saling ditukar dan biasa dikaitkan
dengan penerapan teknologi komunikasi dan internet ke dalam sistem
marketing atau pemasaran dari perusahaan. Chaffey, Ellis-Chadwick, Mayer,
Johnston, (2006: 9) menyebutkan bahwa istilah internet marketing “...biasa
mengacu pada perspektif eksternal mengenai bagaimana internet bisa
digunakan secara bersamaan dengan media tradisional untuk mendapatkan
dan memberikan layanan bagi konsumen.”
Smith dan Chaffey (2013:15) E-Marketing, internet marketing atau
biasa di sebut juga sebagai digital marketing merupakan inti dari sebuah e-
business, dengan semakin dekatnya sebuah perusahaan terhadap pelanggan
dan memahaminya secara lebih baik, menambah nilai dari suatu produk,
memperluas jaringan distribusi dan juga meningkatkan angka penjualan
dengan menjalankan kegiatan e-marketing yang berdasarkan pada media
digital seperti pemasaran melalui mesin pencari, iklan online dan afiliasi
pemasaran. Hal ini juga termasuk dalam menggunakan situs web yang akan
menjadi sebuah fasilitas untuk memberikan informasi bagi pelanggan,
mempermudah proses penjualan dan suatu sarana yang dapat mengelola
layanan penjualan. Sama halnya dengan pemasaran pada umumnya, e-
marketing merupakan sebuah pola dalam berpikir, sebuah jalan yang dapat
dengan mudah menarik pelanggan di dalam semua aktivitas online contohnya
yaitu seperti memiliki satu grup user yang berbeda-beda untuk menguji
7
situsweb yang anda miliki dengan menggunakan browser yang berbeda,
pengaturan yang berbeda dan juga dengan koneksi internet yang berbeda.
Smith dan Chaffey, mengutip Chaffey , Ellis-Chadwick, Mayer,
Johnston,(2006:9), mengatakan bahwa e-marketing bisa digunakan untuk
meraih tiga tujuan:
• Identifying – Internet bisa digunakan sebagai riset pasar untuk
mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen.
• Anticipating – Internet memberikan channel tambahan yang bisa
dipakai konsumen untuk mengakses informasi dan melakukan
pembelian.
• Satisfying– Kunci sukses dalam e-marketingadalah mencapai
kepuasan pelanggan melalui channel elektronik, yang mana
menimbulkan pertanyaan seperti:apakah situsnya mudah digunakan,
apakah performanya memadai, apa saja standar customer service yang
terkait dan bagaimana produk fisik diantarkan.
Mengenai bentuk e-marketing yang salah satunya bisa dilakukan melalui
pembuatan website, Chaffey dan Ellis-Chadwick, mengutip Chaffey dan
Smith (2013:12), mengidentifikasi bahwa terdapat lima jenis utama dari
online presence:
1. Situs e-commerce transaksional.
Perusahaan manufaktur, e-retailer, layanan travelatau
finansialmembuat produk yang ditawarkan tersedia secara online.
Kontribusi utamanya adalah melalui penjualan produk. Situs juga bisa
mendukung bisnis dengan memberikan informasi kepada konsumen
yang lebih memilih untuk membeli produk secara offline.
2. Situs pembangun hubungan berorientasi layanan atau lead-generation
web site.
Memberikan informasi untuk merangsang pembelian dan membangun
hubungan. Produk biasa tidak tersedia secara online. Informasi
diberikan melalui website, beserta e-mail marketing, untuk
menginformasikan keputusan pembelian. Kontribusi utamanya adalah
dengan mendorong penjualan secara offline dan menghasilkan
pertanyaan atau keinginan spesifik (biasa disebut lead, dalam kasuse-
marketing) dari konsumen potensial. Situs semacam ini juga bisa
8
memberi nilai tambah terhadap konsumen yang sudah ada dengan
memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
3. Situs brand-building.
Memberikan suatu pengalaman untuk mendukung brand. Produk
biasanya tidak tersedia secara online, namun situs biasa digunakan
menjual pernak-pernik/merchandise. Fokus utamanya adalah untuk
mendukung suatu brand dengan memberikan pelayanan online dari
brand tersebut melalui content marketing yang terintegrasi dengan
media sosial. Biasa digunakan untuk produk bernilai rendah,
bervolume tinggi, dan bergerak dengan cepat.
4. Portal atau situs media.
Tujuan utama dari penerbit pihak ketiga ini adalah memberikan
informasi dan konten. Penerbit online memiliki berbagai pilihan
untukmenghasilkan pendapatan melalui iklan, pemasaran berafiliasi,
dan menjual akses terhadap suatu kontenmelalui sistem langganan
atau pay-per-view.
5. Jejaring sosial atau situs komunitas.
Situs yang memungkinkan interaksi komunitas antara konsumen yang
berbeda. Interaksi biasanya berbentuk komentar, balasan, pesan,
penilaian atas konten dan menandai konten dalam kategori tertentu.
Contoh yang populer termasuk Facebook dan LinkedIn, tapi masih
banyak komunitas niche penting lain yang mungkin harus
diperhatikan dalam pasar.Selain situs jejaring sosial, interaksi sosial
bisa diintegrasikan ke dalam tipe situslain melalui plug-in atau
application programming interfaces (API).
Dalam proyek skripsi ini, penulis merancang online presence jenis kedua,
lead-generation website, karena model tersebut lebih cocok jika menilai dari
cara kerja dan kebutuhan perusahaan pengembang, di mana perusahaan perlu
membangun relasi bagi shareholder hanya melalui online value proposition
yang bisa diberikan menggunakan channel online (seperti customer service
dan halaman portofolio proyek yang instan) dan menunjukkan informasi,
latar belakang, dan kemampuan perusahaan bagi calon rekanan atau
konsumen baru.
9
2.1.3 Orientasi Manajemen Marketing
Dalam merancang strategi marketing, Kotler dan Armstrong (2012:9-
11) mengemukakan lima filosofi sebagai panduan untuk organisasi dalam
merancang dan menjalankan strategi marketing mereka: konsep produksi,
produk, penjualan, marketing, dan marketing berbasis masyarakat.
1. Konsep Produksi
Konsep ini mendeskripsikan bahwa konsumen akan lebih tertarik pada
produk yang tersedia dengan harga yang terjangkau dan lebih rendah,
sehingga organisasi harus lebih fokus pada perkembangan efisiensi
distribusi dan produksi.
2. Konsep Produk
Konsep ini menjelaskan bahwa konsumen akan lebih menyukai
produk dengan kualitas yang terjamin, nilai guna yang tinggi, dan
memiliki inovasi baru, dengan demikian strategi e-marketing harus
disesuaikan denganterus mempertahankan dan memperbaiki kualitas
produk.
3. Konsep Penjualan
Konsep penjualan berasumsi pada tingkat penjualan berbanding
dengan ketertarikan konsumen terhadap produk tersebut, sehingga
perusahaan biasa melakukan promosi dan iklan secara besar-besaran.
Biasa digunakan untuk barang-barang yang jarang dibeli masyarakat
umum.
4. Konsep Pemasaran
Konsep yang mengemukakan bahwa pencapaian dari tujuan organisasi
berdasarkan pada pengetahuan dan kebutuhan yang menjadi sebuah
target pasar agar seusai dengan apa yang pasar inginkan sehingga
dapat lebih baik dari para pesaingnya. Perusahaan akan lebih terfokus
pada penjualan dan keuntungan dari nilai konsumennya.
5. Konsep Pemasaran Berbasis Masyarakat
Konsep pemasaran yang berfokus pada lingkungan masyarakat,
melakukan relasi antara organisasi dan masyarakat dengan cara
memberikan sebuah peninjauan terhadap lingkungan masyarakatnya,
contohnya dengan menerapkan pemasaran yang bersifat ramah
lingkungan.
10
Gambar 2.1.Perbedaan konsep penjualan dan marketing, di mana
penjualan fokus pada menjual produk yang dibuat perusahaan sementara
marketing fokus pada memuaskan kebutuhan konsumen (Kotler dan
Armstrong, 2012)
2.1.4 Media Sosial
Terdapat berbagai macam pengertian singkat untuk media sosial (atau
kadang juga disebut sebagai jejaring sosial), namun esensinya, jejaring sosial
online merupakan situs internet yang menampung dan mendukung suatu
jaringan dari berbagai profil dan hubungan para penggunanya,
memungkinkan pengguna terdaftar untuk membuat dan saling berbagi konten
atau melakukan diskusi. Media sosial telah menjadi komponen sehari-hari
para penggunanya, membantu mereka dalam menjaga hubungan dengan
teman, atau berhubungan dengan orang-orang yang memiliki ketertarikan
yang sama. (Anonim: 2013). Terdapat berbagai macam website media sosial,
di internet, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Tumblr, Path, dan
sebagainya. Di Indonesia sendiri Anand Tilak, Head of Facebook Indonesia,
mengungkapkan bahwa terdapat 69 juta pengguna aktif Facebook dengan
pangsa pasar sebesar 98 persen (tekno.kompas.com), membuat Indonesia
meraih posisi keempat pengguna Facebook terbanyak di dunia. Mengutip
Muklason dan Aljawiy, Facebook sendiri didirikan pada 4 Februari 2004 dan
telah mengembangkan berbagai ragam aplikasi yang dapat di-install para
penggunanya. Aplikasi-aplikasi inilah yang memberikan nilai tambah bagi
Facebook. Aplikasi yang dikembangkan banyak yang mendukung bisnis dan
pekerjaan seperti menjual atau membeli barang (Muttaqin: 2011).
11
2.2 Teori Khusus
2.2.1 SOSTAC
SOSTAC merupakan kependekan dari “Situation analysis, Objectives,
Strategy, Tactics, Actions, and Control,” yang mana merupakan suatu teori
metode perancangan sistem e-marketing yang dicetuskan oleh PR Smith.
Chaffey dan Smith (2013:3) menjelaskan pengertian dari tiap tahap-tahap
yang ada sebagai berikut:
• Situation analysis, yang menanyakan, “posisi [online] kita saat ini di
mana?” Variabel yang dapat dinilai diantaranya seperti, pertumbuhan
pengguna atau pengunjung situsdan perubahan yang terjadi dalam
marketplace industri.
Chaffey dan Smith (2013:541) menyebutkan, terdapat beberapa area
uji umum yang sudah terbukti dan teruji untuk menganalisis variabel-
variabel tersebut:
o KPI – key performance indicators yang mengidentifikasi
kriteria sukses bisnis, hasil, data, dan perbandingan terhadap
suatuacuan tertentu.
o Analisis SWOT– mengidentfikasi kekuatan dan kelemahan
(Strength and Weakness) internal, serta kesempatan dan
ancaman (Opportunity and Threat) eksternal.
o PEST – variabel politik, ekonomi, sosial,dan teknologi yang
membentuk pasar.
o Konsumen – Berapa banyak yang konsumen yang mengakses
internet, apakah ada segmen baru yang muncul.
o Kompetitor – Siapa saja dan apakah pesaing baru merupakan
pemain ‘murni online’ atau competitor “bricks and clicks”
seperti biasa?
o Distributor – apakah perantara online baru (contoh, jaringan
afiliasi) muncul sementara distributor offline lama bermigrasi
ke online?
• Objectives, yang menanyakan, “Kemana arah perusahaan yang kita
inginkan?” Hal apa saja kah yang bisa didapat perusahaan melalui
channel online dan apa saja keuntungannya.
12
Di tahap ini, perusahaan biasa menggunakan “5S” sebagai tujuan
utama, alasan, atau melihat keuntungan yang didapat menggunakan
channel online, yang mana harus perusahaan manfaatkan.
• Strategy, yang menanyakan “Bagaimana kita bisa sampai ke tujuan?”
Tahap strategi menyimpulkan langkah apa saja yang harus diambil
agar perusahaan bisa melaksanakan Objectives atau tujuan yang sudah
ditetapkan. Online value propositions (OVPs) apa yang harus dibuat,
penempatanapa yang bisa mendorong marketing mix da npromotional
mix, hingga strategi kontak untuk segmen-segmen yang berbeda, dan
channel media digital apa yang harus dipilih.
• Tactics, yang mengulas tactical tools serta detil marketing mix dan
communications mix yang dipakai.
• Actions, mengacu pada perencanaan “aksi” (kegiatan) marketing dan
kemampuan esensial anggota, seperti kemampuan manajemen proyek.
• Control, melihat apakah “e-efforts” yang dijalankan berhasil mencapai
tujuan, dan apakah perlu dilakukan perbaikan.
2.2.2 KPI
KPI merupakan singkatan dari key performance indicator. Smith dan
Chaffey (2013:593) menjelaskan KPI sebagai langkah-langkah kunci yang
dikumpulkan untuk menilai apakah tujuan organisasi tercapai. Variabel dalam
KPI dapat digunakan untuk menilai keadaan internal organisasi ataupun
sebagai perbandingan dengan organisasi lain.
KPI yang umum digunakan untuk menilai aktivitas online internal,
menurut Smith dan Chaffey (2013:541-542) diantaranya adalah:
• Permintaan atau leads.
• Penjualan.
• Pangsa pasar.
• ROI (return on investment).
• Pendapatan online atau kontribusi pada layanan.
KPI lain termasuk:
• Unique visitors (Pengunjung unik) – jumlah pengunjung individual,
terpisah yang mengunjungi situs (biasanya dihitung per bulan).
13
• Conversion rates to different goals (Tingkat konversi menjadi tujuan
berbeda) – persentase pengunjung dikonversi menjadi pelanggan (atau
menjadi konsumen). Hal ini sangatlah penting untuk e-marketing.
Ambil lah sebagai contoh. 2 persen dari 5.000 pengunjung situs dalam
satu bulan dikonversi menjadi 100 konsumen yang melakukan
pemesanan. £10.000 biaya dibagi dengan 100 konversi = £100 biaya
per pesanan. Sekarang bayangkan jika tingkat konversi
dilipatgandakan, atau lebih baik lipatempatkan menjadi 8 persen;
maka bisa mendapat £25 biaya per pesan. Pengaruh yang diakibatkan
oleh meningkatnya tingkat konversi amatlah besar – pendapatan
meningkat dan persentase biaya marketing menurun.
• Total numbers of sessions or visits to a web site (Jumlah total sesi atau
kunjungan pada situs web) (lupakan “hits”– itu adalah ukuranyang
salah, karena ketika halaman web diunduh ke PC, sejumlah data
terkirim atau “hits” terjadi, biasanya satu untuk tiap file HTML dan
grafis. Teknisi TI perlu mengukur “hits” karena dapat membantu
mereka merencanakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk
menjalankan situs secara efisien; sebagai seorang e-marketer, lebih
diperlukan untuk mengukur jejak halaman (page impressions) karena
itu merupakan pengukur traffic konsumen ke dalam situs, dan bagi
advertiser hal tersebut sama dengan pengukur lain seperti
“opportunities to view”).
• Repeat visits (Kunjungan berulang). Rata-rata jumlah kunjungan per
individu. Jumlah total sesi dibagi dengan jumlah pengunjung unik.
Perbaharui situs dengan lebih sering dan orang-orang juga akan lebih
sering datang. Kukis (cookies) bisa membantu melacak kunjungan
berulang. Ingatlah untuk selalu mendapatkan ijin sebelum
memasukkan kukis ke PC orang lain.
• Duration (Durasi) – rata-rata jangka waktu yang dihabiskan
pengunjung dalam situs (namun harus diingat dalam beberapa area
situs, seperti penjualan online atau customer service, durasinya harus
bisa diminimalisir). Pengukuran yang serupa adalah jumlah halaman
yang dilihat per pengunjung.
14
• Most popular pages or most popular product(Halaman paling populer
atau produk paling populer) – bisa diidentfikasi dengan melihat
halaman apa yang paling menarik traffic paling banyak dan dengan
durasi terlama. Beberapa situs e-commerce dan media besar selalu
memperhatikan hal ini setiap harinya atau bahkan tiap jam sehingga
ketika mereka melihat sesuatu menjadi populer, mereka mendorong
konten tersebut ke halaman depan situs untuk mendorong traffic
semakin tinggi untuk jangka waktu tertentu.
• Subscription rates (Tingkat langganan) – jumlah pengunjung yang
berlangganan layananseperti opt-in email dan newsletters.
• Churn rates (Tingkat keluar) – persentase pelanggan keluar atau
berhenti berlangganan (setelah mendapat email).
• Clickthrough rates (CTR) (Tingkat klik) – dari iklan banner atau
tautan web dari situs lain.
• Social media engagement and ROI (Keterlibatan media sosial dan
ROI) – kontak sosial baru, menyebarkan pembicaraan, polaritas
pembicaraan dan penjualan yang dipengaruhi media sosial.
Semua KPI di atas bisa dihitung dan digunakan sebagai sasaran (objective),
dan selalu dinilai.
Media sosial seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lain-lain
merupakan channel yang sangat berpangsa besar dalam lingkungan internet
Indonesia yang terus berkembang setiap harinya.Pertengahan tahun 2014
kemarin, Kemenkominfo (kominfo.go.id, 2013) mengungkapkan bahwa
pengguna internet di Indonesia telah mencapai angka 82 juta jiwa. Dan
menurut Kepala Facebook Indonesia, mengutip Kompas Tekno
(tekno.kompas.com, 2014), terdapat 69 juta pengguna aktif Facebook di
negara ini, dengan pangsa pasar sebesar 98 persen. Sementara itu, media
sosial lain seperti Twitter, WhatsApp, Line, dan Instagram masih tertinggal
jauh dengan pangsa pasar tidak mencapai setengahnya: 44 persen, 21 persen,
10 persen, dan 5 persen, secara berurutan. Dengan besarnya kesempatan yang
bisa diraih melalui channel ini, seringkali perusahaan harus menilai performa
kompetitor dan organisasi lain dalam memanfaatkan media sosial untuk
menarik pengunjung dan mengkonversi mereka menjadi konsumen.
15
Untuk membantu melakukan penilaian, Smith dan Chaffey (2013:225)
telah merumuskan beberapa KPI yang bisa digunakan untuk melacak baik
kompetitor maupun diri sendiri:
• Reach and influence KPIs
o Share of voice (angka, persen) – jumlah orang yang
membicarakankata kunci brand dan kategoridi media sosial.
o Sentiment (polaritas diskusi, persen) – berapa banyak yang
menilai positif suatu brand.
• Engagement KPIs
o Network size and growth – hal yang jelas – jumlah fan atau
follower pada media sosial utama.
o Social sharing – sejauh mana konten dibagi melalui jaringan –
Retweet di Twitter, Likes di jaringan sosial lainnya.
o Engagement (persen) – melalui konten user-generatedpada
situs.
2.2.3 SWOT
Dalam upaya menganalisis kondisi internal perusahaan dan kondisi
pasar, maka perancang dapat menggunakan strategi analisis SWOT –
Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Strategi ini mengumpulkan
perusahaan secara spesifik dan unik serta melihat kesempatan (opportunity)
dan ancaman (threat) eksternal perusahaan seperti keadaan pasar dan konflik-
konflik dengan shareholder atau pihak-pihak yang terlibat, dan kemudian
mencari strategi terbaik yang bisa dijalankan melalui analisa atas alternatif-
alternatif kondisi yang ada.
Teknik ini diciptakan oleh Albert Humphrey.Latar belakang dibuatnya
SWOT muncul dari kebutuhan untuk mengetahui mengapa perencanaan
perusahaan. Pengaplikasian SWOT tidak hanya terbatas pada organisasi yang
mencari keuntungan. Menurut Wenzhong, mengutip Chan (2011) “[SWOT]
is an effective way of gathering and classifying information,illustrating
particular matters, and generating strategic planning ideas for a business.”
SWOT bisa digunakan untuk perencanaan bisnis, perencanaan strategis,
evaluasi kompetitor, marketing, pengembangan bisnis dan produk serta
16
laporan hasil riset. Juga bisa digunakan dalam berbagai macam situasi
pembuatan keputusan dimana tujuannya sudah ditentukan.
Tabel 2.1 Tabel Analisis SWOT, Sumber: Emarketing
Excellence, Chaffey dan Smith (2013)
Strength
1. Brand yang ada
2. Konsumen yang
ada
3. Jalur distribusi
yang tersedia
Weakness
1. Persepsi atas
brand
2. Penggunaan
perantara
3. Teknologi/
kemampuan
4. Dukungan x-
channel
Opportunity
1. Cross-selling
2. Pasar baru
3. Layanan baru
4. Kerjasama/
crossbranding
Strategi SO
Meningkatkan kekuatan
perusahaan untuk
memaksimalkan
peluang = strategi
menyerang
Strategi WO
Membalas kelemahan
perusahaan dengan
memanfaatkan peluang
yang ada = membangun
kekuatan untuk strategi
menyerang
Threat
1. Pilihan
konsumen
2. Pendatang baru
3. Produk lain
4. Konflik dengan
channel
Strategi ST
Meningkatkan kekuatan
perusahaan untuk
meminimalkan
ancaman = strategi
bertahan
Strategi WT
Membalas kelemahan
perusahaan dan
ancaman dari luar =
membangun kekuatan
untuk strategi bertahan
17
Chaffey dan Smith (2013: 544) menjelaskan, dalam melakukan analisis
SWOT, marketer harus memperhatikan kekuatan dan kelemahan perusahaan
jika menggunakan channel online dan tactical tool apa sajayang dimengerti.
Untuk itu, pihak marketer dapat mengulas beberapa poin sebagai berikut:
• Database konsumen – apakah besar, sudah berjalan, rapih dan
terintegrasi? Bisakah memberikan komunikasi personal (satu-antar-
satu) melalui semua tool komunikasi baik online ataupun offline?
• Customer care secara online – jelek atau luar biasa? Apakah
kecepatan respon atau penyelesaian atas suatu masalah meningkat atau
menurun? Diukur atau tidak?
• Situs web – apakah memiliki desain berpusat pada penggunayang
efektif untuk mengubah jumlah pengunjung menjadi suatu hasil?
Apakah menggunakan skenario konsumen dan percobaan
penggunaan?
• Database terintegrasi – apakah semua tool onlinedanofflineterhubung?
• Kampanye email – apakah mampu memberikan hasil?
• Web links – apakah acuan atas tautan situsdihasilkan dari berbagai
sumber?
• Iklan atau sponsor – apakah rasio klik per kunjungan dan biaya yang
dikeluarkan untuk akuisisi konsumen menguntungkan?
• Mobile marketing – apa saja pengalaman yang dimiliki (jika relevan)
mengenai kampanye melalui ponsel?
• Interactive TV – relevan dengan marketplace atau tidak, punya
pengalaman dengan media ini atau tidak?
Chaffey dan Smith (2013: 547) melanjutkan,‘kesempatan dan ancaman’,
diakibatkan oleh terus terjadinya perubahan pada lingkungan bisnis.
Perubahan bisa timbul dari faktor-faktor “PEST”, politik, ekonomi, sosial,
dan teknologi. Kesempatan dan ancaman eksternal juga bisa ditampilkan
melalui perubahan dalam aspek marketplace seperti perilaku konsumen atau
strategi baru yang digunakan perantara atau kompetitor.
18
2.2.4 5S – Sell, Serve, Speak, Save, Sizzle
5S – Sell, Serve, Speak, Save, Sizzle – adalah indikator performa e-
marketing yang dijalankan oleh perusahaan pada saat ini dan berperan juga
sebagai sebagai sasaran dari sistem e-marketing yang sedang dikembangkan.
Chaffey dan Smith (2013: 22) menjelaskan bahwa perusahaan harus membuat
tujuan yang spesifik dalam tiap daerah, melalui tabel seperti di bawah:
Tabel 2.2 Tabel Penetapan Tujuan Melalui 5S, Chaffey dan Smith (2013)
Keuntungan dari e-
marketing
Bagaimana keuntungan
bisa diberikan
Contoh Objective/Tujuan
Sell – Meningkatkan
penjualan
Didapat melalui
distribusi yang lebih
luas kepada konsumen
yang belum bisa
dilayani secara offline
atau dengan
memberikan pilihan
produk yang lebih
banyak dari toko fisik
atau dengan memberi
harga yang lebih
rendah dibanding
melalui channel lain
• Mendapat 10%
penjualan pasar
secara online
• Meningkatkan
penjualan online
produk hingga
20% dalam satu
tahun
• Meningkatkan
conversion
ratehingga 5%
Serve – Menambah
nilai
Didapat dengan
memberikan konsumen
keuntungan tambahan
secara online atau
menginformasikan
perkembangan produk
melalui percakapan
dan respon secara
online
• Meningkatkan
conversion rate
5% dengan
meningkatkan
interaksi terhadap
konten yang
berbeda pada situs
• Meningkatkan
durasi waktu
tinggal atau pages
19
per view pada
situs hingga 10%
• Meningkatkan
jumlah konsumen
secara aktif
menggunakan
layanan online
hingga 30%
Speak – Mendekatkan
diri dengan konsumen
Menciptakan dialog
dua-arah melalui web
dan form e-mail dan
polling; melakukan
riset pasar online
melalui survei formal;
dan memonitor chat
room secara informal.
Serta berbicara dengan
menjangkau
menggunakan key
influencers melalui e-
PR
• Menumbuhkan
cakupan e-mail
hingga 50% dari
database
konsumen saat ini
• Survei terhadap
1000 konsumen
tiap bulan
• Meningkatkan
jumlah
pengunjung ke
situs komunitas
atau
meningkatkan
rating/review dan
diskusi sebanyak
5%
Save – Menghemat
biaya
Diraih melalui sistem
online untuk
komunikasi email,
transaksi penjualan dan
layanan sehingga
mengurangi biaya staf,
cetak dan pos.
• Menghasilkan
10% penjualan
lebih banyak
dengan biaya
komunikasi yang
sama
• Mengurangi biaya
direct marketing
20
sebanyak 15%
melalui e-mail
• Meningkatkan
layanan self-
service web
hingga 40%
kepada semua
permintaan
pelayanan dan
mengurangi biaya
pelayanan secara
keseluruhan
hingga 10%
Sizzle – Memperluas
brand secara online
Didapat dengan
memberikan proposisi
baru dan pengalaman
online baru namun
tetap terasa akrab di
saat yang sama.
• Menambah dua
peningkatan
signifikan
terhadap
pengalaman
online konsumen
• Mengerjakan-
ulang olah-pesan
online value
proposition
• Meningkatkan
metrik branding
seperti: brand
awareness,
jangkauan, brand
favourability, dan
keinginan
membeli
21
2.2.5 7P Marketing Mix
Menurut Chaffey dan Smith (2013: 51), marketing mix adalah
kerangka kerja konseptual yang membantu marketer untuk merencanakan
pendekatannya terhadap tiap pasar yang ada.
Dasar dari marketing mix – yang terdiri dari: Product, Price, Place,
dan Promotion – sendiri dikemukakan oleh Jerome McCarthy di tahun 1960.
Kerangka kerja tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi 7P, dengan
tambahan berupa People, Processes, dan Physical evidence oleh Booms dan
Bitner, akademisi asal Amerika Serikat.
Berikut ini merupakan penjelasan dari Product, Price, Place, dan
Promotion menurut Kurniawan (2014: 18-56)
• Product (Produk)
produk adalah sesuatu yang bersifat kompleks yang dapat disentuh
maupun tidak dapat disentuh, yang di dalamnya termasuk packaging,
price, prestise perusahaan dan pelayanan jasa dari perusahaan yang
diterima oleh para pembeli untuk memenuhi kebutuhannya. Produk
dibagi menjadi dua bagian, yaitu jasa dan barang. Produk jasa yaitu
suatu produk yang hanya dapat dirasakan (intangible). sedangkan
produk barang merupakan produk yang dapat dilihat dan dirasakan
(tangible) secara fisik.
• Price (Harga)
Harga dari suatu produk menentukan tingkat keuntungan yang akan
didapatkan oleh perusahaan. Harga merupakan niai tukar yang
dikeluarkan oleh seseorang atau kelompok pada waktu dan tempat
tertentu yang dinyatakan dalam satuan moneter untuk mendapatkan
barang atau jasa yang mempunyai nilai guna beserta dengan
pelayanannya.
• Place (Lokasi)
Place merupakan tempat dimana seorang atau kelompok organisasi
menentukan lokasi usaha tersebut dijalankan, pemilihan tempat
menjadi faktor penting dalam menjalankan suatu bisnis, tempat yang
strategis menjadi hal utama didalam bisnis, agar konsumen mudah
tertarik jika lokasi bisnis terletak di dalam suatu wilayah masyarakat
22
besar. Dua faktor yang dapat menentukan lokasi usaha yaitu
pemilihan lokasi yang strategis dan lokasi yang mendukung.
• Promotion
Promotion merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pelaku
usaha untuk mempromosikan, memperkenalkan dan mempublikasikan
produknya agar dengan mudah diterima oleh masyarakat. Tujuan dari
promsi adalah menarik konsumen terhadap produk yang di miliki
persahaan agar memiliki keinginan untuk membeli produk tersebut
Gambar 2.2. Marketing Mix, Chaffey dan Smith 2013
Untuk 3P terakhir sendiri, Chaffey dan Smith (2013: 53) menulis,
Booms dan Bitner merasa bahwa ketiga aspek tersebut merupakan aspek
krusial dalam pelayanan. People atau orang menciptakan kebutuhan akan dan
pengantaran pelayanan itu sendiri, jika mereka merasa tidak puas, maka
pelayanan atas produk yang ditawarkan akan gagal. Processes (proses) juga
semakin penting karena proses produksi dewasa ini tidak hanya terjadi di
belakang layar, tetapi terjadi secara terbuka. Ditambah, proses yang
transparan telah terbukti penting dalam kesuksesan penggunaan media sosial.
Dan terakhir, ketika konsumen membutuhkan layanan yang intangible,
23
banyak yang mengandalkan tanda-tanda yang ada secara tangible, atau fisik,
seperti seragam pegawai, bangunan, dan fasilitas lain. Kebutuhan konsumen
untuk percaya akan kredibilitas perusahaan membuat aspek Physical evidence
tersebut menjadi sangatlah penting.
2.2.6 Porter’s Five Competitive Forces
Model klasikgagasan Michael Porter ini merupakan suatu kerangka
kerja yang menggambarkan lima daya kompetitifyang mempengaruhi proses
bisnis perusahaan.
Menurut Chaffey (2009: 276), model klasik 1980 dari Michael Porter
mengenai lima kekuatan kompetitif utama yang mempengaruhi perusahaan,
masih menyediakan kerangka kerja yang valid untuk meninjau ancamanyang
timbul di era e-bisnis. Model ini bersifat instruktif untuk menilai bagaimana
Internet dapat mengubah lingkungan yang kompetitif. Berikut merupakan
dampak internet pada lima kekuatan kompetitif, ini adalah ringkasan dari
analisis oleh Michael Porter dari dampak internet pada bisnis menggunakan
kerangka lima kekuatan (five forces framework).
1) Bargaining Power of Buyers
Kekuatan pembeli secara online terus meningkat sehingga mereka
memiliki pilihan yang lebih luas dan harga kemungkinan akan dipaksa
turun yang disebabkan oleh meningkatknya kemampuan dan
pengetahuan dari para pelanggan dan harga transparansi, sehingga
pelanggan selalu menginginkan produk dengan kualitas yang baik namun
dengan harga yang lebih rendah.
Untuk sebuah organisasi B2B dalam membentuk sebuah link yang
bersifat elektronik dengan pelanggan dapat memperdalam hubungan dan
mungkin meningkatkan switching cost yang menuju kepada 'soft lock-in’.
2) Bargaining Power of Suppliers
Daya tayar terhadap supplier dapat berkurang di dalam sebuah transaksi
yang di lakukan oleh organisasi karena munculnya pilihan yang lebih
luas dan peningkatan komiditisasi yang di sebabkan oleh e-procurement
dan e-market, pemasok mempengaruhi industri dengan melakukan
kenaikan harga tanpa dengan mengurangi kualitas barang atau jasa,
dikarenakan oleh hal ini perusahaan dapat terpengaruh sehingga supplier
24
memiliki kekuatan tersendiri di dalam pasar persaingan dan komoditisasi
tersebut dapat mengurangi diferensiasi supplier.
3) Threat of Subtitute Products and Services
Masuknya produk pengganti dan dengan munculnya inovasi baru seperti
digital products atau produk yang memiliki kemampuan lebih dari
produk pendahulunya akan sangat mempengaruhi pasar karena dapat
mempengaruhi daya beli konsumen terutama jika produk pengganti
memiliki harga yang lebih rendah dengan fungsi sama ataupun melebihi
pendahulunya, dan dengan ditambahnya teknologi internet
memungkinkan produk akan lebih cepat diperkenalkan terhadap pasar.
4) Barriers to Entry
Barriers to entry dapat menjadi sebuah hambatan dengan melalui biaya
tetap yang rendah, keuntungan yang didapat dari suatu bisnis yang sudah
berjalan dapat akan dengan cepat menarik para pemain baru yang akan
terjun kedalam persaingan. Semakin kuat barriers to entry semakin aman
posisi pemain laman di dalam sebuah industri sehingga hal tersebut dapat
menambah tingkat kesulitan pemain baru untuk masuk ke dalam suatu
industri, karena dalam menghindari erosi pangsa pasar perusahaan lama
akan lebih berhati-hari. Layanan internet yang lebih mudah menjadi
sarana bagi sebuah perushaan atau organisasi untuk meniru mulai dari
layanan secara tradisional hingga layanan yang sudah modern, dan hal
yang menjadi penghalang utama yaitu sebuah brand yang lebih
terpercaya sehingga perusahaan baru harus mendorong pelanggan untuk
mengatasi switching cost.
5) Rivalry Amongst Existing Competitors
Internet dapat mendorong komodifikasi yang membuat produk sulit
untuk dibedakan dengan produk dari perusahaan lain, persaingan antar
industri akan menjadi lebih tinggi apabila persaingan sangat ketat dalam
pasar industri semakin banyak pesaing industri maka semakin tinggi
tingkat persaingan, karena setiap perusahaan akan terus mengembangkan
produk atau jasa yang ditawarkan untuk menjadi market leader dan untuk
memiliki market share yang lebih luas di dalam pasar.
Tabel di bawah merupakan ringkasan dari analisis Michael Porter
terhadap dampak internet bagilima daya kompetitif tersebut.
25
Tabel 2.3 Dampak Internet Pada Kekuatan Kompetitif, Chaffey et al. (2009)
Bargaining
power of buyers
Bargaining
power of
suppliers
Threat of
substitute
products and
service
Barriers to
entry
Rivalry
amongst
existing
competitors
Kekuatan
pembeli online
meningkat
karena mereka
memiliki
alternatif pilihan
yang beragam,
dan harga
produk
kemungkinan
akan dipaksa
melalui
peningkatan
pengetahuan
pelanggan dan
transparansi
harga, yakni
mendorong
switching
behavior.
Ketika
organisasi
melakukan
pembelian,
daya tawar
pemasok
berkurang
karena terdapat
banyak pilihan
dan
meningkatnya
komoditisasi
yang
disebabkan oleh
e-procurement
dan e-
marketplace.
Substitusi
adalah ancaman
besar karena
produk digital
baru atau
produk
perpanjangan
dapat dengan
mudah
diperkenalkan.
Hambatan
masuk
berkurang
melalui biaya
tetap yang
rendah,
memungkinka
n kompetitor
baru, terutama
pengecer atau
organisasi
dengan
layanan yang
sering/selalu
bergerak.
Internet
mendorong
komoditisasi
sehingga
mempersulit
diferensiasi
produk.
Untuk
organisasi B2B,
membentuk
hubungan
elektronik
dengan
konsumen dapat
memperdalam
Argumen yang
berlawanan
juga berlaku
untuk daya
tawar pembeli.
Pengenalan
produk dan
layanan
substitusi baru
harus diawasi
dengan hati-
hati untuk
menghindari
Pendatang
baru harus
diawasi
dengan hati-
hati untuk
menghindari
pengikisan
pangsa pasar
Persaingan
menguat
dengan
semakin
pendeknya
siklus hidup
produk dan
lead time
26
hubungan dan
meningkatkan
switching cost,
yang mengarah
pada “soft lock-
in.”
pengikisan
pangsa pasar.
untuk
pengembanga
n produk
baru
menurun.
Komoditisasi
mengurangi
diferensiasi
pemasok.
Teknologi
internet
memungkinkan
pengenalan
produk dan
layanan yang
cepat.
Layanan
internet lebih
mudah ditiru
daripada
layanan
tradisional,
jadi lebih
mudah untuk
diikuti
Internet
memfasilitasi
perpindahan
ke pasar
global
dengan
kemungkinan
biaya awal
rendah yang
juga
memungkink
an
peningkatan
jumlah
kompetitor.
E-procurement
dapat
mengurangi
switching cost,
tapi
penggunaan
sistem yang
diminati dapat
meraih lock-in.
Ancaman ini
berhubungan
dengan model
bisnis baru
yang muncul.
Biaya
membentuk
brand terkenal
dan terpercaya
merupakan
penghalang
dan pendatang
baru harus bisa
meyakinkan
konsumen
mengatasi
switching cost.
27
2.2.7 Online Value Propositions
Chaffey dan Smith (2013) mengatakan bahwa, “Selain konten
yang bagus, update yang reguler, mudah digunakan dan diunduh, situs
yang bagus harus memiliki online value proposition yang jelas dan kuat.
... karena OVP yang bagus dapat membedakan situs Anda dan juga,
secara bersamaan, membantu memfokuskan upaya marketing dan
pikiran konsumen.”
Jadi bisa ditangkap bahwa online value proposition adalah suatu
nilai tambah terhadap produk atau layanan yang diberikan perusahaan
kepada konsumennya khusus secara online.
2.2.8 STP – Segments, Targets Markets, Positioning
Menurut Chaffey dan Smith (2013: 553) mengatakan bahwa salah
satu cara untuk mengingat beberapa komponen kunci dari strategi
pemasaran adalah dengan berpedoman pada sebuah akronimyaitu STP.
Pertama-tama, semua strategi pemasaran harus merangkul STP:
segmentasi (Segments), memilih target pasar (Target markets) dan
bagaimana perusahaan atau merek akan diposisikan (Positioning).
• Segments (Segmentasi)
Segmentasi adalah mengidentifikasi kelompok yang
berbeda dalam sebuah target pasar untuk mengetahui
perkembangan sebuah tawaran yang berbeda dari kelompok
tersebut dan segmen apa saja yang akan menjadi target secara
online.
• Target Markets (Target Pasar)
Mengevaluasi dan melakukan pemilihan segmen yang
akan sesuai dari perkembangan penawaran dan bagaimana
perusahaan dalam memecahkan pasar menjadi sebuah segmen
dan kearah mana akan ditargetkan.
• Positioning (Memposisikan)
Positioning adalah platform mendasar untuk melakukan
proposisi terhadap pelanggan atau OVP (online value
propotitions). Bagian yang paling sulit di dalam sebuah strategi
yaitu dalam proses mengembangkan posisi yang jelas pada pasar,
28
bagaimana tepatnya gambaran perusahaan terhadap audience dan
apa yang dirasakan pelanggan mengenai hasil yang diberikan oleh
perusahaan.
2.2.9 PRACE – Plan, Reach, Act, Convert, Engage
Chaffey dan Smith (2013: 43) mengemukakan bahwa, untuk
membantu dalam mempertahankan taktik yang terfokus pada konten
pemasaran customer-centric, disarankan untuk menggunakan kerangka
PRACE sebagai salah satu cara untuk mencapai dan melibatkan pelanggan
agar dapat memenuhi tujuan bisnis. Berikut ini merupakan penjelasan dari
taktik yang digunakan dalam melakukan strategi e-marketing, PRACE:
• Langkah 1 Plan (Perencanaan). Akan terlalu mudah dalam
membangun dasar dari website atau menghadirkan website dalam
jaringan sosial tanpa adanya suatu strategi, tanpa berpikir tentang
bagaimana hal itu akan mendukung tujuan perusahaan untuk
membangun sebuah brand. Perencanaan melibatkan pekerjaan yang
melalui sebuah usaha dan kepercayaan dari dasar-dasar pemasaran
dengan melakukan penilitan pada pelanggan, segmentasi, positioning
dan pengembangan value propositions.
• Langkah 2 Reach (Jangkauan). Jangkauan berarti membangun
kesadaran dari sebuah brand, produk itu sendiri dan layanan pada situs
web lainnya dan pada media offline dalam rangka untuk membangun
sebuah traffic dari berapa banyak pengunjung pada situs web yang
berbeda seperti situs utama yang dimiliki perusahaan, microsites atau
situs media sosial.
• Langkah 3 Act (Tindakan). Dalam langkah ini perusahaan melakukan
sebuah tindakan dalam menarik user yang akan berkunjung pada situs
web perusahaan yaitu dengan mengidentifikasikan setiap user yang
melakukan kunjungan, melihat seberapa besar ketertarikan user
terhadap website yang disediakan agar user dapat mencari lebih lanjut
informasi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan.
29
• Langkah 4 Convert. Konversi adalah di mana pengunjung
berkomitmen untuk membentuk hubungan atau relasi yang
akan menghasilkan nilai komersial untuk sebuah bisnis. Hal
ini mengantarkan pada tujuan pemasaran seperti sebuah
tuntunan atau penjualan pada kehadiran web secara online
maupun offline.
• Langkah 5 Engage (Mengajak). Dalam langkah ini perusahaan
membangun hubungan dengan pelanggan lebih dalam dari
waktu ke waktu untuk mencapai tujuan retensi. Mendorong
advokasi atau merekomendasikannya dari mulut ke mulut
merupakan bagian penting dari sebuah hubungan.
2.2.10 Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:213), use case diagram
adalah suatu diagram yang berfungsi “to show the various user roles and how
those roles use the system.” Use case diagram merupakan suatu gambaran
dari actor, use case, dan interaksi dari komponen-komponen yang
berhubungan dengan sebuah sistem dalam suatu proses dengan
mengidentifikasikan bagaimana sistem yang akan digunakan pada setiap
proses tersebut.
Gambar 2.3 Use Case Diagram
Satzinger, Jackson & Burd (2004:243)
30
2.2.11 Wireframes
Menurut Chaffey (2009: 636), wireframes merupakan sebuah teknik
yang berhubungan dengan blueprint, dimana wireframes ini digunakan oleh
web designer untuk menunjukkan tata letak akhir dari sebuah halaman web.
Wireframes biasa dibuat untuk semua jenis dari kelompok halaman web yang
sama yang telah diidentifikasikan melalui blueprint dan memberikan navigasi
dari setiap halaman web. Berikut ini merupakan contoh dari Wireframes.
Gambar 2.4 Wireframe Single Post Page Layout, http://blog.russelldelatorre.com
2.2.12 Kerangka Berpikir
Di tengah maraknya pasar modern dengan segala jenisnya, pasar
tradisional tetap dan masih menjadi tempat dimana masyarakat luas
melakukan transaksi jual belinya. Pasar tradisional memiliki beberapa
kelebihan yaitu dengan bervariasinya barang dagangan yang ditawarkan dan
cenderung lebih murah dan masih adanya proses tawar menawar pada harga
tidak seperti pasar modern yang memiliki harga tetap. Namun pasar
tradisional masih terkesan kumuh, kotor dan hampir tidak terawat, oleh
karena itu pemerintah daerah melakukan upaya peremajaan pasar-pasar
tradisional dengan memangun dan mengelolanya.
31
Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan-perusahaan pengembang
untuk melakukan kerjasama dengan pemerintah dalam usaha melakukan
pengembangan dan pengelolaan pasar tradisional, salah satunya adalah PT.
Rimba Artha Pertiwi. PT. Rimba Artha Pertiwi merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang pengembangan pasar dan didirikan pada tahun 2005.
Perusahaan ini telah dipilih oleh pemerintah daerah Cibinong dalam proses
tender pembangunan Pasar Cibinong pada tahun 2012, proyek pembangunan
ini telah selesai pada tahun 2014. Namun PT. Rimba Artha Pertiwi masih
memiliki kekurangan, yaitu dengan tidak adanya sistem marketing yang
terautomatisasi. Proses penyebaran informasi yang biasa dilakukan oleh
perusahaan yaitu hanya dari mulut ke mulut dan berupa spandukataupun
brosur, dan beberapa pedagang lama. Sehingga hal ini tidak memudahkan
calon pelanggan seperti pedagang baru ataupun pemerintah dalam
mendapatkan informasi mengenai jasa yang ditawarkan oleh PT. Rimba
Artha Pertiwi.
Di dasari oleh hal ini, kami melakukan upaya dalam mengembangkan
sistem marketing secara online untuk PT. Rimba Artha Pertiwi. Sistem
marketing secara online disebut juga sebagai e-marketing. E-marketing
merupakan penerapan teknologi komunikasi dan internet ke dalam sistem
marketing atau pemasaran dari sebuah perusahaan agar dapat memudahkan
proses penyebaran informasi secara lebih luas.
Langkah-langkah yang kami gunakan dalam mengembangkan proses
marketing ini yaitu dengan menggunakan metode SOSTAC, tahapan dari
metode SOSTAC yaitu dimulai dengan situation analysis untuk mengetahui
posisi dan kemampuan perusahaan dalam menangani proyek pasar
tradisional. Langkah selanjutnya adalah menentukan objective atautujuan
yang ingin diraih setelah penelitian ini. Strategy dan Tactics adalah langkah
selanjutnya untuk menentukan langkah-langkah yang diperlukan guna
mencapai tujuan yang sebelumnya dirumuskan. Action dan control adalah dua
tahap akhir untuk mengeksekusi dan merealisasikan rencana-rencana
sebelumnya dan me-maintenance sistem yang telah dihasilkan, pada bagian
control upaya yang dilakukan yaitu dengan menerapkan Search Engine
Optimization (SEO) agar dapat mengoptimalkan hasil pencarian website pada
32
search engine agar website dapat menempati posisi teratas. Hasil yang
dicapai adalah sistem pemasaran berbasis website dengan target khusus
adalah pemerintah daerah dan target umum adalah calon pembeli kios pada
proyek pasar yang sedang atau akan dikembangkan.
Dengan adanya website PT. Rimba Artha Pertiwi, diharapkan mampu
memberikan fasilitas yang telah terautomatisasi bagi calon pelanggan , agar
mendapatkan informasi secara langsung melalui website dan memberikan
feedback kepada perusahaan ataupun berkomunikasi secara online dengan
perusahaan.
Gambar 2.5 Diagram Kerangka Berpikir