bab 2 landasan teori 2.1 teori umum 2.1.1 sistem...
TRANSCRIPT
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Sistem Informasi
Menurut O’brien (2005, p6), “An information system can be any
organized combination of people, hardware, software, communications
networks, and data resources that collects, transforms, and disseminates
information in an organization. ” Sistem informasi dapat merupakan
kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan
komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Sedangkan menurut Whitten, Bentley, & Dittman (2004, p12),
“Information system (IS) is an arrangement of people, data, processes, and
information technology that interact to collect, process, store, and provide as
output the information needed to support an organization”. Sistem informasi
(SI) adalah pengaturan orang, data, proses, dan teknologi informasi yang
berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan
menyediakan informasi sebagai output yang diperlukan untuk mendukung
sebuah organisasi.
11
Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi terdiri dari orang-orang, data, proses dan teknologi informasi
(hardware, software, network / jaringan komunikasi) yang bertujuan untuk
mengumpulkan, memproses / mengubah, menyimpan, dan menyediakan
informasi yang dibutuhkan agar dapat disebarkan guna mendukung sebuah
organisasi.
2.1.1.1 Klasifikasi Sistem Informasi
Menurut buku Turban et al. yang diterjemahkan oleh Kwary, D.A.,
dkk (2006, p 54), sistem informasi diklasifikasikan untuk membantu dalam
mengidentifikasi sistem, menganalisisnya, merencanakan sistem baru,
merencanakan integrasi sistem, dan mengambil keputusan seperti potensi
outsourcing untuk sistem tertentu.
2.1.1.1.1 Klasifikasi Berdasarkan Jenis Dukungan
Mengacu pada pendapat Turban et al. dalam bukunya yang
diterjemahkan oleh Kwary, D. A., dkk (2006, p54-56), perusahaan terbagi
atas berbagai komponen seperti divisi, departemen, dan unit kerja yang
biasanya diatur dalam tingkat yang hierarkis. Sistem informasi umum yang
mengikuti struktur organisasi hierarkis adalah :
12
1. Sistem Informasi Fungsional (Departemental)
Sistem informasi utama diatur berbagai departemen yang umum-atau
fungsi-dalam sebuah perusahaan: manufaktur (produksi/operasi),
akuntansi, keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.
2. Sistem Informasi Perusahaan
Sistem informasi ini, bersama dengan sistem informasi departemental
membentuk sistem informasi keseluruhan perusahaan (enterprisewide
information system) yang memungkinkan orang berkomunikasi satu sama
lain dan mengakses informasi di seluruh perusahaan.
3. Sistem Informasi Antarorganisasi
Sistem informasi antarorganisasi (interorganizational informastion
system – IOS) adalah sistem informasi yang menghubungkan dua atau
lebih perusahaan. IOS mendukung banyak operasi antarorganisasi,
dengan produknya yang terkenal adalah manajemen rantai pasokan
(supply chain).
2.1.1.1.2 Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Organisasional
Mengacu pada buku pada buku Turban et al. yang diterjemahkan
oleh Kwary, D. A., dkk (2006, p58 – p61), cara lain untuk
mengklasifikasikan sistem informasi adalah berdasarkan pada jenis dukungan
yang diberikannya pada para karyawan di tiap tingkat organisasional :
13
1. Tingkat administratif, para pekerja yang menggunakan, mengubah, atau
menyebarkan informasi disebut sebagai pekerja data, seperti pemegang
buku, sekretaris yang bekerja dengan pengolah kata, dan sebagainya.
Dukungan SI : Para pekerja didukung oleh otomatisasi kantor dan sistem
komunikasi dalam hal manajemen dokumen, aliran kerja, sistem
pemrosesan transaski, sistem informasi manajemen, walaupun biasanya
tidak dalam kapasitas pengambilan keputusan.
2. Tingkat Operasional, para manajer operasional berhubungan dengan
operasi rutin perusahaan dan membuat keputusan rutin. Aktivitas
operasional sifatnya terstruktur dan berjangka pendek.
Dukungan SI : Sistem pemrosesan transaksi (transaction processing
system - TPS) memberikan dukungan besar bagi para manajer
operasional dalam mendukung pengawasan, pengumpulan, penyimpanan,
pemrosesan dan penyebaran data dari transaksi bisnis dasar perusahaan,
biasanya real time, yang masing-masing menghasilkan data.
3. Tingkat Manajerial, para manajer tingkat menengah membuat keputusan
taktis, yang berhubungan secara umum dengan berbagai aktivitas, seperti
perencanaan, pengaturan, dan pengendalian jangka pendek.
Dukungan SI : Sistem informasi manajemen (SIM) didesain untuk
meringkas data dan membuat laporan bagi berbagai area fungsional,
seperti akuntansi atau pemasaran bagi para manajer tingkat menengah.
14
4. Tingkat Pekerjaan dengan Informasi, para pekerja dengan informasi
(knowledge worker), seperti teknisi, pengacara, ataupun akuntan,
bertanggung jawab untuk menemukan atau mengembangkan pengetahuan
baru bagi perusahaan dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang
telah ada.
Dukungan SI : Sistem informasi yang mendukung para pekerja ini
berkisar dari mesin pencari (seacrh engine) di Internet (yang membantu
menemukan informasi) dan sistem ahli ( yang mendukung interpretasi
informasi) serta sistem intelegensi bisnis (untuk analisis data yang
dikendalikan pengguna).
5. Tingkat Strategis, para manajer tingkat strategis atau puncak ( para
eksekutif) mengambil keputusan yang berhubungan dengan berbagai
situasi yang dapat secara signifikan mengubah cara bisnis dilakukan,
seperti memperkenalkan lini produk baru.
Dukungan SI : Para eksekutif terutama didukung oleh sistem dukungan
eksekutif (executive support system) dan dalam jumlah yang lebih sedikit,
DSS serta sistem intelegensi bisnis.
2.1.1.2 Komponen Sistem Informasi
Menurut Kusrini & Koniyo (2007, p 9), dalam suatu sistem informasi
terdapat beberapa komponen, yaitu :
15
a. Peranti keras (hardware), mencakup berbagai piranti fisik seperti
komputer dan printer.
b. Peranti lunak (software) atau program, yaitu sekumpulan instruksi yang
memungkinkan perangkat keras memproses data.
c. Prosedur, yaitu sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan
pemrosesan data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki.
d. Orang, yaitu semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan
sistem informasi, pemrosesan dan penggunaan keluaran sistem informasi.
e. Basis data (database) , yaitu sekumpulan tabel, hubungan dan lain-lain
yang berkaitan dengan penyimpanan data.
f. Jaringan komputer dan komunikasi data, yaitu sistem penghubung yang
memungkinkan sumber (resources) dipakai secara bersama atau diakses
oleh sejumlah pemakai.
2.1.1.3 Peran Sistem Informasi
O’brien, dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Fitriasari, D., dkk
(2006, p 10) mengemukakan bahwa terdapat tiga peran penting yang dapat
dilakukan sistem informasi untuk sebuah perusahaan bisnis, yaitu :
1. Mendukung proses dan operasi bisnis.
2. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya.
3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif.
16
2.1.1.4 Fungsi Sistem Informasi
Menurut buku O’brien yang diterjemahkan oleh Fitriasari, D., dkk
(2006, p26), fungsi dari sistem informasi adalah sebagai berikut :
a. Area fungsional utama dari bisnis yang penting dalam keberhasilan
bisnis, seperti fungsi akuntansi, keuangan, manajemen operasional,
pemasaran, dan manajemen sumber daya manusia.
b. Kontributor penting dalam efisiensi operasional, produktivitas dan moral
pegawai, serta layanan dan kepuasan pelanggan.
c. Sumber utama informasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk
menyebarluaskan pengambilan keputusan yang efektif oleh para manajer
dan praktisi bisnis.
d. Bahan yang sangat penting dalam mengembangkan produk dan jasa yang
kompetitif, yang memberikan organisasi kelebihan strategis dalam pasar
global.
e. Peluang berkarier yang dinamis, memuaskan, serta menantang bagi
jutaan pria dan wanita.
f. Komponen penting dari sumber daya, infrastruktur, dan kemampuan
perusahaan bisnis yang membentuk jaringan.
2.1.2 Teknologi Informasi
Menurut Rahmana, dalam prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi (2009), teknologi informasi adalah suatu teknologi yang
17
digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,
menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan
pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan
keputusan.
Sedangkan menurut Thompson & Cats-Baril (2003, p3), teknologi
informasi adalah perangkat keras dan piranti lunak yang dikemas sebagai
sebuah alat untuk menangkap, menyimpan, memproses dan menghasilkan
data digital.
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa teknologi
informasi adalah suatu teknologi pengolahan data yang bertujuan untuk
menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya.
Menurut pendapat Mulydi (2007, p303), unsur teknologi dalam
teknologi informasi meliputi 3 bidang, yaitu :
1. Teknologi Data (Data Technology), yakni perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software) yang digunakan untuk menangkap
(capture), menyimpan (store), dan mengelola (manage) data.
2. Teknologi Pemrosesan (Processing Technology), yakni perangkat keras
dan perangkat lunak yang mengubah data (sebagai input) menjadi
informasi yang bermanfaat (sebagai output).
18
3. Teknologi Komunikasi (Communication Technology), yakni perangkat
keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk menghubungkan
(interconnect) teknologi data dan teknologi pemrosesan yang terdapat
pada berbagai lokasi.
2.1.2.1 Infrastruktur Teknologi Informasi
Menurut Laudon & Laudon (2004, p14), infrastruktur dari
teknologi informasi adalah terdiri dari :
1. Perangkat keras (Hardware)
Peralatan fisik yang digunakan untuk mengInput, memproses dan
menghasilkan aktivitas dalam sebuah system informasi.
2. Perangkat lunak (software)
Instruksi yang detail dan terprogram yang mengontrol dan
mengkoordinasikan kinerja dari komponen Hardware dari suatu komputer
dalam sebuah system informasi.
3. Teknologi penyimpanan (Storage technology)
Media fisik dan Software yang memerintahkan penyimpanan dan
pengorganisasian data untuk penggunaan dalam sebuah system informasi.
4. Teknologi komunikasi (Communication Technology)
Peralatan fisik dan Software yang menghubungkan berbagai komponen
Hardware komputer dan komunikasi dapat dikoneksikan dalam suatu
jaringan suatu membagikan suara, data, gambar ataupun video. Jaringan
19
(Network) menghubungkan dua atau lebih komputer untuk berbagai data
atau sumber daya seperti contohnya adalah printer.
2.1.2.2 Penggunaan Strategis Teknologi Informasi
Dalam buku karangan O’brien yang diterjemahkan oleh Fitriasari,
D., dkk (2006, p 63) dikatakan bahwa ada beberapa strategi dasar
penggunaan teknologi informasi dalam bisnis, yaitu:
1. Biaya yang lebih rendah
a. Gunakan IT untuk mengurangi secara mendasar biaya proses bisnis.
b. Gunakan IT untuk menurunkan biaya pelanggan atau pemasok.
2. Diferensiasi
a. Kembangkan berbagai fitur TI baru untuk melakukan diferensiasi produk
dan jasa.
b. Gunakan berbagai fitur TI untuk mengurangi keunggulan diferensiasi
para pesaing.
c. Gunakan berbagai fitur TI untuk memfokuskan diri pada ceruk pasar
yang dipilih.
3. Inovasi
a. Buat produk dan kasa baru yang memasukkan berbagai komponen TI.
b. Kembangkan pasar baru atau ceruk pasar yang unik dengan bantuan TI.
20
c. Buat perubahan radikal atas proses bisnis dengan TI yang secara dinamis
akan memangkas biaya, meningkatkan kualitas, efisiensi, atau layanan
pelanggan, atau mempersingkat waktu ke pasar.
4. Mendukung pertumbuhan
a. Gunakan TI untuk mengelola perluasan bisnis secara regional dan global.
b. Gunakan TI untuk mendiversifikasi serta mengintegrasikan produk dan
jasa lainnya.
5. Kembangkan persekutuan
a. Gunakan TI untuk membuat organisasi virtual yang terdiri dari para mitra
bisnis.
b. Kembangkan sistem informasi antarperusahaan yang dihubungkan oleh
Internet dari ekstranet yang akan mendukung hubungan bisnis strategis
dengan para pelanggan, pemasok, subkontraktor, dan pihak-pihak
lainnya.
2.1.2.3 Peran Teknologi Informasi
Mengacu pada pendapat O’brien dalam bukunya yang diterjemahkan
oleh Fitriasari, D., dkk (2006, p 76), ada beberapa peran teknologi informasi
dalam proses bisnis, yaitu :
1. Mempercepat proses bisnis.
21
2. Mendukung pemrosesan informasi.
3. Meningkatkan komunikasi dan kerja sama antar orang-orang yang
bertanggung jawab atas operasi dan manajemennya.
4. Meningkatkan efisiensi proses bisnis.
2.1.3 Internet
Menurut pendapat Sunarto (2008, p2), Internet adalah kumpulan
komputer yang terhubung satu dengan yang lain dalam sebuah jaringan.
Disebut jaringan yang saling terhubung karena internet menghubungkan
komputer dan jaringan – jaringan komputer yang ada di seluruh dunia
menjadi sebuah jaringan global. Sedangkan menurut Rasul (2008, p3),
internet merupakan kependekan dari interconnected networking. Secara
umum internet merupakan jaringan komputer global yang menghubungkan
jutaan komputer di seluruh dunia.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa
internet merupakan jaringan yang menghubungkan komputer dengan jutaan
komputer lainnya di seluruh dunia.
Menurut Sunarto (2008, p5-10), berbagai hal dapat dilakukan pada
internet mulai dari masalah rumah tangga, pendidikan, rohani, sosial
kemasyarakatan, bisnis, pertahanan, dan teknologi. Secara umum internet
menyediakan berbagai bidang kehidupan, yaitu:
22
1. Bidang Pendidikan
Sistem belajar jarak jauh telah lama dilakukan sebelum adanya
internet. Beberapa universitas luar negeri mempunyai program belajar jarak
jauh. Sistem belajar jarak jauh sebenarnya jauh dari sempurna karena
menghasilkan siswa atau mahasiswa yang mandiri dalam proses belajar. Pada
sistem belajar mandiri bahkan siswa akan menjadi lebiih pandai dari gurunya
atau dosennya. Hal ini dikarenakan dapat mencari sumber dengan lebih
lengkap dibanding guru atau dosennya. Dengan fasilitas search engine maka
apapun dapat kita cari dengan menggunakan pilihan berbagai bahasa.
2. Bidang Kesehatan
Informasi kesehatan dapat ditemukan di beberapa situs internet mulai
dari olahraga, makanan sehat, obat tradisional, obat modern, konsultasi
dokter, serta alamat – alamat rumah sakit bahkan pengobatan alternatif pun
terdapat pada internet. Berikut ini diberikan contoh alamat situs yang
memberikan pelayanan kesehatan dan olahraga.
3. Bidang Bisnis
Internet semakin dibutuhkan pada dunia usaha untuk memperluas
bidang usahanya. Perusahaan yang ingin maju dan bersaing dengan
23
sendirinya melakukan pembenahan dalam bidang teknologi khususnya
internet. Telah banyak perusahaan yang menjadi besar dengan internet.
2.1.4 e-Commerce
Menurut pendapat Sulianta (2009, p4), e-Commerce adalah metode
menjual dan membeli barang dan jasa atau layanan menggunakan media
elektronik.
Sedangkan menurut O’brien (2006, p380), e-commerce meliputi
seluruh proses dari pengembangan, pemasaran, penjualan, pengiriman,
pelayanan, dan pembayaran untuk berbagai produk dan jasa yang
diperjualbelikan dalam pasar global berjaringan para pelanggan, dengan
dukungan dari jaringan para mitra bisnis di seluruh dunia.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa e-
commerce merupakan sebuah metode jual-beli barang dan jasa atau layanan,
dimana dalam metode jual-beli barang tersebut berlangsung proses-proses
yang meliputi proses pengembangan, pemasaran, penjualan, pengiriman,
pelayanan, dan pembayaran dengan menggunakan media elektronik sehingga
dapat menjangkau mitra bisnis di seluruh dunia.
2.1.4.1 Jenis-Jenis e-Commerce
Menurut buku karangan Turban et al. yang diterjemahkan oleh Kwary
D. A., dkk (2006, p183), jenis umum dari transaksi e-commerce adalah :
24
1. Bisnis ke Bisnis (business-to-business—B2B): Dalam transaksi B2B,
baik penjual maupun pembeli adalah organisasi bisnis. Kebanyakan dari
EC adalah jenis ini.
2. Perdagangan kolaboratif (collaborative commerce— c-
commerce): Dalam c-commerce, para mitra bisnis berkolaborasi (alih-alih
membeli atau menjual) secara elektronik. Kolaborasi semacam ini sering
kali terjadi antara dan dalam mitra bisnis di sepanjang rantai pasokan.
3. Bisnis ke konsumen (business-to-consumers—B2C): Dalam B2C, penjual
adalah perusahaan, dan pembeli adalah perorangan. B2C juga disebut
sebagai e-tailing.
4. Konsumen-ke-konsumen (consumer-to-consumer—C2C): Dalam C2C,
seseorang menjual produk atau jasa ke orang lain.
5. Konsumen-ke-bisnis (consumer-to-business—C2B): Dalam C2B,
konsumen memberitahukan kebutuhan atas suatu produk atau jasa
tertentu, dan para pemasok bersaing untuk menyediakan produk atau jasa
tersebut ke konsumen.
6. Perdagangan intrabisnis (intraorganisasional): Dalam situasi ini
perusahaan menggunakan EC secara internal untuk memperbaik
operasinya. Kondisi khusus dalam hal ini disebut sebagai EC B2E
(business to-its-employees).
7. Pemerintah-ke-warga (government-to-citizen—G2C) dan ke pihak lain:
Dalam kondisi ini sebuah entitas (unit) pemerintah menyediakan layanan
25
ke para warganya melalui teknologi EC. Unit-unit pemerintah dapat
melakukan bisnis dengan berbagai unit pemerintah lainnya serta dengan
berbagai perusahaan (G2B).
8. Perdagangan mobile (mobile commerce—m-commerce): Ketika e-
commerce dilakukan dalam lingkungan nirkabel, seperti dengan
menggunakan telepon seluler untuk mengakses Internet dan berbelanja,
maka hal ini disebut m-commerce.
Lestraini N. & Handayani, dalam Jurnal Sistem Informasi Fakultas
Ilmu Komputer (2010) berpendapat bahwa dalam e-commerce B2C terdapat
beberapa kegiatan utama yang biasa dilakukan, yaitu sebagai berikut :
a. Promosi
Promosi produk dan jasa sebuah perusahaan pada umumnya dimasukkan
ke dalam iklan yang dipasang pada beberapa website terkenal.
b. Pemesanan
Konsumen dapat melakukan pemesanan terhadap suatu produk ataupun
jasa tertentu ataupun sekedar mendapatkan informasi mengenai produk
ataupun jasa yang disukainya melalui website.
c. Pembayaran
Konsumen melakukan pembayaran produk atau jasa yang telah di pesan
melalui metode pembayaran (seperti melalui transfer ke rekening bank,
pembayaran di tempat/cash on delivery, melalui kartu kredit, atau melalui
layanan escrow, seperti PayPal) yang telah dipilih sebelumnya.
26
d. Pengiriman produk
Produk digital, seperti perangkat lunak dan musik dapat diunduh secara
langsung melalui website setelah melakukan pembelian. Namun,
pengiriman produk yang tidak digital, seperti buku, baju, alat olahraga,
dan lain sebagainya, bergantung kepada perusahaan yang
menyelenggarakan penjualan barang-barang tersebut. Pada umumnya, di
Indonesia pengiriman produk demikian, dilakukan melalui jasa
pengiriman berbayar, seperti TIKI.
e. Layanan setelah pembelian
Layanan konsumen setelah pembelian adalah rantai terakhir dari
keseluruhan proses bisnis B2C antara perusahaan dengan konsumen.
Konsumen dapat mengirimkan e-mail kepada layanan konsumen dan
perusahaan dapat mengembangkan knowledge based system untuk
membantu para konsumen dalam mencari solusi dari permasalahan
mereka.
2.1.4.2 Pokok-Pokok Proses e-Commerce
Mengacu pada pendapat O’brien pada bukunya yang diterjemahkan
oleh Fitriasari, D., dkk (2006, p386-p388) secara umum ada sembilan
komponen utama dalam arsitektur proses e-commerce yang merupakan
dasar dari usaha e-commerce dalam banyak perusahaan saat ini, yaitu :
27
1. Pengendalian akses dan keamanan
Proses e-commerce harus membangun rasa percaya dan akses yang aman
antara berbagai pihak dalam transaksi e-commerce, melalui otentikasi
pemakai, pengotorisasian akses, dan penerapan berbagai fitur keamanan,
misalnya melalui nama dan kata sandi (password), kunci enkripsi, atau
sertifikasi dan tanda tangan digital. Situs e-commerce kemudian harus
mengotorisasikan akses ke hanya bagian-bagian situs yang perlu diakses
setiap pemakai untuk menyelesaikan transaksinya.
2. Membuat profil dan personalisasi
Proses pembuatan profil dijalankan untuk mengumpulkan data, perilaku
dan pilihan situs Web yang diinginkan suatu perusahaan, kemudian
membangun profil elektronik dari berbagai karakteristik atau preferensi
tersebut. Profil digunakan untuk mengenali seseorang atau suatu
perusahaan sebagai pemakai individual dan memberinya tampilan
personalisasi atas berbagai isi situs tersebut, serta saran produk dan iklan
Web yang telah dipersonalisasi sebagai bagian dari strategi pemasaran
personal.
28
3. Manajemen pencarian
Proses pencarian yang efisien dan efektif guna membantu para pelanggan
menemukan produk atau jasa tertentu yang diinginkan untuk dievaluasi
atau dibeli.
4. Manajemen isi
Software manajemen isi membantu perusahaan e-commerce untuk
mengembangkan, menghasilkan, memperbarui, dan menyimpan data teks
serta informasi multimedia di situs Web e-commerce.
5. Manajemen katalog
Proses konfigurasi produk untuk mendukung layanan mandiri berbasis
Web dan penyesuaian massal atas berbagai produk perusahaan. Software
konfigurasi membantu para pelanggan online untuk memilih rangkaian
optimum fitur produk yang memungkinkan, yang dapat dimasukkan ke
dalam barang jadi. Contohnya, Dell Computer dan Cisco systems
menggunakan software konfigurasi untuk menjual komputer dan prosesor
jaringan yang dibuat berdasarkan pesanan pelanggan.
29
6. Manajemen arus kerja
Manajemen arus kerja dalam e-business dan e-commerce bergantung
pada mesin software arus kerja (workflow software engine) yang berisi
berbagai model software dari berbagai proses bisnis yang harus
diselesaikan, yang telah ditetapkan terlebih dahulu dari berbagai
peraturan bisnis, peran stakeholder, persyaratan otorisasi, alternative
pengiriman, database yang digunakan, dan urutan tugas yang dibutuhkan
untuk setiap proses e-commerce. Jadi, sistem arus kerja memastikan
bahwa transaksi, keputusan, dan aktivitas kerja yang tepat dilakukan,
serta data dan dokumen yang benar telah dikirimkan ke para karyawan,
pelanggan, pemasok dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan
perusahaan (stakeholder).
7. Pemberitahuan kegiatan
Software pemberitahuan kegiatan bekerja dengan software arus kerja
untuk memonitor semua proses e-commerce dan mencatat semua
kegiatan yang relevan, termasuk perubahan mendadak atau situasi
bermasalah. Kemudian, sistem itu bekerja dengan software pembuat
profil pemakai untuk secara otomatis memberitahukan semua stakeholder
yang terlibat dalam berbagai kegiatan transaksi dengan menggunakan
metode yang diinginkan pemakai atau pesan elektronik, seperti e-mail,
newsgroup, dan sebagainya. Hal ini termasuk memberitahu pihak
30
manajemen perusahaan agar mereka dapat memonitor respoinsivitas
karyawan mereka atas berbagai kegiatan e-commerce dan respons
pelanggan serta pemasok.
8. Kerja sama dan perdagangan
Kategori utama dari proses e-commerce adalah yang mendukung
kesepakatan kerja sama penting dan layanan perdagangan yang
dibutuhkan oleh para pelanggan, pemasok, dan stakeholder lainnya untuk
menyelesaikan transaksi e-commerce, seperti e-mail, sistem
perbincangan, dan sebagainya untuk meningkatkan layanan pelanggan
serta membangun loyalitas pelanggan dalam e-commerce. Kerja sama
mendasar di antara para mitra dagang dalam e-commerce juga dapat
disediakan oleh layanan perdagangan berbasis Internet.
9. Pembayaran
Pembayaran untuk produk dan jasa yang dibeli dalam transaksi e-
commerce tidaklah sederhana. Hal ini dikarenakan sifat elektronik
transaksi yang hampir anonim terjadi di antara berbagai sistem komputer
jaringan pembeli dan penjual, serta banyak isu keamanan yang dilibatkan.
Proses pembayaran e-commerce juga rumit karena banyaknya jenis
alternatif debit dan kredit serta lembaga keuangan dan perantara yang
menjadi bagian dari proses tersebut. Oleh karenanya, berbagai sistem
31
pembayaran elektronik (electronic payment systems) telah berubah
sejalan dengan waktu.
2.1.5 Investasi
Menurut Reilly & Brown (2006, p708), investasi adalah komitmen
pendanaan untuk periode waktu tertentu yang akan memberikan hasil sebagai
kompensasi bagi Investor selama selang waktu tersebut, tingkat inflasi
selama periode waktu tersebut dan resiko yang termasuk didalamnya.
Sedangkan menurut Tandelilin (2010, p8-9), ada beberapa alasan,
mengapa seseorang melakukan investasi antara lain :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.
Seseorang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pandapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam
pemilihan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan
diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya
pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa Negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
32
masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat
yang melakukan investasipada bidang – bidang usaha tertentu.
2.1.6 Investasi Teknologi Informasi
Menurut Schniederjans et al. (2008, p13), IT investment are the
quintessential ingredient that can bring a quick and powerful improvement in
communication and data movement, and thus bring a competitive advantage
to a firm. Investasi TI dapat membawa perbaikan yang cepat dan kuat dalam
komunikasi dan pergerakan data, dan dengan demikian membawa
keuntungan kompetitif untuk perusahaan.
Sedangkan menurut Aradea et al. dalam prosiding Seminar Nasional
Informatika 2011 (SemnasIF 2011), alokasi investasi TI didasarkan pada
analisis kebutuhan dalam empat hal : manajemen strategis (untuk
mendapatkan keuntungan kompetitif), informasional (untuk memberikan
informasi), transaksional (untuk memroses transaksi-transaksi), dan
infrastruktur (untuk menyediakan layanan-layanan bersama dan membangun
integrasi).
Dari pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa investasi di
bidang TI dilakukan untuk mendukung proses bisnis perusahaan dan
memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan.
33
2.1.6.1 Tujuan dan Manfaat Investasi Teknologi Informasi
Mengacu pada pendapat Indrajit (2004, p 30), tujuan dilakukannya
investasi dalam bidang teknologi informasi adalah :
a. Adanya alasan kelangsungan hidup perusahaan atau bisnis itu sendiri
dalam arti kata perusahaan melihat bahwa keberadaan TI dalam bisnis
terkait sifatnya adalah mutlak.
b. Untuk memperbaiki efisiensi dan efektifitas perusahaan
c. Keinginan perusahaan untuk mendapatkan suatu loncatan keunggulan
kompetitif agar dapat meninggalkan para pesaing bisnisnya dengan
pengembangan teknologi yang belum dimiliki perusahaan lain.
Mengacu pada pendapat Schniederjans et al. (2010, p 149), manfaat
potensial dari investasi teknologi informasi adalah :
Tangible Intangible
Peningkatan produktivitas
Penurunan biaya operasional
Mengurangi tenaga kerja
Biaya komputer lebih rendah
Menurunkan biaya vendor luar
Biaya administrasi dan profesional lebih
rendah
Biaya pengembangan in‐house lebih
rendah
Mengurangi tingkat pertumbuhan biaya
Biaya fasilitas lebih rendah
Mengurangi biaya perangkat lunak
Peningkatan pemanfaatan aktiva
Peningkatan sumber daya kontrol
Peningkatan perencanaan organisasi
Peningkatan fleksibilitas organisasi
Informasi lebih tepat waktu
Kualitas informasi lebih tinggi
Peningkatan pembelajaran organisasi
Peningkatan kemauan karyawan
Peningkatan kepuasan kerja
Peningkatan pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan lebih cepat
Tingkat kesalahan yang lebih rendah
34
Peningkatan operasi
Image perusahaan lebih baik
Peningkatan kepuasan pelanggan
Peningkatan loyalitas pelanggan
Tabel 2.1 Manfaat potensial investasi TI
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Studi Kelayakan
Studi kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah suatu investasi
teknologi informasi layak untuk diinvestasikan dalam suatu perusahaan atau
tidak berdasarkan 4 kategori kelayakan.
2.2.1.1 Kelayakan Operasional
Menurut pendapat Whitten et al. (2004, p 404), “Operational
feasibility is a measure of how well the solution will work in an
organizational. It is also a measure of how people feel about the
system/project.” Kelayakan operasional merupakan ukuran sebaik apa suatu
solusi akan bekerja dalam organisasi. Juga ukuran pendapat orang tentang
sistem / proyek tersebut.
Whitten et al. (2004, p 405) juga berpendapat bahwa “Operational
feasibility criteria measure the urgency of the problem (survey and study
phases) or the acceptability of a solution (definition, selection, acquisition,
and design phases). There are two aspects of operational feasibility to be
considered :
35
i. Is how problem worth solving, or will the solution to the problem work?
ii. How do the end users and management feel about the problem
(solution)?”
Kriteria kelayakan operasional mengukur tingkat kepentingan
masalah (fase survei dan studi) atau tingkat penerimaan solusi (fase definisi
pemilihan, akuisisi, dan desain). Ada dua aspek kelayakan operasional yang
harus dipertimbangkan :
1. Apakah masalah itu cukup berharga untuk diselesaikan dan akankah
solusi yang didapat bermanfaat untuk menyelesaikan masalah?
2. Bagaimana pendapat pengguna akhir dan manjemen mengenai masalah
dan solusi yang didapat itu?
2.2.1.2 Kelayakan Teknikal
Menurut pendapat Whitten et al. (2004, p 404), “Technical feasibility
is a measure of the practicality of a specific technical solution and the
availability of technical resources and expertise.” Kelayakan teknikal adalah
ukuran dari kepraktisan suatu solusi teknis yang spesifik dan ketersediaan
sumber daya teknis dan tenaga ahli.
36
2.2.1.3 Kelayakan Jadwal
Whitten et al. (2004, p 404) mengatakan bahwa “Schedule feasibility
is a measure of how reasonable the project timeable is.” Kelayakan jadwal
adalah ukuran seberapa rasional waktu pengerjaan suatu proyek.
Mengacu pada pendapat Whitten et al. (2004, p 407), dikatakan
bahwa dalam penanganan suatu proyek, hendaknya ditentukan apakah
tenggat waktu pengerjaan proyek tersebut wajib (harus segera dilakukan)
atau tidak. Apabila pengerjaan proyek tidak wajib, maka dapat disarankan
untuk mengajukan jadwal yang alternatif.
2.2.1.4 Kelayakan Ekonomis
Whitten et al. (2004, p 404) mengatakan bahwa “Economic feasibility
is a measure of the cost-effectiveness of a project or solution.” Kelayakan
ekonomis adalah ukuran efektivitas biaya dari suatu proyek atau solusi.
Mengacu pada pendapat Whitten et al. (2004, p 407), pada fase awal
proyek, analisis kelayakan ekonomis ini hanyalah menentukan apakah
manfaat yang diperoleh dari menyelesaikan persoalan tersebut cukup
berharga. Biaya secara praktis tidak mungkin dapat diperkirakan pada tahap
itu, karena persyaratan pengguna akhir dan solusi teknis alternatif belum
diidentifikasi. Akan tetapi, segera setelah persyaratan dan solusi spesifik
diidentifikasi, analis dapat memperkirakan biaya dan keuntungan tiap
alternatif tersebut. Ini disebut analisis cost-benefit.
37
2.2.2 Cost Benefit Analysis
Menurut Fitzpatrick (2005, p55), “This approach analyzes a
proposed IT investment to identify and evaluate its benefits, costs, and risks.
While theoretically both financial and non-financial benefits are considered,
traditionally little attention is given to the non-financial factors. Moreover,
cost-benefit analysis has tended to place greater emphasis on efficiency (e.g.,
cost savings) than on effectiveness or creating value, and certain types of
risks have generally been ignored.” Pendekatan ini menganalisis investasi
TI yang diusulkan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi keuntungan,
biaya, dan resiko. Walau secara teoritis keuntungan finansial dan non-
finansial dipertimbangkan, secara tradisional hanya sedikit perhatian
diberikan pada faktor non-finansial. Terlebih lagi, cost-benefit analysis lebih
cenderung untuk memberikan penekanan lebih pada efisiensi daripada
keefektifan atau penciptaan nilai, dan tipe-tipe tertentu dari resiko yang
secara umum telah diabaikan.
2.2.2.1 Payback Period (PP)
Menurut Schniederjans et al. (2008, p107), “Payback Period (PP) is
a simple technique in which the time period necessary to recoup the initial
investment is calculated and used to evaluate an investment and / or a set of
38
manually exclusive investments.” Payback Period (PP) adalah teknik
sederhana untuk menghitung periode waktu yang diperlukan untuk menutup
investasi awal yang telah dikeluarkan dan untuk mengevaluasi investasi dan /
atau investasi eksklusif secara manual.
2.2.2.2 Net Present Value (NPV)
Menurut Schniederjans, Hamaker, & Schniderjans (2008, p119), “Net
Present Value (NPV) is another way of carrying out present value analysis.
NPV is the present value of cash flows minus the initial investment cost.”
Net Present Value (NPV) adalah cara lain untuk menganalisis nilai sekarang.
NPV adalah nilai sekarang dari arus kas dikurangi biaya investasi awal.
2.2.2.3 Benefit / Cost Ratio
Menurut Schniederjans et al. (2008, p 149 ), “Benefit / Cost Ratio is
the present value of benefit divided by the present value of costs”. Ratio
Manfaat / Biaya adalah nilai sekarang dari manfaat dibagi dengan nilai
sekarang dari biaya.
nnn
rCB
rCB
rCBNPV
)1(...
)1()1( 111
000
+−
+++−
++−
=
∑
∑
=
=
+
+= n
tt
t
n
tt
t
rC
rB
RatioCostBenefit
0
0
)1(
)1(/
39
2.2.2.4 Discounted Cashflow
Menurut pendapat Ma’ruf (2009, p92 - p93), discounted cashflow
adalah metode evaluasi yang digunakan untuk mengestimasi peluang
investasi yang atraktif. Analsis ini menggunakan proyeksi arus kas bebas
pada masa mendatang dan mendiskonnya untuk mencari nilai saat ini.
Metode ini digunakan untuk mengevaluasi investasi yang potensial. Jika
nilai didapat dari analisis ini lebih tinggi dibandingkan dengan biaya
investasi saat ini, maka ini mungkin merupakan peluang investasi yang
bagus.
Rumus : niCashFlowDCF
)1( +=
2.2.3 Manfaat Berwujud (Tangible Benefit)
Menurut Suyatno (2004, p55), manfaat berwujud (tangible benefits)
adalah manfaat yang dapat diukur(dalam rupiah). Contoh :
a. Pengurangan kesalahan pengolahan
b. Peningkatan hasil
c. Pengurangan waktu tanggap
d. Eliminasi langkah kerja
e. Pengurangan biaya
f. Peningkatan penjualan
40
Sedangkan menurut pendapat Whitten et al. (2004, p 408), “Tangible
benefits are those that can be easily quantified. Tangible benefits are usually
measured in terms of monthly or annual savings or of profit to the firm.“
Manfaat berwujud adalah manfaat yang dapat dengan mudah diukur.
Manfaat berwujud biasanya diukur dalam hal penghematan bulanan atau
tahunan atau laba perusahaan.
Berdasarkan pernyataan- pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
manfaat berwujud (tangible benefits) adalah manfaat yang dapat diukur
secara finansial.
2.2.4 Manfaat Tidak Berwujud (Intangible Benefit)
Menurut Suyatno (2004, p55-p56), manfaat tidak berwujud
(intangible benefit) adalah manfaat yang sulit diukur. Contoh :
a. Perbaikan citra (nama baik) perusahaan terhadap pelanggan
b. Perbaikan moral karyawan
c. Perbaikan kepuasan kerja karyawan
d. Perbaikan pelayanan terhadap pelanggan
e. Perbaikan pengambilan keputusan perusahaan
Dalam mengukur manfaat atau keuntungan tidak berwujud,
digunakan metode kuesioner. Mengacu pada pendapat Brace (2004, p 4),
kuesioner adalah media komunikasi antara peneliti dengan subjek. Dalam
kuesioner, peneliti mengartikulasikan pertanyaan-pertanyaan yang ingin
41
diketahui jawabannya dan subjek memberikan jawabannya kepada peneliti
tanpa harus berkomunikasi secara langsung.
Mengacu pada pendapat Brace (2004, p86), skala likert adalah skala
yang digunakan untuk menanyakan seberapa setuju atau tidak setujunya
responden akan sesuatu hal. Skala likert diberi skala biasanya 1 sampai 5.
Penilaian pada kuesioner ini mencakup:
1. Istijanto (2005, p97) mengemukakan bahwa mean adalah nilai rata-rata
dari observasi suatu variable dan merupakan jumlah semua observasi
dibagi jumlah observasi. Mean dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rumus: Keterangan : x = mean atau rata ‐ rata
∑ x = jumlah data semua responden
n = jumlah responden
2. Min, yaitu nilai paling kecil yang diberikan oleh responden.
3. Max, yaitu nilai paling besar yang diberikan oleh responden.
4. Kuswadi & Mutiara (2004, p185) mengemukakan bahwa modus adalah
suatu penilaian yang mempunyai frekuensi terbesar atau nilai yang paling
sering terjadi.
5. Menurut Lungan (2006, p102), ragam dan simpangan baku merupakan
ukuran keragaman yang paling banyak digunakan dalam analisis
statistika. Ragam dan simpangan baku untuk data tak berkelompok :
Ragam :
nx
x ∑=
42
Simpangan baku : S = =
Dimana : = Nilai yang diberikan oleh responden.
x = Mean
n = Total responden