astm c869 (standard spesification for foaming agents for

16
4 ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for Use in Producing Cellular Concrete). ASTM C796 (Standard Test Method for Foaming Agents for Use in Producing Cellular Concrete Using Preformed Foam) 7. Pengujian beton ringan selular dilakukan pada umur 28 hari.

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

4

ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

Use in Producing Cellular Concrete).

ASTM C796 (Standard Test Method for Foaming Agents for Use

in Producing Cellular Concrete Using Preformed Foam)

7. Pengujian beton ringan selular dilakukan pada umur 28 hari.

Page 2: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Beton

Beton banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan

tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air dan agregat

(kadang-kadang ditambah bahan campuran beton yang bervariasi mulai dari

bahan kimia tambahan, serat sampai bahan buangan non-kimia) pada

perbandingan tertentu dan campuran tersebut apabila dituangkan dalam

cetakan kemudian dibiarkan akan mengeras seperti batuan (Tjokrodimulyo,K.,

1996).

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang

lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan

yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002). Beton Normal adalah

beton yang mempunyai berat satuan 2200-2500 kg/m3 dan dibuat

menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah (SNI 03-2847–

2002), dan beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari

bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan

bahan tambah (admixture atau additive) (Mulyono,T., 2003).

Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan

akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari. Kekuatan tekan

merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah kemampuan

beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas (Tri Mulyono, 2004). Nilai

kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian kuat tekan terhadap

benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan

gaya tekan sampai mencapai beban maksimum. Beban maksimum didapat dari

pengujian dengan menggunakan alat compression testing machine.

Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat

tariknya, dan beton merupakan bahan yang bersifat getas. Kuat tarik yang

dimiliki beton hanya berkisar antara 9-15% dari kuat tekannya, karena itu

sering kali dalam perencanaan kuat tarik beton dianggap sama dengan nol

(Dipohusodo,I., 1994).

Page 3: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

6

2.1.1. Kelebihan dan Kelemahan Beton

1. Kelebihan dalam pemakaian bahan beton untuk struktur bangunan

dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya adalah:

a. Beton mudah dibentuk sesuai dengan keinginan sehingga dapat

menghasilkan bentuk yang beragam, mulai dari pelat, balok, kolom.

b. Bahan-bahan pembentuk beton mudah didapat.

c. Mudah dalam perawatannya.

d. Beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relatif rendah.

e. Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang

sangat panjang.

f. Mempunyai kuat tekan yang relatif tinggi dibandingkan bahan lain.

g. Beton bertulang mempunyai ketahan yang tinggi terhadap api dan air,

bahkan merupakan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak

bersentuhan dengan air. Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas

rata-rata batang-batang struktur dengan ketebalan penutup beton yang

memadai sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan

pada permukaannya saja tanpa mengalami keruntuhan.

h. Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton

bertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti

baja struktur.

2. Kelemahan beton sebagai suatu bahan struktur bangunan adalah:

a. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga

memerlukan penggunaan tulangan tarik.

b. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus

dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan. Fungsi

dari air adalah untuk mempermudah dalam proses pencampuran beton,

tetapi jika kelebihan air akan menimbulkan banyak pori-pori pada

beton sehingga hasilnya kekuatan beton akan berkurang.

c. Beton tidak selamanya berkerja efektif di dalam struktur beton

bertulang, hanya bagian yang tertekan saja yang efektif berkerja,

sedangakan di bagian yang tertarik tidak berkerja secara efektif hanya

merupakan beban mati yang tidak bermanfaat.

d. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap

ditempatnya sampai beton tersebut mengeras, selain itu penopang atau

penyanggah sementara diperlukan untuk menjaga agar bekisting tetap

berada pada tempatnya.

Page 4: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

7

2.2. Bata Ringan

Batu bata ringan atau yang biasa di sebut foamed concrete merupakan

bahan yang terbuat dari mortar yang dicampur dengan foam agents dengan

melakukan control terhadap campuran foam menjadikan densitas dari bata ringan

yang berada diantara 500-1600 kg/m3 (Jitchaiyaphum,K., 2011).

Batu bata ringan merupakan material yang mempunyai fungsi seperti

batu bata merah namun dibuat dengan sistem yang lebih modern bata ringan juga

diartikan sebagai material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat tahan

air dan api, awet (durrable) Ghoritman.dkk, 2011:2. Bata ini cukup ringan, halus

dan memiliki tingkat kerataan permukaan yang baik, bata ringan diciptakan

tujuan memperingan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi,

mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisir material yang terjadi pada proses

pemasangan pada dinding berlangsung. Kelebihan bata ringan yang lainnya

adalah biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih irit dan hemat. Hal ini dapat

terjadi karena pemakaian semen maupun pasir untuk perekatnya tidak begitu

banyak seperti batu bata biasa. Waktu yang digunakan untuk proses pengerjaan

juga lebih singkat dan cepat selain penghematan dalam material dan waktu

penggunaan material bata ringan ini juga dapat menghemat penggunaan sumber

daya manusia karena pengerjaan bata ringan yang relatif cepat menjadikan biaya

atau cost untuk pekerja lebih sedikit dibandingkan dengan bata konvensional.

Keduanya didasarkan pada gagasan yang sama yaitu menambahkan gelembung

udara kedalam mortat akan mengurangi berat beton yang dihasilkan secara drastis

dalam SNI 03-0349-1989.

2.3. Beton Ringan

Beton Ringan (Lightweight Concrete) adalah beton yang mengandung

agregat ringan yang mempunyai berat isi tidak lebih dari 1900 kg/m3

(Mulyono,T., 2003). Beton ringan dibuat dengan menggunakan agregat ringan

(keadaan kering dan gembur mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang ) atau

dikombinasikan dengan agregat normal sedemikian rupa sehingga dihasilkan

beton dengan berat isi yang lebih kecil/lebih ringan dari pada beton normal. Beton

ringan digunakan terutama untuk mengurangi berat struktur itu sendiri dan

mengurangi sifat penghantaran panasnya.

Menurut Tjokrodimuljo,K (2007) Beton ringan mempunyai berat jenis

kurang dari 1800 kg/m3 sedangkan beton normal mempunyai berat jenis 2400

kg/m3 . Pada dasarnya, beton ringan diperoleh dengan cara penambahan pori-pori

Page 5: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

8

udara kedalam campuran betonnnya. Oleh karena itu pembuatan beton ringan

dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen,

dengan demikian akan terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya

b. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar dan batu

apung. Dengan demikian beton yang terjadi pun akan lebih ringan dari

beton normal

c. Pembuatan beton tidak dengan butir-butir agregat halus. Dengan

demikian beton ini dinamakan “beton non pasir” dan hanya dibuat dari

semen dan agregat kasar saja (dengan butiran agregat kasar sebesar 20-10

mm), mempunyai pori-pori yang hanya berisi udara (semula terisi oleh

butir agregat halus)

Berdasarkan (ACI 213 R-79 dalam Yanuar,Y.,1997) definisi beton

agregat ringan struktural (Struktural Lightweight Agregat Concrete) adalah beton

dengan kuat tekan minimal pada sampel silinder umur 28 hari sebesar psi (17,24

Mpa) dan berat satuan kering udaranya tidak lebih dari 115 pcf (1850 kg/m3).

Menurut Neville (1975), beton ringan dilihat dari berat jenisnya dapat

dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:

a. Beton ringan dengan berat jenis antara 300-800 kg/m3 yang biasanya

dipakai sebagai bahan isolasi.

b. Beton ringan dengan berat jenis antara 800-1400 kg/m3 yang dipakai

untuk struktur ringan.

c. Beton ringan dengan berat jenis antara 1400-2000 kg/m3 yang dapat

dipakai untuk struktur sedang.

Pemakaian beton ringan menurut Gambhir (1986) dalam bangunan

diantaranya untuk:

a. Dinding tembok struktural, yaitu dinding tembok yang menahan beban.

Beton ringan yang dipakai untuk ini tentu saja beton ringan yang

mempunyai kuat tekan cukup tinggi.

b. Tembok penyekat antar ruang dalam suatu gedung, biasanya berupa

panel-panel beton bertulang.

c. Dapat dipakai sebagai beton tuang ditempat pada struktur komposit

antara plat lantai/atap beton ringan dan balok beton bertulang biasa.

d. Sebagai dinding isolasi pada gedung-gedung, terutama pada bangunan

perindustrian.

Menurut Murdock,L.J & Brook,K.M (alih bahasa: Stepanus

Hendarko,

Page 6: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

9

1999) beton ringan mempunyai berat jenis 1850 kg/m3 , dan

penggunaan agregat ringan dapat menghasilkan kekuatan beton lebih besar

dari 30 Mpa. Pembentukan beton ringan dapat dilakukan dengan membuat

rongga udara dalam beton dengan menghilangkan agregat halus, atau

pembentukan udara dalam pasta semen dengan menambahkan beberapa bahan

yang menyebabkan busa atau kedua cara tersebut dapat dikombinasikan.

Beton ringan bukan saja diperhitungkan karena beratnya yang ringan, tetapi

juga karena isolasi suhu yang tinggi dibandingkan dengan beton biasa.

Umumnya pengurangan kepadatan diikuti dengan kenaikan isolasi suhu,

meskipun terdapat penurunan kekuatan. Hubungan antara kepadatan dan

konduktifitas panas dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Hubungan antara kepadatan dan konduktifitas panas

Sumber : Murdock,L.J & Brook,K.M (alih bahasa: Stepanus

Hendarko, 1999)

Gambar 2.1. Konduktivitas suhu beton ringan yang dikorelasi

terhadap kadar air satu persen volume terhadap berat jenis kering

Batasan untuk pengambilan ukuran maksimal berat jenis dari beton

ringan yang diambil untuk penelitian ini adalah 2000 kg/m3

Page 7: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

10

2.3.1. Sifat dan Karakteristik Beton Ringan

Menurut Gambhir (1986), beton ringan mempunyai sifat-sifat

positif sebagai berikut:

a. Ringan. Berat jenis beton biasa sekitar 2400 kg/m3, sedangkan berat

jenis beton ringan antara 300-1800 kg/m3. Beton yang tidak begitu

ringan dipakai untuk struktur ringan sedangkan beton yang sangat

ringan digunakan sebagai bahan isolasi.

b. Tidak menghantarkan panas. Nilai isolasi yang dimiliki beton ini

sebesar 3 sampai 6 kali bata atau sekitar 10 kali beton biasa.

Dinding tembok dengan tebal 200 mm yang berasal dari beton

ringan dengan berat jenis 800 kg/m3, mempunyai tingkat isolasi

yang sebanding dengan dinding bata tebal 400 mm dengan berat

jenis 1600 kg/m3

c. Tahan api. Beton ringan mempunyai sifat yang cukup baik dalam

menahan api/kebakaran. Sifat beton ringan yang tidak baik dalam

menghantarkan panas membuat beton ringan itu sangat baik untuk

melindungi bagian struktur jika terdapat api yang membakar beton

ini.

d. Kurang baik dalam meredam suara. Beton ini kurang padat seperti

beton biasa sehingga tidak begitu bagus dalam menghambat suara.

e. Mudah dikerjakan. Kerusakan pada suatu bagian dapat diperbaiki

dengan mudah tanpa menyebabkan kerusakan pada bagian struktur

lainnya. Perlakuan pada beton ini lebih mudah daripada beton biasa

dalam hal pemotongan, pengeboran dan lain-lain.

f. Keawetannya tidak cukup tinggi. Karena beton ringan biasanya

bersifat tidak kedap air, maka beton ringan ini dapat mencegah

terjadinya karat pada baja tulangan sebagaimana terjadi pada beton

biasa. Oleh karena itu baja tulangan yang dipakai perlu diberi

lapisan khusus untuk mencegah terjadinya korosi.

g. Kecepatan pembuatan. Beton ringan ini dapat dengan mudah

diproduksi di pabrik. Sehingga dengan kemudahan ini maka ada

kemungkinan dalam perancangan struktur dengan konsep koordinasi

modul, lebih cepat dalam proses pembuatannya.

Page 8: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

11

Menurut Tanudjaja,H (1997) dalam penelitian tesisnya mengatakan:

a. Berat isi beton keras menggunakan agregat kasar ringan dari lempung

(ALWA) berkisar antara 1750-1850 kg/m3 sehingga dapat

dikategorikan sebagai beton ringan.

b. Perolehan nilai kuat tekan silinder beton sebesar 29,50 Mpa pada fas

0,25 dan slump 7 cm tanpa superplasticizer ; kuat tekan 31,47 Mpa

pada fas 0,29 dan slump 23 cm dengan 2% superplasticizer ; kuat

tekan 34,39 Mpa pada fas 0,30 dan slump 9 cm tanpa

superplasticizer ; kuat tekan 32,64 Mpa pada fas 0,35 dan slump 10

cm tanpa superplasticizer ; kuat tekan 28,83 Mpa pada fas 0,40 dan

slump 9,5 cm tanpa superplasticizer (seluruhnya pada umur beton

28 hari).

Menurut Rossignolo et.al (2003) dalam E. Yas¸ar Æ Y. Erdog˘an (2008)

melaporkan tentang penelitiaan mereka mengenai pembuatan beton ringan

(LWC) menggunakan tanah lempung dengan variasi semen antara 440-710 kg/m3.

Mereka mengidentifikasikan kekuatan beton pada usia 28 hari akan dicapai kuat

tekan yang bervariasi antara 39,5-53,6 Mpa dan kepadatan kering antara 1,46-1,6

mg/m3, dengan contoh benda uji silinder yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Sumber : E. Yas¸ar Æ Y. Erdog˘an (2008)

Gambar 2.2. Benda uji LWC menggunakan agregat

lempung

2.4. Beton Ringan Selular (Cellular Lightweight Concrete)

Bata ringan CLC adalah beton selular yang mengalami proses curing secara

alami, CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil) digantikan

oleh udara, dalam prosesnya mengunakan busa organik yang sangat stabil dan tidak

ada reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan, foam/busa berfungsi sebagai

media untuk membungkus udara.

Pabrikasi dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan CLC juga standard,

sehingga produksi dengan mudah dapat pula diintegrasikan ke dalam pabrikasi beton

Page 9: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

12

konvensional. Hanya pasir, semen, air dan foam yang digunakan dan kepadatan

yang didapatkan dapat disesuaikan mulai dari 350 sampai 1.800 kg / m³ dan

kekuatan dapat juga dicapai dari serendah 1,5 sampai lebih 30 N / mm ². Pada

gelembung udara didalam beton benar-benar terpisah satu sama lain sehingga

penyerapan air jauh lebih sedikit dan baja tidak perlu di lapisi lapisan anti korosi,

beton dengan kepadatan diatas 1.200 kg/ juga tidak memerlukan plaster, seperti

AAC hanya cukup di cat saja. Penyerapan air lebih rendah dari pada di AAC dan

masih cukup baik di bandingkan dengan beton konvensional. Beton Ringan Selular

(Cellular Lightweight Concrete) sama halnya dengan beton konvensional kekuatan

akan bertambah seiring dengan waktu melalui kelembaban alamiah pada tekanan

atmosfer saja. Meskipun tidak mempunyai berat yang ringan seperti halnya AAC,

CLC tetap menawarkan penurunan berat jenis yang cukup besar dibandingkan

dengan beton konvensional termal 500% lebih tinggi dan tahan api. Karena sangat

praktis maka Beton Ringan Selular (Cellular Lightweight Concrete) mempunyai

banyak ruang lingkup pemanfaatan mulai dari isolasi atap rumah dengan kepadatan

mulai dari 350 kg/m3 sampai dengan produksi panel dan lantai beton dengan

kepadatan 1800 kg/m3 menurut ASTM C869 (Standart Spesification for foaming

agents use and making preformed foam for cellular concrete) standart kuat tekan

pada bata ringan adalah harus lebih besar dari 1,4 Mpa dengan nilai penyerapan air

water absorption maksimum 25%.

2.5. Material Penyusun Beton Ringan Selular

Untuk mendapatkan Beton Ringan Selular dengan kualitas yang bagus

maka harus memperhatikan material penyusunya. Material penyusun Beton Ringan

Seluler sangat berpengaruh terhadap kualitas bata ringan yang akan di hasilkan

nantinya. Material penyusun Beton Ringan Seluler antara lain :

2.5.1. Semen Portland

Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara

mengiling klinker semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang

bersifat hidrolis dan digiling bersama sama dengan bahan tambahan berupa satu atau

lebih bentuk kristal senyawa sulfat SNI 15-2049-1994. Portland cement merupakan

bahan pengikat utama untuk adukan beton dan pasangan batu yang digunakan untuk

menyatukan bahan menjadi satu kesatuan yang kuat. Jenis atau tipe semen yang

digunakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton, dalam

hal ini perlu diketahui tipe semen yang distandardisasi di Indonesia. Komposisi

penyusun semen dapat dilihat pada tabel 2.1.

Page 10: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

13

Tabel 2.1. Tabel Komposisi Semen Jenis Semen PCI PPC PCC AL2O3 (%) 5,49 8,76 7,40 CaO (%) 65,21 58,66 57,38 SiO2 20,92 23,13 23,04 Fe2O3 3,78 4,62 3,36 Kehalusan 4,00 5,00 2,00 Berat Isi (kg/l) 1,29 1,19 1,15

Sumber : I Made, 2009:65

Semen akan berbentuk masakoloidal jika dicampur dengan air. Plastisitas

semen semakin lama semakin hilang dan semakin lama semakin keras. Fungsi utama

semen adalah sebagai pengikat pada campuran beton dan menjadikan campuran

beton lebih keras. Penggunaan semen mempunyai kadar masing-masing dalam

setiap campuran beton sesuai dengan kebutuhan. Dengan SNI 15-2049-2004

menurut tinjauan pemakaian semen portland dibagi menjadi 5 jenis yaitu :

1. Jenis I : untuk konstruksi pada umumnya dimana tidak diminta

persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis jenis

lainnya.

2. Jenis II : untuk konstruksi pada umumnya terutama sekali bila di

syaratkan agak tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang

sedang.

3. Jenis III : untuk konstruksi yang menuntut kekuatan awal yang tinggi.

4. Jenis IV : untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut panas hidrasi

rendah.

5. Jenis V : untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan sangat

tahan terhadap sulfat.

2.5.2. Agregat Halus

Menurut SNI 03-6820-2002, Agregat Halus adalah agregat dengan besar

butir maksimum 4,76 mm berat dari alam atau hasil olahan sebagai salah satu

material pokok yang pentting dalam pembuatan beton maka agregat halus harus

memenuhi beberapa peryaratan teknik. Menurut SNI 03-6820-2002, agregat halus

yang akan digunakan dalam campuran beton harus memenuhi beberapa

persyaratan sebagai berikut :

1. Syarat bentuk dan ukuran Bentuk dan ukuran agregat untuk plesteran harus memenuhi : a. Agregat halus alami hasil disintegrasi batu alam.

Page 11: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

14

b. Agergat halus hasil olahan diproses khusus sehingga bentuk dan

ukuran sesuai dengan persyaratan yang di tetapkan dalam SNI

03-6820-2002 ayat 2.1.3.

c. Agregat yang berbutir bulan dan berukuran seragam tidak boleh

digunakan.

2. Unsur Perusak Unsur perusak yang terkandung dalam agregat harus dibatasi

sebagai berikut : a. Partikel yang mudah pecah maksimum 1,0 %. b. Tidak mengandung zat organik. c. Partikel ringan yang terapung pada cairan dengan berat jenis 2,0

maksimum 0,5% . d. Kadar lumpur maksimum 5%. e. Bebas dari kotoran yang (dapat merusak warna).

3. Sifat fisik Sifat fisik aggregat halus yang akan digunakan dalam

campuran beton harus memenuhi beberapa syarat antara lain sebagai

berikut :

a. Gradasi agregat untuk lapisan 1 dan lapisan 2 sesuai pada

Tabel 2.2. Gradasi Agregat Untuk Adukan

Sumber : SNI 03-6820-2002 b. Besar butir yang tertinggal diantara saringan yang berurutan

tersebut pada tabel 2.3, butiran 1 diatas harus tidak lebih dari 50

%: ayakan antara No. 50 dan No. 100 tidak lebih dari 25%.

c. Bila nilai modulus kehalusan bervariasi lebih dari 0,2 dari nilai

yang diambil untuk pemilihan prosorsi adukan, agreat tidak

boleh dipakai tanpa melakukan pengaturan proopordi kembali.

Page 12: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

15

2.5.3. Air

Air merupakan material yang berfungsi untuk menyatukan semen dan

pasir. Air adalah bahan dasar pembuatan beton yang paling murah. Fungsi air dalam

pembuatan beton untuk membuat semen bereaksi dan sebagai bahan pelumas antara

butir butir agregat.

Untuk membuat semen beraksi hanya dibutuhkan air sekitar 25% -30%

dari berat semen. Tetapi pada kenyataan dilapangan apabila faktor air semen atau

berat air dibagi berat semen kurang dari 03 maka adukan sulit dikerjakan. Sehingga

umumnya faktor air semen lebih dari 04 yang mana terdapat kelebihan air yang tidak

bereaksi dengan semestinya. Kelebihan air ini lah yang berfungsi sebagai pelumas

agrerat. Berdasarkan Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)

pada pasal 4.

Persyaratan air yang boleh digunakan untuk membuat beton antara lain

adalah :

1. Air harus bersih

2. Tidak mengandug banyak lumpur, minya dan bahan terapung

lainnya

3. Tidak mengandung bahan yang tersuspensi lebih dari 2 gram/liter

4. Tidak mengandung garam yang mudah larut dan merusak beton

5. Semua air yang mutu nya meragukan harus diteliti terlebih dahulu.

2.5.4. Foam Agent

Menurut Husin dan Setiaji yang dikutip Suryani (2015:11) Foam Agent

adalah bahan material yang menyusun batu bata ringan, dengan ciri-ciri bahan tidak

berwarna dan berupa gel yang dihasilkan surfaktan busa dari foam agent ini dapat

dihasilkan dengan alat foam generator. Foam memiliki daur gugus diantaranya yaitu

gugus liofil dan gugus liofob, untuk gugus liofil memiliki rantai carbon pendek

misalnya gugus klorida sedangkan gugus liofob merupakan ikatan yang memiliki

rantai ikatan karbon panjang, minimal 10 atom karbon. Dalam pelarut air, gugus

liofil dikenal sebagai gugus hidrofil dimana gugus liofil dapat menarik molekul air

sedangkan gugus liofob dikenal juga dengan sebutan gugus hidrofop yang tidak

dapat menarik molekul air cenderung menagrah keudara. Berikut adalah gambar

bentuk busa yang digunakan dalm pembuatan beton ringan selular.

Page 13: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

16

Gambar 2.3. Foam agent

2.5.5. Bahan Tambah

Menurut Mulyono (2004:117) Bahan Tambah Admixture adalah bahan

bahan yang di tambahkan kedalam campuran beton pada saat atau selama

pencampuran berlangsung admixture atau bahan tambah di definisikan dalam

Standard Definitions of Terminology Relating to Concrete and Concrete

Aggretation (ASTM C125-1995:61) dan dalam Cement dan Concrete Terminology

(ACI SP-19) adaalah sebagai material selain air agregat dan semen hidroloik agregat

yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkkan sebelum atau

selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah ini berfungsi untuk memodifikasi

sifat dan karakteristikdari beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan,

penghematan atau untuk tujuan lain seperti penghematan energi.

(Mulyono,2004:117).

Jenis-jenis bahan tambah menurut Nugraha dan Antoni (2007:84)

adalah sebagai berikut :

1. Jenis A : Mengurangi air (Water Reducer)

2. Jenis B : Memperlambat Pengikatan (Retarder)

3. Jenis C : Mempercepat Pengikatan (Accelator)

4. Jenis D : A+B (Water Reducer dan Retarder)

5. Jenis E : A+C (Water Reducer dan Accelator)

6. Jenis F : Superplasticizer (Water Reducer dan High Range)

7. Jenis G : Water Reducer, High Range dan Retarder

8. Serta bahan tambah yang berasal dari mineral alami seperti fly ash,

kapur, slag dan lain-lain.

2.5.6. Superplasticizer

Penggunaan superplasticizer mulai dikembangkan di Jepang dan Jerman

pada tahun 1960-an dan menyusul kemudian di Amerika Serikat pada 1970-an.

Superplasticizer adalah polimer linear yang mengandung sulfonic acid (asam

sulfonat), yang secara umum terbagi menjadi 4 jenis/kelompok :

Page 14: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

17

Sulfonated melamine-formaldehyde condensates (SMF)

Sulfonated naphthalene-formaldehyde condensates (SNF)

Modified lignosulfonates (MLS)

Polycarboxylate derivatives, misal jenis polycarbonix ether (PCE).

Superplasticizer tersusun atas asam sulfonat yang berfungsi menghilangkan

gaya permukaan pada partikel semen sehingga lebih menyebar, melepaskan air

yang terikat pada kelompok partikel semen, untuk menghasilkan

viskositas/kekentalan adukan pasta semen atau beton segar yang lebih rendah.

Berikut adalah komposisi superplasticizer :

Tabel 2.3. Kimia Superplasticizer

Tabel kimia superplasticizer (Rixom and Maivaganam, 2003)

Efek superpasticizer pada beton segar yang dimanfaatkan adalah

kemampuannya untuk :

meningkatkan slump dan workability (slump hingga 23 cm)

mengurangi pemakaian air

mengurangi pemakaian semen

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dengan penggunaan

superplasticizer adalah untuk :

Page 15: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

18

mencapai posisi pengecoran yang sulit melakukan pemadatan dengan

vibrator karena dapat menghasilkan beton segar yang dapat mengalir dengan

lebih baik dengan slump hingga 23 cm.

menghasilkan beton mutu tinggi dengan mengurangi air sehingga faktor air

semen yang merupakan faktor utama penentu mutu beton dapat

diminimalkan sekecil mungkin, sehingga hanya air yang diperlukan untuk

reaksi hidrasi semen saja yang digunakan.

menghasilkan beton dengan permeabilitas yang lebih rendah (lebih kedap

air) dengan pengurangan pemakaian air dan kemampuan menyebarkan

partikel semen dalam adukan beton segar, dapat menghasilkan kepadatan

beton yang lebih baik sehingga lebih kedap air.

menghasilkan beton yang setara mutunya dengan faktor air semen yang

lebih kecil, sehingga pemakaian semen menjadi lebih sedikit namun

pemakaian untuk tujuan ini tidak terlalu sering digunakan, karena jumlah

semen minimum yang disyaratkan untuk beton tertentu harus dipenuhi.

Kemampuan superplasticizer untuk meningkatkan slump beton segar

tergantung pada :

jenis, takaran dan waktu penambahan superpasticizer

faktor air semen dan jumlah semen yang digunakan dalam adukan beton

segar

Superplasticizer dapat digunakan untuk hampir semua jenis semen.

Takaran penggunaan superplasticizer harus mengikuti rekomendasi dari produsen,

yang dapat dilihat pada brosur teknis atau panduan pemakaian secara umum

penggunaannya pada beton normal adalah 1-3 liter per m³ beton segar untuk tujuan

meningkatkan workability (dapat dicampurkan di lokasi proyek sebelum penuangan

beton segar). Penggunaan untuk mengurangi pemakaian air dapat dilakukan dengan

takaran 5-20 liter per m³ beton segar namun hal ini harus dilakukan di batching plant

dengan pengawasan engineer sehubungan dengan penggabungannya dengan bahan

tambah yang bersifat retarding yang tujuan utamanya adalah menghasilkan beton

mutu tinggi dengan pemakaian semen yang tetap.

Efek negatif dari penggunaan superplasitcizer adalah kehilangan slump yang

relatif cepat, sehingga walaupun workability meningkat cukup besar, waktu

pengerjaannya menjadi lebih singkat dalam waktu sekitar satu jam setelah

penambahan superplasticizer, workability-nya akan relatif hilang karena slump loss

(kehilangan slump) yang sangat cepat. Slump loss atau kehilangan slump berbeda

dengan setting beton, walaupun dalam bahasa praktis di lapangan sering dikatakan

bahwa jika ditambah superplasticizer maka waktu setting menjadi lebih cepat.

Page 16: ASTM C869 (Standard Spesification for Foaming Agents for

19

Sebenarnya waktu settingnya tidak menjadi lebih cepat namun karena penurunan

nilai slump (kehilangan slump) yang relatif cepat, secara visual dan pengerjaannya

menimbulkan kesan bahwa beton sudah mengeras dalam arti memasuki masa

setting. Untuk mengakali efek negatif ini, superplasticizer dilakukan setelah beton

segar dituang sebagian yang mengakibatkan kesulitan mengetahui sisa beton segar

yang masih ada di dalam mobile mixer.

2.6. Kuat Tekan

Menurut SNI 03-1974-1990 kuat tekan beban beton adalah besarnya

beban persatuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila di bebani

dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan, kekuatan tekan

beton akan bertambah dengan naiknya umur beton, dimana kekuatan tekan beton

akan naik secara cepat (linier) sampai umur 28 hari tetapi setelah itu kenaikannya

kecil. Kekuatan tekan rencana beton dihitung pada umur 28 hari. Kuat tekan

beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur semakin tinggi tingkat

kekuatan struktur yang di kehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang di

hasilkan. Kekuatan tekan beton dirumuskan sebagai berikut :

f’c = P/A (Mpa=N/ )

Dimana :

f’c = Kuat Tekan Beton (Mpa)

P = Gaya Tekan (N)

A = Luas penampang beton ( )

Beton harus di rancang proporsi campuranya agar menghasilkan suatu

kuat tekan rata-rata yang di syaratkan, pada tahap pelaksanaan konstruksi,beton

yang telah dirancang campurannya harus di produksi sedemikian rupa sehingga

memperkecil frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan lebih rendah dari f’c

yang telah direncanakan. Menurut Standart Nasional Indonesia, kuat tekan harus

memenuhi 0,85 f’c untuk kuat tekan rata rata dua silinder dan memenuhi f’c+0,82

s untuk rata-rata empat buah benda uji yang berpasangan. (Mulyono,Tri, 2004)

penambahan superplasticizer dapat dicampurkan sesaat sebelum beton

segar dituang di lapangan namun perlu sangat diperhatikan takaran/dosis

penggunaannya terutama jika penambahan.