asosiasi antara prakt1k peratam laba dengan …  · web viewbagi investor, informasi yang...

21
ASOSIASI ANTARA PRAKTIK PERATAAN LABA DENGAN KOEFISIEN RESPON LABA OLEH KHAIRUNNISA HARAHAP ABSTRACT The objective of this paper is to investigate the association of income smoothing to earnings response coefficients (ERC). ERC reflects market response through stock price and return sensitivity. This paper also tests whether reported smoother earnings could reflect future ERC. Future ERC is measured from cumulative abnormal return regression with future earnings and future return. Using.82 companies listed in Jakarta Stock Exchange (JSE), this study uses time series data consisting of 8 years (1995-2002). The specific model was used to test first hypotheses and second hypotheses. The result show some findings. First, there is positive response for income smoothing. Second, income smoothing shows positive relation with future ERC. This also implied that cumulative abnormal return can be used to predict future ERC. Other ERC's determinants are earnings predictability, leverage, and size. Earnings persistence, earnings growth and risk are found no significant influence with ERC. Keywords: income smoothing, market response, earnings response coefficients. 1. Latar Belakang Informasi laba secara umum merupakan perhatian utama dalarn menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas kekuatan laba perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa laba adalah sesuatu yang paling dipertimbanglcan oleh investor untuk mengambil keputusan apakah akan melakulcan investasi atau. tidak, apakah akan menjual saharn yang dimilikinya atau tidak clan apakah akan tetap mempertahankan investasi vanp- dimilikinya. Begitu pentingnya hal ini sehingga sangat banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang laba.

Upload: hahanh

Post on 07-May-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

ASOSIASI ANTARA PRAKTIK PERATAAN LABA DENGAN KOEFISIEN RESPON LABA

OLEH

KHAIRUNNISA HARAHAP

ABSTRACT

The objective of this paper is to investigate the association of income smoothing to earnings response coefficients (ERC). ERC reflects market response through stock price and return sensitivity. This paper also tests whether reported smoother earnings could reflect future ERC. Future ERC is measured from cumulative abnormal return regression with future earnings and future return.

Using.82 companies listed in Jakarta Stock Exchange (JSE), this study uses time series data consisting of 8 years (1995-2002). The specific model was used to test first hypotheses and second hypotheses.

The result show some findings. First, there is positive response for income smoothing. Second, income smoothing shows positive relation with future ERC. This also implied that cumulative abnormal return can be used to predict future ERC. Other ERC's determinants are earnings predictability, leverage, and size. Earnings persistence, earnings growth and risk are found no significant influence with ERC.

Keywords: income smoothing, market response, earnings response coefficients.

1. Latar Belakang

Informasi laba secara umum merupakan perhatian utama dalarn menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas kekuatan laba perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa laba adalah sesuatu yang paling dipertimbanglcan oleh investor untuk mengambil keputusan apakah akan melakulcan investasi atau. tidak, apakah akan menjual saharn yang dimilikinya atau tidak clan apakah akan tetap mempertahankan investasi vanp- dimilikinya. Begitu pentingnya hal ini sehingga sangat banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang laba.

Hubungan antara harga dan laba pertarna kali diteliti oleh Ball dan Brown (1968) yang menguji hubungan antara harga clan laba clan menemukan bahwa perubahan harga dan laba menunjukkan sinyal yang signifikan. Selanjutnya Beaver, Clark clan Wright (1979) menemukan bahwa sensitivitas return saham terhadap laba kejutan atau. koefisien respon laba bervariasi terhadap laba kejutan yang besar. Kemudian, Beaver dan Ryan (1987), Freeman dan Tse (1992) menyatakan bahwa secara khusus koefisien respon laba (ERC) menurun terhadap laba kejutan yang besar. Hal ini berarti bahwa investor kurang menyukai laba kejutan yang terlalu ekstrim karena dianggap lebih memiki risiko dan noisy daripada laba perusahaan yang rata.

Praktik perataan laba adalah salah satu dari bentuk manajemen laba. Manajemen laba oleh Schipper (1989) didefinisikan sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Hal ini seJalan dengan teon' keagenan yang menyatakan manajemen akan berusaha memaksimumkan kompensasi, menghindan' pelanggaran kewajiban dalam perjanjian hutang obligasi yang melindungi pernbayaran

Page 2: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

dividen dan merninimalkan pelaporan laba untuk menghindari campur tangan pernerintah (Wolk,Tearney dan Dodd, 2001).

Zhemin dan Thornas (1994) menguji hubungan antara akuntansi perataan laba dengan kesejahteraan pernegang saharn. Mereka menyatakan bahwa angka perataan laba dipandang disukai oleh pasar dan perusahaan dengan laba yang rata dianggap sebagai kurangnya risiko. Mereka juga menyatakan bahwa perawan laba dapat menguntungkan baik bagi pernegang saham yang ada dan calon investor.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Zarowin (2002) menguji hubungan antara perataan laba dan keinformatifan harga saharn dan menemukan bahwa perusahaandengan perataan yang lebih besar mempunyai harga saharn yang lebih informatif, hal inimengimplikasikan bahwa manajer menggunakan perataan laba untuk mengungkapkan privat mereka tentang keuntungan perusahaan masa depan. Keinformatifan harga saham didefinisikan sebagai jurnlah informasi tentang laba masa depan dan arus kas masa depan yang dicerminkan dalarn stock return penode sekarang dan diukur sebagai koefisien pada laba masa depan (arus kas masa depan) dalarn sebuah regresi terhadap stock return sekarang dan laba sekarang dengan laba masa depan (arus kas dan akrual). Zarowin menunjuk ukuran ini sebagai koefisien respon laba masa depan (FERC) dan koefisien respon arus kas masa depan (FCFRC) dan mengukur perawan laba sebagai variasi dalam relatif net income untuk variasi dalarn CFO, atau hubungan antara perubahan dalam akrual dan perubahan dalam CFO.

Penelitian ini menguj'i pengaruh praktik perataan laba terhadap earnings response coeficients. Secara khusus penelitian ini ingin mellhat bagairnana hubungan laba yang 'fit’ dihasilkan dari praktik perataan laba yang diukur dengan indeks Eckel (1981) terhadap earnings response coefficients tahun sekarang dan tahun depan. Respon pasar tersebut ditunjukkan melalui harga saharn dan sensitivitas return yang kemudian direfleksikan pada earnings response coefficients (ERC).

2. Landasan Teori dan Pengembangan Ifipotesis

2.1.. Kandungan Informasi Laba

Investor yang ingin melakukan investasi atau yang ingin melakukan divestasi harus melihat informasi apa yang terkandung dalam laba sehingga bisa membuat keputusan yang terbaik. Informasi laba menggambarkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya perusahaan. Informasi yang terkandung dalarn laba ini sangat penting karena direaksi oleh investor. Ketika laba tahunan diumumkan, investor akan segera bereaksi terhadap informasi laba yang dilaporkan. Bagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan oleh investor.

Penelitian yang berkaitan dengan kandungan informasi lba antara lain diteliti oleh Ball dan Brown pada tahun 1968 yang menyelidiki apakah laba akuntansi secara empiris berhubungan terhadap harga saham, Beaver (1968) menyelidiki perubahan volume perdagangan yang dihubungkan dengan pengumuman laba, Beaver, Clarke dan Wright (1979) menyelidiki besaran dari laba kejutan dan besaran dari rata-rata tingkat abnormal return. Pnelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Ball dan Brown. Jika penelitian Ball dan Brwon hanya menunjukkan tanda dari laba kejutan pada pengumuman laba, maka penelitian yang dilakukan oleh Beaver, Clark dan Wright menjelaskan besarannya. Penelitian selanjutnya mengrah pada peneliyian mengenai respon laba akuntansi.

Page 3: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

2.2. Koefisien respon Laba (Earning Response Coefficients)

Cho dan Jung (1991) mendefinisikan ERC sebagai efek setiap dollar dari laba kejutan terhadap retun saham dan biasanya diukur dengan slopa koefisien dalm regresi abnormal return dan laba kejutan dari rata-rata tingkat abnormal return. Hal ini menunjukkan bahwa ERC adalah reaksi atas laba yang diumurnkan perusahaan. Reaksi yang diberikan tergantung dari kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Tinggi dan rendahnya ERC tergantung dari "good news" atau "bad news" yang terkandung dalam laba. Scott (2000) menyatakan bahwa ERC mengukur seberapa besar return saharn dalarn merespon komponen kejutan dari laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Dengan kata lain ERC mengukur tanggapan abnormal return terhadap laba kejutan. Lev dan Zarowin (1999) menggunakan ERC sebagai alternatif untuk mengukur value relevance informasi laba. Penelitian mengenai ERC ini telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. lmhoff dan Lobo, (1992) menunjukkan bahwa ex ante uncertainty dalarn laba mempunyai pengaruh sisternatik terhadap hubungan antara unexpected return dan unexpected earnings. Kallapur (1994) menguji teori arus kas bebas dengan membangun teori yang memiliki implikasi bahwa ERC secara positif berhubungan dengan dividend payouts ratios.

Kormendi dan Lipe (1987) menguji apakah dampak besaran dari laba kejutan pada return saham secara positif berkorelasi dengan nilai sekarang terhadap revisi pada kejutan laba masa depan yang diperoleh dan' sebuah model time series univariat. Dengan menunjukkan implikasi penilalan tet-hadap properti time series darl laba, penehtlan ini mengungkapkan sebuah dimensi baru untuk kandungan informasi dari laba dan dalam prosesnya, mereka tidak menemukan bahwa reaksi return saham terhadap laba kejutan sangat mudah berubah. Easton dan Zmijewski (1989), penelitiannya berfokus pada koefisien yang berhubungan dengan kejutan (informasi baru) pada pengumuman laba. akuntansi untuk abnormal stock return. Hasil dalam penelitian tersebut mengindikasikan vanasi cross-sectional yang dapat diprediksi dalam ERC. Bukti ini mengindikasikan sebuah hubungan positif antara ERC dan koefisien revisi (koefisien yang menghubungkan laba sekarang ke laba masa depan), sebuah hubungan yang negatif antara.ERC dengan risiko sistematik, dan sebuah hubungan positif antara ERC dan ukuran perusahaan. Sedangkan Gelb dan Zarowin (2000) menemukan bahwa luas pengungkapan dan keinformatifan harga saham terhadapfuture ERC adalah positif, tetapi negatif terhadap current ERC.

Anthony dan Ramesh (1992) menyatakan bahwa respon pasar saham. untuk dua pengukuran kinerja akuntansi - pertumbuhan penjualan dan investasi modal adalah sebuah fungsi daii tahap siklus hidup perusahaan. Perusahaan dikelompokkan ke dalam variasi portofolio siklus hidup yang menggunakan pembayaran dividen, pertumbuhan penjualan dan umur perusahaan. Sebagaimana diprediksikan, hasil penelitian ini secara empiris mengindikasikan penurunan yang monotonik pada respon koefisien terhadap pertumbuhan penjualan kejutan dan investasi modal kejutan dari pertumbuhan ke tahap yang stagnan.

Ali dan Zarowin (1992) menunjukkan bahwa keberadaan komponen transitori.dari laba, perubahan dalam laba mungkin karena kurang baiknya proksi untuk laba kejutan, menyebabkan ERC meniadi bias ke arah nol. Temuan M1 menjadi alasan yan. potensial

untuk menclokumentasikannya secara. luas, secara empiris ERC akan turun. Chandrarin (2001) menguji pengaruh laba (rugi) selisih kurs terhadap koefisien respon laba dengan menggunakan tiga metoda laba (rugi) selisih kurs serta menguji faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa laba (rugi) selisih kurs berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba.

2.3. Determinan ERC

Page 4: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

Penelitian ERC selalu dihubungkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ERC, dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut digunakan sebagai variabel kontrol. Berilcut ini adalah penjelasan masing-masing faktor tersebut:

Risiko Sistematik atau Beta

Semakin tinggi risiko, suatu perusahaan maka semakin rendah reaksi investor terhadap laba kejutan maka ERC akan semakin rendah dan begitu pula sebaliknya. Easton dan Zmijewski (1989) menguji variasi respon pasar saham antar perusahaan untuk pengumuman laba akuntansi, hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa ERC berhubungan negatif dengan risiko siternatilc. Begitu juga terhadap penelitian yang dilakukan oleh Collins dan Kothari (1989) yang menyatakan bahwa risiko berhubungan negatif dengan koefisien respon laba.

Struktur Modal

Dhaliwal dan Reynolds (1994) mengkornbinasikan model penilaian perusahaan dengan model penetapan harga opsi untuk menunjukkan bahwa koefisien respon laba akuntansi merupakan fungsi negatif dari default risk dan risiko sistimatiknya. Dhallwal, Lee clan Farger (1991) menguji apakah -lef~iiilt risk perusahaan yang dlukur dengan leverage Keuangan mempengaruhi koefisien respon laba akuntansi. Dhaliwal, Lee dan Farger (199 1) menemulcan bukti empiris bahwa koefisien respon laba akuntansi akan rendah jika perusahaan mempunyai leverage yang sangat tinggi.

Persistensi Laba

Semakin tinggi persistensi laba maka semakin tinggi ERC, hal ini berkaitan dengan kelcuatan laba. Persistensi laba mencerminkan kualitas laba perusahaan dan m.emunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu ke waktu.

Kormendi dan Lipe (1987) menunjukkan bahwa persistensi laba berhubungan positif dengan ERC. Collins dan Kothari (1989) juga menemukan hubungan yang positif antara estimasi ERC dan persistensi dengan menggunakan perubahan laba sebagai proksi untuk laba kejutan. Berbeda dengan Ali dan Zarowin (1992) yang menemukan bahwa estimasi error pada ERC secara. negatif berhubungan dengan persistensi. Hal ini disebabIcan beberapa analisa sebelumnya terhadap hubungan antara ERC clan persistensi adalah berlebihan.

Pertumbuhan Laba

Collins dan Kothari (1989) menyatakan bahwa kesempatan tumbuh berdampak pada laba masa depan clan begitu juga dengan ERC. Dengan kata lain semakin tinggi kesempatan suatu perusahaan untuk tumbuh maka akan semakin tinggi ERC. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan mempunyai hubungan yang positif dengan ERC.

Ukuran Perusahaan

Chaney clan Jeter (1991) yang menunjukkan bahwa besaran perusahaan berpengaruh secara signifikan negatif terhadap ERC. Semakin besar ukuran perusahaan akan mempunyai informasi yang lebih dari perusahaan yang kecil. Maka ukuran perusahaan ini digunakan sebagai proksi dari keinfonnatifan harga saham.

Prediktabilitas Laba

Prediktabilitas laba didefinisikan sebagai kemampuan dari laba masa Ialu untuk memprediksi laba masa depan, dan dicerminkan dalam variansi laba kejutan pada proses laba (Lipe, 1990). Prediktabilitas laba diharapkan akan berhubungan secara positif dengan ERC. Lipe (1990) menemukan bahwa prediktabilitas laba berpengaruh positif signifikan terhadap ERC.

Page 5: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

2.4. Pengertian Perataan Laba

Perataan laba diartikan sebagai usaha manajemen untuk mengurangi variabilitas laba selama satu atau beberapa periode tertentu sehingga laba tidak terIalu berfluktuasi. Praktik perataan laba ini dapat dianggap sebagai pemberian sinyal kepada pasar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bamea et al. (1976) yang menyatakan bahwa manajer melakukan perawan laba untuk mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi laba di masa yang akan datang. Adanya sinyal ini akan membuat investor dapat meramalkan laba perusahaan di masa yang akan datang. Manajemen perusahaan yang dapat meratakan laba perusahaan yang dilaporkan merefleksikan ketepatan terhadap pengetahuan manajer mengenai kinerja perusahaan di masa depan.

Praktik perataan laba dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: dengan melakukan perataan melalul alokasi untuk beberapa perioda tertentu, meialui klasifikasi atau melalul suatu kejadian tertentu. Moses (1987) menyatakan bahwa pilihan akuntansi dapat digunakan untuk meratakan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Beattie et al. (1994) menyelidiki pertaan laba melalui klasifikasi extra ordinary item, dengan fflenguji penggunaan extra ordinary item sebagai alternatif klasifikasi dalarn meratakan angka laba akuntansi.

Eckel (1981) mengidentifikasi dua jenis prilaku perawn laba, yaitu: naturally smooth dan intentionally. smoothed by mangement. Naturally smooth income dihasilkan dari proses yang secara natural menghasilkan laba yang rata. Intentionally smooth by management dapat dihasilkan dari tindakan manajemen baik secara artificial atau real smoothing. Artificial smoothing dilakukan manajemen dengan rnernanipulasi waktu dari catatan akuntansi. Real smoothing dihasilkan dari tindakan manjemen yang diambil untuk mengontrol kejadian ekonorni.

2.5. Dampak harga saham dan prilaku perataan laba

Parawiyati dan Baridwan (1998) menyatakan bahwa inforinasi laba dan arus kas merupakan inforinasi akuntansi yang dapat bermanfaat sebagai pertimbangan dalarn keputusan yang akan dibuat oleh para analis, investor, dan manajer untuk mengetahui prospek kinerja suatu perusahaan satu tahun ke depan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa laba dan arus kas periode tahun Ialu mempunyai manfaat untuk memprediksi laba dan arus kas. Selarna ini investor selalu memusatkan perhatian pada laba yang diperoleh perusahaan pada tiap tahunnya tanpa mempertimbangkan prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Perusahaan menggunakan kesempatan tersebut baik untuk mengelabui investor untuk kepentingan perusahaan ataupun manajer atau sebagai usaha perusahaan untuk melindungi investor dengan cara meratakan laba.

Menurut Watts dan Zimmerman (1986), jika proses menghasilkan laba akuntansi adalah indikasi bagi proses menghasilkan arus kas, proses menghasilkan laba mempunyai implikasi bagi besamya perubahan harga saharn dihubungkan dengan unexpected earnings. Proses menghasilkan laba juga mempunyai implikasi untuk hubungan antara laba perusahaan yang diobservasi dan kernungkinan terhadap likuidasi perusahaan. Karena laba mempunyai implikasi terhadap harga saharn maka manajer berusaha untuk membuat laba menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini mendorong investor untuk mel akukan manipulasi laba. Salah satu cara yang dilakukan manajer adalah dengan melakukan peraman laba. Hal ini sesuai dengan smoothing hypothesis yang menyatakan bahwa laba dirnanipulasi untuk mengurangi fluktuasi dari laba dan

Page 6: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

manajer yang berhasil melakukan perataan laba akan dapat menghilangkan variansi laba (Watts dan Zimmerman, 1986).

Penelitian yang dilakukan oleh Assih (1998) mengenai hubungan peraman laba dengan reaksi pasar atas pengurnurnan infonnasi laba menunjukkan bahwa pasar bereaksi dengan adanya inforinasi laba dan reaksi pasar atas pengurnurnan laba berbeda bagi perusahaan yang melakukan perawn laba dan perusahaaan yang tidak melakukan perawan laba. Michelson et al. (1999) menggunakan risk-adjusted returns untuk menguji apakah pasar saharn merespon pengukuran kinerja akuntansi yang dihubungkan perusahaan yang melaporkan laba yang rata. Hasil dari penelitiannya mengindikasikan bahwa perusahaan yang melaporkan laba yang rata secara signifikan mempunyai cumulative average abnormal return lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak melaporkan laba yang rata.

Easton dan Zmijewski menyatakan bahwa peratuan laba memberikan investor untuk mengumpulkan informasi yang lebih banyak dari pengumuman laba. Badrinath, Gay dan Kale (1989), menyatakan bahwa investor institusional secara normal menghindari perusahaan yang menunjukkan variasi yang besar pada laba atau perusahaan yang menerima risiko.

Chaney dan Uwis (1995) membangun sebuah model yang menunjukkan perusahaan perawn laba sebagai sinyal nilai perusahaan kepada, investor. Bitner dan Dolan (1998) menyatakan: secara teori sebuah aliran laba yang rata secara natural memberikan sumber nilai tambahan bagi perusahaan karena sebuah perusahaan dengan aliran laba yang rata memberikan alternatif risiko yang rendah bagi investor. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pasar menilai laba yang rata dan bertumbuh dan pasar juga sensitif terhadap bagaimana laba yang rata diperoleh. Pasar mengurangi penilaian unluk artificial smooting dan real smoothing. Hasil ini mendukung hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat.

Masyarakat pada umumnya lebih memperhatikan laba yafig terdapat dalarn laporan keuangan. Keadaan ini mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba. Standar akuntansi juga membebaskan kepada manajemen untuk memilih metode akuntansi yang tepat menurut perusahaan. Sehingga membuat manajemen akan memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba, mengurangi total kewajiban, meningkatkan pendapatan serta menaikkan biaya.

Ronen dan Sadan (1981) menyatakan bahwa laporan laba adalah sebuah sinyal tentang laba masa depan dan bahwa smoothing adalah sebuah tehnik sinyal. Laporan kcuangan digunakan sebagai bentuk prediksi yang berdasarkan sinyal yang diberikan oleh manajemen melalui laporan laba. Smoothing adalah pemyataan pemberian sinyal untuk ramalan yang lebih akurat (Moses, 1987). Beidleman (1973) menyatakan bahwa deviden adalah sebuah determinan yang penting terhadap nilai saham dan bahwa investor percaya bahwa fluktuasi laba yang stabil mampu mendukung tingkat deviden yang lebih tinggi. Smoothing mempromosikan serial laba yang stabil yang akan mengimplikasikan deviden yang lebih tinggi dan harga saham yang lebih tinggi.

Trueman dan Titman (1988) memberikan sebuah alasan bahwa manajer perusahaan dapat secara rasional menyukai melaporkan laba yang rata untuk merendahkan klaim persepsi pernegang saham terhadap variansi dari perusahaan berdasarkan laba ekonomi. Hal ini dapat menunjukkan beberapa tindakan dapat mempunyai dampak positif terhadap nilai pasar perusahaan.

2.6. Hubungan Perataan Laba dengan ERC

Beberapa penelitian yang dilakukan di pasar modal kasusnya di bursa efek Jakarta menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang melakukan perataan laba untuk tujuan tertentu. Laba begitu berperan untuk menunjukkan kinerja yang dicapai oleh manajemen, karena investor sangat memperhatikan laba yang dihasilkan perusahaan. Reaksi investor

Page 7: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

terhadap laba yang diumurnkan juga bervariasi. Laba yang dilaporkan manajemen mempunyai peranan penting dalam hubungan return - laba. Karena bervariasinya respon yang diberikan investor maka perusahaan tentu saja berharap agar investor mempunyai reaksi positif terhadap laba.

Perusahaan yang melakukan perataan laba tentu berharap agar laba yang diumumkannya sesual dengan yang diekspektasikan investor. Perataan laba adalah salah satu cara yang dilakukan perusahaan unnik memenuffi keinginan pasar. Dengan melakukan perawan laba, pihak perusahaan berharap agar laba yang diumurnkan mempunyai respon yang baik juga. Penelitian ini ingin melihat bagaimana reaksi investor terhadap laba kejutan yang diumurnkan perusahaan.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sensitivitas return saham terhadap laba kejutan adalah non linier atau dengan kata lain koefisien respon laba (ERC) bervariasi terhadap laba kejutan. Beaver dan Ryan (1987) menunjukkan bahwa ERC menurun terhadap laba kejutan yang besar. Hal ini te~adi karena laba yang dihasilkan lebih banyak dari kornponen transitori. Freeman dan Tse (1992) menghipotesiskan bahwa ERC menurun untuk nilai ekstrim laba kejutan sebagai laba ekstrim yang lebib banyak mengandung kornponen transitori.

TuJuan dilakukannya perataan laba adalah mengurangi laba yang terlalu ekstrim dengan menaikkan atau menurunkan laba dengan menggunakan kornponen discretionary accrual. Investor biasanya lebih cenderung suka terhadap laba yang tidak terlalu berfluktuasi. Zhemin dan Thomas (1994) menyatakan bahwa investor lebih menyukai laba yang rata karena mengurangi risiko dan hasil penelitian mereka meyatakan bahwa koefisien respon laba berhubungan positif dengan perataan laba. Dari berbagai uraian di atas dapat diturunkan hipotesis alternatif sebagai berikut :

H1 : Koerisien respon laba mempunyai hubungan yang positif terhadap perataan laba.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zarowin (2002), keinformatifan harga saham adalah seberapa banyak informasi tentang laba masa depan yang dapat dicerminkan ke dalarn harga saham. Zarowin (2002) menemukan bahwa perusahaan dengan perawan yang lebih besar mempunyai harga saham yang leblh informatif, hal ini mengimplikasikan bahwa manajer menggunakan perawan laba untuk mengungkapkan informasi privat mereka tentang keuntungan perusahaan masa depan.

Keinformatifan harga saharn didefinisikan sebagai jurnlah informasi tentang laba masa depan dan arus kas masa depan yang dicerminkan dalarn stock return periode sekarang dan diukur sebagai koefisien pada laba masa depan yang dinyatakan sebagai future ERC (FERC). Perusahaan yang melakukan perataan laba diharapkan dapat mencerminkan laba masa depan karena labanya yang rata sehingga dapat diprediksi untuk laba masa depan daripada perusahaan yang tidak melakukan perawan laba. Hal ini dapat menurunkan hipotesis altematif sebagai berikut:

H2: Perataan laba mempunyai hubungan positif denganfuture ERC

3. Metoda Penefitian

3.1. Populasi dan Sampel Penefitian

Populasi dalarn penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang sudah go publik pada tahun 1995 yang terdaftar di BEL Peniilihan sampel perusahaan dalarn penefitian ini ditentukan secarapurposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:

Page 8: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

1. Sampel yang digunakan dalarn penefitian ini diambil dari populasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1995-2002.

2. Perusahaan yang digunakan adalah perusahaan yang memiliki laporan kcuangan tahunan yang berakhlr pada tanggal 31 Desember dan rnengurnurnkan laporan keuangannya.

Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ sebelum 31 Desember 2002 157

Perusahaan yang tidak termasuk sampel:

Perusahaan yang belum terdaftar di BEJ pada akhir Desember 1995 (24)

Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir pada tanggal (2)

31 Desember

Perusahaan yang datanya tidak lengkap (49)

Total Perusahaan yang terpilih menjadi sampel 82

3.2. Variabel Penefitian dan Pengukuran variabel

Pengukuran perataan laba dihitung dengan menggunakan indeks Eckel (1981).

1. Cummulative abnormal return (CAR) dihitung menggunakan market adjusted model dengan perioda, jendela 11 hari, yaitu 5 hari sebelurn dan 5 hari sesudah pengumuman laporan keuangan.

2. Unexpected Earnings digunakan sebagai variabel independen penelitian yang diperhitungkan dengan model random - walk.

3. Koefisien respon laba (earnings response coefficients - ERC) adalah variabel dependen. ERC akan dihitung dari slopa (xi pada hubungan CAR dengan LTE setelah dikendalikan Rit (Chandrarin, 2001).

4. Persistensi laba diukur dari slopa regresi atas perbedaan laba saat ini dengan laba sebelumnya (Lipe, 1990; Chandrarin, 2001).

5. Prediktabilitas laba diukur dari deviasi standar residual dari formula persistensi laba seperti yang dilakukan Lipe (1990).

6. Pertumbuhan laba dlukur dari market-to-book value ratio masing-masing perusahaan pada perioda akhir perioda laporan keuangan.

7. Beta adalah risiko sistematik perusahaan yang diestimasi dengan model pasar dengan menggunakan rumus CAPM dan beta yang digunakan adalah beta koreks] untuk pasar berkembang

8. Struktur modal atau leverage adalah rasio total hutang dengan total asset perusahaan (Chandrarin, 2001).

9. Besaran perusahaan (size) adalah vaiiabel yang diukur dari nilai total aset perusahaan.

3.3. Model Penelitian

Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model penelitian yang digunakan oleh Chandrahn (2001) dan Teets dan Wasley (1996) dengan menggunakan model firm-specific. Persamaannya sebagai beiikut:

Page 9: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

CAR = (xo + (xUEit+ (x2Rit + Eit .......................................................................(1)

ERC = 00 + 0 1 X 1 + P2EPit + P3EGit + P4EPrit + 05BETAit + 06 LEVit …

+ 07SIZEit + Eit (2)

Dalam hal ini:

CAR adalah Cumulative Abnormal Return

X 1 adalah perata dan non perata

UEit adalah unexpected earnings perioda t

EPit adalah persistensi laba perusahaan i pada pefioda t

EGit adalah kesempatan pertumbuhan perusahaan i pada perioda t

EPit adalah prediktabilitas laba perusahaan i pada perioda t

BETAit adalah risiko beta perusahaan i pada pefioda t

LEVit adalah struktur modal peru.sahaan i pada perioda t

SIZEit adalah besaran perusahaan i pada pefioda t

Eit adalah komponen error perusahaan i pada perioda t

Kemudian untuk melihat koefisien respon laba masa depan digunakan persafflaan

regresi seperti yang digunakan oleh Zarowin (2002) adalah sebagai berikut:

CARit = cio + (xUEit+i + CC3Rit+1 + Eit ....................................................(3)

FERC = Po + PIXit + P2EPit+ P3EGit + P4EPrit + 05BETAit +

P6 LEVit + P7SIZEit + cit ................................................................. (4)

Dalam hal ini:

CAR adalah Cumulative Abnormal Returni,

Rit+i adalah return tahunan pada penoda t+l

UEit,l adalah unexpected earnings perioda t

4. Hasil Empiris

4.1. Hasil Empirls Model Kedua

Tabel, 2

Hasil Regresi Model Kedua

ERC = PO + P1Xl + P2EPit + P3EGIt + P4EPrit + PsBETAit + P6 LEVit + 07SIZEit + Elt

Variabel Koefisien regresi Std. Error T Sign

xl -0,00036 0,000 -1,702 0,046-

EP -0,017 0,030 -0,574 0,284

EG -0,00249 0,002 -1,369 0,087

Page 10: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

EPr 0,05916 0,025 2,326 0,023-

BETA -0A273 0,068 -0,401 0,344

LEV -0,0649 0,032 -2,000 0,024-

SIZE 0,05489 0,021 2,596 0,005*

*signifikansi secara statistis pada p<0,05 untuk uji satu sisi

Tabel 2 menunjukkan hasil regresi dari model kedua, koefisien regresi untuk variabel perata dan non perata adalah sebesar -0,00036 dan nilai t sebesar -1,702 serta p-value sebesar 0,046. Hasil dari regresi ini menunjukkan bahwa pengaruh perawan laba terhadap koefisien respon laba adalah signifikan secara statistik pada a = 5%. Dengan demikian hipotesis pertarna dalam penelitian ini diterima. Hasil ini konsisten dengan hasil penefitian Zhemin dan Thomas (1994) yang mengindikasikan bahwa ada hubungan positif antara perataan laba dengan koefisien respon laba.

Koefisien regresi untuk variabel persistensi adalah -0,017 dengan nilai t sebesar - 0,574 dan p-value 0,284. Hasil regresi ini tidak konsisten dengan Kormendi dan Lipe(1987); Collins dan Khotari (1989); Chandrarin (2001) yang menyatakan bahwa persistensi laba berpengaruh terhadap koefisien respon laba. Variabel pertumbuhan laba secara signifikan tidak berpengaruh terhadap koefisien respon laba. Hasil regresi ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Collins dan Kothari, (1989) tetapi konsisten dengan hasil penelitian Chandrarin (2001). Selanjutnya variabel prediktabilitas laba berpengaruh terhadap koefisien respon laba dan signifikan secara statistik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Lipe (1990).

Hasil dari regresi ini menunjukkan bahwa pengaruh risiko beta terhadap koefisien respon laba adalah tidak signifikan secara statistik. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Collins dan Kothari, (1989); Easton dan Zmijewski, (1989) tetapi konsisten dengan Chandrarin (2001). Variabel struktur modal menunjukkan pengaruh terhadap koefisien respon laba dan menunjukkan arah yang negatif. Hasil regresi ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhaliwal et.al (1991). Hasil dari regresi ini juga menunjukkan bahwa pengaruh ukuran perusahaan terhadap koefisien respon laba signifikan secara statistik. Hasil ini konsisten dengan penelitian Chaney dan Jeter (1991).

Page 11: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

4.2. Hasil Empiris Model Keempat

Tabel 3

Hasil Regresi Model Keempat

FERC = 00 + PIXI + P2EPit,i + P3EG1t+1 + P4EPrit+1 + PsBETA1t+1 +06 LEVit,i +

P7SIZEit+1 + Fit

Variabel Koefisien Regresi Std. Error T Sig.

Xi -0,00035 0,000 -1,675 0,049-

EP -0,0195 0,030 0,665 0,255

EG -0,00265 0,002 -1,457 0,075

EPr 0,0500 0,025 1,971 0,026*

BETA -0,0173 0,068 -0,254 0,400

LEV -0,0682 0,032 -2,104 0,019*

SIZE 0,06315 0,021 2,991 0,004*

*Signifikan secara statisik pada. p<0,05 untuk uji satu sisi

Tabel 3 menunujukkan basil babwa perataan laba berhubungan Positif denganfiture ERC adalah signifikan secara statistik. Dengan dernikian basil penelitian ini bisa membuktikan hipotesis kedua. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa cumulative abnormal return tahun sekarang mampu memprediksi future ERC. Dengan demikian hipotesis kedua dari penelitian ini dapat diterima. Hasil dari regresi ini konsisten dengan basil penelitian Zarowin (2002).

Untuk variabel persistensi laba, perturnbuhan laba dan beta menunjukkan basil yang tidak signifikan, sama dengan basil regresi model kedua. Artinya, bahwa variabelvariabel tersebut tidak berpengaruh terhadap koefisien respon laba. Sedangkan untuk variabel persentasi laba, struktur modal dan ukuran perusahaan menunjukkan basil yang signifikan. Hal, ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap koefisien respon laba.

5. Simpulan, Keterbatasan, Implikasi Penelitian Selanjutnya

5.1. SimpulanPenelitian ini bertujuan menguji apakah perataan laba berhubungan positif terhadap koefisien respon laba dengan menggunakan model regresi firm-specific dan penelitian ini juga menguji apakah cumulative abnormal return sekarang bisa memprediksi future ERC. Hasil dari regresi model empiris kedua menunjukkan bahwa perataan laba berhubungan positif dengan koefisien respon laba atau dengan kata lain pasar merespon laba yang dihasilkan dari praktik perataan laba. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi koefisien respon laba pada model persamaan kedua adalah prediktabilitas laba, struktur modal, dan ukuran perusahaan.

Hasil dari regresi model empiris kempat menunjukkan bahwa perataan laba berhubungan dengan future ERC. Hasil ini menunjukkan bahwa cumulative abnormal return sekarang dapat memprediksi future ERC. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi koefisien respon laba pada model empiris keempat ini adalah persistensi laba, prediktabilitas laba, risiko beta, struktur modal dan ukuran perusahaan.

Page 12: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

5.2. Keterbatasan dan Implikasi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yang pertama: penelitian ini tidak mengelompokkan perusahaan yang melakukan perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan perawn laba, sehingga tidak dapat menunjukkan beda koefisien respon laba dari perusahaan perata dan non perata. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengelompokkan perusahaan perata dan non perata. Penelitian ini juga hanya menggunakan satu perioda pengamatan, yaitu lima hari sebelum dan lima haii sesudah pengumuman laba, sehingga tidak dapat diketahui pada hari keberapakah pengumuman laba direaksi positif atau negatif oleh pasar. Untuk penelifian selanjutnya yang berkaitan dengan koefisien respon laba dan kualitas laba dapat dihubungkan dengan corporate governance seperti penelitian yang dilakukan oleh Hoitash, Krishnan dan Sankaraguruswany (2002). Penelitian berikutnya juga dapat menggunakan pengukuran perataan laba yang berbeda dengan penelitian ini, seperti yang dilakukan oleh Zhemin dan Thomas (1994) serta Zarowin (2002).

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. dan P. Zarowin, 1992. "Permanent vs. Transitory Components of Annual Earnings and Estimation Error in Earnings Response Coefficients". Journal of Accounting and Economics, 15: 249-64.

Anthony, H. Joseph dan Ramesh, K.. 1992. "Association Between Accounting Performance measures and Stock Prices". Journal of Accounting and Economics.

Assih, Prihat. 1998. "Hubungan Tindakan Perataan Laba dan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Jakarta". Tesis S2 UGM.

Badrinath, S. G. G. D. Gay, and J. R. Kale. "Patterns of Institutional Investment, Prudece, and the Managerial 'Safety-Net' Hypothesis". Journal of Risk and Insurance. 56 (December 1989),605-629.

Ball, R., dan P. Brown, 1968. "An Empirical Evaluation on Accounting Income Number". Journal ofAccounting Research: 159-178.

Beattie, V., S. Brown, D. Ewers, B. John, S. Manson, D.Thomas, dan M. Turner. 1994. "Extraordinary Items and Income Smoothing: A Positive Accounting Approach". Journal of Bussiness Finance & Accounting. 21 (September): 791-88 1.

Beaver, W.H., 1968. "The Information Content of Annual Earnings Announcements". Supplement of Journal ofAccounting Research: 53-8 1.

Beaver, W.H., R.Clarke, dan W.F. Wright, 1979. "The Association Between Unsystematic Security Return and the Magnitude and Earnings Forecast Error". Journal ofAccounting Research, 17 (Autum): 316-40.

Beaver, W.H., dan S. Ryan. 1987. "The Information Content of Security Prices:. A Second Look". Journal ofAccounting and Economics: 133-158.

Beidleman, C_ 1973. "Income Smoothing: The Role Of Management". The Accounting Review, (October): 653~668.

Bitner, N., Larry, dan Dollan, Robert. 1998. "Does Smoothing Earnings Add ValueT'.

Management Accounting, October.

Barnea, Amir, Ronen Joshua, dan Sadan Simcha. 1976. "Clasificatory Smoothing of Income with Extraordinary Items". The Accounting Review, (January): 110- 122.

Page 13: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

Chaney, P.K., dan D.C. Jeter. 1991. "The Effect of Size on the Magnitude of LongWindow Earnings Response Coefficients". Contemporary Accounting Research, 8 (2): 540-60.

Chaney, P.K dan C.M. Lewis, 1995. "Earnings Management and Firm Valuation Under Asymmetric Information". Journal of Corporate Finance: Contracting, Governance and Organization 1: 319-345.

Chandrarin, Grahita. 2002. "Laba (Rugi) Selisih Kurs Salah Satu Faktor yang Mempengartihi Koefisien Respon Laba Akuntansi: Bukti Empiris dari Pasar Modal Indonesid'. Disertasi S-3 UGM. Yogyakarta.

Cho,LY. dan K. Jung. 1991. "Earnings Response Coefficients: A Synthesis of Theory and Empirical Evidence". Journal ofAccounting Literature 10: 85-116.

Collins, D.W., dan S.P. Kothari. 1989. "An Analysis of the Intertemporal and Cross-Sectional Determinants of Earnings Responses Coefficients". The Journal of Accounting and Economics, (July): 143-8 1.

Comell, B. dan W. Landsman. 1989. "Security Price Response to Quarterly Earnings Announcements and Analysts' Forecast Revisions". The Accounting Review, 64 (4): 680-92.

Dhaliwal, D.S., K.J. Lee, dan N.L. Fargher. 1991. "The Association Between Unexpected Earnings and Abnormal Security Return in the Presence of Financial Leverage". Contemporary Accounting Research, 8 (1).

Easton. P.D., dan M.E. Zmijewski. 1989. "Cross-Sectional Variation in the Stock-Market Response to Accounting Earnings Announcement". Journal of Accounting and Economics, July: 117-41.

Eckel, Norm. 1981. "The Income Smoothing Hypothesis Revisited". ABACUS, Vol. 17, No. 1.

Freeman, R.N. dan S. Y. Tse. 1992. "A Non-Linear Model of Security Price Responses to Unexpected Earnings". Journal o Accounting Research, 1992, Vol. 30, No. 2: 185-209.

Hoitash, R., Krishnan. M. dan Sankaraguruswany. S. 2002. "Earnings Quality And Price Quality". Working Paper Collection. SSRN.

1mhoff, E. dan G. Lobo, 1992. "The Effect of Ex Ante Earnings Uncertainty on Earnings Response Coefficients". The Accounting Review 67 (April).

Kallapur, Sanjay. 1994. "Dividend Payout Ratios as Determinants of Earnings Response Coefficients : A Tost of the Free Cash Flow Theory". Joural of Accounting and Ecconomics.

Kormendi, R.C., dan R. Lipe, 1987. "Earnings Innovation, Earnings Persistence, and Stock Return". Journal of Business, 60 (3): 323-45.

Lev, B. and P. Zarowin., 1999. "The Boundaries of Financial Reporting and How to Extend Thern". Journal ofAccounting Research (Auturn. 1999): 353-85.

Lipe, R.C.. 1990. "The Relation Between Stock Return, Accounting Earnings, and Alternative Information". Accounting Review, January: 49-7 1.

Michelson, E., Stuart et al. 1999. '1ncome Smoothing And Risk-Adjusted Performance". Working Paper Collection SSRN.

Page 14: ASOSIASI ANTARA PRAKT1K PERATAM LABA DENGAN …  · Web viewBagi investor, informasi yang dilaporkan bisa bersifat "bad news" dan "good news", tergantung dari apa yang diekspetasikan

Moses, 0. Douglas. 1987. '1ncome Smoothing and Incentives : Empirical Test Using Accounting Change". The Accounting Review. Vol. LX11. No, (April): 358-377.

Parawiyati, dan Baridwan, Zaki. 1998. "Kemampuan Laba dan Arus Kas dalam Memprediksi Laba dan Arus Kas Perusahaan Go Publik di Indonesia". Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 1, No. 1 (Januari): 1 - 11.

Ronen, J. dan S. Sadan, 1981. "Smoothing Income Numbers". Objectives, Means, and Implications Reading, Mass. Addition-Wesley Publishing Company, .

Schipper, K.. 1989. "Commentary on Earnings Management".s Accounting Horizons, August.

Scott, W.R.. 2000. "Financial Accounting Theory". Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Teets, R., Walter. dan Wasley, E., Charles. 1996. "Estimating Earnings Response Coefficients: Pooled versus Firm-Specific Models". Journal of Accounting and Economics 21(1996): 279-295.

Trueman Il., dan S. Titman. 1988. "An Explanation for Accounting Income Smoothing," Journal of Accounting Income Smoothing". Journal of Accounting Research, (Suplement 1988): 127-139.

Watts, R.L., dan J.L. Zimmerman. 1986. "Positive Accounting Theory". Prentice-Hall International, NJ.

Wolk, H.l., M.G., Tearney, dan J,I_. Dodd, 2001. "Accounting theory: A Conceptual and Institutional Approach". 5 h Edition, South-Western College Publishing.

Zarowin, Paul. 2002. "Does Income Smoothing Make Stock Prices More Informatif?".

Working Paper New york University Stern school of business.

Zhemin, Wang, dan Thomas, H., Williams. 1994. "Accounting Income Smoothing and Stockholder Wealth". Journal of Applied business Research, Summer, Vol. 10 Issue3.