artikel skripsi riszki

Upload: kiky-symbiont

Post on 03-Mar-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS

    KARIES GIGI DI SMPN 4 KULISUSU KABUPATEN

    BUTON UTARA PADA TAHUN 2014

    Riszki1, Sulastrianah

    2, Zamrud

    3

    Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

    ABSTRACT

    FACTORS ASSOCIATED WITH DENTAL CARIES STATUS AT SMPN 4 KULISUSU

    OF NORTH BUTON REGENCY IN 2014

    One of the most common problems with mouth and dental health is dental caries. A person

    suffering from toothache may be prevented from doing his/her work or schooling. According

    to the data obtained from public health caries at Kulisusu in North Buton regency, there were

    304 cases of dental caries in 2011, 141 cases in 2012, and 167 cases in 2013, placing the

    dental problem at the 8th

    rank. This research aimed to determine the association between

    dietary habit, way of teeth brushing, knowledge and attitude on dental caries status at SMPN

    4 Kulisusu in North Buton regency in 2014. This research employed an analytic

    observational design and applied cross sectional study approach. The population of the study

    was 98 students. The samples were 98 respondents which were determined by using a total

    sampling method. A questionnaire was administered to collect data, which were then

    analyzed by conducting Somers test at the significance level = 0,05. The results of statistical test at the significance level = 0,05 showed a relation between dietary habit and dental caries status (p-Value = 0,001), a relation between way of teeth brushing and dental

    caries status (p-Value = 0,000), no relation between knowledge and dental caries status (p-Value

    = 0,867), and a relation between attitude and dental caries status (p-Value = 0,031). This study

    concluded that dietary habit, way of teeth brushing, and atittude are associated with dental

    caries status at SMPN 4 Kulisusu in North Buton regency, where as knowledge is not

    associated with dental caries status at SMPN 4 Kulisusu in North Buton regency. It is

    therefore suggested that school-age children care to keep their mouth and teeth healthy by

    brushing their teeth correctly and regularly, so that they can be prevented from dental caries,

    which can lead to more complicated health problems, such as cardiac disease and the deadly

    ludwigs angina. It is also suggested that the local government, through public health care centers, actively conduct health education programs and activities, in particular those

    related to mouth and dental health,at schools and public places. Future researchers are

    recommended to further study the relation between knowledge and dental caries status, and

    include other variables not investigated in this current study.

    Keyword : SMPN 4 Kulisusu of North Buton Regency, dental caries status, dietary habit,

    way of teeth brushing, knowledge, attitude.

    PENDAHULUAN

    Salah satu masalah kesehatan gigi

    dan mulut yang sering terjadi yaitu karies

    gigi (Radiah, 2012). Karies gigi atau

    masyarakat lebih mengenalnya dengan

    gigi berlubang merupakan penyakit yang

    paling banyak dijumpai di rongga mulut,

    sehingga merupakan masalah utama

    kesehatan gigi dan mulut. Penyakit ini

    terjadi karena demineralisasi jaringan

    permukaan gigi oleh asam organis yang

    berasal dari makanan yang mengandung

  • 2

    gula. Karies gigi apabila tidak dirawat dan

    bertambah parah, maka akan bisa

    menyebabkan beberapa penyakit lain,

    antara lain sinusitis dentogen, ludwigs

    angina, DM dan penyakit jantung

    (Tampubolon, 2005). Berdasarkan data

    dari WHO (2000) yang diperoleh dari

    enam wilayah WHO (AFRO, AMRO,

    EMRO, EURO, SEARO, WPRO)

    menunjukkan rata-rata karies (DMFT)

    anak usia 12 tahun berkisar 1,7 - 2,4

    (Rafael, 2012).

    Penelitian di negara-negara Eropa,

    Amerika, Asia, termasuk Indonesia,

    ternyata 80-95% dari anak-anak di bawah

    umur 18 tahun terserang karies gigi. Anak

    usia sekolah di seluruh dunia diperkirakan

    90% pernah menderita karies (Robert, et

    al., 2007).

    Di Indonesia berdasarkan Riset

    Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

    kelompok umur 10-24 tahun lebih banyak

    menderita karies yakni 66,8-69,5%.

    Keadaan ini menunjukkan karies gigi

    banyak terjadi pada golongan usia

    produktif. Hal yang demikian dapat dilihat

    dari prevalensi rata-rata penduduk

    Indonesia bermasalah gigi dan mulut

    sebesar 23,4%. Prevalensi rata-rata karies

    yang diukur dengan indeks DMF-T

    sebesar 4,85 yang berarti rata-rata

    penduduk Indonesia telah mengalami

    kerusakan gigi sebanyak 5 gigi per orang.

    Data Dinas Kesehatan Provinsi

    Sulawesi Tenggara tercatat bahwa dari

    keseluruhan Kabupaten dan Kota yang ada

    di Provinsi ini, yang menderita karies gigi

    tahun 2007 sebesar 37.348 orang, tahun

    2008 sebesar 37.642 orang dan pada tahun

    2009 sebesar 38.112 orang (Ulfayani,

    2011).

    Data yang diperoleh dari Puskesmas

    Kulisusu Kabupaten Buton Utara untuk

    tiga tahun terakhir jumlah kasus karies gigi

    yaitu pada tahun 2011 sebanyak 304 kasus,

    tetapi pada tahun 2012 mengalami

    penurunan sebanyak 141 kasus karies gigi

    dan pada tahun 2013 mengalami

    peningkatan kembali sebanyak 167 kasus

    yang masuk dalam 10 besar penyakit

    terbanyak yaitu peringkat 8.

    Studi pendahuluan yang dilakukan di

    kelas VIII SMPN 4 Kulisusu Kabupaten

    Buton Utara, dari 10 siswa yang

    diwawancara didapatkan 6 diantaranya

    memiliki gigi berlubang. Hal ini

    dikarenakan siswa-siswi tersebut memiliki

    cara menggosok gigi yang kurang dan

    seringnya jajan makanan yang

    mengandung gula diantara jam makan

    seperti permen, biskuit, es manis dll.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    faktor-faktor yang berhubungan dengan

    status karies gigi di SMPN 4 Kulisusu

    Kabupaten Buton Utara pada tahun 2014.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian yang digunakan

    adalah penelitian analitik observasional

    dengan pendekatan Cross Sectional Study,

    yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

    dinamika korelasi antara faktor-faktor

    resiko dengan efek dengan cara

    pendekatan, observasi atau pengumpulan

    data sekaligus pada suatu saat tanpa ada

    tindak lanjut (Notoatmodjo, 2005).

    Penelitian ini telah dilaksanakan pada

    bulan November 2014, yang bertempat di

    SMPN 4 Kulisusu Kabupaten Buton Utara.

    Pengambilan besar sampel ditentukan

    dengan total sampling dan yang menjadi

    sampel yaitu semua siswa kelas VIII

    SMPN 4 Kulisusu Kabupaten Buton Utara

    pada Tahun 2014 yang telah memenuhi

    kriteria inklusi dan eksklusi yang

    berjumlah 98 orang. Siswa yang masih

    mempunyai gigi sulung merupakan kriteria

    eksklusi sampel.

  • 3

    Status karies gigi pada siswa kelas

    VIII SMPN 4 Kulisusu Kabupaten Buton

    Utara diukur menggunakan indeks DMF-T

    berdasarkan diagnosis dokter gigi dengan

    kriteria objektif menurut WHO, yaitu 0,0

    1,1 = sangat rendah, 1,2 2,6 = rendah,

    2,7 4,4 = sedang, 4,5 6,5 = tinggi 6,6 >

    = sangat tinggi.

    Sedangkan variabel pola makan, cara

    menggosok gigi, pengetahuan dan sikap

    diukur dengan menggunakan kuesioner.

    Kriteria objektif tiap variabel ditentukan

    berdasarkan nilai baku. Pola makan

    ditentukan menggunakan skala likert, yaitu

    dikatakan kurang bila mengkonsumsi yang

    mengandung gula 3x atau lebih dalam

    sehari dan dikatakan baik bila

    mengkonsumsi makanan yang

    mengandung gula kurang dari 3x dalam

    sehari (Pakpahan, 2002). Cara menggosok

    gigi yang baik yaitu dilakukan setiap hari

    dengan periode waktu minimal 2 kali

    sehari yaitu menggosok gigi sesudah

    makan pagi dan sebelum tidur malam

    menggunakan pasta gigi selama minimal 2

    menit dengan cara memutar sikat gigi dari

    atas ke bawah dimulai dari samping kiri

    atau kanan dan diukur menggunakan

    kuesioner, dikatakan kurang jika ada 1

    atau lebih dari jawaban yang salah dan

    baik jika semua jawaban benar (Pakpahan,

    2002). Pengetahuan merupakan hasil tahu

    dari penginderaan melalui kejadian

    tertentu (Rosdewati, 2004) dan diukur

    menggunakan kuesioner, dikatakan kurang

    jika skor jawaban yang benar 60 % dean

    baik jika skor jawaban yang benar > 60 %.

    Sikap merupakan reaksi atau respon yang

    masih tertutup dari seseorang terhadap

    stimulus atau objek dengan kata lain

    merupakan kesiapan atau kesediaan utuk

    bertindak (Rosdewati, 2004) dan diukur

    dengan kuesioner, dikatakan kurang jika

    skor jawaban yang benar 60 % dan baik

    jika skor jawaban yang benar > 60 %.

    Analisis univariat dilakukan untuk

    mendapatkan gambaran umum subjek

    penelitian dengan cara mendeskripsikan

    tiap-tiap variabel yang digunakan dalam

    penelitian ini. Sedangkan analisis bivariat

    untuk menjelaskan hubungan dua variabel

    yaitu antara variabel independen dengan

    variabel dependen yang berskala ordinal

    yang digunakan adalah uji somers.

    HASIL PENELITIAN

    Subyek yang menjadi responden pada

    penelitian ini berjumlah 98 orang dengan

    menggunakan tekhnik total sampling,

    dengan status karies gigi (DMF-T)

    menurut WHO adalah sedang dengan skor

    2,8. Distribusi variabel-variabel penelitian

    dapat dilihat pada tabel 1. Data yang

    diperoleh menunjukkan bahwa terdapat 10

    responden (10,2%) yang status karies

    giginya sangat tinggi dengan 6 responden

    perempuan dan 4 responden laki-laki, 25

    responden (25,5%) dengan status karies

    gigi tinggi dengan 14 responden

    perempuan dan 11 responden laki-laki, 37

    (37,8%) responden dengan status karies

    gigi sedang dengan 24 responden

    perempuan dan 13 responden laki-laki, 18

    (18,4%) responden dengan status karies

    gigi rendah dengan 10 responden

    perempuan dan 8 responden laki-laki dan 8

    (8,1%) responden dengan status karies gigi

    sangat rendah dengan 6 responden

    perempuan dan 2 responden laki-laki.

    Secara keseluruhan, berdasarkan indeks

    DMF-T status karies gigi anak kelas VIII

    SMPN 4 Kulisusu Kabupaten Buton Utara

    adalah sedang dengan skor 2,8.

    Proporsi responden yang memiliki

    pola makan dalam kategori kurang

    sebanyak 59 responden (60,2%) dengan 34

    responden perempuan dan 25 responden

  • 4

    laki-laki dan proporsi responden yang

    memiliki pola makan dalam kategori baik

    sebanyak 39 responden (39,8%) dengan 26

    responden perempuan dan 13 responden

    laki-laki.

    Proporsi responden yang memiliki

    cara menggosok gigi dalam kategori

    kurang sebanyak 67 responden (68,4%)

    dengan 39 responden perempuan dan 28

    responden laki-laki dan proporsi

    responden yang memiliki cara menggosok

    gigi dalam kategori baik sebanyak 31

    responden (31,6%) dengan 21 responden

    perempuan dan 10 responden laki-laki.

    Proporsi responden yang memiliki

    pengetahuan dalam kategori kurang

    sebanyak 39 responden (39,8%) dengan 22

    responden perempuan dan 17 responden

    laki-laki dan yang memiliki pengetahuan

    dalam kategori baik sebanyak 59

    responden (60,2%) dengan 38 responden

    perempuan dan 21 responden laki-laki.

    Proporsi responden yang memiliki

    sikap dalam kategori baik sebanyak 50

    responden (51,0%) dengan 29 responden

    perempuan dan 21 responden laki-laki dan

    yang memiliki sikap dalam kategori baik

    sebanyak 48 responden (49,0%) dengan 31

    responden perempuan dan 17 responden

    laki-laki.

    Hasil analisis bivariat, hubungan pola

    makan dengan status karies gigi pada 98

    sampel diolah dengan menggunakan

    analisis uji somers. Hasil analisis

    berdasarkan lampiran dapat dilihat pada

    tabel 2. Berdasarkan hasil uji statistik

    dengan menggunakan uji somers, hasil uji

    tersebut menunjukkan bahwa pola makan

    memiliki hubungan dengan status karies

    gigi. Nilai p-Value (0,001) yang lebih kecil

    dari (0,05) menunjukkan bahwa

    hubungan tersebut signifikan secara

    statistik dan ini juga berarti bahwa H0

    ditolak dan Ha diterima. Dan apabila

    dilihat pada koefisien kontingensi dalam

    lampiran, derajat keeratan hubungan kedua

    variabel tersebut lemah (r = 0,342).

    Penelitian ini sesuai dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Meishia, 2011

    menunjukkan ada hubungan yang

    bermakna antara pola makan makanan

    kariogenik dengan karies gigi pada anak

    SD Muhammadyah 08 Medan (p= 0,000)

    Hasil analisis bivariat hubungan cara

    menggosok gigi dengan status karies gigi

    pada 98 sampel diolah dengan

    menggunakan analisis uji somers. Hasil

    analisis berdasarkan lampiran dapat dilihat

    pada tabel 3. Berdasarkan hasil uji statistik

    dengan menggunakan uji somers, hasil uji

    tersebut menunjukkan cara menggosok

    gigi memiliki hubungan dengan status

    karies gigi. Nilai p-Value (0,000) yang lebih

    kecil dari (0,05) menunjukkan bahwa

    hubungan tersebut signifikan secara

    statistik dan ini juga berarti bahwa H0

    ditolak dan Ha diterima. Dan apabila

    dilihat pada koefisien kontingensi dalam

    lampiran, derajat keeratan hubungan kedua

    variabel tersebut erat (r = 0,665).

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian

    Budisuari, 2010 bahwa ada hubungan yang

    signifikan antara kebiasaan menyikat gigi

    dengan berat ringannya karies gigi.

    Hasil analisis bivariat hubungan

    pengetahuan dengan status karies gigi pada

    98 sampel diolah dengan menggunakan

    analisis uji somers. Hasil analisis

    berdasarkan lampiran dapat dilihat pada

    tabel 4. Berdasarkan hasil uji statistik

    dengan menggunakan uji somers, hasil uji

    tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan

    tidak berhubungan dengan status karies

    gigi. Nilai p-Value (0,867) yang lebih besar

    dari (0,05) menunjukkan bahwa

    hubungan tersebut tidak signifikan secara

    statistik dan ini juga berarti bahwa H0

    diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian

  • 5

    ini sejalan dengan penelitian yang

    dilakukan Indirawati dan Lannywaty

    (2007) bahwa tidak ada hubungan yang

    signifikan antara pengetahuan dengan

    status karies gigi dengan nilai p-Value

    (0,894).

    Hasil analisis bivariat hubungan sikap

    dengan status karies gigi pada 98 sampel

    diolah dengan menggunakan analisis uji

    somers. Hasil analisis berdasarkan

    lampiran dapat dilihat pada tabel 5.

    Berdasarkan hasil uji statistik dengan

    menggunakan uji somers, hasil uji

    tersebut menunjukkan sikap memiliki

    hubungan dengan status karies gigi. Nilai

    p-Value (0,031) yang lebih kecil dari

    (0,05) menunjukkan bahwa hubungan

    tersebut signifikan secara statistik dan ini

    juga berarti bahwa H0 ditolak dan Ha

    diterima. Dan apabila dilihat pada

    koefisien kontingensi dalam lampiran,

    derajat keeratan hubungan kedua variabel

    tersebut lemah (r = 0,232). Hasil penelitian

    ini juga sejalan dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Ariningrum (2006) yaitu

    terdapat hubungan antara sikap dengan

    status karies gigi dengan p-value 0,029 (

  • 6

    Tabel 2. Hubungan pola makan dengan status karies gigi di SMPN 4 Kulisusu Kabupaten

    Buton Utara pada tahun 2014.

    No. Pola

    Makan

    Status Karies Gigi

    Total PValue r

    Sangat

    tinggi

    Tinggi Sedang Rendah

    Sangat

    Rendah

    n % n % n % n % n % n %

    0,001 0,342

    1 Kurang 10 16,9 18 30,5 18 30,5 11 18,6 2 3,4 59 60,2

    2 Baik 0 0 7 17,9 19 48,7 7 17,9 6 15,4 39 39,8

    Total 10 10,2 25 25,5 37 37,8 18 18,4 8 8,2 98 100

    Tabel 3. Hubungan cara menggosok gigi dengan status karies gigi di SMPN 4 Kulisusu

    Kabupaten Buton Utara pada tahun 2014.

    No.

    Cara

    Menggosok

    Gigi

    Status Karies Gigi

    Total PValue r Sangat

    tinggi Tinggi Sedang Rendah

    Sangat

    Rendah

    n % n % n % n % n % n %

    0,000 0,665 1 Kurang 10 14,9 23 34,3 27 40,3 6 9,0 1 1,5 67 68,4

    2 Baik 0 0 2 6,5 10 32,3 12 38,7 7 22,6 31 31,6

    Total 10 10,2 25 25,5 37 37,8 18 18,4 8 8,2 98 100

    Tabel 4. Hubungan pengetahuan dengan status karies gigi di SMPN 4 Kulisusu Kabupaten

    Buton Utara pada tahun 2014.

    No. Pengetahuan

    Status Karies Gigi

    Total PValue r Sangat

    tinggi Tinggi Sedang Rendah

    Sangat

    Rendah

    n % n % n % n % n % n %

    0,867 -0,020 1 Kurang 4 10,3 11 28,2 12 30,8 8 20,5 4 10,3 39 39,8

    2 Baik 6 10,2 14 23,7 25 42,4 10 16,9 4 6,8 58 60,2

    Total 10 10,2 25 25,5 37 37,8 18 18,4 8 8,2 98 100

  • 7

    Tabel 5. Hubungan sikap dengan status karies gigi di SMPN 4 Kulisusu Kabupaten Buton

    Utara pada tahun 2014.

    No. Sikap

    Status Karies Gigi

    Total PValue r

    Sangat

    tinggi

    Tinggi Sedang Rendah

    Sangat

    Rendah

    n % n % n % n % n % n %

    0,031 0,232

    1 Kurang 8 16,0 13 26,0 19 38,0 9 18,0 1 2,0 50 51,0

    2 Baik 2 4,2 12 25,0 18 37,5 9 18,8 7 14,6 48 49,0

    Total 10 10,2 25 25,5 37 37,8 18 18,4 8 8,2 98 100

    PEMBAHASAN

    Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa ada hubungan pola makan dengan

    status karies gigi. Salah satu penyebabnya

    dikarenakan responden (siswa) sering

    mengkomsumsi makanan/jajanan yang

    manis dan lengket pada gigi seperti

    permen, biskuit, dan es manis. Gula dalam

    makanan merupakan penyebab utama gigi

    berlubang. Frekuensi makan yang manis

    lebih dari 3 kali perhari, seperti 20 menit 1

    kali makan makanan manis akan

    menyebabkan kerusakan gigi lebih cepat.

    Dimana pH mulut akan turun dalam waktu

    2,5 menit dan tetap rendah sampai satu

    jam. Bila makanan tersebut dikonsumsi

    tiga kali sehari, artinya pH mulut selama

    tiga jam akan berada di bawah 5,5. Proses

    demineralisasi selama periode waktu ini

    sudah cukup untuk mengikis email gigi

    (Touger, et al., 2003).

    Salah satu faktor penyebab karies gigi

    adalah perilaku dan oral hygine yang

    buruk dimana perilaku dan oral hygine

    yang buruk ini salah satu penyebabnya

    adalah kurangnya kesadaran diri untuk

    menggosok gigi secara teratur sesuai

    dengan tata cara yang sebenarnya yaitu

    minimal dua kali sehari pada saat setelah

    sarapan pagi dan sebelum tidur malam

    selama 2-3 menit dengan cara memutar

    sikat gigi dari atas ke bawah dimulai dari

    samping kiri atau kanan (Pakpahan, 2002).

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

    ada hubungan antara cara menggosok gigi

    dengan status karies gigi, dalam hal ini

    seseorang dengan cara menggosok yang

    baik maka status karies giginya akan

    semakin rendah dan hasil penelitian ini

    juga menunjukkan bahwa faktor yang

    paling berpengaruh terhadap status karies

    gigi adalah cara menggosok gigi dilihat

    dari derajat keeratan hubungan kedua

    variabel tersebut erat (r = 0,665). Olehnya

    itu, melalui penelitian ini sangat sangat

    diharapkan pada tiap siswa-siswi agar

    menggosok gigi dengan baik dan teratur

    sesuai tata caranya agar terhindar dari

    karies gigi.

    Pengetahuan tidak memiliki hubungan

    yang signifikan dikarenakan sudah lebih

    banyaknya responden yang memiliki

    pengetahuan yang baik terhadap karies

  • 8

    gigi. Hal ini kemungkinan terjadi karena

    responden sudah terkena karies gigi lebih

    dulu sebelum memiliki pengetahuan yang

    baik tentang karies gigi. Pengetahuan tidak

    memiliki hubungan dengan status karies

    gigi juga bisa dikarenakan informasi

    mengenai menjaga dan merawat kesehatan

    gigi dan mulut telah diperoleh melalui

    penyuluhan petugas Puskesmas yang 3

    bulan sebelum penelitian ini telah

    melakukan penyuluhan tentang gigi dan

    mulut, penjelasan bapak/ibu guru, televisi

    dan lain sebagainya. Namun sebagian

    besar responden tidak mengaplikasikan

    pengetahuannya tersebut dalam kehidupan

    sehari-hari sehingga masih banyak

    responden yang memiliki gigi yang karies,

    hal ini dapat dilihat dari analisis univariat

    yang telah dilakukan berdasarkan indeks

    DMF-T yaitu sebesar 2,8. Artinya rata-rata

    tiap siswa memiliki 3 gigi yang karies.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

    tidak ada hubungan antara pengetahuan

    dengan status karies gigi seseorang dan

    juga menunjukan bahwa pengetahuan yang

    baik saja tidak cukup untuk membuat

    status karies gigi seseorang ikut rendah,

    artinya status kariesnya bisa saja tinggi

    apabila pengetahuan tersebut tidak

    diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

    Olehnya itu, melalui penelitian ini sangat

    sangat diharapkan pada siswa-siswi agar

    pengetahuan yang telah didapat mengenai

    pentingnya menjaga kesehatan gigi dan

    mulut dapat diaplikasikan dalam

    kehidupan sehari-hari agar terhindar dari

    karies gigi.

    Ada hubungan antara sikap dengan

    status karies gigi, dalam hal ini seseorang

    yang memiliki sikap yang baik terhadap

    kesehatan gigi dan mulut akan

    mempengaruhi status karies giginya.

    Status karies gigi seseorang akan semakin

    rendah dengan adanya sikap yang baik

    terhadap kesehatan gigi dan mulut.

    Olehnya itu, melalui penelitian ini sangat

    diharapkan pada siswa-siswi agar terus

    memperbaiki dan meningkatkan sikap

    tentang menjaga dan merawat kesehatan

    gigi dan mulut agar terhindar dari karies

    gigi.

    Karies gigi yang tidak dirawat akan

    menimbulkan komplikasi yang berat

    seperti penyakit jantung Endokarditis

    Infektif, yaitu penyakit yang disebabkan

    infeksi mikroba pada endokardium

    (selaput jantung) dan katup jantung.

    Penyakit ini ditandai dengan terbentuknya

    vegetasi (timbunan bakteri dan bekuan

    darah) yang dapat terjadi pada

    endokardium dan katup jantung yaitu

    katup jantung yang abnormal, katup

    jantung yang telah mengalami

    kelainan/rusak dan katup jantung buatan.

    Sedangkan pada katup jantung yang

    normal, sel darah putih akan

    menghancurkan bakteri-bakteri tersebut,

    namun pada kondisi dimana daya tahan

    tubuh sedang lemah, katup normalpun bisa

    saja terinfeksi (Ferrieri, et al., 2002).

    SIMPULAN

    Berdasarkan hasil analisis data dan

    pembahasan pada masing-masing variabel

    penelitian dapat disimpulkan :

    1. Ada hubungan antara pola makan

    dengan status karies gigi di SMPN 4

    Kulisusu Kabupaten Buton Utara pada

    tahun 2014.

    2. Ada hubungan antara cara menggosok

    gigi dengan status karies gigi di SMPN

    4 Kulisusu Kabupaten Buton Utara

    pada tahun 2014.

    3. Tidak ada hubungan antara

    pengetahuan dengan status karies gigi

    di SMPN 4 Kulisusu Kabupaten Buton

    Utara pada tahun 2014.

  • 9

    4. Ada hubungan antara sikap dengan

    status karies gigi di SMPN 4 Kulisusu

    Kabupaten Buton Utara pada tahun

    2014.

    SARAN

    Saran yang dapat disampaikan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Melalui penelitian ini diharapkan

    kepada siswa-siswi agar dapat

    meningkatkan perilaku tentang

    menjaga kesehatan gigi dan mulut

    dengan cara mengggosok gigi yang

    baik dan teratur yaitu minimal 2 kali

    sehari pada saat setelah sarapan pagi

    dan sebelum tidur malam selama 2-3

    menit, mengurangi makanan manis dan

    lengket agar terhindar dari penyakit

    karies gigi yang dapat menganggu

    aktivitas termasuk kegiatan belajar

    sehari-hari, bahkan karies gigi dengan

    komplikasi yang berat seperti penyakit

    jantung dan ludwigs angina dapat

    menyebabkan kematian.

    2. Diharapkan kepada pemerintah

    setempat melalui Puskesmas agar aktif

    melakukan penyuluhan dan kegiatan

    kesehatan khususnya tentang gigi dan

    mulut di sekolah-sekolah maupun di

    masyarakat.

    3. Kepada peneliti lain agar meneliti lebih

    lanjut hubungan antara pengetahuan

    dengan status karies gigi dan juga

    meneliti variabel-variabel yang tidak

    sempat diteliti pada penelitian ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ariningrum, Ratih dan Indriasih Endang.

    2006. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Tentang Karies

    Gigi Terhadap Indeks DMF-T Pada

    Slswa SD Kelas VI di Daerah Kumuh

    dan Tldak Kumuh Kecamatan

    Penjaringan Jakarta Utara. Buletin

    Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 9

    No. 4 : 19B-202.

    Budisuari, Made Asri. 2010. Hubungan

    Pola Makan dan Kebiasaan

    Menyikat Gigi dan Mulut (Karies) di

    Indonesia. Skripsi. Jakarta.

    Lix, Kolltveit, Tronstad L., Olsen L. 2000.

    Systemic disease caused by oral

    infection. Clinical Microbiology

    Reviews. Oct, 547-558.

    Meishia. 2011. Hubungan Tingkat

    Konsumsi Makanan Kariogenik

    dengan Karies Gigi Pada Anak

    Sekolah Dasar Swasta

    Muhammadiyah 08 Medan. Diakses

    20 November 2014.

    Notoatmojo, Sukidjo. 2005. Metodologi

    Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

    Jakarta.

    Radiah, Mintjelungan Christy, Ni wayan

    Mariati. 2012. Gambaran Status

    Karies dan Pola Pemeliharaan

    Kesehatan Gigi dan Mulut pada

    Mahasiswa Asal Ternate Di Manado

    Jurnal e-GiGi (eG), Volume 1,

    Nomor 1, Maret 2013, hlm. 45-51.

    Rafael da Silveira Moreira. 2012.

    Epidemiology of Dental Caries in the

    World. Oral Health Care - Pediatric,

    Research, Epidemiology and Clinical

    Practices. Brasil.

    Rosdewati, Lilik. 2004. Hubungan

    Perilaku Pemeliharaan Kesehatan

    gigi dan Mulut dengan Status

    Kesehatan Gigi dan Mulut Murid

    SMU di Kabupaten Langkat tahun

    2004. Tesis. Medan.

  • 10

    Selwitz H Roberts, Ismail Amid, Nigel P

    Bits. 2007. Dental Caries.

    www.thelancet.com Vol 369 January

    6, 2007.

    Tampubolon, N.S, 2005. Dampak Karies

    Gigi dan Penyakit Periodontal

    terhadap Kualitas Hidup. USU.

    Medan.

    Tjahja Indirawati dan Ghani Lannywati.

    2007. Status Karies Gigi ditintau

    dari Faktor Individu Pengunjung

    Puskesmas DKI Jakarta. Bul.

    Peneliti. Kesehat. Vol.38. No.2: 52-

    66.

    Ulfayani, Gusti Kadek. 2011. Faktor-

    Faktor yang Berhubungan dengan

    Kejadian Karies Gigi pada Usia

    Anak Sekolah di Wilayah Kerja

    Puskesmas Mata Kota Kendari

    Tahun 2011. Skripsi. Kendari