arti penting organizational learning dan berbagai ... · pdf filedi dalamnya memuat...

Download Arti Penting Organizational Learning Dan Berbagai ... · PDF fileDi dalamnya memuat hambatan-hambatan dalam organizational learning, gejala (symptoms) dan penyebabnya. Berikutnya,

If you can't read please download the document

Upload: hatruc

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Arti Penting Organizational Learning Dan Berbagai Hambatannya: Sebuah Wawasan Fundamental Untuk Meningkatkan Kinerja

    Organisasi Perangkat Daerah1

    Oleh. Haris Faozan

    ABSTRACT Organizational learning is tacit and explicit knowledge acquiring process which was taken from inside or outside the organization and being optimized comprehensibly in individual, group and organization level in order to develop organizational actions

    and behaviors. Organizational learning, nowadays, becomes keys for success in organization strategy, optimizing total quality management and organizational

    design effectiveness. Moreover, it drives an organization to reach its competitive advantages. Even tough, it is not a brand new concept, but it meets some barriers in practice. The barriers can be grouped into three categories: insufficient capacity to

    reflect and interpret problems, insufficient capacity to transfer and disseminate learning and insufficient capacity to act. An organization should pay attention on

    five general elements to get learning-efficient organization into reality: Open boundaries, Motivation of risk taking, Experiment structured for learning,

    Environments that extract and disseminate learning, and Encouragement of the capacity to act.

    Key words: organizational learning, knowledge, action, reflection, dissemination,

    capacity

    Latar Belakang Dalam sebuah tulisannya yang berjudul Key Leverage Points for Improving Competitive Performance, Nadler (1992) meyakini bahwa terdapat 4 (empat) critical success factors bagi organisasi untuk mampu berkompetisi secara efektif, yaitu strategy, quality, organizational design, dan organizational learning. Berkaitan dengan keempat faktor keberhasilan kritis tersebut, kemudian Nadler (1992: 261) menyatakan bahwa:

    Even those companies with great strategies, total quality management, and innovative organizational architectures do not always get it right the first time. They make mistakes. The best competitors have the unique capacity to reflect on and understand those mistakes quickly and turn insight into action; they are learning-efficient organization. They learn from customers, competitors, and suppliers. They learn from success and they learn from failure.

    1 Terbit dalam Buku Accelerating Performance: Konsep dan Aplikasi. Suryanto, Agustinus Sulistyo, dan kawan-kawan (Ikatan Peneliti LAN-IPLAN). Diterbitkan oleh Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah, Lembaga Administrasi Negara. Jakarta, 2009.

  • 2

    Dengan menyimak hal tersebut, tentunya dapat dipahami bahwa pembelajaran organisasi (organizational learning) adalah ujung tombak bagi kesuksesan strategi organisasi, optimasi total quality management, dan efektivitas desain organisasi yang dirancang. Oleh karena itu tidak berlebihan apabila organizational learning merupakan critical success factor menentukan, yang pada gilirannya akan mampu mengantarkan organisasi pada kepemilikan keunggulan daya saing (competitive advantages). Namun sayangnya, meskipun organizational learning bukanlah suatu konsep yang baru di kalangan pemerintah daerah, tetapi pada kenyataannya cukup sulit untuk menemukan praktek-praktek organizational learning yang efektif di jajaran pemerintah daerah. Kondisi demikian tentu saja menarik untuk dibahas lebih lanjut dengan maksud agar organizational learning benar-benar mampu diwujudkan dan ditumbuhkan di tubuh pemerintah daerah di penjuru tanah air. Hal ini tidaklah berlebihan karena perubahan lingkungan di berbagai aspek dewasa ini jelas membutuhkan antisipasi memadai dari kalangan birokrasi pemerintah daerah di negeri ini. Agar pemerintah daerah mampu melakukan antisipasi signifikan, maka mutlak bahwa behavior pemerintah daerah harus mengarah dan sejalan dengan tuntutan lingkungan yang berkembang. Hal ini menyadarkan kita bahwa konsepsi, formula, dan kebijakan lama sudah barang tentu tidak lagi memadai untuk diaplikasikan di masa kini (lihat Faozan, 2004, Mengoptimalkan Key Enablers of Innovation sebagai Key Leverages Reformasi Birokrasi: Sebuah Tinjauan dari Perspektif Organization Development). Paper ini bertujuan mendeskripsikan pentingnya organizational learning sebagai means untuk meningktkan kinerja organisasi. Dalam konteks organisasi perangkat daerah, arti penting dan berbagai hambatan organizational learning dalam paper ini patut dan layak menjadi bahan wawasan bagi birokrasi pemerintah daerah untuk memacu kinerjanya di tengah perubahan lingkungan yang terus berkembang. Pertama, akan diawali dengan pembahasan mengenai organizational learning. Bagian ini mencakup pengertian dan model organizational learning. Kedua, akan membahas mengenai permasalahan dalam mewujudkan organizational learning. Di dalamnya memuat hambatan-hambatan dalam organizational learning, gejala (symptoms) dan penyebabnya. Berikutnya, akan membahas elemen-elemen penting yang perlu diperhatikan dalam menciptakan organisasi yang mampu belajar secara efisien. Pengertian dan Model Organizational Learning Definisi organizational learning pertama kali muncul dari Chris Argyris, dimana pembelajaran organisasi hanya difokuskan sebagai proses: organizational learning is a process of detecting and correcting error (pembelajaran organisasi adalah sebuah proses mendeteksi dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan) (Argyris, 1977:116). Pada tahun 1978, Argyris dan Schn (1978:29) memperluas definisi organizational learning dengan menambahkan individual learning dan organizational knowledge:

    organizational learning occurs when members of the organization acts as learning agents for the organization, responding to changes in the internal and external environments of the organization by detecting and correcting errors in

  • 3

    theory-in-use and embedding the result of their inquiry in private images and shared maps of the organization (pembelajaran organisasi terjadi ketika anggota-angota organisasi bertindak sebagai agen pembelajaran bagi organisasi, merespon untuk mengubah lingkungan internal dan eksternal organisasi dengan mendeteksi dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan teori yang digunakan dan menyimpan hasil penyelidikan mereka di dalam citra pribadi dan kepentingan/peta bersama sebuah organisasi).

    Menurut Nevis et al. (1995), organizational learning as the capacity or processes within an organization to maintain or improve performance based on experience (pembelajaran organisasi merupakan kapasitas atau proses di dalam organisasi untuk memelihara atau meningkatkan kinerja berbasis pada pengalaman). Wood (1998:11) mengatakan : learning is the process by which people acquire the competencies and beliefs that affect their behaviour in organization (pembelajaran adalah proses yang mana orang-orang memerlukan kompetensi dan keyakinan yang mempengaruhi perilaku mereka di dalam organisasi). Penulis lain yang mendefinisikan pembelajaran organisasi sebagai proses adalah Duncan dan Weiss (1979:84): organizational learning is the process within the organization by which knowledge about action-outcome relationship and the effect of the environment on these relationships is developed (pembelajaran organisasi merupakan proses di dalam organisasi dalam mana pengetahuan mengenai hubungan tindakan-hasil dan pengaruh lingkungan terhadap hubungan tersebut dikembangkan). Definisi organizational learning dengan menekankan pentingnya peran berbagai pihak internal dimunculkan oleh Dixon (1994:5), sebagai berikut: organizational learning is the intentional use of learning processes at the individual, group and system level to continuously transform the organization in a direction that is increasingly satisfying to its stakeholders (pembelajaran organisasi adalah kesengajaan menggunakan proses-proses pembelajaran pada tingkat individu, kelompok, dan sistem untuk mentransformasi organisasi secara berkelanjutan yang mengarah pada meningkatnya kepuasan stakeholdernya). Penulis yang menekankan organizational learning dari basis pengetahuan diantaranya adalah Antal (2002) yang menekankan pentingnya pengetahuan dalam pembelajaran organisasi. Berikut ini definisi pembelajaran organisasi menurt Antal (2002:1):

    Organizational learning is essentially a creative and interactive process. It is sometimes achieved by acquiring and applying existing knowledge and sometimes by generating new knowledge. In both situations, creativity is required because the transfer of knowledge from one context to another is never simple copying process (pembelajaran organisasi pada esensinya adalah proses kreatif dan interaktif. Hal ini kadang dicapai dengan mendapatkan dan menerapkan pengetahauan yang ada dan kadang dengan membangkitkan pengetahuan baru. Pada kedua situasi tersebut, kreativitas dibutuhkan karena perpindahan pengetahuan dari satu hubungan ke hubungan yang lain tidak pernah merupakan suatu proses imitasi yang sederhana).

  • 4

    Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik benang merah mengenai organizational learning. Pembelajaran organisasi adalah suatu proses pemilikan dan aplikasi pengetahuan (tacit dan explicit) baik yang diperoleh dari dalam maupun dari luar organisasi yang dioptimalkan secara terpadu pada tingkat individu, kelompok, dan organisasi untuk mengembangkan tindakan atau perilaku organisasi (Faozan, 2004)2. Pada umumnya di dalam literatur organizational learning terdapat beragam tipe pembelajaran organisasi. Sebagai contoh, Argyris dan Schn (1978) membaginya ke dalam 3 tingkatan, yaitu single-loop learning, double-loop larning, dan deutero-learning. Argyris dan Schn (1978:308) mengatakan bahwa pembelajaran organisasi pada umumnya terbatas pada single-loop learning dan tidak berusaha ke tahap double-loop learning. Selanjunya mereka menyarankan bahwa keutamaan deutero learning adalah digunakan untuk merefleksikan mengenai single-loop learning, bukan double-loo