analisis pengelolaan sampah medis padat …

7
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Nazila et al., Analisis Pengelolaan Sampah 317 available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT PUSKESMAS DI KOTA MALANG SEBAGAI SUMBER BALAJAR BIOLOGI The Analysis of Solid Waste Management of Public Health Center in Malang City as a Learning Resource of Biology Novalia Eka Nur Nazila 1 , Elly Purwanti 2 , Wahyu Prihanta 3 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhamadiyah Malang, 2,3 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhamadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas no. 246, Malang, 085334943903 [email protected] ABSTRAK Pesatnya pertumbuhan industri pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan kontribusi signifikan dalam menghasilkan sampah/limbah. Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang berfungsi sebagai penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan, yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sebagai sarana pelayanan umum, Puskesmas memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan. Penghasil sampah/limbah di Puskesmas terdiri atas pasien, pengunjung, dan petugas yang memberikan kontribusi kuat terhadap pengotoran di lingkungan Puskesmas. Dalam kegiatannya, Puskesmas menghasilkan sampah/limbah medis maupun sampah non medis baik dalam bentuk padat maupun cair. Sampah/limbah medis dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan sampah medis padat pada Puskesmas mulai dari pengumpulan hingga pemusnahan/pembuangan dengan Kepmenkes RI Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006, dan memberikan inovasi sumber belajar biologi. Metode pengambilan sample menggunakan purposive sampling di Puskesmas Kendalsari, Puskesmas Arjuno, Puskesmas Mojolangu, Puskesmas Kendalkerep, Puskesmas Dinoyo, Puskesmas Pandanwangi, Puskesmas Kedungkandang, dan Puskesmas Ciptomulyo. Sampel dianalisis menggunakan metode triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas yang diteliti telah menerapkan pengelolaan sampah medis padat sesuai dengan Kepmenkes RI yang berlaku. Hambatan dalam pengelolaan sampah medis padat di Puskesmas terjadi karena sering terlambatnya PT.PRIA dalam pengambilan sampah yang menyebabkan menumpuknya sampah medis padat di TPS (tempat penampungan sementara) hingga berbulan-bulan. Kata Kunci: Puskesmas, sampah, limbah medis, sampah medis padat ABSTRACT The rapid growth of the healthcare industry in Indonesia contributed significantly in generating waste. Public Health Care is a health facility that serves as a driver of health oriented development, which provides direct services to the public. As a public service facilities, health centers maintain and improve a healthy environment in accordance with the standards and requirements. Of the waste in the health center consists of patients, visitors and personnel contributed strongly to fouling in the health center. In its activities, health centers generate waste both medical and non medical garbage in the form of solid or liquid. Medical waste is considered as a chain of spread of infectious diseases. This study aims to analyze the management of solid medical waste in health centers from the collection to destruction / disposal Kepmenkes No. 1428 / Menkes / SK / XII / 2006, and provide a source of innovation study biology. Using purposive sampling method samling in Kendalsari PHC, Arjuno PHC, Mojolangu PHC, Kendalkerep PHC, Dinoyo PHC, Pandanwangi PHC, Kedungkandang PHC, and Ciptomulyo PHC. The samples were analyzed using the method of triangulation data. The results showed that PHC surveyed have implemented a solid medical waste in accordance with applicable Kepmenkes RI. Constraints in solid medical waste management in PHC happen because of frequent delays in decision PT.PRIA waste caused buildup of solid medical waste in TPS (temporary shelters) for months. Keywords: Public health care, waste, medical waste, medical waste solid Pesatnya pertumbuhan industri pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan kontribusi signifikan dalam menghasilkan sampah/limbah. Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang berfungsi sebagai penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan, yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari dinas kesehatan kabupaten/kota yang berada di wilayah kecamatan untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Penghasil sampah/limbah di Puskesmas terdiri atas pasien, pengunjung, dan petugas yang memberikan kontribusi kuat terhadap pengotoran di lingkungan Puskesmas. Dalam kegiatannya, Puskesmas menghasilkan sampah/limbah medis maupun sampah non medis baik dalam bentuk padat maupun cair. Sampah/limbah medis adalah sampah yang berasal dari kegiatan pelayanan medis. Sampah/limbah medis dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular. Sampah/limbah bisa menjadi tempat tertimbunnya organisme penyakit dan menjadi sarang serangga juga tikus. Disamping itu, di dalam limbah juga mengandung berbagai bahan kimia beracun dan benda-benda tajam yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan cidera. Tahun 2011 Indonesia memiliki 9321 unit Puskesmas, 3025 unit puskesmas rawat inap, 6296 unit

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Nazila et al., Analisis Pengelolaan Sampah 317

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT PUSKESMAS DI KOTA

MALANG SEBAGAI SUMBER BALAJAR BIOLOGI The Analysis of Solid Waste Management of Public Health Center in Malang City as a Learning Resource

of Biology

Novalia Eka Nur Nazila1, Elly Purwanti

2, Wahyu Prihanta

3

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhamadiyah Malang,

2,3Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhamadiyah Malang

Jl. Raya Tlogomas no. 246, Malang, 085334943903

[email protected]

ABSTRAK Pesatnya pertumbuhan industri pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan kontribusi signifikan dalam menghasilkan

sampah/limbah. Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang berfungsi sebagai penggerak pembangunan yang berwawasan

kesehatan, yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sebagai sarana pelayanan umum, Puskesmas

memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan. Penghasil sampah/limbah di Puskesmas terdiri atas pasien, pengunjung, dan petugas yang memberikan kontribusi kuat terhadap pengotoran di lingkungan

Puskesmas. Dalam kegiatannya, Puskesmas menghasilkan sampah/limbah medis maupun sampah non medis baik dalam

bentuk padat maupun cair. Sampah/limbah medis dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengelolaan sampah medis padat pada Puskesmas mulai dari pengumpulan hingga pemusnahan/pembuangan dengan Kepmenkes RI Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006, dan memberikan inovasi sumber

belajar biologi. Metode pengambilan sample menggunakan purposive sampling di Puskesmas Kendalsari, Puskesmas Arjuno,

Puskesmas Mojolangu, Puskesmas Kendalkerep, Puskesmas Dinoyo, Puskesmas Pandanwangi, Puskesmas Kedungkandang,

dan Puskesmas Ciptomulyo. Sampel dianalisis menggunakan metode triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas yang diteliti telah menerapkan pengelolaan sampah medis padat sesuai dengan Kepmenkes RI yang berlaku.

Hambatan dalam pengelolaan sampah medis padat di Puskesmas terjadi karena sering terlambatnya PT.PRIA dalam

pengambilan sampah yang menyebabkan menumpuknya sampah medis padat di TPS (tempat penampungan sementara)

hingga berbulan-bulan.

Kata Kunci: Puskesmas, sampah, limbah medis, sampah medis padat

ABSTRACT The rapid growth of the healthcare industry in Indonesia contributed significantly in generating waste. Public Health Care is

a health facility that serves as a driver of health oriented development, which provides direct services to the public. As a public service facilities, health centers maintain and improve a healthy environment in accordance with the standards and

requirements. Of the waste in the health center consists of patients, visitors and personnel contributed strongly to fouling in

the health center. In its activities, health centers generate waste both medical and non medical garbage in the form of solid

or liquid. Medical waste is considered as a chain of spread of infectious diseases. This study aims to analyze the management of solid medical waste in health centers from the collection to destruction / disposal Kepmenkes No. 1428 / Menkes / SK / XII

/ 2006, and provide a source of innovation study biology. Using purposive sampling method samling in Kendalsari PHC,

Arjuno PHC, Mojolangu PHC, Kendalkerep PHC, Dinoyo PHC, Pandanwangi PHC, Kedungkandang PHC, and Ciptomulyo

PHC. The samples were analyzed using the method of triangulation data. The results showed that PHC surveyed have implemented a solid medical waste in accordance with applicable Kepmenkes RI. Constraints in solid medical waste

management in PHC happen because of frequent delays in decision PT.PRIA waste caused buildup of solid medical waste in

TPS (temporary shelters) for months.

Keywords: Public health care, waste, medical waste, medical waste solid

Pesatnya pertumbuhan industri pelayanan

kesehatan di Indonesia memberikan kontribusi signifikan

dalam menghasilkan sampah/limbah. Puskesmas

merupakan sarana kesehatan yang berfungsi sebagai

penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan,

yang memberikan pelayanan langsung kepada

masyarakat. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis

dari dinas kesehatan kabupaten/kota yang berada di

wilayah kecamatan untuk melaksanakan tugas-tugas

operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004).

Penghasil sampah/limbah di Puskesmas terdiri atas

pasien, pengunjung, dan petugas yang memberikan

kontribusi kuat terhadap pengotoran di lingkungan

Puskesmas. Dalam kegiatannya, Puskesmas menghasilkan

sampah/limbah medis maupun sampah non medis baik

dalam bentuk padat maupun cair. Sampah/limbah medis

adalah sampah yang berasal dari kegiatan pelayanan

medis. Sampah/limbah medis dianggap sebagai mata

rantai penyebaran penyakit menular. Sampah/limbah bisa

menjadi tempat tertimbunnya organisme penyakit dan

menjadi sarang serangga juga tikus. Disamping itu, di

dalam limbah juga mengandung berbagai bahan kimia

beracun dan benda-benda tajam yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan dan cidera.

Tahun 2011 Indonesia memiliki 9321 unit

Puskesmas, 3025 unit puskesmas rawat inap, 6296 unit

Page 2: ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Nazila et al., Analisis Pengelolaan Sampah 318

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Puskesmas non rawat inap. Ada 64,6% Puskesmas telah

melakukan pemisahan limbah medis dan non medis.

Hanya 26,8% Puskesmas yang memiliki insinerator.

Sedangkan 73,2% sisanya tidak memiliki fasilitas tersebut

yang menunjukkan pengelolaan limbah medis padat yang

masih buruk (Rahno, dkk., 2015).

Puskesmas di Kota Malang berjumlah 15 unit

termasuk Puskesmas Kendalsari, Puskesmas Arjuno,

Peskesmas Mojolangu, Puskesmas Kendalkerep,

Puskesmas Dinoyo, Puskesmas Pandanwangi, Puskesmas

Kedungkandang, dan Puskesmas Ciptomulyo. Hasil

survei awal peneliti pada bulan November 2016 pada tiga

Puskesmas di Kota Malang yakni Puskesmas Kendalsari,

Puskesmas Kendalkerep, dan Puskesmas Pandanwangi

ditemukan bahwa Puskesmas tersebut telah melakukan

pemilahan limbah medis dan non medis. Sampah medis

dipisah dengan sampah umum di tempat sampah. Peneliti

belum mengetahui proses pemusnahan/ pembuangan

akhir sampah medis. Selain itu, peneliti juga melihat

adanya gedung atau ruangan khusus yang didalamnya

terdapat banyak sampah medis padat. Padahal menurut

Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004,

pemusnahan/ pembuangan akhir limbah medis padat

harus dimusnahkan menggunkan insenerator selambat-

lambatnya 24 jam apabila disimpan dalam suhu ruangan.

Umumnya, sistem pembuangan dan pengelolaan

limbah Puskesmas sudah berjalan baik, tetapi masih harus

disempurnakan. Hal yang harus diperhatikan adalah

jangan sampai limbah medis tercecer, apalagi

dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung

jawab, bahkan sampai berdampak pada penyakit-penyakit

yang dapat membahayakan masyarakat (Djohan & Halim,

2013). Berbagai jenis limbah medis yang dihasilkan dari

kegiatan pelayanan di puskesmas dapat membahayakan

dan menimbulkan gangguan kesehatan terutama pada saat

pengumpulan, pemilahan, penampungan, penyimpanan,

pengangkutan dan pemusnahan serta pembuangan akhir.

Setiap Peskesmas/rumah sakit memiliki strategi

pengelolaan limbah yang komprehensif dengan

memperhatikan prinsip yang telah diatur (Adisasmito,

2009). Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengelolaan sampah medis padat pada

puskesmas mulai dari pengumpulan hingga pemusnahan/

pembuangan dengan Kepmenkes RI Nomor

1428/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas, dan

memberikan inovasi sumber belajar Biologi.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif. Lokasi penelitian di 8 Puskesmas yaitu

Puskesmas Kendalsari, Puskesmas Arjuno, Puskesmas

Mojolangu, Puskesmas Kendalkerep, Puskesmas Dinoyo,

Puskesmas Pandanwangi, Puskesmas Kedungkandang

dan Puskesmas Ciptomulyo. Penelitian dilakukan pada

Bulan Maret 2017.

Teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling, dimana sampel yang dipilih

merupakan pihak yang dianggap paling mengetahui dan

memahami tentang permasalahan pengelolaan limbah

medis padat di Puskesmas. Cara pengambilan data yakni

dengan wawancara mendalam, penelusuran dokumen,

observasi, dan dokumentasi kegiatan. Informan berjumlah

32 orang. Wawancara dilakukan kepada 4 informan

berbeda disetiap Pukesmas. Informan utama yang

diwawancara yaitu kepala Puskesmas, petugas sanitarian,

cleaning service serta informan pendukung yaitu petugas

kesehatan seperti dokter/ bidan/ perawat/ analis

kesehatan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pedoman wawancara dan observasi, alat tulis,

buku catatan, catatan lapangan, tape recorder, dan

kamera. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan

triangulasi dengan sumber. Teknik analisis data kualitatif

menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah informan sebanyak 32 orang dengan 4 latar

belakang jabatan yang berbeda di setiap Puskesmas.

Puskesmas yang diteliti disamarkan dengan nama

Puskesmas A, Puskesmas B, Puskesmas C, Puskesmas D,

Puskesmas E, Puskesmas, F, Puskesmas, G, dan

Puskesmas H. Berdasarkan hasil wawancara, observasi

dan telaah dokumen, didapatkan hasil:

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Terdapat 15 Puskesmas di kota Malang yang

terdiri dari 4 Puskesmas Akreditasi dan 11 Puskesmas

yang belum terakreditasi. Namun kedepannya, seluruh

Puskesmas di kota Malang harus melakukan proses

akreditasi oleh pihak Dinas Kesehatan.

Puskesmas A, Puskesmas D, dan Puskesmas G

merupakan Puskesmas rawat inap namun belum

melakukan proses akreditasi. Puskesmas E merupakan

satu-satunya Puskesmas rawat inap yang telah

terakreditasi sejak bulan September 2016. Puskesmas B,

Puskesmas C, dan Puskesmas H merupakan Puskesmas

rawat jalan atau non rawat inap yang belum terakreditasi.

Puskesmas F merupakan Puskesmas rawat jalan atau non

rawat inap yang telah terakreditasi sejak bulan November

2016.

1. Karakteristik sampah medis padat Puskesmas

Berikut ini adalah beberapa petikan wawancara

dengan beberapa Puskesmas tentang karakteristik sampah

medis padat: Petugas sanitarian Puskesmas A :

“...Jenis sampah medis ada tajam dan non tajam.

Ada hanskun, botol infus, jarum suntik, masker, kapas, kassa, pot air kencing dan dahak.”

Cleaning service Puskesmas D :

“...Kassa, tisu, jarum suntik, botol infus, cutter

kecil, botol flakon, underped” Petugas sanitarian Puskesmas E :

Page 3: ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Nazila et al., Analisis Pengelolaan Sampah 319

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

“...Jarum suntik, hanskun, botol flakon, masker,

kapas, kassa, botol infus, selang infus, obat

kadaluarsa. Sampah radioaktif tidak ada, sampah

bertekanan tinggi juga tidak ada. Namun untuk obat kadaluarsa sementara ini diolah sendiri oleh pihak

apotik, jadi bukan saya yang megang. Soalnya belum

ada dari Dinas kesehatan untuk mengelolah sampah

medis obat kadaluarsa” Petugas kesehatan Puskesmas H :

“...Sampah medis padat ada yang tajam dan non

tajam, contohnya yang tajam ada jarum, lancet, untuk

yang non tajam kapas, sisa deapers”

Hampir seluruh Puskesmas yang diteliti

menghasilkan jenis sampah yang sama. Sampah medis

padat dihasilkan dari ruang pelayanan kesehatan seperti

UGD (untuk puskesmas rawat inap), poli gigi, poli KIA,

poli KB, poli imunisasi, poli umum, dan laboratorium.

Sampah medis yang dihasilkan terdiri dari tajam dan non

tajam. Sampah medis non tajam berupa kassa dan tisu

bekas perawatan, infus set, kateter, sarung tangan,

masker, botol/ampul obat, pembalut bekas, kapas/perban

terkontaminasi darah/ cairan tubuh dan pot sisa uji

kecing/dahak. Sedangkan untuk sampah medis tajam

berupa jarum suntik, spuit, kateter, kaca slide dan lancet.

Sampah medis obat kadaluarsa memiliki SOP tersendiri

oleh pihak farmasi sehingga cara

pemusnahan/pembuangan akhirnya berbeda dengan

sampah medis lainnya. Puskesmas tidak menghasilkan

limbah medis sitotoksis, limbah container bertekanan,

limbah radioaktif dan limbah mengandung logam berat

yang tinggi.

Puskesmas di kota Malang memiliki pelayanan

kesehatan yang hampir sama sehingga jenis sampah

medis padat yang dihasilkan pun juga sama, namun

namun jumlahnya yang berbeda. Besarnya jumlah pasien

terutama yang rawat inap berhubungan dengan jumlah

timbulan limbah medis pada rumah sakit/Puskesmas

(Sudiharti & Solikhah, 2012).

Gambar 1. Karakteristik sampah medis padat Puskesmas

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

2. Pengumpulan sampah medis padat Puskesmas

Pengumpulan sampah medis di 8 Puskesmas yaitu

Puskesmas A, Puskesmas B, Puskesmas C, Puskesmas D,

Puskesmas E, Puskesmas F, Puskesmas G, dan Puskesmas

H dimulai dari setiap ruang pelayanan kesehatan. Setiap

ruang pelayanan kesehatan harus memiliki tempat

sampah. Tempat sampah yang tersedia di ruang pelayanan

harus memiliki pembeda antara sampah medis dan non

medis (infeksius dan non infeksius). Tempat sampah yang

tersedia di ruang pelayanan kesehatan harus memenuhi

standart Menteri Kesehatan seperti yang ada didalam

Kepmenkes RI No. 1428/Menkes/SK/XII/2006 yaitu

setiap ruangan harus disediakan tempat sampah yang

terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat,

kedap air dan mudah dibersihkan. Tempat sampah yang

tersedia juga sudah injak agar tangan tetap higienis.

Petugas sanitarian Puskesmas B :

“...Sudah ada tempat sampah dan harus dipisah

(infeksius dan non infeksius)”

Petugas kesehatan Puskesmas C : “...Ada mbak, jelas dipisah juga (infeksius dan

non infeksius)”

Cleaning service Puskesmas F :

“...Iya ada mbak tempat sampah, ada safety box, sudah dipisah juga (infeksius dan non infeksius)”

Cleaning service Puskesmas G :

“...Sudah, semua sudah dipastikan ada. Karena

penilaian adipura kita ikut jadi ya semua fasilitas pengolahan limbah dinilai dan sudah dipisah medis

dan non medis”

Tempat sampah yang tersedia di setiap ruangan

Puskesmas telah dilengkapi dengan kantong plastik yang

memiliki perbedaan warna antara sampah medis/infeksius

dan sampah non medis. Selain memiliki perbedaan warna

pada kantong plastik, disetiap tempat sampah telah tertulis

kode “medis dan non medis” pada tutup tempat sampah.

Kode berwarna yaitu kantong warna hitam untuk limbah

domestik atau limbah rumah tangga biasa, kantong kuning

untuk semua jenis limbah yang akan dibakar atau limbah

infeksius (Adisasmito, 2009).

Selain itu, untuk sampah benda-benda tajam

seperti jarum dan lancet harus dimasukkan pada wadah

khusus. Wadah khusus yang digunakan oleh 8 Puskesmas

yang diteliti yaitu safety box. Safety box terbuat dari

kertas tebal yang tidak mudah tembus dan kuat. Gambar 2. Contoh tempat sampah medis padat di Puskesmas

Kota Malang (Sumber: Dokumentasi pribadi)

3. Pemusnahan/pembuangan akhir Proses pemusnahan/pembuangan akhir sampah

medis/infeksius di 8 Puskesmas telah sesuai dengan

Keputusan MenKes No.1428/Menkes/SK/XII/2006

tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan Puskesmas yaitu dibakar menggunakan

insenerator. Pembakaran menggunakan insenerator yang

oleh 8 Puskesmas dilakukan oleh pihak ketiga yaitu

PT.PRIA (Putra Restu Ibu Abadi). Secara teknis,

insenerator mengunakan teknik pembakaran dengan suhu

Page 4: ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Nazila et al., Analisis Pengelolaan Sampah 320

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

diatas 1.000oC selama 2-3 jam (sesuai dengan kondisi)

(Djohan & Halim, 2013).

Petugas sanitarian Puskesmas A :

“...Kita MoU oleh PT.PRIA yang sudah memiliki dokumen resmi dalam pemusnahan/pembuangan

akhir. Oleh PT.PRIA sampah medis padat akan

dibakar menggunakan insenerator.”

Petugas sanitarian Puskesmas B : “...Pemusnahan/pembuangan akhir dengan

PT.PRIA. sebelum diambil PT.PRIA makanya kita

tampung dulu di TPS B3.”

Petugas sanitarian Puskesmas C : “...Kita bekerja sama dengan PT.PRIA. PT.PRIA

akan membakar sampah medis menggunakan

insenerator. Jadi setiap akan dimusnahkan akan

diambil menggunakan mobil khusus.” Petugas sanitarian Puskesmas D :

“...Pemusnahan/pembuangan akhir sampah medis

dilakukan oleh pihak ketiga yaitu PT. PRIA. Jadi kita

hanya pengumpulkan, menampung, baru diserahkan ke PT. PRIA”

Petugas sanitarian Puskesmas E :

“...Pemusnahan/pembuangan akhir kita MoU

dengan PT. PRIA sebagai pihak ketiga. Sebenernya kita maunya setiap bulan, tapi PT.PRIA mengambil

sampah medisnya sesempatnya mereka sepertinya,

kadang 2-3 bulan sekali. PT.PRIA mengambil kalo

sempat dan kalo box mobil sampah medisnya penuh ya ditunda dulu ngambilnya. Sebenarnya setiap 25kg

sudah diambil, tapi kita tiap bulan lebih 50kg, tapi yaa

itu baru 2-3 bulan baru diambil PT.PRIA, jadi kita

yang harus aktif untuk menghubungi PT.PRIA agar sampah medisnya segera dimusnahkan”

Petugas sanitarian Puskesmas F :

“...Pemusnahan/ pembuangan akhir yaitu dibakar

yang dilakukan oleh pihak ketiga yaitu PT.PRIA. PT.PRIA minimal menerima pembakaran 25kg. Jadi

sampah medis puskesmas diambil oleh pihak ketiga

kira-kira 2-3 bulan lebih.”

Petugas sanitarian Puskesmas G : “...Dibakar di PT.PRIA untuk seluruh puskesmas

di Jawa Timur sebagai pihak ketiga.”

Petugas sanitarian Puskesmas H :

“...Kita MoU dengan PT.PRIA yaitu dibakar. Sepertinya seluruh jawa timur ya dimusnahkan oleh

PR.PRIA itu sepertinya. PT.PRIA datang sekitar 3

bulan sekali karena PT.PRIA datangnya molor”

PT.PRIA merupakan pihak ketiga yang secara

resmi diusulkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi. PT.PRIA

menangani pembakaran seluruh pusat kesehatan di Jawa

Timur karena merupakan satu-satunya yang memiliki ijin

resmi dan memiliki kelengkapan syarat dari Badan

Lingkungan Hidup. Puskesmas di seluruh Kota Malang

belum memiliki insenerator pribadi. Hal ini dikarenakan.

Beberapa hal yang menyebabkan Puskesmas tidak

memiliki insenerator yaitu tingginya biaya investasi dan

operasional, persyaratan operasional dengan memenuhi

persyaratan administratif dan teknis salah satunya uji

emisi gas buagan hasil pembakaran yang dikeluarkan oleh

Kementrian Negara Lingkungan Hidup, dan perawatan

bagian-bagian insenerator (Djohan & Halim, 2013).

4. Dukungan Managemen

Puskesmas yang diteliti dibedakan menjadi 2

strata, yaitu Puskesmas yang terakreditasi dan Puskesmas

yang belum terakreditasi. Akreditasi di Puskesmas

bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan Puskesmas.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sudah ada peraturan

atau kebijakan yang mendasari pengelolaan limbah medis

di Puskesmas yang diteliti. Peraturan/kebijakan berupa

standart operasional prosedur (SOP).

Petugas sanitarian Puskesmas F :

“...SOP ada, SOP pengelolaan limbah medis. Kita ada monitoring juga, seperti sidak, apabila penerapan

pembuangan sampah medis tidak sesuai SOP maka

petugas yang berjaga pada ruangan tersebut ditegur. Setiap hari sampah medis diambil, ditimbang dan

diletakkan di TPS. SOP yang menyusun pihak

puskesmas sendiri”

Kepala Puskesmas H : “...Ada SOP, dan penerapan baik. Dari poli

pelayanan ketika sudah penuh dimasukkan ke TPS

kemudian kalau sudah beberapa kilo akan diambil

oleh pihak ketiga”

Kepala Puskesmas E :

“...Sudah ada SOP yang disusun oleh tim

Puskesmas dan sudah berjalan baik, seperti sampah

medis dari layanan harus diambil setiap hari dari ruangan kemudian diletakkan ke TPS yang aman,

artinya jauh dari jangkauan masyarakat, kedap air,

dll.”

Penerapan SOP telah dilakukan diseluruh

Puskesmas dan telah berjalan dengan baik dan sesuai.

Namun untuk Puskesmas yang belum terakreditasi, SOP

masih dalam perbaikan, jadi belum disetujui oleh kepala

Puskesmas. Berbeda dengan Puskesmas E dan F yang

telah terakreditasi SOP telah disetujui oleh kepala

Puskesmas. SOP antara Puskesmas yang telah

terakreditasi dan belum terakreditasi sebenarnya tidak

berbeda jauh secara teknis, hanya template SOP yang

berbeda.

Berdasarkan hasil penelitian, pengelolaan

anggaran sampah medis padat Puskesmas dilakukan oleh

pihak keuangan.

Petugas sanitarian Puskesmas G :

“...Ada anggaran khusus untuk sampah medis dan

anggarannya cukup besar. Karena kita bekerja sama dengan PT.PRIA yang cukup mahal. Jadi sember dana

ada 2 yaitu dana operasional dan JKN, kalau

kebetulan puskesmas ini menggunakan dana JKN”

Kepala Puskesmas C : “...Anggaran khusus ada dari Pemerintah Kota

Malang yaitu Dana Operasional Puskesmas.”

Sumber dana pengelolaan sampah medis berasal

dari JKN atau BOP. Anggaran tersebut digunakan untuk

pemusnahan/pembuangan akhir, penggadaan plastik,

tempat sampah, dll. Dana dianggarkan setiap tahun, dan

setiap tahunnya akan dinaikan 10% dari total anggaran

tahun sebelumnya.

Page 5: ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Nazila et al., Analisis Pengelolaan Sampah 321

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Perlatan/fasilitas khusus yang digunakan dalam

pengelolaan sampah medis padat di Puskesmas yang

diteliti yaitu sama, seperti Tempat Penampungan

Sementara (TPS), tempat sampah medis khusus berplastik

kuning dan safety box.

TPS sampah medis padat Puskesmas yang telah

terakreditasi dan yang belum terakreditasi memiliki

perbedaan. Puskesmas yang telah terakreditasi telah

memiliki TPS yang tertutup (memiliki bangunan) dan

terkunci sehingga hanya petugas saja yang masuk.

Berbeda dengan Puskesmas yang belum terakreditasi,

TPS masih belum safety karena hanya terbuat dari tempat

sampah stainlesssteel yang diletakkan terbuka. TPS di

semua Puskesmas belum memiliki ijin dari Badan

Lingkungan Hidup. Pihak Puskesmas telah mengajukan

surat perijianan TPS B3 namun karena banyak syarat

yang harus dipenuhi, hingga sampai saat ini seluruh

Puskesmas belum memiliki ijin TPS sampah B3.

Bangunan penyimpanan sampah B3 harus dibuat dengan

lantai kedap air, tidak bergelombang dan memiliki

dinding dan ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya

air hujan dan dibuat tanpa plafon (Zulkifli, 2014).

Gambar 3. TPS sampah medis padat (1. TPS Puskesmas belum

terakreditasi, 2. TPS Puskesmas terakreditasi) (Sumber:

Dokumentasi pribadi)

Sistem pelaporan yang dilakukan oleh Puskesmas

ke Dinas Kesehatan Kota dilakukan beberapa tahap, ada

yang perbulan, pertiga bulan, perenam bulan dan

pertahun.

Petugas sanitarian Puskesmas A :

“...Iya ada dalam bentuk neraca sampah setiap

bulan. Berisi berapa kilo sampah medis yang

dihasilkan dalam setiap bulan” Petugas sanitarian Puskesmas B :

“...Pelaporan setiap tahun. Tanggal, jumlah

sampah medis dan aggaran yang dikeluarkan. Tapi setiap hari pasti petugas juga menimbang sampah

medis”

Kepala Puskesmas D :

“...Ada mbak, pelaporannya yaa ketika memusnahkan limbah itu. Pelaporan satu tahun sekali

untuk melaporkan pembakaran”

Rata-rata laporan pengelolaan sampah medis padat

di 8 Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota dilakukan setiap

tahun. Setiap harinya petugas kebersihan juga melakukan

pencatatan hasil sampah medis padat tiap ruangan.

Laporan bertujuan untuk mengetahui hasil sampah medis

padat di setiap Puskesmas dan sebagai evaluasi untuk

pengelolaan agar lebih baik kedepannya.

5. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil penelitian SDM pengelolah

sampah medis padat Puskesmas rata-rata berjumlah

berjumlah 3-6 orang termasuk petugas sanitarian. Petugas

sanitarian di Puskesmas memiliki riwayat pendidikan

D3/S1 Kesehatan Lingkungan, jadi sampah/limbah yang

ada di Puskesmas telah di tangani oleh petugas ahli.

Cleaning service memiliki riwayat pendidikan dari SD

hingga SMA, hal tersebut mempengaruhi pengetahuan

dan pemahaman tentang sistem pengelolaan sampah

medis.

Faktor pengetahuan tentang sampah sangat penting

untuk ditanamkan pada setiap petugas yang akan

melakukan pembuangan sampah medis. Salah satu upaya

untuk meningkatkan pengetahuan dengan memberikan

pelatihan atau penyuluhan sebagai sarana pemberian

pendidikan khususnya perawat untuk berperilaku

membuang sampah medis sesuai dengan tempatnya.

Sehingga dapat mengurangi dampak terjadinya

kecelakaan kerja maupun infeksi nosokomial (Sudiharti &

Solikhah, 2011).

Alat perlindungan diri yang yang digunakan oleh

cleaning service yaitu masker dan sarung tangan.

Puskesmas yang telah terakreditasi seperti Puskesmas F

lebih baik dalam penggunaan alat perlindungan diri

karena ditambah dengan seragam khusus/skot dan sepatu

boots. Semua pekerja yang bertugas mengumpulkan atau

menangani limbah layanan kesehatan harus menggukan

helm, masker wajah, pelindung mata, overall, celemek,

sepatu boots, dan sarung tangan (Sabarguna dan Rubaya,

2011).

Petugas sanitarian Puskesmas A :

“...Selama ini masih masker dan sarung tangan,

untuk kedepannya akan ditingkatkan dengan penggunaan seragam khusus dan sepatu boots.”

Petugas sanitarian Puskesmas B :

“...Ada masker, sarung tangan, ada sepatu juga.

Untuk seragam khusus belum ada.” Petugas sanitarian Puskesmas C :

“...Ada masker dan sarung tangan untuk

sementara ini”

Petugas sanitarian Puskesmas D : “...Masker wajah, kaos tangan itu saja. Sepatu

boot, baju khusus, dll belum digunakan.”

Cleaning service Puskesmas E :

“...Ada, harus dipakai. Seperti sarung tangan, masker, celemek. Tidak ada sepatu boot dan seragam

khusus petugas sampah medis.”

Cleaning service Puskesmas F :

“...Ada, pakai maser dan sarung tanggan, sepatu boot juga ada dan baju kerja, itu ada anggarannya”

Cleaning service Puskesmas G :

“...Sarung tangan, masker, itu aja”

Cleaning service Puskesmas H : “...Handskun dan masker, sepatu boot dan baju

khusus ada tapi tidak dipakai”

1 2

Page 6: ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Nazila et al., Analisis Pengelolaan Sampah 322

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Gambar 3. Contoh APD petugas kebersihan Puskesmas

terakreditasi (Sumber: Dokumentasi pribadi)

6. Kendala/hambatan dan Cara untuk Mengatasi

Kendala/hambatan dalam Pengelolaan Sampah

Medis Padat Berdasarkan hasil penelitian, kendala pengelolaan

yang terjadi yaitu Puskesmas B dan Puskesmas C belum

memiliki TPS yang layak. TPS hanya mengandalkan

tempat sampah besar berbahan stainlesssteel yang apabila

menampung sampah medis berbulan-bulan akan penuh

dan tidak cukup. Puskesmas juga memiliki kekhawatiran

sampah medis yang terlalu banyak tersebut akan

membahayakan pasien. Selain itu, keterlambatan

PT.PRIA dalam mengambil sampah medis padat di

Puskesmas juga menjadi masalah. PT.PRIA biasanya

mengambil sampah medis padat pada tiap Puskesmas

dalam rentan waktu 2-4 bulan. Sampah medis padat yang

ditampung terlalu lama dapat menyebabkan resiko

kontaminasi bakteri dan virus yang lebih meningkat.

Petugas sanitarian Puskesmas A :

“...Secara internal kita tidak memiliki hambatan.

Tapi pernah PT.PRIA terlambat mangambil sampah

medis”

Petugas sanitarian Puskesmas B : “...Hambatannya dari PT.PRIA, jadi kadang-

kadang sampah medis menumpuk selain itu kita belum

memiliki TPS yang layak”

Kepala Puskesmas C : “...Saya rasa selama ini tidak ada kendala dalam

pengelolaan sampah medis padat tapi biasanya dari

PT.PRIA itu yang terlambat mengambil”

Cleaning service Puskesmas D : “...Selama ini belum ada kendala dalam

pengelolaan sampah. Setiap hari sampah diambil

sesuai prosedur kemudian diletakkan digudang”

Petugas sanitarian Puskesmas E : “...Hambatannya yaa dri pihak ketiga yang telat

dalam mengambil sampah medisnya. Hambatan yang

kedua yaa biasanya kehabisan kresek kuning untuk

pelabelan sampah medisnya” Petugas sanitarian Puskesmas F :

“...Kendalanya yaa dari pihak ketiga. Karena

secara teori sampah medis dalam 1x24 jam sudah

harus dimusnahkan, berhubung tidak ada insenerator disini yaa sampah medis kadang menumpuk di TPS”

Kepala Puskesmas G :

“...Selama ini tidak ada kendala mungkin yaa

cuma dari PT.PRIA itu terlambat mengambil”

Cleaning service Puskesmas H :

“...Sementara ini dari kebiasaan petugas ruang pelayanan yang biasanya masih mencampur antara

sampah medis dan non medis, yaaa saya gak mungkin

memilah jadi ketika di TPS sampah medis dan non

medis tercampur. Jadi kendalanya jadi perilaku petugas kesehatan”

Kendala yang dihadapi tersebut diatasi pihak

Puskesmas dengan cara terus menghubungi PT.PRIA agar

sampah medis padat segera mengambil. Selain itu,

menurut Dinas Kesehatan Kota Malang, pihak Puskesmas

harus menjadwal pengambilan sampah medis padat yang

kemudian akan diserahkan ke PT.PRIA. Penjadwalan

tersebut akan membuat pengambilan sampah medis padat

ke Puskesmas oleh PT.PRIA lebih teratur dan sebagai

bahan evaluasi kepada PT.PRIA apabila pengambilan

sampah medis padat ke Puskesmas keluar dari jadwal

yang telah disetujui kedua belah pihak.

Kedepannya akan direncanakan pengadaan

insenerator pribadi. Menurut Dinas Kesehatan Kota

Malang syarat pengadaan insenerator seperti lahan, tenaga

kerja yang profesional hingga anggaran sebenarnya telah

tersedia.

7. Inovasi Sumber Belajar Biologi

Pengembangan sumber belajar biologi tentang

pengelolaan sampah medis padat Puskesmas dalam

bentuk cetak berupa poster. Secara sistematis

pengembangan sumber belajar cetak poster dilakukan

sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

1. Menentukan mata kuliah yang sesuai dengan materi

yang akan dibuat sebagai sumber belajar. Materi

yang akan disusun sebagai sumber belajar adalah

materi kuliah ISO 4000 dan Audit Lingkungan.

2. Judul poster yang disesuaikan dengan materi pokok

yang akan dicapai. Poster menjelaskan tentang

pengelolaan, kendala/hambatan serta cara mengatasi

kendala/hambatan dalam pengelolaan sampah medis

padat Puskesmas.

3. Penyajian poster yang menarik, singkat, jelas, dan

mudah dimengerti.

PENUTUP

Pelaksanaan sistem pengelolaan sampah medis

padat di 8 Puskesmas Kota Malang telah sesuai dengan

Kepmenkes No.1428/MENKES/SK/XII/2006 yaitu setiap

ruangan telah tersedia tempat sampah yang terbuat dari

bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan

mudah dibersihkan. Tempat sampah medis telah dipisah

dengan tempat sampah non medis. Tempat sampah

disetiap ruangan juga telah dilengkapi dengan kantong

plastik kuning untuk sampah medis dan safety box untuk

sampah benda-benda tajam. Pemusnahan/ pembuangan

akhir sampah medis Puskesmas menggunakan insenerator

yang bekerja sama dengan PT.PRIA.

Page 7: ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Nazila et al., Analisis Pengelolaan Sampah 323

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Kendala/hambatan yang dimiliki Puskesmas yaitu

keterlambatan PT.PRIA dalam mengambil sampah medis

padat untuk dibakar. Keterlambatan tersebut

menyebabkan menumpuknya sampah medis padat di TPS

Puskesmas. Selain itu, Puskesmas B dan Puskesmas C

belum memiliki TPS yang layak untuk menampung

sampah medis padat.

Kedepannya perlu adanya peningkatan koordinasi,

monitoring dan evaluasi antar pihak-pihak terkait, seperti

dinas kesehatan, Puskesmas, petugas kebersihan/cleaning

service dan PT.PRIA sehingga pengelolan sampah medis

padat lebih teratur dan lebih baik. Selain itu perlu juga

adanya alternatif pihak ketiga dalam pembakaran sampah

medis padat Puskesmas apabila Dinas Kesehatan Kota

Malang belum memiliki rencana pengadaan insenerator

pribadi.

DAFTAR RUJUKAN

Adisasmito, Wiku. (2009). Sistem Manajemen Rumah

Sakit. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Depkes RI. (2004). Kepmenkes RI

No.1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. (2006). Kepmenkes RI

No.1428/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan

Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Djohan, Agustinus Johanes., & Halim, Devy. (2013).

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Jakarta:

Salemba Medika.

Rahno, Dionisius., Roebijoso, Jack., & Leksono, Amin

Setyo. (2015). Pengelolaan Limbah Medis Padat

Di Puskesmas Borong Kabupaten Manggarai

Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur. J-PAL,

6(1), 22-32. ISSN: 2087-3522 E-ISSN: 2338-1671.

Sabarguna, Boy Subirosa., & Rubaya, Agus Kharmayan.

(2011). Sanitasi Air dan Limbah Pendukung

Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta:

Salemba Medika.

Sudiharti., & Solikhah. (2011). Hubungan Pengetahuan

Dan Sikap Dengan Perilaku Perawat Dalam

Pembuangan Sampah Medis di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta. Kesehatan

Masyarakat, 6(1), 1-74. ISSN : 1978-0575.

Zulkifli, Arif. (2014). Pengelolaan Limbah

Berkelanjutan. Yagyakarta: Graha Ilmu.