analisis linieritas pelaksanaan psg tahun 2011 di lembaga mitra bagi siswa program keahlian...

12
ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012 Meta Ardiana Fakultas Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Universitas Negeri Surabaya ABSTRACT PSG is a real step to make vocational education and training system is more linear with the needs of the working world. But the reality shows in the implementation of PSG have not found a match between the job of accounting expertise obtained during the implementation of PSG students in partner institutions. This study was to analyze how the implementation of PSG at SMK N 2 Kediri. This research using descriptive analysis techniques, and the data used are the primary data and secondary data. These results indicate that the procedures for implementing Multiple System of Education (PSG) in SMK Negeri 2 Kediri is PSG in accordance with the criteria PSG. Kata Kunci: PSG, Lembaga Mitra Dalam ruang lingkup dunia kerja saat ini, sumber daya manusia tidak hanya dituntut unggul dalam kemampuan hard skills saja melainkan juga memiliki kemampuan soft skills. Menurut kajian Wiwiet Putrianingrum, hasil survey di SMK Kota Malang tahun 2009 menunjukkan, kebanyakan lulusan SMK masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka. Hal ini masih ada kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja di mana dunia pendidikan memandang lulusan yang mempunyai kompetensi yang tinggi adalah mereka yang lulus dengan nilai tinggi atau hard skills. Sedangkan dunia industri atau stake holders menginginkan lulusan yang high competence yaitu lulusan denga kemampuan teknis dan sikap yang baik yang kemudian disebut soft skills. Sekolah menengah kejuruan sebagai lembaga pendidikan formal tingkat menengah merupakan wadah dalam menyiapkan peserta didik untuk terjun ke dunia kerja dan mampu menjawab tantangan dunia kerja secara nyata. Hal ini senada dengan PP RI No. 29 Tahung 1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat 2, ―Sekolah Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional‖. Proses pembelajaran di SMK sebenarnya telah mengandung muatan hard skills dan soft skills, tetapi mayoritas masih mengedepankan aspek hard skills. Menurut laporan Dikti, kelemahan SMK dalam mengisi peluang kerja pada umumnya adalah masalah personal skills (menurut Dikti). Berikut ini adalah soft skills dalam sistem pendidikan dan dunia kerja / usaha. Kemampuan soft skills bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman belajar, sehingga perlu adanya perubahan pemikiran dan tindakan dari fokus pada hard skills saja menjadi mensinergikan antara hard skills dengan soft skills. Kemampuan hard skills bisa diasah melalui pembelajaran rutin di kelas, sedangkan kemampuan soft skills harus berlandaskan pada kehidupan nyata, berpikir tingkat tinggi, aktivitas siswa, aplikasi langsung, belajar berbasis masalah, pengajaran autentik, pengajaran berbasis relevansi, belajar berbasis proyek, belajar berbasis layanan, belajar kooperatif, dan belajar berbasis kerja. Pengembangan aspek soft skills bagi siswa merupakan aspek penting dalam menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan berhasil dalam pekerjaannya. Oleh karena itu diperlukan pembekalan soft skills untuk kesiapan kerja yang terkandung dalam kurikulum pendidikan, salah perbandingan rasio kebutuhan dan pengembagan

Upload: alim-sumarno

Post on 01-Jan-2016

186 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Meta Ardiana, http://ejournal.unesa.ac.id/

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011

DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI

DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

Meta Ardiana

Fakultas Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ekonomi – Akuntansi, Universitas Negeri Surabaya

ABSTRACT

PSG is a real step to make vocational education and training system is more linear with the

needs of the working world. But the reality shows in the implementation of PSG have not found

a match between the job of accounting expertise obtained during the implementation of PSG

students in partner institutions. This study was to analyze how the implementation of PSG at

SMK N 2 Kediri. This research using descriptive analysis techniques, and the data used are the

primary data and secondary data. These results indicate that the procedures for implementing

Multiple System of Education (PSG) in SMK Negeri 2 Kediri is PSG in accordance with the

criteria PSG.

Kata Kunci: PSG, Lembaga Mitra

Dalam ruang lingkup dunia kerja saat ini,

sumber daya manusia tidak hanya dituntut

unggul dalam kemampuan hard skills saja

melainkan juga memiliki kemampuan soft skills.

Menurut kajian Wiwiet Putrianingrum, hasil

survey di SMK Kota Malang tahun 2009

menunjukkan, kebanyakan lulusan SMK masih

mengalami kesulitan untuk mendapatkan

pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian

mereka. Hal ini masih ada kesenjangan antara

dunia pendidikan dan dunia kerja di mana dunia

pendidikan memandang lulusan yang

mempunyai kompetensi yang tinggi adalah

mereka yang lulus dengan nilai tinggi atau hard

skills. Sedangkan dunia industri atau stake

holders menginginkan lulusan yang high

competence yaitu lulusan denga kemampuan

teknis dan sikap yang baik yang kemudian

disebut soft skills.

Sekolah menengah kejuruan sebagai

lembaga pendidikan formal tingkat menengah

merupakan wadah dalam menyiapkan peserta

didik untuk terjun ke dunia kerja dan mampu

menjawab tantangan dunia kerja secara nyata.

Hal ini senada dengan PP RI No. 29 Tahung

1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat

2, ―Sekolah Menengah Kejuruan mengutamakan

penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja

serta mengembangkan sikap profesional‖. Proses

pembelajaran di SMK sebenarnya telah

mengandung muatan hard skills dan soft skills,

tetapi mayoritas masih mengedepankan aspek

hard skills. Menurut laporan Dikti, kelemahan

SMK dalam mengisi peluang kerja pada

umumnya adalah masalah personal skills

(menurut Dikti). Berikut ini adalah

soft skills dalam sistem pendidikan dan dunia

kerja / usaha.

Kemampuan soft skills bisa diasah dan

ditingkatkan seiring dengan pengalaman belajar,

sehingga perlu adanya perubahan pemikiran dan

tindakan dari fokus pada hard skills saja menjadi

mensinergikan antara hard skills dengan soft

skills. Kemampuan hard skills bisa diasah

melalui pembelajaran rutin di kelas, sedangkan

kemampuan soft skills harus berlandaskan pada

kehidupan nyata, berpikir tingkat tinggi,

aktivitas siswa, aplikasi langsung, belajar

berbasis masalah, pengajaran autentik,

pengajaran berbasis relevansi, belajar berbasis

proyek, belajar berbasis layanan, belajar

kooperatif, dan belajar berbasis kerja.

Pengembangan aspek soft skills bagi siswa

merupakan aspek penting dalam menghasilkan

lulusan yang mampu bersaing dan berhasil

dalam pekerjaannya. Oleh karena itu diperlukan

pembekalan soft skills untuk kesiapan kerja yang

terkandung dalam kurikulum pendidikan, salah

perbandingan rasio kebutuhan dan pengembagan

Page 2: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

satu strategi yaitu melalui praktik kerja industri

dalam Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan

suatu media yang dapat mensinergikan antara

kemampuan hard skills dan soft skills sehingga

mampu meningkatkan mutu sumber daya

manusia (SDM) tingkat menengah. Peningkatan

tersebut dilakukan secara terprogram, bertahap,

dan berkelanjutan serta kontekstual dengan

memadukan seluruh sumber daya internal dan

eksternal, masyarakat. Sehingga mampu

menyesuaikan mutu tamatan dengan

kemampuan kerja dan tingkat profesional tingkat

menengah kejuruan yang dibutuhkan oleh dunia

kerja.

Dengan pelaksanaan Pendidikan Sistem

Ganda (PSG) diharapkan siswa dapat

memperoleh bekal dan gambaran mengenai

tinjauan dunia kerja nyata. Sehingga setelah

lulus siswa benar-benar dapat menerapkan

ilmunya pada saat PSG.

Dalam pelaksanaan pendidikan sistem

ganda (PSG) diharapkan terjadi link and match

atau kesesuaian antara pihak DU/DI dengan

pihak sekolah. Siswa diharapkan menempati

posisi yang sesuai dengan keahlian yang

dimilikinya. Sebab setelah melaksanakan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG), siswa

diharapkan memperoleh pengalaman yang

mencakup tinjauan tentang perusahaan dan

kegiatan-kegiatan praktik yang berhubungan

langsung dengan teknologi yang tentu saja

belum pernah didapat di sekolah khususnya pada

program keahlian mereka masing-masing.

Disamping itu juga mempersiapkan siswa untuk

belajar bekerja secara mandiri, bekerja dalam

suatu tim, bertanggungjawab, serta

mengembangkan potensi dan keahlian sesuai

minat dan bakat yang mereka miliki..

Namun sampai saat ini pelaksanaan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dinilai belum

sepenuhnya terjadi link and match (keterkaitan

dan kecocokan) antara dunia pendidikan dengan

dunia usaha. Ini didasarkan pada penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Astutik (2007)

yang menyatakan bahwa pelaksanaan praktik

kerja industri siswa program keahlian akuntansi

di SMK Negeri Wachid Hasyim belum terdapat

kesesuaian antara keahlian akuntansi yang

dipelajari siswa di sekolah dengan aplikasinya

pada saat siswa melaksanakan praktik kerja

industri. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Ulfah (2007) bahwa pelaksanaan praktik kerja

industri yang dilakukan oleh salah satu SMK di

Malang juga belum terdapat kesesuaian. Serta

penelitian yang dilakukan Desy Wulansari

(2011) mengenai analisis pelaksanaan Praktik

Kerja Industri (Prakerin) dalam penempatan

siswa program keahlian akuntansi di SMKN

Mojoagung, penelitian ini menunjukkan belum

adanya kesesuaian antara pendidikan di sekolah

dengan penempatan siswa dalam pelaksanaan

praktik kerja di DU/DI.

Dengan kata lain belum terjadi sinkronisasi

antara lembaga penyelenggara pendidikan

dengan perkembangan lapangan kerja.

Dampaknya adalah banyak lulusan yang

kemudian tidak terserap oleh pasar kerja,

sehingga menimbulkan atau bahkan menambah

tinggikan angka pengangguran. Lembaga

penyelenggara pendidikan pada umumnya lebih

terfokus pada lulusan berkualitas, namun belum

memperhatikan kebutuhan pasar itu sendiri.

Faktor lainnya yaitu karena lulusan belum

mempunyai skills yang memadai yang

disyaratkan dunia kerja saat ini. Jadi jelasnya

bahwa sekarang amat diperlukan pendidikan

yang dengan sengaja dirancang untuk

membekali peserta didik dengan kecakapan

hidup (life skills).

Berdasarkan observasi yang telah

dilakukan, ditemukan fenomena yang

menggambarkan bahwa mayoritas siswa kelas

XII program keahlian akuntansi mendapatkan

pekerjaan tidak linier dengan keterampilan dan

keahlian yang dimiliki pada saat melaksanakan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Salah satu

contohnya Badan Pertanahan Kota Kediri,

kantor ini menerima siswa praktik kerja industri,

peserta praktik kerja industri dari program

keahlian akuntansi ditempatkan yaitu pada

bagian kearsipan yang bertugas mengarsipkan

dokumen-dokumen serta merekap surat-surat

tanah.

Rumusan masalah mengenai pelaksanaan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK N 2

Kediri dianalisis menggunakan teknik analisis

deskriptif yang diperoleh melalui wawancara

dengan Ketua Program Jurusan Akuntansi dan

Ketua Pokja PSG, sedangkan untuk rumusan

masalah mengenai linieritas Pelaksanaan

Pendidikan Sistem Ganda yang dilihat dari

Page 3: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

laporan kegiatan harian peserta PSG serta

dikonfrontasi dengan pendapat siswa melalui

angket juga dianalisis dengan analisis deskriptif.

Pada penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan evaluasi bagi pihak sekolah dalam

pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG),

mengingat pentingnya Pendidikan Sistem Ganda

(PSG) dalam meningkatkan keahlian siswa.

Untuk menghasilkan tamatan SMK yang

siap memasuki lapangan kerja maka tamatan

SMK tersebut harus merupakan manusia yang

produktif. Untuk mendapat keterampilan tidak

cukup peserta didik belajar di sekolah tetapi

harus didapat melalui ―on the job training‖ yaitu

belajar dari pekerja yang sudah berpengalaman

di industri, disinilah letak pentingnya konsep

pendidikan sistem ganda (PSG) untuk

menghasilkan tenaga yang terampil. Oleh karena

itu keahlian profesional pada diri peserta didik

tanpa partisipasi lembaga mitra.

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau

mungkin lebih akrab dikenal dengan Praktik

Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk

penyelenggaraan pendidikan keahlian

profesional, yang memadukan secara sistematik

dan sinkron antara program pendidikan di

sekolah dan program pengusahaan yang

diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di

dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat

keahlian profesional (Djojonegoro:1999).

Dimana keahlian profesional tersebut hanya

dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu

ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu

pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan

dikuasai kapan dan dimana saja kita berada,

sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat

dikuasai melalui proses mengerjakan langsung

pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri.

Kurikulum SMK edisi 2006 mendefinisikan

pen-didikan sistem ganda sebagai ―pola

penyelenggaraan diklat yang dikelola bersama-

sama antara SMK dengan institusi lapangan,

mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,

hingga tahap evaluasi dan sertifikasi yang

merupakan satu kesatuan program dengan

menggunakan berbagai bentuk pelaksanaan.

Pendidikan Sistem Ganda adalah bentuk

penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang

memajukan, memadukan secara utuh dan

terintegrasi program penguasaan keahlian yang

diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di

lapangan kerja, yang terarah untuk mencapai

suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

Dari pengertian di atas terlihat selain

lembaga pendidikan dan pelatihan maka

tanggung jawab dalam penyelenggaraan

program pendidikan dan pelatihan kejuruan juga

menjadi tanggung jawab dunia industri/

perusahaan tertentu. Tanggung jawab itu mulai

dari tahap perencanaan program, tahap

penyelenggaraan, sampai pada tahap penilaian

dan penentuan kelulusan peserta didik, serta

upaya pemasaran tamatannya.

Pada tahap perencanaan,

industri/perusahaan yang telah mengikatkan diri

bekerjasama dengan lembaga pendidikan

pelatihan kejuruan atau sekolah penyelenggara

dalam menyelenggarakan pelaksanaan program

pelatihan, pendidikan yang digunakan harus

merupakan program yang dirancang dan

disepakati bersama oleh kedua pihak yang jelas

dan tertulis, tentunya tidak merugikan kedua

belah pihak yaitu sekolah (siswa) dan pihak

institusi pasangan (dunia usaha/dunia industri).

Mengapa ini penting , karena pelaksanaan

pendidikan sistem ganda diarahkan untuk

menghasilkan tamatan yang memiliki

keahlian/kompetensi atau kecakapan hidup (life

skill) tentu secara terstandar sesuai dengan

kebutuhan tenaga kerja, maka senantiasa

mengacu pada pencapaian standar

kemampuan/kompetensi sesuai dengan tuntutan

jabatan pekerjaan atau profesi tertentu yang

berlaku di lapangan kerja.

Kurikulum PSG bertujuan untuk

meningkatkan kebermaknaan kurikulum yang

akan dipelajari di sekolah dan di Institusi

Pasangan sebagai satu kesatuan utuh dan saling

melengkapi, serta pengaturan kegiatan belajar-

mengajar yang dapat dijadikan acuan bagi para

pengelola dan pelaku pendidikan di lapangan,

sehingga pada gilirannya siswa dapat menguasai

kompetensi yang relevan dan sesuai dengan

yang dipersyaratkan. Kurikulum terdiri dari

berbagai bentuk, salah satu diantaranya adalah

kurikulum berbasis kompetensi (competecy

based curriculum) yaitu semua kegiatan

kurikulum diorganisasi ke arah fungsi atau

kemampuan yang dituntut pasaran kerja atau

dibidang pekerjaan.

Menurut Siskandar (2003), kurikulum

berbasis kompetensi adalah pengembangan

Page 4: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi

yang seharusnya dimiliki siswa setelah

menyelesaikan pendidikan, yang meliputi

pengetahuan, keterampilan, nilai dan pola

berpikir serta bertindak sebagai refleksi dari

pemahaman dan penghayatan dari apa yang

telah dipelajari siswa.

Konsep PSG tersebut di atas merupakan

inovasi pendidikan kejuruan bagi sistem lama.

Namun keterlaksanaan dan keberhasilan

pelaksanaan program ini sangat ditentukan oleh

kadar pemahaman, kepedulian dan komitmen

dari semua pihak pelaksana di lapangan, yaitu

manajemen SMK, guru dan pihak dunia usaha

dan industri, untuk mewujudkan hasil yang

diinginkan mungkin dibutuhkan strategi

pengembangan yang mengena pada sasaran.

Strategi pentahapan dan pembekalan, adalah

proses pembentukan, pemahaman, kepedulian

dan komitmen, memerlukan proses penerimaan

tata nilai baru, perubahan pola pikir, sikap dan

perilaku dari segenap pelaku yang terlibat.

Pada tahap pembekalan, diharapkan sejalan

dengan langkah penyiapan sumber daya manusia

yang siap menghadapi globalisasi.

Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda akan

menjadi salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan menengah kejuruan sesuai dengan

ketentuan pada Undang-Undang Nomor 2 / 1989

tentang Sistem pendidikan Nasional, dan

peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990

tentang Pendidikan Menengah, dan Peraturan

Pemerintah Nomor 39 tahun 1992 tentang

Peranan masyarakat Dalam Pendidikan

Nasional, dan Kepmendikbud Nomor 080 / U /

1993 tentang Kurikulum SMK, sebagai berikut:

(1)‖Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan

melalui 2 ( dua ) jalur yaitu jalur pendidikan

sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah‖.

[UUSPN, Bab IV, pasal 10, ayat 1]; (2)

―Penyelenggaraan sekolah menengah dapat

bekerjasama dengan masyarakat terutama dunia

usaha dan para dermawan untuk memperoleh

sumber daya dalam rangka menunjang

penyelenggaraan dan pengembangan

pendidikan‖. [PP 29, Bab XI, pasal 29, ayat 1];

(3) ―Masyarakat sebagai mitra pemerintah

berkesempatan yang seluas-luasnya untuk

berperan serta dalam penyelenggaraan

pendidikan Nasional ―. [UUSPN, Bab XIII,

pasal 47, ayat (1) ]‖

(4) Peran serta masyarakat dapat berbentuk

pemberian kesempatan untuk magang dan atau

latihan kerja ―. [ PP 39, Bab III, pasal 4, butir ( 8

) ].

Tentang tujuan Pendidikan Sistem Ganda

ini disebutkan dalam buku konsep Pendidikan

Sistem Ganda oleh direktorat Dikmenjur (1994)

adapun setiap sekolah dalam menyelenggarakan

Pendidikan sistem Ganda ini tidak lain bertujuan

untuk:

Tujuan umum pelaksananaan PSG antara

lain sebagai berikut:

(1) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki

keahlian profesional yaitu tenaga kerja

yang memiliki tingkat pengetahuan,

keterampilan dan etos kerja yang sesuai

dengan tuntutan dunia kerja.

(2) Memperkokoh Link and Match antara

sekolah dengan dunia kerja.

(3) Meningkatkan efisiensi proses pendidikan

dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas

profesional.

(4) Memberi pengakuan dan penghargaan

terhadap pengalaman kerja sebagian dari

proses pendidikan.

Sedangkan tujuan khusus dari pelaksanaan

PSG meliputi:

(1) Melalui Pendidikan Sistem Ganda untuk

mendapatkan tamatan yang siap kerja

diberbagai bidang yang membutuhkan

keahlian dan keterampilan tertentu.

(2) Untuk mendapatkan keterpaduan yang

saling mengisi dan keahlian profesi yang

diperoleh melalui pendidikan sistem ganda.

(3) Aplikasi pengetahuan akademik.

(4) Merupakan suatu peningkatan

keterampilan, dan membentuk pribadi yang

mandiri dan percaya diri dan mandiri guna

dipasar kerja.

Penilaian dan Sertifikasi Pendidikan Sistem

Ganda berdasarkan kriteria PSG (a) Penilaian

pendidikan sistem ganda Depdikbud (1997)

menyebutkan jenis penilaian pelaksanaan

pendidikan sistem ganda yang dijabarkan

sebagai berikut:

(1) Penilaian hasil belajar, penilaian yang

dilakukan untuk mengetahui tingkat

pencapaian penguasaan hasil belajar siswa

berdasarkan program yang berlaku,

dilaksanakan pada akhir satuan waktu

tertentu.

Page 5: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

(2) Penilaian penguasaan keahlian, penilaian

yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

penguasaan terhadap kemampuan-

kemampuan yang dipersyaratkan untuk

dinyatakan ahli dan berwenang

melaksanakan tugas tertentu, berdasarkan

ketentuan dan standar yang berlaku

dilapangan.

Berdasarkan standar yang digunakan dan

proses pengukurannya, penilaian penguasaan

keahlian digolongkan menjadi:

(1) Ujian kompetensi, proses pengukuran dan

penilaian penguasaan keahlian seseorang,

berdasarkan standar yang berlaku

dilapangan pekerjaan tertentu dan atas

dasar kesepakatan kebutuhan lapangan

kerja tertentu.

(2) Ujian profesi, suatu proses pengukuran dan

penilaian penguasaan keahlian seseorang,

berdasarkan standar resmi yang berlaku

dalam suatu jenis keahlian tertentu.

Sertifikasi Pendidikan Sistem Ganda

Depdikbud (1997) menyebutkan jenis sertifikasi

pendidikan sistem ganda yang dapat disarikan

sebagai berikut:

(1) Ijasah, surat keterangan yang diterbitkan

oleh departemen Pendidikan Nasional dan

diberikan kepada peserta didik sebagai

pengakuan terhadap prestasi belajar dan

atau penyelesaian pada jenjang pendidikan

setelah lulus ujian yang diselenggarakan

oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.

(2) Surat keterangan yang diberikan kepada

peserta didik yang lulus uji kompetensi

yang diselenggarakan oleh satuan

pendidikan yang terakreditasi sebagai

penyelenggara uji kompetensi.

(3) Sertifikasi profesi, keterangan yang

menjelaskan bahwa pemegang sertifikat

tersebut telah memiliki kompetensi jenis

dan tingkat keahlian pada satu bidang

keahlian tertentu, sesuai dengan persyaratan

yang berlaku pada bidang profesi yang

bersangkutan.

Depdikbud (1997) menyebutkan aspek yang

dinilai dalam sertifikat Pendidikan Sistem Ganda

yang dapat disarikan sebagai berikut: (a) Aspek

teknis, aspek yang dilihat dari tingkat

penguasaan keterampilan siswa dalam

menyelesaikan pekerjaannya (keterampilan

produktif); (b) Aspek teknis yang dinilai

meliputi persiapan, proses kerja, hasil kerja dan

penyelesaiannya; (c) Aspek non teknis, aspek

yang digunakan sebagai acuan untuk menilai

sikap, perilaku dan penampilan siswa selama

melaksanakan pelatihan di dunia usaha. Aspek

non teknis yang dinilai antara lain kedisiplinan,

tanggung jawab, inisiatif, kemandirian dan

kerjasama berdasarkan kesepakatan kedua belah

pihak.

Keberhasilan pelaksanaan PSG tergantung

sepenuhnya pada komitmen para pelaku

pendidikan, yaitu: pemerintah, masyarakat,

sekolah dan dunia usaha/industri, termasuk

didalamnya pengguna lulusan. Pembiayaan

pendidikan kejuruan dibagi menjadi dua yaitu:

(1) segala bentuk pembiayaan yang diakibatkan

oleh pelatihan yang diselenggarakan di

perusahaan ditanggung oleh perusahaan; dan (2)

segala bentuk pembiayaan yang dibutuhkan

untuk pendidikan di sekolah kejuruan

ditanggung oleh pemerintah. Sebagai

implikasinya, semua unsur tersebut turut serta

bertanggung jawab menggali dan memberikan

kontribusi nyata dalam hal pembiayaan PSG.

Disisi lain sekolah sebagai pelaku utama

PSG, hendaknya secara terus menerus menggali

dan mengembangkan sumber-sumber dana

dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.

Untuk pembiayaan pelaksanaan PSG, sumber

pendanaan didapat dari: dana rutin, dana bantuan

orang tua, dana penunjang pendidikan, unit

produksi, sharing institusi pasangan, kegiatan

promosi dan bantuan lain.

Untuk mewujudkan visi dan misi sekolah

sesuai dengan paradigma pendidikan kejuruan,

perlu pemberdayaan masyarakat dan lingkungan

sekolah secara optimal. Hal ini penting karena

sekolah memerlukan masukan dari masyarakat

dalam menyusun program yang relevan antara

keahlian siswa dengan kebutuhan pasar kerja,

sekaligus memerlukan dukungan masyarakat

berupa dana dalam melaksanakan kegiatan

tersebut. Tercapainya tujuan SMK antara lain

ditentukan oleh sejauh mana terjadinya

keterkaitan dan kecocokan (link and match)

antara apa yang ada dan yang terjadi di sekolah

dengan apa yang terjadi di dunia usaha/ dunia

kerja.

Muliati A.M (2007) menjelaskan untuk

mendapatkan keterampilan tidak cukup peserta

didik belajar di sekolah tetapi harus didapat

Page 6: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

melalui on the job training yaitu belajar dari

pekerja yang sudah berpengalaman di industri,

oleh karena itu sulit diharapkan dapat

membentuk keahlian profesional pada diri

peserta didik tanpa partisipasi industri. Menurut

Crowley dan Karim (dalam Lendra, 2004),

kemitraan secara mendasar dapat didefinisikan

menurut dua cara. Pertama melalui atribut yang

melekat pada kemitraan seperti kepercayaan,

saling berbagi misi dan komitmen jangka

panjang. Kedua melalui proses dimana

kemitraan dilihat sebagai suatu kata kerja,

seperti membangun pernyataan misi,

kesepakatan terhadap sasaran dan tujuan

bersama.

Lembaga pendidikan kejuruan tanpa hal

dunia industri sebagai tempat belajar akan sulit

untuk menghasilkan lulusan yang dapat

memahami dunia kerja. Berfungsinya lembaga

pendidikan formal memberikan bekal-bekal

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

relevan bagi dunia kerja secara langsung

membawa pengaruh terhadap lapangan kerja di

masyarakat, sedikit banyak dipengaruhi oleh

produk-produk atau luaran (output) sistem

pendidikan persekolahan itu sendiri. Menurut

Pakpaham (dalam Anwar, 1999) kemitraan

sekolah dengan dunia usaha dan industri

meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi. Kemitraan dalam perencanaan dapat

berupa: (1) penyusunan standar kompetensi; (2)

pengembangan kurikulum dan bahan ajar sesuai

dengan tuntutan perkembangan teknologi yang

paling mutakhir; dan (3) penyusunan sistem

pengujian dan sertifikasi. Kemitraan dalam

pelaksanaan dapat berupa: (1) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan

praktik kerja industri/prakerin; (2) pemagangan

guru; (3) pembiayaan pendidikan dan pelatihan;

(3) pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.

Kemitraan dalam evaluasi dapat berupa (1)

pelaksanaan uji kompetensi; (2) pemberian

sertifikasi; dan (3) rekrutmen tamatan. Dalam

pelaksanaan PSG perlu menyusun program

bersama, dan mengadakan penilaian bersama

antara sekolah dan industri. Hubungan

pendidikan ditandai dengan adanya kontrak

diikuti dengan kewajiban yang harus dijalankan

oleh perusahaan dan peserta didik. Sejalan

dengan uraian di atas, maka diperlukan

industri/Institusi Pasangan sebagai mitra

penyelenggaraan pendidikan dengan pihak

sekolah dalam upaya peningkatan mutu tamatan

yang berwawasan mutu, sesuai dengan tuntutan

kerja.

Pendidikan kejuruan mempunyai pengertian

yang bervariasi menurut perumus. Menurut

Rupert Evans dalam (Muliati:thn)

mendefinisikan Sekolah Menengah Kejuruan

sebagai bagian dari sistem pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik agar lebih mampu

bekerja pada satu bidang pekerjaan dari bidang

pekerjaan lain

Depdikbud (2000) menjelaskan bahwa

Program Keahlian Akuntansi adalah program

keahlian yang akan diikuti peserta sesuai dengan

potensi kemampuan, bakat dan minat serta

ketersediaan bidang akuntansi.

Setelah melaksanakan PSG diharapkan

siswa Program Keahlian Akuntansi dapat

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di sekolah

dengan praktik kerja nyata di lembaga mitra.

Berikut kemampuan yang harus dimiliki oleh

tamatan program keahlian akuntansi (Panduan

PSG)

(1) Menerapkan prinsip professional

bekerja, (2) Menerapkan praktik-praktik

kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, (3)

Melaksanakan komunikasi bisnis, (4) Mengelola

dokumen transaksi, (5) Memproses dokumen

dana kas kecil; (6) Memproses entry jurnal, (7)

Memproses buku besar, (8) Mengelola kartu

piutang, (9) Mengelola kartu persediaan, (10)

Mengelola kartu aktiva tetap, (11) Mengelola

kartu utang, (12) Menyusun laporan keuangan,

(13) Mengoperasikan paket program pengolah

kata.

KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian mengenai Pendidikan Sistem

Ganda (PSG) juga pernah diangkat oleh Desy

Wulansari (2011) dengan judul ―Analisis

Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)

Dalam Penempatan Siswa Kelas XI Program

Keahlian Akuntansi Di SMK Negeri

Mojoagung.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu sama-sama meninjau

mengenai pelaksanaan pendidikan sistem ganda

(PSG) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Penelitian Desy menunjukkan belum adanya

kesesuaian antara pendidikan di sekolah dengan

Page 7: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

penempatan siswa dalam pendidikan sistem

ganda di SMK Negeri Mojoagung.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu pada fokus penelitian. Pada

penelitian Desy difokuskan pada proses

penempatan dan kendala yang menyebabkan

ketidaksesuaian penempatan siswa dalam

pelaksanaan prakerin di SMK Negeri

Mojoagung. Sedangkan pada penelitian ini

difokuskan linieritas pelaksanaan Pendidikan

Sistem Ganda (PSG) dengan keterampilan siswa

program keahlian akuntansi di SMK Negeri 2

Kediri.

Penelitian mengenai Pendidikan Sistem

Ganda (PSG) juga pernah diangkat oleh

Masyhudi (2011) dengan judul ―Pelaksanaan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Sebagai

Mediator Pembentukan Sikap dan Keterampilan

Kerja Siswa Kelas XI AK SMK Negeri

Lamongan‖.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu yaitu sama-sama meninjau tentang

pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

pada program keahlian akuntansi di SMK

Negeri Mojoagung. Dalam penelitian Mashyudi

menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendidikan

Sistem Ganda (PSG) merupakan mediator dalam

pembentukan sikap dan keterampilan kerja siswa

di SMK Negeri 1 Lamongan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu pada fokus penelitian. Pada

penelitian Masyhudi difokuskan pada

pembentukan sikap dan keterampilan siswa

melalui Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Sedangkan penelitian ini difokuskan linieritas

pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

dengan keterampilan siswa program keahlian

akuntansi di SMK Negeri 2 Kediri.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

Metode deskriptif adalah metode yang

bertujuan menggambarkan dan menjelaskan

masalah dari obyek yang telah diketahui lebih

rinci (Isparji;2006:10). Metode penelitian

deskriptif merupakan metode penelitian yang

berusaha menggambarkan dan

menginterpretasikan objek sesuai dengan apa

adanya.

Berdasarkan pendekatan penelitian ini,

maka dalam penelitian ini ada beberapa sumber

data yang diperoleh. Sumber data yang diperoleh

tersebut berupa informan maupun dokumen

yang dapat memberikan informasi-informasi dan

data yang terpercaya mengenai hal-hal yang

telah ditentukan dalam penelitian. Informasi-

informasi diperoleh Kepala Pokja PSG maupun

laporan kegiatan harian peserta PSG.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan

penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

(a) Tahap Persiapan meliputi studi

pendahuluan merupakan langkah awal yang

dilakukan penulis dengan tujuan untuk

mengetahui secara umum kondisi sekolah

yang menjadi objek penelitian, untuk

mencari permasalahan yang akan dibahas

di penelitian ini. Adapun langkah awal

yang dilakukan penulis adalah membuat

proposal penelitian yang akan digunakan

dalam pelaksanaan kegiatan penelitian.

Studi Kepustakaan Setelah mengadakan

persetujuan mengenai judul skripsi,

langkah selanjutnya adalah mencari dan

mempelajari literatur-literatur yang sesuai

dengan judul skripsi yaitu mengenai

pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda.

Literatur tersebut berupa kurikulum SMK,

jurnal penelitian terdahulu mengenai

pelaksanaan PSG.

(b) Tahap Pelaksanaan meliputi studi

Lapangan. Studi lapangan merupakan

langkah yang lebih mendetail untuk

mengetahui secara umum kondisi sekolah

dengan melakukan pengamatan dan

dokumentasi untuk memperoleh data yang

lebih lengkap guna pedoman pembahasan.

Pada penelitian ini, peneliti mengadakan

studi lapangan pelaksanaan Pendidikan

Sistem Ganda di SMK N 2 Kediri.

Pengumpulan data berdasarkan wawancara

dengan ketua program keahlian akuntansi,

ketua pokja PSG, dan angket pertanyaan

untuk siswa.

Setelah data diperoleh kemudian diolah dan

dianalisis serta dilakukan perbandingan data

yang didapat dari permasalahan dengan data

yang didapat dari hasil kajian teori. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan metode

deskriptif.

Page 8: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

Dalam penelitian ini bermaksud untuk

mendeskripsikan tentang linieritas pelaksanaan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dengan

keterampilan siswa program keahlian akuntansi

di SMK N 2 Kediri. Berdasarkan hal tersebut

maka hasil penelitian ini nantinya akan berupa

teks naratif.

Berdasarkan judul penelitian ini, maka

subjek penelitiannya adalah guru akuntansi

khususnya pembimbing program pendidikan

sistem ganda (PSG), siswa kelas XII program

keahlian akuntansi sebagai subjek observasi

pendahuluan.

Dalam penelitian ini, objek penelitiannya

adalah pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

(PSG) di SMK Negeri 2 Kediri. Sekolah ini

berlokasi di Jl. Veteran No 5 Kota Kediri.

Arikunto (2002:96) menyatakan bahwa

―data adalah segala fakta dan angka yang dapat

dijadikan bahan untuk menyusun suatu

informasi‖. Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini ada dua macam:

1) Data Primer, data primer yaitu data yang

diperoleh atau dikumpulkan langsung dari

lapangan oleh peneliti. Data primer ini

berasal dari sumber data (responden) di

lokasi penelitian. Adapun data primer yan

disajikan adalah sebagai berikut : (a)

Pedoman wawancara kepada pihak sekolah

tentang proses pelaksanaan PSG. (b)

Angket pertanyaan untuk siswa tentang

linieritas pelaksanaan Pendidikan Sistem

Ganda (PSG). (c) DU/DI sebagai laporan

pelaksanaan PSG tahun lalu.

(2) Data Sekunder Data sekunder merupakan

data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti dari sumber-sumber yang telah ada.

Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari penelitian terdahulu, buku-

buku, internet, jurnal online, arsip atau

dokumen dari Pokja PSG dan Tata Usaha

SMK Negeri 2 Kediri yang terkait dengan

pelaksanaan PSG.

Yang dimaksud dengan sumber data adalah

subjek maupun objek dimana data dapat

diperoleh (Suharsimi,2006:129). Sumber data

untuk penelitian ini meliputi :

(a) Pihak sekolah yaitu Ketua Jurusan

Akuntansi dan Guru Pembimbing akuntansi

di SMK Negeri 2 Kediri.

(b) Laporan kegiatan harian peserta Pendidikan

Sistem Ganda (PSG).

(c) DU/DI untuk mengetahui pelaksanaan PSG

tahun sebelumnya.

―Instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur suatu

fenomena alam maupun sosial yang diamati‖.

(Sugiyono,2010:199).

Instrumen yang disusun harus sesuai dengan

tujuan penelitian serta mengacu pada variabel

dan indikator penelitian. Instrumen penelitian

juga merupakan alat yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data yang

dipergunakan agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya lebih baik. Hal ini pengambilan

data lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga

mudah diolah.

Oleh karena itu, dalam menerapkan metode

penelitian peneliti bisa menggunakan instrumen

atau alat agar data yang diperoleh lebih baik

Jenis instrumen dalam penelitin ini adalah

wawancara berstruktur, angket pertanyaan untuk

siswa dan menggunakan laporan kegiatan

harian peserta PSG untuk mengumpulkan data

mengenai liniertas pelaksanaan pendidikan

sistem ganda (PSG).

Teknik pengumpulan data merupakan cara

yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan

data yang akan digunakan dalam penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data tersebut yaitu.

Guna mendapatkan dan mengumpulkan data

dalam penelitian ini menggunakan metode:

Dalam penelitian ini observasi digunakan

untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan pendidikan sistem ganda yang

dilaksanakan di SMK Negeri 2 Kediri. Dalam

penelitian ini observasi dilakukan dengan

wawancara pada siswa dan dengan ketua Pokja

PSG.

―Teknik dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yag berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya‖.

(Suharsimi.2007:231)

Dalam penelitian ini data yang diperoleh

melalui dokumentasi adalah: (a) Laporan

kegiatan harian peserta Pendidikan Sistem

Ganda (PSG). (b) Daftar tempat praktik

pengalaman kerja siswa program keahlian

kauntasi di SMK Negeri 2 Kediri. (c) Profil

SMK Negeri 2 Kediri.

Page 9: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

Dalam penelitian ini peneliti melakukan

tanya jawab langsung dengan Humas Pokja

Pendidikan Sistem Ganda. Data yang diperoleh

sifatnya untuk menunjang atau memperjelas data

yang diperoleh melalui dokumentasi.

Teknik angket dilakukan untuk memperoleh

data tentag pendapat siswa mengenai

pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Lembar angket pendapat siswa diberikan untuk

mencocokkan dengan laporan kegiatan harian

yang telah dibuat. Dalam mengisi angket hanya

diminta untuk memilih salah satu jawaban yang

telah disediakan dengan memberikan jawaban

―ya-tidak‖ atas pertayaan yang diajukan (skala

Guttman). Pengisian angket dilakukan siswa

sesuai dengan pendapat masing-masing tanpa

ada paksaan atau pengaruh dari pihak lain.

―Analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain‖. (Sugiyono,2008:244)

Penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif, sehingga data yang telah diperoleh

selanjutnya dianalisis dengan menggambarkan

secara sistematis mengenai keadaan sebenarnya

berdasarkan data. Analisis data juga merupakan

tahapan penelitian terhadap hasil pengumpulan

data yang dilakukan oleh peneliti yang

digunakan untuk memecahkan masalah

penelitian.

Secara sederhana tahap-tahap tersebut

adalah sebagai berikut : (1) Reduksi data yang

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan

memfokuskan pada hal-hal yang penting. (2)

Penyajian data, yaitu proses penyusunan data.

Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif

maka penyajian data berupa teks naratif atau

uraian. (3) Penarikan kesimpulan atas data yang

diperoleh. Dalam hal ini kesimpulan harus

menjawab perumusan masalah.

HASIL PENELITIAN

Dari hasil angket menunjukkan bahwa

sebanyak 190 siswa (95 %) menyatakan ya dan

10 siswa menyatakan tidak terkait pertanyaan

tentang sudah adanya sistem presensi yang baik

di tempat PSG. Sebagian besar siswa

menyatakan tidak mendapatkan pekerjaan yang

sesuai dengan keahlian mereka atau sekitar 123

siswa (61,5 %) dan yang mendapakatkan

pekerjaan yang linier hanya 77 siswa (38,5 %).

Untuk pertanyaan selanjutnya terkait kesulitan

siswa apabila mendapatkan pekerjaan yang tidak

linier, 178 siswa (89 %) menyatakan ya atau

merasa kesulitan karena belum pernah

mendapatkan teorinya, sedangkan 22 siswa (11

%) ini membuktikan bahwa siswa menghadapi

kendala pada saat mendapat pekerjaan yang

tidak sesuai dengan keahlian mereka yaitu

akuntansi, hal ini dapat mempengaruhi

kelancaran pelaksanaan PSG.

Dalam pelaksanaan PSG siswa dituntun

mengerjakan tugas yang diberikan dikerjakan

dengan baik dan tepat waktu, sebanyak 189

siswa (94,5 %) menyatakan ya artinya mampu

mengerjakan tugas dengan baik, sedangkan 11

siswa menyatakan tidak. Untuk pertanyaan

tentang kebersiha tempat kerja, 196 siswa (98

%) menyatakan ya, dan hanya 4 siswa

menyatakan tidak artinya bahwa sebagian besar

tempat PSG sudah menjaga kebersihan tempat

kerja. 55 siswa (27,5 %) menyatakan ya, dan

145 siswa (72,5 %) menyatakan tidak, terkait

pertanyaan apakah ada kensulitan pada saat

berkomunikasi dengan kolega pihak lembaga

mitra. Selanjutanya terkait dengan komunikasi

dengan kolega, sebanyak 83 siswa (41,5 %)

menyatakan ya, dan 117 siswa (58,5 %)

menyatakan tidak pernah. Untuk melatih

tanggung jawab dan keberanian siswa, setelah

menyelesaikan tugas, siswa melaporkan atau

mempresentasikan hasilnya, dan sebanyak 34

siswa (17 %) menyatakan ya atau pernah, serta

166 siswa (83 %) menyatakan tidak. Hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan PSG

memberikan kontribusi terhadap kemampuan

siswa dalam berkomunikasi yang baik dengan

baik, yang nantinya akan bermanfaat pada saat

siswa terjun ke dunia kerja.

Sebagian besar tempat PSG telah

menerapkan sistem pencatatan akuntansi yang

baik, ini dibuktikan dengan pernyataan siswa

sebanyak 127 siswa (63,5 %) menyatakan ya,

yang artinya sudah menerapkan dan sebanyak 73

siswa (36,5 %) menyatakan tidak atau belum

menerapkan sistem pencatatan akuntansi yang

baik. Untuk pertanyaan berkaitan tentang adanya

bukti transaksi setiap terjadinya transaksi,

sebanyak 46 siswa (23 %) menyatakan ya, dan

154 siswa (83 %) menyatakan tidak. Berkenaan

Page 10: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

dengan adanya bukti transaksi, sebanyak 43

siswa (21,5 %) menyatakan sudah terdapat

pengelolaan atas bukti transaksi, sedangkan

sebanyak 157 siswa (78,5 %) menyatakan tidak

atau belum terdapat pengelolaan yang baik atas

transaksi keuangan. Dari data diatas dapat

diketahui bahwa tempat PSG masih banyak yang

tidak relevan dengan keahlian siswa, karena

sebagian besar lembaga mitra masih belum

menerapkan sistem pencatatan yang baik atas

transaksi.

Pada indikator pengelolaan dana kas kecil,

sebanyak 45 siswa (22,5 %) menyatakan pernah

mendapat tugas berkenaan dana kas kecil, dan

75 siswa (37,5 %) menyatakan tidak pernah

mendapat tugas mengenai pengelolaan dana kas

kecil. Untuk pekerjaan berkaitan dengan

pengelolaan persediaan barang dagang sebanyak

44 siswa (22 %) menyatakan ya artinya pernah

mendapat pekerjaan berkaitan dengan

pengelolaan persediaan, misalnya menghitung

mutasi persediaan, mencataan persediaan barang

di kartu persediaan, dan 156 siswa (78 %)

menyatakan tidak pernah. Untuk indikator

pengelolaan aktiva tetap, sebanyak 29 siswa

(14,5 %) menyatakan pernah mendapat tugas

berkaitan tentang transaksi aktiva tetap, dan 171

siswa (85,5 %) menyatakan tidak pernah.

Sebagian besar siswa yaitu 179 siswa (89,5 %)

tidak dan 29 siswa menyatakan ya, berkaitan

dengan pertanyaan apakah siswa pernah

mendapatkan tugas untuk menyusun laporan

keuangan pada saat PSG. Untuk pertanyaan

terakhir berkaitan tentang keterampilan

komputer siswa, sebanyak 186 siswa (93 %)

menyatakan dapat mengaplikasikan

keterampilan komputer (microsoft office)

mereka, dan hanya 14 (7 %). Sedangkan untuk

aplikasi MYOB (Mind Your Own Business),

sebanyak 5 siswa (2,5 %) menyatakan ya atau

pernah, dan 195 siswa (97,5 %) menyatakan

tidak pernah. Dari uraian tersebut dapat

diketahui bahwa pada saat melaksanakan PSG

siswa program keahlian akuntansi sebagian

besar siswa tidak mendapatkan pekerjaan yang

sesuai dengan keahlian mereka dan belum sesuai

dengan profil tamatan yang harus dimiliki siswa

program keahlian akuntansi. Hal ini

mengakibatkan tidak tercapainya tujuan PSG

yaitu menghasilkan tenaga profesional yang

sesuai dengan keahlian.

Dari hasil angket pertanyaan siswa tersebut

akan dikroscekkan dengan laporan kegiatan

harian siswa, yang berisi tentang penjelasan

lengkap tentang kegiatan dan pekerjaan harian

siswa pada saat melaksanakan PSG. Sehingga

akan memperoleh data yang akurat tentang

linieritas pelaksanaan PSG di lembaga mitra

bagi siswa program keahlian akuntansi di SMK

N 2 Kediri.

PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

(PSG) di SMK N 2 Kediri Pelaksanaan praktik kerja di lembaga

mitra merupakan wujud nyata dari

pelaksanaan Program Pendidikan Sistem

Ganda (PSG). Dalam rangka

penyelenggaraan PSG terdapat beberapa

tahap kegiatan yang harus dilakukan yaitu

tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap

evaluasi.

Tahap persiapan meliputi koordinasi

dengan pihak DU/DI, pembekalan siswa,

hingga pemberangkatan siswa. Sedangkan

Tahap pelaksanaan yaitu pelaksanaan PSG di

lembaga mitra selama dua bulan. Dan

terakhir tahap evaluasi merupakan tahap

penilaian dari keseluruhan pelaksanaan PSG.

Dari penjelasan di atas menunjukkan

bahwa pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

(PSG) di SMK Negeri 2 Kediri telah

dilaksanakan cukup baik sesuai dengan

ketentuan pelaksanaan yang tertuang dalam

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

tentang penyelenggaraan dan karakteristik

Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah

Menengah Kejuruan yang mencakup standar

profesi dan standar pendidikan dan pelatihan.

Analisis Linieritas Pelaksanaan Pendidikan

Sistem Ganda (PSG) Di Lembaga Mitra

(Instansi Pemerintah)

Dari hasil analisis berdasarkan angket da

laporan kegiatan peserta PSG menunjukkan

bahwa pelaksanaan PSG di instansi pemerintah

belum terdapat linieritas untuk siswa program

keahlian akuntansi. Ketidaklinieran antara

pekerjaan siswa dengan keahlian siswa akan

berpengaruh pada nilai PSG siswa serta

keterampilan yang akan diperoleh siswa setelah

melaksanakan PSG khususnya untuk

keterampilan akuntansi. Ketidaklinieran

pekerjaan siswa dengan keterampilannya juga

Page 11: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

berpengaruh pada proses adaptasi siswa selama

PSG, sehingga siswa banyak mengalami

kesulitan.

Berdasarkan data tersebut di atas maka

sebagian besar pada saat pelaksanaan PSG di

lembaga mitra khususnya instansi pemerintah

siswa program keahlian akuntansi di SMK N 2

Kediri mendapat penugasan yang tidak linier

dengan keahlian mereka yaitu sebanyak 120

siswa. Jika diprosentasekan hanya 27 % yang

dinyatakan linier dengan keahlian dan 73 %

dapat dinyatakan belum linier dengan keahlian

mereka yaitu akuntasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan tidak

liniernya pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

di Lembaga Mitra khususnya di Instansi

Pemerintah bagi siswa program keahlian

akuntansi di SMK Negeri 2 Kediri adalah

sebagai berikut: (1) Pihak sekolah menyerahkan

sepenuhnya kepada instansi pemerintah selaku

lembaga mitra atas pembagian pekerjaan pada

saat pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

(PSG). (2) Ketidaksesuaian antara ilmu

akuntansi yang dipelajari siswa di sekolah

dengan aplikasinya pada saat PSG. (3) Siswa

belum terbiasa dengan peralatan teknologi yang

ada di Instansi Pemerintah. (4) Bagian Keuangan

merupakan bagian yang rahasia. (5) Kurang

kepedulian Lembaga Mitra (Instansi

Pemerintah) terhadap kegiatan PSG.

Analisis Linieritas Pelaksanaan Pendidikan

Sistem Ganda (PSG) Di Lembaga Mitra

(Instansi Swasta)

Sedangkan pelaksanaan PSG di Instansi

Swasta menunjukkan bahwa pelaksanaan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di Instansi

swasta sudah terdapat linieritas antara keahlian

siswa yaitu akuntansi dengan pekerjaan yang

diperoleh siswa pada saat PSG. Apabila di

prosentasikan perbandingannya yaitu 91% : 9%.

Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

PSG di Instansi Swasta sudah berjalan dengan

baik karena penempatan siswa sudah sesuai

dengan keterampilan siswa. Dengan demikian

tujuan yang diharapkan dari Pendidikan Sistem

Ganda akan tercapai yakni menghasilkan tenaga

kerja yang memiliki keahlian profesional sesuai

dengan keahliannya yaitu tenaga kerja yang

memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan

etos kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia

kerja serta memperkokoh link and match antara

sekolah dan dunia kerja.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

(PSG) tahun 2011 di SMK Negeri 2 Kediri telah

dilaksanakan dengan cukup baik, yang meliputi

tahap persiapan, tahap pelaksanaan, hingga

tahap evaluasi, sudah sesuai dengan karakteristik

pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di

Sekolah Menengah Kejuruan.

Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

(PSG) di SMK N 2 Kediri dilaksanakan di

lembaga mitra baik instansi pemerintah maupun

swasta. Pelaksanaan PSG di instansi pemerintah

belum terdapat linieritas antara keahlian siswa

yaitu akuntansi dengan pekerjaan yang diperoleh

siswa pada saat PSG.

Sedangkan pelaksanaan Pendidikan Sistem

Ganda di Instansi Swasta sudah terdapat

linieritas antara keahlian siswa dengan tugas

yang diperoleh pada saat PSG.

SARAN

Agar pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

(PSG) berjalan sesuai dengan yang diharapkan,

maka perlu adanya kontrak dan komitmen yang

jelas antara pemerintah, masyarakat, sekolah dan

dunia usaha/ industri

Agar pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda

(PSG) dapat berjalan secara optimal dan

mencapai tujuan yang diharapkan serta untuk

memupuk semangat kewirausahaan siswa

program keahlian akuntansi, maka pelaksanaan

PSG sebaiknya terbatas pada DU/DI (Instansi

Swasta) dan tidak pada instansi pemerintah,

sehingga pengalaman yang diperoleh selama

PSG dapat diaplikasikan secara nyata setelah

lulus, serta menyiapkan mental siswa untuk

terjun dan bersaing di dunia kerja nyata .

Untuk lebih memantapkan kesiapan siswa

maka perlu ditingkatkan intensitas praktik,

termasuk kunjungan lapangan ke Lembaga Mitra

pada kelas-kelas awal, sehingga siswa dapat

dengan mudah memahami dan menguasai

keterampilan sesuai dengan jurusannya.

Guru pembimbing Pendidikan Sistem

Ganda (PSG) dari sekolah seharusnya

meningkatkan frekuensi kunjungan peserta atau

kontrol di Lembaga Mitra. Sehingga dapat

Page 12: ANALISIS LINIERITAS PELAKSANAAN PSG TAHUN 2011 DI LEMBAGA MITRA BAGI SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN 2012

meningkatkan keseriusan dan motivasi siswa

dalam melaksanakan PSG.

Untuk mengetahui kontribusi pelaksanaan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi lulusan

SMK dalam memasuki dunia kerja, maka perlu

dilakukan penelitian lanjutan dengan

mengembangkan permasalahan yang berkaitan

dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

DAFTAR RUJUKAN

Anwar.1999. Pelaksanaan Program Pendidikan

Sistem Ganda Pada SMK di Kota

Kendari. Tersedia http://www.ktiguru.org

Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian.

Jakarta : PT. Asdi Mahasatya

Astutik, Yuni. 2007. Penempatan Siswa Dalam

Rangka Penerapan Pembelajaran

Akuntansi Berorientasi Kecakapan Hidup

(life skills) pada Siswa Kelas XI Program

Keahlian Akuntansi di SMK Negeri

Wachid Hasyim. Skripsi tidak diterbitkan.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Dikmendikti.(2003). Undang-Undang Praktik

Kerja Industri (Prakerin).

Tersedia:http://kal.dikmendikti.go.id/dow

nload/SK_PKAL.doc [ 3 September

2011).

Dikmenjur. (2008). Prakerin sebagai Bagian dari

Pendidikan Sistem

Ganda.Tersedia:http://www.geocities.com

/dit_dikmenjur/prosedur_Prakerin.htm [3

September 2011].

Hafid, Tibe.2011. Evaluasi Pelaksanaan

Program Pendidikan Sistem Ganda Pada

SMK di Nusatenggara Timur.Jurnal

Pendidikan. Vol.1, No.2.

Laily, Fauziyah. 2010. Pelaksanaan Pendidikan

Sistem Ganda (PSG) Dalam Rangka

Meningkatkan Keahlian Siswa Kelas XII

Program Keahlian Akuntansi SMK N 2

Kediri. Skripsi tidak diterbitkan.

Surabaya: Unesa.

Lendra.2004.Tingkat Kepercayaan Dalam

Hubungan Kemitraan Antara Kontraktor

dan Sub Kontraktor di Surabaya. Tersedia

Muliati AM.2007. Evaluasi Program

Pendidikan Sistem Ganda, Suatu

Penelitian Evaluatif Berdasarkan Stake’s

Countenance Model Mengenai Program

Pendidikan Sistem Ganda Pada Sebuah

SMK Di Sulawesi Selatan.Tersedia http://www.damandiri.or.id

Nurhajadmo,Wahyu.2008. ―Evaluasi

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem

Ganda Di Sekolah Kejuruan‖. Jurnal

Pendidikan. Vol. 4, No. 2, Oktober 2008.

Suhartini.2007.Pelaksanaan Pendidikan Sistem

Ganda di SMK N 2 Nganjuk. Skripsi ini tidak

diterbitkan. Surabaya: Unesa

http://dewey.petra.ac.id.