analisis kimia dan pengolahan cmc (carboxyl methyl
TRANSCRIPT
ANALISIS KIMIA DAN PENGOLAHAN CMC
(CARBOXYL METHYL CELLULOSE) DARI
CABANG KAYU GAHARU
(Aquilaria malaccensis Lamk)
SKRIPSI
Sri Megawati Lubis
161201004
DEPARTEMEN TEKNOLGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KIMIA DAN PENGOLAHAN CMC (CARBOXYL
METHYL CELLULOSE) DARI CABANG KAYU GAHARU
(Aquilaria malaccensis Lamk)
SKRIPSI
Oleh:
Sri Megawati Lubis
161201004
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN TEKNOLGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Analisis Kimia dan Pengolahan CMC (Carboxyl Methyl
Cellulose) dari Cabang Kayu Gaharu
(Aquilaria malaccensis lamk.)
Nama : Sri Megawati Lubis
NIM : 161201004
Departemen : Teknologi Hasil Hutan
Fakultas : Kehutanan
Disetujui,
Pembimbing
Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P
Ketua
Mengetahui,
Arif Nuryawan, S. Hut., M. Si., Ph.D. Ketua Departemen Teknologi Hasil Hutan
Tanggal lulus : Januari 2021
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Megawati Lubis
Nim : 161201004
Judul Skripsi : Analisis Kimia dan Pengolahan CMC (Carboxyl Methyl
Cellulose) dari Cabang Kayu Gaharu
(Aquilaria malaccensis lamk.)
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan
yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain
dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas
sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Medan, Januari 2021
Sri Megawati Lubis
NIM 161201004
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
ABSTRACT
SRI MEGAWATI LUBIS: Chemical Analysis and Processing of CMC (Carboxyl
Methyl Cellulose) from agarwood (Aquilaria malaccensis lamk.), Supervised by
RIDWANTI BATUBARA
One of the forest plants that produce Non-Timber Forest Products from Indonesia
is agarwood. Research on the chemical potential of agarwood branches and the
manufacture of CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) needs to be done, the use of
CMC is often found in food, pharmaceutical, cosmetic, paper, and textile
industries. This study aims to analyze the chemical content, analyze the quality of
the fiber, and determine the CMC characteristics of the agarwood (A.
malaccensis lamk) branches. The research method includes the preparation of
agarwood branch materials, chemical content analysis, pulping and bleaching
processes. Determination of the quality of agarwood branch fibers refers to
LPHH No. 75. The CMC produced through alkalization and carboxymethylation
processes was characterized by organoleptic, humidity, pH, and FT-IR analysis.
The results of the chemical analysis of agarwood branches 1 and 2 contain
extractive substances that dissolve in cold water, hot water, ethanol benzene, and
1% NaOH solution, respectively 2.71% and 2.96%; 3.31% and 3,49%; 3.81% and
4.14%; 10.03% and 13.42%. Meanwhile, the content of holocellulose, cellulose,
and lignin alpha were 78.17% and 75.61%; 52.70% and 50.65%; 26.68% and
26.77%. The quality of the fiber quality of the agarwood branches was classified
as class II, CMC of agarwood branches had yields for branch 1 (268%) and
branch 2 (257.5%). The characteristics of CMC wood branches are the same as
commercial CMCs with organoleptic branch 1 (white powder, odorless, tasteless),
and branch 2 (yellowish-white powder, odorless, tasteless), branch humidity 1
(4.4%) and branch 2 ( 4.7%), branch 1 pH is (7.6) and branch 2 pH (7.5), and its
functional groups based on FTIR analysis are OH vibrations, CH bonds, carboxyl
groups (COO), –CH2 bonds and there is an ether group (COC).
Keywords: chemical content, fiber quality, CMC, agarwood branches
(A. malaccensis Lamk)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
ABSTRAK
SRI MEGAWATI LUBIS: Analisis Kimia dan Pengolahan CMC (Carboxyl
Methyl Cellulose) dari Cabang Kayu Gaharu (Aquilaria malaccensis lamk.),
dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA
Salah satu tanaman hutan penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) asal
Indonesia adalah gaharu. Penelitian potensi kimia cabang kayu gaharu dan
pembuatan CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) perlu dilakukan, penggunaan CMC
banyak dijumpai pada industri makanan, farmasi, kosmetik, kertas dan industri
tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan kimia,
menganalisis kualitas serat, dan mengetahui karakteristik CMC dari cabang kayu
gaharu (A. malaccensis lamk). Metode peneltian meliputi persiapan bahan cabang
kayu gaharu, analisisi kandungan kimia, proses pulping dan bleaching. Penentuan
kualitas serat cabang kayu gaharu mengacu pada LPHH No.75. CMC yang
dihasilkan melalui proses alkalisasi dan karboksimetilasi dikarakterisasi dengan
melakukan uji organoleptis, kelembaban, pH, dan analisis FT-IR. Hasil analisis
kimia cabang 1 dan cabang 2 kayu gaharu mengandung zat ekstraktif yang larut
dalam air dingin, air panas, ethanol benzene dan larutan NaOH 1 % masing-
masing adalah 2,71% dan 2,96%; 3,31% dan 3,49%; 3,81% dan 4,14%; 10,03%
dan 13,42%. Sedangkan kandungan holoselulosa, alpa selulosa dan lignin adalah
78,17% dan 75,61%; 52,70% dan 50,65%; 26,68% dan 26,77%. Kualitas serat
cabang kayu gaharu masuk kriteria kelas II, CMC cabang kayu gaharu memiliki
rendemen untuk cabang 1 sebesar (268%) dan cabang 2 sebesar (257,5%).
Karakteristik CMC cabang kayu sama dengan CMC komersial dengan
organoleptis cabang 1 (serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa) dan cabang 2
(serbuk putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa), kelembaban cabang 1
(4,4%) dan cabang 2 (4,7%), pH cabang 1 sebesar (7,6) dan pH cabang 2 (7,5),
serta gugus fungsi yang dimilikinya berdasarkan analisis FTIR adalah vibrasi OH,
ikatan C-H, gugus karboksil (COO), ikatan –CH2 dan terdapat gugus eter
(C-O-C).
Kata kunci : kandungan kimia, kualitas serat, CMC, cabang kayu gaharu
(A. malaccensis Lamk)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal
01 Juni 1998. Penulis merupakan anak pertama dari lima
bersaudara dari ayah Sahlan Lubis dan ibu Ida Santi Nasution.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 200206
Padangsidimpuan pada tahun 2004-2010, pendidikan tingkat
Sekolah Menengah Pertama di MTs Swasta YPKS
Padangsidimpuan pada tahun 2010-2013, pendidikan tingkat
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 6 Padangsidimpuan pada tahun 2013-
2016. Pada tahun 2016, penulis diterima kuliah di Universitas Sumatera Utara,
Fakultas Kehutanan, Program Studi Kehutanan, melalui jalur SNMPTN. Penulis
memilih minat Teknologi Hasil Hutan.
Semasa kuliah penulis aktif dalam beberapa organisasi di kampus dan
diluar kampus. Organisasi yang diikuti penulis di dalam kampus adalah organisasi
BKM Baytul Asyjar dan Rain Forest Kehutanan USU. Organisasi yang diikuti
penulis di luar kampus adalah Imakopasid dan Back to muslim identity. Di
perkuliahan penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Dendrologi pada
tahun 2018, Asisten Praktikum Ekonomi Umum pada tahun 2018, dan Asisten
Praktikum Hasil Hutan Bukan Kayu pada tahun 2018.
Selama pendidikan penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem
Hutan (P2EH) di Mangrove Lubuk Kertang, Kec. Brandan Barat, Kab. Langkat
pada tanggal 10-19 Juli 2018. Pada tanggal 22 Juli-22 Agustus 2019 penulis juga
telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di KPH Yogyakarta. Pada
awal tahun 2020 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Kimia
dan Pengolahan CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) dari Cabang Kayu Gaharu
(Aquilaria malaccensis lamk.)” di bawah bimbingan Ibu Ridwanti Batubara ,
S.Hut., M.P
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
RidhoNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi yang dibuat
berjudul “Analisis Kimia dan Pengolahan CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) dari
Cabang Kayu Gaharu (Aquilaria malaccensis lamk.)” yang dilaksanakan pada
bulan September 2019 sampai November 2020 dan disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu penulis
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :
1. Kedua orang tua, ayahanda Sahlan Lubis dan ibunda Ida Santi Nasution yang
memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materil serta doa yang
dipanjatkan kepada Allah SWT untuk penulis.
2. Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P selaku ketua komisi pembimbing yang
telah membimbing dan memberikan arahan serta kesabaran kepada penulis
selama penyusunan skripsi dan solusi atas permasalahan dan kesulitan dalam
penulisan skripsi ini.
3. Ibu Novita Anggraini, S.Hut., M.Sc selaku dosen penguji satu, Bapak Prof.
Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph. D selaku dosen penguji dua dan
Bapak Moehar Maraghiy Harahap, S.Hut., M.Sc selaku dosen penguji tiga
yang memberikan arahan dan solusi atas permasalahan dan kesulitan dalam
penulisan skripsi ini.
4. Ketua Departemen Teknologi Hasil Hutan Bapak Arif Nuryawan, S.Hut.,
M.Si., Ph.D serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kehutanan
atas segala arahan, bantuan dan saran yang telah diberikan kepada penulis.
5. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Kehutanan khususnya Hut
A stambuk 2016 dan Teknologi Hasil Hutan (THH) stambuk 2016 untuk
dukungan dan kerjasamanya selama ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dengan
melimpah Rahmat serta Karunia-Nya kepada kita semua.
Dalam penyajian skripsi ini penulis menyadari masih belum mendekati
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan
dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.
Medan, Januari 2021
Sri Megawati Lubis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i
PERNYATAAN ORIGINALITAS ................................................................. ii
ABSTRACK ..................................................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Komponen Kimia Kayu ........................................................................... 4
Selulosa ................................................................................................... 4
Hemiselulosa ........................................................................................... 4
Lignin ...................................................................................................... 5
Zat Ekstraktif ........................................................................................... 5
Karboksilmetil Selulosa ........................................................................... 6
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FT-IR) ........................... 7
Pemanfaatan............................................................................................. 8
Tinjauan Kayu Gaharu ............................................................................. 8
Serat ........................................................................................................ 9
Kualitas Serat ........................................................................................... 10
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat .................................................................................. 12
Alat dan Bahan ........................................................................................ 12
Prosedur Penelitian ................................................................................. 12
Persiapan Bahan Cabang Kayu Gaharu .................................................... 12
Pengukuran Kadar Air.............................................................................. 13
Analisis Kandungan Kimia....................................................................... 13
Proses Pulping ......................................................................................... 16
Proses Bleaching ...................................................................................... 17
Analisis Kualitas Serat ............................................................................. 17
Pembuatan CMC ...................................................................................... 18
Karakteristik CMC ................................................................................... 18
Analisis Karboksimetil Selulosa Metode FT-IR........................................ 19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kadar Air ........................................................................................ 20
Hasil Kandungan Kimia ........................................................................... 20
Pembuatan Pulp dan Proses Bleaching ..................................................... 23
Dimensi Serat .......................................................................................... 23
Hasil Sintesis Cabang Gaharu .................................................................. 28
Hasil Karakteristik CMC .......................................................................... 29
Hasil FTIR CMC ..................................................................................... 31
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .............................................................................................. 33
Saran ........................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 34
LAMPIRAN .................................................................................................. 38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur Natrium Karboksimetil Selulosa .................................................. 7
2. Diagram Alur Pembuatan CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) ................... 13
3. Dimensi Serat ........................................................................................... 18
4. Bagian dari Pohon Gaharu ........................................................................ 20
5. Serat Cabang Kayu ................................................................................... 24
6. Serat Cabang 1 dan Cabang 2 ................................................................... 25
7. Hasil spektrum CMC sintesis .................................................................... 31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Penggunaan CMC pada Berbagai Industri ................................................ 8
2. Komponen Kimia Kayu ............................................................................ 21
3. Klasifikasi Jenis Kayu Daun Lebar Indonesia Dasar Komponen Kimia ..... 24
4. Nilai Rata-rata Dimensi Serat Kayu Gaharu .............................................. 26
5. Turunan Serat Kayu Gaharu ...................................................................... 27
6. Hasil CMC dari cabang kayu gaharu ......................................................... 28
7. Data Karakteristik CMC ............................................................................ 31
8. Hasil Bilangan Gelombanag CMC ............................................................ 32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Gambar Alat yang Digunakan ................................................................... 38
2. Bagian Tanaman Gaharu ........................................................................... 40
3. Gambar Selulosa dan CMC ....................................................................... 41
4. Gambar Serat dari Cabang 1 dan Cabang 2 Gaharu ................................... 42
5. Hasil FTIR CMC Cabang 1 ....................................................................... 43
6. Hasil FTIR CMC Cabang 2 ....................................................................... 44
7. Data Hasil Sifat Kimia Cabang Tanaman Gaharu ...................................... 45
8. Dimensi Serat Bagian Cabang 1 Tanaman Gaharu .................................... 47
9. Dimensi Serat Bagian Cabang 2 Tanaman Gaharu .................................... 50
10. Bagan Sintesis CMCTanaman Gaharu ..................................................... 53
11. Perhitungan Rendemen Karboksilmetil Selulosa ..................................... 54
12. Hasil Perhitungan Menggunakan SPSS ................................................... 55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman yang memiliki kandungan lignoselulosa, telah banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, terutama industri pulp dan kertas.
Komposisi kimia kayu terdiri dari karbohidrat, selulosa, lignin, dan zat ekstraktif.
Turunan dari kandungan kimia seperti selulosa murni bisa dimanfaatkan untuk
bahan baku dalam industri kertas berharga baik yang berkualitas tinggi maupun
rendah, selotip, telepon seluler, kemasan teh celup, benang berkualitas tinggi, dan
lem kaca. Selulosa merupakan komponen kayu terbesar dan merupakan
komponen struktur utama dinding sel tumbuhan. Wibisono et al. (2018)
menyatakan selulosa merupakan komponen utama dinding sel, senyawa ini juga
dijumpai pada tumbuhan rendah seperti paku, lumut, ganggang, jamur, dan
selulosa alami yang paling murni yaitu serat kapas (98%), dalam kayu kandungan
selulosa berkisar 40-50%.
Salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unik asal Indonesia adalah
gaharu atau resin yang diperoleh dari tanaman penghasil gaharu. Karakteristik
resin gaharu adalah adanya wangi yang terkandung di bahan tanaman penghasil
gaharu, sehingga gaharu sering kali dijadikan sebagai bahan baku produk industri
yang memerlukan zat wangi-wangian dan obat-obatan. Gaharu yang disebut juga
agarwood, aloewood, eaglewood atau karas sebagai salah satu hasil hutan yang
bernilai ekonomi tinggi, terjadi melalui fenomena yang unik. Gaharu banyak
digunakan sebagai bahan dasar minyak wangi, dupa bakaran, dan obat tradisional
di Asia Timur (Santoso et al., 2007).
Komponen kimia pada kayu diantaranya adalah selulosa, hemiselulosa,
lignin, dan zat ekstraktif. Zat ekstraktif terdapat pada gaharu, zat ekstraktif pada
kayu disebut juga sebagai metabolit sekunder. Metabolit sekunder dalam pohon
meliputi berbagai senyawa, seperti flavanoid, terpena, fenol, alkaloid, sterol, lilin,
lemak, tannin, gula, gum, suberin dan asam resin. Diketahui bahwa konsentrasi
metabolit bervariasi antar spesies dan antar jaringan (konsentrasi tertinggi berada
di kulit, kayu teras, akar, pangkal percabangan, dan jaringan luka). Selulosa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
merupakan senyawa organik yang melimpah di bumi. Secara kimiawi kandungan
selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50% dari berat kering
tanaman. Hemiselulosa terikat dengan polisakarida, protein dan lignin dan lebih
mudah larut dibandingkan dengan selulosa. Kayu mengandung hemiselulosa
berkisar antara 25-30%, tergantung dari jenis kayunya (Herawati et al., 2013).
Salah satu sumber serat selulosa yang penting untuk industri adalah kayu.
Kekuatan mekanik pada serat selulosa sangat dipengaruh oleh ukuran serat
selulosa. Semakin besar diameter serat maka semakin rendah nilai kekuatan tarik
dan modulus elatisitas demikian pula sebaliknya (Etikaningrum et al., 2016).
Pulp adalah bahan berserat yang merupakan produk antara dalam
pembuatan kertas dan karton. Bahan baku untuk pulp adalah bahan berselulosa
seperti wood dan non wood. Pulp merupakan bahan baku pembuatan kertas dan
senyawa-senyawa kimia turunan selulosa. Bahan dasar pembuatan pulp yang
paling utama adalah selulosa yang banyak dijumpai pada semua jenis tumbuhan
yang berfungsi sebagai pembentuk sel. Selulosa adalah senyawa organik
penyusun utama dinding sel tumbuhan. Adapun sifat dari selulosa adalah
berbentuk senyawa berserat, mempunyai tegangan tarik yang tinggi, tidak larut
dalam air, dan pelarut organik (Rahmadi et al., 2018).
Di Indonesia penggunaan CMC banyak dijumpai pada industri makanan,
farmasi, kosmetik, kertas dan industri tekstil. Pada umumnya produk industri,
khususnya minuman selalu menggunakan bahan aditif diantaranya rasa, zat
pewarna dan juga zat pengental dengan target mampu meningkatkan kualitas rasa
dan meningkatkan minat pengguna dalam hal ini masyarakat. CMC
(Carboxyl Methyl Cellulose) sering merupakan bagian komposisi minuman yakni
berperan sebagai zat pengental. Dengan kentalnya minuman tersebut, produsen
berharap minumannya menjadi salah satu jenis minuman yang banyak diminati
masyarakat terlebih lagi jika memiliki rasa manis (Kamal, 2010).
Bahan yang saya manfaatkan dalam penelitian ini adalah limbah dari
cabang gaharu yang tidak dimanfaatkan lagi dari proses pemangkasan cabang
gaharu (pruning) dan biasanya hanya digunakan sebagai kayu bakar. Adanya
kegiatan pemangkasan kayu dilakukan dengan upaya agar semua nutrisi yg
terdapat di dalam akar tersebar hanya menuju pada batang saja, sehingga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
menghasilkan pertumbuhan batang yang lebih besar dan meningkatkan
pertumbuhan pada batang pohon.
Oleh karena itu penulis perlu mengkaji kayu dari pohon gaharu, apakah
berpotensi untuk dikembangkan karena manfaat yang dimilikinya. Penelitian yang
akan dilakukan adalah kajian tentang cabang kayu gaharu di Sumatera Utara
mengenai sifat kimia dan pengujian kualitas serat cabang kayu gaharu untuk
sebelum pemanfaatan lebih lanjut dan lebih bernilai.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis kandungan kimia dari kayu gaharu
(Aquilaria malaccensis lamk) berdasarkan bagian cabang kayu (cabang satu
dan cabang dua)
2. Untuk menganalisis kualitas serat dari kayu gaharu
(A. malaccensis lamk) berdasarkan bagian cabang kayu (cabang satu dan
cabang dua)
3. Mengetahui karakteristik karboksimetil selulosa dari cabang kayu gaharu
(Aquilaria malaccensis lamk).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Mengetahui kandungan kimia cabang kayu gaharu (A. malaccensis lamk)
2. Mengetahui dan membedakan kualitas serat cabang satu dan cabang dua
gaharu (A. malaccensis lamk).
3. Mengetahui potensi kayu gaharu sebagai bahan baku pulp kertas berdasarkan
turunan dimensi serat
4. Memberikan informasi terkait dengan proses sintesis karboksimetil selulosa
dan karakteristik CMC dari bagian cabang gaharu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
TINJAUAN PUSTAKA
Komponen Kimia Kayu
Selulosa
Pada Pertumbuhan pohon merupakan hasil dari berbagai proses fisiologis
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal (genetik) dan faktor
eksternal. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat kayu yang
akan dihasilkan. Kandungan selulosa dalam kayu dapat digunakan untuk
memperkirakan besarnya rendemen pulp yang dihasilkan dalam proses pulping,
dimana semakin besar kadar selulosa dalam kayu maka semakin besar pula
rendemen pulp yang dihasilkan (Syafii dan Iskandar, 2006)
Selulosa adalah polimer paling alami dan senyawa organik yang paling
umum di bumi, dan secara luas dianggap sebagai alternatif bahan bakar fosil
terbarukan. Konversi selulosa menjadi tinggi nilainya ester dan eter selulosa telah
mendapatkan perhatian yang nyata di bidang kimia dan berkelanjutan, dan
memiliki dikembangkan menjadi teknologi ramah lingkungan
(Candido & Gonçalves, 2016)
Selulosa merupakan serat berwarna putih, tidak larut dalam air panas dan
dingin, alkali dan pelarut organik netral seperti alkohol dan benzen.
Selulosa adalah polimer dengan rumus kimia (C6H10O5)n. Dalam hal ini n adalah
jumlah pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi yang harganya bervariasi
berdasarkan sumber selulosa dan perlakuan yang diterimanya. Kebanyakan serat
untuk pembuat pulp mempunyai harga derajat polimerisasi 600-1500.
(Ginarco, 2019).
Selulosa merupakan polimer alam dengan keberadaan melimpah yang
mewakili sekitar 1.5 x 1012 ton dari total produksi biomassa tahunan. Selulosa
terdiri dari ikatan glukosa-glukosa yang tersusun dalam suatu rantai linear dimana
C-1 pada setiap glukosa berikatan dengan C-4 pada glukosa selanjutnya
(Effendi et al., 2015).
Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang mengandung berbagai
gula, terutama pentose. Hemiselulosa umumnya terdiri dari dua atau lebih residu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
pentose yang berbeda. Komposisi polimer hemiselulosa sering mengandung asam
uronat sehingga mempunyai sifat asam. Hemiselulosa memiliki derajat
polimerisasi yang lebih rendah, lebih mudah dibandingkan selulosa dan tidak
berbentuk serat-serat yang panjang. Selain itu, umumnya hemiselulosa larut dalam
alkali dengan konsentrasi rendah, dimana semakin banyak cabangnya semakin
tinggi kelarutannya. Hemiselulosa dapat dihidrolisis dengan enzim hemiselulase
(xylanase) (Rahmawati, 2014).
Lignin
Lignin adalah gabungan beberapa senyawa yang hubungannya erat satu
sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, namun proporsi karbonnya
lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat. Lignin sangat tahan terhadap
degradasi kimia, termasuk degradasi enzimatik. Lignin sering digolongkan
sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan selulosa dan hemiselulosa dalam
menyusun dinding sel, namun lignin bukan karbohidrat. Hal ini ditunjukkan oleh
proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin. Pengerasan dinding sel kulit
tanaman yang disebabkan oleh lignin menghambat enzim untuk mencerna serat
dengan normal. Hal ini merupakan bukti bahwa adanya ikatan kimia yang kuat
antara lignin, polisakarida tanaman dan protein dinding sel yang menjadikan
komponen-komponen ini tidak dapat dicerna oleh ternak (Hadwari, 2014).
Lignin adalah komponen kimia kayu yang sangat beragam dan berubah
komposisinya akibat faktor pertumbuhan dan keragamannya dianggap berkorelasi
dengan evolusi tumbuhan (Vanholme et al. 2010). Lignin kayu daun lebar dikenal
sebagai lignin guaiasil-siringil tersusun dari unit guaiasil dan siringil dengan
perbedaan nisbah tertentu (Nawawi et al., 2019).
Zat Ekstraktif
Metabolit sekunder dalam pohon meliputi berbagai senyawa, seperti
flavanoid, terpena, fenol, alkaloid, sterol, lilin, lemak, tanin, gula, gum, suberin,
asamresin, dan karotenoid. Menurut Forestry Commission GIFNFC (2007).
Kandungan metabolit sekunder sangat bervariasi antar jaringan, antar pohon
dalam spesies yang sama, antar spesies, dan antar musim ke musim. Jenis-jenis
tropis dan sub-tropis umumnya mengandung jumlah ekstraktif yang lebih banyak
dibanding jenis-jenis di daerah temperet. Konsentrasi metabolit ini bervariasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
antar spesies, antar jaringan (konsentrasi tertinggi berada di kulit, kayu teras, akar,
pangkal percabangan, dan jaringan luka), antar pohon dalam spesies yang
sama,dan antar musim.
Zat ekstraktif yang terdiri dari bermacam-macam bahan ini memiliki
fungsi yang penting dalam daya tahan terhadap serangan jamur dan serangga,
memberi bau, rasa dan warna pada kayu. Beberapa kayu dari hutan tropis
mengandung zat ekstraktif yang bersifat racun, seperti alkaloid yang dapat
menyebabkan iritasi dan gatal-gatal bagi orang yang menyentuhnya. Fungsi zat
ekstraktif adalah sebagai bagian dari mekanisme sistem pertahanan pohon
terhadap serangan mikroorganisme (Novriyanti, 2008).
Kadar ekstraktif merupakan hasil dari proses metabolisme sekunder pohon
yang berbeda-beda menurut jenis, tempat tumbuh dan iklim. Kandungan ekstraktif
yang tinggi lebih tidak disukai pada proses pulping karena akan terjadi reaksi
dengan larutan pemasak dan menurunkan rendemen pulp. Adanya ekstraktif
sering menyebabkan pitch trouble pada lembaran pulp / kertas
(Pasaribu et al., 2007)
CMC (Carboxyl Methyl Cellulose)
Produksi / Pengolahan
Pembuatan CMC dipengaruhi oleh proses alkalisasi dan karboksimetilasi
yang selanjutnya menentukan mutu CMC yang dihasilkan. Proses alkalisasi
menggunakan basa NaOH. Alkalisasi adalah untuk mengaktifkan gugus-gugus
hidroksil (-OH) dari selulosa untuk selanjutnya dilakukan reaksi karbosimetilasi.
Selain itu, tujuan penambahan NaOH adalah sebagai pengembang selulosa, yang
bertujuan memudahkan difusi reagen karboksimetilasi. Tahap karboksimetilasi
menggunakan asam monokloroasetat ataupun bentuk garamnya. Seiring dengan
bertambahnya jumlah basa yang digunakan akan mempermudah dan mempercepat
proses difusi monokloroasetat menuju ke gugus hidroksil pada selulosa
(Wijayani et al., 2005).
CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) merupakan sering bagian komposisi
minuman yakni berperan sebagai zat pengental. Dengan kentalnya minuman
tersebut, produsen berharap minumannya menjadi salah satu jenis minuma yang
banyak diminati masyarakat terlebih lagi jika memiliki rasa manis. CMC adalah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
salah satu senyawa hasil modifikasi selulosa dan banyak dimanfaatkan pada
industri farmasi, makanan, tekstil, detergen, dan produk kosmetik. CMC biasanya
digunakan untuk pengental, penstabil emulsi, dan bahan pengikat. Awalnya CMC
diproduksi dari selulosa kayu karena memiliki kandungan selulosa 42-47%.
(Safitri et al., 2017)
Gambar 1. Struktur Natrium Karboksimetil Selulosa (Singh dan Khatri, 2011)
SpektrofotometerFourier Transform Infra Red (FT-IR)
Spektrum inframerah adalah suatu teknik yang didasarkan pada getaran
dari atom-atom molekul. Spektrum inframerah umumnya diperoleh dengan
melewatkan radiasi inframerah melalui sampel dan menentukan sebagian kecil
dari energi radiasi tertentu yang diserap. Frekuensi inframerah biasanya
dinyatakan dalam satuan bilangan gelombang (wave number), yang didefinisikan
sebagai banyaknya gelombang per sentimeter. Daerah antara 1400-4000 cm-1 ,
bagian kiri spektrum inframerah, merupakan daerah yang khusus berguna untuk
identifikasi gugus-gugus fungsional (Purba, 2018).
Spektrofotometri FTIR dikenal sebagai profil sidik jari karena
kemampuannya untuk membedakan semua sampel yang dievaluasi,
spektrofotometri FTIR juga merupakan teknik yang ideal karena sedikit pelarut
dan reagen yang digunakan selama analisis. Cara pengolahan sample ada
spektrofotometri IR yang digunakan tergantung pada jenis sampel yang diamati
apakah berbentuk cairan, gas, atau padatan (Guspitarasari, 2014).
Proses eterifikasi (karboksimetilasi) dapat dibuktikan dari analisa gugus
fungsi pada kurva FTIR. Gugus fungsi -OH juga sangat kuat pada bilangan
gelombang 3427 cm-1, gugus hidrokarbon (-C-H) pada bilangan gelombang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
sekitar 2950 cm-1 , -OH vibrasi pada 1300 cm-1 dan gugus eter (-O-) sangat kuat
pada 1049 cm-1 (Eriningsih et al., 2011).
Pemanfaatan
CMC telah digunakan secara luas di bidang farmasi sebagai eksipien.
CMC banyak digunakan sebagai emulsifying agent, gelling agent dan tablet
binder (Indriyati et al., 2016). Karena pemanfaatannya yang sangat luas, mudah
digunakan, serta harganya yang tidak mahal, karboksimetil selulosa menjadi salah
satu zat yang diminati. Pemanfaatan karboksimetil selulosa dalam industri dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penggunaan CMC pada Berbagai Industri
Jenis Industri Aplikasi Jenis CMC
Kosmetik Pasta gigi Shampoo: produk berbusa
Krim: body lotion
Pengental stabilizer, pengikat Pengental, stabilizer, pengikat air
Emulsion stabilizer, pembentuk lapisan
Makanan Makanan beku
Makanan hewan
Makanan berprotein
Saos
Pengendali pertumbuhan kristal es,
Penguat rasa Pengikat air, Pengental
Menahan kadar air dalam makanan,
Penguat rasa Pengental
Farmasi Salep
Jelly
Obat Pencuci Perut Sirup
Stabilizer, pengental, pembentuk lapisan
Pengental, pembentuk lapisan
Zat inert, pengikat air Pengental
Kertas Internal addition
Pelapisan pigment
Pengikat, mempercepat kering pada
kertas Pengikat
Tekstil Kain dan Laundry
Bahan pewarna
Pembentukan lapisan
Pengikat (binder), pengikat air
Lithography Tinta air Pengikat warna
Tobacco Rokok Pembentukan lapisan pada kertas rokok
Sumber: Kamal (2010).
Tinjaun Kayu Gaharu
Taksonomi tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) adalah :
Kingdom: Plantae (tumbuhan), Divisio: Spermatophyta (tumbuhan biji), Sub
Divisio : Angiospermae (tumbuhan biji tertutup), Class: Dicotyledonae (berbiji
belah dua), Sub Class : Dialypetale (bebas daun bermahkota), Ordo : Myrtales
(daun tunggal duduknya bersilang), Family: Thymeleaceae (akar berserabut jala)
Genus: Aquilaria dan Species: Aquilaria malaccensis Lamk.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
Syarat untuk tumbuh dengan baik, gaharu tidak memilih lokasi khusus.
Umumnya gaharu masih dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah dengan
struktur dan tekstur yang subur, sedang, maupun ekstrem. Daerah penyebaran
gaharu di Indonesia antara lain, kawasan hutan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Papua, Nusa Tenggara, dan Jawa. Secara ekologisnya, tanaman gaharu di
Indonesia tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0–2400 mdpl. Umumnya,
gaharu yang berkualitas baik tumbuh pada daerah yang beriklim panas, dengan
suhu 28º–34ºC, kelembaban 60–80%, dan curah hujan 1000–2000 mm/tahun
(Simanjuntak, 2009).
Pada sisi morfologi daun, bunga dan buah, tanaman gaharu mempunyai
ciri yaitu; daun lonjong memanjang dengan panjang 5–8 cm, lebar 3–4 cm,
berujung runcing, dan berwarna hijau mengkilat. Bunga berada di ujung ranting
atau ketiak atas dan bawah daun. Buah berada dalam polong berbentuk bulat telur
atau lonjong, berukuran panjang sekitar 5 cm dan lebar 3 cm. Biji bulat telur yang
ditutupi bulu – bulu halus berwarna kemerahan (Sumarna, 2007).
Gaharu adalah salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dengan
karakter resin berwarna hitam dan wangi yang dimanfaatkan sebagai bahan baku
produk industri dan obat-obatan. Tanaman penghasil gaharu endemik Indonesia,
seperti A. malaccensis dan Gyrinops versteegii saat ini, tidak secara otomatis
menghasilkan resin beraroma dan berwarna hitam seperti gaharu alami.
A. malaccensis LamK penghasil gaharu terbesar dan terbaik di Indonesia adalah
marga Aqularia terutama jenis Aquilaria malaccensis (Aqmarina, 2018).
Komponen kimia gaharu mengandung senyawa furan dan kelompok ester
lainnya yang menimbulkan aroma wangi dengan konsentrasi yang tidak jauh
berbeda. Selain sesquiterpena gaharu dari asal Indonesia mengandung komponen
pokok minyak gaharu berupa kromon. Kromon inilah yang menyebabkan aroma
harum dari gaharu bila dibakar (Pasaribu et al., 2013).
Serat (Fiber)
Selain serat yang berasal dari tanaman, serat yang berasal dari bagian
tanaman yang diproses pulping, dan serat yang berasal dari kayu yang diproses
pulping, Serat yang panjang dianggap akan memberikan sifat kekuatan sobek
tinggi dan dalam batas yang lebih rendah memberikan pula kekuatan tarik, jebol,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
dan kekuatan lipat yang tinggi. Serat panjang memungkinkan terjadinya ikatan
antar serat yang lebih luas. Secara umum dapat dikatakan bahwa kekuatan sobek
dan lipat tergantung pada panjang serat, sedangkan kekuatan jebol dan tahan
regang dipengaruhi oleh perbandingan panjang serat dengan diameternya, tipis
tebalnya dinding serat serta diameter lumen. Serat dengan diameter besar dan
berdinding tipis mampu memberikan ikatan antar serat yang kuat dengan kekuatan
yang tinggi (Nuryawan, 2016).
Secara mikroskopis dimensi serat dapat dilihat dari struktur anatomi serat.
Struktur anatomi serat meliputi panjang serat, tebal dinding dan diameter lumen
serat. Serat dewasa umumnya terdiri dari bagian dinding dan lumen. Dinding serat
mengandung lignin sehingga dapat sangat tebal dan menutupi lumen serat.
Panjang ukuran serat yang bervariasi salah satunya dipengaruhi oleh posisi
batang. Panjang serat bertambah mulai dari pangkal batang sampai mencapai
maksimum pada ketinggian tertentu dan selanjutnya menjadi pendek ke arah
ujung batang. Pertumbuhan yang berlangsung lama, menyebabkan serat dapat
tumbuh menjadi sangat panjang. Pembentukan sel-sel pemula fusiform pada
bagian ujung batang berlangsung lebih cepat tetapi menghasilkan sel-sel serat
pendek dan sebaliknya pada bagian pangkal batang pembentukan sel pemula
fusiform berlangsung lebih lambat akan menghasilkan sel serat yang lebih
panjang (Sulastri et al., 2014).
Kualitas Serat
Dimensi serat merupakan salah satu variabel anatomi yang menentukan
kualitas kayu. Peranan dimensi serat seperti panjang, diameter dan tebal dinding
serat mempunyai hubungan satu sama lain yang kompleks dan mempunyai
pengaruh terhadap tujuan penggunaan kayu sebagai bahan baku seperti untuk
bahan baku kertas dan bahan bangunan bermutu rendah. Sel serat berfungsi
sebagai pemberi tenaga mekanik pada batang, sehingga mempunyai dinding sel
yang relatif tebal. Pada kayu daun lebar serat dibagi atas dua macam serat yaitu
serat libriform dan serat trakeida. Serat libriform memiliki noktah sederhana yang
lebih kecil, memberi kekuatan karena diameternya lebih kecil dan lumen selnya
lebih sempit. Serat trakeida adalah serat yang mempunyai noktah halaman.
Menurut Pandit dan Ramdan (2002), sel serat (fibers) hanya terdapat pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
golongan kayu daun lebar dimana 50 % atau lebih volume dari kayu daun lebar ini
disusun dari serat.
Bahan baku serat yang memenuhi kriteria dalam produksi pulp biasanya
lebih ditentukan oleh kualitas seratnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi
serat meliputi umur kayu, tempat tumbuh, lingkar tahun dan faktor genetis.
Beberapa dimensi serat yang penting dipelajari untuk menganalisis bahan baku
pulp antara lain panjang serat, diameter serta, diameter lumen, dan tebal dinding
serat (Sitorus, 2012).
Pengukuran diameter serat menggunakan mikroskop proyektor dengan
perbesaran 10 kali untuk pengukuran panjang serat dan pembesaran 40 kali untuk
diameter serat dan diameter lumen. Sedangkan untuk tebal dinding serat diperoleh
dari perhitungan diameter serat dikurangi diameter lumen lalu dibagi dua. Hasil
pengukuran dari alat ini dikonversikan ke dalam satuan mikron (µm), yaitu
diameter serat, diameter lumen, dan tebal dinding serat sebesar 8.116 µm,
sedangkan untuk panjang serat sebesar 2.034 µm. Dalam pengukuran dimensi
serat, yaitu panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding serat,
dipilih serat yang utuh atau tidak patah, rusak terlipat, pecah, terpotong dan
kerusakan lainnya (Budi dan Husein, 2006).
Pulp serat panjang lebih sulit lolos saringan, sehingga lebih mudah dicuci.
Panjang serat mempengaruhi sifat-sifat tertentu pulp dan kertas, termasuk
ketahanan sobek, kekuatan tarik dan daya lipat. Serat yang berdinding tipis
mengakibatkan serat tersebut mudah menggepeng sehingga menghasilkan
lembaran pulp dan kertas yang lebih padat dan keteguhan letup pecah lebih baik
dibandingkan dengan serat berdinding tebal. Sebaliknya, serat berdinding tebal
menghasilkan lembaran yang mempunyai kekuatan keteguhan sobek yang tinggi,
tetapi kekuatan letup rendah. Untuk memperoleh keteguhan retak dan sobek yang
tinggi, serat yang berdinding tebal perlu dicampur dengan serat yang panjang dan
berdinding tipis, misalnya dengan serat kayu daun jarum, atau digiling sesudah
diolah menjadi pulp selama beberapa waktu seminggu terjadi penipisan dinding
serat (Aprianis dan Rahmayanti, 2008).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2019 sampai dengan
november 2020. Pengambilan sampel dilakukan di penanaman pohon gaharu di
Desa Pekan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Rangkaian
kegiatan mulai dari pengambilan cabang satu dan cabang dua, penyiapan kayu
menjadi serbuk dan penelitian serbuk kayu. Persiapan sampel dan pembuatan
karboksilmetil selulosa dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Pengujian Kadar air, analisis
kandungan kimia, dan pembuatan pulp dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pengukuran pH dilakukan di
laboratorium Farmasi Fisik, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
Pengujian FTIR dilakukan di Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi,
Universitas Sumatera Utara. Pengujian kualitas serat dilakukan di Laboratorium
Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Cabang kayu Gaharu yang diperoleh dari Desa Pekan Bahorok. Bahan
kimia yang digunakan adalah NaOH (technical grade), alkohol, safranin, NaOCl,
asam asetat glasial, sodium monokloroasetat, akuades, etanol, methanol, isopropyl
alcohol, HNO3, HCl, AgNO3, Phenopthalein (PP), K2Cr2O7, H2O2, masker, dan
sarung tangan. Peralatan yang digunakan antara lain neraca analitik, Fourier-
Transform Infrared Spectrophotometer (Shidmadzu), desikator, hotplate stirrer,
pH indikator, alumunium foil, mikroskop, kertas saring, baskom, oven, parutan,
kertas saring, pisau, pH meter, dan peralatan gelas yang biasa digunakan dalam
laboratorium.
Prosedur
Persiapan bahan cabang kayu gaharu
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa cabang kayu gaharu
dipotong-potong menyerupai korek api dan dikeringkan cabang kayu gaharu
sampai kondisinya kering udara. Cabang diambil dari kebun gaharu di Desa
Bahorok, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
Gambar 2. Diagram alur Pembuatan CMC (Carboxyl Methyl Cellulose)
Pengukuran Kadar Air ( KA) (ASTM D 2016 – 74)
Analisis ini diawali dengan memasukkan serbuk kayu gaharu yang telah
diketahui beratnya. Kemudian dimasukkan kedalam oven yang sudah diatur pada
suhu 103 ± 2 ºC. Setiap 24 jam, cawan timbang dan isinya dimasukkan ke dalam
desikator selama ± 15 menit untuk kemudian ditimbang. Penimbangan dilanjutkan
secara terus-menerus sampai beratnya konstan. Berat serbuk pada keadaan ini
disebut berat kering oven (BKO). Besarnya kadar air dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Analisis Kimia
Analisis kualitas serat
Pulping
Pulp Bleaching
Pengukuran dimensi serat dan kualitas serat
Alkalisasi
(NaOH 15% )
Pembuatan CMC (Carboxyl Methyl Cellulose)
Dinetralkan pH 7
Dikeringkan suhu 60℃
Karakteristik
(Organoleptik, Kelembaban, pH, FT-IR)
Karbometilasi
(Na-Monokloroasetat 4
gr) )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
𝐾𝐴 % =𝐵𝐵 − 𝐵𝐾𝑂
𝐵𝐾𝑂 × 100%
Analisis Kandungan Kimia
Standar yang digunakan dalam menganalisis kandungan kimia adalah
standar TAPPI (Technical Analyze of The Pulp and Paper Industry) Kelarutan Zat
Ekstraktif
1. Kelarutan Dalam Air Dingin (TAPPI T 207 om-88)
Dua gram serbuk kayu gaharu kering oven dimasukkan ke dalam gelas
piala 400 ml dan tambahkan aquades sebanyak 300 ml. Diaduk dengan
menggunakan magnetic stireer dengan kecepatan konstan selama 48 jam dengan
suhu 23 ± 2 ºC. setelah 48 jam, serbuk di saring dengan mengunakan gelas filter
yang bersih dan telah diketahui beratnya, serbuk yang telah ditampung di gelas
filter dibilas dengan aquades dingin sebanyak 200 ml. Serbuk yang ada di gelas
filter dimasukkan dalam oven dengan suhu 103±2 ºC selama 24 jam, lalu
dinginkan dalam desikator dan timbang beratnya. Pengeringan dan penimbangan
dilakukan beberapa kali sampai beratnya konstan.
2. Kelarutan Dalam Air Panas (TAPPI T 207 om-88)
Dua gram serbuk kayu gaharu kering oven yang dimasukkan kedalam
elenmayer 300 ml. Ditambahkan aquades panas (yang mendidih pada temperature
100ºC) sebanyak 100 ml. masukkan dalam waterbath yang airnya telah mencapai
titik didih, dengan mengunakan pendingin tegak selama 3 jam, yang harus di
perhatikan bahwa air permukaan waterbath harus di atas permukaan air di dalam
erlenmayer. Pada periode tertentu yang konstan, campuran tersebut harus dikocok
perlahan-perlahan. Dipindahkan serbuk yang ada di elenmayer ke gelas filter yang
bersih dan telah diketahui beratnya, serbuk yang telah ditampung di gelas filter
dibilas dengan aquades panas sebanyak 200 ml. Serbuk yang ada di gelas filter
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 103±2ºC selama 24 jam, lalu didinginkan
dalam desikator dan timbang beratnya. Pengeringan dan penimbangan dilakukan
beberapa kali sampai beratnya konstan.
3. Kelarutan dalam NaOH 1% (TAPPI 212 om -88)
Dua gram serbuk kayu gaharu kering oven dimasukkan ke dalam gelas
erlenmayer 300 ml. Ditambahkan 10 ml larutan NaOH 1% dan dimasukkan ke
dalam waterbath yang airnya telah mendidih selama 1 jam. Permukaan air dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
waterbath harus selalu di atas air dalam gelas piala. Isi gelas piala dipindahkan ke
dalam gelas filter yang bersih, kering dan telah diketahui beratnya. kemudian di
bilas dengan aquades panas ± 100 ml dan asam asetat 10% dan terakhir bilas lagi
dengan aquades panas sampai bebas asam (dicek dengan pH Indikator).
Dimasukkan gelas filter beserta residu tersebut kedalam oven dengan suhu
103±20C selama 24 jam. Dinginkan dalam desikator selama ± 15 menit,
kemudian ditimbang. pengeringan dan penimbangan dilakukan sampai berat yang
konstan.
4. Kelarutan Dalam Alkohol Benzen (1:2) (TAPPI T 204 om-88)
Extraction flaksh yang bersih dan batu pendidih ditimbang untuk
mengetahui beratnya. Kertas shipon kosong di timbang, lalu isi dengan serbuk
sebanyak 9/10 bagian dan di timbang lagi. Ekstraksi dengan 200 ml larutan
alkohol–benzene selama 4-6 jam. Setelah diekstraksi, pindahkan serbuk ke corong
bucher dan keluarkan sisa larutan alkohol –benzen yang ada di serbuk dengan alat
penghisap. Dibilas lagi beberapa kali dengan aquades sambil di hisap untuk
mengeluarkan etanol. Dipindahkan serbuk yang telah habis airnya ke dalam
Erlenmeyer 1000 ml dan tambahkan aquades panas ke dalamnya sebanyak 500
ml. Dipanaskan dalam waterbath selama 1 jam. Usahakan temperature waterbath
selalu konstan (100ºC). selanjutnya serbuk disaring dengan corong bucher dan
penghisap sambil dibilas dengan 500 ml aquades mendidih. Ditebarkan serbuk di
atas kertas dan biarkan selama beberapa jam hingga tercapai kadar air seimbang.
Hitung kadar airnya dan sisa serbuk di simpan dalam plastik untuk di gunakan
analisa lain. Untuk mengetahui besarnya kandungan zat ekstraktif, maka filtrate
yang ada di extraction flask di keringkan dengan cara mendestilasinya dengan
mengunakan waterbath, pendingin dan penghisapan. Setelah extraction flask
kering, lalu di oven ± 1 jam, lalu dinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Pengeringan dan penimbangan dilakukan sampai berat yang konstan.
5. Holoselulosa (TAPPI T 9 om-54)
Serbuk kayu gaharu bebas ekstraktif ditimbang 2,5 gram, dimasukkan ke
dalam elenmayer 200 ml, ditambahkan aquades dengan suhu 800 oC sebanyak 80
ml. tambahkan 0,94 gr NaCl2 (80%) dan 0,3 ml CH3COOH sambil diaduk. Tutup
dengan erlenmeyer 50 ml dan panaskan dalam waterbath dengan suhu 800 oC.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
setelah 60 menit, tambahkan lagi 0,94 gr NaCl2 (80%) dan 0,3 CH3COOH
sebanyak 3 kali. Selanjutnya dinginkan erlenmayer dan isi dengan air es dengan
temperature di bawah 100C. Saring dengan gelas filter pori 2 yang bersih dan
telah di ketahui beratnya, bilas dengan air es, lalu dengan aseton. Keringkan
dalam desikator dan aseton di sedot keluar. Residu akhir adalah holoselulosa
berwarna putih atau kekuning-kuningan. Masukkan gelas filter dengan residunya
ke oven temperatur 103±20C selama 24 jam. Selanjutnya angkat dan dinginkan
dalam desikator selama ±15 menit kemudian timbang beratnya sampai konstan.
Holoselulosa di gunakan untuk mendeterminasi selulosa.
6. Alpa Selulosa (TAPPI 203 om-88)
Residu holoselulosa kering oven di timbang 1,5 gram, dimasukkan ke
dalam gelas piala yang tinggi, kemudian tambahkan 75 ml NaOH 17,5 %, lalu
aduk setelah tercampur sempurna, tambahkan 25 ml NaOH 17,5 % dan aduk lagi.
Pengadukan selama 30 menit dengan temperature waterbath 25±0,20C. Setelah 30
menit ditambahkan 100 ml aquades dan diaduk beberapa saat. Lalu diamkan
selama 30 menit. Selanjutnya disaring dengan gelas filter dan filtratnya ditampung
di filtration flask yang bersih dan kering (jangan di bilas dengan air). ambil filtrate
25 ml dengan pipet dan 10 ml K2Cr2O7dan dimasukkan ke dalam erlenmayer 250
ml lakukan 3 kali, tambahkan dengan hati-hati (sambil dikocok) dengan 30 ml
asam sulfat pekat. Didiamkan selama 15 menit, lalu tambahkan 50 ml aquades dan
dinginkan dalam temperature ruang selama beberapa jam. Ditambahkan 2-4 tetes
ferroin dan titrasi dengan feramonium sulfat 0,1 N hingga tercapai titik titrasi
(larutan berwarna ungu). Dibuat titrasi blanko, yaitu dengan mengunakan 12,5 ml
NaOH 17,5% dan 12,5 ml air.Perhitungan : % Alpa Selulosa = 100-6,85 (V2-
V1)×N×20 ×100%A×WKeterangan : V1 = Titrasi filtrate (ml)V2 = Titrasi
Larutan Blanko (ml) N =Normalitas larutan ferroamonium sulfat yang sebenarnya
(larutan harus di standarisasi sebelum di pakai) A = Volume filtrate yang di
gunakan (ml) W =Berat Sampel (gram)
7. Lignin (TAPPI T 222 om -88)
Satu gram serbuk kayu gaharu bebas ekstraktif (kering oven) di masukkan
ke dalam gelas piala 100 ml, kemudian letakkan dalam waterbath dengan suhu
2±10C. tambahkan asam sulfat 72 % sebanyak 15 ml sedikit demi sedikit dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
mengunakan buret terus di aduk, temperature dalam waterbath dengan suhu
2±10C selama disperse dilakukan. Ditutup gelas piala dengan penutup kaca dan
dimasukkan ke dalam bath yang bertemperature 20±10 C dan aduk secara teratur
selama 2 jam. Erlenmayer 100 ml di isi dengan 300-400 ml aquades panas lalu
pindahkan serbuk dari gelas piala ke elenmayer. Selanjutnya bilas dan encerkan
dengan aquades hingga volume mencapi 575 ml (konsentrasi asam sulfat menjadi
3 %). Dididihkan dengan hot plate selama 4 jam dan bila air dalam elenmayer
berkurang tambahkan air panas. Saring menggunakan gelas filter bersih dan telah
diketahui beratnya. kemudian bilas dengan air panas hingga bebas asam
(di cek dengan pH Indikator). Gelas filter dan serbuk kayu gaharu di masukkan
dalam oven dengan temperature 103± 20C selama 24 jam. Dinginkan dalam
desikator, kemudian timbang beratnya.
Proses Pulping
Bahan yang digunakan untuk pulping adalah chip atau serpih kayu, NaOH
50 g dan aquades 1600 ml. Bahan tersebut harus dalam kondisi baik dan steril.
Digester merupakan alat yang digunakan dalam proses pulping. Setiap sekali
proses pulping dibutuhkan serbuk kayu 200 g, larutan NaOH 25%, waktu 2-3 jam
dengan suhu 160-170 ℃ dan tekanan 8 atm. Selanjutnya bahan baku digiling
dalam keadaan basah, maka serat-serat akan terlepas, kemudian disaring sehingga
selulosa terpisah dari senyawa lain. Selanjutnya dilakukan proses purifikasi serat.
Perlakuan purifikasi yang dilakukan mengacu pada penelitian Fahma et al. (2010).
Pada perlakuan serat selulosa serat dipotong dengan panjang 0,5-1 cm sebelum
diberi perlakuan. Serat dicuci dengan ethanol untuk menghilangkan benzene,
dilanjutkan dengan pencucian air destilata. Untuk menghilangkan lignin, serat
diekstrak dengan direndam selama 4 kali dalam larutan natrium hipoklorit 1,25%
dalam kondisi asam (pH 4-5) dengan suhu 70 ℃ selama 1 jam kemudian dicuci
dengan air destilata.
Proses Bleaching
Sampel kering dari tahap alkalisasi dan delignifikasi ditambahkan larutan
NaOH 4% sampai tenggelam, dipanaskan dengan hotplate pada suhu 50oC ditetesi
dengan H2O2 (35%) sejumlah larutan NaOH 4% sampai habis. Dilanjutkan
pemanasan dengan pengadukan selama 60 menit suhu 50oC. Kemudian disaring.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Residu dicampur dengan aquadest sampai pH netral lalu dikeringkan pada suhu
50oC selama 24 jam (Wijaya et al., 2017).
Analisis Kualitas Serat
Pengolahan Serat Hasil Proses Pulping
Serat disaring dengan menggunakan kertas saring dan dibilas dengan cara
menggunakan alkohol 10% 20% 40% 50% 60% 70% 80% 97% sebanyak 100 ml.
Serat dibilas lagi dengan aquades hingga pH netral dan serat dipindahkan ke
dalam cawan petri. Serat tersebut ditetesi dengan safranin untuk pewarnaan agar
mudah pada pengukuran dimensi.
Pengukuran dimensi serat
1. Dimensi serat yang diukur sebanyak 100 serat/cabang. Dimensi serat yang
diukur adalah panjang serat, diameter serat, tebal dinding serat, dan
diameter lumen. Bentuk dan bagian dimensi serat yang di ukur dapat
dilihat pada gambar
Keterangan:
P : Panjang serat
D : Diameter serat
I : Diameter lumen
W : Tebal dinding serat
2. Tebal dinding serat dihitung dengan rumus
𝑊 =D −l
2
3. Turunan dimensinya, dihitung dengan rumus:
𝑅𝑢𝑛𝑘𝑒𝑙 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =2w
l
𝐹𝑒𝑙𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 =P
d
𝑀𝑢ℎ𝑙𝑠𝑡𝑒𝑝ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =d − l
2𝑎× 100%
𝐶𝑜𝑜𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑡 𝑂𝑓 𝑅𝑖𝑔𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 =w
d
𝐹𝑙𝑒𝑥𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =l
d
Pembuatan CMC
Ditimbang 2 gram berat kering selulosa baku dimasukkan ke dalam gelas
beaker 250 ml ditambahkan 50 ml isopropyl-alkohol, 10 ml aquadest dan diaduk
Gambar 3. Dimensi serat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan proses alkalisasi dengan menambahkan
20 ml larutan NaOH 15% dan dilakukan pengadukan menggunakan magnetic
strirer selama 1 jam pada suhu 25°C. Setelah selesai dilanjutkan proses
karboksimetilasi dengan menambahkan natrium monokloroasetat
(ClCH2COONa) sebanyak 4 gram. Campuran kemudian dipanaskan dengan suhu
45ºC selama 2 jam. Setelah itu campuran disaring dan residunya direndam
menggunakan 50 ml metanol selama 24 jam. Kemudian campuran dinetralkan
menggunakan larutan asam asetat glasial. Campuran kemudian disaring kembali
dan residunya dicuci dengan etanol kemudian dikeringkan di dalam oven dengan
suhu 60ºC hingga beratnya konstan (Tosaso, 2015).
Karakterisasi CMC
Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau dan
rasa sesuai dengan Farmakope Indonesia ke-V.
Uji kelembaban
Menurut standar ASTM Internasional, selulosa ditimbang sebanyak 3
gram ke dalam kertas perkamen, kemudian masukkan ke dalam oven pada suhu
105⁰C selama 2 jam. Kemudian didinginkan lalu ditimbang dan dihitung nilai
kelembaban karboksimetil selulosa. Dihitung berdasarkan persamaan:
M =𝐴
B × 100%
Keterangan:
A= Massa karboksimetil selulosa yang hilang
B= Berat karboksimetil selulosa yang digunakan
Penentuan pH
Larutan CMC ditimbang 2 gram dan dilarutkan dalam akuades 100 ml
dengan memanaskan pada suhu 60ºC dan diaduk sampai larut. Setelah larut
merata, didinginkan pada suhu ruang. Penetapan pH dilakukan dengan pH meter
sesuai dengan Farmakope Indonesia ke-V.
Analisis Karboksimetil Selulosa Metode FT-IR
Analisa gugus fungsi dilakukan menggunakan instrumen spektrofotometer
FT-IR (Shimadzu) dengan taknik pellet KBr di Laboratorium Penelitian Fakultas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Farmasi Universitas Sumatera Utara. CMC komersial digunakan sebagai
pembanding (Ginarco, 2019).
Gambar 4. Bagian dari pohon gaharu
Cabang 1
Cabang 2
Cabang 1
Cabang 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kadar Air
Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui kadar air yang terdapat
pada serbuk cabang gaharu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air dari
cabang kayu gaharu menggunakan metode ASTM D 2016 – 74 terlihat bahwa
kadar air antara cabang 1 dan cabang 2 yakni berturut-turut memiliki rata-rata
sebesar 12,64% dan 10,32%. Variasi kadar air kering udara pada cabang kayu
(A. malaccensis Lamk) dikarenakan sifat kayu bersifat higroskopis. Uap air sesuai
dengan pernyataan (Hutagalung, 2011) yang menyatakan kayu memiliki sifat
higroskopis yaitu kemampuan kayu untuk menyerap uap air dari udara sekitarnya
sampai kayu mencapai keseimbangan kandungan air dengan udara.
Penetapan kadar air ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air dari
bahan baku yang akan digunakan untuk tahapan selanjutnya.
(Batubara et al., 2017) penentuan kadar air berguna untuk menduga keawetan atau
ketahanan sampel dalam penyimpanan serta untuk mengoreksi rendemen yang
dihasilkan.
Hasil Kandungan Kimia
Komponen kimia kayu gaharu yang diamati adalah ekstraktif air dingin,
ekstraktif air panas, NaOH 1%, ethanol-benzena, holoselulosa, alpa selulosa, dan
lignin. Secara rata-rata kadar komponen kimia kayu gaharu dari cabang 1 dan
cabang 2 yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komponen kimia kayu Parameter Kandungan Kimia (%)
Cabang 1 Cabang 2
Kadar air 12,64 ± 0,34 10,32 ± 0,32
Ekstraktif air dingin 2,71 ± 0,49 2,96 ± 0,84
Ekstraktif air panas 3,31 ± 0,18 3,49 ± 0,38
NaOH 1% 10,03 ± 0,31 13,42 ± 0,65
Ethanol-Benzena 3,81 ± 0,34 4,14 ± 0,22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Ekstraktif yang terlarut dalam air dingin gaharu pada cabang 1 sebesar
2,71% dan cabang 2 sebesar 2,96%. Ekstraktif yang terlarut dalam air panas
gaharu cabang 1 sebesar 3,31% dan 3,49%. Kandungan ekstraktif yang larut
dalam air dingin dan air panas gaharu juga sama dengan jenis kayu Eucaliptus
urophylla yang umum digunakan sebagai bahan baku pulp kertas yaitu 2,32% dan
3,37%. Jenis lain yang umum untuk bahan baku pulp kertas yaitu Acacia
mangium memiliki kandungan ekstraktif yang cukup tinggi, 11,39% untuk
kelarutan air dingin dan 14,06% untuk kelarutan air panas (Herlina et al., 2018).
Kelarutan dalam NaOH 1% kayu gaharu cabang 2 lebih besar dari cabang 1 yaitu
13,42% dan 10,03% .
Kelarutan zat ekstraktif pada NaOH 1 % tinggi. Semakin tinggi tingkat
kerusakan atau serangan pelapuk maka kelarutannya akan semakin tinggi pula
(Triyono, 2009). Kelarutan ethanol-benzene gaharu cabang 2 lebih besar dari
cabang 1 yaitu 4,14% dan 3,81%. Zat ekstraktif juga berpengaruh dalam
ketahanan alami pada kayu. (Novriyanti, 2008) menyatakan bahwa diantara fungsi
zat ekstraktif adalah sebagai bagian dari mekanisme sistem pertahanan pohon
terhadap serangan mikroorganisme.
(Syafii dan Siregar, 2006) menyatakan bahwa secara kuantitatif,
kandungan zat ekstraktif dalam kayu paling kecil bila dibandingkan dengan
kandungan selulosa dan lignin, akan tetapi secara kualitatif mempunyai pengaruh
yang besar terhadap sifat kayu dan sifat pengolahannya. Misalnya berpengaruh
dalam proses pulping, dimana semakin tinggi kandungan zat ekstraktif maka akan
semakin tinggi pula konsumsi bahan kimia yang diperlukan dalam proses pulping
serta dapat menyebabkan terjadinya pitch-problem yaitu terjadinya bintik-bintik
pada lembaran pulp yang dihasilkan. Dengan demikian, dari cabang gaharu yang
diteliti maka merupakan baik karena mengandung zat ekstraktif yang rendah.
Kadar lignin kayu gaharu cabang 2 bebih besar dari cabang 1 yaitu 26,77%
dan 26,68%. Kadar lignin yang tinggi tidak diharapkan dalam proses pengolahan
Holoselulosa 78,17 ± 1,01 75,61 ± 1,71
Alpa selulosa 52,70 ± 0,53 50,65 ± 0,38
Lignin 26,68 ± 0,99 26,77 ± 1,91
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
pulp kertas karena dapat meningkatkan kebutuhan bahan kimia pemasak sehingga
kurang ekonomis (Herlina et al., 2018). Lignin menaikkan sifat-sifat kekuatan
mekanik tumbuhan sehingga tumbuh besar seperti pohon yang tinggi dapat berdiri
kokoh.
Kadar selulosa dan holoselulosa sangat diharapkan dalam pembuatan pulp.
Selulosa yang tinggi akan menghasilkan rendemen pulp yang tinggi. Kadar
selulosa cabang 1 sebesar 52,70% dan cabang 2 sebesar 50,65%. Kadar selulosa
cabang kayu gaharu hampir sama dengan A. mangium yang kadarnya ≥50. Artinya
cabang kayu gaharu dapat digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas.
Holoselulosa cabang 1 sebesar 78,17% dan cabang 2 sebesar 75,61%.
(Nasdy, 2013) menyatakan bahwa kadar holoselulosa dalam kayu menyatakan
jumlah senyawa karbohidrat atau polisakarida yang terdiri dari selulosa,
hemiselulosa, dan pektin kayu. Kayu dengan kadar holoselulosa tinggi secara
teoritis akan menghasilkan pulp dengan rendemen pemasakan tinggi.
Melihat dari komponen kimianya, kualitas pulp yang akan dihasilkan dari
cabang gaharu masih rendah dibandingkan kualitas pulp dan kertas yang
diproduksi dari kayu jenis A. mangium dimana mengandung zat ekstraktif yang
larut dalam air dingin, air panas, alkohol benzene dan larutan NaOH 1 % maing-
masing adalah 11,39%; 14,06%; 6,93%; dan 20,23%. Sedangkan kandungan
holoselulosa, selulosa dan lignin adalah 80,99%; 51,20% dan 24,89%
(Herlina et al., 2018).. Namun cabang gaharu masih memungkinkan untuk
dijadikan bahan baku pulp dan kertas. Selulosa dari cabang gaharu mempunyai
potensi sebagai sumber selulosa yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
mikrokristalin selulosa sebagai bahan dasar sintesis CMC
(Carboxyl methyl Cellulose) dalam penelitian ini.
Kandungan kimia zat ekstraktif cabang kayu gaharu
(A. malaccensis Lamk) untuk senyawa yang larut dalam air dingin dan air panas
termasuk pada kategori sedang, untuk senyawa kimia zat ekstraktif yang larut
dalam NAOH 1 % dan yang larut dalam ethanol benzen termasuk pada kategori
tinggi berdasarkan klasifikasi jenis kayu daun lebar Indonesia atas dasar
komponen kimia (Tabel 3). Sedangkan kandungan holoselulosa dan alfa selulosa
termasuk kategori tinggi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Tabel 3. Klasifikasi Jenis Kayu Daun Lebar Indonesia Atas Dasar Komponen
Kimia Komponen kimia
(Chemical component)
Kelas komponen (Component class)
Tinggi (High) Sedang (Moderate) Rendah (Low)
Selulosa (Cellulose) >45 40-45 <40
Lignin (Lignin) >33 18-33 <18
Pentosan (Pentosan) >24 21-24 <21
Ekstraktif (Extractive) >4 2-4 <2
Abu (Ash) >6 0.2-6 <0.2
Sumber: Batubara et al.
Hasil Pembuatan Pulp dan Proses Bleaching
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh serat cabang kayu
gaharu yang diperlihatkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Serat cabang kayu (A. malaccensis Lamk) (a) serat pulp dan (b) serat
bleaching
Perlakuan pulping dan bleaching dilakukan untuk menghilangkan
kandungan zat ekstraktif lignin dan hemiselulosa pada serat sehingga
meningkatkan selulosanya. Perbedaan bentuk antara serat pulp dan bleaching
dapat dilihat pada Gambar 5. Secara visual terlihat jenis perbedaan antara serat
pulp dan bleaching. Dari segi warna serat pulp lebih gelap dibandingkan serat
bleaching, sedangkan dari segi tekstur serat pulp lebih kering dan kasar
dibandingkan serat bleaching yang lebih halus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Setelah pembuatan maserasi selulosa dilanjutkan dengan pengamatan
kualitas serat dan pembuatan Karboksilmetil selulosa (CMC). Selain itu juga
dilakukan analisis serat dari cabang kayu gaharu hasil proses pulping.
Struktur Anatomi Dimensi Serat
Struktur anatomi dimensi serat secara mikroskopis dimensi serat dapat
dilihat dari struktur anatomi serat. Struktur anatomi serat meliputi panjang serat,
tebal dinding dan diameter lumen serat (Gambar 6).
A B
Gambar 6. Serat (a) Panjang serat (b) tebal dingding dan (c) diameter lumen serat
(Perbesaran 40x); A = Cabang 1 dan B = Cabang 2
Teknisnya, pengukuran diameter serat dapat menggunakan mikroskop
cahaya dengan perbesaran 10 kali untuk pengukuran panjang serat dan perbesaran
40 kali untuk diameter serat dan diameter lumen. Pengukuran tebal dingding serat
diperoleh dari perhitungan diameter serat dikurangi diameter lumen lalu dibagi
dua. Dalam pengukuran dimensi serat dipilih serat yang utuh atau tidak patah,
rusak terlipat, pecah, terpotong, dan kerusakan lainnya. Jumlah serat yang diukur
diambil dari masing-masing bagian sebanyak 100 buah serat (Nuryawan, 2016).
Dimensi serat merupakan salah satu sifat penting kayu yang dapat
digunakan sebagai dasar memilih bahan baku kayu untuk produksi pulp dan
kertas. Dimensi serat (panjang serat, diameter serat, tebal dinding sel, dan
diameter lumen) dari kayu gaharu dapat dilihat pada Tabel 4.
b
c
a
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
Tabel 4. Nilai rata-rata dimensi serat cabang kayu gaharu (A.malaccensis Lamk) Bagian
Pohon
Nilai Rata-rata Dimensi Serat
Panjang serat Diameter
serat
Diameter
lumen
Tebal dinding
serat
Cabang 1 601,86 ± 87,30 28,33 ± 6,00 20,71 ± 10,56 2,56 ± 1,07
Cabang 2 481,3 ± 115,12 18,17 ± 4,29 11,85 ± 1,60 2,22 ± 1,12
Pada Tabel diketahui bahwa rata-rata panjang serat kayu (A. malaccensis
Lamk) pada masing- masing bagian batang berturut-turut adalah pada bagian
cabang 1 sebesar 601,86 µm dan pada bagian cabang 2 adalah sebesar 481,3 µm.
Menurut (Hutagalung, 2011) sel yang matang lebih panjang dari sel yang muda
karena sel yang muda terus mengalami pembelahan, sedangkan penambahan
panjang sel merupakan tahap akhir dari pembesaran sel. Rataan dari kedua serat
kayu gaharu menunjukkan bahwa serat kayu gaharu termasuk ke dalam golongan
serat pendek yaitu 481,3-601,86 µm.
Diameter serat pada cabang 1 kayu (A. malaccensis Lamk) cenderung
lebih besar dari pada bagian cabang 2. Cabang 1 batang didominasi oleh sel serat
dewasa yang telah mengalami pertumbuhan secara sempurna sehinggga diameter
serat lebih besar. Rata-rata diameter serat kayu (A. malaccensis Lamk) cabang 1
dan cabang 2 adalah sebesar 28,33 µm dan 18,77 µm. Berdasarkan klasifikasi
diameter serat kayu gaharu cabang 1 termasuk dalam kelas lebar
(26,00-40,00 µm) dan cabang 2 termasuk dalam kelas sedang (11,00-25,00 µm).
Tebal dingding serat kayu (A. malaccensis Lamk) dimana tebal dingding
serat yang paling besar terdapat pada bagian cabang 1 sebesar 2,56 µm dan
cabang 2 sebesar 2,22 µm. Ketebalan dinding sel serat cabang gaharu digolongkan
ke dalam serat dengan dinding sel sangat tebal dan lumen sangat sempit. Jenis
gaharu bagian cabang mempunyai dinding serat yang paling tipis, yaitu 2,22 µm
dan dinding serat paling tebal, yaitu 2,56 µm. Menurut serat yang berdinding tipis
mengakibatkan serat tersebut mudah menggepeng sehingga menghasilkan
lembaran pulp dan kertas yang lebih padat dan keteguhan letup pecah lebih baik
dibandingkan dengan serat berdinding tebal. Sebaliknya, serat berdinding tebal
menghasilkan lembaran yang mempunyai kekuatan keteguhan sobek yang tinggi,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
tetapi kekuatan letup rendah. Untuk memperoleh keteguhan retak dan sobek yang
tinggi, serat yang berdinding tebal perlu dicampur dengan serat yang panjang dan
berdinding tipis, misalnya dengan serat kayu daun jarum, atau digiling sesudah
diolah menjadi pulp selama beberapa waktu seminggu terjadi penipisan dinding
serat.
Rata-rata diameter lumen serat kayu (A. malaccensis Lamk) cabang 2 lebih
kecil yaitu 11,85 µm dibandingkan dengan cabang 1 yaitu 20,71 µm, hal
disebabkan pada bagian cabang 2 masih mengalami tingkat pertumbuhan.
Menurut (Sulastri et al., 2014) sel yang membelah lebih cepat pada bagian ujung
batang akan membentuk serat yang lebih pendek dengan lebar lumen yang besar
dan dinding serat yang tipis.
Dimensi serat merupakan salah satu variabel anatomi yang menentukan
kualitas kayu. Dimensi serat dari cabang kayu (A. malaccensis Lamk) tergolong
panjang serat dengan ukuran pendek, tebal dinding tebal dan diameter lumen serat
lebar umumnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas dan bahan
bangunan bermutu rendah. Peranan dimensi serat seperti panjang, diameter dan
tebal dinding serat mempunyai hubungan satu sama lain yang kompleks dan
mempunyai pengaruh terhadap tujuan penggunaan kayu sebagai bahan baku
Tabel 5. Turunan serat cabang kayu gaharu (A. malaccensis Lamk) Nilai turunan serat Nilai rata-rata turunan serat
Cabang 1 Cabang 2
Runkel Ratio 0,39 ± 0,32 0,45 ± 0,34
Daya Tenun 33,92 ± 38,30 32,03 ± 26,57
Muhsteph Ratio 42,58 ± 18,45 46,15 ± 19,67
Coefficient of Rigidity 0,13 ± 0,07 0,14 ± 0,07
Flexibility Ratio 0,75 ± 0,13 0,72 ± 0,14
Pada Tabel 5. terlihat bahwa bilangan Runkel untuk jenis kayu
(A. malaccensis Lamk) bagian cabang adalah sebesar 0,39-0,45 µm. Runkel ratio
adalah ratio antara dua kali tebal dinding serat dengan diameter lumen. Berarti
bilangan runkel berbanding lurus dengan tebal dinding sel dan berbanding terbalik
dengan diameter lumen. Dari nilai runkel ratio cabang 1 kayu gaharu 0,39 µm
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
termasuk kualitas pulp kelas III, dan cabang 2 (0,45 µm) termasuk kualitas pulp
kelas III. Menurut (Aprianis dan Rahmayanti, 2008) kayu untuk pembuatan pulp
serat yang baik yaitu memiliki bilangan runkel kecil atau sama dengan 0,25
karena memiliki dinding sel yang tipis dan diameter lumen lebar sehingga serat
dalam lembaran pulp menggepeng seluruhnya dan ikatan antar serat baik. Nilai
runkel ratio yang semakin kecil, semakin baik sebagai bahan baku pulp karena
mempunyai dinding serat yang tipis. Serat yang tipis apabila dibuat kertas akan
menghasilkan lembaran yang lebih pipih dan hasil ikatan serat yang diperoleh
lebih kuat dan baik.
Felting power cabang 1 (33,92) dan cabang 2 (32,03) kayu gaharu
termasuk kualitas pulp kelas III. Nilai daya tenun merupakan perbandingan
panjang serat dengan diameter serat. Semakin besar perbandingan tersebut maka
semakin tinggi kekuatan sobek dan semakin baik daya tenun seratnya. Dengan
kekuatan sobek yang tinggi itu juga berarti panjang serat juga semakin panjang
karena dalam menjalin antara serat semakin panjang dan gaya sobek akan terbagi
dalam luasan yang lebih besar (Syafii dan Siregar, 2006).
Muhlsteph ratio cabang 1 (42,58) dan cabang 2 (46,15) termasuk kualitas
pulp kelas II. Besarnya perbandingan muhlsteph berpengaruh terhadap kerapatan
lembaran pulp yang pada akhirnya berpengaruh pula pada kekuatan pulp yang
dihasilkan. Semakin kecil perbandingan muhlsteph maka kerapatan lembaran pulp
yang dihasilkan akan semakin tinggi dengan sifat kekuatan tinggi pula.
Sebaliknya, perbandingan muhlsteph yang tinggi menghasilkan lembaran pulp
dengan kerapatan yang rendah dan kekuatan rendah pula
(Aprianis dan Rahmayanti, 2008).
Nilai coefficient of rigidity dari cabang 1 (0,13) dan cabang 2 (0,14) kayu
gaharu termasuk kualitas pulp kelas II. Coefficient of rigidity merupakan
perbandingan antara tebal dinding serat dengan diameter serat. Perbandingan ini
menunjukkan korelasi negatif terhadap kekuatan panjang putus (kekuatan tarik),
artinya semakin tinggi koefisien kekakuan maka semakin rendah kekuatan tarik
dari kertas tersebut. Sebaliknya semakin rendah koefisien kekakuan maka
semakin tinggi kekuatan tarik kertas bersangakutan. Maka untuk pembuatan pulp
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
sebaiknya mempunyai nilai koefisien kekakuan yang rendah
(Syafii dan Siregar, 2006).
Flexibility ratio (bilangan kelenturan) adalah perbandingan antara
diameter lumen dengan dimeter serat. Kualitas pulp cabang 1 (0,75) dan cabang 2
(0,72) kayu gaharu termasuk kelas II. Flexiibility ratio yang tinggi menghasilkan
lembaran pulp dengan kekuatan yang baik karena makin tinggi flexisibility ratio
berarti serat makin tipis sehingga ikatan antar serat yang terjadi makin baik. Kayu
untuk pulp sebaiknya mempunyai nilai koefisien yang tinggi.
Penentuan kualitas serat cabang kayu gaharu sebagai bahan baku pulp dan
kertas menurut (Budi dan Husein, 2006) merupakan kombinasi antara nilai
panjang serat, nilai Runkel ratio, Felting power, Flexibility ratio, Coefficient of
rigidity dan Muhlsteph ratio, maka berdasarkan hasil perhitungan nilai kualitas
serat, maka cabang kayu gaharu memiliki nilai 250 yang berarti termasuk dalam
kelas kualitas serat II yang mempunyai ciri serat pendek, tipis dan ikatan antar
serat baik. Serat yang termasuk nilai kualitas II diduga dapat menghasilkan
lembaran dengan kekuatan sobek, retak dan tarik yang sedang. Hasil Sintesis CMC Cabang Gaharu
Hasil sintesis selulosa sebanyak 2 gram menjadi karboksimetil selulosa
CMC1 dan CMC2 terdapat pada table berikut ini:
Tabel 6. Hasil CMC dari cabang kayu gaharu ((A. malaccensis Lamk)
Jumlah
Selulosa (g)
Berat Na-CMC (gr) Berat Natrium Karboksilmetil
Selulosa (%)*
Cabang 1 Cabang 2 Cabang 1 Cabang 2
2 5,36 ± 0,40 5,15 ± 0,47 268,0 ± 20,02 257,5 ± 23,34
Keterangan: * = % berat terhadap selulosa
Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam sintesis CMC adalah
alkalisasi dan karboksimetilasi karena menentukan karakteristik CMC yang
dihasilkan. Proses alkalisasi pada penelitian ini menggunakan larutan NaOH 15%
dengan pengadukan menggunakan magnetic stirer selama 1 jam. Hal ini
dilakukan agar campuran reaksi merata maka selulosa harus terbasahi seluruhnya
oleh larutan NaOH. Fungsi NaOH yaitu mengaktifkan gugus-gugus OH pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
molekul selulosa dan sebagai pengembang. Proses pengembangan selulosa ini
akan mempengaruhi proses selanjutnya yaitu proses karboksimetilasi dimana
kondisi karboksimetilasi akan optimum jika pengembangannya optimum
(Safitri et al., 2017).
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan
natrium monokloroasetat 4 gram menghasilkan rendemen yang besar yaitu dengan
rendemen 268,0% dan 257,5%. Hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan
dengan Nur dkk., (2016) dimana CMC dari jerami padi diperoleh pada
penambahan 4 gram natrium monokloroasetat (NaCMC) yang menghasilkan
kemurnian sebesar 98,86% dan kaban (2019) menghasilkan sebesar 145,8%.
Hasil Karakterisasi Karboksilmetil Selulosa
Pengujian kualitas serbuk CMC hasil sintesis dari selulosa cabang gaharu,
meliputi organoleptis, susut pengeringan, dan pH.
Pengujian ini dengan cara membandingkan CMC yang dihasilkan dengan
CMC baku yang beredar di pasaran sesuai dengan syarat yang terdapat dalam
Farmakope Indonesia Edisi V (2014). Hasil karakterisasi CMC dapat dilihat pada
Tabel 7. Dari hasil karakterisasi didapatkan hasil terbaik sintesis karboksimetil
selulosa pada CMC 1 yang memiliki organoleptis yaitu serbuk putih, tidak berbau,
tidak berasa, kadar kelembaban sebesar 4,7%, dan pH 7,5. Hasil uji organoleptik
CMC dari bentuk, warna dan rasa berupa serbuk kasar, berwarna putih sampai
putih kekuningan dan tidak berbau. Semuanya telah memenuhi persyaratan
(Kemenkes Ditjen BKAK, 2014).
Nilai kelembaban merupakan salah satu uji standar untuk natrium
karboksimetil selulosa. Metode pengujian ini mencakup penentuan sifat
kelembaban pada karboksimetil selulosa. Nilai kelembaban yang diperoleh dari
cabang 1 dan cabang 2 berturut-turut yaitu 4,40%, 4,70% dan CMC komersial
memiliki kelembaban sebesar 4,75%. Hasil kelembaban tertinggi pada cabang 2
yaitu 4,7% tetapi lebih rendah sedikit dibandingkan kelembaban CMC komersial.
Hasil pengukuran yang diperoleh hasil pengukuran pH dari CMC
(A. malaccensis Lamk) baik cabang 1 dan cabang 2 telah memenuhi persyaratan
yaitu pH 6,5-8,5 (Kemenkes Ditjen BKAK, 2014).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Tab
el 7
. D
ata
Kar
akte
risa
si C
MC
P
ersy
arat
an
Ser
bu
k a
tau
bu
tira
n, P
uti
h a
tau
pu
tih
ku
nin
g g
adin
g t
idak
ber
asa
(Kem
enk
es D
itje
n B
KA
K,
20
14
)
Has
il t
es p
ada
sam
pel
yan
g
men
gan
du
ng
2-1
0%
kel
emb
aban
men
un
juk
kan
ket
epat
an±
0,2
%
mu
tlak
pad
a ti
ng
kat
kea
ku
rata
n
95
%
(Sta
nd
ar A
stm
Inte
rnas
ion
al)
6,5
-8,5
(K
emen
kes
Dit
jen
BK
AK
, 2
014
)
CM
C c
aban
g 1
Ser
buk p
uti
h
kek
unin
gan
, ti
dak
ber
bau
, ti
dak
ber
asa
4,4
0
7,6
0
CM
C
caban
g 2
Ser
buk p
uti
h, ti
dak
ber
bau
, ti
dak
ber
asa
4,7
0
7,5
0
CM
C K
orm
ersi
l
Ser
buk p
uti
h
tidak
ber
bau
,
tidak
ber
asa
4,7
5
7,2
0
Par
amet
er U
ji
Org
ano
lep
tis
Kel
emb
apan
pH
No
1
2
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Analisa FTIR Sintesis Karboksimetil Selulosa dari Selulosa Cabang Kayu
Gaharu (A.Malaccensis Lamk)
Gambar 7. Hasil spektrum CMC sintesis Keterangan: CMC 1 (CMC cabang 1)
CMC 2 (CMC cabang 2)
Analisis gugus fungsi pada CMC hasil sintesis dari selulosa cabang gaharu
dengan menggunakan instrumen FTIR. (Menurut Guspitasari, 2014)
spektrofotometri FTIR dikenal sebagai profil sidik jari karena kemampuannya
untuk membedakan semua sampel yang dievaluasi, spektrofotometri FTIR juga
merupakan teknik yang ideal karena sedikit pelarut dan reagen yang digunakan
selama analisis.
Tabel 7. Hasil Bilangan Gelombang CMC Hasil Sintesis dan CMC Komersial
(CMCK)
No Nama Vibrasi
–OH
(cm-1)
Vibrasi
–CH
(cm-1)
Vibrasi
–CCO
(cm-1)
Vibrasi
–CH2
(cm-1)
Vibrasi
C-O-C
(cm-1)
1 CMC K* 3383,14 2920,23 1597,06 1415,75 1056,99
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
2 CMC 1 3421,72 2931,80 1597,06 1415,75 1064,71
3 CMC 2 3425,58 2927,94 1600,92 1419,61 1060,85
Keterangan: * = Karboksilmetil selulosa komersil (Kaban,2019) ; CMC 1 = Karboksilmetil
selulosa cabang 1; CMC 2 = Karboksilmetil selulosa cabang 2.
Pada hasil FTIR karboksimetil selulosa (A.malaccensis Lamk) cabang 1
dan cabang 2 memiliki vibrasi (bilangan gelombang) yang mendekati vibrasi
karboksimetil selulosa komersial. Terdapat bilangan gelombang berturut-turut dari
cabang natrium monokloroasetat yaitu 3421,72 cm-1 dan 3425,58 cm-1 adalah
gugus OH yang merupakan ciri khas dari karboksimetil selulosa. Menurut
(Eriningsih et al., 2011), gugus fungsi OH sangat kuat pada bilangan gelombang
3417 cm-1 . Menurut (Saputra et al., 2014) ada bilangan gelombang 3700-3100
cm-1 merupakan gugus OH yang menunjukkan terbentuknya kelompok ikatan
hidrogen antara atom hidrogen dalam satu kelompok gugus hidroksil lain
monomer glukosa pada rantai polimer selulosa.
Munculnya vibrasi pada bilangan gelombang 2931,80 cm-1 dan 2927,94
cm-1 merupakan gugus C-H (hidrokarbon). Menurut (Rohman, 2014) gugus
hidrokarbon pada bilangan gelombang sekitar 3000-2850 cm-1 memiliki intensitas
yang kuat. Pada bilangan gelombang 1415,17 cm-1 dan 1419,61 cm-1
menunjukkan adanya gugus –CH2. CMC teridentifikasi mempunyai gugus
karboksil pada panjang gelombang 1604 cm-1 dan ikatan –CH2 pada panjang
gelombang 1419 cm-1 (Lestari et al., 2014).
Pada bilangan gelombang 1064,71 cm-1 dan 1060,85 cm-1 menunjukkan
adanya eter yang terbentuk yaitu gugus -COC-. Gugus eter (-COC-) pada bilangan
gelombang sekitar 1060 cm-1 (Singh dan Khatri, 2011). Dari hasil gugus
fungsional yang terukur dari spektrum FTIR dengan masing-masing serapan pada
daerah bilangan gelombang tertentu menunjukkan kesesuaian dengan struktur
karboksimetil selulosa. Hal ini ditandai dengan terdapatnya vibrasi -OH, ikatan -
CH, gugus karboksil (-COO - ), ikatan –CH2, dan gugus eter (-COC-).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kandungan kimia cabang kayu gaharu untuk zat ekstraktif yang larut
dalam NaOH 1 % dan yang larut dalam ethanol benzen masuk dalam
kategori tinggi, sedangkan zat ekstraktif yang larut dalam air dingin dan
air panas masuk dalam kategori sedang. Kandungan lignin masuk dalam
kategori sedang. Kandungan holoselulosa dan alfa selulosa termasuk
dalam kategori tinggi. Potensi cabang kayu gaharu sebagai sumber bahan
baku selulosa tinggi. Hasil analisis uji t test yang menunjukkan nilai sig.
(2-tailed) terdapat perbedaan yang nyata dari segi NaOH 1% dan alpha
selulosa (nilai sig (P)<0,05 tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan dari
air dingin, air panas, ethanol benzene, holoselulosa, dan lignin (nilai sig
(P) >0,05).
2. Nilai turunan dimensi dan panjang serat cabang kayu gaharu pada bagian
cabang 1 termasuk kelas kualitas serat II dan cabang 2 termasuk kelas
kualitas serat II.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selulosa cabang gaharu
(A.malaccensis Lamk) dapat disintesis menjadi natrium karboksimetil
selulosa dengan rendemen cabang 1 sebesar 268% dan cabang 2 sebesar
257,5%, dan CMC cabang kayu gaharu hampir sama dengan CMC
komersil dengan kelembaban cabang 1 (4,4%) dan cabang 2 (4,7%), pH
cabang 1 sebesar (7,6) dan pH cabang 2 (7,5).
Saran
Diharapkan ada penelitian lanjutan cabang kayu gaharu (A. malaccensis
Lamk) digabungkan untuk melihat kualitas serat dan karakteristik CMC, dalam
pengolahan tidak menggunakan high technology.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
DAFTAR PUSTAKA
Aprianis Y, Syofia R. 2008. Dimensi Serat Dan Nilai Turunannya Dari Tujuh
Jenis Kayu Asal Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 27(01):
11-20.
Aqmarina A. 2018. Kandungan Kimia Gaharu Dan Ekspresi Gen Sesquiterpene
Synthase 1 (Sestps1) Pada Aquilaria Malaccensis Lamk Dan Gyrinops
Versteegii Domke. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Batubara R, Surjanto, Tengku I. 2017. Kelayakan Daun Gaharu Endemik
Sumatera (Wikstroemia Tenuiramis Miq) Sebagai Bahan Baku Teh
Gaharu Yang Kaya Antioksidan. Universitas Sumatera Utara.
Budi AS, Husein N. 2006. Serat Eksentrik Pada Kulit Kayu Marobamban.
Laboratorium Anatomi Dan Identifikasi Kayu Fakultas Kehutanan
Universitas Mulawarman Samarinda.
Candido RG, Gonçalves AR. 2016. Synthesis of cellulose acetate and
carboxymethylcellulose from sugarcane straw. Carbohydrate polymers,
152, 679-686.
Ditjen POM Depkes RI. 1995. FARMAKOPE INDONESIA. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 175, 1123 dan 1183.
Effendi DB, Nurul HR, Asep BDN, Ahmad M. 2015. Sintesis Nanoselulosa.
Jurnal Integrasi Proses. 5(02): 61-74.
Eriningsih, R., Yulina, R., Mutia, T. 2011. Pembuatan Karboksimetil Selulosa
Dari Limbah Tongkol Jagung Untuk Pengental Pada Proses Pencapan
Tekstil. Arena Tekstil, 26 (2).106.
Fahma F, Iwamoto S, Hori N. 2010. Isolation, Preparation, and Characterization
of Nanofibers From Oil Palm-empty-Fruit-Bunch (OPEFB). 44: 036-900.
Ginarco B. 2019. Sintesis Karboksimetil Selulosa (Cmc) Dari Mikrokristalin
Selulosa Dengan Variasi Waktu Reaksi. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Guspitasari, I, 2014. Quantification of lard in the Mixture with Olive Oil in Cream
Cosmetics Based in FTIR Spectra and Chemometrics for Halal
Authentication. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Halaman 114.
Hadrawi J. 2014. Kandungan Lignin, Selulosa, Dan Hemiselulosa Limbah Baglog
Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Dengan Masa Inkubasi Yang
Berbeda Sebagai Bahan Pakan Ternak. Universitas Hasanuddin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Herawati C, Ridwanti B, Edy BMS. 2013. Perubahan Kimia Kayu Pada Gubal
Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) Hasil Rekayasa. Universitas
Sumatera Utara.
Herlina, Wiwin TI, Fatriani. 2018. Analisis Kimia dari Serat Kayu Bangkal
(Nauclea officinalis) sebagai Alternatif Bahan Baku Pulp Kertas
Chemical Analysis of Bangkal (Nauclea Officinalis) Wood Fibers as
Raw Material Alternative of Pulp & Paper. Jurnal Riset Industri Hasil
Hutan, 10(01): 23-24.
Hutagalung FJ. 2011. Kajian Beberapa Sifat Dasar Kayu Eucalyptus grandis
Umur 5 Tahun dan Peluangnya Sebagai Bahan Konstruksi. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan
Indriyati W, Kusmawati R, Sriwidodo S, Hasanah AN, Musfiroh I. 2016.
Karakterisasi Carboxymethyl Cellulose Sodium (Na-CMC) dari Selulosa
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) yang Tumbuh di
Daerah Jatinangor dan Lembang. Indonesian Journal of Pharmaceutical
Science and Technology, 3(3), 99-110.
Kaban HM. 2019. Sintesis CMC (Carboxymethyl Cellulose) Dari Selulosa
Tanaman Teh (Camellia sinensis) Dan Pembuatan Hidrogel Metode Ikat
Silang Dengan Aluminium Sulfat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Kamal N. 2010. Pengaruh Bahan Aditif Cmc (Carboxyl Methyl Cellulose)
Terhadap Beberapa Parameter Pada Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi.
1(17): 78-84.
Kemenkes Ditjen BKAK. 2014. Karboksimetil Selulosa Natrium, Pereaksi dan
Larutan Pereaksi. FARMAKOPE INDONESIA. Edisi V. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 620, 1682 dan
1728.
Lestari P, Hidayati, TN, Lestari SHI, Marseno DW. 2018. Pengembangan
Teknologi Pembuatan Biopolimer Bernilai Ekonomi Tinggi Dari Limbah
Tanaman Jagung (Zea mays) Untuk Industri Makanan: CMC
(Carboxymethyl Cellulose). Program Studi Teknologi Pangan dan Hasil
Pertanian. Halaman 6.
Nasdy AW. 2013. Kualitas Kayu Ampupu (Eucalyptus urophylla s. t. blake)
Berbagai Umur Tanam Sebagai Bahan Baku Pulp Dan Kertas. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Nawawi DS, Rahayu IS, Wistara NJ, Sari RK, Syafii W. 2019. Distribusi Sel Pori
pada Kayu Tarik dan Korelasinya dengan Komposisi Lignin. Jurnal Ilmu
Kehutanan, 13(1), 70-76.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
Novriyanti E. 2008. Peranan Zat Ekstraktif Dalam Pembentukan Gaharu Pada
Aquilaria Crassna Pierre Ex Lecomte Dan Aquilariamicrocarpa Baill.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Nur R, Tamrin, Muzakkar, M.Z. 2016. Sintesis dan karakterisasi CMC
(Carboxymethyl cellulose) yang dihasilkan dari selulosa jerami padi.
J. Sains dan Teknologi Pangan. 1(3): 222-231.
Nuryawan A. 2016. Teknologi Papan Partikel Dan Papan Serat. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Pasaribu G, Sipayung B, Pari G. 2007. Analisis komponen kimia empat jenis kayu
asal Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 25(4), 327-333.
Pasaribu G, Totok K, Waluyo, Gustan P. 2013. Analisis Komponen Kimia
Beberapa Kualitas Gaharu Dengan Kromatografi Gas Spektrometri Massa.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 31(03): 181-185.
Rahmawati. 2014. Kandungan ADF, NDF, Selulosa, Hemiselulosa, Dan Lignin
Silase Pakan Komplit Berbahan Dasar Rumput Gajah (Pennisetum
Purpureum) Dan Beberapa Level Biomassa Murbei (Morus Alba). Skripsi.
Universitas Hasanuddin.
Rahmadi AI, Sylvia M, Indriana L. 2018. Uji Sifat Fisik Dan Sifat Kimia Pulp
Dari Limbah Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Politeknik
Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi.
Ridwanti R, Surjanto, Tengku I. 2017. Kelayakan Daun Gaharu Endemik
Sumatera (Wikstroemia Tenuiramis Miq) Sebagai Bahan Baku Teh
Gaharu Yang Kaya Antioksidan. Universitas Sumatera Utara.
Safitri D, Erwin AR, Prismawiryanti, Rismawati S. 2017. Sintesis Karboksimetil
Selulosa (Cmc) Dari Selulosa Kulit Durian (Durio Zibethinus). Kovalen
Jurnal Riset Kimia. 3(1): 58-68.
Santoso E, Luciasih A, Imayuli RS. 2007. Efektivitas Pembentukan Gaharu Dan
Komposisi Senyawa Resin Gaharu Pada Aquilaria Spp. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam. 4(06): 543-551.
Saputra AH, Qadhayana L, Pitaloka AB. 2014. Synthesis and Characterization of
Carboxymethyl Cellulose (CMC) from Water Hyacinth Using Ethanol-
Isobutyl Alcohol Mixture as the Solvents. International Journal of
Chemical Engineering and Aplications. 5(1): 36.
Simanjuntak BER. 2009. Uji Infektivitas Fusarium sp. pada Tiga Kelas Umur dan
Letak Titik Infeksi pada Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.).
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Singh RK, Khatri OP. 2011. A scanning electron microscope based new method
for determining degree of substitution of sodium carboxymethyl
cellulose. Journal Of Microscopy. 246(1): 43-44
Sitorus R. 2012. Sifat Anatomi Kayu Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) Dan
Kayu Duku (Lansium Domesticum Corr.). Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.
Sulastri, Mukarlina. Rizalinda. 2014. Dimensi Serat Avicennia marina (Forsk).
Vierh and Avicennia alba Blume. Jurnal Protobiot. 3(01): 12-16.
Sumarna, Y. 2007. Budidaya Gaharu. Cetakan ke – 4. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syafii W, Siregar IZ. 2018. Sifat Kimia dan Dimensi Serat Kayu Mangium
(Acacia mangium Willd.) dari Tiga Provenans. Chemical Properties and
Fiber Dimension of Acacia mangium Willd. from Three Provenances.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis, 4(1), 28-32.
Syafii W, Iskandar ZS. 2006. Sifat Kimia dan Dimensi Serat Kayu Mangium
(Acacia mangium Willd.) dari Tiga Provenans. J. Tropical Wood Science
& Technology, 4 (1).
Tasaso, P. 2015. Optimizing Reaction Conditions for Synthesis of Carboxymethyl
Cellulose from Oil Palm Fronds. International Journal of Chemical
Engineering and Aplication. Vol. 6, No. 2. Halaman 102-103.
Triyono H. 2009. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Cangkang Buah Kelapa Sawit
(Elaeis guinesis Jack) sebagai Alternative Subsitusi Bahan
Berlignoselulosa. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Wati, R. 2016. Pengaruh Penambahan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan
Asam Sitrat Terhadap Mutu Produk Sirup Belimbing Manis (Averrhoa
Carambola). Jurnal Tata Boga, 5(3).
Wibisono HS, Jasni, Wa OWA. 2018. Komposisi Kimia Dan Keawetan Alami
Delapan Jenis Kayu Di Bawah Naungan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.
36(01): 59-65.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Alat yang digunakan
Gambar 1. Alat Fourier-Transform Infrared Spectroscopy
Gambar 2. Oven
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Gambar 3. Mikroskop
Gambar 4. Hotplate Stirrer
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Lampiran 2. Bagian Tanaman Gaharu (A.Malaccensis Lamk)
A. Gambar tanaman Gaharu B. Gambar cabang tanaman gaharu
C. Chips cabang 1 D. chips cabang 2
E. Gambar hasil pulp cabang 1 F. Gambar hasil pulp cabang 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Lampiran 3. Gambar Selulosa dan Carboxymethyl Cellulose Gaharu
(Aquilaria malaccensis lamk)
CMC Cabang 1
CMC Cabang 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Lampiran 4. Gambar serat dari cabang 1 dan cabang 2 gaharu
(Aquilaria malaccensis lamk)
Serat cabang 1
Serat cabang 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Lampiran 5. Hasil Spektroskopi Inframerah CMC Cabang 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Lampiran 6. Hasil Spektroskopi Inframerah CMC Cabang 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Lampiran 7. Data Analisis Sifat Kimia Cabang Tanaman Gaharu
(A.Malaccensis Lamk)
Kadar Air Serbuk (ASTM D 2006 – 74)
Perlakuan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
Batang Cabang 1 12,251 12,8049 12,8786 12,6448
Batang Cabang 2 10,6631 10,0352 10,2675 10,3219
Kelarutan Dalam Air Dingin (TAPPI 207- om -88)
Perlakuan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
Batang Cabang 1 3,1222 2,1599 2,8377 2,7066
Batang Cabang 2 2,5488 3,928 2,4164 2,9644
Kelarutan Dalam Air Panas (TAPPI 207 om - 88)
Perlakuan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
Batang Cabang 1 3,2458 3,1664 3,5144 3,3089
Batang Cabang 2 3,9076 3,4065 3,1638 3,4926
Kelarutan Dalam Larutan NaOH 1% (TAPPI 212 om – 88)
Perlakuan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
B.Cabang 1 9,9338 9,7789 10,3835 10,032
B.Cabang 2 12,8052 14,0945 13,3842 13,428
Kelarutan Dalam Ethanol Benzena ( 1:2) (TAPPI T 204 om – 88)
Perlakuan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
Batang Cabang 1 3,9079 3,4309 4,0935 3,8108
Batang Cabang 2 4,3515 3,9209 4,1504 4,141
Analisa Holoselulosa (TAPPI 9M - 54)
Perlakuan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
Batang Cabang 1 79,3085 77,3778 77,8201 78,1688
Batang Cabang 2 77,5142 75,0839 74,223 75,607
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Analisa Alpa selulosa (TAPPI 203 om-88)
Perlakuan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
S. Cabang 1 52,3966 53,3168 52,4022 52,7052
S. Cabang 2 50,6662 51,0216 50,2559 50,6479
Analisa Lignin ( TAPPI T 222 om-88)
Perlakuan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
Batang Cabang 1 27,745 26,533 25,7848 26,6876
Batang Cabang 2 26,7405 27,8431 25,7278 26,7704
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Lampiran 8. Dimensi serat bagian cabang 1 Tanaman Gaharu
(A.Malaccensis Lamk)
Serat P D I W RR FP MR (%) CR FR
1 768,33 22,80 14,05 4,38 0,62 33,70 62,03 0,19 0,62
2 2055,75 7,76 3,56 2,10 1,18 264,92 78,95 0,27 0,46
3 474,33 22,47 20,01 1,23 0,12 21,11 20,70 0,05 0,89
4 713,28 40,40 37,24 1,58 0,08 17,66 15,03 0,04 0,92
5 726,04 17,70 13,63 2,04 0,30 41,02 40,70 0,11 0,77
6 457,73 20,76 14,57 3,10 0,42 22,05 50,74 0,15 0,70
7 630,78 27,57 24,75 1,41 0,11 22,88 19,41 0,05 0,90
8 582,00 25,06 22,26 1,40 0,13 23,22 21,10 0,06 0,89
9 776,74 15,34 13,24 1,05 0,16 50,63 25,51 0,07 0,86
10 565,53 17,23 15,60 0,82 0,10 32,82 18,03 0,05 0,91
11 569,68 18,72 16,35 1,19 0,14 30,43 23,72 0,06 0,87
12 480,63 17,98 11,76 3,11 0,53 26,73 57,22 0,17 0,65
13 512,42 18,96 11,46 3,75 0,65 27,03 63,47 0,20 0,60
14 651,81 32,49 26,43 3,03 0,23 20,06 33,82 0,09 0,81
15 529,60 22,54 17,86 2,34 0,26 23,50 37,22 0,10 0,79
16 589,56 29,12 27,98 0,57 0,04 20,25 7,68 0,02 0,96
17 586,29 44,86 40,24 2,31 0,11 13,07 19,54 0,05 0,90
18 622,08 30,30 22,57 3,87 0,34 20,53 44,51 0,13 0,74
19 663,93 25,55 21,43 2,06 0,19 25,99 29,65 0,08 0,84
20 605,79 22,30 17,71 2,30 0,26 27,17 36,93 0,10 0,79
21 592,15 25,82 23,64 1,09 0,09 22,93 16,17 0,04 0,92
22 658,85 27,79 24,65 1,57 0,13 23,71 21,32 0,06 0,89
23 3552,78 15,48 6,84 4,32 1,26 229,51 80,48 0,28 0,44
24 296,48 30,95 26,09 2,43 0,19 9,58 28,94 0,08 0,84
25 565,72 21,93 17,40 2,27 0,26 25,80 37,05 0,10 0,79
26 532,08 20,31 15,13 2,59 0,34 26,20 44,50 0,13 0,74
27 400,32 17,14 12,53 2,31 0,37 23,36 46,56 0,13 0,73
28 394,13 25,23 21,02 2,11 0,20 15,62 30,59 0,08 0,83
29 476,21 31,80 27,61 2,10 0,15 14,98 24,62 0,07 0,87
30 459,66 6,78 4,85 0,97 0,40 67,80 48,83 0,14 0,72
31 583,61 28,40 22,89 2,76 0,24 20,55 35,04 0,10 0,81
32 715,91 23,88 20,61 1,64 0,16 29,98 25,51 0,07 0,86
33 680,91 44,34 37,07 3,64 0,20 15,36 30,10 0,08 0,84
34 806,74 42,56 36,48 3,04 0,17 18,96 26,53 0,07 0,86
35 533,37 22,61 15,41 3,60 0,47 23,59 53,55 0,16 0,68
36 437,47 21,26 16,61 2,33 0,28 20,58 38,96 0,11 0,78
37 552,91 15,31 6,48 4,42 1,36 36,11 82,09 0,29 0,42
38 547,43 19,73 14,32 2,71 0,38 27,75 47,32 0,14 0,73
39 400,59 17,30 11,49 2,91 0,51 23,16 55,89 0,17 0,66
40 483,09 13,69 10,80 1,45 0,27 35,29 37,76 0,11 0,79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
41 684,03 31,83 28,58 1,63 0,11 21,49 19,38 0,05 0,90
42 633,77 22,20 18,33 1,94 0,21 28,55 31,83 0,09 0,83
43 496,66 12,33 6,23 3,05 0,98 40,28 74,47 0,25 0,51
44 511,55 21,65 16,05 2,80 0,35 23,63 45,04 0,13 0,74
45 654,10 25,39 21,33 2,03 0,19 25,76 29,42 0,08 0,84
46 435,69 13,05 9,39 1,83 0,39 33,39 48,23 0,14 0,72
47 656,03 30,85 23,78 3,54 0,30 21,27 40,58 0,11 0,77
48 431,94 26,61 22,25 2,18 0,20 16,23 30,09 0,08 0,84
49 643,85 16,46 10,51 2,98 0,57 39,12 59,23 0,18 0,64
50 553,32 17,46 11,77 2,85 0,48 31,69 54,56 0,16 0,67
51 662,19 19,56 18,71 0,42 0,05 33,85 8,50 0,02 0,96
52 494,22 16,94 11,91 2,52 0,42 29,17 50,57 0,15 0,70
53 544,86 21,61 16,13 2,74 0,34 25,21 44,29 0,13 0,75
54 561,24 22,77 17,75 2,51 0,28 24,65 39,23 0,11 0,78
55 453,10 19,21 15,64 1,79 0,23 23,59 33,71 0,09 0,81
56 618,04 25,70 16,70 4,50 0,54 24,05 57,78 0,18 0,65
57 493,98 24,33 17,98 3,18 0,35 20,30 45,39 0,13 0,74
58 427,15 27,04 21,59 2,73 0,25 15,80 36,25 0,10 0,80
59 799,75 29,71 26,06 1,83 0,14 26,92 23,06 0,06 0,88
60 531,56 27,07 17,97 4,55 0,51 19,64 55,93 0,17 0,66
61 352,42 22,49 16,15 3,17 0,39 15,67 48,43 0,14 0,72
62 483,64 32,83 25,95 3,44 0,27 14,73 37,52 0,10 0,79
63 642,64 23,65 20,21 1,72 0,17 27,17 26,98 0,07 0,85
64 476,57 20,07 14,05 3,01 0,43 23,75 50,99 0,15 0,70
65 557,16 22,03 17,06 2,49 0,29 25,29 40,03 0,11 0,77
66 534,46 12,79 6,39 3,20 1,00 41,79 75,04 0,25 0,50
67 572,52 26,54 21,23 2,66 0,25 21,57 36,01 0,10 0,80
68 632,89 24,22 20,95 1,64 0,16 26,13 25,18 0,07 0,86
69 671,04 19,61 15,26 2,18 0,29 34,22 39,44 0,11 0,78
70 461,84 25,12 17,56 3,78 0,43 18,39 51,13 0,15 0,70
71 458,13 26,79 20,50 3,15 0,31 17,10 41,45 0,12 0,77
72 871,26 12,95 6,83 3,06 0,90 67,28 72,18 0,24 0,53
73 639,79 10,51 7,20 1,66 0,46 60,87 53,07 0,16 0,69
74 509,93 19,21 14,82 2,20 0,30 26,55 40,48 0,11 0,77
75 673,04 13,54 10,68 1,43 0,27 49,71 37,78 0,11 0,79
76 528,96 12,67 7,97 2,35 0,59 41,75 60,43 0,19 0,63
77 389,70 28,22 21,11 3,56 0,34 13,81 44,04 0,13 0,75
78 713,53 12,42 8,39 2,02 0,48 57,45 54,37 0,16 0,68
79 598,56 25,97 24,34 0,82 0,07 23,05 12,16 0,03 0,94
80 473,08 11,60 6,44 2,58 0,80 40,78 69,18 0,22 0,56
81 518,44 19,34 14,19 2,58 0,36 26,81 46,17 0,13 0,73
82 676,87 23,54 14,60 4,47 0,61 28,75 61,53 0,19 0,62
83 503,4 35,15 31,48 1,84 0,12 14,32 19,79 0,05 0,90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
84 489,34 16,13 11,43 2,35 0,41 30,34 49,79 0,15 0,71
85 576,64 18,44 16,70 0,87 0,10 31,27 17,98 0,05 0,91
86 671,09 32,68 27,42 2,63 0,19 20,54 29,60 0,08 0,84
87 546,79 20,09 17,35 1,37 0,16 27,22 25,42 0,07 0,86
88 534,37 29,02 17,86 5,58 0,62 18,41 62,12 0,19 0,62
89 634,97 15,70 10,94 2,38 0,44 40,44 51,44 0,15 0,70
90 817,03 12,06 5,32 3,37 1,27 67,75 80,54 0,28 0,44
91 400,47 14,84 8,86 2,99 0,67 26,99 64,35 0,20 0,60
92 465,66 19,16 7,98 5,59 1,40 24,30 82,65 0,29 0,42
93 436,33 17,96 8,06 4,95 1,23 24,29 79,86 0,28 0,45
94 429,41 32,08 26,54 2,77 0,21 13,39 31,56 0,09 0,83
95 719,12 25,35 20,67 2,34 0,23 28,37 33,51 0,09 0,82
96 614,76 25,35 21,67 1,84 0,17 24,25 26,93 0,07 0,85
97 1382,26 6,13 2,66 1,74 1,30 225,49 81,17 0,28 0,43
98 664,84 27,43 19,72 3,86 0,39 24,24 48,32 0,14 0,72
99 551,67 28,36 23,01 2,68 0,23 19,45 34,17 0,09 0,81
100 574,17 20,28 11,21 4,54 0,81 28,31 69,45 0,22 0,55
rata-rata 601,86 28,33 20,71 2,56 0,39 33,92 42,58 0,13 0,75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
Lampiran 9. Dimensi serat bagian cabang 2 Tanaman Gaharu
(A.Malaccensis Lamk)
Serat P D DL TDS RR FP MR(%) CR FR M
1 594,64 18,17 11,85 3,16 0,53 32,73 57,47 0,17 0,65
2 562,7 26,56 19,75 3,41 0,34 21,19 44,71 0,13 0,74
3 663,86 20,21 15,96 2,13 0,27 32,85 37,64 0,11 0,79
4 446,74 25,23 21,04 2,10 0,20 17,71 30,46 0,08 0,83 5 428,73 25,4 22,89 1,26 0,11 16,88 18,79 0,05 0,90
6 562,79 18,13 13,55 2,29 0,34 31,04 44,14 0,13 0,75
7 454,66 12,11 4,57 3,77 1,65 37,54 85,76 0,31 0,38
8 595,11 24,22 23,25 0,48 0,04 24,57 7,85 0,02 0,96
9 453,49 15,33 5,84 4,75 1,63 29,58 85,49 0,31 0,38 10 446,23 17,35 8,23 4,56 1,11 25,72 77,50 0,26 0,47
11 566,22 18,21 12,82 2,70 0,42 31,09 50,44 0,15 0,70 12 490,13 16,29 12,01 2,14 0,36 30,09 45,64 0,13 0,74
13 555,81 20,79 15,55 2,62 0,34 26,73 44,06 0,13 0,75
14 570,23 11,70 6,84 2,43 0,71 48,74 65,82 0,21 0,58
15 363,87 21,78 14,57 3,61 0,49 16,71 55,25 0,17 0,67
16 435,47 19,34 13,77 2,79 0,40 22,52 49,31 0,14 0,71 17 615,59 10,66 4,75 2,96 1,24 57,75 80,14 0,28 0,45
18 498,38 17,95 11,04 3,46 0,63 27,76 62,17 0,19 0,62
19 379,28 12,39 8,84 1,78 0,40 30,61 49,09 0,14 0,71
20 479,64 26,47 22,36 2,06 0,18 18,12 28,64 0,08 0,84
21 600,01 31,97 21,76 5,11 0,47 18,77 53,67 0,16 0,68 22 369,95 14,41 8,38 3,02 0,72 25,67 66,18 0,21 0,58
23 463,70 12,30 6,37 2,97 0,93 37,70 73,18 0,24 0,52 24 543,83 11,83 7,30 2,27 0,62 45,97 61,92 0,19 0,62
25 538,01 18,61 16,70 0,96 0,11 28,91 19,47 0,05 0,90
26 487,93 11,91 9,28 1,32 0,28 40,97 39,29 0,11 0,78
27 522,41 33,08 23,87 4,61 0,39 15,79 47,93 0,14 0,72
28 596,58 9,41 5,50 1,96 0,71 63,40 65,84 0,21 0,58 29 610,15 18,66 10,47 4,10 0,78 32,70 68,52 0,22 0,56
30 529,59 20,41 15,58 2,42 0,31 25,95 41,73 0,12 0,76
31 1700,66 6,53 3,32 1,61 0,97 260,44 74,15 0,25 0,51
32 825,89 11,00 5,09 2,96 1,16 75,08 78,59 0,27 0,46
33 403,00 13,14 6,78 3,18 0,94 30,67 73,38 0,24 0,52 34 529,41 12,46 6,74 2,86 0,85 42,49 70,74 0,23 0,54
35 458,30 13,22 8,07 2,58 0,64 34,67 62,74 0,19 0,61 36 535,28 5,95 3,29 1,33 0,81 89,96 69,43 0,22 0,55
37 1007,17 13,24 11,67 0,79 0,13 76,07 22,31 0,06 0,88
38 381,87 16,31 10,12 3,10 0,61 23,41 61,50 0,19 0,62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
39 227,87 16,10 13,67 1,22 0,18 14,15 27,91 0,08 0,85
40 205,63 10,64 9,05 0,80 0,18 19,33 27,65 0,07 0,85
41 273,42 12,96 9,35 1,81 0,39 21,10 47,95 0,14 0,72
42 465,12 15,93 8,98 3,48 0,77 29,20 68,22 0,22 0,56
43 364,13 9,22 5,09 2,07 0,81 39,49 69,52 0,22 0,55 44 274,16 12,51 8,71 1,90 0,44 21,92 51,52 0,15 0,70
45 454,52 13,93 9,24 2,35 0,51 32,63 56,00 0,17 0,66 46 382,22 15,30 11,41 1,95 0,34 24,98 44,39 0,13 0,75
47 538,34 24,53 19,66 2,44 0,25 21,95 35,76 0,10 0,80
48 382,98 15,31 13,52 0,90 0,13 25,02 22,02 0,06 0,88 49 302,47 16,16 10,00 3,08 0,62 18,72 61,71 0,19 0,62
50 297,88 16,16 12,70 1,73 0,27 18,43 38,24 0,11 0,79 51 381,87 11,70 7,07 2,32 0,65 32,64 63,49 0,20 0,60
52 665,68 14,37 13,39 0,49 0,07 46,32 13,17 0,03 0,93
53 372,94 16,73 13,90 1,42 0,20 22,29 30,97 0,08 0,83
54 396,89 7,84 5,19 1,33 0,51 50,62 56,18 0,17 0,66
55 597,56 25,45 17,71 3,87 0,44 23,48 51,58 0,15 0,70 56 244,30 9,11 5,49 1,81 0,66 26,82 63,68 0,20 0,60
57 332,90 18,79 14,50 2,15 0,30 17,72 40,45 0,11 0,77 58 421,37 18,22 12,70 2,76 0,43 23,13 51,41 0,15 0,70
59 451,46 22,07 18,34 1,87 0,20 20,46 30,95 0,08 0,83
60 417,14 14,60 10,40 2,10 0,40 28,57 49,26 0,14 0,71 61 677,92 29,80 27,56 1,12 0,08 22,75 14,47 0,04 0,92
62 566,45 25,15 19,09 3,03 0,32 22,52 42,38 0,12 0,76 63 470,33 17,96 16,32 0,82 0,10 26,19 17,43 0,05 0,91
64 505,81 41,55 38,62 1,47 0,08 12,17 13,61 0,04 0,93
65 506,71 20,89 16,92 1,99 0,23 24,26 34,40 0,10 0,81
66 466,29 20,44 18,72 0,86 0,09 22,81 16,12 0,04 0,92
67 386,45 21,92 16,44 2,74 0,33 17,63 43,75 0,13 0,75 68 434,36 16,76 12,58 2,09 0,33 25,92 43,66 0,12 0,75
69 472,61 13,54 6,96 3,29 0,95 34,90 73,58 0,24 0,51 70 425,44 10,41 3,92 3,25 1,66 40,87 85,82 0,31 0,38
71 565,74 18,38 12,32 3,03 0,49 30,78 55,07 0,16 0,67
72 551,56 13,25 9,13 2,06 0,45 41,63 52,52 0,16 0,69 73 389,10 13,55 8,07 2,74 0,68 28,72 64,53 0,20 0,60
74 346,88 13,11 8,50 2,31 0,54 26,46 57,96 0,18 0,65 75 587,70 20,17 15,48 2,35 0,30 29,14 41,10 0,12 0,77
76 483,10 16,07 13,54 1,27 0,19 30,06 29,01 0,08 0,84
77 354,51 25,29 13,35 5,97 0,89 14,02 72,13 0,24 0,53
78 443,91 9,61 6,20 1,71 0,55 46,19 58,38 0,18 0,65
79 354,74 17,04 15,09 0,98 0,13 20,82 21,58 0,06 0,89 80 419,06 17,75 16,84 0,46 0,05 23,61 9,99 0,03 0,95
81 425,38 8,38 5,94 1,22 0,41 50,76 49,76 0,15 0,71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
82 433,95 16,29 15,31 0,49 0,06 26,64 11,67 0,03 0,94
83 568,93 18,32 14,24 2,04 0,29 31,06 39,58 0,11 0,78
84 455,46 21,95 18,38 1,79 0,19 20,75 29,88 0,08 0,84
85 254,79 7,76 6,53 0,62 0,19 32,83 29,19 0,08 0,84
86 543,16 15,88 10,88 2,50 0,46 34,20 53,06 0,16 0,69 87 568,12 20,04 17,72 1,16 0,13 28,35 21,81 0,06 0,88
88 311,41 22,69 20,81 0,94 0,09 13,72 15,88 0,04 0,92 89 437,38 26,07 17,58 4,25 0,48 16,78 54,53 0,16 0,67
90 347,39 13,57 9,85 1,86 0,38 25,60 47,31 0,14 0,73
91 521,54 21,29 18,27 1,51 0,17 24,50 26,36 0,07 0,86 92 658,89 29,72 28,00 0,86 0,06 22,17 11,24 0,03 0,94
93 476,95 14,26 11,25 1,51 0,27 33,45 37,76 0,11 0,79 94 313,62 11,19 9,59 0,80 0,17 28,03 26,55 0,07 0,86
95 317,99 17,24 15,15 1,05 0,14 18,44 22,78 0,06 0,88
96 508,60 15,55 12,26 1,65 0,27 32,71 37,84 0,11 0,79
97 384,25 13,04 9,16 1,94 0,42 29,47 50,66 0,15 0,70
98 308,29 12,96 9,99 1,49 0,30 23,79 40,58 0,11 0,77 99 399,9 28,40 19,83 4,29 0,43 14,08 51,25 0,15 0,70
100 381,45 14,09 11,22 1,44 0,26 27,07 36,59 0,10 0,80
rata-rata 481,3 18,17
11,85 2,22
0,45
32,03
46,15
0,14 0,72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
Lampiran 10. Bagan Sintesis Karboksimetil Selulosa Tanaman Gaharu
(A.Malaccensis Lamk)
Sintesis CMC dari Selulosa Tanaman Teh
v
Lampiran 1
Ditambahkan larutan NaOH 15% sebanyak 20 ml
5%
Selulosa Tanaman Gaharu
Ditimbang selulosa sebanyak 2 gram didalam beaker glass
Ditambahkan pelarut isopropyl-alkohol sebanyak 50 ml,
10 ml aquadest dan diaduk selama 10 menit
Ditambahkan Na-Monokloroasetat 4 gram
Hasil Alkalisasi
Diaduk dengan magnetic stirer selama 1 jam pada suhu 25℃
Filtrat
Disaring
Distirer selama 2 jam pada suhu 45℃
Disaring
Direndam dengan methanol 50 ml selama 24 jam
Dinetralkan dengan asam asetat glasial (pH=7)
Residu
u
Filtrat
u
Residu
u
Dikeringkan pada suhu 60℃ selama 24 jam
CMC
Organoleptik
Dilakukan karakterisasi
Kelembaban FT-IR pH
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Lampiran 11. Perhitungan Rendemen Karboksimetil Selulosa
Perhitungan Rendemen Karboksilmetil Selulosa
CMC Berat awal (gr) Berat Akhir (gr)
C1U1 2 5,38
C1U2 2 5,75
C1U3 2 4,95
C2U1 2 4,97
C2U2 2 4,80
C2U3 2 5,68
Dihitung berdasarkan persamaan:
Rendemen = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑀𝐶 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
berat CMC awal × 100%
Rendemen karboksilmetil selulosa C1U1 = 5,38
2 × 100% = 269 %
Rendemen karboksilmetil selulosa C1U2 = 5,75
2 × 100% = 287,5%
Rendemen karboksilmetil selulosa C1U3 = 4,95
2 × 100% = 247,5 %
Rendemen karboksilmetil selulosa C2U1 = 4,97
2 × 100% = 248,5 %
Rendemen karboksilmetil selulosa C2U2 = 4,80
2 × 100% = 240 %
Rendemen karboksilmetil selulosa C2U3 = 5,68
2 × 100% = 284 %
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Menggunakan SPSS
Group Statistics
Cabang N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Air_Dingin Cabang 1 3 2.7073 .49453 .28552
Cabang 2 3 2.9667 .83680 .48313
Air_Panas Cabang 1 3 3.3100 .17776 .10263
Cabang 2 3 3.4933 .38188 .22048
NaOH Cabang 1 3 10.0300 .31225 .18028
Cabang 2 3 13.4300 .64645 .37323
Ethanol_Benzena Cabang 1 3 3.8133 .34530 .19936
Cabang 2 3 4.1400 .21517 .12423
Holoselulosa Cabang 1 3 78.1700 1.01148 .58398
Cabang 2 3 75.6067 1.70477 .98425
Alpha_Selulosa Cabang 1 3 52.7067 .53116 .30667
Cabang 2 3 50.6500 .38039 .21962
Lignin Cabang 1 3 26.6867 .99430 .57406
Cabang 2 3 26.7700 1.05532 .60929
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference
Air_Dingin Equal variances assumed .668 -.25933 .56119
Equal variances not assumed .673 -.25933 .56119
Air_Panas Equal variances assumed .493 -.18333 .24320
Equal variances not assumed .509 -.18333 .24320
NaOH Equal variances assumed .001 -3.40000 .41449
Equal variances not assumed .004 -3.40000 .41449
Ethanol_Benzena Equal variances assumed .237 -.32667 .23490
Equal variances not assumed .250 -.32667 .23490
Holoselulosa Equal variances assumed .089 2.56333 1.14446
Equal variances not assumed .104 2.56333 1.14446
Alpha_Selulosa Equal variances assumed .005 2.05667 .37720
Equal variances not assumed .007 2.05667 .37720
Lignin Equal variances assumed .925 -.08333 .83712
Equal variances not assumed .926 -.08333 .83712
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Air_Dingin Equal variances assumed -1.81744 1.29877
Equal variances not assumed -1.97133 1.45267
Air_Panas Equal variances assumed -.85855 .49189
Equal variances not assumed -.98464 .61797
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
NaOH Equal variances assumed -4.55080 -2.24920
Equal variances not assumed -4.74932 -2.05068
Ethanol_Benzena Equal variances assumed -.97885 .32552
Equal variances not assumed -1.03195 .37862
Holoselulosa Equal variances assumed -.61418 5.74085
Equal variances not assumed -.92378 6.05045
Alpha_Selulosa Equal variances assumed 1.00940 3.10393
Equal variances not assumed .96516 3.14818
Lignin Equal variances assumed -2.40756 2.24090
Equal variances not assumed -2.41081 2.24415
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA