analisis faktor determinan drop out akseptor intra uterine
TRANSCRIPT
62
Analisis Faktor Determinan Drop Out Akseptor Intra Uterine Divice Di Puskesmas Loceret Kabupaten Nganjuk Tahun 2016
Program Studi DIV Bidan Pendidik, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri
Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur Email: [email protected]
ABSTRACT
The current government policy on family planning leads to the use of the Long Term
Contraception Method (MKJP). Intrauterine Device (IUD) is one of the most effective ways of prioritizing its use by BKKBN. But in January-March the incidence of drop outs on IUD family planning acceptors at Puskesmas Loceret Nganjuk District in 2016 is still high. The purpose of this research is to know the Determinant Factor of Drop Out IUD Acceptors at Puskesmas Loceret – Nganjuk District 2016.
Research design based on objectives including correlational analytics with cross sectional approach. The population is All IUD acceptor in Loceret Nganjuk District 2016. The number of samples is 30 respondents. The sampling technique used is total sampling. Data collection using primary and secondary data. Data were analyzed by using mulptiple regression test with α = 0,05.
The result of statistic test using mulptiple regression test with significant level α = 0,05 found that the change factor of menstrual cycle with pvalue (sig) = 0.599, menstrual disorder factor with pvalue (sig) = 0.001, Pain factor with pvalue (sig) = 0.009, IUD Expulsion factor with pvalue (sig) = 0.020. From the test results can be analyzed and in the conclusion that menstrual disturbance factor is the most dominant factor cause Drop Out IUD Acceptors in Loceret Nganjuk District 2016.
Keywords: IUD Contraception, Drop Out, Determinant Factor
63
PENDAHULUAN
Pemerintah Indonesia telah
mencanangkan berbagai progam
untuk menangani masalah
kependudukan yang ada. Salah
satu progamnya dengan Keluarga
Berencana Nasional sebagai
integral dari pembangunan
Nasional yang mempunyai tujuan
ganda yaitu mewujudkan
pembangunan yang berwawasan
kependudukan dan mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera.
Keadaan ini dapat dicapai dengan
menganjurkan PUS untuk
mengikuti Progam Keluarga
Berencana (BKKBN,2011).
Kebijakan pemerintah
tentang KB saat ini mengarah
pada pemakaian Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP). Alat Kontasepsi Dalam
Rahim (AKDR) atau Intra Uterine
Device (IUD) merupakan salah
satu cara efektif yang sangat
diprioritaskan pemakaiannya oleh
BKKBN. Hal ini dikarenakan
tingkat keefektifannya cukup tinggi
yaitu 0,1-1 kehamilan per 100
perempuan (BKKBN, 2008).
AKDR adalah suatu alat
kontrasepsi yang di masukkan
kedalam Rahim yang memiliki
bentuk AKDR bermacam-macam.
Alat kontrasepsi ini efektif,
reversibel dan berjangka panjang
(dapat sampai 10 tahun:
CuT380A). KB IUD ini dapat di
pakai oleh semua perempuan usia
produktif (Saifuddin,2010). Hampir
10,9% pada tahun 2005 yang
menggunakan kontrasepsi ini
(Manuaba, 2008). Di Wilayah
Kerja Puskesmas Loceret
menggunakan IUD dan berbading
Terbalik dengan angka drop out,
hal ini menyebabkan upaya
pemerintah menurunkan angka
total fertility rate (TFR) tidak
berhasil.
Faktor penyebab teoritis dari
drop out yaitu karena efek
samping yang ditimbulkan seperti
perubahan siklus haid, gangguan
haid, nyeri saat lebih nyeri dan
ekspulsi (Syaifuddin, 2006).
Sedangkan penyebab dari drop
out secara emperis diantaranya
karena Efek samping (Gangguan
Menstruasi) sebanyak 2 orang
(33.3%) pada saat awal
pemasangan kontrasepsi IUD
terjadi spoting (haid yang sedikit
tapi berlangsung lama) sehingga
terasa tidak nyaman, rasa sakit
pada sebelum dan saat haid
bahkan pada saat berhubungan
intim sehingga merasakan tidak
nyaman sebanyak 3 orang (40%)
dan ekspulsi sebanyak 1 orang
(16.7%). Seperti yang
dikemukakan oleh Yusuf, dkk
(2012), Mufadlilah dan Kanthi
(2016); pada penelitian mereka,
menyatakan bahwa drop out IUD
disebabkan karena pengetahuan
kurang, efek samping, sikap dan
dukungan suami. Faktor lain yang
diperkirakan berpengaruh adalah
perlukaan selaput lendir rahim
karena kontraksi rahim. Hal ini
disebabkan ketidaksetaraan
antara ukuran AKDR dan rongga
rahim (Andi, 2008). Dampak yang
bisa terjadi akibat drop out
64
tersebut adalah resiko kehamilan
yang tidak direncanakan sehingga
akan menambah beban psikologi
bagi kedua pasangan, atau karena
pindah kontrasepsi akibat
kontrsepsi yang mengganggu di
rasakan oleh akseptor. (Sumawan
dan Ernawati, 2006)
Secara teoritis untuk
mengatasi problem keluarga
berencana tersebut maka petugas
kesehatan (dokter maupun bidan)
wajib memberikan informed choice
sebelum akseptor membuat
keputusan dan memilih alat
kontrasepsi. Memudahkan calon
peserta untuk memilih alat
kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi kesehatan
mereka, pemberian informed
choice juga secara signifikan
dapat mencegah drop out
pemakaian kontrasepsi sehingga
dapat meningkatkan jumlah
peserta KB aktif (PA) (BKKBN
2012). Usia, jumlah anak,
pendidikan, pekerjaan, dan
mendiskusikan KB dengan suami;
terbukti signifikan mampu
mencegah terjadi drop out
akseptor IUD (Permatasari, dkk,
2013).
Berdasarkan fenomena
tingginya angka kejadian drop out
akseptor KB IUD di Puskesmas
Loceret Kabupaten Nganjuk
Tahun 2016, peneliti tertarik untuk
meneliti ”Faktor determinan dari
penyebab drop out akseptor KB
IUD di Puskesmas Loceret – Kab.
Nganjuk tahun 2016”.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang
digunakan adalah berdasarkan
lingkup penelitian menggunakan
rancangan inferensial,
berdasarkan tempat penelitian
termasuk jenis penelitian
lapangan, berdasarkan cara
pengumpulan data termasuk jenis
penelitian survey, berdasarkan
waktu pengumpulan data
termasuk jenis rancangan
penelitian cross sectional,
berdasarkan ada tidaknya
perlakuan termasuk jenis
rancangan expost facto,
berdasarkan tujuan penelitian
termasuk jenis rancangan
penelitian Analitik korelasi,
berdasarkan sumber data
termasuk rancangan penelitian
primer dan sekunder.
Populasi dan sampel dalam
penelitian ini adalah Semua
akseptor IUD di Puskesmas
Loceret Kabupaten Nganjuk pada
bulan April-Mei tahun 2016
sebanyak 30 responden. Teknik
pengambilan sampel
menggunakan total sampling.
Pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan data sekunder
untuk mendapatkan data akseptor
drop out IUD dan data primer,
dimana pengambilan data diambil
peneliti sendiri, pengambilan data
dengan menggunakan kuisioner.
Data yang telah dikumpulkan di uji
dengan Uji Regresi Linear
Ganda/Multiple Regression Linear,
pengolahan uji statistik
menggunakan program SPSS for
Windows.
65
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dibawah ini data penelitian primer yang terkumpul dengan menggunakan kuesioner dari bulan April hingga bulan Mei 2016. Semua data dibawah ini
merupakan data varibel-variabel yang dianggap oleh peneliti terkait dengan tujuan penelitian, baik itu berupa data umum maupun data khusus:
Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden
Variabel Jumlah
n (30) %
Umur (Tahun)
<20 2 6.7
20 – 35 15 50.0
>35 13 43.3
Pendidikan
Dasar 6 20.0
Menengah 15 50.0
Tinggi 9 30.0
Pekerjaan
IRT 16 53.3
Swasta 4 13.3
Wiraswasta 3 10.0
PNS 7 23.3
Jumlah kelahiran
Pimipara 2 6.7
Multipara 22 73.3
Grandemultipara 6 20.0
Drop Out
DO 9 30.0
Tidak DO 21 70.0
Perubahan siklus Haid
Berubah 5 16.7
Tidak berubah 25 83.3
Gangguan Haid
Tidak 13 43.3
Aminore 4 13.3
Spoting 6 20.0
Menorhargia 7 23.3
Keluhan rasa nyeri/kram setelah penggunaan IUD
Nyeri 7 23.3
66
Tidak nyeri 23 76.7
Ekspulsi IUD
Ekspulsi 1 3.3
Tidak ekspulsi 29 96.7
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 2 Tabulasi silang faktor Determinan Drop out Akseptor IUD
Perubahan Siklus Drop Out
Σ DO Tidak DO
Berubah 2(40%) 3 (60%) 5(100%) Tidak berubah 7 (28%) 18 (72%) 25(100%)
Sig= 0.599, α=0.05
Gangguan Menstruasi Tidak 0(0%) 13(100%) 23(100%) Aminore 1 (25%) 3(75%) 4(100%) Spoting 1 (16.7%) 5 (83.3%) 6(100%) Menorhargia 7 (100%) 0 (0%) 7(100%)
Sig= 0.001, α=0.05
Nyeri karena IUD Nyeri 6(85.7%) 1(14.3%) 7(100%) Tidak nyeri 3(13%) 20(87%) 23(100%)
Sig= 0.009, α=0.05
Ekspulsi IUD Ekspulsi 1 (100%) 0 (0%) 1(100%) Tidak ekspulsi 8 (27.6%) 21 (72.4%) 29(100%)
Sig= 0.020, α=0.05
Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa dari 25 responden yang tidak mengalami perubahan siklus didapatkan 28% mengalami DO, dari 7 responden yang mengalami menorragia sebanyak 100% mengalami DO, dari 7 responden yang mengalami nyeri sebanyak 85.7% mengalami DO dan dari 29 responden yang IUD nya tidak ekspulsi sebanyak 27.6% mengalami DO. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji mulptiple regresi dengan taraf signifikan α = 0,05 dengan bantuan SPSS for window’s didapatkan bahwa factor Perubahan siklus menstruasi dengan pvalue (sig)= 0.599, gangguan menstruasi dengan
pvalue (sig)= 0.001, Nyeri dengan pvalue (sig)= 0.009, Ekspulsi IUD dengan pvalue (sig)= 0.020. dari hasil uji tersebut dapat di analisis dan di tarik kesimpulan bahwa faktor gangguan menstruasi merupakan faktor yang paling dominan menimbulkan Drop Out Akseptor IUD di Puskesmas Loceret Kabupaten Nganjuk Tahun 2016.
Pembahasan
Drop out akseptor IUD Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa 21 responden (70%) tidak DO sebagai akseptor IUD, dan 9 (30.0%) mengalami DO sebagai akseptor IUD. IUD merupakan suatu alat kontrasepsi
67
yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesteron. Adapun keuntungan dari IUD adalah efektivitasnya tinggi, AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu di-ganti). Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A), tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir), tidak ada interaksi dengan obat (Saifuddin, 2006).
Sedangkan kerugian dari IUD adalah tidak mencegah IMS termasuk HIV, tidak baik digunakan pada wanita dengan IMS atau sering berganti pasangan, prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelivik perlu dilakukan dalam pemasangan AKDR dan beberapa wanita mungkin takut dengan prosedur ini, sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR, klien tidak dapat melepas AKDR sendiri. Pelepasan AKDR dilakukan oleh petugas terlatih, wanita harus
memeriksa posisi benang AKDR (Saifuddin, 2006).
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil mengalami drop out sebagai akseptor IUD, hal ini bisa disebabkan karena IUD mempunyai beberapa kelemahan di antaranya adalah sedikit nyeri dan perdarahan/ gangguan menstruasi, sehingga akseptor merasa tidak cocok dengan alat kontrasepsi tersebut dan akibatnya IUD-nya di lepas. Gangguan menstruasi yang tersering pada pemakaian IUD yang membuat para akseptor cemas dan akhirnya melepaskan IUDnya adalah menorrhagia. Menorrhagia merupakan perdarahan menstruasi yang lebih besar dari 5 sendok makan per bulan (ganti pembalut 4-5 X/hari). Pola yang paling umum dari menorrhagia adalah perdarahan yang berlebihan yang terjadi pada siklus menstruasi yang teratur dan dengan ovulasi yang normal.
Munculnya keluhan tersebut bagi akseptor merupakan suatu ketidakcocokan dengan alat kontrasepsi tersebut, apalagi didukung oleh tingkat pendidikan akseptor yang setengahnya responden 15 (50.0%) responden berpendidikan menengah. Dengan pendidikan menengah sudah cukup bagi seseorang untuk bisa menganalisis permasalahan kesehatan yang dianggapnya mungkin berbahaya, sehingga sangatlah wajar jika akseptor tersebut melepas, dan selanjutnya memilih dan menggantinya dengan alat kontrasepsi yang lebih cocok untuk dirinya.
Perubahan siklus menstruasi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh
68
responden 25(83.3%) tidak mengalami perubahan siklus menstruasi. Siklus menstruasi pada wanita biasa terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari (Siswosudarmo, 2007). Menurut Panduan Pelayanan Kontrasepsi (2006) Efek samping yang ditimbulkan pada pemakaian IUD adalah: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), gangguan menstruasi, nyeri saat haid dan ekspulsi.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak mengalami perubahan siklus menstruasi, hal ini karena tidak semua efek samping yang di timbulkan akibat pemakaian IUD terjadi pada akseptor, jadi setiap individu mempunyai respon yang berbeda pada setiap alat kontrasepsi, dan tidak semua efek samping itu muncul pada setiap individu. Dengan tidak adanya efek samping tersebut bisa menjadi pertimbangan akseptor untuk tidak mengganti IUD dengan alat kontrasepsi yang lain, sehingga akseptor lebih bertahan untuk menggunakan IUD dalam waktu yang lebih lama, sehingga akan mengurangi tingkat kejadian drop out bagi pemakainya.
Gangguan menstruasi akibat
pemakaian IUD
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir setengahnya responden 7 (23.3%)
mengalami menorhargia. Pada penggunaan IUD sering mengeluh pendarahan. Pendarahan ini gejalanya bisa berupa pendarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (menorragia) atau pendarahan berupa tetesan (spotting). Hal ini diperkirakan karena kerja enzim yang terkonsentrasi diselaput lendir rahin yang bersifat fibrinolik (menghancurkan fibrin). Fibrin adalah zat yang berguna untuk membekukan darah. Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah perlukaan selaput lendir rahim karena kontraksi rahim. Ini disebabkan ketidaksetaraan antara ukuran IUD dan rongga rahim. Keluhan terbanyak para pemakai KB IUD adalah gangguan perdarahan (Raffel, 2009).
Hampir 40% kasus mengeluh ganguan haid pada pemakaian IUD. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian, tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami pendarahan makin banyak dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2007). Menurut Panduan Pelayanan Kontrasepsi (2006) Efek samping yang ditimbulkan pada pemakaian IUD adalah: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), gangguan menstruasi, nyeri saat haid dan ekspulsi.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengalami menorrhagia. Menorrhagia memang merupakan salah satu factor penyebab DO IUD dan merupakan salah satu efek samping dari pemakaian IUD, hal ini bisa di sebabkan karena
69
karena kerja enzim yang terkonsentrasi diselaput lendir rahin yang bersifat fibrinolik (menghancurkan fibrin). Fibrin adalah zat yang berguna untuk membekukan darah.
Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah perlukaan selaput lendir rahim karena kontraksi rahim maka akan menimbulkan perdarahan. Disatu sisi pada saat terjadi fase sekretorik, dimana LH terus dilepaskan selama beberapa hari dan kemudian kadarnya menurun dengan cepat, sehingga pada ovarium, korpus ovarii dan kemudian kadarnya menurun dengan cepat, sehingga korpus luteum berkembang dari folikel yang ruptur dan menghasilkan progesteron serta sejumlah estrogen, progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium sehingga menjadi lebih tebal dan mengandung sangat banyak pembuluh darah, dimana kadar estrogen yang rendah menstimulasi produk FSH sehingga pertumbuhan dan sekresi endometrium berhenti, dan terjadi iskemia lapisan permukaan sel, sel mati dan terjadi perdarahan.
Pada saat terjadi gangguan menstruasi berupa perdarahan tersebut maka akseptor akan berusaha untuk mengambil langkah dan tindakan serta memutuskan bahwa hal itu terjadi karena merupakan efek dari pemakaian IUD, sehingga hal inilah yang memicu akseptor tersebut untuk melepas IUD, dan mungkin akan mengganti dengan alat kontrasepsi yang lebih cocok untuk dirinya.
Nyeri/kram akseptor IUD
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh responden 23 (76.7%) tidak mengalami nyeri saat memakai IUD. Setelah pemasangan KB IUD maka akseptor akan merasa nyeri dibagian perut dan ini karena IUD merupakan benda asing. Menurut Panduan Pelayanan Kontrasepsi (2006) Efek samping yang ditimbulkan pada pemakaian IUD adalah: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), gangguan menstruasi, nyeri saat haid dan ekspulsi.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak mengalami nyeri saat memakai IUD, hal ini karena tidak semua efek samping yang di timbulkan akibat pemakaian IUD terjadi pada akseptor, jadi setiap individu mempunyai respon yang berbeda pada setiap alat kontrasepsi, dan tidak semua efek samping itu muncul pada setiap individu. Dengan tidak adanya efek samping tersebut bisa menjadi pertimbangan akseptor untuk tidak mengganti IUD dengan alat kontrasepsi yang lain, sehingga akseptor lebih bertahan untuk menggunakan IUD dalam waktu yang lebih lama, sehingga akan mengurangi tingkat kejadian drop out bagi pemakainya.
Ekspulsi IUD
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh responden 29 (96.7%) tidak mengalami ekspulsi saat pemakaian IUD. IUD merupakan suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada
70
yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag). Keluarnya IUD secara spontan dari tempatnya disebabkan karena pemasangan yang tidak tepat, terjadi perdarahan setelah pemasangan (Varney, 2007).
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak mengalami ekspulsi saat pemakaian IUD, hal ini karena pemasangan IUD sudah dilakukan oleh tenaga yang profesional yang sangat kompeten, dengan mengacu pada prosedur tindakan yang tepat, sehingga kemungkinan kecil untuk bisa keluar/ekspulsi. Walupun factor ini sebagai salah satu penyebab terjadinya drop out, akan tetapi dalam penelitian ini akseptor hampir seluruhnya tidak mengalami ekspulsi artinya kalupun terjadi drop out, ekspulsi bukanlah penyebab utama kebanyakan akseptor untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi IUD.
Faktor Determinan Drop out
Akseptor IUD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 responden yang tidak mengalami perubahan siklus didapatkan 28% mengalami DO, dari 7 responden yang mengalami menorragia sebanyak 100% mengalami DO, dari 7 responden yang mengalami nyeri sebanyak 85.7% mengalami DO dan dari 29 responden yang IUD nya tidak ekspulsi sebanyak 27.6% mengalami DO.
Berdasarkan uji statistik menggunakan uji mulptiple regresi dengan taraf signifikan α = 0,05
dengan bantuan SPSS for window’s didapatkan bahwa factor Perubahan siklus menstruasi dengan pvalue (sig)= 0.599, gangguan menstruasi dengan pvalue (sig)= 0.001, Nyeri dengan pvalue (sig)= 0.009, Ekspulsi IUD dengan pvalue (sig)= 0.020. dari hasil uji tersebut dapat di analisis dan di tarik kesimpulan bahwa faktor gangguan menstruasi merupakan faktor yang paling dominan menimbulkan Drop Out Akseptor IUD di Puskesmas Loceret Kabupaten Nganjuk Tahun 2016.
Menurut Panduan Pelayanan Kontrasepsi (2006) Efek samping yang ditimbulkan pada pemakaian IUD adalah: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), gangguan menstruasi, nyeri saat haid dan ekspulsi.
Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistic tersebut diatas didapatkan bahwa faktor gangguan menstruasi merupakan faktor yang paling domina menimbulkan Drop Out Akseptor IUD di Puskesmas Loceret Kabupaten Nganjuk Tahun 2016, hal ini sesuai dengan teori bahwa hampir 40% kasus mengeluh ganguan haid pada pemakaian IUD. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian, tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami pendarahan makin banyak dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2007). Pada penggunaan IUD sering mengeluh pendarahan. Pendarahan ini gejalanya bisa berupa pendarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (menorragia ) atau
71
pendarahan berupa tetesan (Spotting).
Gangguan Haid berupa perdarahan, hal ini diperkirakan karena kerja enzim yang terkonsentrasi diselaput lendir rahin yang bersifat fibrinolik (menghancurkan fibrin). Fibrin adalah zat yang berguna untuk membekukan darah. Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah perlukaan selaput lendir rahim karena kontraksi rahim. Ini disebabkan ketidaksetaraan antara ukuran IUD dan rongga rahim. Keluhan terbanyak para pemakai KB IUD adalah gangguan perdarahan.
Sedangkan ekspulsi merupakan factor penyebab drop out, tetapi bukan merupakan factor dominan penyebab terjadinya drop out akseptor KB IUD, akan tetapi dalam penelitian ini pvalue lebih besar dari pvalue gangguan menstruasi artinya kalaupun terjadi drop out, ekspulsi bukanlah penyebab utama kebanyakan akseptor untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi IUD. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dari 30 responden ibu hamil di
Puskesmas Loceret Kabupaten
Nganjuk tahun 2016 dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Drop out akseptor IUD
didapatkan sebagian besar
(70%) responden tidak DO
sebagai akseptor IUD.
2. Perubahan siklus menstruasi
didapatkan hampir seluruh
responden (83.3%) tidak
mengalami perubahan siklus
menstruasi.
3. Gangguan menstruasi
didapatkan hampir setengahnya
responden (23.3%) mengalami
menorrhargia.
4. Nyeri/kram saat pemakaian IUD
didapatkan hampir seluruh
responden (76.7%) tidak
mengalami nyeri saat memakai
IUD.
5. Ekspulsi IUD didapatkan hampir
seluruh responden (96.7%)
tidak mengalami ekspulsi saat
pemakaian IUD.
6. Faktor gangguan menstruasi
merupakan faktor yang paling
dominan menimbulkan Drop
Out Akseptor IUD di
Puskesmas Loceret Kabupaten
Nganjuk Tahun 2016.
SARAN
1. Bagi Puskesmas Loceret
Kabupaten Nganjuk
Hendaknya lebih intens dalam
memberikan penyuluhan
tentang KB IUD pada calon
akseptor terutama tentang efek
samping sehingga akseptor
memahami segala sesuatu
yang terkait dengan IUD.
2. Bagi Masyarakat Khususnya
akseptor IUD
Hendaknya sebelum memakai
IUD konsultasi secara matang
agar bisa mengerti dan
memahami tentang fungsi,
manfaat, serta efek samping
kontrasepsi IUD sehingga
pengetahuan masyarakat
semakin bertambah. Bagi
akseptor hendaknya
mengkonsultasikan setiap
72
keluhan yang disebabkan oleh
karena pemakaian IUD.
3. Bagi Peneliti
Dengan melihat pada
keterbatasan, maka peneliti
selanjutnya hendaknya
memperluas jangkauan
penelitian dan waktu penelitian
lebih diperpanjang sehingga
sampel yang diambil lebih
representatif.
73
DAFTAR PUSTAKA
Andi. 2009. Penggunaan AKDR, http://www.balipost.com/02/04/2009
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Arni. 2008. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Jakarta: Widya Medika.
BKKBN. 2011. Kebijakan dan Strategi Operasional Program Kepedulian dan KB. Jakarta
Emi. 2008. Kondisi-Kondisi yang Menyebabkan Perdarahan Vagina yang Abnormal pada Wanita-Wanita yang Berevulasi, http://www.totalkesehatananda.com
Gressa. 2008. Batasan Perdarahan Uterus Abnormal, http:// www.pratamargi. multiply.com/02/04/2009
Gupta 2008. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Jakarta: Widya Medika.
Hamit. 2000. Buku Riset Keperawatan, Jakarta: Widya Medika.
Hartanto. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Hasan, B. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta.
Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Kartono, K. 2001. Pengantar Metodologi, Bandung: EGC
Ksuhemi. 2008. Nyaman Dengan KB IUD, medianers.blogspot.com/2012/03
Nursalam. 2003. Kosep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta: Rinika
Nining. 2008. Kelainan/Gangguan Menstruasi. medianers.blogspot.com/2012/03
Octavia. 2008. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, alatkontrasepsi.org/alat-kontrasepsi-dalam-rahim
Permatasrari, dkk. 2013. Determinann penghentian penggunaan IUD di Indonesia. Jurnal Pustaka Kesehatan, vol 1 (no.1). September 2013
Raffel. 2009. Perdarahan Berlebihan Saat menstruasi, 05/07,2009
Riduwan. 2008. Dasar – dasar Statistik, Bandung, Alfabeta
Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Speroff. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi, Jakarta: EGC
Sugiyono. 2004. Statistik Non Parametris, Bandung: CV. Alfabetha
Windy. 2008. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, ryandefinta.blogspot.com/.../alat-kontrasepsi-dalam-rahim-akdr_6.htm