upaya peningkatan prestasi belajar …/upaya... · subyek penelitian ini adalah siswa kelas x ak 2...
Post on 10-Mar-2018
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE MENCARI
PASANGAN (MAKE A MATCH) PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI 2
SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
WINA ARI ASTUTI
K7408032
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Akuntansi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
April 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE MENCARI
PASANGAN (MAKE A MATCH) PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI 2
SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
WINA ARI ASTUTI
K7408032
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Akuntansi
Program Studi Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
April
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
WINA ARI ASTUTI. K7408032. UPAYA PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR AKUNTANSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF METODE MENCARI PASANGAN (MAKE A MATCH)
PADA SISWA KELAS X AK 2 SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN
AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April, 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas X AK 2 SMK Negeri 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X AK 2
SMK Negeri 1 Surakarta yang berjumlah 40 siswa. Obyek penelitian pada
penelitian tindakan ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi didalam kelas selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan
kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan siswa. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian tindakan ini antara lain: informan, tempat atau lokasi,
peristiwa, dokumen dan arsip.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes, dan
dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) pengenalan masalah, (2)
persiapan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5)
observasi dan interpretasi, (6) refleksi dan (7) penyusunan laporan. Proses
penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan
dalam 3 kali pertemuan, alokasi waktu dalam 3 pertemuan 7 x 45 menit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembalajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a
Match) dapat meningkatkan prestasi dan minat belajar akuntansi siswa. Ditinjau
dari prestasi belajar akuntansi siswa yang mampu melampaui batas tuntas 77
meningkat dari 30 siswa (75%) pada siklus I menjadi 35 siswa (87,5%) pada
siklus II. Sedangkan ditinjau dari minat belajar akuntansi mengalami peningkatan
dari 77,1% pada siklus I menjadi 87,34% pada siklus II. Peningkatan tersebut
terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) Penerapan model
pembelajaran kooperatif metode Make a Match, (2) Guru membuat Rencana
Pembelajaran terlebih dahulu sebelum mengajar sehingga kegiatan belajar
mengajar dapat berlangsung terarah dan terprogram, (3) Guru melakukan evaluasi
setelah pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar berikutnya.
Kata kunci:
Pembelajaran kooperatif, metode mencari pasangan (Make a Match), prestasi
belajar akuntansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
WINA ARI ASTUTI. K7408032. THE EFFORT TO ENHANCEMENT
ACCOUNTING LEARNING PERFORMANCE WITH COOPERATIVE
LEARNING METHOD MAKE A MATCH FOR STUDENTS IN CLASS X
AK 2 SMK NEGERI 1 SURAKARTA YEAR 2011/2012. Skripsi. Surakarta:
Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta,
April, 2012.
The objective research to know application model cooperative learning
method make a match can enhancement accounting learning performance class X
AK 2 of SMK Negeri 1 Surakarta in year 2011/2012.
This research is a classroom action research. The subject of this research
is class X AK 2 of SMK Negeri 1 Surakarta it consist of 40 students. The object
of this research is various activities that occur in the class as long as teaching
learning process. The subject of this research is class X AK 2 of This research is
collaboration among researcher, teacher and students. The source of datum is
informant, location, event, document and files.
The technique of collecting data is done by using observation, test, and
documentation. The procedure of the research are: (1) identifying the problem, (2)
preparing teaching aids, (3) planning the action, (4) implementing the action, (5)
observation and interpretation, (6) reflection, and (7) make a report. This research
consists of two cycles. Each cycle consists of four steps: (1) Planning, the quality
(2) Action, (3) Observation and interpretation, (4) Analysis and reflection. Each
cycle consist of 3 times meeting, time allocation in 3 times meeting 7 x 45
minutes.
Based on the research, it concluded that applying cooperative learning by
using Make A Match method can improve performance and learning interest of
student accounting. It can be seen from learning performance accounting student
that able to achieve minimal score of 77 improve from 30 students (75%) in cycle
I into 35 studens (87,5%) in cycle II. Whereas based of learning interest of
accounting undergoing improvement from 77,1% in cycle I into 87,34% in cycle
II. The improvement reached after the teacher done some efforts, such as: (1)
Applied Make A Match method as model of cooperative learning, (2) The teacher
make lesson plan to be successful in teaching learning process, (3) the teacher
evaluates the teaching learning process to improve the students achievement in the
future.
Keywords: Cooperative learning, Make a Match method, learning performance of
accounting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap”
(Qs. Insyirah : 6-8)
“Pekerjaan besar tidak dihasilkan dari kekuatan, melainkan oleh
ketekunan”
(Samuel Johnson)
“Do the best for the best””
(Peneliti)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan sebagai wujud rasa sayang,
cinta kasih peneliti dan terima kasih peneliti kepada :
Ibu saya tercinta yang menjadi wanita luar biasa bagi
keluarga dan memberikan do’a kepada anak-anaknya tanpa
henti.
Bapak saya tercinta yang memberikan dukungan dan do’a
kepada saya.
Kakak saya tersayang Wulan Agustina yang selalu
memberikan semangat dan bantuan selama ini.
Adikku tersayang Niken Tri Nugrahini, Diaz Rian
Pamungkas, dan Akhira Kusumastuti yang memberikan
hiburan saat saya mulai lelah.
Prof. Dr. Siswandari, M. Stats dan Drs. Ngadiman, M.Si
terima kasih atas bimbingan dan dukungannya selama ini.
Adi Saputro yang selalu ada dan tidak lelah memberi
semangat serta dukungan kepada saya.
Sahabat-sahabatku tercinta (Tami, Tari, Ani, Hani, Hindun,
Tia, dan Andri) yang selalu memotivasi dan mendoakan..
Semua teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi BKK
Akuntansi Angkatan 2008.
Almamater UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya skipsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak dapat teratasi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd, selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan
bijaksana.
4. Jaryanto, S.Pd, S.E, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak doa dan bimbingan serta semangat.
5. Prof. Dr. Siswandari, M.Stats selaku pembimbing I yang telah
memberikan banyak sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh
kesabaran.
6. Drs. Ngadiman, M.Si selaku Pembimbing II yang dengan sabar telah
memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
7. Drs. Suyono, M.Si selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Surakarta terima
kasih atas ijin dan kemudahan bagi peneliti dalam pelaksanaan penelitian.
8. Dra. Wahyu Budi selaku guru mata pelajaran akuntansi SMK Negeri 1
Surakarta yang telah banyak membantu peneliti dalam penelitian ini.
Terima kasih untuk bantuan waktu, tenaga serta pikiran dan juga doa yang
selalu diberikan kepada peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
9. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril
maupun sprirituil, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya
mengiringi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi BKK
akuntansi’08, terima kasih buat senyum dan doanya.
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan akuntansi.
Surakarta, April 2012
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ................................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................
HALAMAN PENGAJUAN........................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
HALAMAN REVISI .................................................................................
HALAMAN ABSTRAK ...........................................................................
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
D. Manfaat Hasil Penelitian ...............................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ...............................................................................
1. Hakikat Belajar Mengajar ........................................................
a. Hakikat Belajar...................................................................
b. Ciri-Ciri Belajar.............. ...................................................
c. Tujuan Belajar.....................................................................
d. Teori Belajar.......................................................................
e. Hakikat Mengajar................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x
xi
xiii
xvi
xvii
xviii
1
5
6
6
8
8
8
9
10
10
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
2. Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)......
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) .........................................................................
b. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ..............................
c. Metode-Metode Dalam Cooperative Learning.............…..
d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran kooperatif..........
3. Pembelajaran Kooperatif Metode Mencari Pasangan (Make a
Match)………………………………………………………………..
a. Metode Mencari Pasangan (Make a Match).......................
b. Langkah- Langkah Pembelajaran Kooperatif Metode
Mencari Pasangan (Make a Match)....................................
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Mencari Pasangan
(Make a Match)...................................................................
4. Hakikat Prestasi Belajar………………………………………
a. Pengertian Prestasi Belajar.................................................
b. Strategi Peningkatan Prestasi Belajar.................................
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar..........
5. Hakikat Akuntansi……………….……………………...........
a. Pengertian Akuntansi..........................................................
b. Pengertian Akuntansi sebagai Mata Pelajaran....................
B. Penelitian yang Relevan .................................................................
C. Kerangka Berpikir ..........................................................................
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................
B. Subjek Penelitian…………...……………………………….........
C. Data dan Sumber Data....................................................................
D. Pengumpulan Data .........................................................................
E. Uji Validitas Data...........................................................................
F. Analisis Data...................................................................................
G. Indikator Kinerja Penelitian............................................................
14
14
16
17
18
20
20
20
21
21
21
22
24
27
27
28
28
31
32
34
41
41
42
44
45
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
H. Prosedur Penelitian.........................................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi PraTindakan ………………….......................................
B. Deskripsi Hasil penelitian................................................................
1. Siklus I .....................................................................................
2. Siklus II ....................................................................................
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus....................................
D. Pembahasan.....................................................................................
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................
B. Implikasi ........................................................................................
C. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................
48
54
57
58
69
81
85
89
91
92
94
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Pendidikan merupakan sumber dalam membangun Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berkembang di dalam masa globalisasi.
Pendidikan merupakan hal yang penting dan harus diprioritaskan dalam membangun
sumber daya manusia yang berkualitas untuk kemajuan bangsa dan negara dalam
menghadapi globalisasi yang begitu pesat. Sumber daya manusia merupakan modal
utama untuk membangun masa depan yang hendak diwujudkan. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini sangat perlu dilakukan untuk
menciptakan masa depan bangsa yang lebih baik, maju dalam pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan sumber daya manusia diperoleh dari
peningkatan kualitas pendidikan yang dilakukan. Peningkatan pendidikan dapat
diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi pendidikan, salah satu lembaga
pendidikan yang berperan sangat penting adalah sekolah. Sekolah merupakan
lingkungan yang utama untuk peningkatan kualitas dan kemampuan peserta didiknya.
Oleh karena itu, sekolah hendaknya melakukan berbagai upaya untuk menciptakan
situasi belajar yang nyaman, menyenangkan, menumbuhkan kreatifitas, berpikir kritis
dan bersikap aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan
bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pendidikan membutuhkan perubahan yang dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran. Dalam menghadapi perkembangan IPTEK maka perlu adanya
perubahan paradigma-paradigma yang kurang relevan dengan keadaan yang dialami
pada saat ini. Paradigma pembelajaran harus diubah dari paradigma mengajar ke
paradigma belajar. Peranan guru dalam pembelajaran juga harus diubah dari pengajar
menjadi fasilitator. Peranan guru sebagai pengajar dan fasilitator tentu saja berbeda,
Guru sebagai pengajar diartikan bahwa konstruksi belajar mengajar berpusat pada
guru. Perbuatan atau mengajarkan diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari
peserta didik, guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, dan peserta
didik sebagai penerima. Guru sebagai fasilitator diartikan sebagai upaya
mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru menyediakan fasilitas
belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajari materi yang diberikan dan
membantu peserta didik jika mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Guru sebagai
fasilitator merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, sehingga
peserta didik tidak bertindak pasif yang hanya menerima penjelasan dari guru
melainkan peserta didik terdorong belajar aktif, kreatif dan kritis dalam menghadapi
materi yang diberikan oleh guru.
Peningkatan pembelajaran tentu bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan,
perlu banyak aspek untuk mendukung proses belajar mengajar yang berkualitas dan
meningkatkan pemahaman dan kemampuan peserta didik untuk mencapai target yang
ditetapkan. Pencapaian peningkatan prestasi peserta didik tentu melalui proses-proses
pembelajaran, dimana didalamnya ada tujuan pembelajaran, materi yang akan
dibahas, model, metode, strategi dan media pembelajaran serta prosedur evaluasi
yang dipilih dalam menilai prestasi belajar peserta didik. Pendidikan akan mengalami
perkembangan terus menerus, begitu pula model dan metode yang dilakukan dalam
pembelajaran. Model dan metode yang monoton tidak akan membawa perubahan
peningkatan kualitas pada peserta didik, sehingga perlu adanya pemilihan model dan
metode yang lebih sesuai dengan perkembangan pendidikan yang ada dan situasi
dimana lingkungan pembelajaran itu berlangsung. Model dan metode yang dipilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
guru hendaknya dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang pada
akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan prestasi peserta didik.
Kondisi di SMK Negeri 1 Surakarta khususnya peserta didik kelas X AK 2
minat, keaktifan dan prestasi belajar siswa X AK 2 kurang begitu baik. Kondisi
tersebut dapat diketahui dari keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar
rendah dan masih banyak peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM), yaitu 77. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan hasil
minimal yang harus dicapai oleh setiap siswa dalam setiap materi yang diujikan oleh
guru. Bedasarkan hasil survei pendahuluan menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas
belum mencapai KKM (77) hanya 73,7 saja. Berikut merupakan rangkuman dari
survei pendahuluan mengenai beberapa pelajaran di SMK Negeri 1 Surakarta.
Tabel 1.1 Daftar Mata Pelajaran dan Capaian KKM
No. Mata Pelajaran KKM Rata – Rata Nilai Capaian KKM
1 Pendidikan Agama 75 80 Tercapai
2 Bahasa Indonesia 72 75 Tercapai
3 Seni Budaya 75 78 Tercapai
4 Bahasa Inggris 75 70 Belum tercapai
5 Matematika 75 75 Tercapai
6 Komunikasi Bisnis 77 85 Tercapai
7 Mengetik 77 80 Tercapai
8 Akuntansi 77 70 Belum tercapai
9 Perpajakan 77 70 Belum tercapai
10 dll
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
Bedasarkan tabel 1.1 mata pelajaran yang terdapat pada jurusan akuntansi,
salah satunya akuntansi merupakan mata pelajaran yang nilai rata-rata kelasnya
belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 77. Selain itu dari 40 siswa yang lulus
dan melebihi KKM ada 25 siswa sementara 15 siswa belum memenuhi KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Kekurangaktifan peserta didik dan masih banyaknya peserta didik yang
belum tuntas bukan semata-mata merupakan kesalahan dari siswa, guru juga ikut
menjadi faktor yang menyebabkan keadaan tersebut. Guru masih monoton dalam
menyampaikan materi, sehingga peserta didik bosan untuk mengikuti pelajaran.
Selain itu pemberian materi sebagian besar disampaikan dengan ceramah dan
mengerjakan soal secara mandiri. Cara seperti ini akan menghambat peserta didik
untuk bertindak aktif, sehingga peserta didik hanya dapat menyerap materi sebagian
kecil dari keseluruhan yang disampaikan. Selain sebagai pengajar guru juga diberi
tugas tambahan sebagai bendahara tata usaha dengan tambahan pekerjaan yang
banyak. Hal ini menyebabkan guru terkadang terlambat masuk kelas atau
mengerjakan tugas tersebut di sela-sela waktu mengajar yaitu saat siswa mengerjakan
soal latihan sehingga kualitas mengajar guru kurang maksimal dalam memberikan
materi saat pelajaran berlangsung.
Sarana dan prasarana di SMK Negeri 1 Surakarta khususnya di kelas X AK
2 cukup baik yaitu dengan adanya 20 pasang meja kursi yang masih dalam keadaan
baik, satu set meja kursi guru, sound system, dan lain- lain, namun fasilitas ini belum
cukup untuk menunjang pembelajaran yang baik. Hal ini dilihat dari beberapa
indikator seperti: media pembelajaran LCD yang kurang merata atau tidak semua
kelas memilikinya, buku ajar yang disediakan sekolah masih kurang memenuhi
jumlah siswa. Fasilitas yang seperti ini akan menghambat pembelajaran siswa jika
siswa kurang aktif dalam mencari sumber belajar yang lain seperti buku-buku
pelajaran yang dapat dibeli di toko buku atau mencari informasi di internet.
Pengaplikasian model dan metode yang tepat dan sesuai dengan materi
pelajaran akan membantu siswa bertindak aktif dan meningkatkan motivasi belajar.
Pembelajaran yang tepat akan mampu memberdayakan siswa untuk membangun
diskusi kelompok yang menyenangkan guna meningkatkan kualitas belajar siswa
dalam proses belajar mengajar. Banyak berbagai model pembelajaran yang bisa
digunakan dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian
ini, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
salah satu alternatif yang sesuai dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model yang dapat
membantu siswa untuk belajar membangun pengetahuan sendiri, meningkatkan
kemampuan bekerjasama dengan orang lain, belajar toleransi, saling menghargai, dan
meningkatkan kualitas belajar siswa yang tidak hanya berdasarkan hafalan dan teori
saja. Dalam pembelajaran kooperatif banyak metode yang dapat digunakan, peneliti
memilih metode mencari pasangan (Make a Match) sebagai salah satu metode yang
dianggap sesuai dan diharapkan mampu meningkatkan keaktifa, minat belajar siswa
serta prestasi belajar siswa karena siswa belajar untuk bekerja sama dan berdiskusi.
Selain itu metode ini akan memancing sikap aktif, kreatif dan kritis dalam
menyampaikan argumen kepada teman yang lain di depan kelas. Dalam metode
mencari pasangan (Make a Match) dapat menimbulkan suasana belajar yang
menyenangkan dan gembira sehingga dalam proses pembelajaran tidak
membosankan dan siswa akan lebih interaktif.
Berdasarkan pemikiran tersebut peneliti mengadakan penelitian tindakan
kelas guna mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif dengan metode mencari
pasangan (Make a Match) untuk meningkatkan prestasi belajar yang mampu dicapai
oleh peserta didik. Penulis mengharapkan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) dapat membantu permasalahan
yang ada dalam pembelajaran dan memberikan manfaat yang maksimal untuk
meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk melaksanakan penelitian dengan judul “UPAYA PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR AKUNTANSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
METODE MENCARI PASANGAN (MAKE A MATCH) PADA SISWA KELAS X
AKUNTANSI 2 SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci
mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena itu, seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
peneliti harus menghindari kesalahpahaman penafsiran untuk memperoleh gambaran
yang jelas mengenai penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan latar belakang,
dapat disimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
”Apakah model pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a
Match) dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas X AK 2 SMK
Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang hendak dicapai agar
memiliki arah yang jelas. Tujuan dari penelitian yang hendak dicapai adalah “Untuk
meningkatkan prestasi belajar akuntansi melalui model pembelajaran kooperatif
metode mencari pasangan (Make a Match) pada siswa X AK 2 SMK Negeri 1
Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012”.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara sempit yaitu untuk guru
atau peserta didik maupun secara luas yaitu untuk masyarakat luas. Manfaat yang
dapat diperoleh tersebut antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan mengenai metode pembelajaran
akuntansi yang mulai bergeser ke arah pembelajaran yang mementingkan proses
karena dalam proses pembelajaran disarankan untuk menggunakan paradigma
untuk mencapai hasil terbaik.
b. Meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang penerapan model pembelajaran
yang sesuai dengan mata pelajaran akuntansi serta relevan dengan kondisi siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk guru dalam melaksanakan
proses mengajar melalui model dan metode yang sesuai dengan lingkungan peserta
didik yaitu melalui Make a Match.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Bagi siswa
Penelitian ini, siswa akan lebih aktif dan termotivasi untuk belajar dan
memahami materi yang disampaikan sehingga prestasi siswa dapat meningkat
dari sebelumnya.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka perbaikan
pembelajaran di dalam kelas, peningkatan kualitas sekolah yang diteliti, dan
bagi sekolah-sekolah lain.
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang berharga tentang
penerapan metode Make a Match, sehingga termotivasi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut yang dapat memberikan pada manfaat bagi banyak pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan langkah selanjutnya untuk melakukan sebuah
penelitian ilmiah, teori atau konsep-konsep yang dituliskan, digunakan sebagai
landasan teori dalam sebuah penelitian. Dalam sebuah penelitian, landasan teori
merupakan hal yang penting, karena diperlukan untuk menjelaskan variabel-variabel
yang akan diteliti yang berhubungan dengan fenomena yang akan dikaji. Menurut
Suharsimi Arikunto (2005:58) “Kegiatan mendalami, mencermati, menelaah, dan
mengidentifikasi pengetahuan itulah yang biasa dekenal dengan mengkaji bahan
pustaka atau biasa diangkat dengan istilah kajian pustaka”.
1. Hakikat Belajar Mengajar
a. Hakikat Belajar
Gagne (dalam Agus Suprijono, 2011:2) mengemukakan bahwa “Belajar
adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah”. Sedangkan ahli lain Morgan (dalam
M.Ngalim, 2011:84) menjelaskan bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman”. Pernyataan ini selaras dengan yang diungkapkan Hilgard (dalam Wina
Sanjaya, 2008:89) bahwa “Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan.
Belajar adalah proses mental yang terjadi pada diri seseorang, sehingga menyebabkan
munculnya perubahan tingkah laku”. Sedangkan menurut Soemarsono (2007:6)
menyatakan “Belajar merupakan proses perubahan sikap keterampilan dan
pengetahuan yang berlangsung terus menerus dalam periode waktu yang panjang.
Proses belajar mengajar di dalamnya terkandung perencanaan dan pelaksanaan
pengajaran”.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya, namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar
masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggap properti sekolah, kegiatan belajar
identik dengan pemberian tugas-tugas dan pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan
oleh siswa. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti yang dikatakan
Reber “Belajar adalah the process of acquiring knowledge yang berarti belajar adalah
proses mendapatkan pengetahuan”. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia
berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga. Belajar atau learning,
adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh
dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang
amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia
menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan.
Jadi dapat disimpulkan definisi belajar (Sunhaji, 2009:12) adalah perolehan
belajar tidak hanya sekadar pengetahuan saja, melainkan dapat bermacam- macam;
dapat berupa fakta, konsep, norma, keterampilan, intelektual, maupun keterampilan
motorik. Intinya, belajar tidak hanya perilaku yang tampak saja tetapi perubahan itu
pada aspek yang tidak tampak seperti menghargai orang lain, tenggang rasa, berjiwa
sosial, dan sebagainya. Dalam konsep Bloom, sering disebut dengan ranah koginif,
psikomotorik, dan afektif.
b. Ciri - Ciri Belajar
Sunhaji (2009:12) menyimpulkan beberapa elemen yang mencirikan tentang
belajar antara lain:
1) Belajar adalah merupakan perubahan dalam tingkah laku. Perubahan itu dapat
mengarah pada tingkah laku yang baik, tetapi juga bisa mengarah ke tingkah laku
yang jelek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Perubahan itu melalui pengalaman dan latihan, jadi bukan disebabkan karena
pertumbuhan dan kematangan seperti pada bayi. Dengan lain ungkapan
mengalami sesuatu belum tentu merupakan belajar, tetapi belajar berarti akan
mengalami.
3) Perubahan itu relatif, merupakan akhir dari sesuatu periode waktu yang panjang,
mungkin berhari- hari, bertahun- tahun. Oleh karena itu, bukan sekadar
termotivasi, adaptasi, dan ketajaman perhatian/ kepekaan yang biasanya bersifat
sementara.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan menyangkut berbagai aspek
kepribadian, fisik, dan psikis, perubahan berpikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, dan sikap.
c. Tujuan Belajar
Tujuan belajar sangat bervariasi, tetapi garis besarnya ada dua tujuan yaitu
instrumental effects dan nurturant effect. Tujuan instrumental effects merupakan
tujuan yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional. Tujuan
instrument effects biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan
belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan instruksional biasa disebut nurturant
effect. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan
demokratis, toleransi, menghargai orang lain, dan sebagainya. Jadi, seorang guru
dalam mengajar harus memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar mengajar
untuk mencapai tujuan instrumental effects dan nurturant effect.
d. Teori Belajar
1) Pengertian dan Fungsi Teori
Agus Suprijono (2011:15) menyatakan bahwa perangkat prinsip-prinsip
yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Teori
diartikan sebagai hubungan kausalitas dari proposisi- proposisi. Sementara menurut
Winfred F. Hill (dalam Jamal Ma’mur Asmani. 2011:20) menyatakan bahwa teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
adalah interpretasi sistematis atas sebuah bidang pengetahuan. Fungsi teori dalam
konteks belajar yaitu: a) memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu
informasi belajar; b) memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan
pengajaran; c) mendiagnosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar; d)
mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang; dan e) mengkaji faktor eksternal
yang memfasilitasi proses belajar.
2) Jenis - Jenis Teori Belajar
Beberapa tokoh psikologi belajar memiliki persepsi dan penekanan-
penekanan tersendiri tentang hakikat belajar dan proses perubahan sebagai hasil
belajar. Berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan pandangan
khusus tentang belajar, diantaranya: a) Behaviorisme; b) Kognitivisme; c) Teori
belajar psikologi sosial; dan d) Teori belajat Gagne.
a) Teori Behaviorisme
Para penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat
dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang memberikan
pengalaman-pengalaman tertentu kepadanya. Behaviorisme menekankan pada apa
yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku, dan kurang memperhatikan apa yang terjadi
di dalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Proses belajar lebih dianggap sebagai
suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan apa yang
terjadi selama itu di dalam diri siswa yang belajar. Sebagaimana pada kebanyakan
aliran psikologi belajar lainnya, behaviorisme juga melihat bahwa belajar adalah
merupakan perubahan tingkah laku. Ciri yang paling mendasar dari aliran ini
adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi adalah berdasarkan paradigma
S-R (Stimulus Respons), yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu
terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Proses S-R ini terdiri dari beberapa unsur dorongan (drive). Pertama
seseorang merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Kedua, rangsangan atau stimulus. Kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
seseorang diberikan stimulus yang akan menyebabkannya memberikan respon.
Ketiga, adalah respon, dimana seseorang memberikan reaksi atau respon terhadap
stimulus yang diterimanya dengan melakukan suatu tindakan yang dapat diamati.
Keempat, unsur penguatan atau reinforcement, yang perlu diberikan kepada
seseorang agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respon lagi.
Aunurrahman (2009:42) menjelaskan implementasi penerapan prinsip-prinsip teori
behaviorime yang banyak digunakan di dalam dunia pendidikan adalah:
(1) Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila peserta didik ikut
berpartisipasi secara aktif di dalamnya.
(2) Materi pelajaran dikembangkan di dalam unit-unit dan diatur berdasarkan
urutan yang logis sehingga mahasiswa mudah mempelajarinya.
(3) Tiap-tiap respon perlu diberi umpan baik secara langsung sehingga peserta
didik dapat segera mengetahui apakah respon yang diberikan sudah sesuai
dengan yang diharapkan atau belum.
(4) Setiap kali peserta didik memberikan respon yang benar perlu diberikan
penguatan. Penguatan positif terbukti memberikan pengaruh yang lebih baik
dari pada penguatan negatif.
b) Teori Kognitivisme
Kognitivisme merupakan salah satu teori belajar yang dalam berbagai
pembahasan juga sering disebut model kognitif (cognitive model) atau model
perseptual (perceptual model). Menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi atau pemahaman tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan-tujuannya. Karena itu belajar menurut kognitivisme diartikan
sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman
ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan tingkah laku. Teori ini
menekankan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan
konteks seluruh situasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Aunurrahman (2009:45) menyatakan bahwa kognitivisme memberikan
pengaruh dalam pengembangan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:
(1) Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
(2) Penyusun materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks. Peserta didik
akan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks dengan baik jika
sebelumnya peserta didik mengetahui terlebih dahulu tugas-tugas yang
bersifat lebih sederhana/mudah.
(3) Belajar dengan memahami lebih baik dari pada dengan hanya menghafal,
apalagi tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus disesuaikan dengan apa
yang telah diketahui peserta didik sebelumnya. Oleh karena itu, tugas guru
adalah menunjukkan hubungan antara apa yang akan dipelajari dengan apa
yang telah diketahui sebelumnya..
(4) Adanya perbedaan individual pada peserta didik perlu diperhatikan. Karena
faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar peserta didik.
c) Teori Belajar Psikologi Sosial
Pandangan psikologi sosial secara mendasar mengungkapkan bahwa belajar
pada hakikatnya merupakan suatu proses alami. Semua orang mempunyai
keinginan untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain. Hal ini pada
dasarnya disebabkan karena setiap orang memilki rasa ingin tahu, ingin menyerap
informasi, ingin mengambil keputusan serta ingin memecahkan masalah. Menurut
teori belajar psikologi sosial proses belajar jarang sekali merupakan proses yang
terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi melalui interaksi-interaksi. Interaksi
tersebut dapat searah (one directional), yaitu bilamana adanya stimuli dari luar
menyebabkan timbulnya respos, dan dua arah, yaitu apabila tingkah laku yang
terjadi merupakan hasil interaksi antara individu yang belajar dengan
lingkungannya, atau sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d) Teori Belajar Gagne
Teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang
antara behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolah
informasi. Menurut Gagne cara berfikir seseorang tergantung pada keterampilan
apa yang telah dimilikinya dan keterampilan serta hirarki apa yang diperlukan
untuk memelajari suatu tugas.
e. Hakikat Mengajar
Aunurrahman (2009:34) berpendapat bahwa mengajar diartikan sebagai
suatu keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu
mendorong siswa untuk belajar. Sementara menurut (Sunhaji, 2009:9)
mengemukakan ada penekanan dua pengertian mengajar yakni ditinjau dari pendidik
dan yang kedua ditinjau dari siswa.
Mengajar ditinjau dari pendidik atau pengajarnya mendefinisikan, mengajar
adalah menyampaikan ilmu pengetahuan (bahan ajar) kepada siswa atau anak didik
supaya ilmu itu dikuasai dan dipahami. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan
kepada anak didik. Sudut pandang ini memiliki kelemahan diantarnya mengajar
seolah hanya menyampaikan satu pengetahuan, padahal pengetahuan hanyalah satu
aspek dari tujuan pendidikan, sedangkan yang dituju adalah pembentukan seluruh
pribadi anak didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. Mengajar
ditinjau dari peserta didik mendefinisikan, mengajar adalah aktivitas mengorganisasi
atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah usaha
guru untuk mengatur lingkungannya, sehingga terbentuklah suasana sebaik-baiknya
bagi anak untuk belajar.
2. Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Hamid Hasan (dalam Etin Solihatin, Raharjo, 202008:4) Cooperative
mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi
seluruh anggota kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di
mana para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Dalam
kelas kooperatif, para siswa diharapkan saling membantu, saling mendiskusikan
dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing- masing (Slavin, 2005:4)
Keberhasilan belajar menurut model pembelajaran kooperatif bukan semata-
mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar
itu akan semakin baik apabila dilakukan bersama-sama dalam kelompok-kelompok
belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya
dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan
semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari. Kelompok bukanlah
semata-mata sekumpulan orang. Kumpulan disebut kelompok apabila ada interaksi,
memiliki tujuan, berstruktur, groupness. Agus Suprijono (2011:57) berpendapat
“Interaksi adalah saling memengaruhi individu satu dengan individu yang lain”.
Tujuan dalam kelompok dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Tujuan intrinsik
adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa bahwa dalam kelompok perasaan
menjadi senang. Tujuan ekstrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa
bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai sendiri, melainkan harus
dikerjakan bersama. Struktur kelompok menujukkan bahwa dalam kelompok ada
peran. Peran masing- masing anggota kelompok akan bergantung pada posisi maupun
kemampuan individu masing- masing. Groupness menunjukkan bahwa kelompok
merupakan suatu kesatuan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dengan
menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri siswa
terutama aspek afektif dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam
kelompok kecil bekerja bersama sangat baik untuk mencapai tujuan belajar, baik
yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Unsur- Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok
dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima
unsur yang harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
5) Group processing ( pemrosesan kelompok)
Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan
positif. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada
kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari
bahan yang ditugaskan tersebut. Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah
tanggung jawab individual. Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan
pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif
membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat dan mampu
menguasai materi. Tanggungjawab individu merupakan kunci dari keberhasilan dari
pembelajaran kelompok. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama,
anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini
dapat menghasilkan ketergantungan positif antara lain sebagai berikut:
a) Saling membantu secara efektif dan efisien.
b) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.
c) Saling mengingatkan.
d) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta
meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi.
e) Saling percaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
f) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk
mengoordinasikan kegiatan peserta didik harus: a) saling mengenal dan memercayai;
b) mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius; c) saling menerima dan
saling mendukung; d) mampu menyelesaikan konflik.
Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok.
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat
diidentifikasi dari urutan atau tahapan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.
Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota kelompok
dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kooperatif untuk mencapai tujuan
individu maupun kelompok.
c. Metode - Metode dalam Cooperative Learning
1) Pengertian Metode Mengajar
Nasution (dalam Sunhaji, 2009:38) mengemukakan “Istilah metode berasal
dari bahasa Yunani yaitu Methodos yang berasal dari kata “meta” dan “hodos”. Kata
meta berarti melalui sedang hodos berarti jalan, sehingga metode berarti jalan yang
harus dilalui, cara melakukan sesuatu atau prosedur, Nasution (dalam Sunhaji,
2009:38). Sementara menurut ahli lain istilah mengajar merupakan suatu usaha untuk
menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung proses belajar,
Sardiman (dalam Sunhaji, 2009:39). Dengan demikian, pengertian, metode mengajar
adalah suatu pengetahuan tentang cara - cara mengajar yang dipergunakan guru atau
instruktur; teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar; menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa di dalam kelas, secara individual atau secara kelompok, agar
pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa.
2) Jenis- Jenis Metode dalam Coopertive Learning
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif sangat
bervariasi. Dengan metode pembelajaran yang menyenangkan diharapkan siswa lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
antusias dan lebih aktif untuk memahami pelajaran. Metode- metode pembelajaran
yang dapat digunakan dalam cooperative learning adalah: a)Jigsaw; b)Think-Pair-
Share; c)Numbered Heads Thogether; d)Group Investigation; e)Two Stay Two Stray;
f)Make a Match; g)Listening Team; h)The Power of Two.
d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
1) Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Penggunaan kerja kelompok pada pembelajaran kooperatif memiliki
keuntungan dibanding dengan praktik individual. Daniel Muijs, David Reynold
(2008:82) menyatakan bahwa “Keuntungan utama kerja kelompok kecil tampaknya
terletak pada aspek-aspek kooperatif yang dapat dibantu pengembangannya. Salah
satu keuntungan terletak pada kontribusi yang dapat diberikan metode ini bagi
pengembangan keterampilan sosial murid”. Siswa yang berada di dalam sebuah
kelompok akan memiliki tingkat kepedulian yang lebih tinggi kepada teman-teman
satu kelompoknya jika dibandingkan dengan bekerja secara sendiri-sendiri.
Pengetahuan yang didapat dengan berkelompok juga akan lebih kuat dibanding
dengan perseorangan. Ini memungkinkan penyelesaian masalah akan lebih ringan jika
guru memberikan soal-soal yang tergolong sulit untuk diselesaikan. Slavin (2005:4-5)
menjelaskan pula pembelajaran kooperatif memiliki banyak keuntungan dan manfaat
seperti:
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur
utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar
(yang dirangkum dalam buku ini) yang mendukung penggunaan pembelajaran
kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat
-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok,
penerimaan terhadap teman sekelas, yang lemah dalam bidang akademik, dan
meningkatkan rasa harga diri.
Dengan demikian, keuntungan dari pembelajaran kooperatif adalah dapat
meningkatkan prestasi belajar, menumbuhkan kesadaran berpikir kritis, kreatif, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
meningkatkan sikap yang bersifat sosial seperti: toleransi; saling menghargai; mampu
bekerja sama dengan orang lain dan sebagainya.
2) Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memang memiliki banyak kelebihan dibandingkan
dengan cara belajar perseorangan,namun pembelajaran kooperatif juga memiliki
kelemahan yang berarti pembelajaran kooperatif juga harus diterapkan bersama
dengan praktik individual dan bukan sepenuhnya menggantikannya. Salah satu
kelemahan itu justru terletak pada sifat kooperatif kerja kelompok itu, yang tidak
mengembangkan belajar mandiri dan dapat menimbulkan ketergantungan pada
anggota dominan di dalam kelompok. Bila ini terjadi, siswa tidak akan
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya bila harus digunakan
secara mandiri pada berbagai situasi. Di samping itu, kerja kelompok dapat dengan
mudah menimbulkan free- rider effect di mana sebagian anggota dari anggota
kelompok tidak memberikan kontribusinya kepada kelompok. Mereka terlalu
menggantungkan dengan hasil kerja teman- temannya dan tidak ikut terlibat dalam
kerja kelompok.
Selain memiliki kelemahan bagi siswa, pembelajaran kooperatif juga
memiliki kelemahan bagi guru. Kerja kelompok dalam pembelajaran kooperatif
membutuhkan persiapan yang matang. Oleh karena itu, guru harus memiliki
persiapan dalam mengajar seperti: metode yang digunakan; media pembelajaran yang
digunakan; dan tugas- tugas yang diberikan harus menimbulkan interaksi efektif
dalam kelompok. Selain itu, dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan
penggunaan waktu belajar mengajar yang lebih banyak untuk transisi pelajaran.
Secara garis besarnya, meskipun pembelajaran kooperatif dapat mejadi model yang
kuat dan memiliki banyak kelebihan, tetapi bukanlah model yang paling baik,
sempurna dan tidak memiliki kelemahan. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran
kooperatif perlu diintegrasikan dengan pembelajaran individual agar kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mandiri, percaya pada kemampuan diri sendiri, dan tidak terlalu bergantung pada
orang lain.
3. Pembelajaran Kooperatif Metode Mencari Pasangan (Make a Match)
a. Metode Mencari Pasangan (Make a Match)
Metode Make a Match disebut juga dengan metode mencari pasangan.
Metode pembelajaran ini dipopulerkan oleh Lorna Curran (1994). Metode Make a
Match disebut mencari pasangan karena pada metode ini siswa harus mencocokkan
atau mencari pasangan antara kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang tepat.
b. Langkah- Langkah Pembelajaran Kooperatif Metode Mencari Pasangan
(Make a Match)
Hal-hal yang perlu disiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make
a Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan dan kartu lainnya
berisi kartu jawaban. Langkah berikutnya adalah guru membagi kelas menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu pertanyaan
sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok pembawa kartu jawaban. Langkah
selanjutnya, guru membagikan kartu-kartu pada setiap siswa kemudian
mempersilakan siswa untuk memikirkan jawaban atas kartu yang dipegangnya
tersebut. Jika masing-masing siswa sudah siap, maka guru memberikan tanda supaya
kelompok pertama dan kedua mulai bergerak dan mencari pasangan atas pertanyaan-
jawaban yang sesuai. Siswa yang telah menemukan pasangannya segera
memposisikan duduk bersebelahan. Guru memberikan kesempatan mereka untuk
berdiskusi.
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan kartu
pertanyaan dan jawaban kemudian menjelaskan di depan kelas. Pasangan yang lain
memerhatikan teman yang berada di depan kelas kemudian memberi tanggapan atau
pertanyaan jika ada yang perlu ditanyakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Mencari Pasangan (Make a Match)
1) Kelebihan Metode Mencari Pasangan (Make a Match)
Dalam metode mencari pasangan (Make a Match) seluruh siswa memiliki
kesempatan sebagai orang yang mencari pasangan pertanyaan-jawaban. Ketika siswa
berperan sebagai pencari pasangan pertanyaan-jawaban, siswa belajar untuk bekerja
sama dan berdiskusi. Menurut Anita Lie (2008:55) metode yang dikembangkan
Lorna Curran (1994) jika dilaksanakan dengan maksimal dapat menciptakan suatu
suasana pembelajaran yang menyenangkan mengenai konsep dan topik ketika siswa
bergerak mencari pasangan atas kartu yang dimilikinya.
2) Kelemahan Metode Mencari Pasangan (Make a Match)
Metode Make a Match ternyata juga memiliki kelemahan. Metode ini dapat
menimbulkan rasa senang bagi siswa karena dapat secara aktif bergerak mencari
pasangannya, namun dengan adanya kegiatan mencari pasangan ini menyebabkan
suasana kelas menjadi ramai dan mengganggu kelas yang ada di sekitarnya sehingga
guru harus mampu mengkondisikan kembali siswa setelah mereka menemukan
pasangannya.
4. Hakikat Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha (Zainal Arifin, 2011:12).
Prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
nilai yang diberikan guru. Menurut Gagne (1985) dalam Hamdani (2011:138)
menyatakan bahwa “Prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu
kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan”.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar dapat diketahui setelah
diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya
prestasi belajar siswa.
b. Strategi Peningkatan Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa perlu ditingkatkan dengan berbagai strategi
pembelajaran. Strategi- strategi tersebut antara lain:
1) Penyusunan Rencana Pembelajaran yang Baik
Strategi menyusun rencana pembelajaran adalah kepala sekolah melalui
kebijakan yang dituangkan dalam tugas guru, mewajibkan para guru untuk
membuat program mengajar yang berupa: silabus, analisa materi pelajaran,
program tahunan, program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pembuatan program pembelajaran disusun secara bersama-sama melalui
pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang ada di lingkungan sekolah
yang selanjutnya dimantapkan melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran tingkat Kabupaten. Selanjutnya perangkat mengajar diserahkan kepada
wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk dikoreksi dan ditanda tangani oleh
kepala sekolah. Pada saat mengajar, para guru selalu membawa perangkat
pembelajaran dengan maksud agar proses belajar mengajar berjalan dengan
terarah, dan tujuan yang dirumuskan dalam program bisa tercapai
2) Pembinaan kerjasama dengan siswa, orang tua siswa maupun instansi lain.
Guru selain menjadi seorang pengajar juga harus dapat menjadi rekan
untuk siswa –siswanya. Guru harus menjadikan siswa bukan sebagai objek belajar
namun juga dijadikan subjek belajar sehingga peran siswa lebih dominan dalam
usaha menguasai materi. Disamping itu perlu adanya kerja sama yang baik antara
guru dengan siswa agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dan
mencapai tujuan.
Dalam menjalin kerjasama dengan siswa, strategi yang diterapkan bisa
melalui: a) menjalin hubungan baik dengan siswa; b) berusaha memahami latar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
belakang siswa; c) penguasaan materi dan cara penyajiannya menarik; d)
penggunaan model mengajar yang bervariasi dan e) memberi pembinaan khusus
bagi siswa bermasalah.
Pengembangan sekolah memiliki arti tersendiri bagi sekolah ini, sehingga
sekolah tidak hanya menjalin kerjasama dengan siswa saja, tetapi sekolah juga
menjalin kerjasama dengan orang tua/wali, perguruan tinggi, instansi pemerintah
dan alumni. Adapun bentuk kerjasamanya adalah sebagai berikut: pengadaan
sarana dan fasilitas sekolah, rekrutmen calon mahasiswa, penyaluran bakat dan
minat siswa melalui kegiatan ektrakurikuler dan pengadaan pembina ekstra
kurikuler. Kerjasama dalam hal ini, tidak hanya dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran di kelas saja, melainkan melalui kegiatan sekolah secara keseluruhan
yang mengarah pada upaya peningkatan prestasi belajar siswa.
3) Pemberian motivasi belajar terhadap siswa
Pemberian motivasi terhadap siswa adalah sebagai berikut: a) khususnya
siswa kelas tiga selalu diberi latihan-latihan soal; b) pemberian tugas untuk
praktek lapangan; c) mengikutsertakan siswa dalam kegiatan ilmiah; d)
mengkomunikasikan hasil belajar siswa melalui papan pengumuman maupun
melalui pertemuan dengan orang tua; e) pemberian reinforcement; f) penggunaan
media dalam pembelajaran dan g) pemberian layanan bimbingan.
4) Penciptaan situasi dan kondisi pembelajaran yang kondusif dan terkendali
Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan
efektif, maka pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru melakukan
upaya berupa: a) petugas tata tertib selalu mengantisipasi berkeliling di lingkungan
sekolah untuk mengontrol tempat-tempat yang rawan; b) waka kesiswaan
mengadakan razia di dalam kelas dengan dibantu petugas tata tertib dan guru
pembimbing; c) dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa; d) guru
berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis; e) guru memberi
kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran atau masalah lainnya,
dan f) guru berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
yang dianggap sulit. Dengan strategi seperti diatas, maka iklim di lingkungan
SMK Negeri 1 Surakarta, memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang
kondusif sehingga siswa merasa senang dan betah berada di sekolah selama jam
efektif kegiatan belajar mengajar, bahkan hingga sore hari untuk mengikuti
kegiatan tambahan.
5) Meningkatkan kedisiplinan seluruh warga sekolah
Strategi untuk meningkatkan disiplin, sebagai berikut: a) sekolah memiliki
sistem pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik; b) adanya keteladanan
disiplin dalam sikap dan prilaku mulai dari pimpinan sekolah, guru dan karyawan;
c) mewajibkan siswa baru untuk mengikuti ekstrakurikuler Pramuka; d) pada awal
masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan kelas; e)
memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas; f) adanya hukuman
bagi siswa yang datang terlambat di sekolah dan g) mewajibkan siswa berseragam
sesuai dengan hari pemakaiannya. Dengan strategi tersebut disiplin siswa bisa
terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga
siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.
6) Pelaksanaan evaluasi proses belajar mengajar
Evaluasi dalam pembelajaran di SMK Negeri 1 Surakarta ada dua macam
yaitu: a) penilaian terhadap hasil belajar siswa; b) penilaian terhadap proses
pengajaran. Penilaian terhadap hasil belajar siswa baik dari ulangan harian,
ulangan semester, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional. Sedangkan
penilaian terhadap proses pengajaran, berdasarkan hasil wawancara, observasi
peneliti dan supervisi kepala sekolah, bahwa kompetensi guru dalam pembelajaran
di kelas sudah bagus sekali, bahkan guru senior selalu menularkan etos kerja yang
bagus, baik dalam melaksanakan tugas mengajarnya, tugas mengadministrasi hasil
mengajar, maupun tugas tambahan dari sekolah.
c. Faktor- Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar
1) Faktor Internal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain
sbagai berikut:
a) Kecerdasan (Intelegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar yang disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat
ditentukan oleh tinggi atau rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Ada kalanya
perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu
anak dengan anak lainnya. Sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki
tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan kawan sebayanya. Oleh karena itu,
jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Menurut Muhibbin Syah (dalam Hamdani, 2011:139)
berpendapat bahwa “Intelegensi adalah semakin tinggi tingkat intelegensi seorang
siswa, semakin besar peluangnya untuk meraih sukses”.
b) Faktor Jasmaniah atau Faktor Fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar seorang siswa. Uzer dan Lilis dalam Hamdani
(2011:140) mengatakan bahwa faktor jasmaniah yaitu panca indra yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, seperti sakit, cacat tubuh, atau perkembangan
yang tidak sempurna.
c) Sikap
Sikap yaitu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau
benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.
d) Minat
Minat memiliki peranan yang sangat penting dalam proses dan prestasi
belajar. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-
menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat berperan sangat penting dalam
kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan
perilaku. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras
dibandingkan siswa yang kurang berminat.
e) Bakat
Menurut Muhibbin Syah (1999) dalam Hamdani (2011:141) menyatakan
bahwa “Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas
tanpa banyak tergantung pada upaya pendidikan dan latihan”.
f) Motivasi
Hamdani (2011:142) menyatakan bahwa “Motivasi adalah segala sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Motivasi dapat
menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
kesuksesan belajarnya. Motovasi dalam belajar adalah faktor penting karena hal
tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan
belajar.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas dua macam yaitu lingkungan sosial dan
lingkungan non sosial. Pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu. Faktor ekstern yang memengaruhi belajar
adalah: a) keadaan keluarga; b) keadaan sekolah; c) lingkungan masyarakat.
Keadaan keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat.
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Oleh karena itu, orang tua
hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Adapun sekolah
menjadi pendidikan lanjutan. Sebagai pendidikan yang pertama dan utama orang tua
harus dapat mendidik, dan membimbing anak-anaknya dalam menentukan masa
depan. Keadaan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat - alat
pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan
memengaruhi hasil-hasil belajar.
Di sampai orangtua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan.
Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak
sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan
lingkungan tempat ia berada. Lingkungan dapat membentuk kepribadian anak karena
dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan
kebiasaan- kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa
bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan
besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga sehingga ia akan
turut belajar sebagaimana temannya.
Pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di
tingkat selanjutnya harus mampu mengembangkan potensi diri siswa dan sikap serta
kemampuan dasar yang diperlukan siswa untuk hidup dalam masyarakat, baik dari
sisi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, maupun budaya, di tingkat lokal maupun
global.
5. Hakikat Akuntansi
a. Pengertian Akuntansi
Pengertian akuntansi bagi sebagian besar orang awam, hanya diidentikkan
dengan sebuah proses pencatatan transaksi keuangan. Padahal, akuntansi sebenarnya
lebih dari sebuah proses pencatatan semata. Seperti yang dikemukakan oleh para
pakar akuntansi dunia dan sudah disepakati sebagai sebuah pemikiran ilmiah.
American Institute of Certified Public Account (AICPA) memberikan pengertian
“Akuntansi adalah sebuah seni pencatatan, proses pengelompokan, dan
pengikhtisaran dengan berdasarkan pada cara- cara yang memiliki makna serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dinyatakan dalam nilai uang”. Proses ini mencakup pada semua transaksi serta
kejadian yang memiliki sifat keuangan untuk kemudian ditafsirkan maknanya.
Selain AICPA, ada pula organisasi Amerika Serikat lain yang bernama
American Accounting Association (AAA). Organisasi ini menyebutkan bahwa
“Akuntansi sebagai suatu tahap pengumpulan, pengidentifikasian, pengikhtisaran dan
pembagian yang didapat dari data keuangan untuk kemudian dilaporkan pada pihak
yang membutuhkan, sebagai dasar pengambilan keputusan”. Dari dua pengertian
tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian akuntansi secara umum dapat
diartikan sebagai sebuah proses pencatatan, pengklasifikasian, perangkuman,
pengolahan, dan penyajian data dari transaksi serta kejadian yang memiliki
keterkaitan dengan aktivitas keuangan. Dengan demikian, hasil dari pelaporan
tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai sebuah dasar unuk melakukan penilaian dan
penganalisaan tingkat kesehatan keuangan sebuah organisasi. Dari hasil kesimpulan
tersebut pada akhirnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
b. Pengertian Akuntansi sebagai Mata Pelajaran
Bagi instansi pendidikan terutama di Sekolah Menengah Atas jurusan IPS
akuntansi merupakan salah satu dalam pelajaran di sekolah. Sedangkan pada Sekolah
Menengah Kejuruan terutama pada jurusan akuntansi, mata pelajaran akuntansi
merupakan pelajaran yang pokok dan akan dikupas secara mendalam. Mata pelajaran
akuntansi diberikan kepada siswa sebagai pengantar agar siswa mengerti sejak
sekarang mengenai cara membuat dan mengelola sistem pembukuan, mencatat
transaksi yang terjadi dalam perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun manufaktur
dan dapat mempraktikkannya.
http://www.anneahira.com/pengertian-akuntansi.htm
B. Penelitian yang Relevan
Dedi Rohendi, Waslaluddin, dan Sri Putri Ayu (2010) dalam judul penelitian
eksperimennya “Penerapan Cooperative Learning Tipe Make a Match untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VII dalam Pembelajaran Teknologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Informasi dan Komunikasi”. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan dua kelas
dengan penggunaan metode belajar yang berbeda. Peneliti mengambil dua kelas yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang
mengaplikasikan metode Make a Match oleh peneliti, sedangkan kelas kontrol
menggunakan metode pembelajaran yang biasa dilakukan. Dari observasi yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa: setelah dilakukan proses pembelajaran dengan
menggunakan cooperative learning metode Make a Match pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol dengan pembelajaran biasa terlihat adanya perbedaan hasil belajar.
Peningkatan hasil belajar yang lebih terlihat lebih tinggi secara signifikan pada kelas
eksperimen dibandingkan dengan pembelajaran biasa pada kelas kontrol.
Nurul Inayah (2011) dalam judul penelitian “Peningkatan Keaktifan dalam
KBM dan Prestasi Belajar Peserta Didik Melalui Teknik Pembelajaran Mencari
Pasangan (Make a Match) di SMK Negeri 1 Sedayu Tahun Ajaran 2010/2011”. Pada
penelitian ini, peneliti memiliki dua hasil dari pengaplikasian metode Make a Match
yaitu sebagai berikut:
a. Peningkatan prestasi belajar yang diperoleh setelah dilaksanakan metode Make a
Match. Peningkatan prestasi belajar terjadi pada setiap siklus penelitian, di mana
nilai rata- rata kelas mengalami peningkatan dari 48,28 pada pre-test menjadi
79,56 pada siklus I. Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 86,18 dan pada
siklus III meningkat menjadi 91,59. Nilai rata-rata kelas ini menunjukkan adanya
peningkatan 31,28 dari pre-test ke siklus I sebesar 6,62 dari siklus I ke siklus II
sebesar 5,41 dari siklus II kesiklus III.
b. Terjadi peningkatan keaktifan siswa yang dapat terlihat bahwa pada siklus I
sebagian besar siswa memiliki tingkat keaktifan dengan nilai 13-15 sebanyak 17
siswa (50%), pada siklus II sebagian besar tingkat keaktifan siswa juga masih
memperoleh nilai 13-15 dengan jumlah siswa 14 siwa (41,18%), tetapi yang
membedakan dengan siklus I, pada siklus II jumlah siswa yang memiliki
keaktifan dengan nilai 19-21 meningkat menjadi 8 siswa (23,53%), sedangkan
pada siklus III sebagian besar bsiswa memiliki tingkat keaktifan dengan nilai 16-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
18 sebanyak 15 siswa (44,12%) dan jumlah siswa dengan nilai 19-21 meningkat
menjadi 12 siswa (35,29%).
Riyanto (2009) dalam penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan
Motivasi dan Hasil Belajar PKn Melalui Mode Pembelajaran “Make a Match” bagi
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran
2008/2009”. Penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut:
a. Dengan mempraktikkan model pembelajaran Make a Match pada siklus I
menunjukkan rata- rata motivasi siswa dalam menerima pelajaran 34% siswa
memiliki motivasi tinggi, yang ditandai dari ketepatan mencari pasangan, adanya
kerja sama yang baik dalam mengerjakan tugas, selain itu mereka memiliki
perasaan senang dalam menerima pelajaran. Sedangkan siswa yang memiliki
motivasi sedang sebanyak 42,7% dan 23,3% siswa motivasi belajarnya masih
rendah.
b. Pada siklus II dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan motivasiyaitu dapat
dilihat sebanyak 44% siswa memiliki mtivasi tinggi, 40% siswa mempunyai
motivasi cukup dan 16% motivasinya rendah.
Khaerul Insani (2011) dalam penelitian tindakan kelasnya yang berjudul “
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Mencari Pasangan (Make a Match) Pada Siswa
Kelas XI Ilmu Sosial 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Pelajaran
2010/2011”. Dalam penelitian ini proses belajar mengajar akuntansi menunjukkan
peningkatan proses maupun hasil belajar siswa. Peningkatan ini ditunjukkan dari
banyaknya siswa yang sudah mencapai batas tuntas minimal yaitu 62,9% atau
sebanyak 22 siswa pada siklus I dan 85,7% atau 30 siswa pada siklus II. Siswa yang
sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran, sekarang menjadi lebih antusias dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian diatas memiliki persamaan bahwa model
pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
memberikan perubahan mengenai keaktifan siswa dalam pembelajaran yang lebih
antusias menerima pelajaran dan peningkatan terhadap prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran untuk dapat memberikan
jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka berpikir ini
digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik, didasarkan pada kajian
teori dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Proses pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 1 Surakarta belum
menggunakan metode belajar yang dapat meningkatkan minat, motivasi, dan
pemahaman siswa saat mengikuti proses belajar mengajar akuntansi. Guru masih
menggunakan metode konvensional yang kurang sesuai untuk diterapkan dalam
pembelajaran akibatnya siswa kurang antusias dan rata–rata prestasi belajar siswa
mata pelajaran akuntansi kurang memenuhi KKM. Oleh karena itu, guru harus
memilih metode mengajar yang tepat untuk meningkatkan minat, motivasi belajar
yang pada nantinya akan meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa.
Pemilihan metode yang tepat akan memacu siswa lebih aktif, dan memahami
materi ajar. Model yang dijadikan alternatif dalam pembelajaran akuntansi adalah
model Cooperative Learning melalui metode mencari pasangan (Make a Match).
Dengan model pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar untuk menyelesaikan soal
dengan berkelompok, sehingga soal–soal yang diberikan akan lebih mudah
dikerjakan. Model kooperatif yang diaplikasikan dengan menerapkan metode mencari
pasangan (Make a Match) yaitu metode mencocokkan kartu pertanyaan dan jawaban.
Penerapan metode ini dilakukan dengan dua siklus penelitian untuk mencapai hasil
yang dikehendaki. Pada siklus I, guru menerapan model pembelajaran kooperatif
melalui metode mencari pasangan (Make a Match) siswa dapat terlibat langsung
dalam proses belajar mengajar bukan hanya sebagai pendengar. Dengan pembelajaran
kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) dapat meningkatkan keaktifan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
siswa guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menarik dan
menyenangkan tetapi tidak mengesampingkan pemahaman siswa.
Pada siklus II, guru melakukan refleksi atas kekurangan yang dialami pada
siklus I kemudian membuat rencana perbaikan dan melanjutkan proses pembelajaran
dengan penyempurnaan dari siklus I. Hasil dari siklus II ini diharapkan akan semakin
meningkatkan keaktifan siswa dan prestasi belajar akuntansi dengan nilai – nilai yang
memenuhi KKM. Berdasarkan deskripsi kerangka pemikiran tersebut, jika
diwujudkan gambar akan nampak sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah yang telah
dirumuskan yang belum diuji kebenarannya sehingga dapat dipertegas atau ditolak
KONDISI
AWAL
TINDAKAN
KONDISI
AKHIR
PROSES KEGIATAN
MENGAJAR: GURU
MENGGUNAKAN
METODE
KONVENSIONAL
SISWA KURANG
ANTUSIAS DAN
PRESTASI BELAJAR
KURANG MEMENUHI
KKM
GURU
MENERAPKAN
MAKE A MATCH
PADA SIKLUS I
SISWA AKTIF DAN
PRESTASI BELAJAR
MENINGKAT
GURU
MELAKUKAN
REFLEKSI SIKLUS
I KEMUDIAN
MELANJUTKAN
PADA SIKLUS II
SISWA SEMAKIN
AKTIF DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA
SEMAKIN
MENINGKAT DARI
SIKLUS I
DAYA SAING
LULUSAN
MENINGKAT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
secara empiris. Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka, hasil
penelitian yang relevan serta kerangka pemikiran, maka penulis merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
“Penerapan model pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make
a Match) dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas X AK 2 SMK Negeri
1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Surakarta yang beralamatkan
Jalan Sungai Kapuas Nomor 28, kode pos 57113, Surakarta. Sekolah ini dipimpin
oleh Drs. Suyono, M.Si selaku kepala sekolah. Alasan penelitian melakukan
penelitian ini di SMK Negeri 1 Surakarta dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Lokasi SMK Negeri 1 Surakarta termasuk strategis dan dekat dengan jangkauan
penulis, sehingga dapat memudahkan penulis dalam mobilitas, komunikasi, dan
transportasi. Dengan demikian, penulis dapat mengatur biaya dan waktu yang
dibutuhkan dalam penelitian agar lebih efisien.
b. SMK Negeri 1 Surakarta bersedia dan mau memberikan ijin bagi penulis untuk
menjadi lokasi penelitian dan diharapkan juga memberikan kontribusi manfaat
bagi sekolah tersebut.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata
pelajaran akuntansi yang membantu dalam pelaksanan, perencanaan tindakan,
observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung,sehingga secara tidak langsung
kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga validasi hasil penelitian.
2. Sejarah Singkat SMK Negeri 1 Surakarta
Pada tanggal 1 September 1946 di kota Surakarta telah berdiri sebuah
lembaga pendidikan yang bernama Sekolah Tinggi Ekonomi dengan lokasi di jalan
Simpon. Pada tahun 1947 sampai dengan 1948 namanya diubah menjadi Sekolah
Ekonomi Menengah dengan alamat di jalan Tembaga II Surakarta. Sejalan dengan
perkembangan waktu, pada tahun 1959 sampai dengan tahun 1960 nama sekolah itu
diganti menjadi Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) yang tetap bertahan
sampai dengan tahun 1996. Pada tanggal 1 Januari 1997, nama SMEA diubah
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Surakarta yang berlokasi di
jalan Kapuas No. 28 Surakarta.
Adapun pemegang jabatan sebagai pimpinan SMK Negeri 1 Surakarta
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Nama dan Masa Jabatan Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Surakarta
No NAMA MASA JABATAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15.
16.
Drs. KRMT. Prawironegoro
Soedasmo Atmojo
Mr. KRMT. Tirtodiningrat
Drs. Prawironegoro
R.S. Budiwiryo
R.S. Soecipto
D. Soetadi
Drs. Roelijan S.
Soeparjo Sastro A., BA
Drs. Soekemi
Drs. Soedaryono
Drs. Winanto
Sunarno, BA
Dra. Soekiyah N.
Drs. Mukaswan
Drs.Suyono,M.Si
1 September 1946 - 19 Desember 1948
27 Desember 1948 - 1952
27 Desember 1952 - 1954
27 Desember 1954 - 1955
27 Desember 1955 - 31 Maret 1958
1 April 1958 - 10 Desember 1965
20 Desember 1965 - 23 Januari 1967
23 Januari 1967 - 1 Juni 1981
1 Juni 1981 - 1 Maret 1986
1 Maret 1986 - 27 Juni 1987
27 Juni 1987 - 13 Maret 1988
13 Maret 1988 - 30 Agustus 1988
30 Agustus 1988 - 1 Januari 1993
28 Januari 1993 - 29 Juli 1999
1 Agustus 1999 – 2010
2010 – Sekarang
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
3. Visi dan Misi SMK Negeri 1 Surakarta
a. Visi SMK negeri 1 Surakarta sebagai berikut:
Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan yang Mampu Menghasilkan
Tamatan Sesuai Tuntuttan Dunia Usaha/ Dunia Industri di Msa Sekarang dan
di Masa yang akan datang.
b. Misi SMK Negeri 1 Surakarta
1) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang memberikan
kompetensi pada siswa sesuai dengan program keahliannya, memiliki
keterampilan dasar yang memadai, ulet, jujur, dan disiplin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2) Menumbuhkan jiwa kewirausahaan
3) Menjalin kerja sama dengan dunia usaha/ dunia industri dalam
melaksanakan pendidikan sistem ganda, prakerin dan penyerapan/
penyaluran tamatan.
4. Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Surakarta
SMK Negeri 1 Surakarta memiliki struktur organisasi seperti yang terlihat
pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.1 Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Surakarta
Kepala Sekolah
Drs. Suyono, M.Si. MS BP3
BP Kepala Sub.
Bagian TU
Waka Kurikulum
Drs. Juni Irianto
M.Pd
Waka Ketenagaan
Mujiyo Slamet,S.Ag
Waka Humas
Drs. Bambang
Riyanto
Waka Kesiswaan
Drs. Suratno
Kaprodi
Pemasaran
Kaprodi
Adm.Perkantoran
Kaprodi
Akuntansi
Guru
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
5. Keadaan Lingkungan SMK Negeri 1 Surakarta
Secara umum SMK Negeri 1 Surakarta yang berlokasi di Jalan Kapuas No.
28 Surakarta ini berkondisi cukup baik dan memenuhi syarat untuk digunakan
kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan penelitian, peneliti dapat menggambarkan
lokasi sekolah SMK Negeri 1 Surakarta seperti denah sekolah di bawah ini:
Gambar 3.2 Denah SMK Negeri 1 Surakarta
2
4
5
27
1
28 6
29
7 8
9 1
11
12
30
13
31 22
28 11
11
11
11
11
11
3
25 26
11
11
11
11
22 10
17
11
11
11 21
20
18
23
11
34
24
14 15
16
11 32
33
19
U
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Ket:
:Bawah (lantai 1) : Bawah ( lantai 1 )
:Atas (lantai 2)
1. Taman Sekolah
2. Toko
3. Ruang BK
4. Kafetaria
5. Ruang Komite dan Kop.
6. Ruang TU
7. Ruang Tamu
8. Ruang Kepala Sekolah
9. Ruang Tim ISO
10. Kamar Mandi Guru
11. Ruang Kelas
12. Perpustakaan
13. Lab TUK/ Adm. Perkantoran
14. Ruang GURU
15. Ruang WK
16. Ruang KP
17. Ruang UKS
18. Lab AK
19. Bank Mini
20. Ruang Rapat
21. Lab. Ketik
22. Kamar Mandi Siswa
23. Masjid
24. Kantin Penjaga
25. Ruang BKK
26. Ruang BK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
27. Ruang Gamelan dan Panggung
28. Gudang
29. Lab. Bahasa
30. Aula
31. Ruang OSIS
32. Lab. Komputer
33. Ruang Mentenir
34. Gudang OSIS
6. Waktu Penelitian
Waktu untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai bulan November 2011
sampai bulan Mei 2012. Waktu ini meliputi kegiatan pelaksanaan penelitian,
pelaksanaan tindakan, analisis data dan penyusunan laporan, dengan jadwal sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian
Kegiatan Penelitian Bulan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1. Pelaksanaan Penelitian
a. Koordinasi dengan kepala
sekolah dan guru
b. Diskusi dengan guru
mengenai permasalahan
pembelajaran
c. Mengajukan judul dan
mini proposal
d. Menyusun proposal
e. Menyiapkan instrumen
penelitian
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I
1) Perencanaan Tindakan
2) Pelaksanaan Tindakan
3) Observasi
4) Refleksi
b. Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
2) Pelaksanaan Tindakan
3) Observasi
4) Refleksi
3. Analisis Data dan
Penyusunan Laporan
1. Analisis Data
2. Penyusunan Skripsi
3. Ujian dan Revisi
4. Penggandaan dan
Pengumpulan Skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada kelas X bidang keahlian akuntansi. SMK
Negeri 1 Surakarta pada bidang keahlian akuntansi memiliki dua kelas, yaitu X AK 1
dan X AK 2. Pada kedua kelas tersebut ditemukan adanya permasalahan-
permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran akuntansi.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil salah satu subyek yaitu siswa kelas X AK 2
dengan jumlah 40 siswa perempuan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.
C. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data merupakan hal yang berbeda. Jenis data menunjuk
data apa saja yang menjadi fokus penelitian, sedangkan sumber data menunjuk dari
mana saja data itu diperoleh. Jenis data pada penelitian ini adalah prestasi belajar
siswa dan minat belajar siswa. Dalam memilih sumber data, peneliti harus benar-
benar berpikir mengenai kelengkapan informasi yang akan dikumpulkan dan juga
validitasnya. Sumber data dalam penelitian ini, antara lain:
1. Informan
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang menjadi informan adalah
guru mata pelajaran akuntansi kelas X AK tahun ajaran 2011/2012 dan siswa X
AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta.
2. Aktivitas
Melalui pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui
proses bagaimana sesuatu terjadi secara langsung. Peristiwa dalam penelitian
ini adalah proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran akuntansi.
3. Dokumen
Dokumen dan arsip juga merupakan sumber data yang paling penting artinya
dalam penelitian tindakan kelas. Dokumen dan arsip sebagai sumber data yang
dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data peneliti yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu:
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan hasil pekerjaan
siswa,dalam hal ini siswa kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta.
D. Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan
dengan permasalahan, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan
teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan
dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
antara lain dengan menggunakan:
1. Observasi
Observasi dilaksanakan kolaborasi antara peneliti dan guru yaitu dengan
melaksanakan, mengamati, mengidentifikasi, dan mencatat apa kekurangan dan
kelebihan dalam proses pembelajaran.
2. Wawancara
Menurut Herawati Susilo dkk (2008:60) “Wawancara merupakan
teknik pengumpulan data melalui pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
kepada peserta didik, orang tua atau guru lain”. Menurut Kunandar (2009:
159-160), wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan
mempersiapkan bahan wawancara terlebih dahulu.
b. Wawancara setengah terstruktur
Wawancara setengah terstruktur adalah wawancara yang sudah
dipersiapkan terlebih dahulu, tetapi memberikan keleluasaan untuk tidak
langsung fokus ke pertanyaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
c. Wawancara tidak tersetruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara dimana prakarsa
untuk memilih topik bahasan diambil oleh siswa atau orang yang
diwawancarai.
Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara berstruktur, dimana bahan wawancara telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada guru mata
pelajaran akuntansi dan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran akuntansi, penentuan tindakan
dan respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip nilai, buku, agenda pembelajaran, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
sekolah, data identitas siswa, data hasil belajar kognitif siswa yang berupa nilai
ulangan harian mata pelajaran Akuntansi, untuk memperoleh data tentang
kemampuan awal siswa.
4. Tes
Tes hasil belajar (achievement test) merupakan alat ukur untuk
mengukur prestasi belajar. Tes ini dilaksanakan dalam rangka mengetahui hasil
dari kegiatan pembelajaran siswa setelah pelaksanaan tindakan. Tes prestasi
belajar dalam penelitian ini dibuat oleh peneliti untuk menilai dan mengukur
prestasi belajar siswa berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
5. Angket atau Kuesioner
Menurut Masidjo (2010:70) “angket atau kuesioner adalah suatu daftar
pertanyaan yang tertulis secara rinci dan lengkap yang harus dijawab oleh
responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menggunakan angket langsung
dalam bentuk chek list ( √ ). Angket terstruktur adalah angket yang disusun
sedemikian rupa, sehingga siswa tinggal memilih alternatif jwaban yang sudah
tersedia. Angket untuk mengetahui pendapat siswa setelah siswa diajar dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative learning metode mencari
pasangan (Make a Match). Alasan peneliti menggunakan angket terstruktur
adalah:
a. Memberikan kemudahan bagi siswa untuk memberikan tanggapan, karena
siswa hanya diminta memilih salah satu dari beberapa alternatif jawaban.
b. Data yang terkumpul sesuai dengan kebutuhan peneliti
E. Uji Validitas Data
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan perlu diuji derajat
keterpercayaannya atau derajat kebenaran penelitiannya, yaitu dengan mengkaji suatu
bentuk validasi. Menurut Hopkins, dkk (1993) dalam Rochiati Wiriaatmadja (2006:
168) terdapat beberapa bentuk validasi yang dilakukan dalam penelitian ini,
diantaranya adalah:
1. Validitas Member Check
Validitas member check dilakukan dengan memeriksa kembali keterangan-
keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara
baik kepada siswa maupun guru apakah informasi itu tetap sifatnya atau tidak
berubah, sehingga dapat dipastikan keajegannya dan terperiksa kebenarannya.
2. Validitas Triangulasi
Validitas triangulasi adalah dengan memeriksa kebenaran hipotesis dengan
membandingkan hasil orang lain yang menyaksikan situasi yang sama, yaitu
dengan mitra peneliti lain. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan berdasarkan
sudut pandang peneliti dan mitra peneliti sebagai pengamat atau observer. Selain
itu, triangulasi juga dilakukan dengan membandingkan dengan dua sudut pandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
lain untuk menguji kebenarannya, yaitu penilaian dari guru terhadap respons siswa
pada waktu pembelajaran berlangsung dan penilaian dari siswa terhadap kinerja
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3. Validitas Audit Trail
Validitas audit trail dilakukan dengan memeriksa kesalahan-kesalahan di
dalam metode atau prosedur yang dipakai peneliti dalam pengambilan kesimpulan.
Selain itu validitas audit trail dilakukan dengan memeriksa catatan-catatan yang
ditulis oleh peneliti atau pengamat mitra peneliti yang berguna untuk meretreive
informasi atau data yang ada.
4. Validitas Expert Opinion
Validitas expert opinion adalah validitas yang dilakukan dengan meminta
nasihat kepada pakar. Dalam penelitian ini peneliti meminta nasihat kepada
pembimbing skripsi untuk memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian. Dengan
demikian, pembimbing akan memberikan arahan, per-baikan, modifikasi, atau
penghalusan yang akan meningkatkan derajat keter-percayaan penelitian ini
5. Validitas Key Respondents Review
Validitas key respondents review adalah meminta salah seorang atau
beberapa mitra peneliti atau orang yang banyak mengetahui tentang Penelitian
Tindakan Kelas, untuk membaca draft awal laporan penelitian ini dan meminta
pendapatnya.
F. Analisis Data
Didalam penelitian ini, peneliti menganalisis data dengan menggunakan
analisis interaktif. Menurut Miles dan Huberman dalam Herawati, dkk (2008:103)
cara untuk menganalisis data secara kompleks dapat dilakukan dengan teknik analisis
data kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif. Analisis
interaktif tersebut terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama
lain, diantaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus,
menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data lengkap yang ada dalam
catatan lapangan. Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan pemilahan
dan penyisihan data yang kurang bermakna, sehingga dapat dilakukan penarikan
kesimpulan akhir untuk kemudian diverifikasi.
2. Paparan Data
Paparan data merupakan proses menata rapi berbagai data dalam bentuk
narasi dengan dilengkapi matriks, grafik, dan/atau diagram. Dalam penelitian ini,
pemaparan data dilakukan dengan menyajikan data pada tabel untuk mengolah
prestasi dan minat belajar siswa pada siklus I dan siklus II, sehingga dapat
diketahui sejauh manakah keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Penarikan Kesimpulan
Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data harus dilakukan sepanjang
proses pelaksanaan tindakan penelitian. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan
membandingkan kesimpulan sementara yang ditarik pada siklus 1, ke kesimpulan
yang sudah direvisi pada akhir siklus 2, sehingga dapat dilihat adanya peningkatan
atau perubahan setelah dilakukan penelitian.
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan/Verifikasi
Gambar 3.3 Alur Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
G. Indikator Kinerja Penelitian
Penelitian harus memiliki tujuan yang hendak dicapai sehingga perlu
dirumuskan indikator keberhasilan tindakan yang disusun secara realities dengan
mempertimbangkan kondisi sebelum diberikan tindakan dan jumlah siklus tindakan
yang akan digunakan. Pada penelitian ini, peneliti menetapkan indikator kinerja
penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.3 Indikator Kinerja Penelitian
Aspek yang diukur Persentase Siswa Cara mengukur
yang ditargetkan
Mengerti dan menerapkan 80% Nilai hasil diperoleh
metode Make a Match dari pengamatan di kelas
mengihitung dari jumlah
siswa yang menemukan
pasangan pertanyaan
jawaban yang tepat
Minat siswa 80% Nilai hasil diperoleh dari
penyebaran angket
Prestasi belajar siswa 85% Nilai dihitung dari
(standar nilai 77) banyaknya siswa yang
mampu melampaui batas
ketuntasan (77) dibagi
dengan jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
G. Prosedur Penelitian
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan prestasi
belajar akuntansi pada kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta dengan model
pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match). Setiap tindakan
upaya peningkatan indikator tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 1)Perencanaan Tindakan; 2)Pelaksanaan
Tindakan; 3)Observasi dan Interpretasi; 4)Analisis dan Refleksi untuk perencanaan
siklus berikutnya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses
pengkajian berdaur dari empat tahap seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.4 Prosedur Pelaksanaan PTK
PERENCANAAN TINDAKAN OBSERVASI REFLEKSI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Menurut Taggart (1988) dalam Zainal Aqib (2009:30-32) menggambarkan
bentuk pelaksanaan PTK sebagai berikut:
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 3.5 Siklus Kegiatan Penelitian Kelas (Spiral Tindakan Kelas, adaptasi dari
Hopkins dalam Zainal Aqib, 2009:31)
Dalam penelitian ini, direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Adapun
kedua siklus tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Rancangan Siklus I
Identifikasi
Masalah
Refleksi I
Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Observasi I
Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
Observasi
II
Refleksi II
Siklus
Berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan berbagai persiapan dan
perencanaan pembelajaran kooperatif metode Make a Match, yaitu meliputi:
1) Membuat skenario penerapan metode Make a Match
a. Menyiapkan kartu yang disesuaikan dengan jumlah siswa, 20 kartu yang
berisi soal dan yang 20 berisi kartu jawaban yang akan dibagikan guru
kepada siswa dengan materi jurnal penyesuaian.
b. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pembawa kartu
pertanyaan dan kelompok pembawa kartu jawaban. Kelas X AK 2 terdiri
dari 40 siswa sehingga setiap kelompok terdiri dari 20 siswa.
c. Guru membagi kartu pertanyaan dan jawaban kepada siswa dan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk memikirkan jawaban atas kartu
yang dipegangnya.
d. Setelah siswa siap untuk mencari pasangannya, guru memberikan tanda
agar siswa mulai untuk bergerak mencari pasangannya dengan batas
waktu 3 menit.
e. Setelah siswa menemukan pasangannya, siswa dipersilakan duduk
bersebelahan dan mendiskusikan berdua.
f. Siswa menjelaskan kartu yang dimilikinya di depan kelas, sedangkan
pasangan lain memperhatikan dan memberikan tanggapan atau
pertanyaan jika ada.
2) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan materi jurnal penyesuaian dan model
pembelajaran kooperatif metode Make a Match, soal tes tertulis.
3) Menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:
a) Kriteria keberhasilan proses dan prestasi belajar siswa berdasarkan
pelaksanaan tindakan; kriteria dan indikator keberhasilan siswa
ditentukan bersama guru berdasarkan situasi yang sebenarnya di kelas
tempat penelitian berlangsung;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b) Angket untuk mengukur minat.
c) Instrumen observasi interaksi antar siswa dalam kegiatan kelompok
kooperatif;
d) Instrumen observasi ketuntasan prestasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah
disusun bersama guru yang akan dilakukan di kelas X AK 2 SMK Negeri 1
Surakarta, yaitu pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
dengan metode Make a Match untuk meningkatkan kualitas proses dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Pelaksanaan tindakan
dilaksanakan ke dalam dua siklus yang memiliki rancangan sebagai berikut:
1) Rancangan Siklus I
a) Pendahuluan
(1) Memberikan apersepsi kepada siswa.
(2) Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bersemangat dalam
memulai pelajaran akuntansi.
(3) Menyampaikan tujuan pembelajaran, kompetensi dasar yang harus
dicapai oleh siswa.
b) Kegiatan inti
(1) Memberikan penjelasan secara garis besar tentang materi yang
dibahas.
(2) Membagi dua kelompok, yaitu kelompok pembawa kartu
pertanyaan dan kelompok pembawa kartu jawaban.
(3) Membagikan kartu berisi pertanyaan dan jawaban kepada siswa
kemudian siswa memulai mencari pasangan yang cocok.
(4) Siswa yang sudah menemukan pasangan pertanyaan- jawaban
duduk bersebelahan dan mendiskusikan kartu yang dimikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(5) Setelah siswa berdiskusi, mereka mengemukakan di depan kelas
sementara pasangan yang lain memperhatikan dan memberikan
respon berupa pertanyaan atau tanggapan.
(6) Peneliti dan guru melakukan evaluasi tertulis, dan siswa
mengerjakan secara individual bukan secara kelompok atau
berpasangan.
c) Penutup
(1) Peneliti memberikan pembahasan atas apa yang telah dibahas dalam
pembelajaran dan soal-soal evaluasi.
(2) Memberikan penghargaan pada kelompok yang dinilai memiliki
kinerja paling baik dan kompak.
c. Observasi dan interpretasi
Pada tahap ini peneliti dan guru mengamati proses pembelajaran kooperatif
metode Make a Match pada pelajaran akuntansi yang telah direncanakan.
Peneliti dan guru mencatat hal- hal yang terjadi ketika tindakan berlangsung
antara lain: 1)partisipasi siswa, 2)interaksi siswa dalam kelompok kooperatif/
berpasangan, 3)hal- hal lain yang berpengaruh terhadap tindakan yang
diberikan.
d. Analisis dan Refleksi
Data- data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisa.
Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat diperoleh hasil dari pembelajaran
kooperatif metode Make a Match. Dengan demikian, dapat diketahui pula
peningkatan minat dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran akuntansi.
Berdasarkan hasil refleksi ini dapat diketahui kelebihan dan kelemahan
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I kemudian dapat
diperbaiki pada siklus II, sehingga perbaikan tersebut membawa peningkatan
kualitas belajar dan prestasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus sebelumnya. Pada
siklus II materi yang diajarkan adalah neraca lajur atau kertas kerja perusahaan
dagang. Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta
analisis dan refleksi akan mengacu pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan
Peneliti melakukan observasi awal sebelum melakukan tindakan siklus I.
Observasi awal ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang timbul
dalam pembelajaran akuntansi. Proses mengidentifikasi masalah dilakukan
dengan melakukan pada kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta. Observasi awal
perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi sesungguhnya di lapangan. Hal ini
terkait dengan hal-hal yang masih perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam
prosses belajar mengajar. Hasil identifikasi masalah pada proses pembelajaran
antara lain sebagai berikut:
1. Ditinjau dari segi siswa
a) Siswa kurang aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
akuntansi.
Dalam pembelajaran akuntansi sebagian besar siswa tampak
kurang memperhatikan penjelasan dari guru, kurang memberikan respon
terhadap pertanyaan dan penjelasan dari guru, siswa juga mengeluh
terhadap tugas yang diberikan oleh guru, siswa tidak langsung
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas, serta siswa kurang senang terhadap mata pelajaran
akuntansi. Keadaan seperti ini (kurang antusias) disebabkan oleh metode
mengajar guru yang kurang tepat, guru kurang memberikan penjelasan
materi sehingga siswa kurang memahami pelajaran akuntansi, guru terlalu
banyak memberikan latihan soal namun tidak disertai dengan penjelasan
teori yang cukup sehingga siswa jenuh dengan kegiatan yang monoton
tersebut padahal latihan soal sebenarnya sangat diperlukan siswa agar
dapat mempelajari akuntansi dengan baik.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b) Siswa kurang percaya pada kemampuan diri sendiri sehingga tugas
dikerjakan dengan tidak maksimal dan hanya mengandalkan meniru
pekerjaan temannya.
Dalam mengerjakan soal-soal latihan tampak siswa kurang percaya
diri. Hal ini terlihat dari soal-soal latihan yang diberikan guru, tidak semua
siswa menyelesaikan pekerjaannya. Siswa-siswa lain baru akan
mengerjakan bila guru telah memberi peringatan dan kebanyakan dari
siswa ini tidak mengerjakan tugas mereka sendiri, mereka hanya
mengandalkan teman yang telah mengerjakan kemudian meniru hasil
pekerjaan teman tersebut. Kurangnya percaya diri siswa ini disebabkan
karena kemampuan siswa yang masih belum paham dengan pelajaran
akuntansi. Hal ini disebabkan saat pelajaran akuntansi berlangsung siswa
kurang memberi perhatian dan melakukan tindakan-tindakan yang
mengganggu pelajaran masuk dalam ingatan, misalnya: siswa masih
bercanda, berbicara dengan teman, atau melamun.
Metode mengajar guru juga mempengaruhi tingkat perhatian siswa
terhadap pelajaran. Metode yang kurang sesuai dan monoton akan
membuat siswa bosan tidak memperhatikan pelajaran. Metode yang
kurang tepat membentuk kebiasaan yang kurang baik bagi siswa dan tentu
saja akan sangat menghambat ketika siswa dituntut untuk mengerjakan
ujian secara mandiri. Keadaan yang seperti ini sangat berpengaruh pada
prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan atau banyak yang belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
c) Siswa kurang antusias untuk membeli buku-buku pelajaran dan hanya
mengandalkan buku ajar dari sekolah yang jumlahnya sangat terbatas.
Para siswa belajar hanya mengandalkan buku ajar yang disediakan
sekolah padahal jumlah buku tersebut kurang memenuhi jumlah siswa
(40). Buku ajar hanya dibagikan satu untuk teman satu meja atau satu
buku untuk dua siswa, sehingga siswa yang tidak membawa buku ajar
akan kesulitan dalam belajar dir rumah dan kurang memahami pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Siswa juga kurang antusias untuk membeli buku lain untuk menambah
pemahaman siswa.
d) Prestasi belajar siswa rata-rata belum mencapai KKM
Akibat dari pembelajaran yang kurang optimal yang dikarenakan
model pembelajaran yang masih lama, dan kurangnya antusias siswa
dalam proses pembelajaran, dan kurangnya kepercayaan diri siswa
menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari tes
teori produktif akuntansi menunjukkan bahwa 25 dari 40 siswa
mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 77.
Ini berarti menunjukkan 37,5% % atau 15 siswa yang belum tuntas tes
teori produktif akuntansi. Oleh kerena itu, perlu dilakukan suatu
perbaikkan agar hasil belajar kognitif siswa dapat meningkat.
2. Ditinjau dari segi guru
a) Metode pembelajaranyang diterapkan guru kurang tepat
Metode pembelajaran yang digunakan guru belum tepat dan belum
mampu untuk memacu minat, keaktifan, dan partisipasi siswa dalam proses
belajar mengajar di kelas. Hal ini mengakibatkan suasana pembelajaran
kurang menarik dan siswa cepat bosan apalagi jika jadwal pelajaran
akuntansi sampai 3 jam pelajaran atau sama dengan 3 x 45 menit (135menit)
yang terasa sangat lama.
Pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 1 Surakarta dikatakan
kurang hidup. Hal ini terlihat dari penggunaan metode pembelajaran
ceramah dan latihan soal secara terus menerus sehingga menjadikan siswa
kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pada saat pembelajaran
akuntansi guru sudah mencoba membangkitkan minat siswa dengan
memberikan pendekatan secara pribadi dan dengan memotivasi serta
menegur langsung siswa yang tidak mau memperhatikan pelajaran, namun
cara ini ternyata belum mampu berhasil untuk membangkitkan semangat
dan minat belajar siswa. Guru belum dapat menemukan suatu metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pembelajaran yang dapat meningkatkan antusiasme siswa terhadap pelajaran
akuntansi.
b) Guru memiliki tugas ganda sebagai guru pelajaran dan sebagai
bendahara tata usaha.
Guru mata pelajaran akuntansi yang mengajar kelas X AK selain
bertugas mengajar di kelas juga memiliki tugas lain yaitu sebagai bendahara
tata usaha. Tugas tambahan ini menjadikan guru semakin banyak pekerjaan
sehingga saat jam mengajar sudah tiba, guru masih terlambat untuk masuk
kelas atau terkadang guru membawa pekerjaan tambahan itu saat mengajar
dan siswa hanya diberi soal latihan untuk dikerjakan saat guru
menyelesaikan tugas tambahan tersebut. Tugas ganda yang dimiliki guru
memiliki sisi positif maupun sisi negatif. Sisi positif dengan adanya tugas
ganda sebagai pengajar dan sebagai bendahara tata usaha yaitu guru
memiliki kemampuan dan ketrampilan yang ganda pula yaitu sebagai guru
yang dapat mengajar di kelas dan sebagai pegawai tata usaha yang
kompeten, Selain sisi positif ada pula sisi negatif dengan adanya tugas
ganda tersebut. Jika guru kurang dapat mengatur waktu, maka tugas sebagai
guru dan sebagai bendahara tata usaha juga mengalami gangguan. Tugas
tambahan sebagai bendahara tata usaha memiliki banyak pekerjaan dan
terkadang guru tidak mampu menyelesaikan pekerjaan tersebut di luar jam
pelajaran sehingga guru terlambat masuk kelas dan membawa sebagian
pekerjaannya untuk dikerjakan disela-sela siswa mengerjakan soal latihan.
Tindakan seperti ini akan memecah konsentrasi guru dan kurang maksimal
dalam mengajar sehingga siswapun kurang mendapat perhatian, daya serap
saat guru menjelaskan hanya sedikit yang dapat ditangkap oleh siswa dan
pada akhirnya prestasi juga kurang memuaskan.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
1. Siklus I
Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus I melalui model
Cooperative Learning metode mencari pasangan (Make a Match) sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Perencanaan pada tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Februari
2012 di ruang pengurus bank mini SMK Negeri 1 Surakarta. Tahap perencanaan
tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut :
1) Guru pembimbing bersama peneliti membicarakan tentang skenario
pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) yang akan dilakukan
dalam penelitian.
2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
materi jurnal penyesuaian perusahan dagang dengan pembelajaran kooperatif
metode mencari pasangan (Make a Match).
3) Guru dan peneliti mempersiapkan perlengkapan yang digunakan dalam
penelitian seperti: soal latihan, soal evaluasi akhir beserta jawabannya, serta
kartu- kartu pertanyaan dan jawaban.
4) Guru dan peneliti membuat angket untuk mengetahui minat belajar akuntansi
siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, seperti yang
telah direncanakan, yaitu pertemuan I pada hari Sabtu, 18 Februari 2012,
pertemuan II pada hari Rabu, 22 Februari 2012 dan pada pertemuan III pada hari
Jumat, 24 Februari 2012 di ruang kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta.
Pertemuan dilaksanakan selama 7x45 menit sesuai dengan Skenario pembelajaran
dan RPP.
Pelaksanaan tindakan I ini dengan materi penyesuaian perusahaan dagang.
Pelaksanaan tindakan ini guru menjelaskan materi jurnal penyesuaian dengan
jelas dan menjelaskan metode mencari pasangan (Make a Match) kepada siswa.
Tindakan berikutnya guru bersama siswa mengaplikasikan metode mencari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pasangan (Make a Match) secara praktik. Setelah siswa berhasil menemukan
pasangan atas kartu yang dimilikinya, siswa dipersilakan duduk semeja dengan
pasangan yang terbentuk tersebut. Pasangan-pasangan tersebut mendiskusikan
kartu–kartu yang dimilikinya kemudian secara bergantian mempresentasikan di
depan kelas. Pada akhir tindakan guru dan peneliti melaksanakan evaluasi untuk
siklus I dengan materi jurnal penyesuaian perusahaan dagang. Urutan
pelaksanaan tindakan tersebut diuraikan sebagai berikut :
1) Pertemuan pertama (Sabtu, 18 Februari 2012)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan memberikan salam hangat kepada
siswa dan sambutan siswa kurang bersemangat karena sudah lelah pada
jam pelajaran terakhir.
b) Guru memeriksa kehadiran siswa dengan melakukan absensi siswa,
mengikuti pelajaran adalah Ulfa Anggraeni Solichah karena menjaga kafe
dan Rona Untari karena bertugas menjaga bank mini.
c) Guru berusaha mengkondisikan kelas.
d) Guru memperkenalkan peneliti dan tujuannya mengadakan penelitian di
kelas X AK 2.
e) Guru memberikan kesempatan berbicara bagi peneliti.
f) Ketika peneliti berbicara dan menyampaikan tujuannya untuk mengadakan
penelitian, siswa terlihat antusias dan sudah akrab dengan peneliti karena
sebelumnya pernah diajar oleh peneliti saat PPL.
g) Peneliti menyerahkan waktu kepada guru kembali.
h) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang hendak
dicapai siswa yaitu dapat menyusun jurnal penyesuaian.
i) Guru mengulas kembali siklus akuntansi dan mengajak siswa untuk
menghubungkan antara materi yang sebelumnya dengan sekarang.
j) Guru menjelaskan materi tentang fungsi jurnal penyesuaian.
k) Guru memberikan contoh- contoh data yang memerlukan penyesuaian
pada akhir periode dan memberikan latihan kepada siswa. Seluruh siswa
mengerjakan, namun beberapa siswa mengerjakan soal diselingi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
bercanda membuat kelas menjadi ramai sehingga guru dan peneliti
menegur siswa yang ramai seperti Fora Byas, Imanuel, Galuh Rahayu.
l) Guru mencocokkan hasil pekerjaan mereka secara bersama.
m) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertanyakan hal-
hal yang kurang dimengerti. Siswa yang bertanya Eka Diana dan Bella
Nirmala Sari.
n) Guru meminta Afi Wulandari untuk memimpin doa dan guru menutup
dengan salam.
2) Pertemuan kedua (Rabu, 22 Februari 2012)
a) Membuka pelajaran dan memeriksa kehadiran siswa. Seluruh siswa hadir dan
Afi Wulandari dan Dyah Shinto izin tidak menjaga bank mini dan kafe selama
pelajaran akuntansi sehingga jumlah siswa di kelas lengkap.
b) Mengulas materi sebelumnya tentang jurnal penyesuaian dan menjelaskan
secara singkat lagi supaya lebih jelas.
c) Selajutnya guru menjelaskan pembelajaran kooperatif melalui metode
mencari pasangan (Make a Match). Guru menjelaskan mekanisme metode
mencari pasangan (Make a Match) dengan pelan-pelan, sebagian besar
siswa mengerti dan menganggukan kepala dan mengatakan “mengerti”,
namun beberapa siswa yang lain masih bingung dan bertanya- tanya pada
teman sebangkunya.
d) Guru memberikan penjelasan mengenai pelajaran hari ini, siswa diminta
membagi kelas menjadi 2 kelompok besar yaitu pemegang kartu
pertanyaan dan pemegang kartu jawaban.
e) Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada kelompok yang
terbentuk.
f) Kelompok pembawa kartu pertanyaan harus memikirkan jawaban dan
mencarinya pada kelompok pembawa kartu jawaban.
g) Setelah semua siswa yang membawa kartu pertanyaan siap untuk mencari
pasangan atas kartunya, maka guru memerintahkan siswa untuk bergerak
dan mencari pasangannya dalam waktu 3 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
h) Setelah semua siswa menemukan pasangannya, guru meminta siswa untuk
duduk dan mengkondisikan kelas agar tidak ricuh.
i) Siswa mendiskusikan kartu pertanyaan dan jawaban bersama pasangannya
dan memamparkan di depan kelas secara bergantian.
j) Guru dan peneliti mengawasi jalannya presentasi sambil berkeliling dan
membuka kegiatan diskusi/ tanya jawab bagi siswa atau kelompok lain
yang ingin memberikan masukan terhadap kelompok yang menyajikan
hasil kerjanya di depan kelas.
k) Setelah presentasi berakhir,siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya.
l) Guru mengakhiri pelajaran dengan memberitahuan akan diadakan evaluasi
pada pertemuan selanjutnya kemudian menutup dengan salam.
3) Pertemuan ketiga (Jumat, 24 Februari 2012)
a) Membuka pelajaran dengan salam. Beberapa siswa masih ada yang terlambat
tetapi masih dimaafkan dan dipersilakan masuk kelas.
b) Guru meminta Afi Wulandari untuk memimpin doa
c) Guru memeriksa kehadiran dan ternyata seluruh siswa masuk kelas. Fora Byas
dan Galuh Ratnaningtyas izin tidak menjaga bank mini dan kafe selama
pelajaran akuntansi.
d) Guru meminta siswa untuk mempersiapkan diri mengerjakan tes evaluasi dan
siswa duduk di tempatnya masing-masing dengan tertib dan rapi. Guru
membagikan soal tes. Guru memberikan waktu 50 menit untuk mengerjakan
soal evaluasi.
e) Guru mengawasi jalannya tes dan meminta siswa untuk mengerjakan tes secara
mandiri, tidak saling bekerja sama. Setelah waktu tes habis, guru
mengumpulkan lembar siswa saat itu juga.
f) Guru membagikan angket untuk menilai minat belajar siswa. Setelah selesai
diisi oleh siswa, angket tersebut dikumpulkan kepada guru.
g) Sebelum mengakhiri pertemuan guru membuat kesimpulan dari materi
yang sudah diajarkan kemudian menutup pembelajaran dengan ucapan
terima kasih dan salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
c. Observasi dan Interpretasi Tindakan Siklus I
Peneliti melakukan observasi di kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta.
Peneliti melakukan observasi bersama dengan guru akuntansi kelas X AK. Guru
melakukan proses pembelajaran sedangkan peneliti berdiri di belakang dan
berkeliling mengamati para siswa dalam proses belajar mengajar. Peneliti
mengamati apa saja yang dilakukan siswa selama pembelajaran dan sesekali
membantu menanggapi pertanyaan dari siswa.
Pada siklus I tepatnya hari Sabtu, 18 Februari 2012, guru memulai
memberikan materi jurnal penyesuaian pada perusahaan dagang. Setelah
menyampaikan materi guru memberikan latihan soal untuk mengerti seberapa
dalam pemahaman siswa. Pada pertemuan yang pertama ini, guru belum
menggunakan pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a
Match) melainkan hanya mengajar dengan ceramah, tanya jawab dan latihan soal
kemudian dicocokkan bersama. Pada hari Rabu, 22 Februari 2012 guru mengajar
dengan pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match). Guru
menjelaskan materi jurnal penyesuaian lagi untuk mengulang pelajaran yang
telah diberikan pada pertemuan sebelumnya kemudian guru menerangkan metode
mencari pasangan (Make a Match). Siswa terlihat bersemangat untuk mencari
pasangan atas kartu yang dipegangnya. Siswa dikatakan dapat melakukan metode
Make a Match dengan baik dilihat dari beberapa penilaian yang ditetapkan
peneliti. Penilaian tersebut antara lain apabila siswa memahami secara langsung
sesaat setelah penjelasan pelaksanaan, siswa tersebut dapat menemukan pasangan
soal dan jawaban dengan tepat dan tidak melampaui batas waktu yang ditetapkan.
Siklus I ini akan ditutup dengan evaluasi akhir agar prestasi belajar dari siklus I
dapat segera diketahui.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar akuntansi di X Ak 2, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara terhadap
siswa, siswa merasakan banyak manfaat dengan diterapkannya metode mencari
pasangan (Make a Match) yang diterapkan di depan kelas yaitu selain permainan
yang menyenangkan siswa lebih dapat berinteraksi dengan rekannya, siswa tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
malas mencari pasangan soal dan jawaban, antusiasme siswa terhadap pelajaran
juga mengalami peningkatan. Informasi yang didapatkan setelah mengadakan
evaluasi siklus I dan penyebaran angket sebagai berikut:
1) Siswa memiliki minat untuk belajar akuntansi sebesar 77,1% yang dinilai
cukup baik dan mencerminkan siswa cukup bersemangat dalam proses belajar
mengajar.
2) Siswa yang sudah mengerti dan melaksanakan metode mencari pasangan
(Make a Match) sebesar 80% yang dinilai dari banyaknya siswa yang berhasil
menemukan pasangan sebelum 3 menit.
3) Kemampuan rata-rata siswa mengerjakan soal secara mandiri dengan benar
dan mencapai KKM memiliki nilai 79,9. Nilai ini sudah mencapai KKM yang
ditetapkan yaitu 77, namun masih ada 10 atau 25% siswa yang belum tuntas
mencapai KKM. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dan rencana untuk
meningkatkan prestasi siswa.
Hasil observasi dan interprestasi yang telah dilakukan dapat dilihat
berikut ini:
Tabel 4.1 Kemampuan mencari pasangan (Make a Match) Siklus I
Kriteria Jumlah siswa Persentase
Berhasil 32 80%
Belum berhasil 8 20%
Total 40 100%
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.2 Minat Belajar Siklus I
Indikator Keterangan Jumlah siswa Persentase
A. Kedisiplinan Sangat setuju 8 20%
Setuju 23 57,5%
Tidak setuju 9 22,5%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
B.Tidak mudah
putus asa
Sangat setuju 16 40%
Setuju 12 30%
Tidak setuju 12 30%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
C.Perasaan senang Sangat setuju 6 15%
Setuju 28 70%
Tidak setuju 6 15%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlaj 40 100%
D. Kemauan Sangat setuju 6 15%
Setuju 24 60%
Tidak setuju 10 25%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
E.Mengulang
pelajaran
Sangat setuju 16 40%
Setuju 15 37,5%
Tidak setuju 9 22,5%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
F. Ingin berhasil Sangat setuju 18 22,5%
Setuju 48 60%
Tidak setuju 14 17,5%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
G.Ketertarikan
kepada mata
pelajaran
Sangat setuju 17 42,5%
Setuju 12 30%
Tidak setuju 11 27,5%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
H.Perasaan
terhadap situasi
Sangat setuju 26 32,5%
Setuju 35 43,75%
Tidak setuju 19 23,75
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat tingkat minat yang dimiliki siswa
kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta
Tabel 4.3 Capaian Indikator Minat Belajar Siswa Siklus I
Indikator Jumlah Persentase
A. Kedisiplinan 31 77,5%
B. Tidak mudah putus asa 28 70%
C. Perasaan senang 34 85%
D. Kemauan 30 75%
E. Mengulang pelajaran 31 77,5%
F. Ingin berhasil (32+34):2 = 33 82,5%
G. Ketertarikan kepada mata pelajaran 29 72,5%
H. Perasaan terhadap situasi (29+32):2 = 30,5 76,25%
Rata-rata 77,1%
(Sumber: data primer yang dioah 2012)
Hasil penilaian minat belajar siswa jika disajikan dalam grafik akan
nampak sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
A B C D E F G H
Minat belajar siswa
Gambar 4.1 Capaian Indikator Minat Belajar Siswa Siklus I
P
E
R
S
E
N
T
A
S
E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Keterangan :
A : Kedisiplinan
B : Tidak mudah putus asa
C : Perasaan senang
D : Kemauan
E : Mengulang pelajaran
F : Ingin berhasil
G : Ketertarikan kepada mata pelajaran
H : Perasaan terhadap situasi
Berdasarkan evaluasi siklus I, ketuntasan prestasi belajar (77) yang
tercapai pada siklus I sebanyak 30 siswa dengan presentasi 75% dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 10 siswa atau 25% serta nilai rata- rata siswa 79,9.
Ketuntasan belajar siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.4 Nilai Hasil Evaluasi Siklus I
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
Prestasi Belajar Akuntansi
Kriteria
Indikator Ketercapaian 85%
Sebelum Tindakan Setelah Tindakan Siklus I
Jumlah
Siswa Persentase
Jumlah
Siswa Persentase
93 – 100 0 0% 1 2,5%
77 85 – 92 1 2,5% 6 15%
77 – 84 24 60% 23 57,5%
69 – 76
61 - 68
<61
4
7
4
10%
17,5%
10%
10%
10
0
0
25%
Total
Siswa
40 100% 40 100%
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 4.5 Ketuntasan Prestasi Belajar Siklus I
Kriteria Jumlah Siswa Persentase
Tuntas 30 75%
Belum Tuntas 10 25%
Total 40 100%
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I
Hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan
metode mencari pasangan (Make a Match) dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas. Sebelum
penerapan metode Make a Match, rata-rata kelas adalah 73,7 kemudian setelah
diterapkannya metode ini, rata-rata kelas menjadi 79,9. Jumlah siswa yang
mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan 77 sebanyak 30 siswa dari jumlah
keseluruhan 40 siswa. Akan tetapi, indikator ketercapaian pada siklus I belum
tercapai dari 85% target yang direncanakan, yaitu baru 75% siswa yang
memperoleh nilai diatas 77 sedangkan 25% siswa yang lainnya masih belum
tuntas. Ketuntasan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
0102030405060708090
BELUM
TUNTAS
JUMLAH SISWA
PERSENTASE
Gambar 4.2 Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus I
0
10
20
30
40
50
60
70
80
TUNTAS BELUM
TUNTAS
Jumlah siswa
Persentase (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan hasil observasi saat pelaksanaan Siklus I, peneliti melakukan
analisis sebagai berikut:
1) Beberapa kelemahan guru dalam Siklus I adalah :
a) Guru terlalu cepat dalam menerangkan sehingga siswa belum dapat
mengikuti pelajaran dengan baik.
b) Guru dalam menjelaskan kurang keras suaranya sehingga siswa yang
berada di belakang tidak mendengar dan tidak memerhatikan pelajaran.
c) Guru belum dapat memonitoring siswa secara keseluruhan, sehingga siswa
masih banyak yang belum diperhatikan.
d) Guru belum memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu
menyelesaikan tugas dengan benar, teliti, dan lebih cepat daripada siswa
yang lain sehingga siswa kurang bersemangat.
e) Guru belum dapat mengawasi evaluasi secara keseluruhan, sehingga
beberapa siswa yang berada di belakang mengerjakan soal evaluasi dengan
bekerjasama dengan teman yag lain.
2) Dari segi siswa ditemukan beberapa kekurangan sebagai berikut:
a) Beberapa siswa masih kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran
b) Belum maksimalnya siswa dalam menggunakan waktu yang ditetapkan
saat siswa harus menerapkan metode mencari pasangan (Make a Match),
beberapa siswa terlambat menemukan pasangannya.
c) Sebagian besar siswa berusaha aktif untuk mengikuti pelajaran, namun
beberapa siswa masih acuh terhadap pelajaran dan cenderung
mengabaikan.
d) Pada saat evaluasi berlangsung, beberapa siswa terutama yang berada
dibelakang tidak mengerjakan soal dengan mandiri dan jujur, mereka
masih bekerjasama, saling menanyakan soal dan memberikan jawaban
antara teman satu dengan teman yang lain.
e) Siswa hanya akan bertanya kepada guru apabila guru melakukan
pendekatan. Oleh karena itu, peran guru sebagai fasilitator sangatlah
dibutuhkan dalam konteks seperti ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
f) Dari segi ketuntasan belajar masih terdapat 10 siswa yang tidak tuntas
dalam mengerjakan ujian, disebabkan karena siswa masih bingung untuk
menentukan akun dan hitungan yang benar. Siswa yang sudah mencapai
standar nilai 77 ke atas sebanyak 30 siswa ( 75% dari 40 siswa) dan siswa
tersebut dinyatakan sudah mencapai ketuntasan hasil belajar. Nilai
tertinggi adalah 98, nilai terendah adalah 70 dan nilai rata-rata kelas sudah
cukup baik, yaitu 79,9 dibanding sebelum diterapkannya siklus I yaitu
sebesar 73,7.
Berdasarkan observasi dan analisa di atas, tindakan refleksi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Guru masih harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan dan
monitoring yang merata kepada semua siswa, sehingga setiap siswa yang
mengalami kesulitan akan mudah teratasi.
2) Guru lebih kreatif dan ikut serta dalam menciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
3) Guru harus memberikan penghargaan kepada siswa yang bisa bekerjasama
dan menyelesaikan tugas dengan baik. Penghargaan ini bertujuan untuk
memacu semangat atau motivasi setiap siswa untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik dan rapi.
4) Guru harus memerhatikan dan bersikap tegas pada saat evaluasi agar siswa
mengerjakan soal secara jujur dan tidak bekerjasama dengan teman yang lain.
2. Siklus II
a. Perencanaan Siklus II
Kegiatan perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Senin,
27 Februari 2012 di ruang tata usaha SMK Negeri 1 Surakarta. Guru bersama
peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam
penelitian ini. Peneliti mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil analisis dan
refleksi dari siklus I masih terdapat beberapa kekurangan, kemudian disepakati
pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan selama 3 kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
pertemuan, yakni pada hari Rabu, 29 Februari 2012, Jumat, 2 Maret 2012 dan
Sabtu, 3 Maret 2012. Perencanaan tindakan II sebagai berikut:
1) Guru pembimbing bersama peneliti membicarakan tentang skenario
pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) yang akan dilakukan
dalam penelitian.
2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
untuk materi jurnal penyesuaian perusahan dagang dengan pembelajaran
kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match).
3) Guru dan peneliti mempersiapkan perlengkapan yang digunakan dalam
penelitian seperti: soal latihan, soal evaluasi akhir beserta jawabannya,
serta kartu- kartu pertanyaan dan jawaban.
4) Guru dan peneliti membuat angket untuk mengetahui minat belajar
akuntansi siswa.
b. Pelaksanaan Siklus II
Kegiatan pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan selama 3 kali
pertemuan seperti yang telah direncanakan, yakni pada hari Rabu, 29 Februari
2012, Jumat, 2 Maret 2012 dan Sabtu, 3 Maret 2012. Pertemuan dilaksanakan
selama 7x45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Pelaksanaan
tindakan siklus II hampir sama dengan pelaksanaan tindakan siklus I, hanya
pada pelaksanaan tindakan II ini terdapat perbaikan yang masih diperlukan dari
tindakan I. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan tindakan II berbeda
dengan tindakan I. Pada pelaksanaan tindakan I materi yang digunakan adalah
jurnal penyesuaian perusahaan dagang sedangkan materi pada siklus II materi
yang digunakan adalah kertas kerja perusahaan dagang. Kedua materi ini
merupakan rangkaian yang berurutan dalam siklus akuntansi.
Pada pertemuan siklus II guru menjelaskan cara menyusun kertas
kerja perusahaan dagang. Pada dasarnya kertas kerja perusahaan dagang sama
demgan ketas kerja perusahaan jasa yang telah dibahas pada semester I. Guru
membuka kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya tentang hal – hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
masih belum dimengerti atau masih merasa bingung. Guru membagikan kartu
pertanyaan dan jawaban kemudian setiap siswa sesegera mungkin menemukan
pasangannya. Setelah bertemu dengan pasangannya, siswa berdiskusi
kemudian menyampaikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian seperti
yang dilakukan pada siklus I. Pada siklus II ini mengambil materi kertas kerja,
namun materi ini merupkan kelanjutan dari jurnal penyesuaian sehingga masih
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Penyajian hasil diskusi disertai
dengan tanya jawab yang lebih efektif dan suasana belajar yang hidup.
Kegiatan terakhir pada siklus II ini adalah mengadakan evaluasi akhir siklus II.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut diuraikan sebagai berikut :
1) Pertemuan pertama (Rabu, 29 Februari 2012)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan memberikan salam hangat
kepada siswa.
b) Guru memeriksa kehadiran siswa dengan melakukan absensi siswa,
seluruh siswa hadir.
c) Guru berusaha mengkondisikan kelas.
d) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang
hendak dicapai siswa yaitu dapat menyusun kertas kerja perusahaan
dagang.
e) Guru mengulas kembali siklus akuntansi dan mengajak siswa untuk
menghubungkan antara materi yang sebelumnya dengan sekarang.
f) Guru menjelaskan materi tentang kertas kerja perusahaan dagang.
g) Guru memberikan latihan kepada siswa. Seluruh siswa mengerjakan.
h) Guru mencocokkan hasil pekerjaan mereka secara bersama.
i) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertanyakan
hal- hal yang kurang dimengerti. Siswa yang bertanya Handini Pratiwi
dan Megawati Permata Sari.
j) Guru menutup dengan salam.
2) Pertemuan kedua (Jumat, 2 Maret 2012)
a) Membuka pelajaran dengan salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
b) Guru meminta Afi Wulandari memimpin doa.
c) Guru memeriksa kehadiran siswa. Seluruh siswa hadir Fora Byas dan Galuh
Ratnaningtyas izin tidak menjaga bank mini dan kafe selama pelajaran
akuntansi.
d) Mengulas materi sebelumnya kertas kerja dan menjelaskan secara singkat
lagi supaya lebih jelas.
e) Selajutnya guru menjelaskan pembelajaran kooperatif melalui metode
mencari pasangan (Make a Match). Guru menjelaskan mekanisme
metode mencari pasangan (Make a Match) dengan pelan-pelan,
sebagian besar siswa mengerti dan menganggukan kepala dan
mengatakan “mengerti”, namun beberapa siswa yang lain masih
bingung dan bertanya- tanya pada teman sebangkunya.
f) Guru memberikan penjelasan mengenai pelajaran hari ini, siswa diminta
membagi kelas menjadi 2 kelompok besar yaitu pemegang kartu
pertanyaan dan pemegang kartu jawaban.
g) Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada kelompok yang
terbentuk.
h) Kelompok pembawa kartu pertanyaan harus memikirkan jawaban dan
mencarinya pada kelompok pembawa kartu jawaban.
i) Setelah semua siswa yang membawa kartu pertanyaan siap untuk
mencari pasangan atas kartunya, maka guru memerintahkan siswa
untuk bergerak dan mencari pasangannya dalam waktu 3 menit.
j) Setelah semua siswa menemukan pasangannya, guru meminta siswa
untuk duduk dan mengkondisikan kelas agar tidak ricuh.
k) Siswa mendiskusikan kartu pertanyaan dan jawaban bersama
pasangannya dan memamparkan di depan kelas secara bergantian.
l) Guru dan peneliti mengawasi jalannya presentasi sambil berkeliling dan
membuka kegiatan diskusi/ tanya jawab bagi siswa atau kelompok lain
yang ingin memberikan masukan terhadap kelompok yang menyajikan
hasil kerjanya di depan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
m) Setelah presentasi berakhir,siswa mengumpulkan hasil kerja
kelompoknya.
n) Guru mengakhiri pelajaran dengan memberitahuan akan diadakan evaluasi
pada pertemuan selanjutnya kemudian menutup dengan salam.
3) Pertemuan ketiga (Sabtu, 3 Maret 2012)
a) Membuka pelajaran dengan salam dan memeriksa kehadiran siswa. Semua
siswa hadir pada pertemuan hari ini. Ulfa dan Rona izin tidak menjaga bank
mini dan kafe selama pelajaran akuntansi.
b) Guru meminta siswa untuk mempersiapkan diri mengerjakan tes evaluasi
dan siswa duduk di tempatnya masing-masing dengan tertib dan rapi. Guru
membagikan soal tes. Guru memberikan waktu 70 menit untuk
mengerjakan soal evaluasi.
c) Guru mengawasi jalannya tes dan meminta siswa untuk mengerjakan tes
secara mandiri, tidak saling bekerja sama. Setelah waktu tes habis, guru
mengumpulkan lembar siswa.
d) Guru membagi angket minat kepada siswa. Setelah siswa selesai mengisi
angket, angket tersebut dikumpulkan kepada guru.
e) Sebelum mengakhiri pertemuan guru membuat kesimpulan dari materi
yang sudah diajarkan kemudian menutup pembelajaran dengan ucapan
terima kasih dan salam.
c. Observasi dan Interpretasi Siklus II
Peneliti melakukan observasi di kelas X AK 2 SMK Negeri 1
Surakarta. Peneliti melakukan observasi bersama dengan guru akuntansi kelas
X AK. Guru melakukan proses pembelajaran sedangkan peneliti berdiri di
belakang dan berkeliling mengamati para siswa dalam proses belajar mengajar.
Peneliti mengamati apa saja yang dilakukan siswa selama pembelajaran dan
sesekali membantu menanggapi pertanyaan dari siswa.
Pada siklus II tepatnya hari Rabu, 29 Februari 2012, guru memulai
memberikan materi kertas kerja pada perusahaan dagang. Setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menyampaikan materi guru memberikan latihan soal untuk mengerti seberapa
dalam pemahaman siswa. Pada pertemuan yang pertama ini, guru belum
menggunakan pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a
Match) melainkan hanya mengajar dengan ceramah, tanya jawab dan latihan
soal kemudian dicocokkan bersama. Pada hari Jumat, 2 Maret 2012 guru
mengajar dengan pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a
Match). Guru menjelaskan materi kertas kerja lagi untuk mengulang pelajaran
yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya kemudian guru menerangkan
metode mencari pasangan (Make a Match). Siswa terlihat bersemangat untuk
mencari pasangan atas kartu yang dipegangnya. Siswa dikatakan dapat
melakukan metode Make a Match dengan baik dilihat dari beberapa penilaian
yang ditetapkan peneliti. Penilaian tersebut antara lain apabila siswa
memahami secara langsung sesaat setelah penjelasan pelaksanaan, siswa
tersebut dapat menemukan pasangan soal dan jawaban dengan tepat dan tidak
melampaui batas waktu yang ditetapkan. Siklus II ini akan ditutup dengan
evaluasi akhir agar hasil belajar dari siklus II dapat segera diketahui.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar akuntansi di X AK 2, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap siswa, siswa merasakan senang terhadap penerapan metode mencari
pasangan (Make a Match) dalam pembelajaran akuntansi di kelas yaitu selain
permainan yang menyenangkan siswa lebih dapat berinteraksi dengan
rekannya, siswa tidak malas mencari pasangan soal dan jawaban, antusiasme
siswa terhadap pelajaran juga mengalami peningkatan. Adapun gambaran
informasi setelah dilakukan evaluasi dan penyebaran angket minat sebagai
berikut:
1) Siswa memiliki minat untuk belajar akuntansi sebesar 87,34% yang dinilai
baik dari siklus I yang memiliki persentase 77,1% serta mencerminkan
antusiasme siswa untuk bersemangat dalam proses belajar mengajar. Pada
siklus II ini minat siswa terlihat meningkat dari siklus I yaitu sebesar
10,24%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2) Siswa yang sudah mengerti dan melaksanakan metode mencari pasangan
(Make a Match) sebesar 36 siswa (90%). Hasil ini mengalami peningkatan
10% dari siklus I yang memiliki persentase 80% atau 32 siswa.
Peningkatan ini dikarena siswa semakin mengerti mengenai metode
mencari pasangan (Make a Match) dan semakin cepat menemukan
jawabannya.
3) Kemampuan rata-rata siswa mengerjakan soal secara mandiri dengan
benar dan mencapai KKM memiliki nilai 91,5. Nilai ini sudah mencapai
KKM yang ditetapkan yaitu 77, namun masih 5 siswa yang belum
mencapai KKM. Siswa semakin memahami materi dan mampu
menyelesaikan evaluasi dengan sangat baik dengan rata–rata nilai kelas
91,5 yang peneliti rasa puas dengan hasil ini. Jumlah siswa yang tuntas
melebihi KKM sebanyak 35 siswa atau 87,5% dari 40 siswa, capaian ini
sudah memenuhi target peneliti yang menentukan indikator ketercapaian
sebesar 85%.
Hasil observasi dan interprestasi yang telah dilakukan dapat dilihat
berikut ini:
Tabel 4.6 Kemampuan Mencari Pasangan (Make a Match) Siklus II
Kriteria Jumlah Siswa Persentase
Berhasil 36 90%
Belum berhasil 4 10%
Total 40 100%
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 4.7 Minat Belajar Siswa Siklus II
Indikator Keterangan Jumlah siswa Persentase
A. Kedisiplinan Sangat setuju 12 30%
Setuju 23 57,5%
Tidak setuju 5 12,5%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
B.Tidak mudah
putus asa
Sangat setuju 20 50%
Setuju 17 42,5%
Tidak setuju 3 7,5%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
C.Perasaan senang Sangat setuju 17 42,5%
Setuju 21 52,5%
Tidak setuju 2 5%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
D. Kemauan Sangat setuju 14 35%
Setuju 18 45%
Tidak setuju 8 20%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
E.Mengulang
pelajaran
Sangat setuju 18 45%
Setuju 14 35%
Tidak setuju 8 20%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
F. Ingin berhasil Sangat setuju 41 51,25%
Setuju 30 37,5%
Tidak setuju 9 11,25%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
G.Ketertarikan
kepada mata
pelajaran
Sangat setuju 20 50%
Setuju 16 40%
Tidak setuju 4 10%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
H.Perasaan
terhadap situasi
Sangat setuju 38 47,5%
Setuju 30 37,5%
Tidak setuju 12 15%
Sangat tidak setuju 0 0%
Jumlah 40 100%
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat tingkat minat yang dimiliki siswa
kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta
Tabel 4.8 Capaian Indikator Minat Belajar Siswa Siklus II
Indikator Jumlah Persentase
A. Kedisiplinan 35 87,5%
B. Tidak mudah putus asa 37 92,5%
C. Perasaan senang 38 95%
D. Kemauan 32 80%
E. Mengulang pelajaran 32 80%
F. Ingin berhasil (41+30):2 = 35,5 88,75%
G. Ketertarikan kepada mata pelajaran 36 90%
H. Perasaan terhadap situasi (38+30):2 = 34 85%
Rata-rata 87,34%
Hasil penilaian minat belajar siswa jika disajikan dalam grafik akan
nampak sebagai berikut:
70
75
80
85
90
95
A B C D E F G H
Minat belajar siswa
Gambar 4.3 Capaian Indikator Minat Belajar Siswa Siklus II
P
E
R
S
E
N
T
A
S
E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Keterangan :
A : Kedisiplinan
B : Tidak mudah putus asa
C : Perasaan senang
D : Kemauan
E : Mengulang pelajaran
F : Ingin berhasil
G : Ketertarikan kepada mata pelajaran
H : Perasaan terhadap situasi
Berdasarkan evaluasi siklus II, seluruh siswa mampu mencapai nilai
diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai rata- rata yang sangat
baik yaitu 91,5 yang dapat tercermin pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Nilai Hasil Evaluasi Siklus II
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
Prestasi Belajar Akuntansi
Kriteria
Indikator Ketercapaian 85%
Tindakan Siklus I Tindakan Siklus I
Jumlah
Siswa Persentase
Jumlah
Siswa Persentase
93 – 100 1 2,5% 26 65%
77 85 – 92 6 15% 7 17,5
77 – 84 23 57,5% 2 5%
69 – 76 10 25% 5 12,5%
61 – 68 0 0% 0 0%
<61 0 0% 0 0%
Total
Siswa
40 100% 40 100%
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 4.10 Ketuntasan Prestasi Belajar Siklus II
Kriteria Jumlah Siswa Persentase
Tuntas 35 87,5%
Belum Tuntas 5 12,5%
Total 40 100%
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
Berdasarkan tabel 4.10 jika disajikan dalam bentuk grafik akan terlihat
seperti di bawah ini:
Gambar 4.6 Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus II
Gambar 4.4 Ketuntasan Prestasi Belajar Siklus II
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II
Hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan
metode mencari pasangan (Make a Match) mampu meningkatkan minat belajar
siswa dan prestasi belajar akuntansi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata kelas. Sebelum penerapan metode Make a Match,
rata-rata kelas adalah 73,7 kemudian setelah diterapkannya metode ini pada
siklus I, rata- rata kelas mengalami peningkatan yaitu dengan rata – rata kelas
79,9. Hasil ini mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus II. Siswa
yang mampu mencapai ketuntasan sebesar 87,5% atau 35 siswa dari 40 siswa
yang ada di kelas X AK 2, selain itu nilai rata-rata kelas yang mampu diperoleh
35
87,5
512,5
0
20
40
60
80
100
TUNTAS BELUM
TUNTAS
JUMLAH SISWA
PERSENTASE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
mencapai 91,5 yang masuk dalam kriteria sangat baik. Hasil tersebut sudah
mencapai angka ketercapaian yang ditetapkan peneliti pada awal penelitian
yaitu 85%, sehingga peneliti merasa sudah tidak perlu lagi untuk melanjutkan
ke siklus III.
Berdasarkan hasil observasi saat pelaksanaan siklus II, peneliti
melakukan analisis sebagai berikut:
1) Dari segi guru peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
a) Guru sudah tidak terlalu cepat dalam menyampaikan materi, sehingga
siswa lebih mudah memahami materi yang dijelaskan guru.
b) Suara guru sudah terdengar keras dan jelas sampai siswa yang duduk di
barisan paling belakang sehingga siswa memerhatikan apa yang
dijelaskan guru.
c) Guru melakukan pendekatan kepada siswa dan dapat memonitoring
kemampuan siswa sehingga siswa terlihat lebih diperhatikan oleh guru.
d) Guru memberikan penghargaan atau hadiah kecil berupa makanan
ringan, coklat, atau alat tulis yang dapat membuat siswa senang dan
bangga jika mereka memilikinya. Penghargaan ini memacu siswa untuk
bersemangat untuk memerhatikan pelajaran dan aktif dalam metode
mencari pasangan (Make a Match) pada siklus II.
e) Guru sudah dapat memposisikan diri saat evaluasi berlangsung, guru
tidak hanya mengawas dari depan kelas namun masih berkeliling untuk
mengawasi evaluasi secara ketat dan memberikan peringatan keras bagi
siswa yang terbukti bekerja sama dengan siswa yang lain. Hal tersebut
dilakukan agar siswa terutama yang duduk di barisan belakang dapat
mengerjakan evaluasi dengan jujur dan tidak curang.
2) Dari segi siswa peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
a) Sebagian besar siswa sudah terkendali dan mengikuti pelajaran dengan
sungguh – sungguh walaupun ada sebagian kecil dari siswa masih
kurang konsentrasi.
b) Siswa dapat menemukan pasangan dalam menerapkan metode mencari
pasangan (Make a Match) dengan waktu yang relatif cepat. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
membuktikan siswa semakin mengerti mengenai materi dan metode
mencari pasangan (Make a Match) dari siklus I.
c) Pada evaluasi siklus II siswa terlihat lebih sungguh–sungguh dalam
mengerjakan dan sebagian besar siswa sudah dapat mengerjakan secara
mandiri dan tidak bekerjasama walaupun ada beberapa siswa mencari-
cari kesempatan bertanya kepada temannya.
d) Dari segi ketuntasan belajar 87,5% atau 35 dari 40 siswa telah mampu
mencapai KKM.
Berdasarkan observasi dan analisa di atas, tindakan refleksi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Guru masih harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan dan
monitoring yang merata kepada semua siswa, sehingga setiap siswa yang
mengalami kesulitan akan mudah teratasi.
2) Guru lebih kreatif dan ikut serta dalam menciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
3) Guru harus memberikan penghargaan kepada siswa yang bisa bekerjasama
dan menyelesaikan tugas dengan baik. Penghargaan ini bertujuan untuk
memacu semangat atau motivasi setiap siswa untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik dan rapi.
4) Guru harus memerhatikan dan bersikap tegas pada saat evaluasi agar siswa
mengerjakan soal secara jujur dan tidak bekerjasama dengan teman yang lain.
5) Guru harus berusaha untuk inovatif dalam menggunakan berbagai model dan
metode pembelajaran saat mengajar, sehingga siswa bersemangat dalam
mengikuti pelajaran akuntansi dan tidak cepat bosan dalam pembelajaran.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Penerapan pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a
Match) merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan
prestasi belajar akuntansi siswa. Penelitian dilakukan dengan menerapkan dua
siklus pembelajaran dengan metode yang sama pada tiap siklusnya, yaitu metode
mencari pasangan (Make a Match). Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
tabel yang disajikan di atas pada siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan
kualitas belajar dan prestasi belajar akuntansi siswa. Peningkatan tersebut dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.11 Perbandingan Minat Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Indikator Persentase Capaian Peningkatan
Siklus I Siklus II (dalam %)
A. Kedisiplinan 77,5% 87,5% 10%
B. Tidak mudah putus asa 70% 92,5% 22,5%
C. Perasaan senang 85% 95% 10%
D. Kemauan 75% 80% 5%
E. Mengulang pelajaran 77,5% 80% 2,5%
F. Ingin berhasil 82,5% 88,75% 6,25%
G. Ketertarikan kepada pelajaran 72,5% 90% 17,5%
H. Perasaan terhadap situasi 76,25% 85% 8,75%
Rata – rata 77,1% 87,34%` 10,24%
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
Peningkatan minat belajar akuntansi jika ditampilkan dalam grafik
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
77,570
85
75 77,582,5
72,576,25
87,592,5 95
80 8088,75 90
85
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
A B C D E F G H
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 4.5 Peningkatan Minat Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.12 Kemampuan siswa menemukan pasangan (Make a Match) Siklus I
dan Siklus II
Kriteria Siklus I Siklus II
Tuntas 32 siswa 36siswa
Persentase 80% 90%
Belum Tuntas 8 siswa 4siswa
Persentase 20% 10%
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
3236
84
0
5
10
15
20
25
30
35
40
TUNTAS BELUM TUNTAS
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 4.6 Peningkatan Kemampuan Metode Mencari Pasangan (Make a
match) Siklus I dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 4.13 Perbandingan Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa
Kriteria Sebelum Penerapan Siklus I Siklus II
Tuntas 25 siswa 30 siswa 35siswa
Persentase 62,5% 75% 87,5%
Belum Tuntas 15 siswa 10 siswa 5siswa
Persentase 37,5% 25% 12,5%
Rata-rata nilai 73,7 79,9 91,5
(Sumber: data primer yang diolah 2012)
Berdasarkan tabel data dan grafik yang disajikan dalam siklus I dan siklus
II hasil penelitian di atas diperoleh hasil penelitian yang mencerminkan peningkatan
prestasi belajar siswa.
Hasil tersebut jika dasajikan dalam bentuk grafik akan nampak sebagai
berikut:
Gambar 4.7 Peningkatan Minat Belajar Siswa, Penerapan Make a Match dan
Prestasi Belajar Siswa
60
70
80
90
MINAT SISWA
MAM
PRESTASI SISWA
MINAT SISWA 77,1 87,34
MAM 80 90
PRESTASI SISWA 75 87,5
SIKLUS 1 SIKLUS II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Keterangan:
Minat siswa : Minat siswa untuk belajar dan mengikuti pelajaran akuntansi
MAM : Kemampuan siswa untuk mengerti dan mengaplikasikan metode
mencari pasangan (Make a Match)
Prestasi Siswa: Kemampuan siswa mengerjakan soal dengan benar dan mencapai
nilai KKM yang ditetapkan yaitu 77.
D. Pembahasan
Berdasarkan uraian dan tabel data dan grafik yang disajikan pada siklus I
dan siklus II di atas diperoleh prestasi belajar yang mengalami peningkatan.
Model Cooperative Learning metode mencari pasangan (Make a Match)
berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran akuntansi. Deskripsi hasil
penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk
mengetahui kondisi yang ada di SMK Negeri 1 Surakarta. Berdasarkan hasil
survei awal, peneliti menemukan bahwa prestasi belajar akuntansi pada siswa
kelas X AK 2 masih kurang optimal, yaitu siswa masih kurang antusias mengikuti
pembelajaran dan hasil evaluasi belajarnya rata- rata kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 77. Oleh karena itu, peneliti mengadakan
diskusi dengan guru kelas dan mencari solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut, yaitu dengan menerapkan model Cooperative Learning metode mencari
pasangan (Make a Match) Pembelajaran dengan mencari pasangan yaitu
mencocokkan kartu pertanyaan dengan kartu jawaban akan memacu keaktifan
siswa dan antusias siswa untuk segera menemukan pasangannya.
Peneliti dibantu guru kelas kemudian menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) guna melaksanakan kegiatan siklus I. Materi pada
pelaksanaan tindakan siklus I ini adalah jurnal penyesuaian pada perusahaan
dagang. Guru memberikan materi dengan menjelaskan data-data yang
memerlukan penyesuaian dan jurnal yang digunakan untuk menyesuaiakan data-
data tersebut agar nampak dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Guru dan
peneliti membagi kelas menjadi 2 kelompok yaitu: kelompok pembawa kartu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pertanyaan dan kelompok pembawa kartu jawaban. Kelas X AK 2 berjumlah 40
siswa yang dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pembawa kartu pertanyaan 20
anak dan kelompok pembawa kartu jawaban 20 anak.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar
akuntansi pada siklus I masih terdapat kekurangan dan kelemahan, yaitu siswa
masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
respon siswa pada saat apersepsi dan dominasi beberapa siswa dalam
mengemukakan pendapatnya dan dalam mengajukan pertanyaan selama proses
pembelajaran berlangsung serta dapat dilihat juga dalam kegiatan kerja kelompok
berpasangan ada beberapa siswa yang belum berpartisipasi. Selain itu,
kesempatan presentasi untuk tanya jawab juga masih diabaikan para siswa yang
tidak maju. Oleh karena itu, peneliti mencari solusi dan menyusun rencana
pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan dalam
pembelajaran akuntansi pada siklus I.
Materi pembelajaran pada siklus II adalah kertas kerja atau neraca lajur
yang merupakan kelanjutan dari materi jurnal penyesuaian pada siklus I. Dalam
pelaksanaan siklus II ini siswa terlihat lebih antusias dengan pembelajaran
kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) yang telah diterapkan
sebelumnya, selain siswa menjadi aktif, siswa juga merasa tidak segan bertanya
dan berdiskusi dengan teman pasangannya maupun menanyakan dengan guru atau
peneliti. Suasana kelas menjadi semakin hidup dan siswa semakin aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pada hakikatnya yang berperan
aktif adalah siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian,
metode mengajar seharusnya beralih dari pembelajaran yang berpusat pada guru
menjadi pembelajaran berpusat pada siswa yang memacu siswa untuk lebih
bertindak aktif dalam menerima dan mencari informasi mengenai materi yang
diberikan. Salah satu metode yang dapat meningkatkan keaktifan adalah
pembelajaran koperatif dengan metode mencari pasangan (Make a Match).
Dengan penerapan pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a
Match), peran guru untuk membangkitkan rasa senang dan keaktifan siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
terbantu karena melalui metode ini siswa dapat aktif untuk bergerak mencari
pasangannya, berinteraksi dengan teman pasangannya dan mengemukakan
gagasan, pendapat yang ingin diutarakan. Dengan peningkatan minat belajar,
siswa akan merasa tidak cepat bosan dan lebih memahami materi pelajaran
sehingga prestasi siswa dapat mengalami peningkatan dari pada sebelum
penerapan metode mencari pasangan (Make a Match).
Berdasarkan tindakan tersebut, guru dan peneliti berhasil melaksanakan
pembelajaran akuntansi yang menyenangkan sehingga prestasi belajar akuntansi
dapat meningkat. Selain itu, dapat meningkatkan kinerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran
akuntansi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif metode mencari
pasangan (Make a Match) dapat dilihat dari beberapa indikator-indikator antara
lain:
1. Kegiatan belajar mengajar di kelas yang berpusat pada siswa (student center)
sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi atau kerja
kelompok, presentasi, tanya jawab. Kegiatan ini dapat melatih siswa dalam
bekerja sama dan menumbuhkan semangat belajar.
2. Suasana pembelajaran santai, menyenangkan, dan sesuai dengan keinginan
siswa sehingga membuat siswa lebih berminat dan nyaman dalam belajar. Hal
ini terlihat dari semangat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran
terus mengalami peningkatan.
3. Siswa mampu memahami materi yang telah diberikan dan lebih percaya diri
dengan kemampuannya. Hal ini terjadi karena siswa yang awalnya belum
memahami benar materi yang disampaikan oleh guru dapat menanyakannya
lebih lanjut dan leluasa baik secara langsung kepada guru maupun peneliti
atau teman pasangannya.
4. Penerapan pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match)
dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan pencapaian prestasi
belajar. Prestasi belajar tersebut dinyatakan baik karena 87,5% dari 40 siswa
memiliki nilai di atas standar batas tuntas yaitu 77 dan mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
umum siswa telah memahami materi yang disajikan dengan baik pada proses
belajar mengajar yang menggunakan pembelajaran kooperatif metode mencari
pasangan (Make a Match).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus di
kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta dengan tiga kali tatap muka tiap siklusnya.
Setiap siklusnya dilaksanakan dalam empat tahap yaitu: (1) perencanaan tindakan;
(2) Pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interpretasi; (4) analisis dan refleksi
tindakan. Berdasarkan analisis data dan pembahasan secara umum model
pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) dapat
meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa kelas X AK 2 SMK Negeri 1
Surakarta. Hal ini terbukti dari jumlah siswa yang tuntas dan nilai rata-rata kelas
meningkat setiap tindakan yang dilakukan.
Prestasi belajar akuntansi siswa kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta
pratindakan menunjukkan masih banyak siswa yang belum mencapai KKM (77).
Banyaknya siswa yang belum tuntas sebanyak 15 siswa (37,5%) dari 40 siswa dan
nilai rata-rata kelas yang dicapai 73,7. Nilai pratindakan ini menunjukan bahwa
perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa.
Upaya peningkatan prestasi belajar akuntansi dilakukan dengan menerapkan
model koopearif metode mencari pasangan (Make a Match). Setelah diadakan
tindakan pada siklus I diperoleh hasil bahwa jumlah siswa yang dinyatakan tuntas
atau mencapai KKM (77) sebanyak 30 siswa (75%) dari 40 siswa. Hasil ini
meningkat 12,5% dari 62,5% pada pratindakan menjadi 75% pada siklus I. Rata–
rata nilai yang dicapai juga meningkat yaitu 73,7 pada pratindakan I menjadi 79,9
pada siklus I. Nilai rata–rata kelas yang dicapai sudah cukup baik, namun jumlah
siswa yang dinyatakan tuntas masih 30 siswa atau 75% dari 40 siswa sedangkan
indikator ketercapaian peneliti adalah 85%, sehingga peneliti perlu untuk
mengadakan tindakan siklus II untuk mencapai target tersebut. Tindakan pada
siklus II juga menunjukan peningkatan prestasi belajar yang signifikan yaitu
sebanyak 30 siswa (75%) dari 40 siswa pada siklus I menjadi 87,5% atau
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
sebanyak 35 siswa yang dapat mencapai KKM. Rata-rata nilai kelas juga
meningkat dari 79,9 pada siklus I menjadi 91,5 pada siklus II. Hal ini
membuktikan model kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) dapat
meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa kelas X AK 2 SMK Negeri 1
Surakarta.
Di samping dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hasil penelitian
ini menunjukkan adanya peningkatan minat belajar akuntansi siswa. Hasil dari
survei pendahuluan dengan siswa ketika pratindakan menunjukan bahwa siswa
kurang tertarik dengan model pembelajaran dan metode yang digunakan selama
ini oleh guru. Pascatindakan dilakukan pengisian angket tentang ketertarikan
siswa setelah tindakan siklus I dan II. Angket yang dibagikan berisi sepuluh
pernyataan positif mengenai pembelajaran akuntansi dengan pembelajaran
kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match). Berdasarkan angket yang
diberikan oleh peneliti mendapatkan hasil bahwa minat belajar akuntansi siswa
setelah pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) pada
siklus I 77,1% yang tergolong baik. Minat belajar siswa pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi 87,34%. Berdasarkan hasil tersebut membuktikan bahwa
pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) dapat
meningkatkan minat belajar akuntansi siswa X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta.
Pelaksanaan tindakan di kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta pada
siklus I dan siklus II mengalami beberapa kendala diantaranya, sarana dan
prasarana yang kurang mendukung pembelajaran sepenuhnya menyebabkan
terganggunya kelancaran proses pembelajaran, buku pelajaran hanya berasal dari
pinjaman sekolah yang jumlahnya belum memenuhi jumlah siswa. Ditinjau dari
siswa, kemampuan siswa untuk konsentrasi dan memerhatikan guru masih kurang
baik dan masih sulit untuk dikondisikan. Dari segi pengajaran guru pada awal
tindakan dan selama proses tindakan sebagian besar siswa sudah antusias dengan
pertanyaan yang diberikan guru, namun masih ada beberapa siswa yang hanya
diam saja tidak ikut menjawab pertanyaan guru secara bersama-sama. Selan itu,
guru kurang dapat membagi waktu antara mengajar dengan melaksanakan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
tambahan sebagai bendahara tata usaha, sehingga terkadang guru terlambat masuk
kelas atau membawa sebagian tugasnya saat mengajar. Dari segi sekolah,
ketersediaan fasilitas buku ajar dan sarana dan prasarana yang lain kurang
mendukung pembelajaran secara optimal.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat dikaji implikasinya baik
implikasi teoritis maupun implikasi praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Simpulan hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh
Slavin (2005:4-5) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif selain dapat
meningkatkan prestasi belajar juga memiliki akibat positif lain yang dapat
mengembangkan hubungan kerjasama antara anggota kelompok, membantu
teman yang lemah dalam akademik, dan meningkatkan harga diri. Sementara
Anita Lie (2008:55) menjelaskan model pembelajaran kooperatif metode mencari
pasangan (Make a Match) apabila dilaksanakan dengan maksimal dapat
meningkatkan penguasaan konsep siswa baik dalam prosesnya dan hasil yang
diujikan dalam evaluasi menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan pembelajaran
dengan metode Make a Match tidak hanya mengajarkan teori tetapi praktik untuk
memberikan materi secara menyenangkan namun tetap mementingkan
pemahaman materi.
Selain mendukung teori yang ada simpulan hasil penelitian ini juga
mendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan Dedi Rohendi,
Waslaluddin, dan Sri Putri Ayu (2010), Nurul Inayah (2011), Riyanto (2009),
Kherul Insani (2011), dan lain sebagainya yang menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif metode mecari pasangan (Make a Match) dapat
meningkatkan keaktifan, minat, maupun prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil evaluasi
belajar siswa yang semakin dari pratindakan, siklus I maupun siklus II. Oleh
karena itu, model pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a
Match) dapat dipertimbangkan guru akuntansi SMK Negeri 1 Surakarta sebagai
salah satu alternatif untuk membelajarkan akuntansi.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang dipaparkan di atas, maka dapat
dikemukakan saran–saran sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Guru diharapkan dapat menerapkan pembelajaran kooperatif metode
mencari pasangan (Make a Match) untuk peningkatan prestasi belajar
siswa.
b. Guru memperhatikan materi yang sesuai agar dapat menerapkan
pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make a Match).
c. Guru dapat menerapkan pembelajaran kooperatif metode mencari
pasangan (Make a Match) terutama saat jam-jam pelajaran terakhir agar
siswa lebih semangat dan tidak cepat bosan. Secara terperinci prosedur
penerapannya seperti yang dipaparkan pada halaman 60-61.
d. Guru harus segera mengkondisikan siswa kembali setelah siswa selesai
mencari pasangan agar suasana kelas tidak terlalu gaduh dan mengganggu
kelas yang lain.
e. Guru harus dapat membagi waktu dengan baik antara mengajar dengan
mengerjakan tugas tambahan sebagai bendahara tata usaha sehingga saat
jam mengajar tiba guru tidak terlambat masuk kelas atau tidak membawa
pekerjaan yang belum diselesaikan tersebut di dalam kelas saat siswa
mengerjakan soal latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
2. Bagi siswa
a. Siswa diharapkan lebih aktif dan memiliki minat belajar akuntansi yang
baik agar dapat menciptakan proses belajar mengajar dan prestasi belajar
yang baik.
b. Dengan adanya penerapan pembelajaran kooperatif metode mencari
pasangan (Make a Match) sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh siswa
untuk bekerja sama dalam pasangan kelompok untuk memecahkan
masalah dan saling membantu satu sama lain.
c. Siswa diharapkan dapat memanfaatkan sumber–sumber belajar yang ada di
sekitarnya.
3. Bagi sekolah
a. Sekolah dapat meningkatkan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran
kegiatan belajar mengajar terutama buku ajar dan mengusahakan
pemerataan fasilitas seperti LCD pada setiap kelas.
b. Sekolah dapat membimbing dan memotivasi guru untuk berusaha
mengembangkan model dan metode pembelajaran inovatif yang dapat
meningkatkan keaktifan, minat dan prestasi belajar siswa.
4. Bagi peneliti lain
a. Peneliti lain dapat menemukan dan mengaplikasikan metode pembelajaran
yang cocok dan disesuaikan dengan perkembangan jaman.
b. Peneliti lain mampu menggali segala kemampuan untuk perbaikan dan
peningkatan prestasi belajar siswa.
top related