ajurnal untuk pelatihan artikel ilmiah tahun 2015

13
POTENSI WISATA PARIWISATA KOTA (URBAN TORISM) SEBAGAI TOURISM BUSINESS DISTRICT Nasrullah, [email protected] Abstract Urban tourism not only identity and meaningful for the individual and the people of the city, but now it has become an economic resource for cities post industrialiasasi. Tourism Business District (TBD) has a very important role in the development of cities at this time, given that this region is an area where the majority of tourist activity is concentrated city, regarding access to travel services: accommodations, entertainment facilities, restaurants, and shopping. Makassar city is the capital of South Sulawesi province that has diverse tourism potential for the development of the components of the city's tourism (urban tourism) eg natural resources, culture, historical heritage, MICE activities and additional services in supporting the city's tourism. So the future is able to create a diversified tourism product when tourists visit the city of Makassar, and able to develop the area of Makassar as tourism functional area business district. Keyword: tourism product, urban tourism and tourism business district Pendahuluan Pemanfaatan potensi kota telah menjadi instrumen untuk pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota. Potensi tersebut menyediakan peluang untuk revitalisasi wilayah perkotaan dan alternative kegiatan ekonomi bagi masyarakat (environmental and economic regeneration). Selain itu perkembangan kegiatan di dalam kota yang berbasis Tourism Business District akan memberikan jalan untuk meningkatkan citra dan kenyamanan suatu kota. Salah satu bentuk pemanfaatan potensi Tourism Business District di dalam kawasan perkotaan adalah melalui pengembangan pariwisata kota. Pengembangan ini dipandang relevan karena pariwisata merupakan alat strategis untuk mengintegrasikan kepentingan pembangunan dan konservasi. Disamping itu pariwisata kota merupakan dasar kebijakan pembangunan kota, yang mengkombinasikan anatara pengembangan produk kota untuk memenuhi keinginan pengunjung dan kesejahteraan kota (Page, Stephen J. dan Hall, Michael C:2003). Perkembangan pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana besar-besaran beberapa tahun belakangan ini membuat Kota Makassar masuk kedalam kota besar bahkan menghampiri metropolitan. Dengan pembangunan kota yang serba cepat ini lambat laun akan membawa Kota Makassar semakin cocok untuk dijadikan sebagai kota bisnis,

Upload: bang-somad

Post on 16-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ENJOY IT

TRANSCRIPT

  • POTENSI WISATA PARIWISATA KOTA (URBAN TORISM) SEBAGAI

    TOURISM BUSINESS DISTRICT

    Nasrullah, [email protected]

    Abstract

    Urban tourism not only identity and meaningful for the individual and the people of the

    city, but now it has become an economic resource for cities post industrialiasasi. Tourism

    Business District (TBD) has a very important role in the development of cities at this time,

    given that this region is an area where the majority of tourist activity is concentrated city,

    regarding access to travel services: accommodations, entertainment facilities, restaurants,

    and shopping. Makassar city is the capital of South Sulawesi province that has diverse

    tourism potential for the development of the components of the city's tourism (urban

    tourism) eg natural resources, culture, historical heritage, MICE activities and additional

    services in supporting the city's tourism. So the future is able to create a diversified tourism

    product when tourists visit the city of Makassar, and able to develop the area of Makassar

    as tourism functional area business district.

    Keyword: tourism product, urban tourism and tourism business district

    Pendahuluan

    Pemanfaatan potensi kota telah menjadi instrumen untuk pertumbuhan dan

    pembangunan ekonomi kota. Potensi tersebut menyediakan peluang untuk revitalisasi

    wilayah perkotaan dan alternative kegiatan ekonomi bagi masyarakat (environmental and

    economic regeneration). Selain itu perkembangan kegiatan di dalam kota yang berbasis

    Tourism Business District akan memberikan jalan untuk meningkatkan citra dan

    kenyamanan suatu kota. Salah satu bentuk pemanfaatan potensi Tourism Business District

    di dalam kawasan perkotaan adalah melalui pengembangan pariwisata kota.

    Pengembangan ini dipandang relevan karena pariwisata merupakan alat strategis untuk

    mengintegrasikan kepentingan pembangunan dan konservasi. Disamping itu pariwisata

    kota merupakan dasar kebijakan pembangunan kota, yang mengkombinasikan anatara

    pengembangan produk kota untuk memenuhi keinginan pengunjung dan kesejahteraan kota

    (Page, Stephen J. dan Hall, Michael C:2003).

    Perkembangan pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana besar-besaran

    beberapa tahun belakangan ini membuat Kota Makassar masuk kedalam kota besar bahkan

    menghampiri metropolitan. Dengan pembangunan kota yang serba cepat ini lambat laun

    akan membawa Kota Makassar semakin cocok untuk dijadikan sebagai kota bisnis,

  • mengingat keberagaman program pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana

    untuk kepentingan bisnis terlebih untuk industry pariwisata. Fungsi Kota Makassar sebagai

    pusat pemerintahan dan bisnis, sudah sangat potensial untuk menunjang pengembangan

    pariwisata kota. Menurut Ashworth dan Tunbridge (1990), kegiatan bisnis adalah salah

    satu dari sekian banyak potensi wisata dalam pariwisata kota. Artikel ini dilakukan untuk

    mengidentifikasi potensi wisata pariwisata kota (urban tourism) wilayah Kota Makassar

    sebagai suatu destinasi yang berbasis Tourism Business District (TBD).

    Kajian Pustaka

    Kawasan kota

    merupakan suatu kawasan

    di mana mayoritas

    aktivitas wisatawan kota

    terkonsentrasi, terkait

    akses layanan wisata:

    akomodasi, fasilitas

    hiburan, restoran, belanja.

    Dengan pemusatan layanan wisatawan dan non-wisatawan dalam satu area yang aksesibel

    akan memungkinkan wisatawan untuk tinggal, dan berkembang menjadi area destinasi

    wisata.

    Menurut Burtenshaw et al (1991) dalam Page (1995) menyatakan bahwa Central

    Tourist District (CTD) merupakan pemusatan aktivitas wisatawan kota pada area tertentu

    dan didalam TBD konsentrasi visitor oriented attraction dan services terhubung dengan

    fungsi pusat bisnis kota (CBD), karena tanpa dihubungkan dengan Acces-Pedestrian Acces,

    tidak mungkin Core Attractions dan CBD Functions dapat mendukung pengembangan

    Tourism Business District.

  • Tourism Business District merupakan obyek dan daya tarik wisata merupakan akhir

    perjalanan wisata dan harus memenuhi syarat-syarat komponen pembentuknya, artinya

    harus memiliki potensi wisata diantaranya Core Attractions, CBD Functions dan Acces

    mudah dicapai dan dengan sendirinya mudah ditemukan (Getz:1993 dalam Page,

    Stephen:1995). Secara skematik dapat digambarkan seperti Gambar 1.

    Menurut Getz dalam Page:1995, tourism business district merupakan perpaduan

    antara tiga (3) elemen yaitu:

    1. Core Attractions, yang terdiri dari beberapa unsur yaitu: natural, heritage, cultural,

    shopping, conventions and events.

    2. CBD Functions, yang terdiri dari beberapa unsur yaitu: offices, retail, government and

    meetings.

    3. Essential Service, yang terdiri dari beberapa unsur yaitu: transport to, access within,

    catering, accommodation, and information.

    Kendala dalam perencanaan TBD pada dasarnya adalah memetakan visitor oriented

    service dengan penggunaan layanan dan fasilitas oleh penghuni dan pekerja setempat.

    1. Tourists (intentional users from outside city region)

    2. Recreating residents (intentional users from inside the city region)

    3. Non-recreating visitors (incidental users from outside the city region)

    4. Non-recreating residents (everyday people who live in the city region) (Ashworth G.J.

    dan Tunbridge:1990;17).

    Dalam hal pengembangan konsep kegiatan wisata yang didukung oleh transportasi

    dan infrastruktur kota baik berupa sumber daya budaya, pengembangan kawasan

    komersial, dan sistem informasi. Oleh sebab itu perlu pendekatan yang terintegrasi berdasar

    pada prinsip-prinsip berikut:

    1. Meningkatkan kualitas obyek-obyek wisata yang dapat memberikan distribusi aliran

    wisatawan yang lebih baik dan mencegah resiko-resiko overcrowding atau saturation

    pada obyek wisata khususnya pada pusat kota yang bersejarah.

  • 2. Aliran pengunjung lebih baik dipecah (disalurkan), dibatasi, dan diorientasikan oleh

    supervising route ke arah kota dan access routes ke seluruh atraksi utama

    (fleksibilitas).

    3. Opening hours seharusnya luas dan fleksibel (mendorong overnight stay).

    Keseimbangan yang memadai antara produk-produk dan layanan-layanan yang

    berbeda yang ditawarkan oleh obyek wisata harus mewakili harapan dari semua target

    group:

    1. Pebisnis dan peserta konferensi: layanan dan atraksi yang selalu terbuka sepanjang

    tahun, di luar jam kerja kantor, short organized tour;

    2. Pengunjung pribadi atau kelompok: batas jumlah kunjungan beberapa atraksi, lama

    kunjungan untuk kategori obyek yang berbeda;

    3. Keluarga, budaya dan leisure tourist. Apabila keseimbangan sudah terpenuhi, harus

    diperhitungkan juga: kondisi cuaca (gabungan atraksi di tempat terbuka dan aktivitas

    dalam ruang - kunjungan ke monument, tempat bersejarah ataupun situs budaya),

    hiburan untuk wisatawan (keragaman aktivitas sejalan dengan ekspektasinya)

    Area Fungsional Wilayah Kota Makassar

    Perencanaan TBD yang optimal dapat dilakukan dengan mengidentifikasi area-area di

    mana aktivitas wisatawan berlangsung, untuk membentuk suatu pola aktivitas wisatawan

    kota dengan mengkaitkan pada atraksi, akomodasi, fasilitas hiburan. Menurut Burtenshaw

    et. al. (1991) dalam Page (1995) semua elemen-elemen pariwisata kota yang telah

    teridentifikasi kemudian diintegrasikan kedalam area fungsional pariwisata kota guna

    memetakan arah pengembangan potensi suatu wilayah. Pemetaan arah pengembangan

    potensi pariwisata kota suatu wilayah erat kaitannya antara sumber daya wisata kota dengan

    permintaan potensialnya. Hal ini dapat berimbas pada perencanaan dan pengelolaan

  • komponen produk wisata yang pada akhirnya mampu menampung segmen pasar

    pariwisata. Pemetaan wilayah-wilayah pariwisata dapat dilihat dalam Gambar 2.

    Pembahasan

    Untuk mengetahui potensi pengembangan Kota Makassar sebagai salah satu destinasi

    wisata kota yang berbasis Tourism Business District, maka dapat dilakukan identifikasi

    potensi-potensi Kota Makassar sesuai dengan bagan The Tourism Business District sebagai

    berikut :

    a. Core Attractions

    Core attractions merupakan atraksi wisata utama yang menarik pengunjung ke suatu

    kota (Shaw and Wlliams, 1994). Wilayah Kota Makassar memiliki beberapa potensi wisata

    utama, yang berada di wilayah kawasan kota. Potensi tersebut antara lain:

    Natural Pantai Losari, Tanjung Bayang, Pulau

    Lae-Lae, Pulau Samalona, Pulau Barang

    Lompo, Pulau Lihukan, dan Pulau

    Kayangan. Heritage Benteng Makassar (Fort Rotterdam),

    Makam Pangeran Dipenegoro, Benteng

    Somba Opu, Mesjid Syech Yusuf, Makam

    Kesultanan Gowa, Istana Balla Lompoa,

    Taman Purbakala Leang-Leang, Museum

    Bangenge.

    Socio-

    Culture

    Upacara Adat Kerajaan Gowa, Accera

    Kalompoang, Accera Balla Lompoa,

    Festival Pesisir.

  • Man

    Made

    Trans Studio Theme Park, Pelabuhan

    Paotere, Anjungan Pantai Losari, Museum

    Kerang Clara Bundt, Al Markaz Islamic

    Centre, Tana Beru, Monumen Rakyat

    Perjuangan, water boom, dan Sempang.

    Event Festival Lampion, Festival Barongsai,

    Festival Cap Go Meh, dan Carnaval

    Budaya Butta Kalompoang. Yang

    dilakukan secara rutin dan berkala.

    b. CBD Functions

    Offices Bosowa Tower, Kalla Tower, Graha

    Pena, Citra Land, International

    Hospital, dan Hertasning Land.

    Retail Pasar sentral, Pasar butung, Sumba

    Opu Glory Market, Mall Ratu Indah

    (MARI), Maricayya Mall, MTC

    Mall, GTC Mall, Mall

    Panakukang(Mall diamond).

    Government Kantor Gubernur, Kantor Dinas

    Pariwisata Makassar-Gedung Mulo,

    Kantor Dinas Pariwisata Provinsi,

    Kantor Imigrasi, Bea dan Cukai,

    Pos dan Telekomunikasi. Meetings Celebes Convention Center,

    Makassar Convention dan

    Exhibition Building.

    c. Essential Services

    Access within &

    Transport to

    Bandara Internasional

    Hasanuddin, Pelabuhan Seokarno-

    Hatta, Terminal Angkutan Kota

    dan Daerah.

    Catering Fasilitas Restoran dan rumah

    makan diseluruh Kota Makassar

    berjumlah sekitar 51 buah.

    Accommodation Clarion Hotel & Convention(5), Hotel Sahid Makassar(5), Imperial Aryaduta Hotel

    Makassar(4), Makassar Golden Hotel(3), Hotel Pantai Gapura(3), Celebes Group Hotel(3), dan 100-an hotel melati, losmen dan penginapan.

    Information Makassar Information Tourism

    Centre Gedung Kesenian dan Budaya MULO.

  • Berdasarkan analisis kondisi eksisting terhadap prinsip-prinsip The Tourism Business

    District Getz 1993, maka dapat dinyatakan bahwa kondisi Kota Makassar sebagai Tourism

    Business District seperti Gambar 3 peta wisata Kota Makassar jika di petakan kedalam

    pariwisata kota.

    Sentra Bisnis Sepanjang jalan DR. Samratulangi, Sultan Hasanuddin sampai Jend.

    Sudirman merupakan kawasan padat bangunan dengan berbagai jenis tipe bangunan mulai

    dari kantor, toko, restoran, hotel, agen perjalanan, trading companies, dan rumah sakit di

    sepanjang jalan dan backside area. Dahulu merupakan area perkantoran dan

    pemungkiman, beralih fungsi menjadi tourism center dan entertainment (khususnya ruas-

    ruas jalan Sultan Hasanuddin sampai jalan Penghibur) sejak 10 tahun lalu atau sekitar tahun

    1999 pengembangan kawasan pesisir

    kota Makassar digalakkan secara besar-

    besaran seiring dengan melambungnya

    predikat pantai losari dengan restoran

    terpanjangnya didunia, sehingga

    menjadi sekarang kawasan ini menjadi

    Special Tourism Zone sehingga tak

    heran jika berbagai jenis bangunan yang

    berbau pariwisata dan entertainment

    berjogol dimana-mana dan sangat

    mudah dijumpai tiap sudut jalan.

    Atmosfer tourism and entertainment

    zone sangat terasa hampir semua signage bertuliskan nama dan plang merek dagang

    berbagai jenis bisnis didunia entertainment dan nama-nama hotel. Bagian selatan dan utara

    masih sarat dengan kekentalan atmosfer perkantoran dan bangunan-bangunan

    pemerintahan. Selain itu di sisi utara kota dapat dijumpai rumah-rumah dan bangunan-

    bangunan mewah/real estate, misalnya hertasning land, citra land, bosowa tower, gedung

  • graha pena sampai kalla tower. Di bagian timur kota menjadi sangat populer pada saat

    pembukaan arena pantai tanjung bayang dan baru-baru ini digemparkan dengan adanya

    pembangunan, peresmian dan pengoperasian Trans Studio Makassar sebagai The Largest

    Indoor Theme Park World 2009.

    Akses dapat dicapai dengan berbagai jenis moda transportasi mulai dari pesawat

    (mendarat di bandara internasional hasanuddin-Origin ke Destinasi), dengan Kapal Laut

    (berlabuh di pelabuhan Soekarno-Hatta-Origin ke Destinasi dan Destinasi Ke ODTW) dan

    bisa dengan menggunakan bisa kota, pete-pete, dan kendaraan pribadi (ODTW ke ODTW).

    Atraksi state-of-the-art fashion shopping mall, night life entertainment (exotic bars,

    discotheques, clubs and karaokes). Amenitas hotel, penginapan, sauna, restoran (korean,

    western, chinese food), pub, night club, beauty and massage shop. Pusat Pengembangan

    Pemasaran dan Promosi Kota Makassar mempromosikan berbagai kegiatan yang dapat

    mengundang wisatawan yang di rangkum dan dikemas dalam suatu paket kegiatan dengan

    visi pengembalian spirit budaya dan bisnis butta anging mammiri.

    Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Wilayah Kota Makassar. Potensi pengelolaan

    pariwisata kota wilayah Kota Makassar dapat dilihat dari volume wisatawan ke wilayah

    Kota Makassar, seperti pada Tabel 1. Adapun jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

    sebanyak 151.763 orang dengan rata-rata pertumbuhan kunjungan sebesar 24,35 persen

  • dan wisawatan nusantara sebanyak 5.920.520 orang dengan rata-rata pertumbuhan

    kunjungan sebesar 38,75 persen. Lama Tinggal Wisawatan. Lama Tinggal Lama tinggal

    wisatawan yang mengunjungi wilayah Kota Makassar umumnya didominasi oleh

    wisatawan mancanegera dengan kisaran lama tinggal selama 4-5 hari, sedangkan

    wisatawan nusantara dengan kisaran lama tinggal 3-5 hari. Dengan rata-rata pengeluaran

    wisatawan mancanegara sebesar US$ 185 perhari dan untuk rata-rata pengeluaran

    wisawatan nusantara sebesar Rp. 700.000 perhari. Untuk menunjang perjalanan para

    wisatawan yang datang berkunjung tersedia sekitar 300 BPW yang masih aktif yang

    mampu untuk membantu mempermudah perjalanan para wisatawan, selain itu ditunjang

    pula dengan jumlah hotel berbintang dan non bintang sebanyak 196 buah hotel dengan

    9.700 buah kamar. Fasilitas lainnya yang dapat mendukung kegiatan MICE dan kegiatan

    bisnis lainnya berupa convention center berupa celebes convention center (CCC) dengan

    kapasitas 5000 orang dan grand clarion dengan kapasitas 3000 orang. Belanja

    Wisatawan. Untuk pola pembelanjaan wisatawan di wilayah Kota Makassar didominasi

    komponen pembelajaan untuk transportasi, akomodasi dan cenderamata, sedangkan untuk

    wisatawan nusantara komponen pembelajaan untuk transportasi, untuk tour wisata,

    makanan dan minuman dan cenderamata. Adapun besarnya belanja wisatawan

    mancanegera sebesar US$ 140.380.775 dan besaran belanja wisatawan nusantara sebesar

    Rp. 20,72 Trilliun. Motivasi Kunjungan. Permintaan (demand side) terhadap pariwisata,

    muncul akibat dari adanya motivasi wisata (Page, 1995). Motivasi wisata adalah alasan

    yang mendasari mengapa orang mengunjungi suatu destinasi wisata dalam rangka mengisi

    waktu luangnya. Motivasi mengunjungi destinasi wisata kota disebabkan oleh beberapa

    faktor pendorong dan penarik kota (Page:1995), antara lain:

    a. Faktor Permintaan (demand), berupa: 1. Mengunjungi Teman dan saudara. 2.

    Perjalanan Bisnis. 3. Peserta konferensi dan pameran. 4. Pendidikan. 5. Budaya dan sejarah.

    6. Perjalanan Keagamaan. 7. Kunjungan ramah tamah. 8. Belanja. 9. Kunjungan sehari/day

    visitor.

  • b. Faktor Penawaran (supply), Jansen-Verbeke dan Lievois (1999) berupa: Keunikan dan

    kemenarikan (banyak yang dapat dilihat dan dilakukan, dan tempat yang menarik dan

    pengalaman yang unik); Atraksi Budaya (Mengenal berbagai landmark, Arsitektur yang

    menarik, Mengetahui sejarah, Museum dan galeri, Kehidupan masyarakat lokal, Perbedaan

    budaya dan cara hidup, Adat istiadat dan tradisi lokal); Hiburan dan Pertunjukan

    (Kehidupan malam, Belanja, Musik, Teater dan kesenian lainnya, Festival dan peristiwa

    tertentu); Makanan dan akomodasi (Hotel, Restoran, Makanan dan minuman yang khas).

    Dari identifikasi motivasi utama kunjungan wisatawan ke wilayah Kota Makassar

    didasari dengan tujuan untuk melakukan bisnis dan perdagangan. Beberapa motivasi

    kunjungan lainnya antara lain: kunjungan keluarga; kunjungan sehari transit sebelum

    menuju kawasan lainnya seperti Tana Toraja, Takabonerate dan Wakatobi; perdagangan;

    dan pendidikan dan riset.

    Kesimpulan

    Potensi wisata wilayah Kota Makassar sangat besar untuk pengembangan pariwisata

    kota (urban tourism) yang mengarah pada konsep tourism business district, hal ini dapat

    dilihat dari aspek Core Attractions, yang terdiri dari beberapa unsur yaitu: natural

    (memiliki objek dan daya tarik wisata yang beranekaragam), heritage dan cultural

    (pemiliki bangunan dan kawasan prasejarah dan purbaka yang unik serta kebudayaan

    masyarakat yang masih hidup dan terpelihara dengan baik yang dilaksanakan secara rutin),

    shopping (merupakan surga belanja terutama untuk wilayah timur indonesia), conventions

    and events (terdapat sarana dan prasarana penunjang yang baik dan dilengkapi dengan

    kapasitas yang memadai); CBD Functions, yang terdiri dari beberapa unsur yaitu: offices

    (wilayah perkantoran yang tersebar merata di inti kota), government and meetings (terdapat

    fasilitas dengan skala tampungan besar); dan Essential Service, yang terdiri dari beberapa

    unsur yaitu: transport to, access within, catering, accommodation, and information

    (kebutuhan para wisatawan dapat tercover dengan keberadaan BPW serta hotel serta akses

    yang terjangkau dari origin ke destination, selain itu kondisi geografis Kota Makassar

  • sebagai pintu gerbang Indonesia bagian timur dan bandara internasional juga sebagai

    pendukungnya).

    Area fungsional wilayah Kota Makassar termasuk ke dalam kota belanja dan bisnis.

    Dalam konstelasi dengan kawasan wisata dan elemen-elemen fungsional wilayah kota

    lainnya sudah membentuk jejaring atau rangkaian produk atraksi yang memadai, dengan

    perencanaan, pengelolaan dan pengembangan yang baik akan mendorong terbentuknya

    wilayah Kota Makassar sebagai suatu kawasan percontohan untuk pengembangan daerah

    wisata yang berbasis tourism businees district.

    Daftar Pustaka

    Ashworth G.J. dan Tunbridge, J.E. 1990. The Tourist-Historic City, John Wiley&Sons,

    England

    Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. 2015. Pariwisata Dalam Angka 2015, Dinas

    Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar

    Law, Christopher M. 1996. Tourism in Major Cities, International Thomson Business

    Press, London

    Page, Stephen. 1995. Urban Tourism, Routledge, London

    Page, Stephen J. dan Hall, Michael C. 2003. Managing Urban Tourism, Pearson Education

    Limited, Harlow

    Richard, Greg dan Wilson, Julie. 2007. Tourism, Creativity, and Development, Routledge,

    Oxon

  • CONTOH TEMPLATE ARTIKEL