8. bab ii super revised

Upload: fajar-al-habibi

Post on 07-Jul-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 8. Bab II Super Revised

    1/9

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telur Aedes aegypti

    Vektor yang berperan dalam penularan demam berdarah dengue  adalah nyamuk famili

    Culicidae, subfamili Culicinae, genus  Aedes, spesies aegypti  dan albopictus  (Djakaria,

    2004. !yamuk  Aedes aegypti  mengalami metamorfosis sempurna, yaitu mengalami

     perubahan bentuk morfologi selama hidupnya dari stadium telur berubah menjadi stadium

    lar"a kemudian menjadi stadium pupa dan menjadi stadium de#asa (Depkes, 200$.

    Gam

    b ar 3.

    Daur %idup !yamuk Aedes aegypti. &umber' &igit dkk (200.

    ). *orfologi Telur 

    Telur Aedes aegypti berbeda dengan telur nyamuk pada umumnya. Telur Aedes aegypti

    tidak memiliki pelampung. +ada kedua ujung telur terdapat poros yang disebut dengan

    micropyles dan aeropyles (&uman dkk, 20)).

  • 8/18/2019 8. Bab II Super Revised

    2/9

    7

    Telur  Aedes aegypti  ber#arna hitam, berukuran -0 mikron, berbentuk elips

    menyerupai torpedo dengan titiktitik poligonal pada seluruh dinding selnya. Telur 

     Aedes aegypti diperkirakan memiliki berat 0,00)0 0,0)- mg dan panjang 0,/ mm

    (Astuti dkk ,2004.

    Telur  Aedes sp.  memiliki dua lapisan kulit, yaitu eksokorion dan endokorion.

    ksokorion merupakan struktur yang tetap, sedangkan endokorion lapisan yang sangat

    kuat untuk melindungi telur. Dalam #aktu )2 jam setelah peletakan telur, lapisan

    endokorion akan berubah dari lunak menjadi keras dan gelap serta kadang menjadi

    impermeable (1lements, )3

    Telur dari nyamuk  Aedes aegypti pada saat pertama kali diletakkan ber#arna putih,

    kemudian berubah menjadi gelap sampai hitam dalam #aktu )224 jam. +erubahan

    #arna pada telur terjadi karena adanya lapisan endokorion yang merupakan lapisan

     pelindung telur (1lements, )3.

    .Gambar 4. Scanning electron micrograph telur  Aedes aegypti.

    +otonganpotongan foto menunjukkan  Regio dorsal (a , ventral (b,  posterior (,

    ventral posterior (d, ventral anterior (e dan bagian luar dari chorionic cell  dengan

    central tubercle, micropylar apparatus dan  exochorionic network ( f, g dan h ).

    5eterangan huruf' A, anterior end 6 +, posterior end 6 711, outer chorionic cell 6 *+,micropylar apparatus, !, exochorionic network 6 *+1, micropylar corolla6  !",

  • 8/18/2019 8. Bab II Super Revised

    3/9

    8

    micropylar disc6 !!, micropylar pore6 *+8, micropylar ridge6 T1, central tubercle6

    T+, peripheral tubercle6 TT, tooth#like tubercle. &umber' &uman dkk  (20)).

    2. Tempat +erkembanganbiakan Telur 

    *enurut !usa dalam Depkes (200$, tempat perkembangbiakan telur nyamuk  Aedes

    aegypti dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu'

    a. Tempat penampungan air untuk keperluan seharihari, seperti drum, tangki reser"oir,

     bak mandi9 :1 dan ember.

     b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari, seperti minuman burung,

    "as bunga, barangbarang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lainnya.

    . Tempat penampungan air alamiah, seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung

    kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.

    3. Daya Tetas Telur 

    5emampuan menetas telur Aedes aegypti dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan

    seperti suhu, p%, intensitas ahaya, kandungan oksigen terlarut dan kelembaban.

    5isaran suhu optimum untuk perkembangan telur nyamuk adalah 2$320 1, sedangkan

     p% optimum yang dibutuhkan oleh telur nyamuk untuk perkembangannya /. +ada

     proses penetasan telur memerlukan oksigen terlarut sebesar $, mg9l dengan suhu

    media 2/0 1 (Depkes 8;, 200$.

    5ondisi media air yang tidak jernih juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

    daya tetas telur dan perkembangan lar"a dari telur yang telah menetas. &eperti kita

    ketahui bah#a telur Aedes aegypti umunya hanya dapat hidup pada tempattempat yang

     berisi air jernih yang disukai oleh nyamuk. Adanya senya#a toksik dan kondisi media

    air yang tidak sesuai tentunya juga berpengaruh dan mengganggu sistem fisiologis

    sehingga menyebabkan telur sulit menetas dan mengalami kematian (&alempang,

  • 8/18/2019 8. Bab II Super Revised

    4/9

    9

    2003. &ebuah penelitian menemukan bah#a air yang diberi penjernih air (ta#as

    membuat penetasan telur Aedes sp. menjadi terhambat (

  • 8/18/2019 8. Bab II Super Revised

    5/9

    10

    ). 5lasifikasi

    5lasifikasi legundi menurut &yamsuhidayat dan %utapea ()) adalah sebagai

     berikut.

    5ingdom ' !lantaeDi"isi ' Spermatophyta 

    &ubdi"isi ' Angiospermae

    5elas ' "icotyledonae

    7rdo ' Solanales 

    @amilia ' $erbenaceae 

    enus ' ' $itex 

    &peies ' $itex tri%olia =.

    2. *orfologi =egundi

    =egundi berupa pohon dengan ketinggian -/ meter dengan batangnya berkayu bulat,

    rantingnya berambut serta ber#arna putih kotor. *orfologi daun pohon legundi adalah

    majemuk, berseling berhadapan terdiri dari tiga anak daun, bulat telur, ujung dan

     pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip dan ber#arna hijau. *ahkota legundi

    memiliki iri berbentuk tabung, berbibir dua dan bergigi lima serta ber#arna biru

    ungu. Bumlah benang sari legundi adalah empat.

  • 8/18/2019 8. Bab II Super Revised

    6/9

    11

    3. +enyebaran =egundi

    =egundi tumbuh pada ketinggian ± )000 meter di atas permukaan laut. =egundi

    dapat ditemukan di hutan jati, hutan sekunder, semak belukar atau sebagai tanaman

     pagar (@itriani, 2004. &edangkan menurut anonimous (2004 legundi tumbuh dengan

     baik di daerah mediterania dan asia tengah.

    1. =egundi &ebagai 7"isida

  • 8/18/2019 8. Bab II Super Revised

    7/9

    12

    ). &ifat ;nsektisida =egundi

    *enururt &yamsuhidayat dan %utapea ()), daun legundi mengandung alkaloid,

     saponin, %lavonoid, poli%enol  dan minyak atsiri. Alkaloid  merupakan senya#a bioaktif 

    terpenting dari berbagai jenis raun dan pada kosentrasi tinggi bersifat depresan, serta

    mengakibatkan eksitasi, sehingga menyebabkan gangguan pada tubuh serangga.

    Saponin merupakan kelompok triterpenoid  yang termasuk dalam senya#a terpenoid .

    Akti"itas saponin ini, ternyata dapat mengikat sterol bebas dalam penernaan makanan,

    di mana sterol berperan sebagai prekusor hormon ecdyson, sehingga dengan menurunya

     jumlah sterol bebas akan mengganggu proses pergantian kulit (molting  pada serangga

    (Aminah dkk, 200).

    Saponin  memiliki aksi sebagai insektida dan lar"asida. &aponin dapat menurunkan

    tegangan permukaan selaput mukosa traktus digesti"us lar"a sehinga dinding traktus

    digetivus  lar"a menjadi korosif (Aminah dkk, 200). Saponin  yang terdapat dalam

    makanan yang dikonsumsi serangga dapat menurunkan akti"itas en>im penernaan dan

     penyerapan makanan (Dinata, 200.

     'lavonoid  merupakan senya#a kimia yang memiliki sifat insektisida. 'lavonoid  dapat

    menimbulkan kelayuan syaraf pada beberapa organ "ital serangga, seperti pernapasan.

    5erusakan organ "ital ini menyebabkan kematian pada serangga (Dinata, 200-.

    8obinson ()) menyatakan bah#a senya#a  poli%enol  bersifat raun bagi serangga.

     !oli%enol  bersifat korosif dan kaustik terhadap saluran penernaaan dan pada akhirnya

    mengakibatkan kematian pada serangga.

    astika (200$ menyimpulkan bah#a minyak atsiri daun $. tri%olia  berefek 

    sebagai lar"isida dan dapat menghambat perkembangan lar"a  Aedes aegypti. Daun

  • 8/18/2019 8. Bab II Super Revised

    8/9

    13

    legundi basah menghasilkan minyak atsiri dengan rendemen sebesar 0,02$ dengan

     berat jenis sebesar 0,/$ g9m=, sedangkan hasil isolasi daun legundi kering

    menghasilkan minyak atsiri dengan rendemen sebesar 0,0$4 dengan berat jenis

    sebesar 0,0 g9m= (+uspitasari, 200.

    2. 7"isida

  • 8/18/2019 8. Bab II Super Revised

    9/9

    14

    kstrak Daun legundi mengandung >at yang bersifat ju"enil hormon yang mampu

    mempengaruhi titer ju"enil hormon dalam tubuh Aedes aegypti sehingga menyebabkan

    #aktu perkembangan yang abnormal (Andesfha, 2004 sehinnga dapat pula

    mempengaruhi penetasan telur  Aedes aegypti. &elain itu, pengaruh terhadap

    kemampuan menetas telur diduga terjadi karena kandungan senya#a metabolit

    sekunder yang bersifat toksik berperan sebagai ecdyson blocker  atau >at yang dapat

    menghambat kerja hormon ecdyson (hormon yang berfungsi dalam metabolisme

    serangga, sehinnga serangga akan terganggu dalam proses perubahan telur menjadi

    lar"a (5ardinan dan Dhalimi, 2003.

    *enurut Clfah dkk. (200, +enghambatan penetasan telur juga diduga terjadi karena

     sitronela, senya#a yang terkandung dalam minyak atsiri, dapat merubah struktur 

    dinding sel dari telur yang tersusun oleh lapisan lilin dan lipid. Akibat dari perubahan

    struktur lapisan dinding telur terjadi perubahan permeabilitas dinding sel yang

    mengakibatkan airan sel keluar tak terkendali. Bika airan sel keluar terus menerus

    maka telur akan kekurangan airan sehingga telur menjadi tidak berkembang

    dengan baik sehingga menghambat penetasan telur tersebut bahkan dapat

    menyebabkan telur tidak menetas, karena dalam perkembangannya telur 

    memerlukan airan sel yang berisi nutrisi untuk perkembangan.