47077948 pathophysiology of chf secondary to rhd (autosaved)
DESCRIPTION
patoTRANSCRIPT
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
1/89
Etiology: Precipitating factors:GABHS ages 5-16
MalnutritionHistory of rheumatic fever,URI, smokingcrowded living conditionsuppressed immune system
Weather, climate (cool damp water)
Presence of streptococcus
Streptococcal infection invades upper respiratory tract
Invasion and multiplication of GABHS in pharynx
Penetrates vessels and enter circulation
Infects the heartResults to URI and triggers inflammatory
Infects and damages the pericardial tissues response leading to fever, chills, malaise,
CoughInflammatory response
Friction of pericardial layers chest pain
Leakage of fluids and proteins
Extracellular heart edema
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
2/89
Phagocytosis
Fibrosis and scaring
Restricts heart contraction
Survived pathogens further invades andtransverses endocardium and myocardium
Inflammation of the endocardium myocarditis
Infects the heart valves
(Bicuspid, tricuspid) heart contraction deposition of
Granular fibrinoidmaterial
Altered valve functions myocardial hypertrophyheart O2 demand Aschoff bodies
Regurgitation (valve leakage) cardiomegaly
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
3/89
cardiac output and Contractility of the heartSystematic BP valvular stenosis
Tissue perfusion
Activation of the SNS valvular regurgitationTissue hypoxia
Tachypnea DOB
cardiac workloadSystemic arteriolar vasoconstriction myocardial workload
Right sided heart failure
renalperfusion constriction of peripheral bloodvessels stroke volume
kidneys release renin ejection fractionO2 supply in peripheries tissueperfusion
End diastolic preload
Rennin converts angiotensin1 to 11 Pale skin and cold to touch hypoperfussion toRVED pressure peripheral blood vessels
Stimulates adrenal cortex
Vasoconstriction Blood goes backward to
Release of aldosterone pulmonary circulation pallor,cyanosis on nailBP beds, palms, soles,
Enhance Na and water retention palpebral conjunctiva,By renal tubules buccal mucosa
Cold extremities
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
4/89
Fluids move fromheart rate pulmonary vasculature
oliguria to alveoli and interstitial irritation of alveolar andafterload spaces bronchial mucosa
Stress on ventricular wall fluid reaches bronchioles mucosal production ofAnd pleural space the goblet cells
cardiac workloadCough reflex to remove
Ventricular hypertrophy obstruction
Crackles with cough Air flows through productive cough
Narrowed airway
Anaerobic oxygen saturation gas exchangeMetabolic CO2 saturation
pathway
ATP production lactic acid
Muscle painEasy fatigueability,
Weakness, activityIntolerance
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
5/89
Ambroxol adalah agen sekretolitik digunakan dalam pengobatan penyakit pernapasan yang terkait dengan lendir kental atau berlebihan. Ini
adalah bahan aktif dari Mucosolvan, Lasolvan atau Mucoangin. Zat ini adalah obat mucoactive dengan beberapa properti termasuk tindakan
sekretolitik dan secretomotoric yang memulihkan mekanisme fisiologis clearance saluran pernapasan yang memainkan peran penting dalam
mekanisme alami tubuh pertahanan. Ini merangsang sintesis dan pelepasan surfaktan oleh pneumocytes tipe II. Surfaktan bertindak sebagai
faktor anti-lem dengan mengurangi adhesi lendir ke dinding bronkial, dalam meningkatkan transportasi dan dalam memberikan
perlindungan terhadap infeksi dan agen menjengkelkan.
Ambroxol diindikasikan sebagai "terapi sekretolitik pada penyakit bronkopulmonalis berhubungan dengan sekresi lendir lendir abnormal
dan transportasi terganggu. Hal mempromosikan clearance lendir, dahak memfasilitasi dan memudahkan batuk produktif, yang
memungkinkan pasien untuk bernapas secara bebas dan mendalam [2]. Ada berbagai formulasi dikembangkan sejak izin edar pertama pada
tahun 1978. Sebuah produk utama adalah sirup dengan dua konsentrasi substansi, 30 mg / ml dan 15 mg / ml, yang dapat diberikan pada
orang dewasa dan anak-anak dari usia 1 tahun pada dan bahkan dari bayi dalam konsentrasi yang terakhir. formulasi lainnya adalah tablet
mengandung 30 mg atau 60 mg, dan pastiles yang akan tersedot dengan 15 ambroxol mg. Ada juga bentuk rilis yang berkelanjutan dengan75 mg untuk diberikan sekali sehari. Ambroxol juga tersedia sebagai sachet bubuk kering, solusi inhalasi, tetes dan ampul serta tablet
effervescent.
Ambroxol juga memberikan bantuan rasa sakit pada sakit tenggorokan akut. Nyeri pada sakit tenggorokan adalah ciri khas faringitis
akut. Sakit tenggorokan biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi ini terbatas diri dan pasien pulih normal setelah beberapa hari. Apa
yang paling mengganggu bagi penderita adalah rasa sakit terus menerus di tenggorokan dimaksimalkan ketika pasien menelan. Tujuan
utama pengobatan demikian untuk mengurangi rasa sakit. Properti utama Ambroxol untuk mengobati sakit tenggorokan adalah efek bius
lokal, dijelaskan pertama di akhir 1970-an, namun dijelaskan dan dikonfirmasi dalam pekerjaan yang lebih baru.
Ambroxol adalah inhibitor yang sangat ampuh dari saluran Na neuronal. Properti ini menyebabkan perkembangan permen mengandung 20
mg ambroxol. Banyak studi klinis state-of-the-art telah menunjukkan keampuhan Ambroxol dalam mengurangi nyeri pada sakit
tenggorokan akut, dengan onset cepat aksi dan durasi yang panjang akibat minimal 3 jam. sifat anti-inflamasi tambahan Ambroxol memiliki
relevansi klinis sejak mengarah pengobatan untuk pengurangan ditandai dari kemerahan dari sakit tenggorokan pasi
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
6/89
AMBROXOL 30 mg
Komposisi :
Ambril* tablet Tiap tablet mengandung Ambroxol HCI 30 mg
Ambril* sirupSatu sendok takaran (5 ml) mengandung Ambroxol HCI 15
mg
Karakteristik :
Ambril mengandung ambroxol, yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran
pernafasan dan mengurangi staknasi cairan sekresi. Pengeluaran lendir dipermudah sehingga melegakan pernafasan. Sekresi lendir menjadi
normal kembali selama pengobatan dengan Ambril. Baik batuk maupun volume dahak dapat berkurang secara bermakna. Dengan demikian
cairan sekresi yang berupa selaput pada permukaan mukosa saluran pernafasan dapat melaksanakan fungsi proteksi secara normal kembali.
Penggunaan jangka panjang dimungkinkan karena preparat ini mempunyai toleransi yang baik.
Indikasi :
Gangguan saluran pernafasan sehubungan dengan sekresi bronkial yang abnormal baik akut maupun kronis, khususnya pada keadaan-
keadaan eksaserbasi dari penyakit-penyakit bronkitis kronis, bronkitis asmatis, asma bronkial.
Takaran pemakaian :
Bila tidak dianjurkan lain oleh dokter, anjuran pemakaian untuk anak berdasarkan jumlah dosis perhari yaitu 1,2 - 1,6 mg Ambroxol HCI
per kg berat badan.
Tablet :
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
7/89
Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun tablet 3 kali sehari.
Anak-anak antara 5-12 tahun 1/2 tablet 3 kali sehari.
pada pemakaian jangka panjang dosis pemberian sebaiknya dikurangi menjadi 2 kali sehari.Tablet sebaiknya ditelan sesudah makan
bersama sedikit air.
Sirup :
Anak-anaks/d 2 tahun 2,5 ml (V; sendok takaran), 2 kali sehari
Anak-anak2-5 tahun 2,5 ml (V2 sendok takaran), 3 kali sehari.
Anak-anakdi atas 5 tahun 5ml{ 1 sendok takaran), 2- 3 kali sehari.
Dewasa 10 ml (2 sendok takaran), 3 kali sehari.
Takaran pemakaian di atas cocok untuk pengobatan gangguan saluran pernafasan akut dan untuk pengobatan awal pada keadaan kronis
sampai
14 hari. Pada pemakaian lebih lama takaran pemakaian bisa diturunkan menjadi separuhnya. Sirup sebaiknya diminum sesudah makan.
Peringatan dan perhatian :
Pada studi preklinis tidak menunjukkan adanya efek yang mengkhawatirkan, akan tetapi keamanan pemakaian pada wanita hamil/menyusui
belum diketahui dengan pasti. Meskipun demikian, seperti halnya dengan penggunaan obat-obat lain, pemakaian pada kehamilan trimester I
harus hati-hati
Efek samping :
Ambril umumnya mempunyai toleransi yang baik. Efek samping ringan pada saluran pencernaan pernah dilaporkan walaupun jarang.
Reaksi alergi jarang terjadi, beberapa pasien yang alergi tersebut juga menunjukkan reaksi alergi terhadap preparat lain.
Kontraindikasi :
Tidak diketahui adanya kontraindikasi.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
8/89
Kemasan :
Tablet : Kotak berisi lOx lOtabletdalamblister Sirup : Botol 100ml.MUCOS (Ambroxol HCl) berkhasiat sebagai mukolitik dan sekretolitik. Memperlancar pengeluaran sekresi yang kental dan lengket di dalam saluranpernafasan dan mengurangi stagnasi lendir.Pengeluaran lendir dipermudah, sehingga melegakan pernafasan. Selama pengobatan dengan MUCOS sekresi lendir menjadi normal, demikian juga
batuk dan volume dahak berkurang. Dengan demikian, sekresi yang berupa selaput pada permukaan mukosa pernafasan akan berfungsi sebagai protektifsecara normal.
:: Indikasi ::
Penyakit-penyakit saluran pernafasan akut dan kronis yang disertai bronkial yang abnormal seperti pada eksaserbasi dari bronkitis kronis, bronkitis asmatik,asma bronkial.
:: Kontraindikasi ::
Hipersensitif terhadap ambroxol.
:: Efek Samping ::MUCOS pada umumnya ditoleransi dengan baik.Kadang-kadang timbul efek samping pada saluran pencernaan makanan yang ringan dan adanya reaksi alergi.
:: Peringatan Dan Perhatian ::
Pemberian MUCOS selama triwulan pertama kehamilan tidak dianjurkan. Keamanan penggunaan MUCOS selama menyusui masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
:: Interaksi Obat ::
MUCOS memungkinkan untuk dikombinasi dengan obat-obat lainnya. Terutama dengan obat-obat standar yang digunakan untuk pengobatan sindrombronkitis (seperti kardioglikosida, kortikosteroid, bronkospasmolitik, diuretik dan anbiotik).
:: Dosis Dan Cara Penggunaan ::
MUCOS tablet dan sirupMUCOS tablet harus ditelan dengan air sesudah makan.- Dewasa dan anak-anak > 12 tahun: Sehari 3 kali 1 tablet atau sehari 3 kali 10 ml.
- Anak-anak 5-12 tahun: Sehari 2-3 kali tablet atau sehari 2-3 kali 5 ml.- Anak-anak 2-5 tahun: Sehari 3 kali 2,5 ml.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
9/89
- Anak-anak < 2 tahun: Sehari 2 kali 2,5 ml.Pada terapi jangka panjang, dosis dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari.
MUCOS drop- Anak-anak 2-4 tahun: Sehari 2 kali 1,5 ml.- Anak-anak 1-2 tahun: Sehari 2 kali 1 ml.- Anak-anak < 1 tahun: Sehari 2 kali 0,5 ml.
:: Kemasan ::
MUCOS tabletDus, 10 strip @ 10 tabletNo. Reg.: DKL 9615610010 A1
MUCOS drop Dus, botol 20 mlNo. Reg.: DKL 9815612536 A1
MUCOS sirupDus, botol 60 mlNo. Reg.: DKL 9815612937 A1
:: Cara Penyimpanan ::
Simpan pada suhu kamar (25-30)oC, kering dan terlindung dari cahaya
Pemilihan Obat Batuk Mukolitik dan Ekspektoran Pada penderita Alergi dan Asma
Pemberian obat alergi untuk penderita alergi bukan jalan keluar utama yang terbaik. Pemberian obat jangka panjang adalah bentuk kegagalan
mengidentifikasi dan menghindari penyebab.
Ekspektoran meningkatkan pembersihan mukus dari saluran bronkus. Satu-satunya preparat yang paling efektif adalah air, terutama pada pasien
dehidrasi. Karena itu anjurkan pasien asma untuk minum sebanyak mungkin karena hal ini akan mencegah pengeringan mukus. Pada asma berat,
setelah terapi inhalasi dengan bronkodilator dapat dilanjutkan dengan cairan NaCl 0,9% memakai nebulizer selama 20-30 menit, 3-4 kali sehari.
Manfaat obat ekspektoran dan mukolitik tergantung dari masukan air yang adekuat. Obat yang terdapat di pasaran pada saat ini misalnya gliseril
guaiakolat, iodida, asetilsistein, bromheksin, dan ambroksol.
EkspektoranEkspektoran adalah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernafasan. Ekspektoran bekerja dengan cara
merangsang selaput lendir lambung dan selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran lendir saluran nafas sehingga menurunkan tingkat kekentalan
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
10/89
dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat ini juga merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak. Yang termasuk ke dalam
golongan obat ini adalah Glyceril Guaiacolate, Ammonium Klorida, Succus liquiritae dan lain-lain.
MukolitikMukolitik adalah obat batuk berdahak yang bekerja dengan cara membuat hancur bentuk dahak sehingga dahak tidak lagi memiliki sifat-
sifat alaminya. Mukolitik bekerja dengan cara menghancurkan benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari dahak. Sebagai hasil akhir,
dahak tidak lagi bersifat kental dan dengan begitu tidak dapat bertahan di tenggorokan lagi seperti sebelumnya. Membuat saluran nafas bebas dari
dahak.
Ambroxol
Ambroxol, yang berefek mukokinetik dan sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran pernafasan dan
mengurangi staknasi cairan sekresi. Pengeluaran lendir dipermudah sehingga melegakan pernafasan. Sekresi lendir menjadi normal kembali
selama pengobatan dengan Ambril. Baik batuk maupun volume dahak dapat berkurang secara bermakna. Dengan demikian cairan sekresi yang
berupa selaput pada permukaan mukosa saluran pernafasan dapat melaksanakan fungsi proteksi secara normal kembali. Penggunaan jangka
panjang dimungkinkan karena preparat ini mempunyai toleransi yang baik.
Indikasi : Gangguan saluran pernafasan sehubungan dengan sekresi bronkial yang abnormal
baik akut maupun kronis, khususnya pada keadaan-keadaan eksaserbasi dari penyakit-
penyakit bronkitis kronis, bronkitis asmatis, asma bronkial.
Dosis pemakaian: Bila tidak dianjurkan lain oleh dokter,
anjuran pemakaian untuk anak berdasarkan jumlah dosis perhari yaitu 1,2 1,6 mg Ambroxol HCI per
kg berat badan.
Tablet :
Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun tablet 3 kali sehari.
Anak-anak antara 5-12 tahun 1/2 tablet 3 kali sehari.
pada pemakaian jangka panjang dosis pemberian sebaiknya dikurangi menjadi 2 kali sehari.Tablet sebaiknya
ditelan sesudah makan bersama sedikit air.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
11/89
Sirup :
Anak-anaks/d 2 tahun 2,5 ml (V; sendok takaran), 2 kali sehari
Anak-anak2-5 tahun 2,5 ml (V2 sendok takaran), 3 kali sehari.
Anak-anakdi atas 5 tahun 5ml{ 1 sendok takaran), 2- 3 kali sehari.
Dewasa 10 ml (2 sendok takaran), 3 kali sehari.
Takaran pemakaian di atas cocok untuk pengobatan gangguan saluran pernafasan akut dan
untuk pengobatan awal pada keadaan kronis sampai 14 hari. Pada pemakaian lebih lama
takaran pemakaian bisa diturunkan menjadi separuhnya. Sirup sebaiknya diminum sesudah makan.
Interaksi Obat Penggunaan Ambroxol dapat meningkatkan kerja atau efektivitas dari antibiotik karena da
pat dikatakan jika mukus semakin cepat dan mudah untuk dikeluarkan,maka bakteri atau virus
penyebab penyakit yang terjerat pada mukus juga akandikeluarkan
Pada studi preklinis tidak menunjukkan adanya efek yang mengkhawatirkan,
akan tetapi keamanan pemakaian pada wanita hamil/menyusui belum diketahui dengan pasti.
Meskipun demikian, seperti halnya dengan penggunaan obat-obat lain,
pemakaian pada kehamilan trimester I harus hati-hati.
Efek samping :
Ambrixol umumnya mempunyai toleransi yang baik.
Efek samping ringan pada saluran pencernaan pernah dilaporkan walaupun jarang.
Reaksi alergi jarang terjadi, beberapa pasien yang
alergi tersebut juga menunjukkan reaksi alergi terhadap preparat lain.
Kontraindikasi : Tidak diketahui adanya kontraindikasi.
BROMHEKSIN
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
12/89
Sediaan : Tablet, sirup.
Manfaat obat Mukolitik dan ekspektoran.
Mekanisme kerja Pengurangan viskositas dahak. Stimulasi pada sekresi, gerakan siliar, pembentuk surfaktan.
Perbaikan penangkal imunologis setempat.
Indikasi Sekretolitik pada infeksi jalan pernapasan yang akut dan kronis serta pada penyakit paru dengan pembentukan mucus berlebih.
Kontraindikasi Hipersensitivitas, wanita hamil, menyusui,
Efek samping Reaksi alergi, gangguaan gastrointestinal ringan.
Interaksi obat Hati-hati penggunaan dengan obat lain.
Dosis Dewasa: 3x 8mg/hari.
Erdosteine (Edotin)
Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin
Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.
Asetilsistein (Fluimucil)
Digunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan parasetamol
Efek samping: bronkospasme, gangguan saluran cerna
Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak.
Bromheksin (Bisolvon)
Digunakan sebagai mukolitik
Efek samping: diare, mual, muntah.
Juga memiliki efek antioksidan
OBAT BATUK EKSPEKTORAN
Guaifenesin/gliseril guaiakolat/GG
Digunakan sebagai ekspektoran pd batuk berdahak, mekanisme kerjanya dg cara meningkatkan volume dan menurunkan viskositas dahak di trakea dan
bronki, kemudian merangsang pengeluaran dahak menuju faring.Efek samping: mual, muntah, batu ginjal.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
13/89
Agonis 2
Salbutamol (Ventolin, Asmacare)
Digunakan sebagai pilihan pertama obat asma.
Efek samping: tremor, sakit kepala, kram otot, mulut kering, serta aritmia.
Biasanya diberikan dalam bentuk MDI (metered dose inhaler), atau nebulizer supaya efeknya lebih cepat. Dapat pula diberikan per oral dan juga intra
vena.
Fenoterol (Berotec)
Efek samping meliputi tremor ringan pada otot rangka, palpitasi, takikardi, sakit kepala, batuk, berkeringat.
Diberikan dalam bentuk MDI atau juga cairan untuk inhalasi (dihirup lewat nebulizer).
Terbutaline (Bricasma)
Efek samping hampir sama dg efek samping fenoterol.
Dapat diberikan dalam bentuk tablet, infus, respule, atau juga turbuhaler.
Orciprenaline/metaproterenol (Alupent)
Efek samping: palpitasi, tremor di jari.
Dapat diberikan dalam bentuk tablet, dan MDI.
Salmeterol (Seretide, kombinasi salmeterol dg fluticasone)
Tergolong LABA (long acting beta adrenoceptor agonist)
Waktu kerja lebih lama (12 jam) daripada salbutamol (4-6 jam)
Hanya digunakan utk kasus severe persistent asthma yg sebelumnya pernah diterapi dg salbutamol.
Biasanya salmeterol dikombinasikan dg kortikosteroid.
Formoterol (Symbicort, suatu kombinasi budesonide (golongan kortikosteroid) dg formoterol)
Tergolong LABA (long acting beta adrenoceptor agonist)
Lebih cepat mula kerjanya dan lebih manjur dibanding salmeterol
Antikolinergik
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
14/89
Ipatropium bromida (Atrovent)
Mekanisme kerja: menghambat mAChR (reseptor asetilkolin muskarinik), shg terjadi bronkodilasi.
Efek samping: mengantuk, mulut kering.
Biasanya diberikan dalam bentuk MDI, atau juga larutan inhalasi (hirup) utk nebulizer.
Tiotropium bromida (Spiriva)
Digunakan untuk terapi pemeliharaan (maintenance) pasien dg penyakit paru obstruktif kronik.
Mekanisme kerja sama dg ipatropium bromida, juga memiliki efek samping yang sama.
Glukokortikoid
Budesonide (Pulmicort)
Tidak digunakan pada pasien dg TBC
Efek samping: candidiasis (tumbuhnya jamur candida) di mulut/tenggorokan, perubahan sensasi indra pembau dan pengecap.
Tidak seperti steroid lainnya, budesonide memiliki efek sedikit pada poros hipotalamik-pituitari-adrenal, hal ini menyebabkan budesonide tidak begitu
memerlukan tapering off (dikurangi perlahan) dosisnya sebelum dihentikan.
Deksametason
Kontraindikasi: infeksi parah, ulkus gastrointestinal, osteoporosis, sistemik TBC.
Efek samping: gastritis, osteoporosis
Tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi
Metilprednisolon
Prednison
Antagonis Leukotriene
Nama lain Leukast
Mekanisme kerja: menghambat leukotriene, yg merupakan senyawa yg diproduksi sistem kekebalan tubuh. Leukotriene menyebabkan inflamasi pada
asma dan bronkitis, serta mengecilkan jalan pernafasan.
Antagonis leukotriene kurang efektif dibandingkan kortikosteroid dlm menangani asma, shg kurang disukai.
Zafirlukast (Accolate
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
15/89
Tersedia dalam bentuk tablet Zileuton
Montelukast
ANTIHISTAMIN
Antihistamin adalah obat dengan efek antagonis terhadap histamin. Di pasaran banyak dijumpai berbagai jenis antihistamin dengan berbagai macam
indikasinya. Antihistamin terutama dipergunakan untuk terapi simtomatik terhadap reaksi alergi atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin
berlebih. Penggunaan antihistamin secara rasional perlu dipelajari untuk lebih menjelaskan perannya dalam terapi karena pada saat ini banyak
antihistamin generasi baru yang diajukan sebagai obat yang banyak menjanjikan keuntungan.
Pada garis besarnya antihistamin dibagi dalam 2 golongan besar, yang menghambat reseptor H1 dan yang menghambat reseptor H2. Yang lazim disebut
antihistamin adalah antagonis reseptor histamin H1 (AH1). Semua kelas antihistamin H1 struktur kimianya menyerupai histamin. Antihistamin H1
dikelompokkan dalam AH1 tradisional atau konvensional (generasi I), dan AH1 non-sedatif (generasi I). Mereka dibagi dalam beberapa subkelas.
Eti lendiaminAntazolin, tripelanamin, pirilamin.
EtanolaminKarbinoksamin, difenhidramin, doksilamin.
Alki laminKlorfeniramin, deksklorfeniramin, dimetinden, feniramin.
PiperazinSetirizin, homoklorsiklizin, hidroksizin, oksatomid.
PiperidinSiproheptadin.
FenotiasinPrometasin.
Lain-LainAkrivastin, astemizol, azatadin, klemastin, levokobastin, loratadin, mebhidrolin, terfenadin, ketotifen.
Yang termasuk golongan antihistamin generasi baru adalah setirizin, akrivastin, astemizol, levokobastin, loratadin, dan terfenadin.
Farmakokinetik Absorbsi AH1 berjalan sangat cepat setelah pemberian secara oral menyebabkan efek sistemik dalam waktu kurang dari 30 menit.
Hepar merupakan tempat metabolisme utama (70-90%), dengan sedikit obat yang diekskresi dalam urin dalam bentuk yang tidak berubah.
Mekanisme kerjaAntihistamin bekerja dengan cara kompetisi dengan histamin untuk suatu reseptor yang spesifik pada permukaan sel. Hampir
semua AH1 mempunyai kemampuan yang sama dalam memblok histamin. Pemilihan antihistamin terutama adalah berkenaan dengan efek sampingnya.
Antihistamin juga lebih baik sebagai pengobatan profilaksis daripada untuk mengatasi serangan. Mula kerja AH1 nonsedatif relatif lebih lambat;
afinitas terhadap reseptor AH1 lebih kuat dan masa kerjanya lebih lama. Astemizol, loratadin dan setirizin merupakan preparat dengan masa kerja lama
sehingga cukup diberi 1 kali sehari. Beberapa jenis AH1 golongan baru dan ketotifen dapat menstabilkan sel mast sehingga dapat mencegah pelepasan
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
16/89
histamin dan mediator kimia lainnya; juga ada yang menunjukkan penghambatan terhadap ekspresi molekul adhesi (ICAM-1) dan penghambatan adhesi
antara eosinofil dan neutrofil pada sel endotel. Oleh karena dapat mencegah pelepasan mediator kimia dari sel mast, maka ketotifen dan beberapa jenis
AH1 generasi baru dapat digunakan sebagai terapi profilaksis yang lebih kuat untuk reaksi alergi yang bersifat kronik.
Penggunaan klinis Antihistamin adalah obat yang paling banyak dipakai sebagai terapi simtomatik untuk reaksi alergi yang terjadi. Semua jenis
antihistamin sangat mirip aktivitas farmakologinya. Pemilihan antihistamin terutama terhadap efek sampingnya dan bersifat individual. Pada seorang
pasien yang memberikan hasil kurang memuaskan dengan satu jenis antihistamin dapat ditukar dengan jenis lain, terutama dari subkelas yang berbeda
Efek yang tidak diinginkan
Mengantuk Antihistamin termasuk dalam golongan obat yang sangat aman pemakaiannya. Efek samping yang sering terjadi adalah rasa mengantuk
dan gangguan kesadaran yang ringan (somnolen).
Efek antikol in ergikPada pasien yang sensitif atau kalau diberikan dalam dosis besar. Eksitasi, kegelisahan, mulut kering, palpitasi dan retensi urin
dapat terjadi. Pada pasien dengan gangguan saraf pusat dapat terjadi kejang.
DiskrasiaMeskipun efek samping ini jarang, tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan diskrasia darah, panas dan neuropati.
Sensit isasiPada pemakaian topikal sensitisasi dapat terjadi dan menimbulkan urtikaria, eksim dan petekie.
OBAT ADRENERGIK
Obat ini disebut juga golongan simpatomimetik amin. Efeknya paling sedikit melalui 2 sistem yang berbeda. Reseptor adrenergik berperan
dalam konstriksi otot polos arteri, vena, bronkus, sfingter kandung kencing serta relaksasi otot usus halus. Reseptor adrenergik berperan
sebaliknya dalam relasaksi otot polos bronkus, uterus, dan pembuluh darah. Konsep adrenergik telah membedakan agonis 1 yang
menimbulkan lipolisis dan stimulasi jantung serta agonis 2 yang berperan pada bronkodilatasi, vasodilatasi, inhibisi pelepasan histamin, tremor
otot rangka.
Agonis Adrenergik Obat ini terutama dipakai sebagai dekongestan hidung karena efek vasokonstriksinya pada arteriol mukosa hidung yang
melebar sehinga memperbaiki ventilasi nasal dan jalan sinus. Dekongestan hidung hanya memperbaiki gejala sementara pada rinitis alergik, vasomotor
atau infeksi. Efeknya dapat membantu kerja antibiotik pada otitis media. Indikasi lain adalah pada otitis media serosa untuk menghilangkan obstruksi
pada ostia tuba Eustachii. Pada waktu akut diberikan dalam bentuk dekongestan topikal (uap, semprotan, atau tetes); lebih efektif darpada preparat oral.
Diberikan tidak lebih dari lima hari. Pada keadaan yang kronis diberikan preparat oral, karena pemberian topikal lebih dari lima hari sel menimbulkan
efek kebalikan.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
17/89
Agonis Adrenergik Banyak dipakai pada pengobatan asma karena kemampuannya menimbulkan bronkodilatasi melalui reseptor beta adrenergik
di paru.Mengaktifkan kompleks reseptor -adenil siklase yang mengkatalisasi produksi adenosine monofosfat (AMP) dari adenosine trifosfat (ATP),
hingga mengakibatkan peningkatan kadar cAMP dalam sel yang menyebabkan relaksasi otot polos bronkus. Efek ini menyebabkan stabilisasi sel mast
sehingga dapat mencegah pelepasan mediator kimia. Katekolamin seperti epinefrin, selproterenol dan isoetarin tidak efektif diberikan peroral oleh
karena perusakan yang sangat cepat di saluran cerna. Nonkatekolamin sebaliknya dari katekolamin, jenis ini efektif bila diberikan peroral dan dapat
bekerja lebih lama oleh karena lebih tahan terhadap enzim yang ada di saluran cerna. Contohnya metaproterenol, terbutalin, fenoterol. Efek yang
t idak di inginkanObat agonis sel menimbulkan takikardia, palpitasi, gelisah, tremor, nausea. dan muntah; kadang pusing, lemas, keringat dingin,
dan sakit prekordial. Jangan dipakai berlebihan terutama dalam bentuk inhalasi. Hindari pemakaian adrenergik nonselektif pada pasien dengan
hipertensi, tirotoksikosis, dan penyakit jantung. Dalam hal tersebut pakailah agonis selektif 2 dan lebih baik lagi secara inhalasi. Agonis adrenergik 2
secara inhalasi dapat menimbulkan efek samping yang kurang dibandingkan dengan pemakaian sistemik yang sering menimbulkan tremor dan palpitasi.
Untuk mengatasi serangan asma akut dan mencegah exercise induced asthma.
METILXANTIN
Teofilin merupakan salah satu obat utama untuk pengobatan asma akut maupun kronik. Bekerja dengan menghalangi kerja enzim fosfodiesterase
sehingga menghindari perusakan cAMP dalam sel, antagonis adenosin, stimulasi pelepasan katekolamin dari medula adrenal, mengurang; konsentrasi
Ca bebas di otot polos, menghalangi pembentukan prostaglandin, dan memperbaiki kontraktilitas diafragma. Preparat cair diserap kurang
lebih l/2sampai 1 jam, tablet yang tak berlapis 2 jam, dan preparat lepas lambat 4 sampai 6 jam.Teofilin dieliminasi dalam hati dan disekresi dalam urin.
Terdapat variasi individual dalam eliminasi teofilin. Harus diperhatikan umur dan gemuknya seseorang.
Dosis oral. Oleh karena terdapat variasi antara setiap individu maka dosis harus disesuaikan dengan melihat perbaikan klinis, efek samping, dan kadar
pemeliharaan dalam darah antara 10-20 g/ml. Dosis permulaan yang umum antara 10-16 mg/kgBB/hari, bilamana dosis akan ditingkatkan maka perlu
monitorkadar teofilin dalam plasma. Untuk preparat lepas lambat dosis seharinya lebih rendah dari preparat biasa Bila tampak tanda intoksikasi maka
dosis harus segera diturunkan.
Dosis intravena. Tujuan utama pemberian teofilin intravena adalah untuk secara cepat mendapatkan kadar dalam plasma antara 10-20 sel/ml. Bila
pasien belum mendapat teofilin sebelumnya, diberikan loading dose 6 mg/kgBB selama 20-30 menit melaui infus, selanjutnya diteruskan dengan dosis
pemeliharaan.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
18/89
Terdapat beberapa jenis preparat teofilin, yaitu dalam bentuk sirop yang bekerja cepat, tablet, kapsul, tablet lepas lambat, dan kombinasi teofilin dengan
obat lainnya. Dalam memilih preparat yang akan dipakai, pertimbangkan hal seperti berikut. Adanya alkohol dalam sirop dapat mengakibatkan efek
samping bila dipakai terus-menerus, jadi preparat ini sebaiknya hanya dipakai sebagai terapi permulaan untuk mengatasi keadaan akut. Hindari
kombinasi teofilin dengan obat lain dalam satu preparat karena preparat jenis ini sering terjadi efek samping. Preparat lepas lambat sangat berguna
untuk pengobatan asma kronik sebab dapat diberikan dosis dua kali sehari sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.
Reaksi yang merugikan mulai timbul bila dosis teofilin dalam darah telah melebihi 15 g/ml. Efek samping yang sering terjadi adalah muntah dan
gangguan saraf pusat.
NATRIUM KROMOLAT
Obat ini mampu menghambat pelepasan mediator dari sel mast dan basofil sehingga alergen yang masuk ke dalam badan tidak lagi menimbulkan reaksi
alergi. Diperlukan waktu 2-3 bulan untuk evaluasi efek natrium kromolat. Telah dilaporkan bahwa pada waktu penghirupan obat ini dapat terjadi
bronkokonstriksi, oleh karena itu dianjurkan untuk memakai inhalasi 2 terlebih dahulu sebelum penggunaan obat ini.
Indikasi adalah untuk asma, rinitis alergik, konjungtivitis alergik, alergi makanan, ulserasi mukosa (protokolitis, sariawan). Untuk rinitis alergik
diberikan dalam bentuk tetes hidung, untuk konyungtivitis alergik dalam bentuk tetes mata, dan untuk alergi makanan diberikan peroral 30 menit
sebelum makan.
OBAT ANTIKOLINERGIK
Asetilkolin berperan dalam bronkospasme. Atropin sulfat, beladona, dan skopolamin efektif untuk mencegah bronkospame oleh metakolin, tetapi tidak
untuk bronkospasme oleh histamin.
Pada mulanya pemakaian aerosol atropin sangat terbatas oleh karena efek samping seperti peninggian viskositas dan menurunnya jumlah sputum,
orofaring jadi kering, denyut jantung meningkat, sedasi, dan gangguan visus. Tetapi dengan preparat baru (ipratropium bromide) yang dapat
mengurangi efek samping tersebut maka obat ini mulai banyak lagi dipakai, terutama untuk orang dewasa yang menderita asma intrinsik atau asma
bronkitis yang bronkospasmenya dipengaruhi oleh asetilkolin.
KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid dikenal mempunyai efek yang kuat sebagai anti-inflamasi pada penyakit artritis reumatoid, asma berat, asma kronik, penyakit inflamasi
kronik dan berbagai kelainan imunologik. Oleh karena efek anti inflamasi dan sebagai immunoregulator, kortikosteroid memegang peranan penting
pada pengobatan medikamentosa penyakit alergi baik yang akut maupun kronik. Tetapi di samping manfaatnya, karena efek sampingnya yang banyak
juga menyebabkan penggunaan kortikosteroid ini harus tepat guna dan tepat cara.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
19/89
Kortikosteroid alamiah dan buatan secara garis besar terbagi dalam mineralokortikoid dan glukokortikoid. Walaupun pada saat ini pada preparat yang
baru semakin diusahakan untuk hanya mempunyai efek glukokortikoid, tetap masih mempunyai efek minerelokortikoid walaupun sedikit.
Walaupun tampaknya ada bermacam efek pada fungsi fisiologik, kortikosteroid tampaknya mempengaruhi produksi protein tertentu dari sel. Molekul
steroid memasuki sel dan berikatan dengan protein spesifik dalam sitoplasma. Kompleks yang terjadi dibawa ke dalam nukleus, lalu menimbulkan
terbentuknya mRNA yang kemudian dikembalikan ke dalam sitoplasma untuk membantu pembentukan protein baru, terutama enzim, sehingga melalui
jalan ini kortikosteroid dapat mempengaruhi berbagai proses. Kortikosteroid juga mempunyai efek terhadap eosinofil, mengurangi jumlah dan
menghalangi terhadap stimulus. Pada pemakaian topikal juga dapat mengurangi jumlah sel mast di mukosa. Kortikosteroid juga bekerja sinergistik
dengan agonis 2 dalam menaikkan kadar cAMP dalam sel.
Indikasi utama adalah untuk reaksi alergi akut berat yang dapat membahayakan kehidupan, seperti status asmatikus, anafilaksis, dan dermalitis
exfoliativa. Selain itu, juga untuk reaksi alergi berat yang tidak membahayakan kehidupan tetapi sangat mengganggu, misalnya dermatitis kontak
berat,serum sickness, dan asma akut yang berat. Indikasi lain adalah untuk penyakit alergi kronik berat sambil menunggu hasil pengobatan
konvensional, atau untuk mengatasi keadaan eksaserbasi akut pada pasien yang memakai kortikosteroid dosis rendah jangka panjang, harus dinaikkan
dosisnya bila terjadi eksaserbasi.
\
OFLOXACIN 400MG
Tablet salut selaput
Komposisi:
OFLOXACIN 200
Tiap tablet salut selaput mengandung:
Ofloksasin 200 mgOFLOXACIN 400
Tiap tablet salut selaput mengandung
Ofloksasin 400 mg
Farmakologi:
Ofloksasin adalah suatu bakterisidal golongan kuinolon yang aktif melawan sebagian besar bakteri gram positif dan gram negatif aerob. Mekanisme kerja ofloksasin ialah
menghambat enzim DNA topoisomerase (ATP-hydrolyzing), suatu DNA topoisomerase tipe II yang dikenal sebagai DNA gyrase. Diperkirakan, sasaran ofloksasin adalah
sub unit A dari enzim tersebut. Hambatan DNA gyrasepada organisme yang sensitif mengakibatkan hambatan proses pemilinan negatif DNA yang bergantung pada ATP,
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
20/89
hambatan proses relaksasi pemilinan DNA yang tidak bergantung pada ATP, dan promosi pemutussan rantai ganda DNA.
Berbeda dengan golongan kuinolon lain, ofloksasin memiliki mekanisme aksi tambahan yaitu aksinya tidak tergantung pada RNA dan sintesis protein .
Indikasi:
Ofloksasin diindikasikan untuk orang dewasa ( 18 tahun) dengan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang peka, yaitu:
Bronkhitis kronik dengan eksaserbasi bakteri akut.
Pneumonia yang didapat dari masyarakat (community-acquired pneumonia)
Infeksi kulit dan struktur kulit tanpa komplikasi. Gonore serviks dan uretra akut tanpa komplikasi.
Servisitis dan uretritis nongonokok.
Infeksi campuran serviks dan uretra.
Radang pelvik akut.
Sistitis tanpa komplikasi.
Infeksi saluran kemih dengan komplikasi.
Prostatitis.
Sebelum terapi dimulai, perlu dilakukan tes kultur dan kepekaan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi dan menentukan kepekaan bakteri
tersebut terhadap ofloksasin. Terapi dapat dimulai sebelum hasil tes diketahui. Setelah hasil tes dapat diperoleh, terapi selanjutnya disesuaikan dengan hasil tersebut.
Seperti obat-obat lain pada kelas yang sama, beberapa strainPseudomonas aeruginosadapat berubah menjadi resisten selama terapi. Tes kultur dan kepekaan yang
dilakukan secara periodik selama terapi, dapat memberikan informasi mengenai efek antibakteri ofloksasin dan kemungkinan munculnya resistensi bakteri.Kontraindikasi:
Pasien hipersensitif terhadap kandungan obat atau golongan kuinolon lain.
Anak-anak, dewasa < 18 tahun dan wanita hamil.
Wanita menyusui
Dosis:
Dosis lazim: 200 mg sampai 400 mg (oral) setiap 12 jam bagi pasien dengan fungsi ginjal normal (misalnya: klirens kreatinin > 50 ml/menit).
Infeksi Dosis FrekuensiLama
PengobatanDosis
harianBronkhitis kronik denganeksaserbasi bakteri akut
400 mg tiap 12 jam 10 hari 800 mg
Pneumonia yang didapat darimasyarakat
400 mg tiap 12 jam 10 hari 800 mg
Infeksi kulit dan struktur kulit
tanpa komplikasi
400 mg tiap 12 jam 10 hari 800 mg
Gonore serviks dan uretra akut
tanpa komplikasi
400 mg dosis tunggal 1 hari 400 mg
Servisitis dan uretritis non 300 mg tiap 12 jam 7 hari 600 mg
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
21/89
gonokokInfeksi campuran serviks dan
uretra
300 mg tiap 12 jam 7 hari 600 mg
Radang pelvik akut 400 mg tiap 12 jam 10-14 hari 800 mg
Sistitis tanpa komplikasi yang
disebabkan olehE. Coli dan k.neumonia
200 mg tiap 12 jam 3 hari 400 mg
Sistitis tanpa komplikasi yangdisebabkan oleh patogen lain
200 mg tiap 12 jam 7 hari 400 mg
Infeksi saluran kemih dengan
komplikasi
200 mg tiap 12 jam 10 hari 400 mg
Prostatitis 300 mg tiap 12 jam 6 minggu 600 mg
Bagi pasien dengan gangguan fungsi ginjal (misalnya klirens kreatinin 50 ml/menit), dosis harus disesuaikan.
Setelah pemberian awal dosis normal, dosis diberikan sebagai berikut:
Klirens kreatinin Dosis pemeliharaan Frekuensi20 - 50 ml/menit Dosis lazim Setiap 24 jam
< 20 ml/menit Setengah dari dosis lazim Setiap 24 jamBila yang diketahui hanya kreatinin serum, rumus berikut dapat digunakan untuk memperkirakan klirens kreatinin.
Pria
Berat (kg) x (140-umur)
Klirens kreatinin (ml/menit) = -------------------------------------------------
72 x kreatinin serum (mg/dL)
Wanita:
Klirens kreatinin (ml/menit) = 0,85 x klirens kreatinin pria
Kreatinin serum seharusnya menunjukkan keadaan tetap fungsi renal.
Pasien sirosis:
Ekskresi ofloksasin dapat berkurang pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat (misalnya sirosis dengan atau tanpa asites). Pada keadaan ini, dosis maksimum 400mg sehari, tidak boleh dilampaui.
Cara pemberian:
OFLOXACIN tablet diminum dengan atau tanpa makanan. Sebaiknya pasien mengkonsumsi cairan sebanyak-banyaknya.
Efek samping:
Mual, muntah, diare, insomnia, sakit kepala, pusing, kelelahan, kekeringan di mulut, sakit dan kram perut, sakit dada, nafsu makan menurun, kemerahan kulit,
vaginitis,dysgeusia, rasa gatal digenitalia eksterna (pada wanita), dizziness, kembung, gangguan gastrointestinal, gugup, faringitis, demam, gangguan tidur, somnolens,
trunk pain, vaginal discharge, gangguan penglihatan dan konstipasi.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
22/89
Peringatan dan perhatian:
Hati-hati pada penderita yang peka terhadap gangguan sistem saraf pusat karena seperti kuinolon lainnya, ofloksasin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf,walaupun hal ini jarang terjadi.
Reaksi hipersensitivitas yang fatal dan serius dapat terjadi pada pemberian awal, karena itu pemberian obat segera dihentikan bila mulai terjadi ruam kulit atau tanda-tanda hipersensitivitas lainnya. Reaksi tersebut dapat ditanggulangi dengan pemberian epinefrin dan tindakan resusitasi lainnya; meliputi pemberian oksigen, cairan I.V.,
antihistamin, kortikosteroid, amino pressor dan pembebasan jalan nafas, sesuai dengan indikasi klinik.
Reaksi fotosensitivitas dapat terjadi, karena itu penderita jangan terlalu lama kontak dengan sinar matahari langsung atau sinar ultraviolet buatan. Pengobatan harussegera dihentikan bila terjadi reaksi fotosensitivitas.
Kolitis pseudomembranosa merupakan kasus yang dilaporkan pada hampir semua antibakteri, termasuk juga ofloksasin. Oleh karena itu, diagnosis ini perludipertimbangkan pada pasien yang mengalami diare setelah pemberian antibakteri apapun juga.
Pemberian ofloksasin harus segera dihentikan apabila tendon terasa nyeri, meradang, atau ruptur. Pasien harus beristirahat dan sementara tidak berolahraga sampaidiagnosis adanya tendinitis atau ruptur tendon telah disingkirkan. Ruptur tendon dapat terjadi selama atau sesudah terapi ofloksasin.
Hati-hati pada penderita kerusakan ginjal atau hati, pengamatan klinik dan tes laboratorium yang sesuai harus dilakukan sebelum dan selama terapi karena eliminasiofloksasin dapat berkurang.
Selama terapi jangka panjang dengan ofloksasin, perlu dilakukan tes fungsi organ secara periodik, termasuk ginjal, hati dan hematopoietik.
Hati-hati pada penderita yang melakukan aktivitas yang membutuhkan kepatuhan dan koordinasi mental yang utuh, misalnya mengoperasikan mesin atau kendaraanbermotor karena ofloksasin dapat menyebabkan dizziness.
Sebelum memulai terapi dengan ofloksasin, perlu diketahui apakah pasien mempunyai sejarah konvulsi, karena terapi dengan ofloksasin dapat mengakibatkan konvulsi.
Hindari penggunaan pada kehamilan, dan untuk wanita menyusui sebaiknya hanya digunakan bila benar-benar perlu.
Hendaknya minum air yang mencukupi untuk mencegah pembentukan kadar yang tinggi dalam urin.
Pemberian jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari mikroorganisme yang kurang peka.
Interaksi obat:
Untuk menghindari absorpsi ofloksasin oral yang tidak sempurna, antasida yang mengandung kalsium, magnesium atau alumunium, sukralfat, kation bervalensi dua ataubervalensi tiga seperti besi, suplemen mineral, multivitamin mengandung seng, sebaiknya tidak digunakan 2 jam sebelum dan sesudah pemberian of loksasin.
Seperti golongan kuinolon lain, ofloksasin kemungkinan berinteraksi dengan simetidin, siklosporin, obat-obat yang dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450, AINS,probenesid dan warfarin.
Hindari penggunaan ofloksasin dengan teofilin karena kadar steady stateteofilin dapat meningkat.
Tidak terdeteksi adanya interaksi antara ofloksasin dan kafein
DATA OBAT,Deskripsi:Ofloxacin adalah senyawa antibakteri sintetik dari golongan kuinolon dan bersifat bakterisida. Ofloxacin aktif terhadap bakteri aerobik gram positiftermasuk penghasil penisilinase dan bukan penghasil penisilinase, terhadap sebagian besar bakteri aerobik g ram negatif termasuk Enterobakteria danPseudomonas aeruginosa, dan terhadap Stafilokokus yang resisten terhadap metisilina. Aktivitas antibakteri ofloxacin dengan jalan menghambat DNAgirase, suatu enzim essensial yang merupakan katalis penting dalam duplikasi dan transkripsi DNA bakteri.
Komposisi:Tiap tablet salut selaput mengandung ofloxacin 400 mg.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
23/89
Indikasi:Ofloxacin digunakan untuk pengobatan:Infeksi saluran kemih ringan sampai sedang dan prostatitis.Infeksi saluran pernapasan bagian bawah.Infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh bakteri aerobic gram negatif dan gram positif.Pengobatan akut urethritis nongonokokal dan gonore ringan dan servisitis yang disebabkan oleh klamidia.
Dosis:Dosis umum untuk dewasa:200 - 400 mg setiap 12 jam.
Pengobatan infeksi saluran kemih tanpa atau dengan komplikasi:200 mg setiap 12 jam.
Prostatitis:300 mg setiap 12 jam.
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah atau infeksi kulit dan jaringan lunak:
400 mg setiap 12 jam.Next
http://health.detik.com/read/2009/08/06/160653/1178695/769/2/ofloxacin-400-mghttp://health.detik.com/read/2009/08/06/160653/1178695/769/2/ofloxacin-400-mghttp://health.detik.com/read/2009/08/06/160653/1178695/769/2/ofloxacin-400-mghttp://health.detik.com/read/2009/08/06/160653/1178695/769/2/ofloxacin-400-mg -
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
24/89
Penggunaan Digoxin pada Pasien Gagal Jantung Kongesti
Kegagalan jantung kongesti sebelah kanan adalah kegagalan jantung sebelah kanan untuk mensuplai darah dalam jumlah cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme pasien atau mencegah darah tertahan di sirkulasi system vena.
Tekanan hidrostatik yang tinggi menyebabkan kebocoran cairan dari system sirkulasi vena menuju pleura dan ruang peritoneal dan
interstisial jaringan perifer. Ketika kebocoran cairan melebihi kemampuan salurang limfatik mengeringkan daerah terkena, terbentuklah
efusi pleural, ascites dan oedema perifer.
Salah satu obat yang digunakan untuk merawat kondisi gagal jantung dan pembesaran jantung adalah digitalis (Digoxin, Cardoxin,
Lanoxin). Obat ini adalah kelompok agen inotropik positif yang meningkatkan konsentrasi Kalsium pada sel otot jantung. Ini meningkatkan
tekanan kontraksi jantng dan biasanya menurunkan denyut jantung.
Farmakologi
Digitalis glikosida memberikan beberaoa efek berikut kepada pasien gagal jantung: meningkatkan kontraksi myocardiac (inotropisme)dengan peningkatan output jantung; peningkatan diuresis dengan penurunan oedema akibat dari penurunan tonus simpatetik;
pengurangan ukurna jantung, denyut jantung, volume darah dan tekanan vena dan pukmonum; dan biasanya tidak ada perubahan pada
permintaan oksigen.
Digitalis glikosida juga memiliki beberapa efek elektrokardio, antara lain: penurunan kecepatan AV node, dan perpenjangan periode efektif
refraktori. Obat ini juga dapat meningkatkan interval PR, den penurunan interval QT dan menyebabkan depresi segmen ST.
Digitalis glikosida memiliki kemampuan meningkatkan ketersediaan Ca++ pada serat myocardial dan menghambat Na+/K+/ ATPase.
Artinya pompa tidak berfungsi sempurna dan sel myocardium penuh dengan konsentrasi sodium yang tinggi. Namun dengan adanya
mekanisme pertukaran sodium/kalsium kondisi ini tidak menimbulkan masalah. Sehingga terdaptlah konsentrasi kalsium yang cukup di
dalam sel myocardium, diambil oleh reticulum sarkoplasma menyebabkan peningkatan kekuatan kontraksi.
Indikasi
Pegunaan digitalis glikosida pada hewan digunakan sebagai perawatan gagal jantung kongesti, fibrilasi atrium dan tachycardia
supraventrikular.
Farmakokinetik
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
25/89
Penyerapan mengikuti pemberian oral terjadi di usus halus. Makanan dapat menghambat tapi tidak merubah jumlah yang
diabsorbsi. Puncak jumlah dalam serum umumnya muncul dalam 45-60 menit setelah pemberiaan oral sediaan eliksir dan dalam 90 menit
setelah pemberian tablet oral. Pada pasien yang menerima dosis oral pertama, efek puncak akan muncul 6-8 jam setelah pemberian
dosis.
Obat ini didistribusikan secara umum keseluruh tubuh dengan jumlah tertinggi didapatkan di ginjal, jantung, usus, lambung, hatidan otot rangka. Sedangkan konsentrasi terendah ditemukan di otak dan plasma. Dalam jumlah terapeutik, kira kira 20-30% dari obat
terikat pada protein plasma. Karena hanya sejumlah kecil saja yang ditemukan di lemak, pasien dengan obesitas bisa mendapatkan dosis
lebih tinggi dari yang dibutuhkan jika perhitungan dosis dilakukan bedasarkan total berat badan dibandingkan dengan massa tubuh kering.
Digoxin hanya dimetabolisme sedikit, tapi metode utama eliminasi adalah ekskresi ginjal baik filtrasi glomerular dan sekresi tubular.
Oleh karena itu, penyesuaian dosis harus dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal. Waktu paruh eleminasi digoxin pada anjing yang
dilaporkan sangat bervariasi, nilai yang didapat bervariasi antara 14.4 56 jam. Wkatu paruh eleminasi pada spesies lain tercatat sebagai
berikut: Kucing33.39.5 jam; Domba7.15 jam; Kuda16.9 - 23.2 jam; dan Sapi7.8 jam.
Kontraindikasi
Pemberian digitalis cardioglikosida berkontraindikasi pada pasien dengan fibrilasi ventrikuler atau pada intoksikasi digitalis.
Pemberian kepada pasien dengan glomerulonephritis dan gagal jantung atau idiopathic hypertrophic subaortic stenosis(IHSS) harus
dengan sangat hati hati. Pemberian pada pasien dengan gangguan paru paru, hipoksia, myocarditis akut, atau infarksi myocardial
akut, frekuensi kontraksi prematur ventricular, ventricular tachycardias, constrictivepericarditis kronis atau AV blok inkomplit. Dapat
digunakan untuk pasien dengan kondisi stabil, AV blok komplit atau bradycardia parah dengan gagal jantung jika tahanan tidak
disebabkan oleh cardiac glikosida.
Ketika digunakan untuk mengobati fibrilasi atrium sebelum pemberian obat-obatan antiaritmia yang memiliki aktifitas antkolinergik
(quinidine, procainamide, disopyramide), digitalis glikosida akan mengurangi, namun tidak menghilangkan penigkatan kecepatan
ventrikular yang dihasilkan oleh obat-obatan tersebut. Karena digitalis glikosida dapat menyebabkan peningkatan tonus vagus,
penggunaannya harusdengan hatihati pada pasien dengan penigkatan sensitifitas sinus karotis.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
26/89
Pada prinsipnya digoxin dieleminasi di ginjal, sehingga penggunaan pada pasien dengan penyakit ginjal harus dengan hati hati
dan jumlah digoxin di serum harus di monitor. Hewan dengan kondisi hipernatremia, hipokalemia, hipercalcemia, hiper- atau hipothyroid
biasanya memerlukan dosis lebih kecil dan harus dimonitor dengan seksama.
Peringatan
Efek samping pada penggunaan digoxin umumnya terkait dengan kadar dalam serum yang tinggi atau toksik dan dikategorikanmenjadi gejala jantung/kardio dan gejala bukan jantung/ ekstra kardio. Terdapat perbedaan yang bersifat species spesifik terkait dengan
sensitifitas efek toksik digoxin. Kucing elatif lebih sensitif, sedangkan anjing lebih tolerant terhadap kadar digoxin tinggi dalam serum.
Gejala kardio biasanya muncul sebelum gejala ekstra kardio dan sering muncul dengan hampir seluruh tipe aritmia jantung yang
dideskripsikan sebagai gejala memburuknya gagal jantung. Perubahan EKG yang sering terlihat adalah komplit atau inkomplit heart block,
bigeminy, perubahan segmen ST, atrial tachycardias denganblock, dan kontraksi multifocal premature ventricular. Karena efek ini juga
dapat disebabkan oleh memburuknya kondisi gagal jantung, sulit menentukan apakah kondisi ini disebabkan oleh jalannya penyakit atau
karena intoksikasi digitalis. Jika raguragu, kadar dalam serum dimonitor atau hentikan pemberian digoxin sementara.
Gejala ekstra kardio yang sering ditemui di dunia kedokteran hewan adalah gangguan GI ringan, anorexia, penurunan berat badan dan
diare. Muntah biasanya terjadi setelah pemberia IV dan tidak perlu dikhawatirkan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
Rontgen
Pemeriksaan darah :
- Na = 138 mmol/L (136-145 mmol/L)
- K = 3,9 mmol/L (3,5 5,1 mmol/L)
- Cl = 109 mmol/L (97 111 mmol/L)
DIAGNOSIS :
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
27/89
Gagal jantung/decompensatio cordis
PENATALAKSANAAN :
IV FD D5 + Na Cl 0,9 %
Lasix 1 X 20 mg inj.
Digoxin 0,5 mg sebagai loading dose, lalu dilanjutkan 0,25 mg dan dilanjutkan 0.125 mg
Diet Jantung II 1500 kkal
O23 L/menit
FOLLOW UP :
Hari ke-1 rawatan ( 25-3-1010)
S : sesak nafas, dada kiri berdebar dan kaki bengkak
O : 90/60
Nadi : 110 x/menit
Nafas : 46 x/menit
Suhu : 36,7 0C
P :
1. lasix injeksi 20 mg
2. digoxin 0, 5 mg sebagai loading dose dan dilanjutkan dengan 0,125 mg sebagai maintenance dose
3. IVFD D5+NaCL 0,9 % (11 tts/1)
4. Kontrol intake/output
5. Kontrol EKG
Hari ke-2 rawatan ( 26-3-1010)
S : Sesak nafas (pagi), demam dan sesak nafas (jam 10.00 WIB)
O: TD : 100/60
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
28/89
Suhu : 40 0C
N: 66 x/i
P: (obat yang diberikan)
1. Digoxin 0,125 mg
2. Paracetamol 340 mg (4x 1)
3. Lasix injeksi 20 mg
4. Kontrol intake/output
Hari ke-3 rawatan (27-3-2010)
S : demam, sesak nafas
P : (obat yang diberikan)
1. Digoxin 0,25 mg (31)
2. Paracetamol 340 mg (4x 1)3. Cefadroxil 250 mg (2 x 1)
4. Furocemide 1 x 20 mg (11)
Hari ke-4 rawatan (28-3-2010)
S : batuk, Buang Air Besar(-) sudah 4 hari, masih sesak nafas, kurang nafsu makan
P : (obat yang diberikan)
1. Digoxin 0,25 mg ( 3x 1)
2. Paracetamol 340 mg (41)
3. Cefadroxil 250 mg ( 21)4. Furocemide 20 mg ( 11)
Hari ke-5 rawatan ( 29-3-2010)
S : batuk, Buang Air Besar(-) sudah 4 hari, masih sesak nafas
P : (obat yang diberikan)
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
29/89
1. Digoxin 0,25 mg (31)
2. Paracetamol 340 mg (41)
3. Cefadroxil 250 mg (2 X 1)
Mekanisme Kerja Digoksin :
- Hambatan langsung ikatan membrane sodium dan potassium teraktivasi adenosine
triphosphatase (Na+/K+ -ATPase), menyebabkan kenaikan konsentrasi kalsium intraselular.
- Lambatnya peningkatan kalsium kedalam sel selama potensial aksi ; akibat dari masuknya
kalsium kedalam sel saat ini menyebabkan timbulnya plateau pada potensial aksi.
Efek digoksin bervariatif dan berbeda tergantung dosis dan tipe jaringan jantung yang terlibat. Atrium dan ventrikel memperlihatkan
otomatisitas dan eksitasi yang dihasilkan dalam bentuk ekstrasistol dan takidisritmia. Kecepatan konduksi menurun pada miokard dan
jaringan nodal, meyebabkan perpanjangan PR interval dan AV-blok yang disertai dengan pemendekan QT interval.
http://cardiologyupdateunand.files.wordpress.com/2013/03/digoxin.jpg -
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
30/89
Sebagai tambahan dari efek ini, efek langsung dari digitalis terhadap repolarisasi sering terefleksi pada ECG dalam bentuk kekuatan yang
berlawanan antara ST segmen dan T wave langsung terhadap kekuatan QRS. Manifestasi awal yang terlihat pada ECG sebagai efek dan
keracunan digitalis biasanya dimediasi oleh peningkatan tonus vagal. Awal intoksikasi akut, depresi SA atau fungsi AV node dapat di atasi
dengan Atropin.
Irama ektopik, seperti Nonparoxysmal junctional takikardia, ekstrasistol, premature kontraksi ventrikel, flutter dan fibrilasiventrikel, flutter
dan fibrilasi atrial dan bidirectional ventrikel takikardi-disebabkan peningkatan otomatisitas, reentri atau keduanya.Bidirectional ventrikel takikardi adalah karakteristik khusus dari parahnya toksisitas digitalis dan merupakan hasil dari perubahan dalam
konduksi intraventricular, junctional takikardi dengan aberan konduksi intraventrikular, atau, jarang, pacemaker ventricular alternative.
Dapat juga terlihat depresi dari atrial pacemaker yang menyebabkan SA beristirahat . Bentuk lain dari SA blok, AV blok dan sinus exit
blok meyebabkan depresi konduksi normal. Nonparoxysmal atrial takikardi dengan blok dihubungkan dengan keracunan digitalis.
Ketika terjadi depresi pada konduksi dan pacemaker normal, ektopik pacemaker akan mengambil alih, menghasilkan atrial takikardi
dengan AV blok dan nonparoksismal otomatis AV junctional takikardi. Memang, AV junctional blok mempunyai beberapa derajat, baik
sendiri atau dengan peningkatan otomatisitas ventrikel, yang merupakan manifestasi yang biasa ditemukan pada keracunan digitalis dan
terjadi pada 30-40% pasien yang diketahui mengalami keracunan digitalis. Disosiasi AV dapat terjadi karena supresi pada pacemaker
dominan dengan kehilangan pacemaker atau peningkatan seharusnya pacemaker ventrikel.
Kriteria EKG untuk intoksikasi digitalisECG changes typical for digoxin use(digoxin = Lanoxin) are:
ST Depresi dengan gambaran scooped out Flat, negative or biphasic T wave
Pemendekan QT interval
IPeningkatan amplitudo u-wave
Prolonged PR-interval
Sinus bradycardia
Aritmia yang sering terjadi pada keracunan digitalis:
AV block. termasuk complete AV block and Wenkebach.
Tachyarrhythmias:
Junctional tachycardia
Atrial tachycardia
Ventricular ectopia, bigemini, monomorphic ventricular tachycardia, bidirectional ventricular tachycardia
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
31/89
Masa paruh Digoxin berkisar diantara 36 48 jamuntuk pasien dengan fungsi ginjal yang normal, dan 4 6 haripada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal
Efek dari digoxin akan meningkat pada keadaan Hipokalemia, sehingga pengawasan terhadap keseimbangan elektrolit mesti dilakukan
pada pasien-pasein dengan penggunaan rutin Digoxin.
Keadaan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya Intoksikasi Digitalis:
Overdosis Obat Terapi Diuretik
Penurunan Fungsi ginjal
Hipokalsemia
Hipomagnesaemia
hipotiroid
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
32/89
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
33/89
MERK DAGANG
Carpiaton, Letonal, Spirola, Spirolactone, Yekapiodenton
KANDUNGAN
Spironolactone / Spironolakton
INDIKASI
Hipertensi esensial.
Edema pada gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindroma nefrotik.
Hiperaldosteronisme primer.
KONTRA INDIKASI
Hiperkalemia Gagal ginjal progesif
Pemakaian bersama Kalium tambahan atau terapi diuretika hemat Kalium
PERHATIAN
Gangguan fungsi ginjal atau hati, diabetes melitus, asidosis, hamil, menyusui.
Interaksi obat :
Resiko hiperkalemia, ditingkatkan dengan penghambat ACE.
Menghambat klirens Digoksin. Bisa meningkatkan efek antihipertensi lainnya.
Bisa mengurangi respon pembuluh darah terhadap Noradrenalin.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
34/89
EFEK SAMPING
Sakit kepala, ngantuk, gangguan saluran pencernaan, ataksia (gangguan koordinasi gerakan), kebingungan/kekacauan mental, hirsutisme
(pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita menurut pola pertumbuhan rambut laki-laki), menstruasi tidak teratur, impotensi (laki-laki), ruam
kulit, ginekomastia (pembesaran payudara pria).
Jarang : pembesaran payudara, hiponatremia, hiperkalemia.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang
terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial
memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
DOSIS
Dewasa : dosis awal 25-200 mg/hari dalam dosis terbagi.
Dapat ditingkatkan sampai 400 mg sehari tergantung pada berat penyakit.
Anak-anak : 3 mg/kg berat badan/hari dalam dosis terbagi
obat ASAM ASETIL SALISILAT (ACETYLSALICYLIC ACID)Posted by: HAFIZH SMA 1 SRAGEN / Category:
NAMA DAGANG
Aptor, ascardia, aspilet, aspirin, aspitrom, astika, bodrexin, cardio aspirin, farmasal, miniaspi, naspro, restor, thrombo aspilet
INDIKASI
Nyeri ringan sampai sedang termasuk nyeri menstruasi, sakit kepala; sakit dan peradangan pada penyakit rematik dan gangguan tulang dan otot
(termasuk arthritis juvenilis); demam; serangan migrant akut; anti pembekuan (antiplatelet)
-
http://hafizhsma1sragen.blogspot.com/2011/06/obat-asam-asetil-salisilat.htmlhttp://hafizhsma1sragen.blogspot.com/2011/06/obat-asam-asetil-salisilat.html -
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
35/89
KONTRAINDIKASI
* Hipersensitif (termasuk asma, angioedema, urticaria atau rhinitis) terhadap asam asetilsalisilat atau NSAID (obat anti inflamasi non steroid) lainnya; anak
dan remaja dibawah 16 tahun (reye sindrom); ulkus peptikum aktif atau riwayat sebelumnya; hemophilia dan gangguan perdarahan lainnya; bukan
pengobatan untuk asam urat
* Perhatian : Asma, penyakit alergi; gangguan ginjal; gangguan hati; kehamilan; menyusui; lansia; defisiensi G6PD; dehidrasi
* Kehamilan : Trimester 3 : mengganggu fungsi trombosit dan risiko perdarahan; perlambatan permulaan persalinan dan peningkatan durasi perlasilan dan
meningkatkan kehilangan darah; hindari dosis analgesik jika mungkin pada beberapa minggu terakhir (dosis rendah mungkin tidak berbahaya); dengan
dosis tinggi, penutupan duktus arteriosus janin dan mungkin hipertensi pulmonal persisten neonates; kericterus pada bayi jaundice
* Menyusui : hindari mungkin risiko sindrom Reye; penggunaan teratur dosis tinggi dapat mempengaruhi fungsi trombosit dan menyebabkan
hipoprotrombinemia pada bayi jika cadangan vitamin K neonates sedikit
-
DOSIS
* Nyeri ringan samapai sedang, demam, per oral dengan atau setelah makan, DEWASA 300-900 mg tiap 4-6 jam jika perlu; maksimal 4 g sehari; ANAKdibawah 16 tahun tidak direkomendasikan
* Nyeri ringan sampai sedang, demam, per rectal, DEWASA 600-900 mg dimasukkan tiap 4 jam jika perlu; maksimal 3.6 g sehari; ANAK di bawah 16 tahun
tidak direkomendasikan
* Inflammatory arthritis, per oral dengan atau setelah makan, DEWASA 4-8 g dalam dosis terbagi dalam kondisi akut; sampai 5,4 g sehari dapat mencukupi
pada kondisi kronik
* Artritis juvenilis, per oral dengan atau setelah makan, ANAK sampai 130 mg/kg sehari dalam 5-6 dosis terbagi pada kondisi akut; 80-100 mg/kg sehari
dalam dosis terbagi untuk dosis rumatan (maintenance)
* Pengobatan serangan migren akut, per oral disarankan dengan atau setelah makan, DEWASA 300-900 mg saat serangan pertama, dapat diulang tiap
4-6 jam jika perlu, maksimal 4 g sehari; ANAK dibawah 16 tahun tidak dianjurkan
* Pengobatan serangan migren akut, per rectal, DEWASA 600-900 mg dimasukkan saat serangan pertama, dapat diulang tiap 4 jam jika perlu; maksimal
3.6 g sehari; ANAK di bawah 16 tahun tidak dianjurkan
* Pencegahan penyakit serebrovaskular atau serangan jantung, per oral, DEWASA 75-100 mg sehari
-
EFEK SAMPING
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
36/89
Pada dosis rendah umumnya ringan dan jarang, tetapi sering terjadi pada dosis untuk anti peradangan; gangguan saluran cerna, ulkus dengan
perdarahan tersembunyi (dapat terjadi perdarahan besar); atau perdarahan lainnya (subkonjungtiva); gangguan pendengaran seperti tinnitus (telinga
berdenging), ketulian (jarang terjadi), vertigo, kebingungan, reaksi hipersensitifitas 9angioedema, bronkospasme dan ruam); peningkatan waktu
perdarahan; jjarang: edema, miokarditis, gangguan darah (biasanya trombositopenia)
Antidepresan = Meningkatkan risiko perdarahan saat aspirin diberikan dengan SSRI atau venlafaxine
Antiepilepsi = Aspirin meningkatkan efek fenitoin dan valproat
September 2012
candesartan
Candesartan cilexetil berbentuk serbuk putih dengan berat molekul 610,67. Praktis tidak larut dalam air dan sedikit larut dalammetanol. Candesartan cilexetil merupakan campuran racemat yang mempunyai satu pusat khiral pada grup cyclohexyloxycarbonyloxy
ethyl ester. Setelah pemberian oral candesartan cilexetil mengalami hidrolisis pada sambungan ester menjadi bentuk aktif candesartan yang
akhiral.
Mekanisme Kerja
http://nh2pharma.blogspot.com/2012/09/candesartan.htmlhttp://3.bp.blogspot.com/-R2UTskApNcU/UEdNKEMOirI/AAAAAAAAAI0/clyasJmJQGs/s1600/candesar1.gifhttp://nh2pharma.blogspot.com/2012/09/candesartan.html -
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
37/89
Candesartan termasuk kelompok Angisotensin Reseptor Bloker (ARB). ARB merupakan kelompok obat yang memodulasi sistem
RAS dengan cara menginhibisi ikatan angiotensin II dengan reseptornya, yaitu pada reseptor AT1 secara spesifik. Angiostensin Iidibentuk
dari angiostensin I melalui reaksi yang dikatalis oleh angiostensin converting enzyme (ACE, kinase II). Angiotensin II berfungsi sebagai
hormon yang meningkatkan tekanan darah dan volume darah dalam beberapa cara. Sebagai contoh, angiotensin II menaikkan tekanan
dengan cara menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin II merangsang tubulaproksimal nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal tersebut akan mengurangi jumlah garam dan air yang diekskresikan dalam urin
dan akibatnya adalah peningkatan volume darah dan tekanan darah (Campbell, et al. 2004).
Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu organ yang terletak diatas ginjal, yang membebaskan
hormon aldosteron. Hormon aldosteron bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat tubula tersebut menyerap kembali lebih banyak ion
natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan tekanan darah (Campbell, et al. 2004). Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Semua kelompok ARB memiliki afinitas yang kuat ribuan bahkan puluhan ribu kali lebih kuat dibanding angiotensin II dalam
berikatan dengan reseptor AT1. Akibat penghambatan ini, maka angiotensin II tidak dapat bekerja pada reseptor AT1, yang secara langsung
memberikan efek vasodilatasi, penurunan vasopressin, dan penurunan aldosteron, selain itu, penghambatan tersebut juga berefek pada
penurunan retensi air dan Na dan penurunan aktivitas seluler yang merugikan (misalnya hipertrofi). Sedangkan Angiotensin II yang
terakumulasi akan bekerja di reseptor AT2 dengan efek berupa vasodilatasi, antiproliferasi. Sehingga pada akhirnya rangsangan reseptor
AT2 akan bekerja sinergistik dengan efek hambatan pada reseptor AT1.
Blokade reseptor angiostensin II menghambat umpan balik negatif angiostensin II terhadap sekresi renin, tetapi menyebabkan
meningkatnya aktivitas renin plasma dan jumlah angiostensin II dalam sirkulasi tidak menghambat aktivitas candesartan terhadap tekanan
darah.
FARMAKOKINETIK
Absorpsi: Setelah pemberian oral, bioavailabilitas candesartan adalah sebesar 15% hingga 40%.Setelah konsumsi tablet, konsentrasi serum
puncak (Cmax) tercapai setelah 3-4 jam. Makanan tidak mempengaruhi bioavailabilitas candesartan setelah pemberian candesartan.
Distribusi: Volume distribusi candesartan adalah 0,13 L / kg. Candesartan sangat terikat pada protein plasma (> 99%). Pasien diabetic
nefropati dengan proteinuria, dan mengalami penurunan kadar protein plasma, beresiko efek toksik apabila diberikan dengan dosis tinggi.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
38/89
Metabolisme: Candesartan dengan cepat dan lengkap diaktifasi melalui hidrolisis ester selamaabsorpsi dari saluran
pencernaan. Candesartan mengalami metabolisme minor di hati oleh O-deethylation menjadi bentuk metabolit tidak aktif. Penelitian secara
in vitro menunjukkan bahwasitokrom P450 isoenzim CYP 2C9 terlibat dalam biotransformasi candesartan menjadi metabolit tidak aktif.
Ekskresi: Total klirens plasma candesartan adalah 0,37 mL / menit / kg, dengan klirens ginjal 0,19 mL / menit /
kg. Candesartan terutama diekskresikan tidak berubah dalam urin dan feses (melalui empedu).Ekskresi renal candesartan menurun seiringdengan menurunnya fungsi ginjal. Hal ini menyebabkan perpanjangan waktu paruh obat.
Karena ARB dapat meningkatkan konsentrasi kalium dalam darah, menggabungkancandesartan dengan obat lain yang
dapat meningkatkan konsentrasi kalium dalam darah, sepertihydrodiuril (Dyazide), spironolakton (aldactone), dan suplemen kalium, dapat
menyebabkanpeningkatan berbahaya pada kalium darah. Menggabungkan candesartan atau ARB lain dengan obat anti-inflammatory drugs
(NSAID) pada pasien yang sudah lanjut usia, volume cairan kurang (termasuk yang pada terapi diuretik), atau dengan fungsi ginjal yang
buruk dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal, termasuk gagal ginjal. Efek ini biasanya reversibel
Farmakokinetik pada Populasi khususDewasa
Candesartan cilextil secara cepat dan lengkap diaktifkan secara biologi melalui hidrolisis ester selama absorbsi di saluran
gastrointestinal. Candesartan terutama dieksresikan di urin dan feses. Candesartan mengalami metabolime hepatic oleh O-deethylation
menjadi metabolit yang tidak aktif. Waktu paruh candesartan adalah sekitar 9 jam. Setelah pemberian tunggal dan berulang, farmakokinetik
candesartan berbentuk linier dan untuk dosis oral sampai 32 mg candesartan cilexetil. Candesartan dan metabolit yang tidak aktif tidak
terakumulasi dalam serum ketika diberikan dosis satu kali sehari berulang.
Bioavailabilitas candesartan diperkirakan 15%. Setelah pemberian tablet, konsentrasi puncak (Cmax) dicapai setelah 3 sampai 4 jam.
Makanan dengan kandungan lemak yang tinggi tidak mempengaruhi bioavailabilitas candesartan setelah pemberian candesartan cilextil.Pediatrics
Pada anak-anak umur 1-17 tahun, kadar plasma lebih tinggi 10 kali lipat lebih tinggi pada puncaknya (tepatnya 4 jam) dibandingkan
24 jam setelah dosis tunggal diberikan. Anak-anak umur 1 sampai kurang dari 6 tahun, diberikan 0.2 mg/kg sama dengan pemberian dosis
dewasa 8 mg. anak yang lebih dari 6 tahun diberikan dosis yang sama dengan dewasa.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
39/89
Farmakokinetik (Cmax dan AUC) tidak dimodifikasi oleh usia, jenis kelamin atau berat badan. Farmakokinetik Candesartan cilixetil
belum diteliti pada pasien pediatric yang usianya kurang dari 1 tahun.
RAA memiliki peranan penting dalam perkembangan ginjal, RAA menyebabkan perkembangan ginjal abnormal pada mencit yang
sangat muda. Anak-anak yang kurang dari 1 tahun tidak boleh menerima candesartan. Pemberian obat-obat yang bekerja secara langsung
pada RAA dapat merubah perkembangan ginjal normal.
Geriatric and Sex
Farmakokinetik candesartan telah diteliti pada geriatric (lebih dari 65 tahun) pada kedua jenis kelamin. Konsentrasi plasma
candesartan lebih tinggi pada lanjut usia (koncentrasi maksimal sekitar 50% lebih tinggi, dan AUC 80% lebih tinggi) dibandingkan dengan
subjek yang lebih muda yang diberikan dosis yang sama. Farmakokinetik berbentuk linier pada lanjut usia, dan candesartan dan metabolit
inaktifnya tidak terakumulasi di serum pada subjek ini walaupun pada pemberian berulang satu kali sehari. Penyesuaian dosis awal tidak
diperlukan. Tidak ada perbedaan farmakokinetik candesartan antara subjek laki-laki dan wanita.
Renal Insufficiency
Pada pasien hipertensi dengan gangguan ginjal, konsentrasi serum candesartan mengalami peningkatan. Setelah pemberian dosis
berulang, AUC dan Cmax menjadi dua klai lipat pada pasien dengan gangguan ginjal berat (kreatinin kliren < 30 mL/min/1.73m2)
dibandingkan dengan pasien dengan fungsi ginjal normal. Farmakokinetik candesartan pada pasien hipertensi yang mengalami hemodialisa
sama dengan pasien hipertensi dengan gangguan ginjal berat. Candesartan tidak dikeluarkan selama hemodialisa.
Pada pasien gagal jantung dengan gangguan ginjal, AUC 0-72 jam adalah 36% dan 65% lebih tinggi pada gangguan ginjal ringan
dan sedang, secara keseluruhan. Cmax 15% dan 55% lebih tinggi pada pasien dengan gangguan ginjal ringan dan sedang.
Hepatic InsufficiencyFarmakokinetik candesartan pada pasien dengan gangguan hati ringan dan sedang dibandingkan dengan orang normal pada
pemberian dosis tunggal oral 16 mg candesartan. Peningkatan AUC candesartan 30% pada pasien dengan gangguan hati ringan (Child-Pugh
A) dan 45% pada pasien dengan gangguan hati sedang (Chid-Pugh B). Peningkatan Cmax candesartan 56% pada pasien dengan gangguan
hati ringan dan 73% pada pasien dengan gangguan hati sedang.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
40/89
Heart Failure
Farmakokinetik candesartan linear pada pasien dengan gagal jantng (NYHA kelas I dan III) setelah pemberian candesartan dengan
dosis 4,8 dan 16 mg. Setelah pemeberian berulang, AUC menjadi dua kali lipat pada pasien ini dibandingkan dengan pasien yang lebih
muda dan sehat. Farmakokinetik pada pasien dengan gangguan jantung sama dengan pasien geriatri yang sehat.
FARMAKODINAMIK
Candesartan menghambat efek angiostensin II tergantung pada dosis. Setelah pemberian 1 minggu dosis 8 mg candesartan satu kali
sehari, efek inhibisinya adalah sekitar 90% pada konsentrasi puncak, dengan inhibisi yang masih bertahan 50% selama 24 jam. Konsentrasi
plasma angisotensin I dan angiostensin II dan Plasma Rennin Activity (PRA), meningkat tergantung dari dosis setelah pemberian oral dan
pengulangan dosis candesartan pada psubjek sehat, hipertensi, dan gagal jantung. Aktivitas ACE tidak berubah pada subjek sehat setelah
pemberian candesartan berulang. Pemberian dosis candesartan satu kali sehari sampai 16 mg pada subjek sehat tidak mempengaruhi
konsentrasi aldosteron plasma, tetapi menurunkan konsentrasi plasma aldosteron ketika diberikan pada dosis 32 mg pada pasien hipertensi.
Disamping efek candesartan terhadap sekresi aldosteron, sedikit efek terhadap Natirum serum juga ditemukan.
Hypertension
Uji multiple dosis pada pasien hipertensi, tidak ada perubahan yang signifikan secara klinik dalam fungsi metabolic, termasuk tingkat
kolesterol total, trigliserida, glukosa atau asam urat serum. Dalam 12 minggu penelitian dari 161 pasien diabetes tipe 2 dan hipertensi, tidak
terjadi perubahan kadar HbA1c.
Heart Failure
Pada pasien gagal jantung, pemberian candesartan lebih besar atau sama dengan 8 mg menurunkan tahanan vaskuler sistemik dan tekenan
kapiler pulmonary.
Dosis
Tekanan Darahdosis yang memberikan respon terhadap tekanan darah adalah 2-32 g. dosis umum yang direkomendasikan adalah dimulai dengan
dosis 16 mg satu kali sehari ketika diberikan sebagai terapi tunggal pada pasien yang tidak mengalami penurunan volume tubuh.
Candesartan bisa diberikan satu atau dua kali sehari dengan total dosis harian 8 sampai 32 mg. dosis yang lebih besar tidak menunjukkan
efek yang lebih besar. Kebanyakan efek antihipertensiv diperoleh dalam 2 minggu, dan penurunan tekanan darah maksimal terjadi dalam 4-
6 minggu.
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
41/89
Pediatric Hypertension 1 to < 17 Years of age
Bisa diberikan satu atau dua dosis terbagi. sesuaikan dosis berdasarkan respon tekanan darah. Untuk pasien yangmengalami
penurunan volume tubuh (seperti pasien yang diterapi dengan diuretic, terutama pasien yang mengalami gangguan ginjal) pertimbangkan
untuk meberikan dosis yang lebih kecil.
Chi ldr en 1 to < 6 years of age
Range dosis adalah 0.05 sampai 0.4 mg/kg per hari. dosis awal yang direkomendasikan adalah 0.20 mg/kg (suspense oral).
Children 6 to < 17 years of age:
Untuk anak dengan berat kurang dari 50 kg, range dosisnya aldah 2-16 mg per hari. dosis awal yang dianjurkan 4
sampai 8 mg. untuk yang beratnya lebih dari 50 kg, range dosisnya adalah 4 sampai 32 mg per hari. dosis awal yang
direkomendasikan adalah 8 sampai 16 mg. dosis di atas 0.4 mg/kg (1 sampai < 6 tahun) atau 32 mg (6 sampai
Dosing Considerations in Special Populations
Penggunaan pada wanita hamil
Data mengenai penggunaan Candesartan pada wanita hamil sangat terbatas. Data tersebut tidak cukup untuk menyimpulkan
mengenai risiko potensial pada fetus ketika menggunakan Candesartan selama trimester pertama. Pada manusia, perfusi ginjal pada fetus,
yang tergantung pada perkembangan sistim renin-angiotensin-aldosteron, dimulai pada trimester kedua. Oleh karenanya, risiko pada fetus
meningkat jika Candesartan diberikan selama trimester kedua dan ketiga kehamilan. Obat yang bekerja secara langsung terhadap sistim
renin-angiotensin ketika diberikan pada wanita hamil pada trimester kedua dan ketiga dapat menyebabkan kelainan pada fetus dan neonatus
(hipotensi, disfungsi ginjal, oliguria dan/atau anuria, oligohidramnion, hipoplasia tengkorak, retardasi pertumbuhan intrauterin) serta
menyebabkan kematian.
Kasus seperti hipoplasia paru-paru, wajah yang abnormal dan kontraktur anggota badan juga pernah dilaporkan. Studi terhadap
binatang dengan candesartan cilexetil memperlihatkan kelainan ginjal pada fetus dan neonatus. Mekanismenya dipercaya terkait dengan
efek farmakologi terhadap kerja sistim renin-angiotensin-aldosteron. Berdasarkan informasi diatas, Candesartan tidak boleh digunakan
selama kehamilan. Jika diketahui hamil selama pengobatan maka hentikan penggunaan Candesartan.
Penggunaan selama masa menyusui :
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
42/89
Tidak diketahui apakah candesartan diekskresikan pada air susu ibu. Tetapi penelitian pada tikus, candesartan diekskresikan melalui air susu
tikus. Karena berpotensi untuk menimbulkan efek samping pada bayi yang menyusu, maka Candesartan tidak boleh diberikan selama
menyusui.
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat yang signifikan yang dilaporkan pada terapi dengan candesartan cilexetil yang diberikan bersama obat lain
seperti glyburide, nifedipine, digoxin, warfarin, hydrochlortiazide dan kontrasepsi oral pada volunteer yang sehat, atau pemberian bersamaenalapril pada pasien gagal jantung( NYHA kelas II dan III). Karena candesartan tidak dimetabolisme secara signifikan oleh system enzim
cytochrom P450 dan pada konsentrasi terapi tidak memberikan pengaruh pada enzim P450, maka interaksi dengan obat yang menghambat
atau dimetabolisme oleh enzim tersebut tidak diharapkan.
Pada pasien geriatric, kekurangan cairan (termasuk terapi dengan diuretic), pemberian NSIDs termasuk pemberian penghambat COX2 yang
selektif, bersama dengan angiostensinII reseptor antagonis, termasuk candesartan, bisa mengakibatkan penurunan fungsi ginjal, dengan
kemungkinan terjadinya gagal ginjal akut, efek ini biasanya bersifat reversible. Monitor secara berkala fungsi ginjal pasien yang menerima
candesartan bersama dengan NSID. Efek anti hipertensi angiostensin II reseptor antagonis, termasuk candesartan akan dilemahkan oleh
NSID termasuk COX2 selektif.
Peningkatan kosentrasi serum litium secara reversible dan terjadinya toksisitas dilaporkan selama penggunaan litium besama dengan ACE
inhibitor, dan hal yang sama terjadi dengan angiostensin II reseptor antagonis.
PERINGATAN
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
43/89
1. Toksisitas pada janin
Kategori pada kehamilan : D
Penggunaan obat yang bekerja terhadap system rennin angiostensin selama trimester 2 dan 3 kehamilan akan mengurangi fungsi ginjal pada
janin dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada janindan bayi baru lahir. Pembentukan oligohydramnios dihubungkan dengan
terjadinya hipoplasia pada janin dan deformasi otot. Efek samping yang potensial terjadi pada bayi yang baru lahir adalah hipoplasia, anuria,
hipotensi, gagal ginjal dan kematian. Jika kehamilan terdeteksi dianjurkan untuk penghentian konsumsi obat golongan ini.
2. Morbiditas pada bayi
Pasien dengan usia dibawah satu tahun tidak boleh diberikan candesartan. Obat yang bekerja langsung pada system rennin angiostensin
dapat memberikan efek buruk pada perkembangan ginjalnya.
3. Hypotensi
Pada pasien dewasa dan anak-anak dengan pengaktifan system rennin angiostensin atau pasien yang rendah natrium ( pengobatan dengan
diuretic) hipotensi simptomayik dapat terjadi.
4. Gangguan fungsi hati
Berdasarkan data farmakokinetik, dimana peningkatan secara signifikan AUC (Area Under Curva) Candesartan dan konsentrasi maksimum
di dalam darah pada pasien dengan kerusakan hati sedang, maka dosis wal yang lebih rendah harus dipertimbangkan pada pasien dengan
kerusakan hati.
5. Penurunan fungsi ginjal
Sebagai konsekuensi dari penghambatan system rennin-angiostensin-aldosteron, yaitu perubahan fungsi ginjal, dapat diantisipasi pada
beberapa individu dengan pemberian terapi candesartan. Pada pasien yang fungsi ginjalnya bergantung pada aktivitas system rennin-
angiostensin-aldosteron (pasien gagal jantung berat), terapi dengan ACE dan angiostensin reseptor antagonis bisa menimbulkan oliguria
dan/atau azotemia progresif dan jarang terjadi gagal ginjal akut atau kematian. Dalam kasus yang sama dapat diantisipasi pada pasien
dengan pemberian terapi candesartan. Pada pasien gagal jantung yang diterapi dengan kandesartan, peningkatan serum kreatinin mungkin
terjadi. Pengurangan dosis, penghentian terapi antidiuretik atau candesartan mungkin diperlukan.
6. Hiperkalemia
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
44/89
Pada pasien gagal jantung yang diterapi dengan candesartan, hiperkalemia mungkin terjadi, khususnya ketika diberikan bersamaan dengan
ACE inhibitor atau diuretic hemat kalium seperti spironolakton. Selama terapi dengan candesartan pada pasien yang gagal jantung perlu
dievaluasi peningkatan kalium secara periodic.
KEUNTUNGAN
1. Pencegahan stroke
ARB memperlihatkan efek positif terhadap pencegahan stroke, walaupun hasil studi dalam area ini masih terbatas. Dalam suatu studi
ACCESS ( Acute Candesartan Cilexetil therapy in Stroke Survivors) memperlihatkan bahwa candesartan cilexetil, dengan dosis yang
dititrasi sampai dosis maksimum 16 mg/hari, memiliki toleransi yang baik pada pasien dengan serangan stroke akut. ACCESS di design
secara random, double-blind, dikontrol dengan placebo untuk menilai keamanannya untuk menurunkan tekanan darah pada awal serangan
stroke. Candesartan cilexetil diberikan sebagai terapi selama minggu pertama setelah serangan stroke iskemik secara signifikan akan
memperbaiki morbiditas dan mortalitas dibandingkan dengan placebo.
2. HipertensiPada terapi prehipertensi, pemberian obat ini dapat mengurangi risiko hipertensi yang dibuktikan dalam studi 4 tahun yang dinamakan Trial
of Preventing Hypertension (TROPHY). Dalam setting studi tersebut, selama 2 tahun terapi, pasien yang diberi candesartan cilexetil 16 mg
sekali sehari ternyata dapat menunda terjadinya onset hipertensi tahap 1 setelah obat tersebut dihentikan. Secara substansial, juga didapatkan
hasil bahwa candesartan cilexetil menekan onset hipertensi tahap 1 selama dua tahun terapi dan memperpanjang periode bebas hipertensi
selama studi. Hasil studi ini telah dipublikasikan di New England Journal Medical Maret 2006.
Pada terapi hipertensi, inilah data yang didapat dari studi Candesartan Antihypertensive Survival Evaluation in Japan (CASE-J). Studi ini
mengungkapkan efikasi obat dalam mengurangi mortalitas dan morbiditas kardiovaskular pada pasien hipertensi berisiko tinggi dengan
membandingkan candesartan dan amlodipine, antihipertensi golongan kalsium antagonis yang banyak digunakan. Studi dilakukan di Jepangselama 3 tahun atau lebih. Subjek dalam studi ini memiliki lebih dari satu faktor risiko berikut : memiliki tekanan darah sistolik > 180 dan/-
atau 110 mmHg, memiliki diabete tipe 2, risiko serebrovaskular, risiko penyakit ginjal dan vaskular. Hasilnya, candesartan dan
amlodipine secara ekual dapat mengurangi kejadian kardiovaskular pada pasien hipertensi dengan risiko tinggi dengan
manajemen tekanan darah yang ketat yaitu Candesartan ternyata lebih menekan progresi disfungsi
ginjal pada pasien yang mengalami gangguan ginjal, mengurangi mortalitas total pada pasin obesitas dan mencegah onset diabetes
-
5/19/2018 47077948 Pathophysiology of CHF Secondary to RHD (Autosaved)
45/89
dibanding amlodipine. Penurunan yang lebih besar secara signifikan pada nilai left ventricular mass index (LVMI) juga ditemui
pada kelompok candesartan dibanding kelompok amlodipine. Candesartan lebih efektif dibandingkan amlodipine dalam mencegah
perburukan fungsi ginjal pada pasien CKD.
Diantara ARB, candesartan bersifat poten, selektivitas tinggi, (AT1). Karena ikatannya yang kuat, dan disosiasi lama dari reseptor,
candesartan memiliki efek antihipertensif yang kuat, tergantung dosis, dan efek antihipertensifnya lama. Candesartan tidak mempengaruhihomeostasis glukosa atau profil lipid serum dan efektif dalam menurunkan tekanan darah dan microalbuminuria pada pasien hipertensi
dengan diabetes tipe 2 (Ramzi,2007).
3. Nefropati diabetes
Peningkatan tekanan darah sistolik berubungan dengan komplikasi dari DM, dan juga terdapat hubungan antara perkembangan penyakit
ginjal dengan tekanan darah pada pasien dengan DM tipe II. Beberapa studi yang dilakukan menunjukkan keuntungan secara klinik
pemberian ARB secara monoterapi atau kombinasi dengan obat antihipertensi lainnya untuk mengurangi mikroalbuminuria dan proteinuria
serta memperlambat terjadinya nefropati.
Pada diabetes akan terjadi pelebaran membran basal glomerulus, mungkin akan mencapai 3 sampai 4 kali lipat dari ukuran normal. Ini
berhubungan dengan berkurangnya integritas membrane glomerulus dan terganggu kemmpuannya bekerja sebagai saringan protein.
Mikroalbuminuria merupakan tanda kerusakan ginjal pada pasien dengan atau tanpa diabetes dan memprediksikan kerusakan cardiovaskular
serta terjadinya resiko kematian. Hubungan antara eksresi albumin dan resiko cardiorenal merupakan bagian dari rangkaian dan adanya
hubungan respon-dosis antara derjat albuminuria dan risiko cardiovascular. Peningkatan laju dari ekresi albumin di urin memprediksikan
adanya kerusakan organ target, tidak hanya terjadinya nefropati pada ginjal tapi juga kerusakan ventrikel kiri jantung dan infark
miokardium, dan stroke pada otak. Terapi hipertensi dengan ACE inhibitor dan ARB merupakan landasan utama dalam menangani
mikroalbuminuria, sama baiknya pada tahap lanjut albuminuria klinik pada pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2. Ada penurunan albuminuria
dan tekanan darah secara signfikan pada penerima candesartan dalam 3 dosis berbeda dibandingkan plasebo. Rata-rata penurunanalbuminuria adalah 33% untuk candesartan 8 mg, 59% untuk candesartan 16 mg, dan 52% untuk candesartan 32 mg, dibandingkan plasebo.
Albuminuria berkurang secara signifikan pada dua dosis tertinggi candesartan dibandingkan dosis terendah. Kemampuan system renin
angiostensin untuk menghambat, mencegah atau menunda perke