4. isi - copy
TRANSCRIPT
-
5/26/2018 4. isi - Copy
1/41
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A.IDENTITAS PASIENNama : Tn. A.
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Galangan Kapal
Ruangan : Perawatan Aisyah Lantai II Rumah Sakit Ibnu Sina
Nomor RM : 096561
Tanggal Masuk RS : 07 Maret 2014
B.ANAMNESISAnamnesis : Heteroanamnesis
Keluhan Utama : Perut Membesar
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 3 bulan yang lalu secara perlahan - lahan, awalnya bengkakdialami pada kedua tungkai, kemudian di ikuti dengan membesarnya perut. Mual
(+), muntah (-), NUH (+), nyeri hilang timbul, nafsu makan menurun sejak 2
bulan yang lalu, nyeri menelan (-) dan pasien cepat merasa kenyang walaupun
hanya makan sedikit.
Pasien mengeluh mata kuning sejak 3 bulan yang lalu, kemudian diikuti dengankuning pada kulit.
Demam (+), nyeri kepala (+) Keluarga pasien mengatakan pasien selalu gelisah dan susah tidur malam hari
sejak 3 hari yang lalu.
Batuk (-), sesak nafas (+) kadangkadang sesak karena semakin membesarnyaperut, sesaknya tidak dipengaruhi aktivitas dan cuaca.
BAK: lancar, warna teh pekat BAB: belum hari ini, Riwayat BAB warna hitam 1 minggu yang lalu Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat dirawat di RS Labuang Baji bulan Desember 2013 dengan perutmembesar disertai HBsAg (+), dirawat selama 10 hari, pasien pulang
-
5/26/2018 4. isi - Copy
2/41
2
karena keluhan sudah membaik, 1 minggu setelah pulang pasien masuk
kembali ke RS Wahidin dengan keluhan perut membesar dan selama 10
hari perawatan pasien pulang paksa. Bulan Januari 2014 pasien dirawat
kembali di RS Ibnu Sina dengan diagnosis sirosis hepatitis di sertai HBsAg
(+).
Riwayat HT disangkal Riwayat DM disangkal Riwayat merokok sejak 30 tahun yang lalu hingga sekarang Riwayat penyakit kuning sebelumnya (+), didiagnosis HBsAg (+) 3 tahun
yang lalu.
Riwayat keluarga menderita penyakit kuning (+) yaitu ibu. Riwayat minum alkohol disangkal. Riwayat transfusi darah disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISISStatus Present
Sakit berat / Composmentis/ Gizi kurang
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 45 kg
Berat Badan Koreksi : 43,5 kg
IMT : 17,05 kg/m2
Tanda vital:
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit (murni reguler, kuat angkat)Pernapasan : 20 kali/menit tipe thorakoabdominal
Suhu : 37 C (A xilla)
Kepala
Conjungtiva Anemis (+), sklera Ikterus (+)
Sianosis (-)
Edema Palpebra (-)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
3/41
3
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening dan gondok (-)
Massa Tumor (-)
Nyeri Tekan (-)
DVS : R +2cmH2O
Thorax
Inspeksi :Simetris kiri = kanan, Spider nevi (+)
Palpasi :Nyeri tekan (-), Massa tumor (-), vocal fremitus simetrsi kiri = kanan
Perkusi :Sonor simetris kiri = kanan
Auskultasi :Bunyi pernapasan: Vesikuler kiri = kanan
Bunyi tambahan: Rh - - Wh - -
- - - -
- -
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan atas jantung : ICS 2 linea parasternalis dextra
Batas kiri atas jantung : ICS 2 linea mid clavicularis sinistra
Batas apex jantung : ICS 4 linea mid clavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, ikut gerak nafas, venektasis (+).
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normalPalpasi : Perut distended (+), Massa tumor (-), Nyeri tekan epigastrium (+)
Hepar :sulit untuk dinilai
Lien : sulit untuk dinilai
Ginjal : sulit untuk dinilai
Perkusi : Timpani (+), ascites (+) sifthing dulness
Ekstremitas
Edema +/+ pitting edema pretibial dan dorsum pedis.
Eritema Palmaris (+)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
4/41
4
Rectal Touche
- Spinter mencekik, mukosa licin- Handscoen : feses (-), darah (+), warna hitam, lender (-)
D. PEMERIKSAAN LABDarah rutin
E. DIAGNOSIS SEMENTARA Ensefalopati hepatikum grade 1 Sirosis hepatis dekompensata ec HBV. Anemia normositik normokrom ec perdarahan saluran cerna atas DD/
Variceal bleading.
Hipoalbuminemia
F. PENATALAKSANAAN AWAL: 02 4 liter/menit diet rendah garam 1 gr/hari diet protein 1 gr/kgBB/hari diet kalori 35-40 kkal/hari
Pemeriksaan 7/3/2014 Nilai Rujukan
RBC 1,95 4,5-6,5 x 106/mm3
HGB 8,6 14-18 gr/dl
HCT 22,8 40 - 54 %
MCV 116,9 80 -100 m
MCH 44,1 27-31 pg
MCHC 37,7 27-32 g/dl
PLT 90 150-400 x 10 mm
WBC 6,3 410x 10 /mm
Neutrofil 79,3 50 - 70 %
Limfosit 14,3 25 - 40 %
Monosit 6,4 2 - 8 %
Eosinofil 2 - 4 %
Basofil 0.00.10%
-
5/26/2018 4. isi - Copy
5/41
5
retriksi cairan IVFD aminofusin 1 bag/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spinorolaktone 100 mg 1-0-0 Hepamerz sachet 0-1-1 Lactulosa Syr 0-0-2 cth Albumin 20 % 1 btl/hari Maxilliv 2x1 Balance cairran Cefotaxime 1g/12 jam/iv Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv
G. RENCANAPEMERIKSAAN : Analisa dan sitologi cairan Ascites Kimia darah (protein total, albumin, globulin, SGOT, SGPT, PT, APTT,
INR, ureum, kreatinin, bilirubin total, bilirubin direct)
Apusan darah tepi GDS Elektrolit darah (Na, K, Cl) HBsAg Anti HCV USG bila KU memungkinkan ( asites tertangani).
-
5/26/2018 4. isi - Copy
6/41
6
H. FOLLOW UPTanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter
08/03/2014
T: 100/70
N: 80
P: 20
S: 37,0oC
BB : 45 kg
LP: 86 cm
S : Perut membesar (+), nyeri ulu hati
(-), nafsu makan menurun (+), mual
(+), muntah (-),
Demam (+), Batuk (-). Pasien susah
tidur.
BAB : sulit BAB
BAK :kesan lancar, warna teh pekat,
O : SS/GK/CM
Kepala:
Anemis (+), Ikterus ( +), sianosis ()
Leher:
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-
Jantung:
BJ I/II murni regular, bising(-)
Abdomen
Venektasis (+), Asites (+) undulasi,
Perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit dinilaiLien sulit dinilai
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)
R/
Diet hepar,
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
IVFD Aminofusin 1 bag/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spinorolaktone 100 mg 1-0-0 Hepamerz sachet 0-1-1 Lactulosa Syr 0-0-2 cth Albumin 20 % 1 btl/hari Maxilliv 2x1 Balance cairran Cefotaxime 1g/12 jam/iv Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv BB setiap hari.
Plan :
DR, Ur/Cr
Elektrolit
SGOT/SGPT
PT/APTT
Bil. Total/Bil. Direct
Gamma GT
Alkali Fosfatase
USG Abdomen
Rencana pemberian: Somatostatin
-
5/26/2018 4. isi - Copy
7/41
7
Lab :
Tgl 7/03/2014
Darah Rutin
WBC = 6,3x103
LRBC = 1,95x106 L
MCV = 116,9 x103
MCHC = 44,1x103
HGB = 8,6 g/dL
PLT = 90x103L
Kimia darah
Protein total = 6,7
Albumin = 1,5
Globulin = 3,08
Bil total = 5,4
Bil direct = 1,4Ur/Cr = 37 / 0,8
GOT/GPT = 265/146
PT = 14,5 control 10,1
APTT = 30,0 control 24,5
GDS = 94 mg/dl
HbsAg reaktive
A :
Ensefalopati hepatikum grade 1 Sirosis hepatis dekompensata ec
HBV.
Anemia normositik normokromec perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleeding
Hipoalbuminemia
9/03/14
T : 100/70
N : 90
P :20
S : 37,0oC
BB : 45 kg
LP: 86 cm
S : Perut membesar (+) kesan menurun,
NUH (-), mual(-), susah tidur (+).
BAB : belum pagi ini, tadi malam
warna kuning
BAK :kesan lancar, warna teh pekat
O : SS/GK/CM
Kepala:
R/
Diet hepar,
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
IVFD Aminofusin 1 bag/hari
-
5/26/2018 4. isi - Copy
8/41
8
Anemis (-), Ikterus (+), sianosis ()
Leher:
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-
Jantung:
BJ I/II murni regular, bising(-)
Abdomen:
Caput medusa (+), Asites (+)
undulasi, perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit di nilai
Lien sulit dunilai
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)
A :
Sirosis hepatis dekompensata ecHBV
Ensefalopati hepatikum grade 1 Anemia normositik normokrom
ec perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleeding
Hipoalbuminemia
Lab :
Tgl 8 / 3 / 2014
Ur/Cr = 0,6/49
PT = 20,7 detik
Furosemide 40 mg 1-0-0 Spinorolaktone 100 mg 1-0-0 Hepamerz sachet 0-1-1 Lactulosa Syr 0-0-2 cth Albumin 20 % 1 btl/hari Maxilliv 2x1 Balance cairran Cefotaxime 1g/12 jam/iv Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv BB setiap hari.
-
5/26/2018 4. isi - Copy
9/41
9
APTT = 51,6
INR = 1,94
Elektrolit =
Na = 135,1 mmol/L
K = 3,50 mmol/L
Cl = 95,5 mmol/L
USG Abdomen (8/3/2014)
Kesan : Sirosis hepar dengan
hepatoma multinoduler
10/03/2014
T : 100/70
N : 96x/i
P : 20x/i
S : 36,8oC
BB : 45 kg
LP: 86 cm
S : Perut membesar (+)
Demam (-)
Batuk (-), Sesak (-)
Pasien susah tidur (+)
BAB : biasa, kuning
BAK :kesan lancar, warna teh pekat
O : SS/GK/CM
Kepala:
Anemis (+), Ikterus (+), sianosis ()
Leher:
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-Jantung:
BJ I/II regular, bising(-)
Abdomen :
Venektasis (+), Asites (+) undulasi,
perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit dinilaiLien sulit dinilai
R/
Diet hepar,
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
Comafusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spironolakton 100 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 0-1-1 Dulculactol syr 3x1 Maxiliv 1-0-1 Cefotaxime 1 g/12 jam/hari Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv Balance cairan LP setiap hari. Koreksi Albumin
-
5/26/2018 4. isi - Copy
10/41
10
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)
A :
Sirosis hepatis dekompensata ecHBV
Ensefalopati hepatikum grade 1 Anemia normositik normokrom
ec. perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleeding
Hipoalbuminemia
11/03/2014
T : 100/70
N : 94x/i
P : 20x/i
S : 36,7oC
BB : 45 kg
LP: 86 cm
S : Perut membesar (+)
Demam (-)
Batuk (-), Sesak (-)
Pasien susah tidur (+)
BAB : biasa, kuning
BAK : kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM
Kepala:
Anemis (+), Ikterus (+), sianosis ()
Leher:
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-
Jantung:
BJ I/II regular, bising(-)
Abdomen :
Venektasis (+), Asites (+) undulasi,
R/
Diet hepar,
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
Comafusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spironolakton 100 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 0-1-1 Dulculactol syr 3x1 Maxiliv 1-0-1 Cefotaxime 1 g/12 jam/hari Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv Balance cairan LP setiap hari. Koreksi Albumin
-
5/26/2018 4. isi - Copy
11/41
11
perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit dinilai
Lien sulit dinilai
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)
A :
Sirosis hepatis dekompensata ecHBV
Ensefalopati hepatikum grade 1 Anemia normositik normokrom
ec perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleeding
Hipoalbuminemia
12/03/2014
T : 100/70
N : 68x/i
P : 20x/i
S : 36,6oC
BB : 45 kg
LP: 86 cm
S : Perut membesar (+)
Demam (-)
Batuk (-), Sesak (-)
Pasien susah tidur (+)
BAB : belum hari ini
BAK :kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM
Kepala:
Anemis (+), Ikterus (+), sianosis ()
Leher:
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-
R/
Diet hepar,
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
Comafusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spironolakton 100 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 0-1-1 Dulculactol syr 3x1 Maxiliv 1-0-1 Cefotaxime 1 g/12 jam/hari Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv Balance cairan
-
5/26/2018 4. isi - Copy
12/41
12
Jantung:
BJ I/II regular, bising(-)
Abdomen :
Venektasis (+), Asites (+) undulasi,
perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit dinilai
Lien sulit dinilai
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)
A :
Sirosis hepatis dekompensata ecHBV
Ensefalopati hepatikum grade II Anemia normositik normokrom
ec perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleeding
Hipoalbuminemia
BB setiap hari. Koreksi Albumin
13/03/2014
T : 120/80
N : 92x/i
P : 20x/i
S : 36,1oC
BB : 45 kg
LP: 86 cm
S : Perut membesar (+)
Demam (-)
Batuk (-), Sesak (-)
Pasien susah tidur (+)
BAB : biasa, kuning
BAK :kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM
Kepala:
Anemis (+), Ikterus (+), sianosis ()
Leher:
R/
Diet hepar,
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
Comafusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spironolakton 100 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 0-1-1 Hepamerz sachet 0-1-1
-
5/26/2018 4. isi - Copy
13/41
13
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-
Jantung:
BJ I/II regular, bising(-)
Abdomen :
Venektasis (+), Asites (+) undulasi,
perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit dinilai
Lien sulit dinilai
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)
A :
Sirosis hepatis dekompensata ecHBV
Ensefalopati hepatikum grade 1- Anemia normositik normokrom
ec perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleading
Hipoalbuminemia
Albumin = 1,7 g/dL
Dulculactol syr 3x1 Maxiliv 1-0-1 Cefotaxime 1 g/12 jam/hari Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv Balance cairan BB setiap hari. Koreksi Albumin
14/03/2014
T : 100/60
N : 96x/i
P : 20x/i
S : 36,8oC
BB : 45 kg
S : Perut membesar (+)
Demam (-)
Batuk (-), Sesak (-)
Pasien susah tidur (+)
BAB : biasa, kuning
BAK : kesan lancar, warna kuning
R/
Diet hepar,
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
-
5/26/2018 4. isi - Copy
14/41
14
LP: 86 cm O : SS/GK/CM
Kepala:
Anemis (+), Ikterus (+), sianosis ()
Leher:
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-
Jantung:
BJ I/II regular, bising(-)
Abdomen :
Venektasis (+), Asites (+) undulasi,
perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit dinilai
Lien sulit dinilai
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)
A :
Sirosis hepatis dekompensata ecHBV
Ensefalopati hepatikum grade 1- Anemia normositik normokrom
ec perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleeding
Hipoalbuminemia
Albumin = 2,2 mg/dL
Comafusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spironolakton 100 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 0-1-1 Dulculactol syr 3x1 Maxiliv 1-0-1 Cefotaxime 1 g/12 jam/hari Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv Balance cairan BB setiap hari Koreksi Albumin
15/03/2014
T : 100/70
S : Perut membesar (+)
Demam (-)
R/
Diet hepar,
-
5/26/2018 4. isi - Copy
15/41
15
N : 72x/i
P : 24x/i
S : 36,5oC
BB : 43 kg
LP: 85 cm
Batuk (-), Sesak (-)
Pasien susah tidur (+)
BAB : biasa, kuning
BAK :kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM
Kepala:
Anemis (+), Ikterus (+), sianosis ()
Leher:
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-
Jantung:
BJ I/II regular, bising(-)
Abdomen :
Venektasis (+), Asites (+) undulasi,
perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit dinilai
Lien sulit dinilai
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)A :
Sirosis hepatis dekompensata ecHBV
Ensefalopati hepatikum grade 1- Anemia normositik normkrom ec
perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleeding
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
Comafusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spironolakton 100 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 0-1-1 Dulculactol susp 3x1 (jika
susah BAB)
Maxiliv 1-0-1 Vit K 1 amp/ 24 jam (selama
3 hari)
Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv Balance cairan BB setiap hari Koreksi Albumin
-
5/26/2018 4. isi - Copy
16/41
16
Hipoalbuminemia Koagulopati hepatikum
PT = 26,1 detik
INR = 2,60
APTT = 49,8
16/03/2014
T : 100/70
N : 72x/i
P : 24x/i
S : 36,5oC
BB : 43 kg
LP: 85 cm
S : Perut membesar (+)
Demam (-)
Batuk (-), Sesak (-)
Pasien susah tidur (+)
BAB : biasa, kuning
BAK :kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM
Kepala:
Anemis (+), Ikterus (+), sianosis ()
Leher:
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-
Jantung:
BJ I/II regular, bising(-)
Abdomen :
Venektasis (+), Asites (+) undulasi,
perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit dinilai
Lien sulit dinilai
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)
R/
Diet hepar,
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
Comafusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spironolakton 100 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 0-1-1 Dulculactol syr 3x1 Maxiliv 1-0-1 Vit K 1 amp/24 jam Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv Balance cairan BB setiap hari Koreksi Albumin
-
5/26/2018 4. isi - Copy
17/41
17
A :
Sirosis hepatis dekompensata ecHBV
Ensefalopati hepatikum grade 1 Anemia normositik normokrom
ec perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleeding
Hipoalbuminemia Koagulopati hepatikum
17/03/2014
T : 90/60
N : 90x/i
P : 19x/i
S : 36,8oC
BB : 41 kg
LP: 85 cm
S : Perut membesar (+)
Demam (-)
Batuk (-), Sesak (-)
Pasien susah tidur (+)
BAB : biasa, kuning
BAK :kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM
Kepala:
Anemis (+), Ikterus (+), sianosis ()
Leher:
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-
Jantung:
BJ I/II regular, bising(-)
Abdomen :
Venektasis (+), Asites (+) undulasi,
perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit dinilai
Lien sulit dinilai
R/
Diet hepar,
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
Comafusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spironolakton 100 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 0-1-1 Dulculactol syr 3x1 Maxiliv 1-0-1 Vit K 1 amp/24jam Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv Balance cairan BB setiap hari Koreksi Albumin
-
5/26/2018 4. isi - Copy
18/41
18
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)
A :
Sirosis hepatis dekompensata ecHBV
Ensefalopati hepatikum grade 1 Anemia normositik normokrom
ec perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleeding
Hipoalbuminemia (2,2) Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv
18/03/2014
T : 100/70
N : 72x/i
P : 24x/i
S : 36,5oC
BB : 41 kg
LP: 79 cm
S : Perut membesar (+)
Demam (-)
Batuk (-), Sesak (-)
Pasien susah tidur (+)
BAB : biasa, kuning
BAK :kesan lancar, warna kuning
O : SS/GK/CM
Kepala:
Anemis (+), Ikterus (+), sianosis ()
Leher:
DVS R+2 cmH2O
Thorax:
BP :Vesikuler
BT :Rh -/-, Wh -/-
Jantung:
BJ I/II regular, bising(-)
Abdomen :
Venektasis (+), Asites (+) undulasi,
R/
Diet hepar,
diet rendah garam 1 gr/hari
diet protein 1 gr/kgBB/hari
diet kalori 35-40 kkal/hari
retriksi cairan
Comafusin 1 botol/hari Furosemide 40 mg 1-0-0 Spironolakton 100 mg 1-0-0 Hepatosol LOLA 0-1-1 Dulculactol syr 3x1 Maxiliv 1-0-1 Pantoprazol 40 mg/ 12 jam/iv Balance cairan LP setiap hari. Koreksi Albumin
-
5/26/2018 4. isi - Copy
19/41
19
perut distended (+)
Peristaltik (+) kesan normal
Hepar sulit dinilai
Lien sulit dinilai
Ext:
Edema dorsum pedis dan pretibial
(+/+)
Eritema palmaris (+)
A :
Sirosis hepatis dekompensata ecHBV
Ensefalopati hepatikum grade 1 Anemia normositik normokrom
ec perdarahan saluran cerna atas
DD/ variceal bleeding
Hipoalbuminemia
Lab tgl 18/3/2014
WBC = 5900
RBC = 2,04x106
HGB = 8,3 g/dL
PLT = 80x103
Albumin 2,4 g/dL
I. PROGNOSIS Ad Functionam : Dubia et Malam Ad Sanationam : Dubia et Malam Ad Vitam : Dubia et Malam
-
5/26/2018 4. isi - Copy
20/41
20
RESUME
Seorang laki laki , 58 tahun, datang dengan keluhan perut membesar
keluhan dialami sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, awalnya
bengkak pada kedua tungkai, kemudian diikuti dengan membesarnya perut. Mual
(+), muntah (-), NUH (+), nyeri hilang timbul. nafsu makan menurun sejak 2
bulan yang lalu, nyeri menelan (-) dan pasien cepat merasa kenyang walaupun
hanya makan sedikit. Pasien mengeluh mata kuning sejak 3 bulan yang lalu,
kemudian diikuti dengan kuning pada kulit. Demam (+), sakit kepala (+).
Keluarga pasien mengatakan pasien selalu gelisah dan susah tidur sejak 3 hari
yang lalu. Batuk (-), sesak napas (+) dirasakan sejak perut mulai membesar, sesak
tidak dipengaruhi oleh cuaca, nyeri dada (-). Buang air kecil lancar dan warna teh
pekat. Buang air besar belum hari ini, riwayat BAB hitam (+). Riwayat penyakit
sebelumnya pasien di RS Labuang Baji bulan Desember 2013 dengan perut
membesar disertai HBsAg (+), dirawat selama 10 hari, pasien pulang karena
keluhan sudah membaik, 1 minggu setelah pulang pasien masuk kembali ke RS
Wahidin dengan keluhan perut membesar dan selama 10 hari perawatan pasien
pulang paksa. Bulan Januari 2014 pasien dirawat kembali di RS Ibnu Sina dengan
diagnosis sirosis hepatitis di sertai HBsAg (+). Riwayat HT disangkal, Riwayat
DM disangkal. Riwayat merokok sejak 30 tahun yang lalu hingga sekarang.
Riwayat penyaki kuning sebelumnya (+), HBsAg (+) 3 tahun yang lalu. Riyawat
ibu meninggal dengan HBsAg (+). Riwayat minum alkohol disangkal. Riwayat
transfusi darah sebelumnya disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, composmentis, gizi
kurang. Conjungtiva tampak anemis, sklera ikterus. Pada thorax dan bahu
terdapat spider nevi, bunyi pernapasan vesikuler. Bunyi jantung I/II murni reguler.
Pada abdomen tampak cembung, ikut gerak nafas, tampak venektasis, peristaltik
usus (+) kesan normal, pada palpaspi perut distanded (+), nyeri tekan
epigastrium (+). Hepar, lien, dan ginjal sulit dinilai. Pada perkusi asites (+) sifting
dulness. Pada ekstremitas tampak edema pada kedua ekstremitas disertai pitting
edema, terdapat eritema palmaris, dan flapping tremor. RT didapatkan Spinter
mencekik, mukosa licin, handscoen : feses (-), darah (+), warna hitam, lender (-)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
21/41
21
Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan RBC = 1,95 x 106, HGB = 8,6
gr/dl, MCV = 116,9, MCHC = 37,7, WBC = 6,3 x 10 3, protein total = 6,7,
albumin = 1,5 gr/dl, globulin = 3,08 gr/dl, bilirubin total = 5,4 mg/dl, bilirubin
direct = 1,4 mg/dl, ureum = 37, kreatinin = 0,8, SGOT = 265, SGPT = 146, PT =
14,5 control 10,1, APTT = 30,3 control 20,4, GDS = 94 mg/dl. HbsAg positif dan
anti HCV negatif.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang
maka pasien didiagnosa dengan Sirosis hepatis dekompensata ec HBV,
encephalopaty hepatikum grade 1, anemia normositik normokrom ec perdarahan
saluran cerna atas DD/ variceal bleeding dan hipoalbuminemia.
Diskusi
Pasien datang di rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar diduga
beberapa penyebab perut membesar, yaitu gas (flatus), lemak (fat), cairan (fluid),
feses, dan fetus. Penyebab fetus dapat disingkirkan berdasarkan jenis kelamin
pasien: laki-laki. Penyebab gas dan flatus dapat disingkirkan berdasarkan
anamnesis dimana pasien masih buang angin (terakhir 5 jam sebelum masuk
rumah sakit). Berdasarkan data antropometrik, BB koreksi pasien = 43 Kg dengan
IMT = 17,05 kg /m2 dengan status gizi kurang, maka penyebab lemak dapat
disingkirkan. Dari pemeriksaan fisis pada pasien ini merupakan cairan atau
disebut juga asites.
Terdapat beberapa penyakit yang menyebabkan asites, antara lain sirosis
hepatis, gagal jantung kongestif, hipotiroidisme, dan peritonitis.
Diagnosis gagal jantung kongestif dapat disingkirkan berdasarkan tidak
adanya keluhan gejala-gejala hipotiroidisme, seperti lebih menyukai suhu yang
panas, selslu merasa kedinginan atau tidak tahan dingin, konstipasi, jarang
berkeringat. Dari pemeriksaan fisis juga tidak diperoleh bradikardi, suhu tubuh
dingin, dan edema non-pitting.
-
5/26/2018 4. isi - Copy
22/41
22
Diagnosis peritonitis juga dapat disingkirkan berdasarkan tidak adanya
keluhan nyeri perut hebat yang muncul tiba-tiba, perut terasa kaku, dan perut
terasa panas atau hangat. Dari pemeriksaan fisis juga tidak didaptkan rigiditas
abdomen, hilangnya pekak hepar, nyeri tekan seluruh abdomen dan nyeri pantul.
Pasien didiagnosis Sirosis Hepatis (SH), oleh karena ditemukannya gejala
kegagalan fungsi hati, yang dibuktikan melalui hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia disebabkan karena gangguan
sintesis dan sekresi albumin yang menyebabkan edema. Selain itu terdapat pula
tanda-tanda hipertensi porta, yaitu ascites dan edema tungkai. Pada pasien ini,
juga terjadi penurunan nafsu makan, mual, dan kembung. Diagnosis ini semakin
diperkuat dengan adanya hasil USG abdomen yang menyatakan gambaran sesuai
asites.
Hati merupakan pusat dari metabolism seluruh tubuh, merupakan sumber
energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20-25% oksigen darah. Ada
beberapa fungsi hati yaitu: sebagai metabolism karbohidrat, sebagai metabolism
lemak, sebagai metabolism protein, sebagai hemodinamik, sebagai detoksifikasi,
sebagai metabolisme bilirubin.
Kegagalan fungsi hati menimbulkan keluhan seperti rasa lemah, turunnya
berat badan, kembung, dan mual. Kulit tubuh dibagian atas, muka, dan lengan atas
akan bisa timbul bercak mirip laba-laba (spider nevi). Telapak tangan berwarna
merah (eritema Palmaris), perut membuncit akibat penimbunan cairan secara
abnormal dirongga perut (asites), dan pembesaran payudara pada laki-laki. Bisa
pula timbul hipoalbuminemia, pembengkakan pada tungkai bawah sekitar tulang
(edema pretibial), dan gangguan pembekuan darah yang bermanifestasi sebagai
perdarahan gusi, mimisan atau gangguan siklus haid. Kegagalan hati pada sirosis
hati fase lanjut dapat menyebabkan gangguan kesadaran akibat encephalopathy
hepatic atau koma hepatik.
Tekanan portal yang normal antara 5-10 mmHg. Pada hipertensi portal
terjadi kenaikan tekanan dalam system portal yang lebih dari 15 mmHg dan
-
5/26/2018 4. isi - Copy
23/41
23
bersifat menetap. Keadaan ini akan menyebabkan limpa membesar
(splenomegali), pelebaran pembuluh darah kulit pada dinding perut disekitar pusar
(caput medusa), pada dinding perut yang menandakan sudah terbentuknya system
kolateral, wasir (hemorrhoid), dan penekanan pembuluh darah vena esofagus atau
cardia (varises esophagus) yang dapat menimbulkan muntah darah (hematemesis),
atau berak darah (melena). Kalau perdarahn yang keluar sangat banyak maka
penderita bisa timbul syok (renjatan). Bila penyakit akan timbul asites,
ensephalopathy, dan perubahan ke arah kanker hati primer (hepatoma).
Ada 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites pada penderita Sirosis
Hepatis, yaitu:
- Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalamserum. Pada keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati
terganggu fungsinya, maka pembentukan albumin juga terganggu, dan
kadarnya menurun, sehingga tekanan koloid osmotik juga berkurang.
Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah dapat merupakan
tanda krisis untuk timbulnya asites.
-Tekanan vena porta. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnyavarises esophagus, maka kadar plasma protein dapat menurun, sehingga
tekanan koloid osmotic menurun pula kemudian terjadilah asites.
Sebaliknya bila kadar plasma protein kembali normal, maka asitesnya
akan menghilang walaupun hipertensi portal tetap ada. Hipertensi portal
mengakibatkan meningkatnya aktifitas plasma rennin sehingga aldosteron
juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan
elektrolit terutama natrium dengan peningkatan aldosteron maka terjadi
retensi natrium yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan.
-
5/26/2018 4. isi - Copy
24/41
24
BAB II
REFERAT
A. PENDAHULUANCirrhosis hepatic (sirosis hepatis) didefinisikan sebagai sekelompok
penyakit hati kronis yang ditandai dengan hilangnya arsitektur lobular hepatik
normal dengan fibrosis, dan dengan destruksi sel-sel parenkim beserta
regenerasinya berbentuk nodul-nodul. Penyakit ini mempunyai periode laten yang
panjang, biasanya diikuti dengan pembengkakan dan nyeri abdomen,
hematemesis, asites, ikterus, hipertensi portal, dan gangguan system saraf pusat,yang dapat berakhir dengan koma hepatik, menjadi menonjol.(1)
Sirosis hepatis secara klinis dibagi menjadi sirosis hepatis kompensata yang
berarti belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hepatis dekompensata
yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata
merupakan kelanjutan dari proses hepatis kronik dan pada satu tingkat terlihat
perbedaan secara klinis hal ini hanya dapat dibedakan melalui pemeriksaan biopsi
hati. (2)
B. ANATOMI HATIHati merupakan organ terbesar dalam tubuh, berkontribusi sekitar 2% dari
total berat badan atau sekitar 1,5 kg pada orang dewasa. Hati merupakan organ
plastis lunak dan tercetak oleh struktur disekitarnya. Permukaan superior
berbentuk cembung dan terletak dibawah kubah kanan diafragma dan sebagian
kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap ginjal
kanan, lambung, pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan
kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissure
segmentalis yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial
dari lateral oleh ligamentum falsiformeyang dapat dilihat dari luar. Ligamentum
falsiforme berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen.
Permukaan hati diliputi oleh peritoneum visceralis, kecuali daerah kecil pada
permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa
ligamentum yang merupakan lipatan peritoneum membantu menyokong hati.
-
5/26/2018 4. isi - Copy
25/41
25
Dibawah peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan
kapsula glisoni, yang meliputi seluruh permukaan organ; kapsula ini melapisi
mulai dari hilus atau porta hepatis dipermukaan inferior, melanjutkan diri ke
dalam massa hati, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri
hepatica, dan saluran empedu.(3,4)
Gambar 1. Permukaan anterior hati (5)
Gambar 2. Permukaan posterior hati(5)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
26/41
26
C. HISTOLOGI HATISetiap lobus hati terbagi menjadi strukturstruktur yang dinamakan lobuler,
yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap lobuler
merupakan badan heksagonal dengan diameter antara 0,8-2 mm yang terdiri atas
lempengan-lempengan sel hati berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi vena
sentralis. Di antara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan
sinusoid, meruapakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Tidak seperti kapiler
lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel Kuffer merupakan massa sel
monosit-magrofag yang lebih banyak daripada yang terdapat dalam hati, jadi hati
merupakan salah satu organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan
organ toksik. Selain cabang-cabang vena porta dan arteria hepatika yang
melingkari bagian perifer lobules hati, juga terdapat saluran empedu. Saluran
empedu interlobular membentuk kapiler empedu yang sangat kecil yang
dinamakan kanalikuli, berjalan ditengah-tengah lempengan sel hati. Empedu yang
dibentuk dalam hepatosit dieksresi ke dalam kanalikuli yang bersatu membentuk
saluran empedu yang semakin lama semakin besar (duktus koledokus). (3,4)
D. VASKULARISASIHATI
Gambar 3. Struktur dasar lobulus hati
Hati memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran cerna dan limpa melalui
vena porta, dan aorta melalui arteria hepatika. Sekitar sepertiga darah yang masuk
adalah darah arteria dan sekitar dua pertiga adalah darah dari vena porta. Volume
total darah yang melewati hati setiap menit adalah 1.500 ml dan dialirkan melalui
-
5/26/2018 4. isi - Copy
27/41
27
vena hepatika dekstra dan sinistra, yang selanjutnya bermuara pada vena kava
inferior.(3)
Vena porta bersifat unik karena terletak antara dua kapiler, satu dalam hati
dan lainnya dalam saluran cerna. Saat mencapai hati, vena potra bercabang-
cabang yang menempel melingkari lobules hati. Cabang-cabang ini kemudian
mempercabangkan vena interlobularis yang berjalan di antara lobules-lobulus.
Vena-vena ini selanjutnya membentuk sinusoid yang berjalan di antara lempengan
hepatosit dan bermuara dalam vena sentralis. Vena sentralis dari beberapa lobulus
membentuk vena sublobularis yang selanjutnya kembali menyatu dan membentuk
vena hepatika. Cabang-cabang terhalus dari arteria hepatika juga mengalirkan
darahnya ke dalam sinusoid, sehingga terjadi campuran darah arteri dari arteri
hepatika dan darah vena dari vena porta. Peningkatan tekanan dalam sistem ini
sering menjadi manifestasi gangguan hati dengan akibat serius yang melibatkan
pembuluh-pembuluh darah darimana darah portal berasal. Beberapa lokasi
anastomosis portakaval memiliki arti klinis yang penting. Pada obstruksi aliran ke
hati, darah porta dipirau ke system vena sistemik.(3)
Gambar 4. Pola lobular hati normal(5)
E. FISIOLOGIHati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada hampir
setiap fungsi metabolik tubuh, dan khususnya bertanggung jawab atas lebih dari
500 aktivitas berbeda. Untunglah hati memiliki kapasitas cadangan yang besar,
-
5/26/2018 4. isi - Copy
28/41
28
dan hanya dengan 10-20% jaringan yang berfungsi, hati mampu mempertahankan
kehidupan. Destruksi total atau pembuangan hati mengakibatkan kematian dalam
10 jam. Hati memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Pada sebagian besar
kasus, pengangkatan sebagian hati, baik karena sel sudah mati atau sakit, akan
diganti dengan jaringan hati yang baru.(3)
Pembentukan dan ekskresi empedu merupakan fungsi utama hati; saluran
empedu hanya mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dan
mengeluarkan empedu ke usus halus sesuai kebutuhan. Hati mensekresi sekitar 1
gram empedu kuning setiap hari. Unsur utama empedu adalah air (97%),
elektrolit, garam empedu, fosfolipid (terutama lesitin) kolesterol, dan pigmen
empedu (terutama bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting untuk
pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus. Setelah diolah oleh bakteri usus
halus, maka sebagian besar garam empedu akan direabsorbsi di ileum, mengalami
resirkulasi ke hati, serta kembali dikonjugasi dan disekresi. Bilirubin (pigmen
empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak penting,
namun merupakan petunjuk penyakit hati dan saluran empedu yang penting,
karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berkontak
dengannya.(3)
Hati memegang peranan penting pada metabolisme tiga bahan makanan
yang dikirim oleh vena porta pasca absorbsi di usus. Bahan makanan tersebut
adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Monosakarida dari usus halus diubah
menjadi glikogen dan disimpan dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini,
glukosa dilepaskan secara konstan ke dalam darah (glikogenesis). Dari depot
glikogen ini, memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam
jaringan untuk menghasilkan panas dan energi, dan sisanya di ubah menjadi
glikogen dan disimpan dalam jaringan subkutan. Hati mampu mensintesis glukosa
dari protein dan lemak (glukoneogenesis). Peranan hati pada metabolisme sangat
penting untuk kelangsungan hidup. Semua protein plasma, kecuali gamma
globulin, disintesis oleh hati. Protein ini termasuk albumin yang diperlukan untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan protombin, fibrinogen, dan faktor
faktor pembekuan lain. Selain itu, sebagian besar degradasi asam amino dimulasi
-
5/26/2018 4. isi - Copy
29/41
29
dalam hati memalui proses deaminasi atau pembuangan gugus amonia (NH3).
Amonia yang dilepaskan kemudian disintesis menjadi urea dan disekresi oleh
ginjal dan usus. Amonia yang terbentuk dalam usus oleh kerja bakteri pada
protein juga diubah menjadi urea dalam hati. Fungsi metabolisme hati yang lain
adalah metabolisme lemak, penyimpanan vitamin, besi, dan tembaga; konjugasi
dan sekresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksifikasi sejumlah besar zat
endogen dan eksogen. Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh
enzim-enzim hati melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat-zat yang
dapat berbahaya, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.
Zat-zat seperti indol, skatol, dan fenol yang dihasilkan oleh kerja bakteri pada
asam amino dalam usus besar dan zat-zat eksogen seperti morfin, fenobarbital,
dan obat-obat lain, didektosifikasi dengan cara demikian. (3)
Akhirnya, fungsi hati adalah sebagai ruang penampungan atau saringan
karena letaknya yang strategis antara usus dan sirkulasi umum. Sel kuffer pada
sinusoid menyaring bakteri darah portal bahan-bahan yang membahayakan
dengan cara fagositosis.(3)
Regenerasi Hati
Berbeda dengan organ padat lainnya, hati orang dewasa tetap mempunyai
kemampuan bergenerasi. Ketika kemampuan hepatosit untuk bergenerasi sudah
terbatas, maka sekelompok sel prupotensial oval yang berasal dari duktulus-
duktulus empedu akan berproliferasi sehingga membentuk kembali hepatosit dan
sel-sel bilier yang tetap memiliki kemampuan beregenerasi. (4,6)
Dari penelitian model binatang ditemukan bahwa hepatosit tunggal dari
tikus dapat mengalami pembelahan hingga 34 kali, atau memproduksi jumlah sel
yang mencukupi sel-sel untuk membentuk 50 hati tikus. Dengan demikian dapat
dikatakan sangatlah memungkinkan untuk melakukan hepatektomi hingga 2/3 dari
seluruh hati.(4,6)
F. ETIOLOGISecara konvensional, sirosis hepatis dapat diklasifikasikan sebagai
makronodular (besar nodul lebih dari 3 mm), mikronoduler (besar nodul kurang
-
5/26/2018 4. isi - Copy
30/41
30
dari 3 mm), atau campuran mikro dan makronoduler. Selain itu juga diklasifikasi
berdasarkan etiologi dan morfologis. (2)
Sebagian besar jenis sirosis diklasifikasikan secara etiologis dan morfologis
menjadi alkoholik, kriptogenik dan post hepatitis (postnekrotik), biliaris, kardiak,
dan metabolik, keturunan, dan terkait obat. (2)
Di negara barat, penyebab sirosis yang utama adalah alkoholik, sedangkan
di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B maupun C. Berdasarkan
hasil penelitian di Indonesia, disebutkan bahwa virus hepatitis B menyebabkan
sirosis sebesar 40-50%, dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20%
penyebab tidak diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B dan C (non B-
nonC). Alkohol sebagai penyebab sirosis di Indonesia di Indonesia diduga
frekuensinya sangat kecil walaupun belum terdapat data yang menunjukkan hal
tersebut. (2)
G. PATOFISIOGIGambaran patologi hati biasanya mengkerut, berbentuk tidak teratur, dan
terdiri dari nodulus sel hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang padat dan
lebar. Gambaran mikroskopik konsisten dengan gambaran makroskopik. Ukuran
nodulus sangat bervariasi, dengan sejumlah besar jaringan ikat memisahkan pulau
parenkim regenerasi yang susunannya tidak teratur. (2)
Pathogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir, memperlihatkan
adanya peranan sel stelata (stellate cell). Dalam keadaan normal sel stelata
mempunyai peranan dalam keseimbangan pembentukan matriks ekstraseluler dan
proses degerasi. Pembentukan fibrosis menunjukkan perubahan proses
keseimbangan. Jika terpapar faktor tertentu yang berlangsung secara terus
menerus (misal: hepatitis virus, bahan-bahan hepatotoksik), maka sel stelata akan
menjadi sel yang membentuk kolagen. Jika proses terus menerus maka fibrosis
akan berjalan terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal akan
digantikan oleh jaringan ikat. (2)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
31/41
31
H. DIAGNOSIS DAN MANIFESTASI KLINIS1. Gejala Klinik
Stadium awal sirosis sering kali dijumpai tanpa gejala
(asimptomatis) sehingga kadang ditemukan pada waktu pasien
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena kelainan penyakit
lain. Gejala awal sirosis (kompensata) meliputi perasaan mudah lelah dan
lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembungm mual, berat
badan menurun, pada laki-laki dapat timbul gejala impotensi, testis
mengecil, buah dada membesar, hilangnya dorongan seksualitas. Bila
sudah lanjut (sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih menonjol
terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta,
meliputi gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksi,
gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih seperti teh pekat, muntah
darah dan atau melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa,
sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma. Mungkin disertai
hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam tidak begitu tinggi.(2)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
32/41
32
Gambar 5. Manifestasi Klinis dari Sirosis Hepatis (4)
2. Pemeriksaan fisis
Gambar 6. Manifestasi Hipertensi Portal(7)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
33/41
33
Gambar 7. Manifestasi Kegagalan Fungsi Hati (7)
Temuan klinis sirosis meliputi, spider angioa-spiderangiomata
(atau spider telengiektasis), suatu lesi vaskular yang dikelilingi beberapa
vena-vena kecil. Tanda ini sering ditemukan di bahu, muka, dan lengan
atas. Mekanisme terjadinya belum diketahui secara pasti, diduga
berkaitan dengan peningkatan rasio estradiol/testosteron bebas. Tanda ini
juga bisa ditemukan pula pada orang sehat, walau umumnya ukuran lesi
kecil. (2)
Eritema Palmaris, warna merah saga pada thenar dan hipothenar
telapak tangan. Hal ini juga dikaitkan dengan perubahan metabolisme
hormon estrogen. Tanda ini juga tidak spesifik pada sirosis. Ditemukan
pula pada kehamilan, arthritis rheumatoid, hipertiroidisme, dan
keganasan hematologi.(2)
Perubahan kuku-kuku Muchrche berupa pita putih horizontal
dipisahkan dengan warna normal kuku. Mekanisme juga belum
diketahui, diperkirakan akibat hipoalbuminemia. Tanda ini juga bisa
ditemukan pada kondisi hipoalbuminemia yang lain seperti sindrom
nefrotik. (2)
Jari gada lebih sering ditemukan pada sirosis bilier. Osteoarthopati
hipertrofi suatu periostitis proliferative kronik, menimbulkan nyeri.(2)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
34/41
34
Kontraktur Dupuytren akibat fibrosis fasia Palmaris menimbulkan
kontraktur fleksi jari-jari berkaitan dengan alkoholisme tetapi tidak
secara spesifik berkaitan dengan sirosis. Tanda ini juga ditemukan pada
pasien diabetes mellitus, distrofi reflex simpatetik, dan perokok yang
juga mengkonsumsi alcohol.(2)
Ginecomastia secara histologist berupa proliferasi benigna jaringan
glandula mammae laki-laki, kemingkinan akibat peningkatan
androstendion. Selain itu, ditemukan juga hilangnya rambut dada dan
aksilla pada laki-laki, sehingga laki-laki mengalami oerubahan kea rah
feminism. Kebalikannya pada perempuan menstruasi cepat berhenti
sehingga diduga fase menopause.(2)
Atrofi testis hipigonadisme menyebabkan impotensi dan infertile.
Tanda ini menonjol pada alkoholik sirosis dan hemokromatosis. (2)
Hepatomegali, ukuran hati yang sirotik bisa membesar, normal,
atau mengecil. Bilamana hati teraba, hati sirotik teraba keras dan
nosular.(2)
Splenomegali sering ditemukan terutama pada sirosis yang
penyebabnya nonalkoholik. Pembesaran ini akibat kongesti pulpa merah
lien karena hiperntensi porta. (2)
Asites, penimbunan cairan dalam ringga peritoneum akbat
hiperntensi porta dan hipoalbuminemia. Caput medusa juga sebagai
akibat hipertensi porta. (2)
Foetor Hepatikum, baru nafas yang khas pada pasien sirosis
disebabkan peningkatan konsentrasi dimetil sulfide akibat pintasan porto
sistemik yang berat.(2)
Ikterus pada kulit dan membrane mukosa akibat bilirubinemia. Nila
konsentrasi bilirubin kurang dari 2-3 mg/dl tak terlihat. Warna urin
terlihat gelap, seperti air teh.(2)
Asterixis bilateral tetapi sinkron berupa pergerakan mengepak-
ngepak dari tangan, dorsofleksi tangan. (2)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
35/41
35
Tanda-tanda lain yang menyertai diantaranya;(2)
- Demam yang tidak tinggi akibat nekrosis hepar- Batu pada vesika felea akibat hemolisis- Pembesaran kelenjar parotis terutama pada sirosis alkoholik, hal ini
akibat sekunder infiltrasi lemak, fibrosis, dan edema.
Diabetes mellitus dialami 15 sampai 30%pasien sirosis. Hal ini
akibat resistensi insulin dan tidak adekuatnya sekresi insulin oleh sel beta
pankreas.(2)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANGAdanya sirosis dicurigai bila ada kelainan pemeriksaan laboratorium pada
waktu seseorang memeriksakan kesehatan rutin, atau waktu skrining untuk
evaluasi keluhan spesifik. Tes fungsi hati meliputi amino transeferse, alkali
fosfotase, gamma glutamil peptidase, bilirubin, albumin dan waktu protrombin.(2)
Aspartat aminotransferase (AST) atau serum glutamil oksaloasetat
transaminase (SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT) atau serum glutamine
piruvat transaminase (SGPT) meningkat tapi tidak terlalu tinggi. AST lebih
meningkat daripada ALT, namun bila transaminase normal tidak
mengenyampingkan adanya sirosis.(2)
Alkali fosfatase, meningkat kurang dari 2-3 kali batas normal. Konsentrasi
yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis sklerosis primer dan sirosis
biller primer. (2)
Gama- glutamim transpeptidase (GGT), konsentrasinya seperti halnya
alkali fosfotase pada penyakit hati. Konsentrasinya tinggi pada penyakit hati
alkohol kronik, karena alkohol selain menginduksi GGT mikrosomal hepatik, juga
bisa menyebabkan bocornya GGT dari hepatosit. (2)
Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada sirosis hati kompensata, tapi bisa
meningkat pada sirosis yang lanjut. Albumin, sintesisnya terjadi di jaringan hati,
konsentrasinya menurun sesuai dengan kebutuhan perburukan sirosis.(2)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
36/41
36
Globulin, konsentrasinya meningkat pada sirosis. Akibat sekunder dari
pintasan, antigen bakteri dari system porta ke jaringan limfoid, selanjutnya
menginduksi produksi immunoglobulin.(2)
Prothrombin time mencerminkan derajat/tingkatan disfungsi sintesis hati,
sehingga pada sirosis memanjang.(2)
Natrium serum menurun terutama pada sirosis dengan asites, dikaitkan
dengan ketidakmampuan eksresi air bebas. (2)
Kelaianan hematologi anemia, penyebabnya bisa bermacam-maca, anemia
normokrom, normositer, hipokrom mikrositer atau hipokrom mkrositer. Anemia
dengan trombositopenia, leucopenia, dan neutropenia akibat splenomegali
kongestif berkaitan dengan hipertensi porta sehingga terjadi hipersplenisme.(2)
Gambar 8. Algoritma untuk evaluasi tes fungsi hati abnormal(8)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
37/41
37
Pemeriksaan radiologis barium meal dapat melihat varises untuk konfirmasi
adanya hipertensi porta. Pemeriksaan radiologis seperti USG abdomen, sudah
secara rutin digunakan karena pemeriksaannya noninvasif dan mudah dilakukan.
Pemeriksaan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan
adanya massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan noduler, permukaan
irregular, dan adanya peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu USG juga
dapat menilai asites, splenomegali, thrombosis vena porta, pelebaran vena porta,
dan skrining karsinoma hati pada pasien sirosis. (2)
Tomografi komputerisasi, informasinya sama dengan USG, tidak rutin
digunakan karena bisanya relatif maha.(2)
Magnetic Resonance Imaging, peranannya tidak jelas dalam mendiagnosis
sirosis selain mahal biayanya.(2)
J. KOMPLIKASIMorbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Kualitas
hidup pasien sirosis diperbaiki dengan pencegahan dan penanganan
komplikasinya. Komplikasi yang sering dijumpai antara lain peritonitis bakterial
spontan, yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa adanya bukti
infeksi sekunder intra abdominal. Biasanya pasien ini tanpa gejala, namun dapat
timbul demam dan nyeri abdomen.(2)
Pada sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal aku berupa
oligouri, peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal.
Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada
penurunan filtrasi glomerulus.(2)
Salah satu hipertensi porta adalah varises esophagus. 20 sampai 40% pasien
sirosis dengan varises esophagus pecah yang menimbulkan perdarahan. Angka
kematiannya sangat tinggi, sebanyak duapertiganya akan meninggal dalam waktu
satu tahun walaupun dilakukan tindakan untuk menanggulangi varises ini dengna
berbagai cara.(2)
Ensefalopati hepatik, merupakan kelainan neuropsikiatrik akibat disfungsi
hati. Mula-mula ada gangguan tidur (insomnia dan hipersomnia), selanjutnya
-
5/26/2018 4. isi - Copy
38/41
38
dapat timbul gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma. Pada sindrom
hepatopulmonal terdapat hidrothoraks dan hipertensi portopulmonal. (2)
K. PENATALAKSANAANSekali diagnosis sirosis hati ditegakkan, prosesnya akan berjalan terus tanpa
dapat dibendung. Usaha-usaha yang dapat dilakukan hanya bertujuan untuk
mencegah timbulnya penyulit-penyulit. Membatasi kerja fisik, tidak minum
alkohol, dan menghindari obat-obat dan bahan-bahan hepatotoksit merupakan
suatu keharusan. Bilamana tidak ada koma hepatik diberikan diet yang
mengandung protein 1 g/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari.(2)
Tatalaksana pasien sirosis yang masih kompensata ditujukan untuk
mengurangi progresi kerusakan hati. Tetapi pasien ditujukan untuk
menghilangkan etiologi, diantaranya: alkohol dan bahan-bahan lain yang toksit
dan dapat mencederai hati dihentikan penggunaannya. Pemberian asetaminofen,
kolkisin dan obat herbal bisa menghambat kolagenik. Hepatitis autoimun; bisa
diberikan steroid atau imunosupresif. Penyakit hati nonalkoholik; merupakan
menurunkan berat badan akan mencegah terjadinya sirosis. (2)
Pada hepatitis B, interferon alfa dan lamivudin (analog nukleosida)
merupakan terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg
secara oral setiap hari selama satu bulan. Namun pemberian lamivudin setelah 9-
12 bulan menimbulkan mutasi YMDD sehingga terjadi resistensi obat. Interferon
alfa diberikan subkutan 3 MIU, tiga kali seminggu selama 4-6 bulan,namun
ternyata juga banyak yang kambuh. (2)
Pada hepatitis C kronik. Kombinasi interferon dengan ribavirin merupakan
terapi standar. Interferon diberikan secara subkutan dengan dosis 5 MIU tiga kali
seminggu dan dikombinasikan ribavirin 800-1000 mg/hari selama 6 bulan.(2)
Pada pengobatan fibrosis hati; pengobatan antifibrotik pada saat ini lebih
mengarah kepada peradangan dan tidak terdapat fibrosis. Di masa dating,
menempatkan stelata sebagai targer pengobatan dan mediator fibrogenik akan
merupakan terapi utama. Pengobatan untuk mengurangi aktifasi sel stelata bisa
merupakan salah satu pilihan. Interferon memiliki aktifitas antifibri=otik yang
-
5/26/2018 4. isi - Copy
39/41
39
dihubungkan dengan pengurangan aktivasi sel stelata. Kolkisin memiliki efek
antiperadangan dan mencegah pembentukan kolagen, namun belum terbukti
dalam penelitian sebagai anti fibrosis. Metotreksat dan vitamin A juga dicobakan
sebagai antifibrosis. Selain itu, obat-obatan herbal juga sedang dalam penelitian. (2)
Pengobatan sirosis dekompensata
Asites, tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam
sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan
obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis
100-200 mg/hari. Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan
0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan edema kai. Bilamana
pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasikan denga furosemid
dengan dosis 20-40 mg/hari. Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila
asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan
pemberian albumin.(2)
Ensefalopati hepatic, Laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkanammonia. Neomisin bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil
ammonia, diet protein dikurangi sampai 0,5 gr/KgBB/hari, terutama diberikan
yang kaya asam rantai cabang.
Varises esophagus, sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan
obat -bloker. Waktu perdarahan akut, bisa diberikan preparat somatostatin atau
oktreotid, diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi.(2)
Peritonitis bakterial spontan, diberikan antibiotika seperti sefotaksim
intravena, amoksilin, atau aminoglikosida.(2)
Sindrom hepatorenal, mengatasi perubahan sirkulasi darah hati, mengatur
keseimbangan garam dan air.(2)
Transplantasi hati, terapi definitif pada pasien sirosis dekompensata. Namun
sebelum dilakukan transplantasi ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi
resipien dahulu.(2)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
40/41
40
L. PROGNOSISPrognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi
etiologi beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai.(2)
Klasifikasi Child-Pugh, juga untuk menilai prognosis pasien sirosis yang
akan menjalani operasi, variabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin, ada
tidaknya asites dan ensefalopati juga status nutrisi. Klasifikasi ini terdiri dari
Child A, B, dan C. klasifikasi Child-Pugh berkaitan dengan angka kelangsungan
hidup selama satu tahun pada pasien. Angka kelangsungan hidup selama satu
tahun untuk penderita sirosis dengan Child-Pugh A, B, dan C diperkirakan
masing-masing 100, 80, dan 45%.(2)
-
5/26/2018 4. isi - Copy
41/41
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Raymon T. Chung, Daniel K. Podolsky. Cirrhosis and its complication. In:Kasper DL et. Al, eds. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16 th
Edition. USA: Mc-Graw Hill; 2005.p.1858-62.
2. Nurdjanah S. Sirosis hati. In Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K.MS,Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006.p.443-6.
3. Wilson LM, Lester LB. Hati, saluran empedu, dan pankreas. In Wijaya C,editor. Patofisiologi konsep klinis proses penyaki. Jakarta: EGC;1994.p.426-
63.
4. Guyton AC, Hall JE. The Liver as an organ. In Textbook of medicalphysiology. 11 th ed.: Elsevier; 2006.p.859-64.
5. Netter FH, Machache CAG. Interactive atlas of human anatomy (ElectronicAtlas).: Saunders/Elsevier:2003.
6. Amiruddin R. Fisiologi dan biokima hati. In Sudoyo AW, Setiyohadi B,Alwi I, K. MS, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Pusat Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006.p.415-9.
7. Porth CM. Alterations ini hepatobiliary function. In Essentials ofpathophysiology: concepts of altered health states. 2nd ed: Lippincott
Williams & Wilkins; 2004. P. 494-516.
8. Ghany M, Hoofnagle JH. Approach to the patient with liver disease. InKasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL,
editors. Harrisons principles of internal medicine. New York: McGraw-
Hill; 2005.p.1808-13.