3. analisis stabilitas.pdf

Upload: mauluddin-sebandar

Post on 02-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    1/95

    11/09/20

    EVALUASI STABILITASBENDUNGAN (STATIK &

    PSEUDOSTATIK)

    SEPTEMBER 2015

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    2/95

    11/09/20

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    3/95

    11/09/20

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    4/95

    11/09/20

    I PENDAHULUAN

    II.DATA GEOTEKNIK &PARAMETER DESAIN

    III.ANALISA STABILITASLERENG STATIK (TANPA GEMPA)

    IV.ANALISA STABILITASLERENG PSEUDOSTATIK

    DENGAN GEMPA

    V.ANALISA STABILITAS LERENGDINAMIK DENGAN GEMPA

    I.PENDAHULUANSecara Geologis : perpot.2 jalur gempa (Lingkar

    Pasifik) & Lintas Asia

    Bendungan : Irigasi,Pengairan,Pengendalianbanjir,Pembangkit Tenaga Listrik,Penyediaan Air Baku,Pariwisata.

    Bendungan Urugan : rentan terhadap Gempa bumi.

    Diperlukan desain Bendungan Statik & Dinamik

    Pertimbangan aspek aspek desain,pelaksanaan,operasi,pemeliharaan,resikokeruntuhan akibat gempa,banjir,dan longsoran.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    5/95

    11/09/20

    II.DATA GEOTEKNIK & PARAMETER DESAIN

    A. Data Geoteknik

    a. Evaluasi Data Investigasi :

    Pengumpulan data dasar dan pengujian (kaliberasi) data

    terkumpul.

    Investigasi

    -Pemetaan topografi dan geologi permukaan

    -Penyelidikan bahan bangunan :

    . Persyaratan kepadatan & kuat geser tanah

    . Persyaratan rembesan,gradasi butir & permeabilitas

    . Persyaratan penurunan atau deformasi

    b. Penentuan Penampang Geoteknik yang tepat.

    Penampang dibuat di sepanjang as longsoran ataupenampang lain yang dikehendaki.

    b. Penentuan Penampang Geoteknik yangtepat (lanjutan).

    Pada penampang geoteknik diperlihatkanurutan lapisan tanah dan batuan,sifat fisik danteknik dari lapisan tanah dan batuan.

    Penampang geoteknik dapat diperoleh dengancara korelasi lapisan dari beberapa titik-titikbor yg sangat ditentukan oleh kondisi geologisetempat, jarak titik penyelidikan, metodepenyelidikan,cara dan kecermatan pelaksanapenyelidikan.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    6/95

    11/09/20

    B. Parameter Tanah Desain

    Bergantung pada beberapa kondisi Bendungan yaitua.Kondisi masa Konstruksi

    b.Kondisi Aliran Langgeng

    c.Kondisi Operasional

    d.Kondisi Darurat

    Penentuan parameter desain bergantung pada pemilihan

    metoda yang akan digunakan (ada 2 metode).

    a.Metode tegangan Efektifb.Metode tegangan total

    B. Parameter Tanah Desain (lanjutan)

    Parameter tanah desain yang diperlukan :

    Berat volume tanah n

    Berat volume jenuh sat (fondasi dan tubuh

    bendungan)

    Kuat geser tubuh dan fondasi bendungan :

    sudut geser dalam ( dan ), kohesi (c dan c)

    Koefisien permeabilitas k

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    7/95

    11/09/20

    B. Parameter Tanah Desain (lanjutan)

    1. Metode kuat geser efektifAnalisa dengan metode kuat geser efektifmemperhitungkan perubahan tekanan air pori selamakonstruksi yang merupakan fungsi dari waktu.

    Material tubuh bendungan atau fondasi dapatmenimbulkan peningkatan tekanan air pori berlebihselama penimbunan.

    2. Metode kuat geser total

    Analisis dengan metode kuat geser total tidakmemperhitungkan tekanan air pori dalam uji

    laboratorium yang mendekati kondisi di lapangan.Kuat geser total yang digunakan dalam analisis harusberada dalam rentang tegangan normal yang sesuaidengan di lapangan.

    Sumber dan Data Kuat Geser

    1) Hampir semua jenis tanah material bahanurugan dapat digunakan, kecuali tanah yangmengandung zat organik atau zat yang mudahlarut.

    2) Umumnya bahan dibedakan dalam 3 jenis,yaitu batu, pasir kerikilan dan tanah

    lempungan (kedap air).

    3) Konstruksi bendungan disesuaikan dengankarakteristik bahan yang terpilih, kondisilapangan (topografi, geologi dan meteorologi),dan pola pelaksanaan, serta peralatan yangdigunakan.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    8/95

    11/09/20

    4) Pengujian lapangan dan laboratorium dilakukan untuk

    memperoleh parameter kuat geser yang diperlukan

    dalam analisis stabilitas bendungan.

    5) Uji kuat geser di lapangan dapat dilakukan terhadap

    material fondasi dan tubuh bendungan dengan uji geser

    baling. Tujuannya adalah untuk mengukur langsung kuat

    geser tanpa drainase (undrained) dari tanah lempung

    lunak yang jenuh air.

    Sumber dan Data Kuat Geser (lanjutan)

    Uji kuat geser di laboratorium dilakukan terhadap contohtanah tak terganggu dan yang terganggu dari materialfondasi dan tubuh bendungan.

    Penentuan parameter kuat geser merupakan bagian

    terpenting dan tersulit dari analisis stabilitas. Kesulitanitu antara lain dalam memperoleh contoh uji yang dapatmewakili, menjaga contoh uji agar tetap tak terganggu,sesuai kondisi pembebanan di lapangan, danmenghindari kesalahan pengujian.

    Sumber dan Data Kuat Geser (lanjutan)

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    9/95

    11/09/20

    Kuat Geser pada Stabilitas Lereng

    Berat volume tanah n dan sat (fondasi dan tubuh bendungan) Kuat geser tubuh dan fondasi bendungan dan , c dan c

    Tegangan total : Tegangan efektif :

    = c + tan () ---------(1) = c + (-u) tan () ..(2)

    = kuat geser = kuat geser efekti

    = tegangan total = tegangan total

    c = kohesi total u = tekanan air pori

    = sudut geser dalam total = sudut geser dalam efektif

    = n h

    Uji Triaksial UU

    tekanan pori yang terjadi waktu penggeseran

    sangat cepat

    Uji tak terkonsolidasi & tak terdrainase (UU)

    analisis dalam istilah total diperoleh cu and u

    Tidak diukur

    tak diketahui

    = 0; i.e., selubung keruntuhan

    mendekati horisontal bila jenuh

    Gunakan cu and u untuk menganalisissituasi tak terdrainase (mis. kestabilan jangkapendek, pembebanan cepat )

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    10/95

    11/09/20

    Uji Triaksial CU

    tekanan pori terjadi waktu penggeseran

    lebih cepat dari CD (cara yang diinginkan untuk

    memperoleh c and )

    Uji Terkonsolidasi Tak terdrainase (CU)

    menghasilkan c and

    Diukur

    Uji Triaksial CD

    Tidak ada tekanan pori ekses waktu pengujian

    Uji Terkonsolidasi Terdrainase (CD)

    menghasilkan c and

    Dapat beberapa hari!

    Tidak praktis

    Gunakan c dan untuk analisis kondisi drainasepenuh (e.g., kestabilan jangka panjang,pembebanan sangat lambat)

    ,

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    11/95

    11/09/20

    HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL UU DAN CU

    HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL CU LINGKARAN MOHR DAN P-Q

    DIAGRAM

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    12/95

    11/09/20

    Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb

    tan cf

    c

    KohesiSudut geser

    fadalah tegangan geser maksimum yang dapat ditahan oleh

    tanah tanpa keruntahan dengan tegangan normal sebesar .

    f

    C.KONDISI PEMBEBANAN & FAKTORKEAMANAN

    Kondisi Selesai Pembangunan (udik & hilir)

    Kondisi Aliran Langgeng (udik & hilir)

    Kondisi Pengoperasian waduk saat surut

    cepat (udik) Kondisi darurat karena pembuntuan filter

    (hilir) dan kondisi darurat karena kebutuhandarurat.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    13/95

    11/09/20

    1 12 3

    4

    1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air

    3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

    3

    UdikHilirBidang Longsor

    Kondisi Selesai Pembangunan

    No Kondisi Kuat

    geser

    Tek air pori FK

    tanpa

    gempa

    FK dg

    gempa

    1. Selesai pembangunan

    1. Jadwal pembangunan

    2. Hub.tek air pori dan wkt

    Lereng udik / hilir

    Koef.gempa 50% kond.tanpa

    kerusakan

    1. Efektif Perhit tek air pori dari

    urugan dan pondasi

    dihitung mggunakan

    data lab dan penga-

    wasan instrumen

    1,30 1,20

    Sama, tapi tanpa

    instrumen

    1,40 1,20

    Hanya pd urugan

    tanpa data lab. dan

    dg/tanpa pengawasan

    instrumen

    1,30 1,20

    2. Total Tanpa instrumen 1,30 1,20

    FK minimum kondisi selesai

    pembangunan

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    14/95

    11/09/20

    1 12 3

    4

    1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air

    3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

    Muka airnormal

    Muka airmaksimum

    Hilir

    Garis freatik

    Kondisi Aliran Langgeng

    27

    No. Kondisi Kuat

    geser

    Tek air pori FK

    tanpa

    gempa

    FK dg

    gempa

    2. Aliran langgeng.

    1. Elev M.A. Normal

    sebelah udik

    2. Elev M.A. Min di hilir

    Lereng udik dan hilir

    Gempa K= 100% tanpakerusakan

    1. Efektif Dari analisis

    rembesan

    1,50 1,30

    3. Pengoperasian waduk

    1. Elev MA.maks di udik

    2. Elev MA. Min di hilir

    1. Efektif Surut cepat dari

    El. MA normal sp

    MA minimum

    1,30 1,10

    Surut cepat dari

    MA maks sp MA

    minimum

    1,30 -

    FK minimum kondisi aliran langgeng

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    15/95

    11/09/20

    1 12 3

    4

    1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air

    3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

    Muka airnormal

    Muka airmaksimum

    Hilir

    Kondisi Pengoperasian Surut Cepat

    29

    1 12 3

    4

    1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air

    3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

    Muka airnormal

    Muka airmaksimum

    Hilir

    Garis freatik

    Kondisi Darurat Pembuntuan Filter

    30

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    16/95

    11/09/20

    1 12 3

    4

    1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air

    3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

    Muka airnormal

    Muka airmaksimum

    Hilir

    Air waduk

    diturunkan

    Kondisi Darurat Masalah Keamanan

    31

    FK minimum kondisi darurat

    No Kondisi Kuatgeser

    Tek air pori FKtanpa

    gempa

    FK dggempa

    4. Kondisi darurat:

    1. Pembuntuan

    sistem drainase

    2. Surut cepat krn

    penggunaan air

    berlebihan

    3. Surut cepat

    keperluan darurat

    1. Efektif Surut cepat dr

    El. ma. maks

    sp El. Teren-

    dah bangunanpengeluaran

    1,20 -

    32

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    17/95

    11/09/20

    Penyebab Ketidakstabilan Lereng

    FK =

    < 1, longsor

    > 1, stabil

    m

    Faktor Luarm meningkat

    FK menurun

    1. Tegangan horisontal turun :- erosi kaki lereng, - galian, - pembongkaran sheet pile, dll.

    2. Tegangan vertikal meningkat :

    - air hujan tertahan, - timbunan, - berat bangunan

    3. Tegangan siklik :

    - gaya gempa, - gaya vibrasi mesin

    Faktor Dalam

    (s) menurun

    FK menurun

    1. Kondisi awal :- mat lunak akibat perubahan kadar air

    - struktur geologi & geometri2. Proses pelapukan :

    - hidrasi & absorbsi mineral lempung

    - retakan & susutan lempung, - erosi buluh, dispersif3. Perubahan tekanan air pori dan perubahan volume :

    - keadaan jenuh, - muka air tanah naik

    4. Perubahan sistem pembebanan :

    - tegangan pada lempung OC dan HOC

    III. Analisis Stabilitas Lereng Statik

    1. Tegangan efektifmenggunakan c dan daripengujian Triaksial CU.

    Nilai tekanan air pori ditentukan dari air freatik yanggayanya bekerja tegak lurus bidang longsor denganarah menuju titik pusat lingkaran kelongsoran.

    Analisis tegangan efektifini digunakan pada kondisi :

    - jangka panjang (steady seepage) atau draw

    down, tekanan air pori dihitung dari air freatis.

    - untuk tanah lempungan yang kompresibel, dimana

    selama pembebanan terjadi proses disipasi

    tekanan air pori (drainasi).

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    18/95

    11/09/20

    Analisis Stabilitas Lereng Statik (lanjutan)

    2. Tegangan total menggunakan c hasil pengujianundrained di laboratorium dimana ~ 0

    Cara ini digunakan pada kondisi:

    - pada tanah norm al ly con sol idated clay(tanah

    terkonsolidasi normal) yang disipasi tekanan air

    porinya kecil.

    - timbunan yang dilaksanakan dengan cepat tanpa

    memperhitungkan disipasi tekanan air pori.

    Metode Analisis Stabilitas LerengBendungan (secara umum).

    Analisa Stabilitas Lereng dapat dibedakan atas :

    1.Metode Keseimbangan Batas ( LimitEquilibrium Method)

    2.Metode Analisa Batas (Limit Analysis Method)3.Metode Elemen Hingga (Finite Elemen Method)

    1 aman ; atau

    S , aman

    S < , tidak stabil

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    19/95

    11/09/20

    1.Analisis Stabilitas Cara Keseimbangan Batas

    Adalah cara analisis yang paling praktisdalam desain Bendungan.Beberapa cara yang sering digunakan dapatdiperiksa pada tabel.Hasil analisis biasanya dinyatakan dalam faktorkeamanan (FK), yang dinyatakan sbb:

    FK = S / = kuat geser tanah / tegangangeser yang trejadi.

    dengan: FK = S /

    1 aman ; atau

    S , aman

    S < , tidak stabil

    BIDANG LONGSOR MELALUI KAKI, LERENG DAN FONDASI

    POSISI BIDANG LONGSOR

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    20/95

    11/09/20

    BEBERAPA JENIS BIDANG LONGSOR NON-SIRKULAR

    LINGKARAN KELONGSORAN KRITIS

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    21/95

    11/09/20

    FORMULASI MATEMATIK STABILITAS

    LERENG

    Digunakan 3 cara,yaitu :

    a) Cara Fellenius

    b) Modified Bishop 1, dengan bidang longsoranberupa lingkaran.

    c) Modified Bishop 2, dengan bidang longsoranberupa baji (wedge).

    41

    BEBERAPA METODA PERHITUNGAN

    1. Fellenius- Gaya-gaya yang bekerja di antara setiap irisan diabaikan

    - Gaya normal pada dasar irisan diperoleh dengan memproyeksikan semua gaya tegak lurus

    terhadap dasar irisan

    - FK yang diperoleh bisa underestimate

    - Kurang teliti untuk bidang kelongsoran dalam dengn tekanan air pori tinggi (on the safe side)

    - Gaya-gaya normal efektif pada beberapa irisan besarnya dapat menjadi negatif

    - Perhitungan cukup sederhana dan hanya untuk bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    - Hanya memadai untuk tanah atau batuan lunak

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    22/95

    11/09/20

    Lanjutan ..

    2. Simplified Bishop

    - Gaya-gaya yang bekerja di antara setiap irisan diabaikan- Gaya normal pada dasar irisan diperoleh dengan memproyeksikan semua gaya pada irisan

    secara vertikal

    - FK cukup teliti dan hanya berlaku untuk bidang longsor berbentuk busur

    - Perlu prosedur iteratif, namun konvergensi cepat tercapai

    - Kurang teliti, bila bagian bidang longsor mempunyai kemiringan yang curam dekat kaki

    - Memadai untuk tanah dan batuan lunak

    Cara Fellenius

    44

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    23/95

    11/09/20

    Segmen h (m) b (m) (0) (kN/m3) W =hb Wcos Wsin u l ul Wcos-ul

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    78

    . .

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    24/95

    11/09/20

    Gbr 3 Contoh perhit.

    stabilitas lereng

    metode Fellenius)

    Tabel 3 Contoh

    analisis stabilitas

    setiap segmen

    metode Fellenius)

    Gambar 1 Contoh Perhitungan Stabilitas Lereng Bishop)

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    25/95

    11/09/20

    Tabel 1 Daftar Isian Perhitungan Stabilitas Lereng Bishop)

    KETELITIAN

    FELLENIUS & BISHOP

    Dari Rumus : S = c + ( cos2 u) tan

    Untuk tekanan air pori (u) dan sudut yang besarakan memberikan hasil yang tidak masuk akal

    Ketidak telitian juga akibat u yang diproyeksikanke arah sb y dan (-u) yang diproyeksikan tegaklurus bidang longsor

    Sedangkan Bishop memproyeksikan gaya-gayayang bekerja pada irisan secara vertical, jadi tidakterpengaruh

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    26/95

    11/09/20

    Lanjutan

    3. Janbu- Perlu asumsi terhadap gaya-gaya interslices

    - Perlu proses iterasi sampai konvergensi tercapai

    - Cocok untuk bidang longsor berbentuk sebarang (bukan busur lingkaran)

    - Cocok untuk analisis tegangan total dan efektif untuk tanah atau batuan

    Lanjutan

    4. Morgenstern & Price

    - Cara ini sekaligus cara keseimbangan antara gaya-gaya dan momen yang bekerja

    dengan

    memperhitungkan gaya-gaya yang bekerja antara irisan (interslices)

    - Inklinasi gaya samping dianggap berbeda-beda secara linier untuk setiap irisan

    - Sesuai dengan bidang longsor bukan busur lingkaran

    - Sesuai untuk tanah dan batuan, untuk tegangan-tegangan total dan efektif

    - Perlu pengalaman dalam mengasumsi fungsi gaya-gaya samping

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    27/95

    11/09/20

    Lanjutan .

    5. Spencer

    - Gaya-gaya antar irisan dianggap paralel

    - Berdasarkan keseimbangan gaya-gaya dan momen; cara ini cukup teliti

    - Sesuai untuk bidang longsor berbentuk busur atau non-busur; perlu bantuan komputer

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    28/95

    11/09/20

    Lanjutan

    6. Cara Wedge/blok- Sesuai untuk bidang longsor bukan busur (biplanar atau triplanar)

    - Cocok untuk batuan atau tanah dengan profil tertentu

    - Perlu perhatian terhadap penentuan inklinasi gaya-gaya

    antar wedge/blok, terutama pada bidang longsor dalam

    dengan tekanan air pori yang tinggi

    Metode Analisis Stabilitas KeseimbanganBatas

    Metode Karakteristik Program

    Bishop termodifikasi (1955) Hanya bidang runtuh lingkaran , memenuhi

    keseimbangan momen, tidak memenuhi

    keseimbangan gaya-gaya horisonal dan

    vertikal

    Mstabl , Mstab,

    Slope-w, Stabl-g ,

    SB-slope, Stablgm

    Force equilibrium (Lowe dan

    Karafiat, USA US Corps of

    Engineers 1970)

    Segala bentuk bidang runtuh , tidak

    memenuhi keseimbangan momen , memenuhi

    keseimbangan gaya-gaya horisontal dan

    vertikal

    Utexas2, Utexas3,

    Slope-w

    Janbus Generalized Procedure

    (Janbu 1968)

    Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi

    segala kondisi keseimbangan, lokasi gaya

    samping dapat di variasi.

    Stabl-g

    Morgenstern dan Price (1965) Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi

    segala kondisi keseimbangan, lokasi gaya

    samping dapat di variasi

    Slope-w

    Spencers (1967) Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi

    segala kondisi keseimbangan, lokasi gaya

    samping dapat di variasi

    Mstab , Slope-w, Sb-

    slope, Sstab2

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    29/95

    11/09/20

    KUAT GESER FONDASI DAN BAHANNo. Bahan Total Metode Uji Efektif Metode Uji

    1 Fondasi Tanah

    Lunak

    OCR=1-3

    u dan

    cu

    Lapangan sondir,

    SPT, geser baling

    Lab. Triaxial UU

    Kondisi normal =

    , c Lab.TCU/CD

    Fondasi Keras u dan cu Lapangan SPT,

    Sondir,

    pressuremeter

    Lab Triaxial UU

    Kondisi normal = , c

    Bidang perlapisan,

    bidang longsoran, sesar,

    bid pelapukanr, cr

    Lab.TCU/CD

    Lab. Triaxial

    CU/CD atau

    direct shear

    CD

    2. Urugan inti

    kedap airu dan cu Lab. Triaxial UU Kondisi normal = , c Lab.TCU/CD

    Urugan pasir

    kerikil

    u dan cu Lab Triaxial

    /Direct shear UU

    Kondisi normal = , c Lab.TCU/CD

    Atau directshear CD

    Urugan Batu u dan cu Lab Triaxial

    /Direct shear UU

    Kondisi normal = , c Lab.TCU/CD

    Atau direct

    shear CD

    PERHITUNGAN TEKANAN PORINo. Metode Prosedur Kegunaan Keterangan

    1 Garis freatik Casagrande. Pavlosky,

    Cedergen

    Estimasi tekanan pori

    untuk kondisi aliran

    langgeng dan surut

    cepat .

    Standar : Metode analisis dan

    cara pengontrolan rembesan air

    untuk bendungan tipe urugan

    2 Grafis dengan

    jaring alir

    Cedergen. Estimasi tekanan pori

    untuk kondisi aliran

    langgeng dan surut

    cepat .

    Standar : Metode analisis dan

    cara pengontrolan rembesan air

    untuk bendungan tipe urugan

    3 Model analog

    (ERNA)

    Media dimodelkan

    menggunakan resistor. Adakesamaan antara aliran listrik

    dan aliran air. Pengaruh

    anisotropi bisa dilakuakn

    Estimasi tekanan pori

    untuk kondisi aliranlanggeng dan surut

    cepat .

    Periksa Najoan (1986) , Peralatan

    Electrical Resistant NetworkAnalog Puslitbang Air 128/BA-

    22/1986

    4 Numerik Elemen hingga Estimasi tekanan pori

    pada setiap bagian pada

    bendungan waktu

    pembangunan, aliran

    langgeng dan surut

    cepat

    Program Sigma ; Plaxis

    5 Hilf Menggunakan hasil uji

    konsolidasi

    Estimasi tek. Pori waktu

    konstruksi

    Bharat Singh , Earth and Rockfill

    Dams (1976)

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    30/95

    11/09/20

    2.Analisis Tegangan dan Regangan Dengan

    Metode Elemen Hingga

    No. Program Kemampuan Keterangan

    1 Plaxis 7.2. Menghitung tegangan dan

    regangan baik waktu

    pembangunan maupun waktu

    terjadi aliran langgeng , untuk

    menilai apakah bendungan stabil

    atau tidak dari kontour

    /max < 1

    (stabil)

    Rembesan dapat

    dilakukan dalam

    program

    2 Sigma-w Sama dengan 1., hasil analisis

    dapat dipakai oleh Slope-w untuk

    analisis stabilitas

    Rembesan

    dilakukan dengan

    Seep-w

    Kondisi Drawdown

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    31/95

    11/09/20

    Kriteria Faktor Keamanan Minimum

    Hal-hal yg perlu dipertimbangkan :

    Kondisi desain selama analisis dan risiko keruntuhan;

    Tingkat ketelitian parameter kuat geser (shearstrength) dan prediksi tekanan air pori;

    Struktur tubuh bendungan;

    Investigasi di lapangan;

    Kompatibilitas tegangan-regangan dari materialfondasi dan tubuh bendungan;

    Kualitas pengawasan konstruksi;

    Tinggi bendungan; Penilaian berdasarkan pengalaman di masa laluterhadap bendungan tipe urugan.

    Aspek keamanan Ketidakstabilan akibat penurunan kekuatan geser

    material urugan atau material fondasi, yangdisebabkan oleh peningkatan tekanan air porisehingga mengakibatkan terjadinya proses likuifaksi.

    Ketidakstabilan akibat deformasi yang berlebihanberupa longsoran lereng secara rotasi dan planar,perosokan, retakan pada bendungan, yang

    disebabkan oleh peningkatan tegangan geser akibatbeban gempa.

    Ketidakstabilan akibat gelombang tinggi pengaruhgempa yang dapat menyebabkan terjadinyapelimpahan melewati tubuh bendungan.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    32/95

    11/09/20

    Pencegahan kerusakan bendungan

    Tinggi jagaan didesain cukup untuk mentolerir

    penurunan berlebihan. Zona transisi dibuat cukup lebar dari material

    nonkohesif, unt. mencegah retakan berkembang.

    Drainase tegak dibuat di bagian tengah (inti) bend.

    Zona drainase dibuat cukup lebar, untukmencegah air rembesan mengalir melalui bagianyang retak.

    Zona inti dibuat cukup lebar dari material yangcukup plastis supaya tidak mudah retak.

    Gradasi filter yang baik dibuat di sebelah udik danhilir zona inti, untuk menghambat retakan.

    Pencegahan Kerusakan Bendungan(lanjutan).

    Jagaan/freeboard cukup supaya tidak terjadiovertopping.

    Pelebaran dibuat di bagian inti bendungan padabidang kontak di tumpuan (abutment).

    Kestabilan lereng hulu dan hilir waduk dibuat untukmencegah longsoran lereng.

    Kualitas bahan urugan batu yang baik, agar bersifatfree drain. Menggali material fondasi yang berpotensi

    menimbulkan permasalahan di kemudian hari(misalnya lanau pasiran dan pasir lepas yangberpotensi mengalami likuifaksi).

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    33/95

    11/09/20

    PERBAIKAN LONGSORAN BENDUNGAN CIPANCUH,INDRAMAYU, JAWA BARAT

    LOKASI BENDUNGAN CIPANCUH

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    34/95

    11/09/20

    KRONOLOGIS LONGSORAN

    Bendungan Cipancuh dibangun dengan kontruksi urugan tanahhomogin oleh Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1927, tinggimaksimum 7,60 m dengan panjang 3.300 m, kapasitas tampung sekitar8 juta m3.

    Pada bulan Februari 2009 telah terjadi kelongsoran lereng hilirbendungan, setelah terjadi hujan cukup lebat.

    Desain perbaikan dengan bronjong dan dolken pi ledisiapkan olehBBWS Citarum sendiri.

    Pada bulan Juni 2009, BBWS Citarum, meminta bantuan PuslitbangSDA untuk melakukan kunjungan lapangan dan advis teknik mengenaipelaksanaan perbaikan yang sedang dilakukan (progress sekitar 70%).

    Tanggal 5 Juni Tim Puslitbang I, advis teknik berangkat ke lapangan.

    Tanggal 10 Januari 2010, terjadi pergerakan pada lokasi yang longsor.

    Tanggal 18 Januari 2010, Tim Puslitbang II berangkat ke site.

    Tanggal 19 Januari 2010, Tim Gabungan berangkat ke site.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    35/95

    11/09/20

    DESAIN PERBAIKAN AWAL (DARURAT)

    Kondisi bendungan, saat kunjungan Tim I lapangan 5 Juni 2009

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    36/95

    11/09/20

    Asumsi tipe longsoran

    Hasil back analisis longsoran, Perbaikan I

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    37/95

    11/09/20

    Hasil analisis konstruksi yang lagi dilaksanakan TA 2009

    FK = 1,27 dengan bronjong tanpa secure

    grid

    FK = 1,69 dengan bronjong dgn. secure grid

    HASIL KUNJUNGAN TIM GABUNGAN

    (longsoran ke dua kali)

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    38/95

    11/09/20

    Kunjungan tgl. 29 Januari 2010, oleh :

    1) Komisi Keamanan Bendungan

    2) Balai Bendungan3) Balai Besar Wilayah Sungai Citarum

    4) Pusat Litbang SDA

    5) PJT II

    Tujuan : memberikan rekomendasi mengenai cara

    penanggulangan darurat kelongsoran bendungan

    Cipancuh.

    Kondisi bendungan pada tanggal 18 Januari 2010

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    39/95

    11/09/20

    KONDISI BENDUNGAN YANG LONGSOR, 29 Januari 2010

    sembulanAliran air

    Ujung bawah bronjong

    Mahkota longsoran

    Kondisi bronjong di lereng hilir/kaki bendungan

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    40/95

    11/09/20

    Kondisi perbaikan lereng dengan bronjong (kondisibaik) di sebelah daerah yang longsor

    Lereng hilir yang longsor di sebelah perbaikan bronjong. Tampak

    pengambilan air dgn pipa PVC langsung dari waduk

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    41/95

    11/09/20

    Kondisi spillway

    Kondisi sungai di hilir spillway

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    42/95

    11/09/20

    REKOMENDASI TIM GAB (RAPAT DI LAPANGAN)

    Jangka Pendek (Darurat)

    - Dipasang cerucuk dari dolken kayu diameter 10-15 cm, sedalamminimal 4 m, dari kaki bendungan sampai batas sembulan dihilirnya, spasi cerucuk 1,0 m.

    - Menambah pemberat dengan batu curah di atas bagian yangtelah dicerucuk, sementara sampai level bagian bawah bronjong;ketebalan akan dihitung kemudian.

    - Mengembalikan timbunan yang turun ke level semula(mengembalikan freeboard)

    - Air waduk harus diturunkan secepatnya, bila perlu memotongmercu spillway, dengan memperhatikan potensi banjir di hilirsungainya.

    - Perbaikan pintu intake.

    - Perbaikan bangunan Cipoleti pada saluran irigasi

    Lanjutan rekomendasi..

    Jangka Panjang (Permanen)1) Kondisi bendungan di bagian lainnya harus diperiksa kembali

    stabilitasnya, berdasarkan hasil penyelidikan.

    2) Melakukan kajian secara komprehensif, antara lain :

    - Manfaat waduk dan kebutuhan airnya selain irigasi

    - Kapasitas spillway dengan kondisi hidrologi terkini dan resiko dihilir

    serta dengan mempertimbangkan kapasitas sungai

    pembuangnya.- Sedimentasi

    - O&P

    - Dll.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    43/95

    11/09/20

    PERBAIKAN DARURAT

    ANALISA DAN EVALUASI

    LONGSORAN

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    44/95

    11/09/20

    Mekanisme dan tipe longsoran (Rotasi kombinasi translasi)

    Tahapan evaluasi dan analisis:

    1) Melakukan back analysis terhadap terjadinya longsoran

    (rotasi kombinasi translasi), dengan cara coba-coba guna

    memperoleh kuat geser residual (Cr = 0, dan r 0).

    2) Melakukan klarifikasi kuat geser residual yang diperoleh

    dari hasil back analysis dengan hasil pengujian

    laboratorium menggunakan reversal direct shear test.

    3) Menggunakan parameter kuat geser tersebut di atasterhadap perhitungan stabilitas lereng, untuk menentukan

    desain perbaikannya.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    45/95

    11/09/20

    Back AnalysisBack analisis dilakukan dengan memasukkan parameter Cr =

    0 dan r secara coba-coba. Hasilnya diperoleh sudut geser

    dalam residual (r) = 12,5.

    Dari hasil pengujian laboratorium menggunakan reversal

    direct shear (PT. Jasapatria Gunatama, 2009), diperoleh Cr =

    0 dan r = 12,4, 13,8 dan 16,1 ( 3 contoh pengujian).Untuk perhitungan selanjutnya digunakan Cr = 0 dan r =12,5

    0.971

    Jarak (m)

    -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

    Tinggi(m)

    -2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    46/95

    11/09/20

    Kriteria FK minimum kondisi aliran langgeng

    No. Kondisi Kuat geser Tekanan pori FK tanpa

    gempa

    FK dengan

    gempa

    2. Aliran langgeng.1. Elev. M.A normal

    sebelah udik

    2. Elev M.A minimum di

    hilir

    Lereng udik dan hilir

    Gempa K= 100% tanpa

    kerusakan

    1. Efektif Dari analisisrembesan. 1.50 1.30

    3. Pengoperasian waduk

    1. Elev. MA.maksimum di

    udik

    2. Elev. MA. Minimum dihilir

    1. Efektif Surut cepat dari

    el. MA normal

    sampai MA

    minimum

    1.30 1.10

    Surut cepat dari

    MA maksimum

    sampai MA

    minimum

    1.30 -

    Parameter tanah

    Lapisansat

    (kN/m2)c

    (kPa)

    (derajat)

    Timbunan

    (Back Analysis)17 0 12,5

    Batu Lempung 19 19,50 19,8

    Batu Pasir 19 0 35

    Bronjong 22 0 45

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    47/95

    11/09/20

    Perbaikan dengan counterweight

    Jarak (m)

    -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

    Tinggi(m)

    -1

    1

    3

    5

    7

    9

    1113

    15

    17

    1.118

    Jarak (m)

    -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

    Tinggi(m)

    -20

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    Kondisi steady seepage, dengan counterweight, tanpa gempa, FK = 1,118

    Counterweight ditinggikan 2 m

    1.118

    Jarak (m)

    -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

    Tinggi(m)

    -2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    Kondisi steady seepage counterweight ditambah 2 m, tanpa gempa, FK = 1,118

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    48/95

    11/09/20

    Perbaikan dengan cerucuk dan counterweight (darurat)

    1.428

    Jarak (m)

    -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

    Tinggi(m)

    -2

    0

    2

    4

    6

    8

    1012

    14

    16

    18

    0.647

    Jarak (m)

    -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

    Tinggi(m)

    -2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    Kondisi steady seepage, tanpa gempa, FK = 1,428

    Kondisi steady seepage, dgn.gempa, Kh=0,13., FK = 0,647

    Usulan perbaikan (permanen) dengan counterweight, cerucuk dan

    borepile 50 cm, 2 row, jarak 2,0 m2.753

    Jarak (m)

    -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

    Tinggi(m)

    -2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    1.004

    Jarak (m)

    -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

    Tinggi(m)

    -2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    Kondisi steady seepage, tanpa gempa, FK = 2,753

    Kondisi steady seepage, dgn. gempa, Kh = 0,13, FK = 1,004

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    49/95

    11/09/20

    Prinsip penanganan longsoran:

    Untuk tipe longsoran yang didominasi translasi,penambahan beban kontra (counterweight) kurang

    efisien, prinsip penanganan longsoran translasi :

    1) Bila timbunan mencapai tinggi kritis, penambahan beban

    tidak akan efektif.

    2) Posisi muka air tanah (grs freatik) mempunyai pengaruh

    cukup siknifikan; bila muka air tersebut dapat diturunkan

    secara siknifikan, FK akan meningkat siknifikan.

    3) Membuat konstruksi penahan di daerah kaki bendungan,

    misalnya dengan bored p i les.

    4) Dll

    Usulan untuk perbaikan permanen

    :1) Melakukan penelitian di lapangan, antara lain :

    - Mencari sumber aliran air di hilir kaki bendungan yang

    longsor.

    - Meneliti lapisan tanah fondasi untuk memperoleh

    geometri longsoran yang akurat dengan melakukan

    penyondiran minimal 4 titik melintang bagian yang

    longsor.

    - Mengukur pisometer yang ada untuk memperoleh garis

    freatik.

    2) Melakukan analisis perbaikan (dimensi dan spasi bored piles

    atau cara lain) , berdasarkan data tambahan.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    50/95

    11/09/20

    KESIMPULAN

    1) Perbaikan darurat dengan cerucuk dan counterweight telahdiputuskan dalam rapat gabungan.

    2) Melakukan observasi terhadap tipe longsoran, gunamenentukan tipe longsoran (mahkota longsoran dansembulannya), sebaiknya dilakukan saat terjadi longsoran.Bila terlalu lama, apalagi sudah dilakukan perubahan, sangatsulit untuk menentukan dimana posisi mahkota dansembulannya, sehingga mengakibatkan salahnya asumsi tipelongsoran yang terjadi.

    3) Untuk longsoran yang didominasi translasi, penambahanbeban kontra kurang efektif. Lebih baik membuat konstruksipenahan, mis. bored piles atau menurunkan muka air freatisatau kombinasi keduanya.

    4) Untuk perbaikan permanen, analisis harus didukung oleh

    data yang lebih akurat, antara lain perlapisan tanah, sumberaliran air di hilir kaki bendungan, dll. dalam rangka membuatmodel geometri dan parameter yang diperlukan..

    IV. Analisis Stabilitas Lereng AkibatGempa

    4.1 PENDAHULUAN

    4.2 EVALUASI PENENTUAN BEBAN GEMPA

    4.3 KRITERIA ANALISA STABILITAS

    4.4 PENENTUAN INTENSITAS DESAIN GEMPA

    4.5 METODE ANALISA STABILITASBENDUNGAN

    4.5.1. PSEUDOSTATIK

    4.5.2. DINAMIK

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    51/95

    11/09/20

    4.1 PENDAHULUAN

    A. Kerusakan akibat gempa bumi :

    a) Kerusakan Primer

    b) Kerusakan Sekunder

    Hal hal penting yang harus diperhatikan dalamdesain

    A.KERUSAKAN AKIBAT GEMPA BUMI

    a) Kerusakan Primer

    Tingkat kerusakan karena goncangan kuat

    bergantung pada intensitas, frekuensi, dan

    magnitudo gempa, mekanisme sumber

    gempa, lokasi proyek dari sumber gempa(seperti jarak, azimuth), dan struktur

    bangunannya sendiri (misalnya perioda

    alami).

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    52/95

    11/09/20

    KERUSAKAN AKIBAT GEMPA BUMI(lanjutan)

    Kerusakan Primer

    Kerusakan karena keruntuhan sesar

    bergantung pada amplitudo, penyebaran

    dalam ruang, dan arah pergeseran sesar

    vertikal atau lateral. Kerusakan langsung

    pada bendungan dan lereng alami,

    umumnya disebabkan oleh gaya inersia

    akibat goncangan permukaan tanah dan

    peralihan tetap tanah akibat sesar.

    b) Kerusakan Sekunder

    Bangunan yang mengalami kerusakan

    sekunder, disebabkan oleh gaya inersia

    karena goncangan permukaan tanah dan

    peralihan tetap tanah akibat sesar(misalnya longsoran yang meruntuhkan

    jembatan atau viaduk).

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    53/95

    11/09/20

    Kerusakan Sekunder

    Goncangan kuat pada tanah (misalnyapasir jenuh), dapat menyebabkan

    penurunan kuat geser tanah atau

    kekakuan, sehingga terjadi penurunan

    atau penyebaran lateral fondasi dan

    keruntuhan bendungan urugan tanah.

    Oleh karena itu, kerusakan sekunder pada

    sistem infrastruktur perlu dipertimbangkan.

    Kerusakan Sekunder

    Likuifaksi (Hilangnya kekuatan geser pada

    pasir lepas jenuh)

    Sumber kerusakan sekunder lainnya

    akibat gempa meliputi limpahan bahankimiawi, kerusakan saluran air kotor, dan

    kehilangan persediaan air minum.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    54/95

    11/09/20

    Gedung miring (tilting) akibat likuifaksi tanah gempa Niigata

    (Jepang) tahun 1964

    Gempa Bhuj tanggal 26 Januari 2001 di Gujarat, India

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    55/95

    11/09/20

    B. Hal penting yang harus diperhatikan

    dalam desain bendungan urugan

    Fondasi harus digali sampai lapisan sangatpadat atau batuan dasar, atau semua bahanfondasi yang bersifat lepas harus dipadatkanatau diganti dengan bahan yang dipadatkansecara baik agar terhindar dari penurunan kuatgeser akibat likuifaksi.

    Penggunaan bahan timbunan yang berpotensimeningkatkan tekanan air pori pada waktuterjadi gempa kuat harus dihindari.

    Hal penting yang harus diperhatikan

    dalam desain bendungan urugan

    Semua zona dari bendungan urugan harusdipadatkan dengan baik, untuk mencegahterjadinya penurunan berlebihan saat terjadigempa bumi.

    Semua bendungan urugan terutama uruganhomogen, harus mempunyai zona drainaseinternal untuk memotong aliran air lewatretakan melintang bendungan yang terjadiakibat gempa dan menjaga agar zona-zonalereng di sebelah hilir tetap tidak jenuh air.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    56/95

    11/09/20

    Pada fondasi batuan yang mengandung banyakrekahan harus dilengkapi dengan filter untukmencegah erosi buluh (piping) masuk kedalamfondasi.

    Filter dan zona drainase harus cukup lebar danmemadai, sesuai RSNI T-01-2002.

    Zona transisi bagian udik dan atau bagian hilir harusbersifat mudah memperbaiki diri dan dengan gradasiyang memadai, agar terhindar dari retakanberlanjutnya melewati inti.

    Hal penting yang harus diperhatikan

    dalam desain bendungan urugan

    Tinggi jagaan harus cukup tinggi, untukmencegah terjadinya limpasan air waduk lewattubuh bendungan, akibat penurunan tubuhbendungan pada waktu terjadi gempa bumi,

    dan gelombang air tinggi yang timbul karenalongsoran pada kolam waduk.

    Puncak bendungan harus dibuat lebih lebardari kondisi normal untuk memperpanjanglintasan rembesan air, apabila terjadi retakanmelintang akibat gempa bumi.

    Hal penting yang harus diperhatikandalam desain bendungan urugan

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    57/95

    11/09/20

    4.2 Evaluasi penentuan beban gempa

    Beban gempa untuk desain bendungan baruatau evaluasi keamanan bendungan dan waduk

    yang sudah ada (existing dam and reservoir),

    diperoleh dari gempa desain maksimum(MDE=Maximum Design Earthquake), gempadasar operasi (OBE=Operating BaseEarthquake) dan kadang-kadang gempaimbas (RIE=Reservoir Induced Earthquake).

    Suatu bendungan dapat dievaluasi terhadapsatu atau beberapa beban gempa tergantungpada kondisinya.

    Evaluasi penentuan beban gempa(lanjutan)

    Pada kasus gempa bolehjadi maksimumpenentu (CMCE=Controlling Maximum CredibleEarthquake); bila terjadi kerusakan padabendungan yang cukup besar, bendungan harustetap dalam batasan keamanan yang dapatditoleransi dan tidak terjadi bencana banjiratau limpasan (over topping).

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    58/95

    11/09/20

    BEBAN GEMPA DALAM PENYIAPAN DESAIN

    BENDUNGAN

    - Gempa Dasar Operasi (Operating Basis Earthquacke = OBE):yaitu tingkat gempa yang menimbulkan goncangan tanah (ground motion) padalokasi bendungan dengan kemungkinan 50% tidak terlampaui selama 100 tahun.Berdasar definisi tersebut, kemudian OBE ditetapkan secara probabilistik(berdasar periode ulang 50~100 tahun tergantung kelas risiko bendungan. Padagempa OBE bendungan tidak boleh mengalami kerusakan.

    - Gempa desain maksimum (Maximum Design Earthquacke = MDE):yaitu tingkat gempa yang menimbulkan goncangan terbesar dilokasi bendunganyang akan dipakai untuk penyiapan desain. Periode ulang gempa MDE berkisar1000 ~10.000 tahun. Pada gempa MDE bendungan hanya boleh mengalamisedikit kerusakan (small damage), untuk bendungan urugan haya bolehmengalami penurunan kurang dari tinggi jagaan (dihitung dari m.a. normal).

    - Gempa imbas waduk (Reservoir Induce Earthquacke = RIE);yaitu gempa bumi yang terjadi akibat pengisian waduk yang mengakibatkantingkat goncangan permukaan maksimum di lokasi bendungan. Gempa RIEhanya diperhitungkan bagi bendungan yang memiliki tinggi>100 m atautampungan>500.000m3.

    Faktor-faktor yang diperlukan untuk evaluasikeamanan bendungan tahan terhadap bebangempa, antara lain:

    Tingkat bencana gempa di lokasi bendungan;

    Tipe bendungan;

    Kebutuhan fungsional; Tingkat risiko bendungan dan waduk yang telah

    selesai;

    Konsekuensi perkiraan risiko.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    59/95

    11/09/20

    Pengaruh kondisi lokal berasal dari kondisi topografidan geologi Faktor utama yang dipertimbangkan dalam

    persyaratan parameter gempa adalah:

    klasifikasi tempat (aluvium atau batuan);

    parameter fisik (physical properties) dan

    ketebalan lapisan fondasi;

    pengaruh dekatnya jarak terhadap sesar

    (near field effects);

    jarak dari daerah pelepasan energi; pemilihan magnitudo untuk desain.

    Pengaruh tingkat kerusakan

    Klasifikasi tingkat kerusakan dapat dibuat

    berdasarkan percepatan gempa maksimum

    (PGA=Peak Ground Acceleration) yang mungkin

    terjadi pada MDE. Penentuan ini dapatdilakukan dengan menggunakan peta zonagempa. pada lokasi dengan material fondasi

    yang baik (batuan).Pada lokasi dengan material fondasi lanau

    pasiran lunak atau pasir lepas dengan

    kepadatan relatif rendah yang berpotensi

    mengalami likuifaksi harus diterapkan lebih

    berhati-hati.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    60/95

    11/09/20

    Tabel 3.1 Tingkat kerusakan menurut besarnyapercepatan gempa maksimum pada MDE

    Percepatan gempa maksimum (PGA=ad)(Peak Ground Acceleration)

    Klasifikasi TingkatKerusakan

    PGA < 0,1 g I (rendah)

    0,10 PGA < 0,25g II ( moderat)

    PGA 0,25gTidak terdapat sesar aktif dalam jarak 10 km dari

    lokasi

    III (tinggi)

    PGA 0,25gSesar aktif lebih dekat dari 10 km dari lokasi

    IV (ekstrim)

    Klasifikasi kelas risiko

    Angka bobot dalam kurung

    Faktor Risiko (FR) Ekstrim Tinggi Moderat Rendah

    Kapasitas (106m3)

    (FRk)

    >100

    (6)

    100-1,25

    (4)

    1,00-0,125

    (2)

    < 0,125

    (0)

    Tinggi (m)

    (FRt)

    > 45

    (6)

    45-30

    (4)

    30-15

    (2)

    < 15

    (0)

    Kebutuhan

    evakuasi

    (jumlah orang) (FRe)

    > 1000

    (12)

    1000-100

    (8)

    100-1

    (4)

    0

    (0)

    Tingkat kerusakan

    hilir (FRh)

    Sangat

    tinggi

    (12)

    Tinggi

    (10)

    Agak

    ting

    gi

    (8)

    Moderat

    (4)

    Tidak ada

    (0)

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    61/95

    11/09/20

    Kriteria beban gempa untuk desain bendungan

    Faktor risiko total Kelas risiko

    (0-6) I (Rendah)

    (7-18) II (Moderat)

    (19-30) III (Tinggi)

    (31-36) IV (Ekstrim)

    Kriteria beban gempa untuk desainbendungan

    Kelas risikodengan masa

    guna

    Persyaratan tanpakerusakan

    Persyaratan diperkenankan adakerusakan tanpa keruntuhan

    T

    (tahun)

    Metoda

    Analisis

    T

    (tahun)

    Metoda

    Analisis

    IV

    N=50-100

    100 200

    ad 0,1 g

    Koef

    Gempa

    10.000

    (MDE)

    Koef.gempa atau dinamik

    IIIN=50-100

    50 100ad 0,1 g

    KoefGempa

    5000(MDE)

    Koef. gempa atau dinamik

    II

    N=50-100

    50-100

    ad 0,1 g

    Koef

    Gempa

    3000

    (MDE)

    Koef. gempa atau dinamik

    I

    N=50-100

    50-100

    ad 0,1 g

    Koef

    Gempa

    1000

    (MDE)

    Koef. gempa atau dinamik

    Catatan :

    1) Untuk bendungan besar dengan kondisi geologi setempat yang khusus, maka Peta Zona Gempa dalam

    bab IV tidak bisa digunakan, dan perlu dilakukan studi gempa tersendiri.

    2) Analisis dinamik dapat dilakukan dengan analisis ragam sambutan gempa atau sejarah waktu

    percepatan gempa.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    62/95

    11/09/20

    Persyaratan tanpa kerusakan denganperioda ulang T ditentukan (OBE), bebangempa dapat diperoleh dari peta zona gempa

    .

    Analisis dilakukan dengan cara koefisiengempa. Kestabilan bendungan harus lebihtinggi dari faktor keamanan minimum yang

    disyaratkan dan bendungan tidak mengalami

    kerusakan yang serius.

    4.3 Kriteria Analisis Stabilitas Lereng

    Persyaratan dengan diperkenankan ada kerusakantanpa terjadi keruntuhan dengan periode ulang Tditentukan untuk kelas I, II, III, dan IV, percepatangempa maksimum di permukaan tanah dapatdiperoleh dari peta zona gempa.

    Analisis dilakukan dengan cara dinamikmenggunakan ragam sambutan gempa atau sejarahwaktu percepatan gempa. Bendungan harus mampumenahan gempa desain MDEtanpa keruntuhan ataudiperkenankan ada kerusakan dengan alihan tetaptidak melampaui 50 % dari tinggi jagaan.

    4.3 Kriteria Analisis Stabilitas Lereng(lanjutan)

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    63/95

    11/09/20

    Analisis Stabilitas Bangunan Pengairan Lainnya

    No. Jenis Bangunan Kelas Risiko

    dg Masaguna

    Periode Ulang

    T (tahun)

    Metoda Analisis

    1 Bangunan Pengairan

    Permanen seperti:

    Bangunan sadap;

    Bangunan silang; tanggul penutup; tanggul banjir;

    tembok penahan;

    lain-lain.

    V

    N=20-50

    20-50 Ba

    2 Bangunan Pengairan

    Semi Permanen:

    VI - Tidak perlu

    dianalisis

    Catatan :

    Ba = Untuk bangunan pengairan dengan H 15m, analisis dilakukan dengan metoda koefisien gempa

    dengan persamaan (7) dan (8). Bila H > 15m analisis harus menggunakan kelas risiko IV pada Tabel

    3.3.

    4.4 Penentuan Intensitas Desain GoncanganGempa Permukaan

    Intensitas goncangan pada lokasi tertentu dapat

    dievaluasi dengan tiga cara berbeda, yaitu:

    1.analisis bahaya gempa deterministik;

    2.analisis bahaya gempa probabilistik;3.pendekatan dengan peta zona gempa Indonesia.

    Tujuannya untuk menghitung parameter goncangan

    gempa di permukaan tanah untuk berbagai perioda

    ulang.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    64/95

    11/09/20

    1.Pendekatan deterministik

    Analisis bahaya gempa deterministik (DeterministicSeismic Hazard Analysis = DSHA) digunakan jikaakan memperhitungkan skenario gempa untukmengevaluasi magnitudo dari parameter goncangangempa (umumnya percepatan puncak di permukaantanah dan respons spektrum percepatan) di suatulokasi terhadap pengaruh semua sumber gempaaktif yang dekat dengan Bendungan dan berpotensimenimbulkan goncangan kuat di permukaan tanah.

    Analisis tidak hanya dilakukan untuk satu sumbergempa, tetapi dilakukan juga untuk beberapa sumbergempa dengan magnitudo, intensitas dan jarak yangberlainan. Hasil yang memberikan tingkat kerusakantertinggi, akan digunakan sebagai parameter desain.

    Pendekatan deterministik (lanjutan)

    Intensitas goncangan gempa di permukaantanah yang disebabkan oleh sesar aktif (atausumber gempa lainnya) dievaluasi denganmenggunakan grafik hubungan atenuasi ataufungsi atenuasi.

    Fungsi-fungsi atenuasi hasil penelitian (padaberbagai jenis sesar, jenis tanah atau batuan)untuk gempa-gempa di Indonesia belum ada,sehingga perlu diambil dari basis data yangdiperoleh dalam literatur (USA dan Jepang).

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    65/95

    11/09/20

    2.Pendekatan probabilistik

    Analisis bahaya gempa dengan

    pendekatan probabilistik (Probabilistic

    Seismic Hazard Analysis = PSHA),

    digunakan jika akan mempertimbangkan

    ketidakpastian jarak dan waktu kejadian

    gempa dan jika sumber gempa jauh dari

    lokasi bendungan.

    3.Pendekatan dengan peta zona gempaIndonesia

    Peta zona gempa untuk Indonesia

    dikembangkan sesuai dengan prosedur yang

    dijelaskan di atas dengan cara pendekatan

    probabilistik.

    Peta percepatan gempa bolehjadi untuk perioda

    ulang 10, 20, 50, 100, 200, 500, 1000, 5000 dan10000 tahun, yang kemudian digabungkan

    menjadi satu peta zona gempa, dapat

    digunakan untuk memprediksi percepatan

    gempa untuk perioda ulang tertentu.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    66/95

    11/09/20

    Gambar 4.1 Peta zona gempa Indonesia dengan menggunakan persamaan atenuasi Fukushima &

    Tanaka, 1990 (Najoan, 2004)

    4.5 .METODE ANALISIS STABILITASBENDUNGAN URUGAN AKIBAT BEBANGEMPA

    Pendekatan analisis stabilitas akibat gempa inimenggunakan cara

    1.Analisis keseimbangan batas pseudo-

    statik (Cara koefisien gempa)

    2.Analisa Dinamik

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    67/95

    11/09/20

    Ragam percepatan gempa desain

    Dalam analisis stabilitas bendungan urugan

    akibat beban gempa pada umumnya digunakan

    data ragam percepatan gempa desain, yang

    diperoleh dari hasil pencatatan akselerograf.

    Data ragam percepatan gempa desain perlu

    diubah terlebih dahulu menjadi ragam

    percepatan gempa penormalan dengan cara

    membagi nilai ragam percepatan gempa padasetiap perioda percepatan gempa maksimum

    yang tercatat.

    Ragam percepatan gempa penormalan dibagi dalam 4kelompok (sesuai dengan penggolongan dalam Tabel4.2), yang setiap kelompoknya mempunyai satu ragampercepatan gempa penormalan dengan koefisienredaman D = 5 % (lihat Gambar 4.2, 4.3, 4.4, dan 4.5).

    Ragam percepatan gempa penormalan dengan D 5%,dikoreksi dengan menggunakan persamaan berikut:

    San = Sa5 x Cn .. (4.6)

    San : ragam percepatan gempa penormalan untuk D 5% (-),

    Sa5 : ragam percepatan gempa penormalan untuk D = 5% (-),

    Cn : koefisien koreksi untuk D 5% (-), dengan menggunakan

    Gambar 4.6.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    68/95

    11/09/20

    Gambar 4.2 Ragam percepatan gempa penormalan untuk fondasi batuan(Ts 0,25 detik)

    Gambar 4.3 Ragam percepatan gempa penormalan untuk fondasidilluvium, (0,25

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    69/95

    11/09/20

    Gambar 4.4 Ragam percepatan gempa penormalan untuk fondasialluvium , (0,50 0,75 detik)

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    70/95

    11/09/20

    Gambar 4.6 Faktor koreksi Cn untuk menentukan ragam percepatangempa penormalam dengan D tidak sama dengan 5%

    4.5.1.Analisis Dengan Cara Koef Gempa

    (Pseudostat ic Analyses)

    Analisis gempa untuk desain bendungandan bangunan pelengkapnya yang tahanbeban gempa dapat dilakukan dengancara koefisien gempa, menggunakan cara

    probabilistik. Pada dasarnya, analisis keseimbangan

    batas pseudo-statik dapat dilakukanmenggunakan analisis tegangan total atautegangan efektif.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    71/95

    11/09/20

    4.5.1.Analisis Dengan Cara Koef Gempa

    (Pseudostat ic Analyses) lanjutan..

    Dalam analisis keseimbangan batas pseudo-statik,

    koefisien gempa digunakan untuk mewakili

    pengaruh gaya-gaya inersia akibat gempa

    terhadap massa yang berpotensi runtuh.

    Faktor keamanan izin yang berkaitan dengan

    koefisien gempa menggambarkan perilaku

    lereng bendungan yang dianalisis, apakah akan

    mengalami alihan (deformasi) atau tidak akibat

    gempa desain.

    Cara koefisien gempa

    Percepatan gempa dari dasar sampai puncak Bendungan dianggap sama.

    Kurang tepat,karena Bendungan tipe Urugan bersifat lebihfleksibel,sehingga percepatan Gempa membesar di Puncak.

    Koefisien Gempa digunakan untuk mewakili pengaruh gaya2 inersiaakibat gempa terfadap masa yang berpotensi runtuh.

    FK ijin yang berkaitan dengan koefisien Gempa menggambarkan perilakulereng Bendungan yang dianalisis apakah akan mengalami alihan(deformasi) atau tidak akibat Gempa desain.

    Goncangan Gempa diganti dengan percepatan horizontal yang konstan =K x g dimana K= koefisien gempa dan g= percepatan Gravitasi

    Dengan anggapan percepatan langgeng ini menimbulkan gaya inersiaKx W melalui pusat Gravitasi dari massa yang berpotensi runtuh,dengan

    W adalah berat massa yang berpotensi runtuh (gambar 6.2)

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    72/95

    11/09/20

    Cara koefisien gempa

    Cara ini dilakukan dengan menghitung koef gempa dan gaya-gaya

    vibrasi yang bekerja sebagai gaya statik mendatar, seperti persamaanberikut :F = K W .............. (6.1)

    Kh = ........................(6.2)

    K = 1 x Kh ........................(6.3)

    dimana:F : gaya gempa mendatar (kN);W : berat (ton);Kh : koef gempa dasar yang tergantung periode ulang T;ad : percepatan gempa terkoreksi oleh pengaruh jenis tanah (gal);

    1 : koreksi pengaruh free field, untuk bendungantipe urugan =0,7; untuk bendungan beton dan pasangan batu =1;

    K : koefisien gempa terkoreksi untuk analisis stabilitas;g : gravitasi (= 980 cm/det2).

    g

    ad

    Koefisien gempa termodifikasi

    Koefisien gempa desain pada tubuh bendungan yangmerupakan fungsi dari kedalaman, dapat dihitung denganpersamaan:

    Ko = 2 x Kh . (6.4)

    dimana:

    Ko : koefisien gempa desain terkoreksi di permukaan tanah;

    2 : koreksi pengaruh jenis struktur, untuk bend. tipe urugan =0,5;Kh : koefisien gempa dasar yang tergantung periode ulang T.

    Koefisien gempa pada kedalaman Y dari puncak bendunganberbeda-beda. Untuk analisis stabilitas, peninjauan dilakukan padaY = 0,25 H; 0.50 H; 0,75 H dan H (H adalah tinggi bendungan)dengan menggunakan Kh pada perioda ulang sesuai denganpersyaratan.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    73/95

    11/09/20

    Untuk 0 < Y/H 0,4 :K = Ko x {2,5 1,85 x (Y/h)} ........... (6.5)

    Untuk 0,4 < Y/H 1,0 :K = Ko x { 2,0 0,60 x (Y/h)} ........... (6.6)

    Peninjauan dilakukan pada y = 0,25 h; 0,50 h; 0,75 h dan h, denganmenggunakan kh pada periode ulang sesuai yang disyaratkan. Koefisiengempa rata-rata ks pada y yang berbeda-beda, seperti dijelaskan padapersamaan-persamaan tersebut di atas.

    max = percepatan gempa maks di puncak dg. metode Seed-Martin

    Y = kedalaman bidang gelincir dari puncak

    H = tinggi bendungan

    Kmax = percepatan gempa maks. yang bekerja pada titik pusat bid.

    gelincir diperoleh dari grafik Gambar 7.1

    Ky = diperoleh dengan melakukan analisis stabilitas dengan

    menvariasikan Kh, sehingga diperoleh suatu grafik hubungan

    antara FK dengan Kh , i pada FK = 1 diperoleh Kh yang samadengan Ky .

    Ky > Kmax , tidak ada deformasi permanen.

    Ky < Kmax , ada deformasi permanen

    U = deformasi permanen dari grafik pada Gambar 7.2

    T0 = periode predoman atau periode mode 1

    g = gravitasi.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    74/95

    11/09/20

    Analisis stabilitas pseudostatik termodifikasi dptdilakukan dengan Plaxis atau software lain, lalu

    dicari Ky dengan faktor keamanan = 1 daribendungan untuk setiap kondisi.

    Lanjutkan dengan analisis dinamik denganperiode ulang gempa 5.000 tahun atau 10.000tahun (tergantung tingkat resiko)

    Hasil perhitungan selengkapnya dapat diperoleh

    stabilitas lereng dan deformasi sertaperbandingan dengan tinggi jagaan bendunganakibat pengaruh gempa.

    Hasil analisis stabilitas pengaruh gempa kondisi steady seepageBendungan Darma

    Bagian

    Bendungan

    Fk tanpa

    gempaKy

    T = 100 thn T = 5000 thn

    K

    (100 thn)

    FK

    (FK izin = 1,2)

    K

    (5000 thn)

    FK

    FK izin = 1

    1. Udik (U/S)

    a) Y/H = 1 4,411 0,41 0,125 2,730 0,217 1,647

    b) Y/H = 0,75 2,637 0,33 0,138 1,662 0,240 1,245

    c) Y/H = 0,5 2,071 0,285 0,151 1,388 0,264 1,068

    d) Y/H = 0,25 2,019 0,26 0,181 1,242 0,316 0910

    2. Hilir (D/S)

    a) Y/H = 1 1,332 0,130 0,125 1,013 0,217 0,790

    b) Y/H = 0,75 1,461 0,183 0,138 1,092 0,240 0,894

    c) Y/H = 0,5 1,580 0,230 0,151 1,180 0,264 0,964

    d) Y/H = 0,25 2,174 0,380 0,181 1,460 0,316 1,135

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    75/95

    11/09/20

    2.020

    BENDUNGAN DARMA

    longsoran up-stream Y/H = 0,25

    AIR

    AIR

    TIMBUNAN TANAH TIMBUNAN BATU

    RANDOMPONDASI

    PANJANG (M)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260

    TINGGI(M)

    -10

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    150

    160

    Hasil analisis stabilitas statik lereng hulu kondisi steady seepageBendungan Darma

    0.666

    BENDUNGAN DARMAlongsoran down-stream Y/H = 0,75

    AIR

    AIR

    TIMBUNAN TANAH TIMBUNAN BATU

    RANDOMPONDASI

    PANJANG (M)

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260

    TINGGI(M)

    -10

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    130

    140

    150

    160

    Hasil analisis stabilitas statik lereng hilir kondisi steady seepageBendungan Darma

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    76/95

    11/09/20

    Lereng upstream Y/H=0,25

    Y/H=0.75

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    1.4

    0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

    Beban gempa

    Fk

    Lereng downstream Y/H=0,75

    4.5.2 ANALISIS STABILITAS DINAMIKBENDUNGAN

    Analisis dengan cara dinamik dapat dilakukandengan dua cara perhitungan, yaitu:

    1. Analisis deformasi permanen caraMakdisi & Seed

    2. Analisis dinamik dengan respons dinamik.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    77/95

    11/09/20

    PENENTUAN PARAMETER DINAMIK TANAH

    DAN BATUAN

    Dalam pelaksanaan analisis respons dinamik akibat

    gaya-gaya gempa bumi pada perlapisan tanah dan

    tubuh bendungan, diperlukan 2 parameter utama yaitu:

    aselerogram desain di permukaan batuan dasardengan metode superposisi dan metode stokastik;

    parameter dinamik dari material perlapisan tanah

    dan tubuh bendungan.

    PENENTUAN PARAMETER DINAMIK TANAHDAN BATUAN

    Dalam hal ini, metode penentuan parameterdinamik yang dibutuhkan untuk analisis responsdinamik, diperhitungkan akibat gaya-gayagempa bumi, fondasi mesin dan angin,gelombang air dan gaya kejut lainnya.

    Dua parameter dinamik tersebut adalah modulusgeser (G) dan rasio redaman (D). Besarnyamodulus geser maupun rasio redaman,tergantung pada regangan geser, .

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    78/95

    11/09/20

    PENENTUAN PARAMETER DINAMIK TANAHDAN BATUAN (lanjutan)

    Modulus geser dapat diperoleh baik dari

    hasil uji lapangan maupun dari uji

    laboratorium. Sedangkan rasio redaman

    hanya dapat diperoleh dari hasil uji

    laboratorium.

    Parameter dinamik tanah yaitu

    modulus geser,

    rasio redaman

    hubungan antara G/Gmax dengan

    regangan geser

    rasio redaman dengan regangan geser ,

    dapat diperoleh melalui 3 metode yaitu:

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    79/95

    11/09/20

    Parameter dinamik tanah dapat diperoleh dengan :

    1. Uji lapangan menggunakan cara geofisik,yakni melalui ujicrosshole, uji suspension PS logging, dan cara empirik melaluiuji penetrasi standar (SPT) serta uji penetrasi statik (CPT).Dalam metode ini hanya diperoleh kecepatan rambatgelombang geser (Vp dan Vs) dan melalui perhitungan dapatdiperoleh modulus geser pada regangan kecil (Gmax) atausebaliknya.

    Uji crosshole dilakukan di dalam lubang bor, di manadiperlukan minimal 2 lubang bor, tetapi dianjurkan dengan 3

    lubang bor.

    Uji suspension PS loggingdilakukan dalam 1 lubang bor danharus terletak di bawah muka air tanah.

    Parameter dinamik tanah dapat diperoleh dengan :

    (lanjutan)

    2.Uji laboratorium dilakukan menggunakan alatresonant columndan triaxial dinamik. Untukregangan geser kecil (10-3%) digunakan alat triaxial dinamik.

    3.Metode empiris yang diperoleh dari literatur.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    80/95

    11/09/20

    4.5.2.1 Analisis Deformasi Permanen Cara Makdisi -

    Seed

    Penentuan deformasi permanen dengan metode Makdisi & Seedmenggunakan 2

    buah grafik, yaitu grafik hubungan antara Kmax/max dengan Y/H(kiri) dan hubungan

    antara Ky/Kmax dengan Uk=U/(Kmax x g x T0) (kanan)

    Peninjauan dilakukan pada y = 0,25 h; 0,50 h; 0,75 h dan h, denganmenggunakan kh pada periode ulang sesuai yang disyaratkan. Koefisiengempa rata-rata ks pada y yang berbeda-beda, seperti dijelaskan padapersamaan-persamaan tersebut di atas.

    max = percepatan gempa maks di puncak dg. metode Seed-Martin

    Y = kedalaman bidang gelincir dari puncak

    H = tinggi bendungan

    Kmax = percepatan gempa maks. yang bekerja pada titik pusat bid.

    gelincir diperoleh dari grafik Gambar 7.1

    Ky = diperoleh dengan melakukan analisis stabilitas dengan

    menvariasikan Kh, sehingga diperoleh suatu grafik hubungan

    antara FK dengan Kh , i pada FK = 1 diperoleh Kh yang samadengan Ky .

    Ky > Kmax , tidak ada deformasi permanen.

    Ky < Kmax , ada deformasi permanen

    U = deformasi permanen dari grafik pada Gambar 7.2

    T0 = periode predoman atau periode mode 1

    g = gravitasi.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    81/95

    11/09/20

    Penentuan Percepatan Gempa Maksimum di Puncak

    Besarnya percepatan gempa maksimum pada setiap kedalaman Y dan

    waktu t menurut Seeddan Martin dapat dinyatakan dengan persamaan

    berikut:

    Model Seed & Martin dalam formulasi max

    Percepatan gempa maksimum di puncak dapat dinyatakandengan persamaan:

    .. (7.12)

    dengan: San : spektrum percepatan gempa

    Percepatan gempa maksimum di puncak bendungan untuk tigamode yang pertama, dapat ditulis sebagai berikut:

    1max = 1 (0) Sa1 = 1,60 Sa1 (7.13)

    2max = 2 (0) Sa2 = 1,06 Sa2 (7.14)

    3max = 3 (0) Sa3 = 0,86 Sa3 (7.15)

    Karena nilai-nilai maksimum pada setiap ragam terjadi pada waktuyang berbeda-beda, maka percepatan gempa maksimum di puncakbendungan diambil sebagai akar penjumlahan kuadrat daripercepatan gempa maksimum dari tiga mode pertama.

    max = [ (n max )2 ]0,5

    nnn Sau )0(max

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    82/95

    11/09/20

    Prosedur Analisis Deformasi Permanen Cara Makdisi - Seed

    Lakukan studi risiko gempa dalam menentukanparameter gempa, untuk memperoleh percepatan

    gempa desain di permukaan tanah ad dan Ms padaperioda ulang sesuai dengan kriteria, spektrumpercepatan gempa penormalan Sa/ad denganredaman (damping) D, dan koreksi pengaruh rasioredaman D dengan Cn .

    Lakukan berdasarkan hasil analisis stabilitas padaY/H = 0,25; 0,5; 0,75; 1 dengan mengubah-ubahnilai Kh pada bidang longsor kritis dengan databahan t ; dan c. Gambarkan hubungan antaraFK (faktor keamanan) dengan Kh dan tentukanpercepatan gempa Ky (percepatan gempa kritispada FK=1).

    Tentukan parameter dinamik bahan Vsmax atauGmax ; gambarkan grafik hubungan antaraG/Gmax dan D dengan regangan geser () darifondasi dan tubuh bendungan sesuai proseduryang ditentukan dalam sub bab 5.4.

    Hitung atau taksir nilai Vsmax :1 =2,404Vs/H; T1=2/1 =2,614 Vs/H; Sa1=Cnxad x Sa/ad .....(7.24)

    2=5,520 Vs/H; T2=2/2 =1,138 Vs/H; Sa2=Cnxad x Sa/ad .....(7.25)

    3 = 8,654Vs/H; T3= 2/3 =0,726 Vs /H; Sa3=Cnxad xSa/ad ........ (7.26)

    (rata)ek =0,195x(H/Vs)xSa1 ; dari grafik hubungan antara G/Gmax vs .

    Cari nilai G/Gmax pada (rata)ek dan hitung G dan Vs yang baruserta ditulis dalam Gb dan Vsb.

    Periksa ketelitian taksiran Vs dengan persamaan((VsVb)/Vs) x 100%. Bila taksiran lebih besar dari5%, ulangi langkah 4 dan 5 dengan menggunakantaksiran Vs = Vb. Sedangkan bila taksiran kurangatau sama dengan 5% dengan hasil perhitungan,

    lanjutkan dengan langkah 6. max = [ 2,56 Sa12 + 1,12 Sa22 + 0,74 Sa32 ] 0,5

    ............. (C.10)

    Dari grafik hubungan antara kmax/max dengan Y/H (Gambar 7.1)diperoleh kmax, dengan grafik hubungan antara Uk dengan Ms(Gambar 7.2) diperoleh Uk, sehingga bisa dihitung u=Uk/(kmaxxgxT1).

    Deformasi permanen yang terjadi tidak boleh melampaui 50% daritinggi jagaan.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    83/95

    11/09/20

    Hubungan antara G/Gmax dengan regangan geser (kiri) dan Hubungan

    antara rasio redaman D dengan regangan geser, untuk lempung

    Hub. antara mod. geser dan kecepatan rambatgelombang geser

    Gmax = x V2 smax

    G = x V2 s

    = t / g

    dimana:

    Gmax : mod. geser maksimum pada regangan geser < 10-4%;

    G : mod. geser pada regangan geser > 10-4%;

    Vsmax : kecpt. rambat gelombang geser pada regangan kecil 10-4%;

    t : berat volume total;

    : kerapatan massa;

    g : gravitasi.

    Bila Vsmax dan berat volume tanah diketahui, dapat dihitung nilai Gmax.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    84/95

    11/09/20

    Cara empiris memperoleh modulus geser Gmax

    Modulus Geser Maksimum (G 0) vs NSPT

    0,0E+00

    5,0E+04

    1,0E+05

    1,5E+05

    2,0E+05

    2,5E+05

    3,0E+05

    3,5E+05

    4,0E+05

    4,5E+05

    5,0E+05

    0 10 20 30 40 50 60 70

    NSPT

    ModulusGeserMaksimum,

    G

    0(kN/m2)

    Imai-Yoshimura(semua jenis tanah) Ohba-Toriumi (tanah alluvium)

    Ohsaki-Iwasaki (semua jenis tanah) Hara (tanah Kohesif)

    Imai (semua jenis tanah)

    Metode Seed dan Idriss (1970)

    Untuk tanah pasir dan kerikil :Berdasarkan kumpulan data hasil uji laboratorium Seeddan Idriss,

    G =1000 x K2 x (m)0,5

    Gmax =1000 x K2max x (m)0,5

    m = (1 + 2 Ko) v

    dimana:

    G : modulus geser tergantung kepadatan relatif (psf);Gmax : modulus geser maksimum tergantung kepadatan relatif (psf);

    K2 : konstanta tergantung regangan geser dan kepadatan relatif;

    K2max : konstanta maksimum pada =10-4% dan kepadatan relatif;

    m : tegangan efektif rata-rata (psf);

    v : tegangan vertikal efektif (psf);

    Ko : tekanan tanah dalam keadaan diam.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    85/95

    11/09/20

    Hubungan antara G/Gmax dengan regangan geser (kiri) dan Hubungan

    antara rasio redaman D dengan regangan geser, untuk lempung

    Hubungan antara rasio redaman D dengan regangangeser untuk pasir

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    86/95

    11/09/20

    Hubungan antara G/Gmax dengan regangan geser (kiri) dan Hubungan

    antara rasio redaman D dengan regangan geser, untuk lempung

    Deformasi permanen versus rasio percepatan gempa kritis dan

    percepatan maksimum rata-rata pada bendungan urugan (Makdisi

    dan Seed, 1978)

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    87/95

    11/09/20

    4.5.2.2 Analisis Respons Dinamik

    Bendungan dibagi dlm 2 kelompok : H 15 m danH > 15 m. Setiap ketinggian dibagi lagi menurutnilai percepatan gempa maksimumnya, yaitu ad 0,25 g dan ad > 0,25 g.

    Analisis dilakukan pada 2 tingkat gempa, yaitua) tingkat gempa dengan persyaratan tanpa

    kerusakan, dan persyaratannya diperkenankanada kerusakan tanpa keruntuhan.

    Pada persyaratan tanpa kerusakan untuk kelasrisiko I, II, III, IV; untuk H 15 m dilakukan dengancara Ea, sedangkan untuk H > 15m analisisdilakukan dengan cara Eb .

    4.5.2. Analisis Respons Dinamik (lanjutan)

    b) Tingkat gempa dengan persyaratan diperkenankanada kerusakan tanpa keruntuhan untuk kelas risikoI, II, III, IV;

    Untuk H 15m dilakukan dengan proses yangtergantung pada percepatan maksimum ad , yaitu:

    ad 0,25 g, analisis dilakukan dengan cara Ea ; ad > 0,25 g, analisis dilakukan dengan cara Ec ;

    Untuk H > 15 m dilakukan dengan proses yangtergantung pada ad yaitu:

    ad 0,25 g, analisis dilakukan dengan cara Eb; ad > 0,25 g, analisis dilakukan dengan cara Ec .

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    88/95

    11/09/20

    Prosedur analisis stabilitas akibat beban gempa

    Kelas Risiko Tinggi bendungan

    H15m

    Tinggi bendungan

    H>15m

    ad 0,25g ad > 0,25g ad 0,25g ad > 0,25g

    Persyaratan tanpa kerusakan (OBE) :

    I

    II

    III

    IV

    EaEaEa

    Tidak ada

    EaEaEa

    Tidak ada

    EbEbEbEb

    EbEbEbEb

    Persyaratan diperkenankan ada

    kerusakan tanpa keruntuhan(MDE) :

    I

    II

    III

    IV

    EaEaEa

    Tidak ada

    EcEcEc

    Tidak ada

    EbEbEbEb

    EcEcEcEc

    Catatan :

    Ea = analisis menggunakan cara koefisien gempa dengan persamaan (6.2) dan (6.3)Eb = analisis menggunakan cara koefisien gempa termodifikasi dengan persamaan (6.2), (6.5) dan (6.6).

    Ec =analisis dilakukan secara bertahap; dimulai dengan menggunakan cara koefisien gempa

    termodifikasi. Bila FK 1,00 perlu dilanjutkan dengan analisis deformasi permanen menggunakan

    cara Makdisi-Seeddengan syarat deformasi tidak melebihi 50% dari tinggi jagaan. Bila masih tidak

    memenuhi, perlu dilanjutkan dengan analisis respons dinamik menggunakan cara elemen hingga.

    Perhitungan/Analisis

    Data yang diperlukan dalam perhitungan analisisdinamik bendungan terdiri dari data geometri bendungan(tinggi, h), data material (,c), data umum elevasi, datagempa (besaran gempa M, periode ulang T, percepatangempa dasar ad, koefisien gempa kritis Ky, kedalamanpusat lingkaran gelincir z).

    Dalam penentuan deformasi permanen dengan metode

    Makdisi & Seed tersedia dua buah grafik, yaitu grafikhubungan antara Kmax/max dengan Y/H danhubungan antara Ky/Kmax dengan Uk = U/(Kmax x g xT0).

    Parameter yang diuraikan, max adalah parameter yangdihitung secara iteratif dengan menggunakan cara Seed& Martin.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    89/95

    11/09/20

    Kemudian lakukan perhitungan sbb:

    Modulus geser Gmax = smax, di mana Vsmax =cepat rambat gelombang geser maksimum).Lihat metode Seed & Idriss (1970).

    Vs dihitung dengan cara iterasi dan coba-coba,sehingga diperoleh G/Gmax = (Vs/Vsmax).

    Berdasarkan periode predominan (Ts) yangdihitung dan hasilnya G/Gmax, ditentukanregangan geser dan redaman sesuai jenistanahnya.

    Bila redaman 5 %, dilakukan koreksi denganfaktor Cn sesuai prosedur dan rumus terkait. Menghitung frekuensi alamiah dan periode

    ulang (T).

    Menentukan nilai ragam percepatan gempa penormalan sesuaidengan periode predominan (Ts) dan dikoreksi dengan Cn.

    Menghitung percepatan gempa maksimum (Umax) di puncakbendungan untuk 3 periode pertama.

    Menghitung regangan geser rata-rata ekivalen , G/Gmax dan Vs.

    Membandingkan hasil Vs ini dengan Vs dari perhitungan awal,maka perhitungan Umax dapat digunakan untuk menghitungdeformasi pada bidang longsoran kritis. Bila tidak, perhitungandiulangi dengan coba-coba Vs diambil sama dengan hasilperhitungan akhir dan seterusnya.

    Bila Vs sudah diperoleh, dihitung Kmax dari grafik hubungan antaraz/h dan Kmax/Umax, sehingga Kmax = (z/h) Umax .

    Deformasi bendungan dapat diperoleh dengan menggunakanpersamaan U = U (Kmax g To)/Kmax g T1 , di mana To =T1.

    Apabila deformasi < tinggi jagaan, bendungan masihmemenuhi syarat. Namun, bila deformasi > tinggi jagaanharus dilakukan perhitungan ulang mulai dari analisisstabilitas pseudostatik termodifikasi.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    90/95

    11/09/20

    Analisis Tegangan dan ReganganDengan Metode Elemen Hingga

    No. Program Kemampuan Keterangan

    1 Plaxis 8.2. Menghitung tegangan dan

    regangan baik waktu

    pembangunan maupun waktu

    terjadi aliran langgeng , untuk

    menilai apakah bendungan stabil

    atau tidak dari kontour

    /max < 1

    (stabil)

    Rembesan dapat

    dilakukan dalam

    program

    2 Sigma-w Sama dengan 1., hasil analisis

    dapat dipakai oleh Slope-w untuk

    analisis stabilitas

    Rembesan

    dilakukan dengan

    Seep-w

    Likuifaksi

    Proses transformasi setiap material padat

    menjadi cair (pasir lepas & jenuh).

    Peningkatan tekanan pori dari tanah pasiran

    menyebabkan reduksi kekuatan

    geser,bahkan hilang sehingga menyerupaicairan kental (viscous fluid)

    Diikuti oleh timbulnya penurunan

    tanah,didihan pasir,puntiran,retakan dll.

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    91/95

    11/09/20

    Likuifaksi (lanjutan)

    Resiko :

    a)Keruntuhan daya dukung setempat

    b)Penurunan berlebihan

    c)Amblesan

    Perkiraan Likuifaksi :

    a)Umur & asal Geologi

    b)Kadar butiran halus dan Indeks Plastisitas

    c)Penjenuhan

    d)Kedalamane)Perlawanan penetrasi tanah ( N SPT 30-60)

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    92/95

    11/09/20

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    93/95

    11/09/20

    Bagan Alir stabilitas bendungan dengan Gempa

    Bagan alir metode analisis

    Studi kegempaan.

    1. Penyelidikan kondisi geologi regional2. Sejarah kejadian gempa3. Kondisi geologi regional4. Penentuan fungsi attenuasi5. Penentuan M, R, kedalaman gempa,

    percepatan gempa untuk periode ulang(deterministik, probabilistik atau petagempa)

    Penyelidikan geoteknik:

    1. Pemboran, uji lapangan , uji laboratorium2. Tentukan parameter desain material dan fondasia) n , sat, uu, cuu, , cu, ccu (stabilitas statik)b) k (analisis rembesan)c) Gmax, hubungan G/Gmax dan D dengan regangan

    (analisis stabilitas dinamik)

    Desain bendungan :1) Jenis urugan dan geometri bendungan2) Isi waduk, muka air normal, muka air banjir, tinggi jagaan

    Lakukan analisis stabilitas statik pada kondisi1. Waktu pembangunan2. Rembesan tetap (steady seepage)

    3. Surut cepat4. Jangka panjang

    FK> FKminRubah geometriTidak

    2Ya

    Bagan Alir stabilitas bendungan dengan Gempa2

    Persyaratan tanpa kerusakkan (OBE)Sesuai kelas bendungan dengan Ttentukan ad,, , Kh = ad/g

    Persyaratan diperkenankan adakerusakkan tanpa keruntuhan (MDE),Sesuai kelas bendungan dengantentukan ad, Kh = ad/g

    Lakukan analisis stabilitas dinamik denganmetode koef gempa termodifikasi paday/h = 0,25; 0,5 ; 0,75 dan 1 (udik +hilir)Dimana K ditentukan denganK0 = 0,5 x KhUntuk 0 < y/h < 0,4

    K = K0 x (2,5-1,85x (y/h))Untuk 0,4 < y/h < 1,0K = K0 x (2,0-0,60 x (y/h))

    Hitung stabilitas lereng denganProgram komputer pada y/h=0,250,5 ;0,75; 1

    FK1 SelesaiYa

    Analisis dinamik

    Tidak

    3

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    94/95

    11/09/20

    Bagan Alir stabilitas bendungan dgn Gempa

    3

    Analisis alihan tetap denganCara Makdisi-Seed

    Alihan < 0,5tinggi jagaan

    Selesai

    Ya

    Analisis respons dinamik denganCara Satu dimensi Ekivalen

    program SHAKEMdan hitung alihan tetap

    Analisis respons dinamikCara 2 dimensi Ekivalen

    Quake/W, Flush, Quad-4dan hitung alihan tetap

    Tidak

    10-02

  • 7/26/2019 3. Analisis Stabilitas.pdf

    95/95

    11/09/20

    H...a...t...u...r

    N...u...h...u...n