198426665-demam-typoid
DESCRIPTION
typhoidTRANSCRIPT
-
5/27/2018 198426665-demam-typoid
1/3
1
Demam Tifoid
Widodo Darmowandowo , M. Faried Kaspan
BATASAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif Salmonellatyphi.Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear
dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah.
PATOFISIOLOGI
Setelah melalui asam lambung, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap oleh sel
mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES,
terjadilah bakteriemi II
Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan mediator-mediator. Lokal (patch ofpayer) terjadi hiperplasi, nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala panas, instabilitas
vaskuler, inisiasi sistem beku darah, depresi sumsum tulang dll
Imunulogi. Humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi mencegahmelekatnya salmonella pada mukosa usus. Humoral sistemik, diproduksi IgM dan IgG
untuk memudahkan fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler berfungsi untuk
membunuh Salmonalla intraseluler
GEJALA KLINISKeluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan
sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis
gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus,
dan keluhan susunan saraf pusat.
1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin meninggi,
sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari.
2. Gejala gstrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung,
hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi.
3. Gejalah saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.
LANGKAH DIAGNOSTIK1. Amanesis
2. Tanda klinik
3. Laboratorik
a. Leukopenia, anesonofilia
b. Kultur empedu (+) : darah pada minggu I ( pada minggu II mungkin sudah negatif);tinja minggu II, air kemih minggu III
c. Reaksi widal (+) : titer > 1/200. Biasanya baru positif pada minggu II, pada stadium
rekonvalescen titer makin meninggi
d. Identifikasi antigen : Elisa, PCR. IgM S typphi dengan Tubex TF cukup akurat
dengan
e. Identifikasi antibodi : Elisa, typhi dot dan typhi dot M
DIAGNOSA BANDING1. Influenza 6. Malaria
2. Bronchitis 7. Sepsis
3. Broncho Pneumonia 8. I.S.K4. Gastroenteritis 9. Keganasan : - Leukemia
-
5/27/2018 198426665-demam-typoid
2/3
2
5. Tuberculosa - Lymphoma
KOMPLIKASI/PENYULITPenderita Demam tifoid mungkin mengalami penyulit. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU
Dr. Soetomo macam penyulit yang pernah didapatkan antara lain adalah otitis media,
pnemoni, ensefalopati, syok, ileus, melena, ikterus, karditis, ISK. Termasuk penyulit adalahrelapse (kambuh), karier, perdarahan usus, perforasi, gangguan status mental berat.
PENATALAKSANAANPengobatan penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit terdiri dari pengobatan suportif,
medikamentosa, terapi penyulit (tergantung penyulit yang terjadi). Kadang-kadang perlu
konsultasi ke Divisi Hematologi, Jantung, Neurologi, bahkan ke Bagian lain/Bedah.
PENGOBATAN MEDIKAMENTOSAObat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin atau kotrimoksasol.
Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah
meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra
pemberian kloramfenikol , diberi
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau
amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,oral/intravena selama 21 hari, atau
kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2 kali pemberian,oral, selama 14 hari.
Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2
kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. Pada kasus yang
diduga mengalami MDR (Multi Drug Resistance), maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
PENATALAKSANAAN PENYULITPengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kg BB,
intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg
BB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan
pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.
PENATALAKSANAAN EPIDEMIOLOGISMeliputi isolasi penderita berupa isolasi gastrointestinal, sedangkan pemutusan transmisi
dengan pengelolaan disposal dan terapi pembawa kuman (carrier), sedangkan pencegahan
dengan melakukan immunisasi.
PENCEGAHANPencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi.
Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan
higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih,
pembuangan dan pengelolaan sampah).
-
5/27/2018 198426665-demam-typoid
3/3
3
Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan)
tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan
terhadap penjual (keliling) minuman/makanan.
Pada saat ini telah ada di pasaran berbagai vaksin untuk pencegahan demam tifoid. Vaksin
chotypa dari kuman dimatikan (whole cell) tidak digunakan lagi karena efek samping yang
terlalu berat dan daya lindungnya pendek.Dua vaksin yang aman dan efektif telah mendapat lisensi dan sudah ada di pasaran. Satu
vaksin berdasar subunit antigen tertentu dan yang lain berdasar bakteri (whole cell) hidup
dilemahkan. Vaksin pertama, mengandung Vi polisakarida, diberikan cukup sekali, subcutan
atau intramuskular. Diberikan mulai usia > 2 tahun. Re-imunisasi tiap 3 tahun. Kadar
protektif bila mempunyai antibodi anti-Vi 1 g/ml.
Vaksin Ty21a hidup dilemahkan diberikan secara oral, bentuk kapsul enterocoated atau sirup.
Diberikan 3 dosis, selang sehari pada perut kosong. Untuk anak usia 5 tahun. Reimunisasi
tiap tahun. Tidak boleh diberi antibiotik selama kurun waktu 1 minggu sebelum sampai 1
minggu sesudah imunisasi.
Penderita dinyatakan sembuhGejala, tanda sudah hilang dan tidak ada komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA1. Christie AB. Typhoid and Paratyphoid Fevers in : Infectious Disease Vol. 1, 4thed.
Churchill Livingstone : Medical Division of Longman Group UK Limited, 1987 : 100.
2. Hoffman S. : Typhoid fever in Warren KS dan Mahmpud AAF (eds) : Tropical and
Geographical ed ke 2, New York, Mc Graw-Hill Information Services Co. (1990).
3. Pang T, Koh KL, Puthucheary SD (eds) : Typhoid fever : Strategies for the 90s,
Singapore, World Scientific, (1992).
4. Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfred CM (eds) Infectious disease in children, ed
ke 9, St. Louis, Mosby Yerabook Inc. (1992).
5. Cleary Th G. Salmonella species in longess, Pickerling LK, Praber CG. Principles and
Practice of Pediatric Infectious Disease Churchill Livingstone, New York 1nded, 2003 :
hal. 830.
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&ht
ml=07110-fkxu277.htm
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-fkxu277.htm